2. Indikasi
1. Pemeriksaan perdarahan uterus abnormal
2. Pemeriksaan infertilitas
3. Evaluasi malformasi uterus kongenital
4. Pemeriksaan diagnostik patologi pada uterus
5. Follow up pada pasien sudah dilakukan tindakan histeroskopi
sebelumnya
6. Biopsi terarah
7. Pengangkatan polyp endometrium
8. Koreksi stenosis kanan endocervikal
9. Reseksi septum uterus
10. Reseksi adhesi intrauterin
11. Sterilisasi
3. Kontra Indikasi
1. Pasien yang memiliki kontraindikasi untuk dilakukan anestesi umum
2. Pasien yang memiliki gangguan elektrolit
3. Pasien Nona
4. Persiapan
1. Pasien :
1.1. Pasien dilakukan pemeriksaan dan diputuskan untuk dilakukan
histeroskopi oleh DPJP
5. Prosedur
Tindakan Histeroskopi Diagnostik:
1. Pasien dalam posisi litotomi
2. Pasien dalam anesthesia umum
3. A dan antisepsis genitalia externa
4. Kandung kemih diyakinkan kosong
5. Histerokopi Diagnostik:
Histeroskopi Operatif:
Office Hysteroscopy:
6. Pasca Prosedur
Tindakan 1. Observasi tanda vital, perdarahan dan
tanda akut abdomen di Recovery Room selama 2 jam
2. Dilakukan pemeriksaan elektrolit ulang
pasca tindakan
3. Mobilisasi dini
4. Jika keadaan umum pasca operasi baik,
pasien dapat pulang pada hari yang sama
7. Tingkat Evidens
II
8. Tingkat A
Rekomendasi
9. Penelaah Kritis
1. Dr.
2. Dr
3. Dr
4. dr
10. Indikator
Prosedure Teratasinya perdarahan uterus abnormal
Tindakan
Dapat ditemukan adanya kelainan di kavum uteri
11. Kepustakaan
1. Perez-Medina T, Diagnostic and Operative
Hysteroscopy, Jaypee Brothers, 2007
2. Jacques Donnez MD PhD, Atlas of
Operative Laparoscopy And Hysteroscopy, Third Edition
Disetujui oleh :
Ketua Komite Medik Dibuat oleh :
Ketua SMF Obsgyn