Anda di halaman 1dari 4

F/006/012/R/02

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Disahkan oleh


(PPK) Direktur Utama
PROSEDUR TINDAKAN
SMF OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI

Nomor dokumen : HK.03.05/II.I/2446/2015 Tanggal : 01/11/2015


Revisi ke : Nomor revisi : Tanggal :
HISTEROSKOPI (ICD 9 CM : 68.12)
1. Pengertian
Histeroskopi: suatu tindakan dengan memasukkan teleskop sampai
ke rongga rahim melalui vagina.

2. Indikasi
1. Pemeriksaan perdarahan uterus abnormal
2. Pemeriksaan infertilitas
3. Evaluasi malformasi uterus kongenital
4. Pemeriksaan diagnostik patologi pada uterus
5. Follow up pada pasien sudah dilakukan tindakan histeroskopi
sebelumnya
6. Biopsi terarah
7. Pengangkatan polyp endometrium
8. Koreksi stenosis kanan endocervikal
9. Reseksi septum uterus
10. Reseksi adhesi intrauterin
11. Sterilisasi

3. Kontra Indikasi
1. Pasien yang memiliki kontraindikasi untuk dilakukan anestesi umum
2. Pasien yang memiliki gangguan elektrolit
3. Pasien Nona

4. Persiapan
1. Pasien :
1.1. Pasien dilakukan pemeriksaan dan diputuskan untuk dilakukan
histeroskopi oleh DPJP

1.1. Inform concent persetujuan tindakan histeroskopi


1.2. Pemberian antibiotik profilaktik
1.3. Pemberian obat –obat pencahar 1 hari sebelum histeroskopi
1.4. Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum histeroskopi
1.2. Pemeriksaan lab : darah lengkap ,urine lengkap, golongan
darah, BT, pT, aPTT, HbSag, SGOT, SGPT, ureum, creatinin,
gula darah puasa dan gula darah 2 jam Post Prandial
1.3. Konsul toleransi operasi ke Penyakit Dalam, Kardiologi dan
Anesthesi
1.4. Pasien masuk ruang perawatan 1 hari sebelum histeroskopi
1.5. Sedia darah atau mintakan darah sesuai dengan S.O.P
penggunaan darah di RSUP Fatmawati.
1.6. Cukur rambut perut di bawah pusat dan pubis.
1.7. Pasang infus dan dauer catheter di kamar operasi.
2. Bahan dan Alat :
Sesuai dengan set tindakan operasi Histeroskopi
3. Petugas
3.1. Menjelaskan ke pasien indikasi, resiko, komplikasi dan
alternatif tindakan
3.2. Memakai baju khusus kamar operasi lengkap dengan topi,
masker, sandal dan kaca mata pelindung
3.3. Mempersiapkan alat-alat / instrumen operasi
3.4. Periksa ulang persediaan darah ( bila diperlukan / pada kasus
tertentu ) dan periksa / cocokkan register darah
3.5. Penolong cuci tangan ( lihat pedoman )
3.6. Memakai baju / jas operasi dan sarung tangan

5. Prosedur
Tindakan Histeroskopi Diagnostik:
1. Pasien dalam posisi litotomi
2. Pasien dalam anesthesia umum
3. A dan antisepsis genitalia externa
4. Kandung kemih diyakinkan kosong
5. Histerokopi Diagnostik:

5.1. dipasang speculum di vagina, portio ditampakkan portio dijepit


dengan tenakulum
5.2. dilakukan sondase
5.3. ostium dapat dilebarkan dengan busi bila perlu
5.4. histeroskop 4 mm dimasukkan ke cavum uterin melalui ostium
5.5. media distensi yang digunakan dapat berupa koloid (manitol)
atau pun kristaloid (NaCl0,9%)
5.6. dilakukan evaluasi pada ostium uteri, dinding depan dan
belakang cavum uteri, fundus uteri dan ke dua ostium tuba.

Histeroskopi Operatif:

1. Dipasang speculum di vagina, portio ditampakkan


2. Pasien dalam anesthesia umum
3. A dan antisepsis genitalia externa
4. Portio dijepit dengan tenakulum
5. Dilakukan sondase
6. Ostium dapat dilebarkan dengan busi bila perlu
7. Histeroskop 4 mm dengan sheath dan working element dimasukkan
ke cavum uterin melalui ostium
8. Media distensi yang digunakan dapat berupa koloid (manitol) jika
menggunakan electrode monopolar atau pun kristaloid (NaCl0,9%)
jika menggunakan electrode bipolar. dilakukan evaluasi pada ostium
uteri, dinding depan dan belakang cavum uteri, fundus uteri dan ke
dua ostium tuba.
9. Pada kasus polyp cervix atau polyp endometrium dilakukan reseksi
polyp dengan menggunakan resektor bipolar atau dapat digunakan
gunting untuk memotong pangkal polyp.
10. Pada kasus myoma submukosum dilakukan reseksi myoma dengan
menggunakan resektor bipolar.
11. Batasan untuk dilakukan reseksi myoma per histeroskopi adalah
myoma uteri submukosum type 0 dan type 1 dengan ukuran kurang
dari 4 cm.

12. Pada tindakan biopsi terarah pada endometrium digunakan grasper


untuk mengambil jaringan yang dicurigai pada endometrium.
13. Pada tindakan ablasi endometrium digunakan roller ball bipolar atau
resektor bipolar.
14. Pada pengangkatan IUD digunakan grasper untuk mengangkat IUD
atau sisa IUD

Office Hysteroscopy:

1. Pasien dalam posisi litotomi


2. Tindakan dilakukan di poliklinik tanpa anestesi.
3. A dan antisepsis genitalia externa
4. Kandung kemih diyakinkan kosong

5. Histeroskop 4mm langsung dimasukkan ke vagina tanpa


menggunakan speculum dan tenakulum.
6. Media distensi yang digunakan adalah cairan NaCl 0,9%
7. Dilakukan penilaian terhadap dinding vagina, cervix, ostium
uteri, canalis servikalis, dinding depan uterus, dinding belakang
uterus dan ke dua ostium tuba.
8. Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah
8.1. Pengangkatan IUD ataupun sisa IUD
8.2. Reseksi polyp cervix atau polyp endometrium yang kecil
(ukuran < 2 cm).

6. Pasca Prosedur
Tindakan 1. Observasi tanda vital, perdarahan dan
tanda akut abdomen di Recovery Room selama 2 jam
2. Dilakukan pemeriksaan elektrolit ulang
pasca tindakan
3. Mobilisasi dini
4. Jika keadaan umum pasca operasi baik,
pasien dapat pulang pada hari yang sama

7. Tingkat Evidens
II

8. Tingkat A
Rekomendasi

9. Penelaah Kritis
1. Dr.
2. Dr
3. Dr
4. dr

10. Indikator
Prosedure  Teratasinya perdarahan uterus abnormal
Tindakan
 Dapat ditemukan adanya kelainan di kavum uteri
11. Kepustakaan
1. Perez-Medina T, Diagnostic and Operative
Hysteroscopy, Jaypee Brothers, 2007
2. Jacques Donnez MD PhD, Atlas of
Operative Laparoscopy And Hysteroscopy, Third Edition

Disetujui oleh :
Ketua Komite Medik Dibuat oleh :
Ketua SMF Obsgyn

Anda mungkin juga menyukai