Cairan Koloid
Cairan Koloid
CAIRAN KOLOID
Sumber :
Oleh
Adam Kurnia Wandana
PPDS I Anestesiologi dan Reanimasi
FK-UGM / RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
Pembimbing, Moderator,
dr. Djayanti Sari, SpAn, M.Kes dr. Calcarina FRW, SpAn, KIC
Pendahuluan
Tujuan dari BAB ini adalah untuk membandingkan larutan koloid
berdasarkan perbedaan karakteristik larutan koloid. Hasil dari penelitian tentang
perbandingan cairan akan dibahas ditempat lain. Pertama kita akan diskusi
tentang pengertian dasar, setelah itu secara umum hal-hal yang berkaitan
dengan dengan koloid sebelum diakhiri dengan tinjauan tiap larutan koloid yang
ada. Tinjuan ini sangat penting karena availabilitas larutan di Amerika Utara dan
di Eropa tidaklah sama dan kita akan batasi diskusi pada aspek umum dibanding
membahas sampai spesifikasi tiap cairan.
Untuk meluruskan pemahaman dan menggambarkan apakan koloid itu,
sebaiknya kita meninjau ulang 2 konsep fisiologi dasar : kompartemen cairan
tubuh dan hukum Starling. Total Body Water terbagi dalam kompartemen cairan
tubuh, yaitu intraselular dan ekstraselular yang dipisahkan oleh membran sel.
(gambar 1). Ruang ekstraseluler kemudian dibagi lagi menjadi intravaskular dan
kompartemen interstisial yang dipisahkan oleh membran kapiler. Air dapat bebas
melintas dari satu ruang ke ruang lain tetapi elektrolit dapat berpindah bebas
hanya antara 2 komponen ekstraseluler. Molekul besar seperti protein tidak
dapat dengan mudah bertukaran antar komparteman pada manusia sehat.
Konsep lain yang juga penting ketika berdiskusi koloid adalah hukum
Starling tentang pertukaran cairan antara kompartemen intarvaskular dan
interstisial. Keadaan keseimbangan bahwa perpindahan cairan tergantung pada
dua gradient t: gradient antara intravaskukler dan tekanan hidrostatik interstisial
(Piv – Pit) dimana cairan cenderung berpindah keluar dari ruang intravaskular,
dan perbedaan antara tekanan onkotik pada 2 kompartemen (пiv – пit) akan
menahan cairan tetap berada dalam ruang intravaskular. Ilustrasi refleksi
digambarkan dengan σ, yaitu ukuran permeabilitas membran untuk lintasan
protein. Semakin kecil nilai σ, semakin besar lintasan protein dan semakin kecil
pengaruh perbedaan tekanan onkotik dalam pertukaran trans membran. Pada
orang sehat, lintasan protein ini relatif tidak penting.
Gambar 1. Gambaran sistematik komposisi cairan tubuh tiap kompartemen.
Dua konsep diatas membantu kita untuk memahami apakah kolloid itu,
yaitu zat berat molekul basar (HMW) yang sebagian besar tinggal di dalam
kompartemen intravaskular, dengan demikian menimbulkan tekanan onkotik.
Koloid dipertimbangakan lebih banyak tinggal di intravaskular dibandingkan
dengan kristaloid, berdasarkan kenyataan tersebut. Hal ini tidak terjadi jika
membran kapiler berubah.
Human albumin, hydroxyethil starch (HES), gelatins dan larutan dextran
merupakan koloid utama. Zat lain mungkin dipertimbangakn sebagai kolid tetapi
hanya dibatasi pada indikasi khusus dan akan dibahas nanti. Fresh Frozen
Plasma adalah salah satunya. FFP diberikan hanya pada indikasi khusus salah
satunya dibutuhkan untuk menyediakan faktor-faktor koagulasi.
Kandungan Elektrolit.
Dengan kristaloid, penggantian volum yang efektif memerlukan pemberian
natrium, jadi koloid telah diusulkan dalam sediaan bebas garam (salt free).
Sebagai contoh, konsentrasi natrium dijaga rendah dalam “albumin rendah
garam”. Meskipun demikian, kandungan natrium dalam larutan koloid yang ada
di pasaran hampir sama dengan larutan kristaloid, sedangkan konsentrasi kalium
berbeda. larutan gelatin urea-linked mengandung rendah kalium, tapi tidak
berati. Kalsium juga terkandung dalam larutan gelatin ini.
Dimensi Farmokoekonomik
Koloid lebih mahal dibandingkan kristaloid. Albumin adalah koloid yang
paling mahal di Eropa jika dihitung per satuan liter. Bagaimanapun, jika biaya
adalah satu-satunya faktor yang mempengengaruhi target hemodinamik, situasi
akan lebih mudah, tetapi aspek lain harus tetap kita pertimbangkan. Sebagai
contoh, bagaimana edema yang terjadi ketika cairan kristaloid yang diberikan
dalam volume yang besar? Bagaimana kemungkinan efek yang menguntungkan
terhadap fungsi organ? Bagaimana dengan waktu tinggal (length of stay),
kebutuhan untuk ventilasi mekanik, dan toleransi terhadap enteral feeding?
Meskipun efek pada fungsi organ kecil mungkin membutuhkan lebih sedikit
teknologi yang mahal dengan demikian biaya lebih murah. Sayang sekali, data
dari pertanyaan diatas masih sedikit dan butuh penelitian yang kuat.
Kandungan Spesifik Dari Koloid
Larutan gelatin
Larutan gelatin terbuat dari kolagen bovine dan tidak tersedia di Amerika
Utara. Ada 2 tipe larutan gelatin, urea-bridge dan succiunylated form.
Berat molekul yang relatif kecil dari larutan ini menyebabkan larutan ini
baik dalam ekspansi volume, tetapi waktu tinggal dalam intravaskuler singkat.
Larutan gelatin sangat cepat dieksresikan oleh ginjal.
Meskipun gelatin biasanya dianggap bebas efek dalam sistem koagulasi,
beberapa menunjukkan pengaruh terhadap pembekuan.
Larutan gelatin dapat membangkitkan reaksi alergi dibanding larutan lain.
Reaksi anafilaktoid terjadi pada 0,345% pasien, tetapi reaksi anafilaksis yang
sesungguhnya jarang terjadi.
Larutan Dextran
Larutan dextran dihasilkan dari hidroksilasi dari polisakaride oleh bakteri,
akan menghasilkan substansi dengan beragam berat molekul. Dua tipe utama
dari dextran yang tersedia, dextran 40 dan 70, berhubungan dengan rata-rata
berat molekul.
Pemberian 500mL dextran 40 dapat meningkatkan volume intravaskuler
750 dalam 1 jam.
Larutan dextran terutama diekskresikan oleh ginjal, meskipun sebagian
dibersihkan secara endogen. Molekul yang lebih kecil (14.000 – 18.000 kDa)
dapat cepat di ekskresikan dalam 15 menit, sedangkan molekul yang lebih besar
(55.000 kDa) dapat bertahan di sirkulasi untuk beberapa hari. Menurut
pengalaman, lebih dari 40% dextran 40 dan 70% dextran 70 tinggal di sirkulasi
dalam 12 jam.
Dextran dapat mempengaruhi sistem koagulasi dengan bermacam cara.
Dextran dapat menurunkan adhesi platelet, memicu fibrinolisis, menurunkan
fibrinogen, dan juga menurunkan viskositas darah. Efek ini dapat menjelaskan
kenapa larutan dextran dapat dipakai sebagai antikoagulan dalam mencegah
fenomena thromboembolism. Bagaimanapun, heparin tetap menggantikan
dextran untuk indikasi antikoagulan. Efek ini juga menjelaskan mengapa ketika
diberikan dalam jumlah besar, terjadi kecenderungan perdarahan.
Larutan dextran dihubungkan dengan perkembangan gagal ginjal,
terutama pada pasien hipovolemik.
Reaksi anafilaktoid masih menjadi resiko utama dari larutan dextran.
(0,273% pasien dengan dextran 70). hal tersebut, bagaimanapun juga, dapat
dicegah.
Kesimpulan