Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ILMU PENYAKIT MULUT

KASUS MINOR NON-ULSER


LAPORAN KASUS

Milda Ernawati Habibah


160112130028

Pembimbing :
Erna Herawati, drg., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii


BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS ...........................................................................3
2.1. Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut .....................................................3
2.1.1 Data Pasien ................................................................................3
2.1.2 Anamnesis .................................................................................3
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik ........................................................4
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu .....................................................4
2.1.5 Kondisi Umum ..........................................................................4
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral ...........................................................4
2.1.7 Pemeriksaan Intraoral ................................................................5
2.1.8 Gambar Kasus ...........................................................................6
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang .............................................................6
2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding ...........................................6
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan .........................................6
2.2. Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut (1) .............................................7
2.2.1 Anamnesis .................................................................................7
2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral .............................................................8
2.2.3 Pemeriksaan Intraoral ................................................................8
2.2.4 Gambar Kasus ...........................................................................9
2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang ...................................................9
2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding .............................................10
2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan ...........................................10
2.3 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut (2) .............................................10
2.3.1 Anamnesis .................................................................................10
2.3.2 Pemeriksaan Ekstraoral .............................................................11
2.3.3 Pemeriksaan Intraoral ................................................................11
2.3.4 Gambar Kasus ...........................................................................12

ii
2.3.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang ...................................................12
2.3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding .............................................13
2.3.7 Rencana Perawatan dan Perawatan ...........................................13
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................13
3.1 Lidah
3.2 Coated Tongue ....................................................................................13
3.2.1 Definisi ......................................................................................13
3.2.2 Etiologi ......................................................................................13
3.2.3 Gambaran Klinis .......................................................................13
3.2.4 Diagnosis Banding ....................................................................14
3.2.5 Perawatan ..................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................20
BAB V KESIMPULAN ..............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Bibir dan lidah dapat menjadi lokasi terjadinya lesi pada rongga mulut.

Beberapa kondisi yang melibatkan mukosa oral secara umum dapat juga

mempengaruhi bibir dan lidah. Bibir merupakan daerah perbatasan atau peralihan

antara membran mukosa oral dan kulit wajah. Perubahan yang terjadi pada bibir

perlu diperhatikan seperti perubahan warna dan konsistensi bibir (Ghom, 2010).

Lidah merupakan bagian yang cukup besar yang berada di dalam rongga

mulut dan dapat terkena dengan berbagai macam lesi. Lidah dapat mengalami

salah satu penyakit mulut atau dapat menjadi tanda dari penyakit sistemik. Lidah

berasal dari bahasa Latin yaitu lingua dan dari bahasa Yunani yaitu glossa.

Sebagian besar lidah berada di rongga mulut yaitu 2/3 anterior lidah dan sebagian

lagi terhubung dengan faring yaitu bagian 1/3 posterior lidah (Ghom, 2010).

Lidah adalah organ muskular yang terletak di dasar mulut, berhubungan

dengan fungsi penelanan, perasa, dan bicara. Lidah memiliki bagian yaitu bagian

dasar, badan, dan ujung. Lidah juga memiliki dua permukaan, yaitu permukaan

dorsal dan ventral. Permukaan dorsal dibagi menjadi bagian oral dan faring dan

permukaan ventral hanya terbatas di rongga mulut (Ghom, 2010).

Lidah yang normal memiliki sebuah selaput yang terdiri dari lapisan mukus

(lendir), sel-sel epitel terdeskuamasi, mikroorganisme, dan debris. Pada individu

yang sehat lidah selalu bergerak sehingga terdapat aliran saliva yang selalu

mengalir, hal ini membuat selaput tetap ada dalam jumlah yang sedikit. Jika ada

gangguan kesehatan pada seorang individu maka akan mempengaruhi

1
2

keseimbangan rongga mulutnya, sehingga menyebabkan lapisan selaput normal

pada lidah menjadi lebih tebal dengan cepat. Jika berkurangnya pergerakan lidah

yang disebabkan karena lesi minor yang sakit, gangguan aliran saliva, konsumsi

tembakau atau alkohol, gangguan pada sistem pencernaan atau pernafasan, atau

kondisi demam terjadi maka akibatnya dapat menyebabkan selaput normal pada

lidah menjadi lebih tebal dan membentuk lapisan plak putih atau berwarna (Field

and Longman, 2003).

Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai coated tongue secara

rinci pada pasien wanita berusia 24 tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan

Mulut FKG Unpad dengan keluhan lidahnya terlihat kotor dan terlihat selaput

putih pada lidah.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal pemeriksaan : 17 November 2015

2.1.1 Data Pasien (data disamarkan)

Nomor Rekam Medik : 2013-00xxx

Nama Pasien : Nn. CKM

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Bandung

2.1.2 Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan lidahnya terlihat kotor, terdapat selaput

putih pada lidah yang membuat pasien merasa tidak nyaman, keluhan terasa sejak

±2 minggu yang lalu. Keluhan terkadang hilang timbul dan sering muncul saat

pasien kurang minum. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi panas setiap pagi

hari. Pasien tidak merasakan sakit pada lidahnya namun seringkali pasien merasa

terganggu dengan lidahnya yang terasa kotor. Dalam rentang ±1 minggu terakhir

pasien jarang makan makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan, pasien juga

3
4

hanya mengonsumsi air putih ±4 gelas dalam sehari. Dalam seminggu terakhir

pola tidur pasien sedang tidak teratur. Pasien ingin lidahnya kembali normal.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Kelainan GIT Ya Dispepsia

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Suhu : Afebris

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Pernafasan : 16 kali/menit

Nadi : 68 kali/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik

TMJ Kliking kiri, deviasi kiri


5

Bibir Terdapat deskuamasi ringan

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral TAK

Lain-lain -

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik/Sedang/Buruk Plak +/-

Kalkulus +/- Stain +/-

Gingiva : Tidak ada kelainan

Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 36-37 dan 46-47

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Terdapat selaput putih pada 2/3 dorsum lidah, dapat

discrap dan tidak meninggalkan daerah erythema, teraan

gigitan pada lateral lidah

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Status Gigi :

UE cs cs cs cs UE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

UE cs cs cs cm UE
6

2.1.8 Gambar Kasus

a b

Gambar 2.1 (a) Gambar bibir pasien, terdapat


deskuamasi ringan, (b) Teraan gigitan pada
regio 36-37, (c) Teraan gigitan pada regio 46-47, (d)
Terdapat selaput putih pada 2/3 dorsum lidah disertai
teraan gigitan pada lateral kanan dan kiri lidah
d

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Coated tongue

Diagnosis Banding : Candidiasis, hairy tongue, leukoplakia


7

Diagnosa : Crenated tongue

Diagnosis : Linea alba

Diagnosis Banding : Cheek biting

Diagnosis : Cheilitis exfoliative

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) OHI

Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari disertai sikat lidah

dengan tongue scraper 2x sehari

2) KIE

Pasien diinstruksikan untuk minum minimal 2L/hari, makan makanan

berserat seperti sayuran dan buah-buahan

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut (1)

Tanggal Pemeriksaan : 11 Desember 2015

2.2.1 Anamnesis

Pasien datang untuk kontrol (24 hari setelah kunjungan pertama), selaput

putih pada permukaan lidah berkurang, namun belum sepenuhnya hilang. Pasien

sudah menyikat lidah 2x sehari, namun bagian paling belakang lidah masih sulit

untuk dibersihkan karena sulit dijangkau dan pasien merasa mual. Pasien juga

sudah mengonsumsi air putih ±1 L/hari. Sejak kunjungan pertama sampai

sekarang, pasien sudah tidak mengonsumsi kopi lagi. Pasien juga selalu makan

sayur-sayuran dalam menu makanan hariannya. Keluhan pasien sejak kedatangan

pertama berkurang, namun masih terasa.


8

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Bibir Terdapat deskuamasi ringan

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral Tidak ada kelainan

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik (OHI-S/Indeks plak = 0,16)

Gingiva : Tidak ada kelainan

Stain : +/-

Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 36-37 dan 46-47

Mukosa labial : tidak ada kelainan

Palatum durum : tidak ada kelainan

Palatum mole : tidak ada kelainan

Frenulum : tidak ada kelainan

Lidah : Terdapat selaput putih pada 1/3 posterior dorsum lidah,

terdapat teraan gigitan pada bagian lateral lidah kanan-kiri

Dasar mulut : tidak ada kelainan


9

2.2.4 Gambar Kasus

a b

c d
Gambar 2.2 (a) Gambar bibir pasien membaik setelah kontrol pertama, namun masih
terdapat deskuamasi ringan, (b) Teraan gigitan pada regio 46-47, (c) Teraan gigitan pada
regio 36-37, dan (d) Masih terdapat selaput putih pada 1/3 posterior dorsum lidah disertai
teraan gigitan pada lateral kanan dan kiri lidah

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Coated tongue

Diagnosa : Crenated tongue


10

Diagnosis : Linea alba

Diagnosis : Cheilitis exfoliative ringan

2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) KIE dilanjutkan

2) Diet serat, konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan 2x sehari, air putih

2L/hari

3) OHI dilanjutkan

4) Sikat lidah 2x sehari

5) Kontrol kedua 5-10 hari

2.3 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut (2)

Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2015

2.3.1 Anamnesis

Pasien datang untuk kontrol (7 hari setelah kunjungan kedua), selaput

putih pada permukaan lidah pasien berkurang dari kunjungan sebelumnya, namun

masih ada sedikit pada bagian belakang lidahnya. Sekitar 2-3 hari yang lalu pasien

sempat kurang enak badan dan agak demam. Pasien tidak minum obat apapun

hanya istirahat yang cukup dan makan yang teratur. Pasien selalu mengonsumsi

buah, sayuran, dan minum air putih 2 Liter sehari. Pasien juga sudah teratur

menyikat lidah 2x sehari dengan menggunakan tongue scraper. Sekarang keluhan

pasien sudah tidak ada, lidahnya sudah terasa normal kembali.

2.3.2 Pemeriksaan Ekstraoral

Kelenjar Limfe
11

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Bibir Tidak ada kelainan

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral Tidak ada kelainan

Lain-lain -

2.3.3 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik (OHI-S/Indeks plak = 0,16)

Gingiva : TAK Stain : +/-

Mukosa bukal : terdapat peninggian mukosa/papula yang memanjang pada

regio 36-37 dan 46-47

Mukosa labial : tidak ada kelainan

Palatum durum : tidak ada kelainan

Palatum mole : tidak ada kelainan

Frenulum : tidak ada kelainan

Lidah : terdapat plak pseudomembran pada 1/3 posterior lidah,

terdapat teraan gigitan pada bagian lateral lidah kanan dan

kiri

Dasar mulut : tidak ada kelainan


12

2.3.4 Gambar Kasus

a b

d
Gambar 2.3 (a) Gambar bibir pasien yang sudah sembuh, (b) Teraan gigitan pada regio
46-47, (c) Teraan gigitan pada regio 36-37, dan (d) Masih terdapat sedikit selaput putih
pada 1/3 posterior dorsum lidah disertai teraan gigitan pada lateral kanan dan kiri lidah

2.3.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Post Coated tongue

Diagnosa : Crenated tongue

Diagnosis : Linea alba


13

2.3.7 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) KIE dilanjutkan

2) Diet serat konsumsi sayur, buah, minum 2 Liter/hari, minum yoghurt, makan

chewing gum rasa lemon

3) OHI dilanjutkan

4) Sikat lidah 2x sehari


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Lidah

3.1.1. Anatomi

Lidah merupakan organ di dalam rongga mulut yang terdiri dari susunan

otot yang hamper sepenuhnya ditutupi membran mukosa. Lidah menempati

hampir seluruh rongga mulut dan orofaring. Lidah memiliki banyak fungsi salah

satunya fungi pengecapan, selain itu lidah juga berperan dalam mastikasi

(pengunyahan), deglutasi (penelanan), artikulasi (berbicara), dan pembersihan

rongga mulut. Ada lima saraf kranial yang membantu inervasi kompleks organ

lidah yang multifungsional.

Dari anterior ke posterior, lidah memiliki tiga permukaan, yaitu bagian

ujung, badan, dan dasar. Bagian ujung lidah merupakan bagian yang sangat

banyak bergerak, berada di ujung anterior lidah. Bagian posterior sampe ujung

terdapat badan lidah, yang memiliki dua permukaan, yaitu bagian dorsal (superior)

dan ventral (inferior).

Sulkus median memisahkan lidah menjadi dua bagian menjadi kanan dan

kiri. Sulkus terminal atau disebut juga groove (lekuk), merupakan lekukan

berbentuk V yang memisahkan bagian badan lidah dari dasarnya. Ujung sulkus ini

adalah foramen caecum, yang merupakan sisa duktus thyroglossal proksimal.

Dasar lidah terdiri dari tonsil lingual dan di bagian paling inferior terdapat cincin

Waldeyer (Adil, 2016).

14
15

Gambar 3.1 Lidah, terlihat dari dorsal (Adil, 2016)

a. Papila Lingual

Permukaan badan lidah mendapatkan penampilan khasnya karena ada

papila lingual, yang merupakan proyeksi dari lamina propria yang ditutupi

dengan epitel. Terdapat empat jenis papila lingual yaitu papila sirkumvalata,

foliate, filiformis, dan fungiformis.

Pada manusia ada 8-12 papila valata, letaknya tepat di anterior pada

sulkus terminalis, bentuknya datar. Papila foliata merupakan lipatan kecil

mukosa yang lokasinya terdapat pada sepanjang permukaan lateral lidah.

Papila filiformis merupakan papila yang tipis dan panjang. Papila filiformis

ini merupakan papila terbanyak yang menutupi dorsum lidah, tetapi papila ini

tidak terlibat dalam pengecapan. Papila fungiformis berbentuk seperti jamur

dan berpencar paling banyak pada ujung lidah dan permukaan lateral lidah.

Manusia memiliki hampir 200-300 papila fungiformis.


16

Papila valata, foliata, dan fungiformis terdiri dari masing-masing 250,

1000, dan 1600 pengecap rasa (taste bud). Setiap pengecap rasa diinervasi

oleh serabut saraf dan memiliki lima sensasi rasa yang berbeda, yaitu asin,

manis, pahit, asam, dan umami (Adil, 2016).

b. Muskular

Lidah memiliki otot intrinsik dan ekstrinsik (Tabel 3.1 dan Gambar

3.2). Otot pada setiap sisi lidah dipisahkan oleh septum fibrosa lingual.

Tabel 3.1 Otot Lidah (Adil, 2016)

Otot Tipe Asal Insertion Action


Lingual septum and Elevates tip and sides
Superior Margins of
Intrinsic submucous fibrous of tongue; shortens
longitudinal tongue
layer tongue
Inferior Body of hyoid and Curls tip inferiorly;
Intrinsic Apex of tongue
longitudinal base of tongue shortens tongue
Submucous Narrows and lengthens
Transverse Intrinsic Lingual septum
fibrous layer tongue
Superior surface of Inferior surface Flattens and broadens
Vertical Intrinsic
tongue of tongue tongue
Mental spine of Lateral and Depresses and
Genioglossus Extrinsic
mandible inferior tongue protrudes tongue
Body and greater horn Lateral and Depresses and retracts
Hyoglossus Extrinsic
of hyoid inferior tongue tongue
Styloid and stylohyoid Lateral and
Styloglossus Extrinsic Retracts tongue
ligament inferior tongue
Elevates posterior
Palatoglossus Extrinsic Palatine aponeurosis Lateral tongue
tongue
17

Gambar 3.2 Potongan sagital lidah (Adil, 2016)

c. Vaskularisasi

Vaskularisasi lidah sama seperti pada regio kepala dan leher, lidah

memperoleh suplai darah arteri dari arteri karotid eksterna. Cabang arteri

lingual keluar dari arteri karotid eksterna dalam ke otot stylohyoid. Cabang

arteri lingual berjalan superomedial, setelah itu berubah arah dan berpindah

ke anteroinferior. Nervus hypoglossal (nervus kranial XII) menyebrang secara

lateral sebelum memasuki lidah ke dalam otot hyoglossus.

Di dalam lidah, arteri lingual memberi vaskularisasi ke tiga cabang

utama: lingual dorsal, lingual dalam, dan arteri sublingual. Arteri lingual

dorsal menyuplai dasar lidah. Arteri lingual dalam mengalir pada permukaan

bawah lidah ke ujung lidah. Cabang glandula sublingualis dan dasar mulut

dikenal sebagai arteri sublingual (Adil, 2016).


18

d. Inervasi

Inervasi motorik untuk seluruh otot lidah datang dari nervus

hypoglossal dengan pengecualian palatoglossus, yang disuplai oleh plexus

faringeal. Sensasi umum untuk dua pertiga anterior lidah disuplai oleh nervus

lingual, cabang terminal dari divisi ketiga dari nervus trigeminal (Adil, 2016).

e. Drainase Limfe

Drainase limfe lidah cukup kompleks. Limfe dari ujung lidah berjalan

ke nodus limfe submental. Limfe ini bisa berjalan ipsilateral atau bilateral

tergantung lokasi lesi. Limfe dari dua pertiga anterior medial lidah berjalan ke

nodus limfe dalam servikal dan limfe dari lidah anterior lateral berjalan ke

arah nodus submandibular. Drainase limfe dasar lidah berjalan secara

bilateral ke dalam nodus limfe servikal dalam (Adil, 2016).

3.2. Coated Tongue

3.2.1. Definisi

Coated tongue atau tongue coating atau sering disebut juga furred tongue

merupakan lapisan tipis pada permukaan lidah yang berwarna putih dan dapat

berubah warna jika mengalami pewarnaan dari makanan atau minuman. Adanya

lapisan tipis pada permukaan lidah merupakan kumpulan dari epitel, debris

makanan dan mikroba (Cawson and Odell, 2002).

3.2.2. Etiologi

Penyebab dari coated tongue tidak diketahui secara pasti. Faktor

predisposisi yang mempengaruhi terjadinya coated tongue beragam. Pada keadaan

normal, lidah pada semua individu normal memiliki lapisan (coating) yang terdiri
19

dari lapisan mukus, sel epitel yang terdeskuamasi, organisme, dan debris. Individu

yang sehat, lidahnya sering digerakkan, terdapat aliran saliva, dan tetap

terlindungi lapisan tipis mukus. Adanya ketidakseimbangan pada kesehatan

individu dapat memengaruhi lapisan tersebut, keseimbangan dan lapisan pelapis

lidah akan menebal. Pergerakan lidah yang minimum dapat disebabkan oleh

terdapatnya lesi yang nyeri, gangguan aliran saliva, terpapar tembakau atau

alkohol berlebihan, kondisi demam, kelainan lambung atau pernafasan dapat

menyebabkan lidah membentuk lapisan plak putih atau berwarna yang disebut

Coated tongue (Laskaris, 2006; Field and Longmann, 2003).

Coated tongue atau tongue coating merupakan akibat dari peninggian

papila filiformis. Ketebalan tongue coating tergantung dari kondisi papila

filiformis, kepadatan, panjangnya, dan derajat keratinisasinya. Pembentukan

tongue coating dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor seperti

suhu, konsistensi makanan yang dikonsumsi, intensitas mengunyah dan fungi

motorik lidah (misalnya gerakan motorik lidah menurun karena paralisis, koma,

dll.) merupakan faktor penting dalam pembentukan tongue coating (Holla and

Fassmann, 2003).

Coated tongue umumnya lebih banyak terjadi pada pasien dengan usia tua

daripada pasien usia muda. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh perubahan

konsumsi makanan yang lebih lunak, kebersihan mulut yang buruk, dan

menurunnya laju aliran saliva dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya

akumulasi debris oral. Selain itu, penurunan papila fungiformis dan peninggian

papila filiformis berhubungan dengan usia. Penelitian menyebutkan terdapat


20

kecenderungan peningkatan tongue coating seiring dengan adanya keterlibatan

periodontal. Jumlah leukosit meningkat di dalam saliva pasien yang memiliki

penyakit periodontal dan terakumulasi di permukaan lidah. Menurut Gomez, et al

perluasan lapisan putih pada dorsum lidah lebih meluas pada pasien periodontitis

dibandingkan dengan pasien yang periodontalnya sehat. Coated tongue lebih

banyak ditemukan pada pasien xerostomia. Coated tongue juga terdapat pada

penderita kandidiasis kronis, hairy leukoplakia, atau black hairy tongue.

3.2.3. Gambaran Klinis

Lidah terlihat dilapisi permukaan yang putih atau putih kekuningan pada

dorsum lidah. Lesi ini disebabkan karena pemanjangan papilla filiformis sebanyak

3-4 mm dan merupakan akumulasi dari debris dan bakteri. Coated tongue ditandai

dengan lidah yang tertutupi lapisan putih yang dapat timbul dan menghilang

dalam jangka waktu singkat (Laskaris, 2006).

Lapisan dengan debris dan akumulasi makanan terbanyak biasanya

ditemukan di bagian posterior dorsum lidah, terutama di bagian tengah lidah.

Warna dari lapisan tidak berhubungan dengan jumlah bakteri. Terdapat hubungan

antara penampakan lapisan dengan warna kekuningan pada lidah dengan kopi

yang dikonsumsi pasien (Gomez, et al., 2001).

3.2.4. Indeks Coated Tongue

a. Indeks Kojima et al.

Kojima mengevaluasi coated tongue berdasarkan ketebalannya, yaitu

sebagai berikut:
21

Tabel 3.2 Indeks Kojima, et al. (Dencheva et al., 2010; Panov and Krasteva,
2012)
Indeks 0 Tidak ada akumulasi/secara visual tidak terlihat adanya lapisan
Indeks 1 Lidah tertutup oleh lapisan tipis kurang dari 1/3 posterior lidah
Lidah tertutup oleh lapisan tipis kurang dari 2/3 atau tertutup lapisan
Indeks 2
tebal kurang dari 1/3
Lidah tertutup oleh lapisan tipis lebih dari 2/3 atau tertutup lapisan
Indeks 3
tebal kurang dari 2/3
Indeks 4 Lidah tertutup oleh lapisan tebal lebih dari 2/3

b. Yaegaki & Sanada (1992b)

Yaegaki & Sanada (1992b), mendeskripsikan metode untuk mengukur

coated tongue dengan mengambil lapisan menggunakan tongue scraper dan

beratnya diukur.

c. Gross et al. (1975)

Gross et al. (1975) menggunakan indeks (0 sampai 3, dengan

penilaian dari tidak ada lapisan sampai terdapat lapisan tebal yang parah),

deskripsi klinis maupun foto dilakukan untuk memperlihatkan indeks ini.

d. Bosy et al (1994)

Bosy et al (1994) memperkirakan jumlah lapisan pada permukaan

dorsal lidah dengan pemeriksaan visual dengan penilaian berat, medium,

ringan, atau tidak ada.

e. Indeks Miyazaki et al. (1995)

Miyazaki, et al. (1995) menilai status coated tongue berdasarkan luas

area lidah yang terlibat dengan memberikan nilai sebagai berikut: skor 0:

tidak ada sama sekali, 1: kurang dari sepertiga permukaan dorsum lidah, 2:

kurang dari dua pertiga, 3: lebih dari dua pertiga.


22

f. Chen (1987)

Chen (1987) mengklasifikasikan coated tongue berdasarkan warna

(putih, kuning, abu, dan hitam) dan berdasarkan kualitas lidah (kering, licin,

kering dan kasar, berduri, berbulu sebagian, seluruhnya berbulu).

g. Indeks Modifikasi Miyazaki et al. (1995)

Prosedur lain untuk memeriksa coated tongue yaitu dengan

menggunakan indeks Miyazaki et al. (1995). Lidah dibagi menjadi beberapa

bagian, dari papila valata sampai ujung lidah, yaitu sepertiga posterior,

sepertiga tengah, dan sepertiga anterior (berdasarkan Miyazaki et al. 1995).

Pembagian lainnya yaitu dari kiri ke kanan, yaitu sepertiga kiri, sepertiga

tengah, dan sepertiga kanan. Diskolorasi diberi nilai dengan skala dari 0

sampai 4 (0=pink, 1=putih, 2=kuning/coklat muda, 3=coklat, 4=hitam) dan

ketebalan lapisan coating diberi nilai dari skala 0 sampai 2 (0=tidak ada

lapisan, 1= lapisan sedikit dan tipis dan 2=lapisan banyak dan tebal). Lapisan

sedikit dan tipis dinilai jika warna pink lidah di bawahnya masih dapat

terlihat secara visual meskipun terdapat lapisan putih di atasnya. Lapisan

banyak dan tebal dinilai jika tidak terlihat sama sekali warna pink dari lidah.
23

Gambar 3.3 Diskolorasi lidah: skala 0: pink; skala 1: putih, skala 2:


kuning/coklat muda, skala 3: coklat, skala 4: hitam.

Gambar 3.4 Ketebalan lapisan: skala 0: tidak ada lapisan putih; skala 1:
lapisan tipis; skala 2: lapisan tebal. Contoh gambar menunjukkan diskolorasi
putih dan kuning.
24

3.2.5. Diagnosis Banding

Laskaris (2006) menyebutkan ada tiga diagnosis banding dari coated

tongue, yaitu kandidiasis, hairy tongue, dan leukoplakia.

a. Kandidiasis

Salah satu diagnosis banding dari pasien coated tongue ini adalah

oral kandidiasis. Candida spp merupakan jamur yang terdistribusi secara

meluas menjadi flora komensal di dalam tubuh manusia. Ketika dilakukan

apusan dari kulit, usus, vagina, atau mulut pada individu sehat, Candida

spesies selalu ditemukan, terutama Candida albicans. Spesies oral kandida

normal sekitar 40%. Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang paling sering

terjadi di rongga mulut (Field and Longmann, 2003).

Tabel 3.3 Faktor Predisposisi Oral Kandidosis (Field and Longmann, 2003)
Faktor Deskripsi
Psikologis Usia tua, bayi, kehamilan
Trauma jaringan lokal Iritasi mukosa, kebersihan mulut yang buruk, alat dental
Terapi antibiotik Spektrum luas (lokal atau sistemik)
Terapi kortikosteroid Topikal, sistemik, dan inhaler
Malnutrisi Defisiensi haematinik- diet tinggi karbohidrat
Defek immun AIDS
Gangguan endokrin Diabetes mellitus, Addison’s disease, hypothyroidism
Keganasan Leukemia, agranulocytosis
Hipofungsi kelenjar Iradiasi, Sjögren sindrom, obat serogenik
saliva
Jamur yang paling utama menyebabkan kandidiasis yaitu Candida

albicans, dan juga terkadang dapat disebabkan oleh C.glabrata, C.krusei,

C.tropicalis, C.pseudotropicalis dan C.parapsilosis. Faktor predisposisi lokal

yang dapat menyebabkan kandidiasis seperti kebersihan mulut yang buruk,

serostomia, trauma mukosa, gigi tiruan, obat kumur antibiotik dan juga faktor

predisposisi sistemik seperti penggunaan antibiotik spektrum luas, steroid,


25

obat-obatan immunosupresi, radiasi, infeksi HIV, keganasan hematologi,

neutropenia, anemia kekurangan zat besi, immunodefisiensi sel, dan kelainan

endokrin (Laskaris, 2006).

Gambaran klinis dari oral kandidiasis bervariasi. Diklasifikasikan

oleh Lehner (1960), ia membagi kandidiasis menjadi akut (pseudomembran

dan atrofik) serta akut (atrofik dan hiperplastik) (Field and Longmann, 2003)

Gambaran klinis kandidiasis bervariasi diklasifikasikan menjadi lesi

primer dan sekunder. Lesi primer berada pada daerah oral dan peroral, dan

lesi sekunder merupakan lesi oral penyakit mukokutan (Laskaris, 2006).

Greenberg and Glick (2003) membagi kandidiasis berdasarkan onset

dan durasi, gambaran klinis, termasuk di dalamnya warna, lokasi, adanya

infeksi kulit, dan hubungannya dengan kondisi immunokompromis.

Tabel 3.4 Klasifikasi Kandidiasis Oral (Greenberg and Glick, 2003)


26

b. Hairy Tongue

Hairy tongue atau lidah berambut merupakan suatu kondisi yang

biasa terjadi akibat adanya penumpukan deskuamasi pada papilla filiformis

sekunder lidah di bagian dorsum lidah. Pembentukan keratin menghasilkan

pemanjangan papila sehingga terlihat seperti rambut. Penyebab dari kelainan

ini tidak diketahui, namun terdapat faktor predisposisi yang dapat

menimbulkan kelainan ini, yaitu tembakau (perokok berat), kebersihan

rongga mulut yang buruk, obat kumur yang mengandung oksida atau antasid,

antibiotik spektrum luas seperti penisilin dan steroid sistemik, terapi radiasi

untuk keganasan, stress, dan infeksi bakteri serta jamur Candida sp

(Greenberg and Glick, 2003; Laskaris, 2006).

Secara klinis, hairy tongue biasanya melibatkan dua pertiga anterior

pada dorsum lidah, dengan predileksi di anterior tengah sampai papila

sirkumvalata. Terlihat pada lidah pasien adanya pemanjangan papilla

filiformis pada dorsum lidah dan sedikit deskuamasi papila. Lidah tampak

tebal dan seperti karpet. Warna yang terlihat bermacam-macam mulai dari

putih, kuning sampai coklat atau hitam, biasanya tergantung dari apa yang

pasien makan. Meskipun lesi biasanya asimptomatik, papila dapat

menyebabkan refleks muntah atau terasa geli di tenggorokan. Hairy tounge

dapat menyebabkan halitosis atau rasa yang aneh (Greenberg and Glick,

2003; Laskaris, 2006).


27

c. Leukoplakia

Leukoplakia adalah lesi putih yang melibatkan mukosa oral, tidak

dapat dihilangkan dengan digosok, dan tidak dapat diklasifikasikan dengan

lesi lain tanpa pemeriksaan histologis. Leukoplakia dapat mengenai area

manapun di rongga mulut dan secara umum terlihat gambaran seperti

keratosis jinak. Leukoplakia biasanya dihubungkan dengan trauma dan

pemakaian tembakau. Menurut penelitian, ada hubungan antara leukoplakia

dan frekuensi serta durasi pemakaian tembakau.

Proliferative verrucous leukoplakia (PVL) merupakan bentuk unik

verrucous leukoplakia oral yang berhubungan dengan risiko tinggi squamous

cell carcinoma. Lesi ini lebih sering terjadi pada laki-laki, penelitian

menyebutkan terjadi di atas usia 62 tahun. PVL juga dihubungkan dengan

Human papilloma virus (HPV) tipe 16.

Secara klinis leukoplakia tampak berwarna putih pada mukosa oral,

kadang homogen, kadang berkerut, dan kadang verrucous atau permukaannya

berfisur. Lesi ini kadang terlihat transparan dan tipis seperti sarang laba-laba

atau dapat juga padat dan tebal. (Greenberg and Glick, 2003; Field and

Longmann, 2003) .

3.2.6. Perawatan

Pasien harus diperiksa apakah memiliki penyakit sistemik atau tidak.

Adanya lapisan selaput pada lidah dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada

pasien. Kadang-kadang pembersihannya sulit dilakukan karena seringkali melekat

erat pada lidah terutama di bagian posterior. Penyikatan lidah seringkali


28

disarankan untuk membersihkan lidah, atau dengan menggunakan tongue

scrapper. Obat kumur effervescent yang mengandung asam askorbat dapat

membantu jika dilakukan dibarengi dengan penyikatan lidah. Pasien diinstrusikan

mengobati keadaan yang menyebabkan coated tongue tersebut dan meningkatkan

kebersihan mulut (Field dan Longmann, 2003; Laskaris, 2006).


BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan intraoral ditemukan lidah pasien berselaput putih dan

didiagnosa sebagai coated tongue. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada

literatur, bahwa gambaran klinis dari coated tongue adalah lidah yang dilapisi

permukaan yang putih atau putih kekuningan pada dorsum lidah akibat

pemanjangan papila filiformis sebanyak 3-4 mm serta akumulasi debris dan

bakteri. Pada setiap individu normal lidah secara alami dilapisi oleh mukus,

deskuamasi sel epitel, organisme, dan debris. Pada individu sehat, lidah selalu

bergerak dan terdapat aliran saliva sehingga lapisan tersebut tetap sedikit.

Faktor-faktor yang menjadi etiologi dari coated tongue yaitu kebersihan

mulut yang buruk, xerostomia, individu yang sakit, diet makanan lunak, orang

yang rahangnya tak bergigi, gangguan aliran saliva, dan merokok. Dalam kasus

ini, pasien mengalami coated tongue yang disebabkan karena pasien jarang makan

makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan, konsumsi air minum pasien juga

sedikit dan jarang menyikat lidahnya. Pasien yang jarang mengonsumsi sayur dan

buah menyebabkan kurangnya pembersihan alami terhadap lidah sehingga terjadi

penumpukan debris dan bakteri, ditambah dengan kebiasaan pasien yang jarang

menyikat lidah. Kebiasaan pasien meminum kopi mempengaruhi warna dari

lapisan coated tongue pada lidah pasien.

Terapi yang diberikan pada pasien saat kunjungan adalah OHI (Oral

hygiene Instruction) dan KIE yang mencakup instruksi untuk menjaga kebersihan

29
30

mulutnya dengan menyikat gigi dua kali sehari setelah makan pagi dan sebelum

tidur malam. Pasien juga diinstruksikan untuk menyikat lidah dengan tongue

scraper dua kali sehari. Pasien juga dianjurkan untuk hidup sehat dengan minum

minimal 2L/hari, makan makanan dengan gizi seimbang dan perbanyak makanan

berserat seperti sayuran dan buah-buahan.

Pasien diinstruksikan untuk kontrol untuk melihat tingkat keberhasilan dari

perawatan yang telah diberikan. Pada saat kontrol terlihat selaput putih pada lidah

pasien berkurang walaupun belum sepenuhnya hilang. Pasien sudah mengikuti

instruksi yang diberikan dengan menyikat gigi teratur dan menyikat lidahnya.

Namun, pasien kesulitan untuk menyikat bagian posterior karena terasa mual.

Terapi yang diberikan menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada pasien, selaput

putih pada dorsum lidah pasien dan keluhan berupa perasaan tidak enak pada

pasien menghilang.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan intraoral, dapat ditarik

kesimpulan pasien mengalami coated tongue. Pada pemeriksaan intraoral

ditemukan permukaan lidah ditutupi lapisan putih pada dorsum lidah. Coated

tongue yang dialami pasien disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang baik,

kurang konsumsi air putih dan kurang asupan serat dari makanan.

Pasien tidak diberikan obat-obatan. Pasien dianjurkan untuk menjaga

kebersihan mulut dengan cara menyikat gigi dua kali sehari dan membersihkan

lidah dengan tongue scrapper atau sikat gigi berbulu halus dua kali sehari, diet

makanan sehat, berserat, dan gizi seimbang, dan minum air mineral 2 Liter

perhari.

31
DAFTAR PUSTAKA

Adil, Eelam Aalia. 2016. Tongue Anatomy.

Anura, A. 2014. Traumatic Oral Mucosal Lesions: A Mini Review and Clinical
Update. OHDM - Vol. 13 - No. 2.

Dencheva, Maria. et al. 2010. Oral findings in patients with replaced renal
function – a pilot study. Journal of IMAB – Annual proceeding
(Scientific papers); vol.16, book 4. DOI:
http://dx.doi.org/10.5272/jimab.1642010_54.

Ghom, Anil Govindrao. 2010. Textbook of Oral Medicine. Second Edition. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. Chapter 22.

Gomez, S.Mantilla; Danser, M.M.; Sipos, P.M.; Rowshani, B.; Velden, U.van der;
Weijden, G.A.van der. 2001. Tongue coating and salivary bacterial
counts in healthy/gingivitis subjects and periodontitis patients. J Clin
Periodontal; 28: 970-978. Munksgaard:

Field, A. And L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed. Liverpool.
Oxford University Press.

Greenberg, M.S. and M. Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th ed. Hamilton: BC Decker Inc. halaman 80
Holla, Lydie Izakovicova and Fassmann, Antonin. 2003. University Textbook of
Oral Mucosal Disease. Masaryk University in Brno. Faculty of Medicine.
Chapter 5.
Jordan, Richard C., Michael A. O. Lewis. 2004. A Color Handbook of Oral
Medicine. New York: Thieme. halaman 171
Langlais, R P., C.S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral Diseases. 3th ed.
USA: Lippincott William & Wilkins

Laskaris, George M.D., D.D.S., Ph.D. 2006. Pocket Atlas of Oral Diseases. New
York: Thieme
Mani, S.A., B.T.Shareef. 2007. Exfoliative Cheilitis: Report of a Case. JCDA.
Vol. 73, No. 7.

Panov, Vladimir E. and Krasteva, Assya. 2012. Tongue coating in patients with
gastrointestinal and liver diseases. Journal of IMAB-Annual proceeding
(Scientific papers), vol.18, book 2. DOI: 10.5272/jimab.2012182.188.

32
33

Roveroni, L.H., K.B. Lodi, J.D. Almeida. 2009. Topical Calendula officinalis L.
successfully treated exfoliative cheilitis: a case report. Cases Journal,
2:9077.

Anda mungkin juga menyukai