Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN-PENDEKATAN DAN TEKNIK-TEKNIK

DALAM BKB
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan konseling Belajar

Dosen Pengampu :
Dra. Ninik Setyowani, M.Pd
Muslikah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Wielina Ika Pramastanti (1301413002)
Wastiti Adiningrum (1301413006)
Shinta Yuniarti (1301413041)
Mahmudin (1301413075)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Bimbingan Dan
Konseling Belajar dengan judul “Pendekatan-Pendekatan Dan Teknik-Teknik Dalam
BKB”

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dra. Ninik Setyowani, M.Pd dan
Muslikah, S.Pd., M.Pd selaku dosen, teman-teman dan juga pihak lain yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Tiada gading yang tak retak, kami menyadari
bahwa makalah yang kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan, kritikan, dan saran yang bersifat
membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi
mahasiswa lain pada umumnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Semarang, 7 Mei 2014

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang/siswa pasti ingin memiliki prestasi yang tinggi di sekolahnya. Dalam
lingkungan sekolah sering ditemukan seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah
cipta (kognitif) yang lebih tinggi dari pada teman-temannya, ternyata hanya mampu
mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya itu. Bahkan, bukan hal
yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi
sampai ke titik yang lebih rendah daripada temannya yang berkapasitas rata-rata.

Sebaliknya, seorang siswa yang sebenaranya hanya memiliki kemampuan ranah


cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi (samapi batas optimal
kemampuannya) yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan belajar yang
efesien dan efektif. Konsekuensi positifnya ialah harga diri siswa tersebut melonjak
hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang diantarannya mungkin
berkapasitas kognitif lebih tinggi.

Melihat dari permasalahan itu, kami akan mencoba memamparkan mengenai


pendekatan belajar dan teknik-teknik dalam bimbingan dan konseling belajar sehingga
siswa yang memiliki ranah cipta (kognitif) yang tinggi maupun sedang dapat
memaksimalkan kemampuannya untuk berprestasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja macam pendekatan dalam belajar?
2. Apa saja macam metode dalam belajar?
3. Bagaiman teknik-teknik dalam bimbingan belajar?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui macam-macam pendekatan dalam belajar.


2. Agar mahasiswa mengetahui metode dalam belajar.
3. Agar mahasiswa mengetahui teknik-teknik dalam bimbingan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan dan Metode Belajar

2.1.1 Ragam Pendekatan Belajar

Banyak pendekatan belajar yang dapat di anda ajarakan kepada siswa untuk mempelajari
bidang studi ataua materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik
sampai yang paling modern. Di antara pendekatan-pendekatan belajar yang di pandang
representative (mewakili) yang klasik dan modern itu ialah: 1) Pendekatan hokum Jost; 2)
Pendekatan Ballar & Clanchy; dan 3) Pendekatan Biggs

1) Pendekatan Hukum Jost

Menurut Reber (1988), salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Josts
Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikan materi pelajaran akan lebih mudah
memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang kita tekuni.
Selanjutnya,berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar misalnya dengan kiat 4x2
adalah lebih baik dari pada 2x4 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut extending
sama.

Perumpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti contoh di atas


hingga kini masih cukup di pandang cukup berhasil guna terutam materi-materi hafalan.

2) Pendekatan Ballard & Clanchy


Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada umumnya di
pengaruhi oleh ikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam
siswa menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada
(conserving); dan sikap memperluas.
Siswa yang bersikap conserving pada umumnya mengunakan pendekatan belajar
“reproduktif” (bersifat menghasilakan kembali fakta dan informasi). Sementara itu, siswa
yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis”
(berdasarkan pemilihan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan mereka yang bersifat
extending cukup bannyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu
pendekatan spekulatif (berdasarkan pemilihan mendalam), yang bukan saja bertujuan
menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkanya, dapat anda lihat pada tabel 5.

Tabel 5
Perbandingan Pendekatan Belajar Ballard & Clanchy

Ragam Pendekatan Belajar dan Karakteristiknya


Reproduktif Analitis Spekulatif
Strateginya Strateginya Strateginya
-menghafal -berpikir kritis -sengaja mencari
-meniru -mempertanyakan kemungkinan dan penjelasan
-menjelaskan -menimbang- baru
-meringkas nimbang -berspekulasi dan membuat
-berargumen hipotesis

Pertanyaan : Pertanyaan : Pertanyaan :


-apa -mengapa ? -bagaimana kalau…?
-Bagaimana ?
-apa betul ?
-apa penting ?

Tujuanya : Tujuanya : Tujuanya :


Pembenaran/penyebutan Pembentukan Menciptakan/memgembanga
kembali materi kembali materi ke kan materi pengetahuan.
dalam pola
baru/berbeda

3) Pendekatan Biggs
Menurut hasi Penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat di
kelompokan ke dalam tiga pretotipe (bentuk dasar), yakni:
1) Pendekatan surface(permukaan/bersifat lahiriah)
2) Pebdekatan deep (mendalam)
3) Pendekatan achieving(pencapaian prestasi tinggi)

John B.Biggs, seorang professor kognitif (cognitvist) yang pernah mengetuai


Jurusan Pendidikan Universitas Hongkong selam beberapa tahun itu menyimpulkan
bahwa prototype prototype pendekatan belajar tadi umumnya di gunakan untuk siswa
berdasarkan motivnya, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan. Namun, agaknya
patut di duga bahwa antara motif siswa dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada
keterkaitan.(bandingkan Tabel 5 dengan Tabel 6)

Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena


dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu.
Oleh karena itu, gaya belajarnya santai,asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman
yang mendalam.

Tabel 6
Perbandingan Prototipe Pendekatan Belajar Biggs
Prototipe Motif dan Strategi
Pendekatan Belajar Karakteristik

1. Surface Ekstrinsik dengan ciri Memusatakan pada


approach(pendekatan menghindari kegagalan rincian materi dan
permukaan) tapi tidak belajar keras. semata-mata
memproduksi secara
persis

2. Deep approach Intrinsik dengan ciri Memaksimalkan


(pendekatan mendalam) berusaha memuaskam pemahaman dengan
ke ingin tahuan terhadap berpikir,banyak
isi materi membaca diskusi
3. Achieving approach
(pendekatan mencapai Ego-enchancement Mengoptimalkan
prestasi tinggi) dengan ciri bersaing pengaturan waktu dan
untuk meraih usaha belajar studi
nilai/prestasi tertinggi

Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena


memang dia tertarik dan merasa membutuhkanya (intrinsic). Oleh karena itu kgaya
belajarnya serius dan berusah memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara
mengaplikasikanya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik itu penting, tetapi yang lebih
penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi
kehidupanya.

Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achiving pada umumnya di


landasi oleh motiv ekstrinsik yang berciri khisus yang di sebut ego-enchanment yaitu
ambisi pribadi besar dalam meningkatkan prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa
ini lebih serius daraipada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainya. Dia
memiliki ketrampilan belajar (study skills) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam
mengatur waktu,ruang kerja,dan penelaahan isi silabus. Baginya,berkompetisi debgan
teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting,sehingga ia sangat disiplin,rapid
an sistematis serta berencan untuk maju ke depan.
Untuk melengkapi penjelasan mengenai prototype-prototipe pebdekatan belajr
yang di kembangkan Biigs itu,penyusun sajikan sebuah tabel perbandingan (Tabel 6) di
atas.

2. 2 Ragam Metode Belajar

a. Metode SQ3R

Untuk melengkapi uraian mengenai pendekatan dan strategi belajar sebagaimana


telah di sebutkan, berikut ini di sjikan sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya
yang terdapat dalam buku,artikel ilmiah,dan laporan penelitian. Kiat yang secara
spesisifik dirancang untuk memahami isi teks di sebut metode SQ3R yang di kembangkan
oleh Francais P.Robinson di Universitas Ohio Amerika Serikat. Metode tersebut bersufat
praktis dan dapat di aplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.

SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks


yang meliputi:

1. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks


2. Question,maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks
3. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusn.
4. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah di temukan.
5. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun
pada langakah kedua dan ketiga.

Langkah pertama. Survai anda perlu membantu dan mendorong sisiwa untuk
memerikasa atau meneliti secara singkat seluruh isi teks. Tujuannya adalah agar siswa
mengetahui panjangnya teks, judul bagian,dan judul subagian, istilah kata kunci, dan
sebagainya.
Langkah kedua. Anda seyogyannya memberi petunjuk atau contoh ke pada siswa
untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relefan sesuai bagian-
bagian teks yang telah di tandai di langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada
panjang pendeknya teks, dan kemampuan siswa dalam memahami teks yang sedang di
pelajari.

Langkah ketiga. Anda seyogyanya menyuruh suswa membaca secara aktif dalam
rangaka mencari jawaban atas pertanyan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini,
membaca aktif juga berarti membaca yang di fokuskan pad paragraph-paragraf yang di
perkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.

Langkah keempat. Seyogyanya anda menyuruh menyebutkan lagi jawaban-jawaban


yang teklah tersusun. Latih siswa untuk tidak membuka catatan jawaban.

Langkah kelima. Pada langkah terakhir (review) anda seyogyanya menyuruh siswa
menijau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

b. Metode PQ4R
Metode belajar lain yang dapat meningatkan kinerja memori dalam memahami
substansi teks adalah ciptaan Thomas & Robinson (1932) yang disebut PQ4R singkatan
dari preview, questions, read, reflect, recite, review. Tekknik PQ4R demikian menurut
Anderson (1990:211) pada hakikatnya merupakan penimbul pertanyaan dan Tanya jawab
yang dapat mendorong pembaca teks melakaukan pengolahan materi secara lebih
mendalam dan luas. Selanjutnya metode PQ4R itu sesuai dengan kepanjanganya terdiri
dari enam langkah pendukung upaya mempelajari materi bab dalam buku teks atau buku
daras sebagaimana yang dianjurkan Anderson (1990:210) di bawah ini.
Langkah 1, preview. bab yang akan di pelajari hendakanya di survey terlebih
dahulu untuk menentukan topic yang terdapat di dalamnya. Kemudian, subbab-subbab
yang ada di bab tersebut hendaknya di identifikasi sebagai unit-unit yang akan di baca.
Setelah iti gunakanlah 4 langkah berikutnya (langkah 2,3,4, dan 5) untuk memahami
subbab-subbab.
Langkah 2, questions. pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam subbab
hendaknya di susun misalnya dengan cara mengubah judul subbab yang bersangkutan ke
dalam bentuk kalimat-kalimat bertanya. Apabila sebuah subbab misalnya berbunyi
“kesulitan belajar” maka pertanyaan-pertanyaan yang relevan berbunyi 1) apakah
kesulitan belajar itu?: apakah factor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar itu?
Bagaimanakah cara mengatasi kesulitan belajar itu? Dst.
Langkah 3, read. Isi subab hendaknya dibaca secara cermat sambil menciba mencari
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah disusn tadi.
Langkah 4 reflect. Selama membaca, isi subab hendaknya dikenang secara
mendalam (dipikirkan) seraya berusaha memahami isi dan menangkap contoh-contohnya
serta mengubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Langkah 5, recite. Setelah sebuah subab selesai dibaca, informasi yang terdapat di
dalamnya hendaknya diingat-ingat. Lalu, semua pertanyaan mengenai subab tersebut
dijawab kalo ada jawaban yang kuran memuaskan, maka bagian tertentu yang sulit diingat
dan menyebabkan kesalahan jawaban itu hendaknya dibaca lagi.
Langkah 6, review. Setelah menyelesaikan satu bab, tanamkanlah materi bab
tersebut ke dalam memori sambil mengingat-ingat intisari-intisarinya. Kemudian,
jawablah sekali lagi seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan subbab subbab dari bab
tersebut.

2.2 Teknik-Teknik Dalam Bimbingan Belajar

2.2.1 Teknik individual


Dengan teknik ini pembimbing menghadapi seorang secara individual yang
bermasalah atau memerlukan berupa bimbingan. Maka disebut juga individual guidance
atau individual counseling (penyuluhan).
Suasana counseling dipengaruhi oleh pihak mana yang memulai proses bimbingan.
Mungkin dari pihak pembimbing yang memulai dan dapat terjadi dari pihak-pihak anak
yang menghadapi suatu masalah mengutarakan masalahnya kepada pembimbing untuk
mendapatkan bantuan seperlunya.
Dalam hubungan yang demikian dapat dibedakan beberapa teknik bimbingan dan
penyuluhan.
1) Directive Counseling
Dengan prosedur atau teknik pelayanan penyuluhan tertuju pada masalahnya,
konselor yang membuka jalan pemecahan masalah yang dihadapi klien. Tokoh dari
aliran Wiliamson menunjukan alasan bahwa:
a) Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri sukar memecahkan masalahnya,
tanpa bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
b) Anak yang berkesulitan sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang harus
dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
c) Mungkin ada masalah yang berat utnuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari
orang lain.

2) Non-Derective Counseling
Dengan prosedur ini pelayanan bimbingan diokuskan pada anak yang bermasalah
(klien) juga disebut clien centered counseling. Adanya pelayanan bimbingan
bukan pelayanan yang mengambil inisatif, tetapi klien sendiri yang mengambil
prakarsa, yang menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari
pihak lain. Tokoh dari aliran ini Cart Rogers memaparkan alasan sebagai berikut:
a) Setiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk menyesuaikan diri
serta memiliki dorongan yang kuat untuk berdiri sendiri.
b) Penyuluh hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam menciptakan
suasana damai, tenang, tidak tertekan, tiak merasa dipaksa dengan kesediannya
menyatakan kesulitannya kepada pembimbing.

3) Elective Counseling
Tekinik ini lebih lues (fleksibel) jika dibandingkan kedua teknik tersebut. Dengan
Elective Counseling pelayanan tidak dipusatkan pada penyuluh atau pada klien,
tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara lues, sehingga
tentang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalu memang
diperkukan. Tokoh aliran ini F.P Robinson mengutarakan bahwa:
a) Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda dengan masalah yang tidak
terbatas pada satu bidang kehidupan.
b) Langkah-langkah penyuluh harus selalu disesuaikan dengan keperluan yang
dituntut oleh situasi penyuluhan itu.

2.2.2 Teknik Kelompok


Teknik ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh beberapa orang murid. Dan dapat juga dipergunakan untuk membantu
memecahkan masalah yang dialami seorang individu.
Beberapa jenis bentuk yeknik bimbingan kelompok antara lain:
a. Home room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas diluar
jam pelajaran. Kegiatan home room program dapat dilakukan secara periodik, misalnya
seminggu sekali. Dalam kegiatan ini oleh pembimbing/konselor sekolah dan murid dapat
lebih dekat, seperti dalam situasi rumah. Kegiatan home rome dapat pula digunakan
sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalui kegiatan ini pembimbing dan murid
dapat berdiskusi tentang aspek tentang belajar.
b. File trip (karya wisata)
Dalam bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak menguntungkan.
Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari
dekat objek yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran sekolah.
Dengan karya wiasata murid-murid mendapatkan kesemparan untuk memperoleh
penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, kerja sama, dan tanggung jawab.
c. Diskusi kelompok (group discussion)
Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih
kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid telah bergabung dalam kelompok itu
mendiskusikan bersama berbagai permasalahan termasuk di dalamnya masalah belajar.
Masalah-masalah yang mungkin bisa didiskusiskan dalam kelompok misalnya :
1. Masalah pergaulan dengan orang tua
2. Kesukaan dalam belajar
3. Kesiapan memasuki perguruan tinggi
4. Masalah pengisian waktu luang
5. Masalah-masalah hubungan persahabatan
6. Masala-masalah OSIS dan lain-lain
Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan ole pembimbing
itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-
masing kelompok diskusi.

d. Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan
melakukan kegiatan bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial
positif dapat dikembangkan dengan baik.
Kegiatan kelompok yang bisa digunakan oleh anak misalnya bermain bersama,
melaksanakan kebersihan bersama, rekreasi bersama, dan piket bersama dan lain-lain.

e. Organisasi murid
Kegiatan organisasi murid misalnya OSIS sangat membantu proses pembentukan
anak, baik secara pribad maupun senbagai anggota masyarakat. Dengan organisasi asas
keseimbangan dapat dikembangkan dalam pembentukan pribadi. Kemampuan pribadi
dapat dikembangkan dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau masyarakat
dapat dikembangkan dengan baik pula.
f. Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan
kesempatan pada muri-murid untuk mendramatisasikan sikap tingkah laku atau
penghayatan seseorang srperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari. Maka
dari itu sosiodrama digunakan dalam pemecahan masalah social yang mengganggu belajar
dengan mengguankan drama sosial.
Tujuan penggunaan sosiodrama dalam teknik bimbingan adalah :
1. Membantu menggmbarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang dalam
menghadapi situasi sosial.
2. Bagaimana menggmbarkan cara memecahkan masalah sosial.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus
atau jangan sampai diambil dalam situasi sosial tertentu.
4. Membeikan pengalaman atau penghayatan situasi tertentu.
5. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi social dari berbagai sudut pandang.
g. Upacara
Upacara bendera merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak-anak dalam
melatih disiplin, melatih keterampilan, membentuk diri untuk dapat menghormati
pahlawan, cinta bangsa dan tanah air. Upacara bendera merupakan rangkaian kegiatan
sekolah untuk menanamkan, membina, dan meningkatkan penghayatan serta
mengamalkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia.

h. Papan bimbingan
Papan bimbingan adalah papan tulis yang dipasang diluar ruangan kelas dapat
menjadi suatu teknik bimbingan dan menjadi tempat persaingan murid-murid diwaktu
senggang. Pada bimbingan tersebut secara berkala dapat dilukiskan atau dapat
ditempelkan banyak hal misalnya, pengumuman penting, peristiwa yang sedang hangat,
berita keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita pembangunan, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di antara pendekatan-pendekatan belajar yang di pandang representative (mewakili)
yang klasik dan modern itu ialah:
1) Pendekatan hokum Jost
2) Pendekatan Ballar & Clanchy
3) Pendekatan Biggs

Ragam metode belajar :

1) Metode SQ3R
2) Metode PQ4R

Teknik bimbingan dapat dibagi menjadi dua yaitu:


1. Teknik Individual
Dengan teknik ini pembimbing menghadapi seorang secara individual yang
bermasalah atau memerlukan berupa bimbingan. Maka disebut juga individual
guidance atau individual counseling (penyuluhan). Teknik individual ini dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Directive Counseling
b. Non-Derective Counseling
c. Non-Derective Counseling

2. Teknik Kelompok
Teknik ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh beberapa orang murid. Dan dapat juga dipergunakan untuk
membantu memecahkan masalah yang dialami seorang individu.
a. Home room program
b. File trip (karya wisata)
c. Diskusi kelompok (group discussion)
d. Kegiatan bersama
e. Organisasi murid
f. Sosiodrama
g. Upacara
h. Papan bimbingan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supryono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2002. PSIKOLOGI BELAJAR Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai