09 - 260scar Hipertrofik Dan Keloid-Patofisiologi Dan Penatalaksanaan PDF
09 - 260scar Hipertrofik Dan Keloid-Patofisiologi Dan Penatalaksanaan PDF
ABSTRAK
Angka terjadinya kelainan fibrotik yang sering muncul pasca-luka terus meningkat, baik luka karena operasi elektif maupun luka yang disebabkan
oleh trauma lainnya. Seringkali disertai dengan keluhan lain seperti kontraktur, gatal hingga nyeri, sehingga mengganggu kualitas hidup
seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Secara umum kelainan fibrotik ini dibedakan atas scar hipertrofik dan keloid. Scar hipertrofik
lambat laun dapat terjadi regresi secara sempurna, sedangkan keloid jarang sekali terjadi regresi. Gambaran klinis keduanya seringkali serupa.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat antara kedua jenis kelainan fibrotik ini sebelum mengambil keputusan
untuk terapi. Saat ini sudah ada beberapa macam terapi yang ada, tetapi terapi ini pun masih terus berkembang. Melalui artikel ini akan dibahas
mengenai perbedaan mendasar antara kedua jenis kelainan fibrotik ini dan pilihan kombinasi terapi yang baik untuk penanganannya.
ABSTRACT
Excessive scars form following in wound healing from elective surgery and other traumatic may keep arise. Mostly it causes contractures, pruritus,
pain, and its affect the patient’s quality of life both physically and also physicology. Excessive scaring identified in two types: hypertrophic scar
and keloid. Sometimes hypertrophic scar generally regressing spontaneously but in keloid they do not regress with time. Clinically both of them
most similar but incorrect identification of scar type may bring clinician to inappropriate management. Nowdays there are many choices for
treat this excessive scar but still need more studies to find satisfied result. This review will summarize the different between hypertrophic scar
and keloid, management using therapeutic combination for excessive scar. Linda Sinto. Scar Hypertrophic and Keloid : Pathophysiology and
Management.
PENDAHULUAN akan meningkatkan insidens keloid.8 Gen berlangsung selama 2 hingga 3 hari. Diawali
Angka penderita scar pasca-luka terus yang diduga memiliki peran terjadinya keloid dengan vasokonstriksi untuk mencapai
meningkat baik karena luka penyembuhan adalah HLA-B14, HLA-B21, HLA-BW16, HLA- hemostasis. Pada fase ini keping darah
operasi elektif maupun luka karena luka BW35, HLA-DR5, dan HLA-DQW3.8 melepaskan growth factor seperti platelet-
bakar, laserasi, tato, akne, abses, dan injeksi.1 derived growth factor (PDGF) dan transforming
Karena sering disertai gatal hingga nyeri juga Keloid dapat terjadi pada semua ras, kecuali growth factor β (TGF-β). Neutrofil mencapai
kontraktur, scar sering menurunkan kualitas albino, dan ras kulit hitam memiliki risiko area luka dan memenuhi rongga perlukaan.
hidup.1 hingga 15 kali lebih besar.1,8 Angka kejadian Neutrofil akan memfagosit jaringan mati dan
keloid lebih tinggi pada saat masa pubertas mencegah infeksi. Selanjutnya monosit akan
Secara umum scar dibedakan menjadi dan kehamilan, dan menurun pada masa memasuki area luka. Makrofag memfagosit
dua bentuk, yaitu scar hipertrofik dan scar menopause. Hormon juga diduga menjadi debris dan bakteri serta berperan pada
keloid. Gambaran klinis kedua jenis ini dapat penyebab. Diduga ada peranan sel mast pada produksi growth factor yang dibutuhkan
sulit dibedakan, salah identifikasi dapat terjadinya keloid.1,5,8 untuk pembuatan matriks ekstraseluler
menyebabkan manajemen yang tidak tepat oleh fibroblas dan pembuluh darah baru
dan sering menghasilkan keputusan operasi PATOFISIOLOGI untuk penyembuhan luka. Oleh karena
yang salah.2 Ada 3 fase penyembuhan luka, yaitu fase itu, ketidakhadiran monosit atau makrofag
inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodelling. akan menghambat fase penyembuhan
EPIDEMIOLOGI luka. Terakhir, sel limfosit dan sel mast akan
Faktor risiko keloid diduga berkaitan dengan Fase Inflamasi berdatangan ke area luka, tetapi peranannya
beberapa hal. Riwayat keloid pada keluarga Fase ini dimulai saat terjadi luka dan masih belum diketahui pasti.1,3,4
Fase Proliferasi Pada fase awal terbentuknya scar hipertrofik, epitelisasi hingga 10-14 hari meningkatkan
Fase ini dimulai pada hari ke-4 hingga minggu terjadi hiperseluler, dan pada fase remodelling angka kejadian scar hipertrofik/keloid. Lokasi,
ke-3 setelah luka. Makrofag terus memproduksi sel fibroblas berkurang dan perlahan-lahan ukuran, kedalaman luka, usia pasien, dan
growth factor seperti PDGF dan TNF-β1 yang menjadi scar normal melalui proses apoptosis. keberhasilan terapi sebelumnya merupakan
membuat fibroblas dapat terus berproliferasi Proses ini mulai terjadi sejak hari ke-12 pertimbangan klinisi untuk menentukan
dan migrasi membentuk jaringan matriks pasca-luka. Penelitian pada scar hipertrofik terapi.
ekstraseluler. Selain itu, juga menstimulasi sel akibat luka bakar derajat tinggi menemukan
endotel untuk membentuk pembuluh darah keterlambatan proses apoptosis, yaitu pada Terapi Tekan
baru. Kolagen tipe III juga mulai terbentuk bulan ke-19-30 pasca-luka.1 Efektivitasnya masih kontroversial. Mekanisme
yang nantinya akan digantikan oleh kolagen kerja yang diharapkan adalah dengan
tipe I pada fase remodelling. Yang penting KLINIS pemberian tekanan, maka sintesis kolagen
pada fase ini adalah saat mulai terjadi Scar hipertrofik terbentuk mulai minggu ke-4 menurun karena terbatasnya suplai darah
pengisian rongga luka dengan kolagen maka hingga ke-6 setelah luka dan tumbuh cepat dan oksigen, serta nutrisi ke jaringan scar dan
fibroblas harus sudah berkurang dan proses hingga 6 bulan. Setelah itu akan mengalami apoptosis diharapkan meningkat. Tekanan
angiogenesis juga harus mulai melambat agar regresi hingga terbentuk jaringan normal. kontinu (15-40 mmHg) diberikan minimal 23
didapatkan scar normal.1,3,4 Sedangkan pada keloid scar terus bertumbuh jam dan/atau 1 hari selama minimal 6 bulan
dan cenderung menetap.1 atau selama scar masih aktif. Terapi ini terbatas
Fase Remodelling karena sering menyebabkan maserasi, eksema,
Fase terpanjang dalam fase penyembuhan Scar hipertrofik biasanya didahului trauma ataupun bau tidak sedap karena penggunaan
luka, berlangsung mulai minggu ke-3 hingga 1 dan luas scar tidak melebihi luas luka. Keloid bahan kain. Terapi tekan biasanya berhasil
tahun. Fase ini ditandai dengan kontraksi luka dapat didahului trauma dan kadang dapat lebih baik pada anak-anak.1
dan remodelling kolagen. Kolagen tipe I mulai terjadi spontan tanpa didahului luka. Scar
menggantikan kolagen tipe III. Kekuatan luka pada keloid dapat lebih luas dari area lukanya. Silicone Gel Sheeting
terus meningkat sejalan dengan reorganisasi Pada scar hipertrofik, tindakan pembedahan Silicone gel sheeting bekerja dengan
kolagen.1,4,6 dapat menjadi pilihan penanganan yang baik, cara meningkatkan temperatur parut
tetapi pada scar keloid, tindakan pembedahan 1-2 derajat dari suhu tubuh, keadaan ini
Fase inflamasi yang memanjang diduga sering menyebabkan scar menjadi lebih besar akan meningkatkan aktivitas kolagenase.9
merupakan salah satu penyebab timbulnya akibat luka operasi (Tabel 1).1,2 Penggunaan dianjurkan ≥12 jam dan/
scar hipertrofik atau keloid. Meningkatnya atau 1 hari dimulai sejak 2 minggu pasca-
jumlah sel-sel imun pada keloid meningkatkan PENATALAKSANAAN penyembuhan luka. Penggunaan silicone
aktivitas fibroblas dan terus terjadi Menghindari terjadinya luka berlebihan tetap sheet ini lebih disukai pada area yang sering
pembentukan matriks ekstraseluler. Hal ini merupakan solusi terbaik. Semua terapi dapat bergerak.1,7
juga yang diduga menyebabkan scar timbul dilakukan pada scar hipertrofik ataupun keloid.
melebihi margin atau batas luka pada keloid. Walaupun demikian, pembedaan klinis antara Extractum Cepae
Pada scar hipertrofik, infiltrasi sel imun akan keduanya tetap perlu terutama sebelum Extractum cepae dengan turunan spesifiknya
menurun sehingga mungkin terjadi regresi. tindakan pembedahan dan laser. adalah quercetin memiliki efek anti-inflamasi,
anti-bakterial, dan fibrinolitik, sehingga
Teori lain menyatakan bahwa TGF-β Angka keberhasilan lebih tinggi bila dilakukan mampu menghambat proliferasi fibroblas
memainkan peranan sangat penting dalam terapi kombinasi. Keterlambatan proses dan produksi kolagen pada keloid dan scar
terjadinya kelainan jaringan fibrotik ini. TGF-β1
dan TGF-β2 merupakan stimulan penting Tabel 1. Perbandingan epidemiologi, gambaran klinis, dan histologi antara scar hipertrofik dan keloid.1
sintesis kolagen dan proteoglikan serta
Scar Hipertrofik Scar Keloid
mempengaruhi matriks ekstraseluler yang
Insidens 40-70% terjadi pasca-operasi dan >90% pasca- 6-16% terjadi pada ras Afrika
tidak hanya meningkatkan sintesis kolagen luka bakar
tetapi juga menghambat pemecahannya. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, insidens tertinggi pada usia 20 hingga 30 tahun.
Sedangkan TGF-β3 yang ditemukan lebih
dominan pada fase akhir penyembuhan Area Predileksi Bahu, leher, sekitar sternum, lutut, pergelangan Dada depan, pundak, telinga, lengan atas, dan
kaki pipi
luka memiliki fungsi sebaliknya. Decorin Area paling jarang terkena: kelopak mata, kornea, telapak tangan, genitalia, dan telapak kaki
merupakan proteoglikan yang memiliki Onset 4-8 minggu setelah luka, pertumbuhan cepat Beberapa tahun setelah terjadinya luka atau
kemampuan mengikat dan menetralisir terjadi hingga 6 bulan kemudian mengalami spontan tanpa didahului luka di area dada tengah.
regresi Cenderung menetap, jarang regresi spontan.
TGF-β serta menurunkan protein matriks
Jarang berulang setelah eksisi scar awal Sering berulang setelah eksisi scar awal
ekstraseluler. Kadar decorin yang rendah
Gambaran Klinis Jarang meluas melebihi area luka Luas melebihi area luka
dapat memicu terjadinya kelainan fibrotik.1,6
G a m b a r a n Terorganisir. Tidak terorganisir, luas, tebal. Kolagen tipe I&III
Histopatologis Kolagen tipe III yang paralel epidermis, terdapat tanpa nodul atau miofibroblas. Vaskularisasi
Akhir-akhir ini dinyatakan bahwa apoptosis nodul mengandung miofibroblas dan banyak sangat buruk. Ekspresi ATP tinggi.
mengandung asam mukopolisakarida. Ekspresi
juga menjadi penyebab kelainan fibrosis.1 ATP rendah.
hipertrofik.1,7 Zat ini banyak ditemukan di hasil yang cukup baik, pada kasus tertentu acetonide. Cryotherapy menyebabkan
bawang, apel, anggur merah, dan teh hitam.2 terkadang dibutuhkan tambahan sesi.7 kerusakan vaskular, sehingga terjadi anoksia
Quercetin mampu menghambat TGF-β1 dan nekrosis jaringan.1,2,7
dan TGF-β2.7 Penggunaan topikal diberikan Pada terapi tunggal, hasil maksimal hingga
pasca-tindakan laser untuk menghilangkan rata sepenuhnya didapatkan pada scar yang Revisi Scar
tattoo dan sering digunakan sebagai terapi masih baru. Untuk scar lama, hasil yang dicapai Sebelum tindakan bedah, harus dipastikan
pencegahan terutama pasca-tindakan bedah.7 hanya lesi menjadi lebih kecil dan membantu perbedaan antara scar hipertrofi dan keloid.
mengurangi gejala.1 Efek samping yang sering Pada penanganan scar hipertrofi, scar <1
Injeksi Kortikosteroid muncul adalah atrofi kulit, telangiektasis, dan tahun masih dapat menunjukkan perbaikan
Kortikosteroid bekerja mensupresi proses rasa nyeri di area penyuntikan.1,2,7 tanpa manipulasi. Kemungkinan rekuren
inflamasi luka. Selain itu, kortikosteroid setelah tindakan bedah lebih kecil pada scar
mampu mengurangi sintesis kolagen Cryotherapy hipertrofik. Keloid memiliki angka rekuren
dan glikosaminoglikan, menghambat Dapat digunakan sebagai terapi tunggal 45-100% pasca-tindakan bedah. Tindakan
pertumbuhan fibroblas, dan meningkatkan ataupun kombinasi dengan terapi injeksi eksisi sering menyebabkan scar yang lebih
degradasi kolagen dan fibroblas. Injeksi kortikosteroid untuk hasil lebih maksimal. besar. Tindakan bedah sebaiknya dikombinasi
intralesi menggunakan triamcinolon acetonide Untuk kombinasi terapi, disarankan dengan injeksi triamcinolone acetonide dan
(TAC) 10-40 mg/mL diulang setiap 3-4 minggu cryotheraphy terlebih dahulu kemudian terapi tekan di area tindakan untuk hasil yang
dapat dilakukan hingga 6 bulan memberikan dilanjutkan dengan injeksi triamcinolon lebih baik.1,7
DAFTAR PUSTAKA
1. Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T, Ruzicka T, Jeschke MG. Hypertrophic scarring and keloids: Pathomechanisms and current and emerging treatment strategies. Mol
Med 2011;17(1-2):113-25. Available from: http://dupuytrens.org/DupPDFs/2011_Gauglitz.pdf
2. Maghrabi IA, Kabel AM. Management of keloid and hyperthropic scars: Role of nutrition, drugs, cryotherapy and phototherapy. World J Nutr Health 2014;2(2):28-32.
Available from: http://pubs.sciepub.com/jnh/2/2/4/
3. Sudjatmiko G. Petunjuk praktis ilmu bedah plastik rekonstruksi. 1st ed. Indonesia: Yayasan Khasanah Kebajikan; 2007
4. Thorne CH, Chung KC, Gosain AK, editors. Grabb and Smith’s plastic surgery. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2014. p. 14-9.
5. Atiyeh BS. Nonsurgical management of hypertrophic scars: Evidence-based therapies, standard practices, and emerging methods. Aesthetic Plas Surgery.
2007;31(5):468-92.
6. Huang C, Murphy GF, Akaishi S, Ogawa R. Keloids and hypertrophic scar: Update and future directions [Internet]. 2013. Available from: https://dash.harvard.edu/
bitstream/handle/1/13347635/4173836.pdf?sequence=1.
7. Gauglitz GG. Management of keloid and hypertrophic scars: Current and emerging options [Internet]. 2013. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3639020/
8. Jansen D. Keloid [Internet]. 2016. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1298013-overview#a1
9. Perdanakusuma DS, Noer MS. Penanganan parut hipertrofi dan keloid. Surabaya: Airlangga University Press; 2006.