Anda di halaman 1dari 5

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 1

PENGARUH RAGI TERHADAP PERTUMBUHAN YEAST PADA STARTER


DAN KONSENTRASI SARI BUAH BELIMBING TERHADAP KONVERSI
ALKOHOL DALAM PEMBUATAN ALKOHOL METODE FERMENTASI
DENGAN BANTUAN SC

Adelia Dian Oktaviani, Dwi Anggraini Multasih, Irvan Maulana dan Muhhammad Rezky
Fadilah *)

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Alkohol adalah kelompok yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksid (-OH) pada suatu
senyawa alkana. Alkohol dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula sederhana, pati, maupun bahan
berserat melalui proses fermentasi. Salah satu bahan yang mengandung gula yang dapat dimanfaatkan
sebagai alkohol adalah buah belimbing. Kandungan gula pada buah belimbing adalah 3,98 gram dari 100
gram belimbing. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae.
Adanya penurunan densitas tiap penambahan waktu. Fenomena penurunan densitas tiap penambahan
waktu tersebut terjadi karena semakin lama fermentasi aktivitas mikroba mengalami pertumbuhan dengan
berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin
banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol. Penambahan urea menyebabkan bertambahnya
jumlah koloni. Hal ini terjadi karena adanya kandungan nutrisi yang melimpah. Pada penurunan densitas
terjadi kenaikan yeast diakibatkan oleh perubahan sebagian glukosa menjadi etanol dan faktor lamanya
waktu membuat yeast yang digunakan mengalami peningkatan jumlah sel sehingga jumlah dan kemampuan
sel untuk mengkonversi senyawa gula menjadi etanol akan semakin meningkat. Semakin besar jumlah %V
starter yang ditambahkan maka jumlah alkohol yang di dapatkan juga akan semakin besar. Jumalah alkohol
paling besar pada variabel 8 dengan faktor konversi 90,98 %.

Kata kunci: Alkohol, Belimbing, Bioproses


Abstract
Alcohol is a group containing one or more hydroxide functional groups (-OH) in an alkane compound.
Alcohol are made of the containing simple sugar, starch, and fibrous material through fermentation. One
of the sugary fruit that can be used as an alcohool is starfruit. Sugar content of this fruit is 3.98 gram of
100 gram starfruit. The method used is fermentation with the help of Saccharomyces cerevisiae and the
analysis used is fehling titration. There is a decrease in the density of each additional time. The
phenomenon of density decrease in each additional time occurs because the longer the fermentation of
microbial activity grows by multiplying more and more, so with the increasing number of microbes then
more and more carbohydrates are decomposed into alcohol. The addition of urea shows an increase in
the number of colonies. This happens because of the abundant nutritional content. There was an increase
in the density of yeast to drop as a consequence of the change of glucose to make ethanol and the length
of time taken yeast used has increased the number of the compound and the ability of a cell to convert
sugar into ethanol will increase. Increase in the number of starter % v added an amount of alcohol and
there would also.

Keywords: Alcohol, Starfruits, Bioprocess, Fermentation, Sugar


Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 2

1. Pendahuluan ethanol (FGE). Produksi bioetanol dari tanaman yang


Alkohol adalah kelompok yang mengandung satu mengandung glukosa yang selanjutnya dilakukan proses
atau lebih gugus fungsi hidroksid (-OH) pada suatu fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast
senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus atau ragi sehingga diperoleh bioetanol sebagai sumber
umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat energi (Nasrun dkk., 2015).
yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah Secara umum mekanisme pembuatan bioetanol di
dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan bagi menjadi tiga tahap yaitu hidrolisis,fermentasi dan
alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi distilasi : pada tahap hidrolisis terjadi proses konversi
bisa menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R- pati menjadi glukosa. Prinsip dari hidrolisis pati pada
O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi
ikatan O-H. unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai
Alkohol dapat dibuat dari bahan yang polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
mengandung gula sederhana, pati, maupun bahan metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun
berserat melalui proses fermentasi. Mikroorganisme kombinasi keduanya lalu bergeser ke tahap fermentasi
yang umumnya digunakan dalam proses produksi pada proses ini terjadi perubahan gula menjadi alkohol
bioetanol adalah Saccharomyces cerevisiae. dan CO2 oleh mikroba, terutama oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae memiliki beberapa kelebihan Saccharomyces cerevisiae. Karbohidrat akan dipecah
dibandingkan dengan mikroorganisme lain yang dapat dahulu menjadi gula sederhana yaitu dengan hidrolisis
memproduksi alkohol. Kelebihan tersebut antara lain pati menjadi unit-unit glukosa. Perubahan gula
lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan, lebih tahan pereduksi menjadi etanol dilakukan oleh enzim
terhadap kadar alkohol tinggi, dan lebih mudah didapat invertrase, yaitu enzim kompleks yang terkandung
(Anizah dkk., 2012). dalam ragi. Setelah beberapa hari fermentasi dilanjutkan
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu ketahap pemurnian atau destilasi pada proses ini terjadi
spesies khamir yang memiliki daya konversi gula pemisahan anatara alkohol dan air karena perbedaan titik
menjadi etanol yang sangat tinggi. Mikroba ini biasanya didih, dan dihasilkanlah alkohol dengan kadar tertentu.
dikenal dengan baker’s yeast dan metabolismenya dapat
dipelajari dengan baik. Produk metabolit utama adalah Saccharomyces cerevisae
etanol, CO2, dan air, sedangkan produk lain dihasilkan Dalam pembuatan bioetanol pada umumnya
dalam jumlah sedikit. Khamir ini bersifat fakultatif menggunakan mikrooraganisme berupa khamir yaitu
anaerobik. Saccharomyces cerevisiae memerlukan suhu Saccharomyces cerevisae. Saccharomyces cerevisae
300C dan pH 4,0–4,5 agar dapat bertumbuh dengan baik adalah salah satu spesies khamir yang memiliki daya
(Khodijah dkk., 2015). konversi gula menjadi etanol yang sangat tinggi.
Salah satu bahan yang mengandung gula yang Mikroba ini biasanya dikenal dengan baker’s yeast dan
dapat dimanfaatkan sebagai alkohol adalah buah metabolismenya dapat dipelajari dengan baik. Produk
belimbing. Kandungan gula pada buah belimbing adalah metabolit utama adalah etanol, CO2, dan air, sedangkan
3,98 gram dari 100 gram belimbing. Buah belimbing ini produk lain dihasilkan dalam jumlah sedikit. Khamir ini
banyak ditanam di Indonesia, India, dan Malaysia. bersifat fakultatif anaerobik. Saccharomyces cerevisiae
Tanaman ini memiliki daun majemuk yang panjangnya memerlukan suhu 300C dan pH 4,0–4,5 agar dapat
dapat mencapai 50 cm, bunga berwarna merah muda bertumbuh dengan baik (Khodijah dkk., 2015).
yang umumnya muncul di ujung dahan, abang banyak,
serta batangnya dapat tumbuh mencapai 5 m (Parandica, Belimbing
2011). Dalam pembuatan bioetanol, bahan yang di
gunakan bisa berasal dari tumbuh-tumbuhan atau dari
Bioetanol buah-buahan salah satunya adalah belimbing. Buah
Bioetanol adalah cairan biokimia hasil dari belimbing manis merupakan buah banyak digemari
proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat yang masyarakat karena rasanya yang manis dan
menggunakan bantuan mikroorganisme. Etanol menyegarkan karena kandungan airnya yang tinggi,
dikategorikan dalam dua kelompok yaitu etanol serta mengandung gizi yang tinggi pula. Menurut Dinas
berhidrat (etanol 95-96 %) dan etanol unhidrat (etanol > Pertanian kota Depok, setiap 100 gram buah belimbing
99,6 %). Etanol kelompok kedua adalah etanol yang manis segar mengandung gizi yang terdiri dari kalori
digunakan sebagai bahan bakar dan disebut fuel grade 36,00 kal; protein 0,40 gram; lemak 1,40 gram;
karbohidrat 8,80 gram; kalsium 4,00 mg; fosfor 12,00
------------------------------------------------------------------
mg; zat besi 1,10 mg; vitamin A 170,00 mg; vitamin B1
*)
Penulis Korespondensi. 35,00 mg; vitamin C 0,90 mg; air 90,00 mg; dan bagian
E-mail: rezkyfadilah32@gmail.com yang dapat dimakan (bdd) 86,00%. Selain sebagai buah
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 3

segar, belimbing manis juga dapat berkhasiat sebagai densitas dan volume konstan diukur sebelum fermentasi
obat. dan fermentasi anaerob selama 5 hari.
Mengkonsumsi buah belimbing manis yang sudah
matang dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kadar kolesterol, mencegah kanker, serta memperlancar Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Densitas
pencernaan. Secara ilmiah, kandungan racun (toksisitas) Pada Starter
akut tanaman belimbing manis terbukti tidak beracun
dan aman digunakan. Daun dan buah belimbing dapat
digunakan untuk mengobati sakit gondong, cacar air,
demam dan wasir (Prastowo dkk., 2015).

METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sari buah belimbing, glukosa, urea, KH2PO4,
MgSO4, NaOH, H2SO4. Indikator MB, Aquadest, Ragi
roti (Fermipan), Fehling A dan Fehling B, sedangkan Gambar 1 Grafik hubungan jumlah urea terhadap
alat yang di gunakan adalah .Beaker glass, Gelas ukur, densitas pada starter.
Burt, statif, klem, Hemasitometer, Termometer , Kompor Dapat dilihat dari gambar 1 bahwa tersebut
listrik, Pipet tetes, Labu takar, Erlenmeyer, Corong dan untuk masing-masing starter A,B dan C, nilai densitas
Pengaduk. setiap harinya mengalami penurunan.
Prosedur Penelitian Fenomena penurunan densitas tiap penambahan
Tahapan penelitian ini sebagai berikut: (1) Analisis waktu tersebut terjadi karena semakin lama fermentasi
Bahan Baku, pada tahap ini dilakukan analisis kadar aktivitas mikroba mengalami pertumbuhan dengan
gula dan kadar air dari sari belimbing. (2) pembuatan berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan
starter, pada tahap ini Sari buah belimbing sebanyak semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin
200 mL ditambahkan 3 gr/l KH2PO4, 3 gr/l MgSO4, banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol.
dan urea sebanyak 3 gr/l sebagai nutrient (untuk 3 Dengan meningkatnya jumlah alkohol ini maka berat
variabel) lalu Larutan tersebut disterilkan dengan cara atau densitas daripada campuran alkohol-air akan
dididihkan selanjutttnya Adonan didinginkan sampai semakin rendah (Khodijah .2015)
dengan suhu kamar lalu pH diatur hingga 4,5, Hal tersebut sesuai dengan percobaan yang
Ragi/fermipan sebanyak (1; 1,8; dan 2,6 gram/liter) telah dilakukan bahwa semakin lama fermentasi
ditambahkan ke dalam larutan tersebut ,Jumlah yeast mikroba akan mengalami pertumbuhan dan
dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari (dua perkembangbiakan. Oleh karena itu, jumlah mikroba
hari)sampai dengan konstan. (3) fermentasi, di tahap semakin banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi
ini Persiapan sari buah,Sari buah belimbing yang telah alkohol. Dengan meningkatnya meningkatnya jumlah
bebas dari ampas disiapkan sesuai variabel.lalu Sari alkohol ini maka berat atau densitas daripada campuran
buah belimbing disterilkan dengan cara dididihkan. alkohol-air akan semakin rendah.
Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH Pengaruh Penambahan Urea Terrhadap Jumlah
4,5 selanjutnya Penentuan kadar glukosa subtrat. Pada Koloni Pada Starter
tahp ini Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi
diatur sebesar 7%, 11%, 16 % Contohnya Bila dalam
substrat kita menginginkan kadar glukosanya 14% Bila
%SB > 14 %, perlu diencerkan :

14 % =

Bila % SB < 14 %, perlu ditmbah sukrosa :

14 % =

Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram ,Y gram Gambar 2 hubungan penambahan urea terhadap jumlah
dilarutkan ke dalam substrat tersebut. koloni pada satarter.
Fermentasi media sari buah belimbing dilakukan dengan Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah
Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil lalu koloni selalu bertambah seiring bertambahnya waktu
Substrat ditambahkan starter sesuai variabelselanjutnya
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4

Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk dihasilkan akan membuat densitas turun karena etanol
pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsur non memiliki densitas yang lebih kecil dari sari buah
logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, belimbing yang praktikan dapat sebesar 1,0688. Selain
Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. itu faktor lamanya waktu membuat yeast yang
Dengan kandungan nutrisi yang melimpah, proses digunakan mengalami peningkatan jumlah sel sehingga
metabolisme bakteri akan berlangsung optimal sehingga jumlah dan kemampuan sel untuk mengkonversi
proses pembelahan sel berjalan baik yang dapat senyawa gula menjadi etanol akan semakin meningkat,
menyebabkan ukuran koloni semakin besar (Anisah akibatnya etanol yang dihasilkan pun semakin besar
dkk., 2015). Selain itu pada gambar 4.3 menunjukan (Isna Syauqiah, 2015).
jumlah koloni pada masing-masing stater semakin Pengaruh Perbedaan % V Starter Terhadap
meningkat seiring dengan pertambahan hari, hal ini Konversi Alkohol Saat Fermentasi.
karena kecepatan pertumbuhan sel pada jam ke-0 sampai
ke-24 lebih rendah dari jam-jam berikutnya. Hal ini
disebabkan karena mikroba masih dalam fase adaptasi
(fase lag) dimana sel masih beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya. Pada fase ini mikroba merombak
substrat menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya. Pada
jam berikutnya yaitu memasuki jam ke-24 sampi jam
ke-48 terlihat adanya percepatan pertambahan sel
mikroba. Hal ini menandakan bahwa telah memasuki
fase pertumbuhan eksponensial (fase log) (Krido dkk.,
2011).
Hubungan antara densitas dan jumlah koloni pada
starter Gambar 4 Grafik hubungan %V starter dengan konversi
alkohol pada fermentasi dengan starter A.
Tangg Starter A Starter B Starter C
Jum Jum Jum
al
lah lah lah
yea Yea Yea
st st st
04/09/ 1,1 23 1,1 33 1,0 44
2017 04 02 99 Gambar 5 Grafik hubungan %V starter dengan konversi
05/09/ 1,0 72 1,0 130 1,0 201 alkohol pada fermentasi dengan starter B

2017 74 56 51
06/09/ 1,0 241 1,0 283 1,0 285
2017 54 52 46

Gambar 3 tabel hubungan antara jumlah koloni dan


densitas pada starter
Dari percobaan yang kami dapat, densitas turun
setiap bertambahnya jumlah koloni pada starter pada t0,
t1 dan t2. Gambar 6 Grafik hubungan %V starter dengan konversi
Terjadinya penurunan densitas dan kenaikan alkohol pada fermentasi dengan starter C
yeast dikarenakan Fenomena penurunan densitas untuk Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa %v
kedua starter diakibatkan oleh perubahan sebagian starter mempengaruhi jumlah alkohol yang didapatkan,
glukosa menjadi etanol. Etanol memiliki densitas semakin besar jumlah %V starter yang ditambahkan
berkisar 0.7883 kg/l, sedangkan densitas starter 1 dan maka jumlah alkohol yang di dapatkan juga akan
starter 2 diatas 1.0, sehingga seiring dengan waktu semakin besar. Dengan jumlah starter yang banyak itu
densitas starter akan menurun (MSDS Commercial merupakan pemicu bagi organisme pengurai akan
Alcohols, 2009). Semakin banyak etanol yang bekerja secara optimal dalam menghasilkan etanol.
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 5

Menurut Budianto (2002), hasil fermentasi alkohol Adsorbsi dengan Adsorbent Zeolit. Semarang :
sangat dipengaruhi oleh teknologi produksi yang Universitas Diponegoro.
dipakai, jenis mikroorganisme yang digunakan sebagai Puji Prastowo dan Putri, S.S. 2014. Pengaruh Waktu
pengurai dan konsentrasi starter yang ditambahkan ke Pembungkusan terhadap Jumlah Larva Lalat
bahan yang akan difermentasikan. Buah (Bactrocera spp.) pada Buah Belimbing
Terjadinya peningkatan persentase kadar etanol (Averrhoa carambola). Prosidin Seminar
yang didapat selama proses fermentasi ini mencapai Nasional Biologi.
puncak pada hari ke-4 pada setaip penambahan starter Ropiah, Dede. 2010. Pemanfaatan Hidrolisat Tandan
(7%,11%,16%) disebabkan karena S. cereviceae Kosong Kelapa Sawit (TKKS) untuk Produksi
mengalami exponensial fase yaitu fase dimana yeast Etanol dengan Pichia stipitis. Jakarta :
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan jenis Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah.
mikroorganisme pengurai yang digunakan yaitu S. Siswati, Nana Dyah dkk. 2014. Bioetanol dari Limbah
cereviceae, karena S. cereviceae mampu menggunakan Kulit Kopi dengan Proses Fermentasi.
sejumlah gula, diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, Suabaya : Universitas Pembangunan Nasional.
galaktosa, mannosa, maltosa dan maltotriosa (Lewis dan Siti Khodijah dan Ahmad Abtokhi. 2015. Analisis
Young, 1990), sehingga proses perombakan gula Pengaruh Variasi Persentase Ragi
menjadi etanol semakin cepat dan pada fase ini pula (Saccharomyces cerevisiae) dan Waktu pada
yeast bekerja maksimal dalam memproduksi etanol. Proses Fermentasi dalam Pemanfaatan
Duckweed (Lemna minor) sebagai Bioetanol.
SIMPULAN Jurnal Neutrino Vol. 7, No. 2
Fenomena penurunan densitas tiap penambahan Azizah, dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap
waktu tersebut terjadi karena semakin lama fermentasi Kadar Alkohol pH, dan Produksi Gas pada
aktivitas mikroba mengalami pertumbuhan dengan proses fermentasi bioetanol dari whey dengan
berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan substansi kulit nanas.
semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin
banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol.
Adanya kandungan nutrisi yang melimpah, membuat
proses metabolisme bakteri akan berlangsung optimal
sehingga proses pembelahan sel berjalan baik yang
dapat menyebabkan ukuran koloni semakin besar.
Sehingga Dengan jumlah starter yang banyak itu
merupakan pemicu bagi organisme pengurai akan
bekerja secara optimal dalam menghasilkan etanol.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adesya dkk., 2014. Pemisahan Campuran
Etanol-Oktanol-Air dengan Metode Distilasi
dalam Structured Packing. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Anisah dan Triastuti Rahayu. 2015. Media Alternatif
untuk Pertumbuhan Bakteri Mengunakan
Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Krido, dkk. 2011. Laju Pertumbuhan Saccharomyces
cerevisiae pada Proses Fermentasi
Pembentukan Bioetanol dari Biji Sorgum
(Sorghum bicolor L.). Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Nasrun, dkk. 2015. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu
Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang
Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya.
Lhokseumawe : Universitas Malikussaleh.
Novitasari, dkk., 2014. Pemurnian Bioetanol
menggunakan Proses Adsorbsi dan Distilasi

Anda mungkin juga menyukai