Adelia Dian Oktaviani, Dwi Anggraini Multasih, Irvan Maulana dan Muhhammad Rezky
Fadilah *)
Abstrak
Alkohol adalah kelompok yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksid (-OH) pada suatu
senyawa alkana. Alkohol dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula sederhana, pati, maupun bahan
berserat melalui proses fermentasi. Salah satu bahan yang mengandung gula yang dapat dimanfaatkan
sebagai alkohol adalah buah belimbing. Kandungan gula pada buah belimbing adalah 3,98 gram dari 100
gram belimbing. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae.
Adanya penurunan densitas tiap penambahan waktu. Fenomena penurunan densitas tiap penambahan
waktu tersebut terjadi karena semakin lama fermentasi aktivitas mikroba mengalami pertumbuhan dengan
berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin
banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol. Penambahan urea menyebabkan bertambahnya
jumlah koloni. Hal ini terjadi karena adanya kandungan nutrisi yang melimpah. Pada penurunan densitas
terjadi kenaikan yeast diakibatkan oleh perubahan sebagian glukosa menjadi etanol dan faktor lamanya
waktu membuat yeast yang digunakan mengalami peningkatan jumlah sel sehingga jumlah dan kemampuan
sel untuk mengkonversi senyawa gula menjadi etanol akan semakin meningkat. Semakin besar jumlah %V
starter yang ditambahkan maka jumlah alkohol yang di dapatkan juga akan semakin besar. Jumalah alkohol
paling besar pada variabel 8 dengan faktor konversi 90,98 %.
segar, belimbing manis juga dapat berkhasiat sebagai densitas dan volume konstan diukur sebelum fermentasi
obat. dan fermentasi anaerob selama 5 hari.
Mengkonsumsi buah belimbing manis yang sudah
matang dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kadar kolesterol, mencegah kanker, serta memperlancar Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Densitas
pencernaan. Secara ilmiah, kandungan racun (toksisitas) Pada Starter
akut tanaman belimbing manis terbukti tidak beracun
dan aman digunakan. Daun dan buah belimbing dapat
digunakan untuk mengobati sakit gondong, cacar air,
demam dan wasir (Prastowo dkk., 2015).
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sari buah belimbing, glukosa, urea, KH2PO4,
MgSO4, NaOH, H2SO4. Indikator MB, Aquadest, Ragi
roti (Fermipan), Fehling A dan Fehling B, sedangkan Gambar 1 Grafik hubungan jumlah urea terhadap
alat yang di gunakan adalah .Beaker glass, Gelas ukur, densitas pada starter.
Burt, statif, klem, Hemasitometer, Termometer , Kompor Dapat dilihat dari gambar 1 bahwa tersebut
listrik, Pipet tetes, Labu takar, Erlenmeyer, Corong dan untuk masing-masing starter A,B dan C, nilai densitas
Pengaduk. setiap harinya mengalami penurunan.
Prosedur Penelitian Fenomena penurunan densitas tiap penambahan
Tahapan penelitian ini sebagai berikut: (1) Analisis waktu tersebut terjadi karena semakin lama fermentasi
Bahan Baku, pada tahap ini dilakukan analisis kadar aktivitas mikroba mengalami pertumbuhan dengan
gula dan kadar air dari sari belimbing. (2) pembuatan berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan
starter, pada tahap ini Sari buah belimbing sebanyak semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin
200 mL ditambahkan 3 gr/l KH2PO4, 3 gr/l MgSO4, banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol.
dan urea sebanyak 3 gr/l sebagai nutrient (untuk 3 Dengan meningkatnya jumlah alkohol ini maka berat
variabel) lalu Larutan tersebut disterilkan dengan cara atau densitas daripada campuran alkohol-air akan
dididihkan selanjutttnya Adonan didinginkan sampai semakin rendah (Khodijah .2015)
dengan suhu kamar lalu pH diatur hingga 4,5, Hal tersebut sesuai dengan percobaan yang
Ragi/fermipan sebanyak (1; 1,8; dan 2,6 gram/liter) telah dilakukan bahwa semakin lama fermentasi
ditambahkan ke dalam larutan tersebut ,Jumlah yeast mikroba akan mengalami pertumbuhan dan
dan densitas dalam larutan dihitung setiap hari (dua perkembangbiakan. Oleh karena itu, jumlah mikroba
hari)sampai dengan konstan. (3) fermentasi, di tahap semakin banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi
ini Persiapan sari buah,Sari buah belimbing yang telah alkohol. Dengan meningkatnya meningkatnya jumlah
bebas dari ampas disiapkan sesuai variabel.lalu Sari alkohol ini maka berat atau densitas daripada campuran
buah belimbing disterilkan dengan cara dididihkan. alkohol-air akan semakin rendah.
Adonan didinginkan sampai suhu kamar, lalu diatur pH Pengaruh Penambahan Urea Terrhadap Jumlah
4,5 selanjutnya Penentuan kadar glukosa subtrat. Pada Koloni Pada Starter
tahp ini Kadar glukosa substrat sebelum fermentasi
diatur sebesar 7%, 11%, 16 % Contohnya Bila dalam
substrat kita menginginkan kadar glukosanya 14% Bila
%SB > 14 %, perlu diencerkan :
14 % =
14 % =
Berat sukrosa = X mol . 342 gr/mol = Y gram ,Y gram Gambar 2 hubungan penambahan urea terhadap jumlah
dilarutkan ke dalam substrat tersebut. koloni pada satarter.
Fermentasi media sari buah belimbing dilakukan dengan Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah
Substrat yang telah diatur kadar glukosanya diambil lalu koloni selalu bertambah seiring bertambahnya waktu
Substrat ditambahkan starter sesuai variabelselanjutnya
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4
Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk dihasilkan akan membuat densitas turun karena etanol
pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsur non memiliki densitas yang lebih kecil dari sari buah
logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, belimbing yang praktikan dapat sebesar 1,0688. Selain
Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. itu faktor lamanya waktu membuat yeast yang
Dengan kandungan nutrisi yang melimpah, proses digunakan mengalami peningkatan jumlah sel sehingga
metabolisme bakteri akan berlangsung optimal sehingga jumlah dan kemampuan sel untuk mengkonversi
proses pembelahan sel berjalan baik yang dapat senyawa gula menjadi etanol akan semakin meningkat,
menyebabkan ukuran koloni semakin besar (Anisah akibatnya etanol yang dihasilkan pun semakin besar
dkk., 2015). Selain itu pada gambar 4.3 menunjukan (Isna Syauqiah, 2015).
jumlah koloni pada masing-masing stater semakin Pengaruh Perbedaan % V Starter Terhadap
meningkat seiring dengan pertambahan hari, hal ini Konversi Alkohol Saat Fermentasi.
karena kecepatan pertumbuhan sel pada jam ke-0 sampai
ke-24 lebih rendah dari jam-jam berikutnya. Hal ini
disebabkan karena mikroba masih dalam fase adaptasi
(fase lag) dimana sel masih beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya. Pada fase ini mikroba merombak
substrat menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya. Pada
jam berikutnya yaitu memasuki jam ke-24 sampi jam
ke-48 terlihat adanya percepatan pertambahan sel
mikroba. Hal ini menandakan bahwa telah memasuki
fase pertumbuhan eksponensial (fase log) (Krido dkk.,
2011).
Hubungan antara densitas dan jumlah koloni pada
starter Gambar 4 Grafik hubungan %V starter dengan konversi
alkohol pada fermentasi dengan starter A.
Tangg Starter A Starter B Starter C
Jum Jum Jum
al
lah lah lah
yea Yea Yea
st st st
04/09/ 1,1 23 1,1 33 1,0 44
2017 04 02 99 Gambar 5 Grafik hubungan %V starter dengan konversi
05/09/ 1,0 72 1,0 130 1,0 201 alkohol pada fermentasi dengan starter B
2017 74 56 51
06/09/ 1,0 241 1,0 283 1,0 285
2017 54 52 46
Menurut Budianto (2002), hasil fermentasi alkohol Adsorbsi dengan Adsorbent Zeolit. Semarang :
sangat dipengaruhi oleh teknologi produksi yang Universitas Diponegoro.
dipakai, jenis mikroorganisme yang digunakan sebagai Puji Prastowo dan Putri, S.S. 2014. Pengaruh Waktu
pengurai dan konsentrasi starter yang ditambahkan ke Pembungkusan terhadap Jumlah Larva Lalat
bahan yang akan difermentasikan. Buah (Bactrocera spp.) pada Buah Belimbing
Terjadinya peningkatan persentase kadar etanol (Averrhoa carambola). Prosidin Seminar
yang didapat selama proses fermentasi ini mencapai Nasional Biologi.
puncak pada hari ke-4 pada setaip penambahan starter Ropiah, Dede. 2010. Pemanfaatan Hidrolisat Tandan
(7%,11%,16%) disebabkan karena S. cereviceae Kosong Kelapa Sawit (TKKS) untuk Produksi
mengalami exponensial fase yaitu fase dimana yeast Etanol dengan Pichia stipitis. Jakarta :
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan jenis Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah.
mikroorganisme pengurai yang digunakan yaitu S. Siswati, Nana Dyah dkk. 2014. Bioetanol dari Limbah
cereviceae, karena S. cereviceae mampu menggunakan Kulit Kopi dengan Proses Fermentasi.
sejumlah gula, diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, Suabaya : Universitas Pembangunan Nasional.
galaktosa, mannosa, maltosa dan maltotriosa (Lewis dan Siti Khodijah dan Ahmad Abtokhi. 2015. Analisis
Young, 1990), sehingga proses perombakan gula Pengaruh Variasi Persentase Ragi
menjadi etanol semakin cepat dan pada fase ini pula (Saccharomyces cerevisiae) dan Waktu pada
yeast bekerja maksimal dalam memproduksi etanol. Proses Fermentasi dalam Pemanfaatan
Duckweed (Lemna minor) sebagai Bioetanol.
SIMPULAN Jurnal Neutrino Vol. 7, No. 2
Fenomena penurunan densitas tiap penambahan Azizah, dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap
waktu tersebut terjadi karena semakin lama fermentasi Kadar Alkohol pH, dan Produksi Gas pada
aktivitas mikroba mengalami pertumbuhan dengan proses fermentasi bioetanol dari whey dengan
berkembang biak semakin banyak, sehingga dengan substansi kulit nanas.
semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin
banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol.
Adanya kandungan nutrisi yang melimpah, membuat
proses metabolisme bakteri akan berlangsung optimal
sehingga proses pembelahan sel berjalan baik yang
dapat menyebabkan ukuran koloni semakin besar.
Sehingga Dengan jumlah starter yang banyak itu
merupakan pemicu bagi organisme pengurai akan
bekerja secara optimal dalam menghasilkan etanol.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adesya dkk., 2014. Pemisahan Campuran
Etanol-Oktanol-Air dengan Metode Distilasi
dalam Structured Packing. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Anisah dan Triastuti Rahayu. 2015. Media Alternatif
untuk Pertumbuhan Bakteri Mengunakan
Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Krido, dkk. 2011. Laju Pertumbuhan Saccharomyces
cerevisiae pada Proses Fermentasi
Pembentukan Bioetanol dari Biji Sorgum
(Sorghum bicolor L.). Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Nasrun, dkk. 2015. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu
Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang
Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya.
Lhokseumawe : Universitas Malikussaleh.
Novitasari, dkk., 2014. Pemurnian Bioetanol
menggunakan Proses Adsorbsi dan Distilasi