Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian / SMF Neurologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSUD dr. Zainoel Abidin – BandaAceh
Disusun Oleh :
Al Marhamah
1407101030001
Pembimbing:
dr. Nur Astini, Sp.S
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi dan berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini. Shalawat beriring salam
penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas semangat
perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun tugas Laporan kasus ini berjudul “Contusio cerebri”. Diajukan
Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Seniorpada
Bagian / SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSUD dr. Zainoel
Abidin – BandaAceh.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada dr. Nur Astini, Sp.S yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan
tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.
Penulis
2
BAB I
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Nyeri kepala
3
3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.
b. Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : hitam, sukar dicabut, distribusi merata.
Wajah : simetris
Mata : edema palpebrae (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera
4
Telinga : normotia, serumen(-/-) berwarna kuning
Hidung : sekret(-/-), nafas cuping hidung (-/-)
c. Mulut
Bibir : bibir kering (-), mukosa bibir lembab (), sianosis (-),
pucat (-)
Lidah : Atrofi papil (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
d. Leher
Trakhea : terletak ditengah
KGB : pembesaran KGB (-)
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar.
Kelenjar limfe : tidak teraba membesar.
TVJ : R ± 2cmH2O
e. Thoraks
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
5
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh(-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis sulit dinilai
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICS III, linea midclavicularis sinistra.
Kiri : ICS VI, linea midaxillaris anterior sinistra.
Kanan : ICS V, linea parasternal dextra.
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (), bising (-).
f. Abdomen
Inspeksi : Simetris, venektasi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus 4x/menit
g. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.
h. Ekstremitas
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2”.
Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2”.
6
3.1. Status Neurologis
GCS : E4 M6 V5
Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm
Reflek Cahaya : Langsung (+ /+), tidak langsung (+/+)
Rangsang meningeal
Kaku Kuduk : (-)
Tanda Kernig : (-)
Tanda Laseque : (-)
Tanda brudzinski I : (-)
Tanda brudzinski II : (-)
Tanda brudzinski III : (-)
Tanda brudzinski IV : (-)
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
1.Membuka mulut Tidak dijumpai trismus
2.Menggigit dan mengunyah Dalam batas normal
7
Nervus VII (fungsi motorik) Kanan Kiri
1. Mengerutkan dahi Dalam batas normal Dalam batas normal
2. Menutup mata Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Menggembungkan pipi Dalam batas normal Dalam batas normal
4. Memperlihatkan gigi Dalam batas normal Dalam batas normal
5. Sudut bibir Dalam batas normal Dalam batas normal
Badan
Motorik
- Gerakan Respirasi : Abdominotorakal
- Gerakan Columna Vertebralis : Simetris
- Bentuk Columna Vertebralis : Kesan simetris
Sensibilitas
- Rasa Suhu : Dalambatas normal
- Rasa nyeri : Dalambatas normal
- Rasa Raba : Dalambatas normal
8
- Patella ++ ++
- Achilles ++ ++
- Babinski negatif negatif
- Chaddok negatif negatif
- Gordon negatif negatif
- Oppenheim negatif negatif
Tanda Laseque negatif negatif
Tanda Kernig negatif negatif
Sensibilitas
- Rasa suhu : Dalambatas normal
- Rasa nyeri : Dalambatas normal
- Rasa raba : Dalambatas normal
Gerakan Abnormal : Tidak ditemukan
Fungsi Vegetatif
- Miksi : Dalambatas normal
- Defekasi : Dalambatasnormal
3.6Pemeriksaan Penunjang
9
Kalium 3,4 3,7 – 5,4
Clorida 104 96 – 106
Diabetes
Gula Darah Sewaktu 124 gr/dl <200 gr/dl
10
3.7 Diagnosis Kerja
Diagnosis Klinis : Cephalgia
Diagnosis Topis : Lobus frontal
Diagnosis Etiologi : Contusio cerebri dan Intracerebral Haemorrhage
Diagnosis Patologi : Intracerebral Haemorrhage
Diagnosis Sekunder :-
3.8 Penatalaksanaan
Medikamentosa
1.IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit
2. Antibiotik : Inj. Ceftriaksone 1 gr/ 12 jam
2. Neurotropik : Inj. Citicoline 500 mg/ 12 jam
3. Anti nyeri : Drip Paracetamol 1 gr/ 8 jam
4. Antagonis Calcium : Flunarizine 1x10 mg
5. Histaminergik : Betahistine meisilat 3x6 mg
6. Calcium Channel Blocker : Nimodipin 3x30 mg
3.9 Prognosis
Quo at Vitam : Dubia at Bonam
Quo at Sanactionam : Dubia at Bonam
Quo at functionam : Dubia at Bonam
11
BAB II
ANALISIS KASUS
12
biasanya menunjukkan organic brain syndrome. Lesi akselerasi-deselerasi, gaya
tidak langsung bekerjapada kepala tetapi mengenai bagian
tubuh yang lain, tetapi kepala tetap ikut bergerak akibat adanya perbedaan
densitas anar tulang kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otot yang
densitas yang lebih rendah, maka terjadi gaya tidak langsung maka tulang kepala
akan bergerak lebih dulu sedangkan jaringan otak dan isinya tetap berhenti, pada
dasar tengkorak terdapat tonjolan-tonjolan maka akan terjadi gesekan antara
jaringan otak dan tonjolan tulang kepala tersebut akibatnya terjadi lesi intrakranial
berupa hematom subdural, hematom intra serebral, hematom intravertikal.kontra
coup kontusio. Selain itu gaya akselerasi dan deselarasi akan menyebabkan gaya
tarik atau robekan yang menyebabkan lesi diffuse berupa komosio serebri,diffuse
axonal injuri. Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang
beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah
cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah
dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat
vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul.6
Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak.Akan
terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingkat
kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi
banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula
terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.2
Pasien tidak sadarkan diri selama lebih dari 15 menit yang dapat dinilai
dengan caramenghitung GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan
untukmenilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau
tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon
pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.1
Eye (respon membuka mata) :
(4) : Spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
13
menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (responmotorik) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : Melokalisirnyeri (menjangkau& menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarikextremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : fleksi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangansatu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidakadarespon
14
Bisa terjadi amnesia retrograde atau antegrade yang biasanya lebih sering
Amnesia retrograd yang lebih nyata. Sering defekasi dan berkemih tanpa di
sadari. Kulit dingin dan pucat,denyut nadi lemah,pernapasan dangkal,kelainan
neurologik positif, reflek patologik positif.11
Ditemukan daerah hiperdens (gambaran adanya darah/perdarahan) padajari-
ngan otak. Ditemukan pula Pulp Brain pada CT Scan yang berarti terjadi laserasi
serebri yang berakibat robeknya membranePiaArachnoid 7
Pada pemeriksaan CT-scan kepala didapatkan lesi hiperdens di lobus
frontal dengan perifokal edema disekitarnya. Hal ini dikarena terjadiakselerasi
otak tiba-tiba yang terjadi mengikuti sentakan yang dihasilkan oleh benturan hebat
pada kepala atau oleh adanya deselerasi tiba- tiba yang terjadi ketika kepala
bergerak membentur objek yang diam. Gambaran hiperdens pada lobus frontal
menandakan adanya perdarahan intracerebral yang menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial sehinggal timbul manifestasi klinis berupa nyeri kepala hebat.
Nyeri kepala karena peningkatan tekanan intrakranial juga diperberat
karena terjadi edema di lobus frontal. Otak dapat mengalami kerusakan pada area
benturan akibat adanya benturan otak pada tulang kepala bagian dalam di sisi
yang berlawanan dengan benturan.12
Terapi Medikamentosa yang diberikan pada pasien ini berupa
ceftriaksone 1 gr/ 12 jam sebagai antibiotik, ranitidin 100 mg/12 jam sebagai
antihistamin, citicolin 1 gr/ 12 jam sebagai neuroprotektif, betahistine meisilat 6
mg 3x1, flunarizine 10 mg 1x1 tab, nimodipine 30 mg 3x1 tab.
Dari hasil pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis dengan
jumlah leukosit 23,5 ribu sel. Oleh karena itu diberikan antibiotik yang dapat
menembus sawar otak untuk mencegah terjadinya infeksi pada jaringan otak dan
sekitarnya. Ceftriakson merupakan antibiotik golongan cephalosporine generasi
ke III yang dapat menembus sawar otak dengan tingkat resistensi mikrobakteri
yang cukup rendah sehingga merupakan pilihan dalam kasus ini.12
Pemberian ranitidin pada kasus ini disebabkan karena pasien
mengeluhkan rasa mual dan muntahakibat pusat vegetatif di kepala terlibat.
Ranitidin merupakan obat golongan antihistamin-1 yang dapat mencegah
pengeluaran asam lambung sehingga mengurangi rasa mual dan muntah walaupun
15
efek yang ditimbulkan tidak sekuat obat golongan Pump Proton Inhibitor.13
Nimodipine merupakan obat golongan penghambat kanal kalsium yang
bekerja melalui mekanisme menghambat ion kalsium dari ekstrasel masuk
kedalam intrasel. Melalui mekanisme ini, efek utama dari nimodipin untuk
mencegah vasospasme arteri cerebral. Selain itu, nimodipin dapat memperbaiki
defisit neurologi dengan mengurangi daerah yang iskemik akibat perdarahan dari
ruptur pembuluh darah di otak seperti Subarachnoid haemorrhage dan
intracerebral haemorrhage.14
Betahistine meisilat dan flunarizin diberikan pada pasien ini untuk
mengurangi keluhan pusing berputar pada pasien. Betahistine meisilat merupakan
obat golongan histaminergik yang bekerja melalui mekanisme vasodilatasi
mikrosirkulasi telinga tengah dan sistem vestibular, sedangkan flunarizin
merupakan obat golongan antagonis calcium yang bekerja dengan cara
Menghambat kanal kalsium dalam sistem vestibuler sehingga mengurangi jumlah
ion kalsium intrasel dan menjadi supresan vestibuler.15
Citicoline merupakan zat kimia yang secara alami terdapat dalam tubuh
dan termasuk dalam kelompok vitamin B. Citicolin merupakan bentuk senyawa
kimia phospathydilcoline dan merupakan komponen utama membran sel saraf
yang memiliki fungsi mengurangi kerusakan jaringan otak dan meningkatkan
integritas struktural dan fungsional membran sel saraf serta membantu perbaikan
membran sel.15
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
2. Amir, A. 2008, Ilmu Kedokteran Forensik, Medan: Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas kedokteran USU.
3. Hasan sjahrir,2004, ilmu penyakit saraf neurologi khusus, dian rakyat,
jakarta.
4. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-
UI, Jakarta.
5. M , kenneth, 2008, Cerebral contusions and laceratomy, Merck Manual
Handbook.
6. Corwin, 2000, Hand Book Of Pathofisiologi, EGC, Jakarta.
7. Reksoprodjo, S. dkk, 1995, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina rupa
Aksara, Jakarta.
8. Lumbantobing, 2008, Neurologi klinik, pemeriksaan fisik dan mental,
fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
9. Basuki, Endro, Sp.BS,dr; 2003, Materi Pelatihan GELS (General
Emergency Life Support), Tim Brigade Siaga Bencana (BSB), Jogjakarta.
10. Harsono, 2000. Kapita Selekta Neurologi. Jogjakarta, Gajah Mada
University
11. Morales, D. 2005. Brain Contusion. www. Emedicine.com
12. Anne G Osborn MD FACR,et al, 2003, PocketRadiologistTM BRAIN 100
Top Diagnoses, 1st Edition, Amirsys-W.B.Saunders Company, p:3-22.
13. Anonim (2007) Head injury.National Institute for Health & Clinical
Excelence. London. Diakses 22 Mei 2012, dari http://www.nice.org.uk
14. Arikunto, S. (2006).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta:
Rineke Cipta.
18
15. Baheram, L. (2007). Cedera kepala pada pejalan kaki dalam kecelakaan lalu
lintas yang fatal.Majalah Kedokteran Bandung. 26(2): 52-54.
Follow up
Tanggal S O A P
Tanggal S O A P
19
+2 / +2 Nimotop 3x30 mg
R. Patologis : ( - / - )
Otonom : BAK (+) BAB (+) P/ Mobilisasi
20
Otonom : BAK (+) BAB (+) Nimotop 3x30 mg
21