Disusun oleh:
Kelompok I
1. ……………………………………NIM…………..
2. ……………………………………NIM…………..
3. …………………………………...NIM…………..
4. …………………………………...NIM…………..
i
KATA PENGANTAR
………………..
…………….
……………..
…………….
…………….
……………
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
32. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini."
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui
4
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
[35] Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti
hakim Ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan
sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha
Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Pada ayat di atas tampak bahwa Allah telah menciptakan Adam sebagai
manusia yang sempurna dengan segala potensi kemanusiaan yang dimilikinya
termasuk kemampuan akalnya, karena itu dalam pandangan Islam, manusia
bukanlah hasil proses evolusi dari makhluk lain (primata) sebagaimana diyakini oleh
sebagian ilmuwan biologi. Kalaupun mungkin ada manusia sebelumnya (purba)
tidak bisa digolongkan sebagai manusia, tetapi binatang yang wujudnya mungkin
tidak begitu jauh bedanya dengan manusia.
1.2 RumusanMasalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang kami kemukakan sehingga
kami dapat mengelompokannya dalam rumusan masalah. Adapun rumusan
masalah tersebut yaitu:
1. Apakah Manusia Dilahirkan Dalam Fithrah?
2. Apakah sejak lahir manusia dibekali untuk berkembang?
1.3 TujuanPenulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui penciptaan manusia bahwa manusia tercipta dengan
fithrah.
1.4 MetodePenulisan
Prosedur pemecahan masalah dalam makalah ini menggunakan metode studi
pustaka dengan melakukan penyusunan dari berbagai buku sumber dan
pemanfaatan pada bidang komunikasi internet.
1.5 SistematikaPenulisan
5
BAB I : Pendahuluan, bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II : Isi, bab ini
memuat pembahasan tentang Manusia dilahirkan secara fithrah, sejak lahir
manusia diberi bekal untuk berkembang. BAB III : Penutup, bab ini memuat
kesimpulan dan saran.
BAB I I
PENDAHULUAN
Hadits Pertama
أخرج البخاري ومسلم وابن المنذر وابن أبي حاتم وابن مردويه عن
:سله َم
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلهى هللا
َ َّللا ُ قَا َل َر: قَا َل،ُع ْنه
ِ سو ُل ه أبي ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي ه
َ َُّللا
أ َ ْو، َويُنَ ِص َرانِ ِه، فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه،علَى ال ِف ْط َر ِة
َ « َما ِم ْن َم ْولُو ٍد إِ هَّل يُولَ ُد
ون فِي َها ِم ْن َ س ُّ َه ْل ت ُ ِح، َك َما ت ُ ْنت َ ُج البَ ِهي َمةُ بَ ِهي َمةً َج ْمعَا َء،سانِ ِه َ يُ َم ِج
: شئْت ُ ْمِ ْ اِ ْق َرأ ُوا اِن:ُع ْنه َج ْدعَا َء» ث ُ هم يَقُو ُل أَبُو ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي ه
َ َُّللا
ِ ََّللا ذَ ِلك
}الدينُ القَ ِي ُم ِق ه ِ علَ ْي َها َّلَ ت َ ْبدِي َل ِل َخ ْل َ َّللا الهتِي فَ َط َر النه
َ اس ِ {فِ ْط َرةَ ه
Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Tidaklah seorang anak
dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan
ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan
sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?.
Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplahatas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
6
pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus.(Hadits tersebut ditakhrij oleh Bukhori,
Muslim, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Mardawaeh).
Hadits Kedua
صلهى َ َِّللاسو ُل ه ُ قَا َل َر: قَا َل، أخرج مالك وأبو داود وابن مردويهعَ ْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَرضي هللا عنه
ِ ْ َك َما تَنَاتَ ُج، فَأ َبَ َواهُ يُ َه ِودَا ِن ِه َويُنَ ِص َرانِ ِه،علَى ا ْل ِف ْط َر ِة
اْل ِب ُل ِم ْن َ « ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد:سله َم
َ علَ ْي ِه َو
َ ُهللا
ير؟ َ أَفَ َرأَيْتَ َم ْن َي ُموتُ َو ُه َو،َِّللا
ٌ ص ِغ ُ يَا َر:س ِم ْن َج ْدعَا َء؟» قَالُوا
سو َل ه ُّ َه ْل ت ُ ِح،بَ ِهي َم ٍة َج ْمعَا َء
»ين ِ َّللاُ أ َ ْعلَ ُم ِب َما كَانُوا ع
َ َام ِل « ه:قَا َل
Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, dan Nashrani,
sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah ada telinga yang
terputus?. Mereka bertanya, Ya Rasulallah, bagaimana pendapatmu tentang orang yang wafat
ketika kecil? Rasul menjawab, “Allah lebih mengetahui terhadap apa yang mereka
amalkan”.(Hadits ditakhrij oleh Malik, Abu Daud, dan Ibnu Mardawaeh)
Hadits Ketiga
أخرج عبد الرزاق وابن أبي شيبة وأحمد والنسائي والحاكم وصححه وابن مردويه ع َِن
س ِريهةً يَ ْو َم َخ ْيبَ َر َ َ بَع،سله َم
َ ث َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلهى هللا
َ َّللا
ِ سو َل ه ُ أ َ هن َر،ُع ْنه َ َُّللا
يع َر ِض َي ه ٍ س ِرَ س َو ِد ْب ِن ْ َ ْاْل
:سله َم َ علَ ْي ِه َو َ فَلَ هما َجا ُءوا قَا َل النهبِ ُّي،ضى بِ ِه ُم ا ْلقَتْ ُل إِلَى الذُّ ِريه ِة
َ ُصلهى هللا َ فَأ َ ْم،ين
َ فَقَاتَلُوا ا ْل ُمش ِْر ِك
« َو َه ْل: قَا َل،ين َ إِنه َما َكانُوا أ َ ْو ََّل َد ا ْل ُمش ِْر ِك،َّللا
ِ سو َل ه ُ يَا َر:قَتْ ِل الذُّ ِريه ِة؟» فَقَالُوا علَى َ « َما َح َم َل ُك ْم
َحتهى،علَى ا ْل ِف ْط َر ِةَ س َم ٍة ت ُولَ ُد إِ هَّل َ ا ْل ُمش ِْر ِك
ُ ين؟ َوالهذِي نَ ْف
َ َس ُم َح هم ٍد بِيَ ِد ِه َما ِم ْن ن ار ُك ْم إِ هَّل أ َ ْو ََّل ُد
ُ َِخي
َ ع ْن َها ِل
سانُ َها»أخرج عبد الرزاق وابن أبي شيبة وأحمد والنسائي والحاكم وصححه َ ب
َ يُ ْع ِر
وابن مردويه
Dari Al-Aswad bin Sura’i, bahwasanya Rasulallah saw pernah mengutus Sariyyah1 ke Khaibar,
lalu mereka membunuh orang-orang musyrik, lalu sampailah pembunuhan mereka kepada
keturunannya. Ketika mereka datang, Nabi bertanya, apa yang mendorong kalian membunuh
1
Perang yang tidak diikuti oleh Rasulallah
7
keturunannya? Mereka menjawab (utusan Sariyyah) Yaa Rasulallah, mereka itu anak-anak
orang musyrik. Rasulullah bertanya, apakah kalian hanya memilih orang-orang musyrik? Demi
diriku yang ada pada kekuasaaNya tidaklah suatu jiwa dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah.
Sehingga lingkungannya yang merubah fitrahnya itu.(Hadits ditakhrij oleh ‘Abdul Rozak, Ibnu
Abi Syaibah, Ahmad, Nasa’i, Hakim dan dishohihkan olehIbnu Mardawaeh)
Dari Habbah dan Sawa yaitu dua anak Kholid wahwa keduanya menemui Nabi dalam
keadaan memperbaiki bangunan. Lalu Nabi berkata kepada keduanya, kemarilah,
maka keduanyapun memperbaiki bangunan bersama Nabi. Ketika selesai, Nabi
memerintahkan sesuatu kepadanya dan bersabda, janganlah kalian berputus asa dari
rizqi yang bergejolak di kepala kalian. Karena tidaklah seorang anak dari umat ini
dilahirkan kecuali dalam keadaan merah, tidak ada nasib buruk baginya, kemudian
Allah memberikan rizki kepadanya. (Hadits ini ditakhrij oleh Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, Thobroni, dan Ibnu Mardawaeh).
8
Ayat Al-Qur`an yang berkenaan dengan hadits diatas:
Hadits dari Habbah dan Sawwa menjelaskan bahwa setiap anak yang dilahirkan
telah dibekali rizqi. Makna rizqi dalam hadits tersebut dijelaskan oleh Al-Quran Surat
An-Nahl ayat 78 berupa pendengaran, penglihatan dan hati.
َ َ شأ
علَ ْي ِه َو َ سةٌ فَ ِإ ْن ع ُِو َد ال َخ ْي ُر َو ع ُِل َمهُ َنَ صبِ ُّي أ َ َمانَةٌ ِع ْن َد َوا ِل َد ْي ِه َو قَ ْلبُهُ الطا َ ِه ُر َج ْو َه َرةٌ نَ ِف ْي
َ َو ال
أنْ َو ِص َيانَت ُ َها ِب, َشقَى َو َهلَك َ ع ِو َد الش َُّر َو أ ُ ْه ِم َل ِإ ْه َما ُل ال َب َها ِئ ِم
ُ اآلخ َر ِة َو ِإ ْن ِ س ِع َد في ِ ال ُد ْن َيا َو َ
ِ س َن اْل َ ْخ
الق ِ يُأ َ ِد َبهُ َو يُ َه ِد َبهُ َو يُ َع ِل َمهُ َم َحا
Anak itu amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya fitrah, permata yang indah jika ia
dibekali dan diajarkan kebaikan, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan. Dan bahagia di
dunia dan di akhirat. Jika ia dibekali kejelekan dan diabaikian sebagaimana binatang
ternak maka ia akan celaka dan binasa. Memeliharanya dengan cara mendidiknya dan
mengajarkan dengan akhlak yang baik
9
semua keturunan Adam diciptakan dalam keadaan fitrah. Dalam riwayat lain lafadz
الفطرةdiganti dengan lafadz . 2الملّة
Menurut imam Al-Manawi, alif lam ( )الpada lafadz الفطرةdisebut alim lam lil ahdi
(sesuatu yang sudah pasti) yaitu fitrah yang Allah ciptakan yang dipersiapkan untuk
menerima agama dan menolak kebatilan3. secara bahasa, asal makna fitrah adalah
permulaan penciptaan4 hal ini senada dengan Al-Quran Surat Fatir ayat 1
ِ ت َو ْاْل َ ْر
…ض ِ اوا
َ س َم ِ َُلِلِ ف
اط ِرال ه ا ْل َح ْمد ِ ه
Segala pujibagi Allah Pencipta langit dan bumi…,
Menurut Hammad bin Salamah makna hadits ini yaitu ketika Allah mengadakan
perjanjian dengan bani Adam pada tulang punggung ayahnya. Hal ini sebagai mana
dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-‘Arof ayat 172:
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
Ahmad Bin Ali Bin Hajar Al-Asqolani, Fathul Bari Shohih Al-Bukhori, (Kairo:Dar Al-
hadits), Jilid 3 hlm 282
3Imam Al-Hafidz Zainuddin Abdulrouf Al-Manawi, Taisi rBisyarh Al-Jami’ Ash-Shogir ,
(Riyadh: Maktabah Imam Syafi’i, 1988 M), Cetakan Ketiga Juz 2 hlm 426
10
tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q.S. Al-‘Arof [7]: 172).
Pendapat Hammad bin Salamah ini diperkuat oleh Ibnu Waddah yang
meriwayatkan dari Sahnun bahwa tafsir hadits ini yaitu pada Surat Al-A’rof :172 (Al-
Muntaqo [2] : 71). Dalam kitab Al-Muntaqo dijelaskan bahwa secara syar’i, fitrah dalah
kondisi yang diciptakan berupa keimanan, ma’rifat dan pengakuan terhadap rububiyyah
Allah.
Hadits pertama sampai ketiga menginformasikan bahwa hakikat pertama kali
manusia diciptakan adalah dalam keadaan fitrah. Kemudian dalam kehidupannya
manusia itu ada yang menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi. Hal itu dipengaruhi oleh
kedua orang tuanya. Makna ّأب
ّ pada hadits di sini tidak hanya diartikan orang tua saja,
akan tetapi أبjuga mempunyai arti yang luas seperti lingkungan. Makna ini dijelaskan
oleh Ar-Ragib sebagai berikut:
ّ ّويسمىّكلّمنّكانّسبباّفيّإيجادّشئّأوّإصالحهّأوّظهورهّأبا،ّالوالد:االب
Al-Abbu adalah bapak, segala sesuatu yang menjadi sebab adanya sesuatu yang lain
disebut Abbun.
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa agama seseorang dipengaruhi
oleh ingkungannya.
11
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. .(QS. Ali
Imran [3]: 102)
a. Schoupenhauer dan Arnold Gessel (tokoh Teori Nativisme) berasumsi bahwa setiap
individu (anak) dilahirkan ke dunia dengan membawa faktor-faktor turunan
(hereditas) yang berasal dari orang tuanya, dan faktor turunan tersebut menjadi
faktor penentu perkembangan individu.
b. Teori Empirisme, teori ini bertentangan dengan teori pertama, teori ini berasumsi
bahwa setiap anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang
12
belum ditulisi (as a blank atau tabula rasa). Setelah kelahirannya, faktor penentu
perkembangan individu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pengalamannya.
c. Teori Konvergensi, teori ini berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh faktor keturunan (hereditas) maupun oleh faktor lingkungan/pengalaman5.
Setelah melihat dan menganalisis teori-teori di atas, satu diantaranya berkaitan
dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar, yakni teori konvergensi. Hal ini berkaitan dengan makna أبyang
ّّ
dipaparkan oleh Ar-Rogib Al-Ashfahani.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh Islam adalah تشكرون , yaitu
membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya. Maka manusia diharuskan mengetahui fitrahnya
supaya dapat mengoptimalkan potensi dalam dirinya.
Manusia yang dibina adalah makhluk yang memilki unsur-unsur material
(jasmani) dan immaterial (ruhani/akal dan jiwa), Pembinaan akalnya
menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika,
sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan
penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam
satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam
pendidikan Islam dikenal istilah adab al-din dan adab al-dunya. Dengan
potensi tersebut mereka dapat belajar.
Hadits-hadits diatas jika dikaitkan dengan pendidikan formal, maka seorang
guru dalam membelajarkan peserta didik harus memperhatikan tahap
perkembangan fisik dan psikisnya, sehingga guru dapat menggunakan
metode pembelajarannya dengan tepat dan efektif.
Guru dituntut untuk bersikap bijak di dalam memberikan penilaian terhadap
peserta didiknya, karena kondisi kejiwaan dan daya nalarnya berbeda-beda.
5Tatang Syaripudin, Landasan Pendidikan, (Bandung: Percikan Ilmu, 2008), hal 67-68
13
14
AL AHDAF AL-TARBIYAH ISLAMIYAH
Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits Tarbawi Dosen
Pengampu:
Dr. H. Dudung Rahmat Hiadayat, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok II
1……………………………NIM………………..
2……………………………NIM………………..
3……………………..................NIM……………
4………………………NIM……………………
15
Kata Pengantar
Daftar Isis
A. Muqaddimah
Manusia adalah makhluk yang diberi kelebihan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya
yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan
kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupannya, manusia membutuhkan apa yang
kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak zaman Rasulullah saw yang diawali dengan
proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman maka diperlukan satu pendidikan yang
dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa. Dimana ketiga hal
tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berlomba dalam mencapai kemajuan
sehingga keberadaan pendidikan menjadi semakin penting dalam hidupnya. Yang pada akhirnya
menjadikan pendidikan sebagai kunci utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan memang sangat penting bagi kehidupan manusia tetapi pendidikan yang bagaimanakah yang
memang sesuai dengan ajaran Islam? Tentunya ini menjadi tugas besar bagi kita khususnya umat Islam
dalam memajukan pendidikan di Negara ini.
Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan usaha
16
manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun
informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar
kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang
berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan
yang menjadikan tolak ukur bagi manusia dalam menempuhnya yaitu dengan adanya pendidikan Islam.
ِليَ ِق ُروا ِبالعُبُ ْو ِديه ِة: ُون } قَا َل ِ ْ ع ْن ُهما َ فِي قَ ْوله { َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنه َو
َ اْل ْن
ِ س ِإ هَّل ِليَ ْعبُد َ ع َِن ابْن ِعَبا َ ٍس َر ِض َي هللا
وأخرج ابن جرير وابن أبي حاتم. ً َط ْوعا ً أ َ ْو ك َْرها
Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai kepada keduanya, didalam sabdanya (Dan tidaklah aku
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah) dia berkata: "mengakui perbudakan,dengan rela
atau terpaksa.(HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim
Dari Zaid bin Aslam, semoga Allah meridhoinya didalam sabdanya (Aku menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk menyembah-Ku) berkata: "Apa yang mereka buat dari kesengsaraan dan
kebahagiaan.(HR. Ibnu Jarir dan Ibnu almundzir)
ِ َما َخلَ ْقت َ ُه ْم إَّلَ ِليَ ْعبُد، أَنَا أ َ ْرزقهم َوأَنَا أ َ ْطعَ َم ُه ْم: اء فِي اآلَيَ ِة قَا َل
ُون وأخرج ابن أبي شيبة ِ عن أَبِي ال َج ْو َز
Dari Abi Jauzai dia berkata didalam ayat itu : Aku telah memberi Rizki kepada mereka, dan Aku
memberi makan kepada mereka, dan tidaklah Aku menciptakan mereka kecuali untuk beribadah. (HR.
Ibnu Abi Syaibah)
17
اِبْن آدم تفرغ ِل ِعبَادَتي: « قَا َل هللا: لى هللا عليه وسلم
ص ه َ ع َْن أَبِي ُه َري َْرةَ َر ِض َي هللا
ُ قَا َل َر: ع ْنه قَا َل
َ س ْو ُل هللا
وأخرج أحمد والترمذي. » وإَّل تفعل مألت صدرك شغالً ولم أسد فقرك، وأسد فقرك، أمأل صدرك غنى
وحسنه وابن ماجة
Dari Abu Hurairah ra dengan dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah berfirman :Wahai
Anak Adam luangkanlah waktu untuk beribadah kepada-Ku, maka aku akan penuhi hatimu dengan
kekayaan kalau tidak. Akan aku penuhi dengan kesibukan dan akan aku tutupi dengan kefakiran
(HR.Imam Ahmad dan al-Tirmidzi dan digolongkan sebagai hasan, Ibnu Majah)
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.(Qs. Adz-
Dzariyat:56)
Dari Imran bin Husein dia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Wahai Fatimah, kaumku
maka saksikanlah sesungguhnya Dia akan mengampuni kamu pertama darah semua kesalahan yang Ia
kerjakana, dan berkata: Sesungguhnya shalatku, dan ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan semesta alam dan tidak ada yang menyekutukannya, Oleh karena itu aku diperintah dan aku
termasuk orang-orang yang berserah diri : Wahai Rasulullah ini khusus untukmu dan keluargamu, maka
apakah keluargamu umat Islam seluruhnya? Dia berkata: tapi untuk kaum Muslim umumnya. (HR. Imam
Hakim dan mensahihkannya Ibnu marduwiyah dan Baihaqi).
) ََّل ش َِريكَ لَهُ َوبِذَ ِلكَ أ ُ ِم ْرتُ َوأَنَا أ َ هو ُل162( َب ا ْلعَالَ ِمين
ِ اي َو َم َماتِي ِ هلِلِ َر َ قُ ْل إِنه
ُ ُص َالتِي َون
َ َس ِكي َو َمحْ ي
ْ ا ْل ُم
)163( : اْلنعام. َس ِل ِمين
Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.(Al-an’am-162)
18
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Al-An’am:163)
Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai kepada keduanya dalam sabdanya (Dan carilah pada
apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia. Dia berkata: janganlah kamu beramal kepada Allah di
dunia saja. (HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim)
. َ أ َ ْن ت َ ْع َم َل فِ ْي َها ِآل ِخ َر ِتك: س نَ ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا } قَا َل َ ع ْن ُه َما فِي قَ ْو ِل ِه
َ {و ََّل ت َ ْن َ اس َر ِض َي هللا
ٍ ع َِن اب ِْن عَب
وأخرج الفريابي وابن أبي حاتم من وجه آخر
Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai kepada keduanya dalam sabdanya (dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia). Dia berkata: Supaya beramal untuk akhiratmu. HR Al-
Farabi dan Ibnu Abi Hatim dari jalan lain
Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhi kepada keduanya dalam sabdanya (dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia). Dia berkata: Beramal dengan taat kepada Allah
merupakan bagian dari dunia yang akan diberi pahala di akhirat.(HR. Abdurrazaq dan al-Farabi dan
Abdu bin Hamid Ibnu Abi Hatim dari jalan lain).
فإن لك فيه، أ َ ْن تأخذ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َما أحل هللا لك: س نَ ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا} قال
َ ع َْن قَتَادَة رضي هللا عنه { َو ََّل ت َ ْن
وأخرج عبد بن حميد. غنى وكفاية
Dari qatadah semoga Allah meidhoi kepadanya :(dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) dunia) .Dia berkata: Hendaklah mengambil dari dunia sesuatu yang dihalalkan Allah,
karena sesungguhnya hal itu membuatmu kaya dan cukup.(HR. Abdu bin Hamid)
19
ض ال ُّد ْن َيا َ ض ِم ْن
ِ َعر َ لَي: س نَ ِصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا } قال
ٌ ْس ُه َو ع ََر َ صور رضي هللا عنه في قوله { َو ََّل ت َ ْن
ُ عن َم ْن
وأخرج عبد هللا بن أحمد في زوائد الزهد. َ َولَ ِك ْن ُه َو نَ ِصيْبك عمرك أ َ ْن تَقَدم فِ ْي ِه ْآلَ ِخ َرتِك،
Dari qatadah semoga Allah meridhoi kepadanya :(dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) dunia) .Dia berkata: ”Bukan orang yang baik meninggalkan dunianya lantaran akhirat
dan bukan orang yang baik yang meninggalkan akhirat lantaran dunia. Orang yang baik yang
mengumpulkan dunia dengan akhirat.(HR. Abdullah bin Ahmad)
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
4) Tujuan untuk menjadi khalifah Allah guna mema’murkan dan menghidupkan bumi sesuai
ridhanya
. } ًض َخ ِليفَة
ِ ج آدم ِمنَ ا ْل َجنه ِة قَ ْب َل أن يخلقه ث ُ هم قرأ { ِإ ِني َجا ِع ٌل ِفي ْاْل َ ْر
َ ِإنه هللاَ أ َ ْخ َر: عن ابن عَباس قال
وأخرج وكيع وعبد الرزاق وعبد بن حميد وابن المنذر وابن عساكر
Dari ibnu Abas dia berkata : Sesungguhnya Allah mengeluarkan Adam dari syurga sebelum
menciptakannya kemudian dia membaca (Sesungguhnya aku menjadikan khalifah di muka bumi). (HR.
Waki’ dan Abdurrajaq dan abdu bin hamid, ibnu mundzir dan ibnu asakiri).
Dari Qotadah dia bersabda ( Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) Dia
berkata : keadaan pengetahuan Allah bahwasannya dari penciptaannya itu akan menjadi Nabi-nabi,
Rasul-rasul, dan kaum yang shaleh yang mereka tenang di syurga. (HR. hamid,dan ibnu Jarir)
20
ُالد َما َء َونَحْ ن
ِ ُس ِفك ِ ض َخ ِليفَةً قَالُوا أَتَجْ عَ ُل فِي َها َم ْن يُ ْف
ْ َس ُد فِي َها َوي ِ َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم َالئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر
)30( : البقرة. َِس لَكَ قَا َل إِنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََّل ت َ ْعلَ ُمون
ُ سبِ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَد َ ُن
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Nabi saw bersabda: Sesungguhnya amal-amalan itu tergantung kepada niat, dan sesungguhnya
segala sesuatu itu tergantung kepada apa yang ia niatakan (HR. Bukhari)
َ َ ع َم ٍل يُت
ص هو ُر ِ ْس ِن ال ِنيه ِة ِم ْن أ َ ْع َما ِل ا
َ َو َك ْم ِم ْن،آلخ َر ِة ْ ص ْو َر ِة أ َ ْع َما ِل ال ُّد ْن َيا َو َي ِصي ُْر ِب ُح
ُ ص هو ُر ِب َ َ ع َم ٍل يُت
َ َك ْم ِم ْن
92 : تعليم المتعلم.س ْو ِء النِيه ِة ِ ْص ْو َر ِة أ َ ْع َما ِل ا
ُ ِآلخ َر ِة ث ُ هم يَ ِصي ُْر ِم ْن ا َ ْع َما ِل اْل ُّد ْنيَا ب ُ ِب
Berapa banyak pekerjaan yang digambarkan dengan bentuk amalan di dunia dan menjadi dengan
itikad baik atas tindakan di akhirat, dan berapa banyak pekerjaan yang digambarkan dalam amalan
akhirat, maka itu menjadi amalan dunia dengan niat yang buruk.
C. Makna Ijmaly
Berdasarkan hadits-hadits diatas, tujuan pendidikan itu adalah menghantarkan peserta didik
supaya menjadi hamba Allah yang taat. Tetapi sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan
syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan
(atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya
agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan
manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Jika kita
memahami tujuan pendidikan berdasarkan ayat diatas saja maka orang awwam akan memahami bahwa
tujuan pendidikan adalah ibadah terus yang terpaku pada tempat-tempat tertentu seperti mesjid. Selain
itu, tujuan terakhir dari pendidikan Islam terletak pada realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya
21
kepada Allah swt. Dengan ini peserta didik diharapkan dengan kemampuan akal pikirannya mampu
membaca, memahami, menjelaskan, dan menganalisis gejala alamiah yang merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah yang selanjutnya akan mewujudkan manusia yang sempurna yaitu manusia yang
berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah.
Islam juga tidak hanya menghendaki kebaikan didunia saja atau mengenyampingkan yang
lainnya. Tetapi Islam memerintahkan supaya seimbang baik dalam kehidupan di dunia maupun di
akhirat.
Pendidikan bertujuan menjadikan peserta didiknya supaya menjadi manusia yang cakap, berwibawa
dan berakhlak mulia, karena dengan ilmu yang diperolehnya diharapkan peserta didik mampu berperan
serta membangun dan memakmurkan negaranya.
D. Makna Tarbiyah
Inti dari hadits-hadits dan ayat Alquran diatas bahwa tujuan pendidikan disana mencakup empat
tujuan yaitu:
1
Drs.Burlian Somad. Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, Cetakan ketiga. PT Alma’arif Bandung,
1981. Hal 20.
22
E. Analisis Makna Tarbiyah
إَّل ليعبدونmerupakan tujuan terakhir pendidikan Islam ialah terbentuknya kepribadian muslim7.
Tujuan pendidikan adalah beribadah dan taqarub kepada Allah dan kesempurnaan insani yang
tujuannya kebahagiaan dunia akhirat. ”Bukan orang yang baik meninggalkan dunianya lantaran akhirat
dan bukan orang yang baik yang meninggalkan akhirat lantaran dunia. Orang yang baik yang
mengumpulkan dunia dengan akhirat.8
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena.
Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik
yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai
fenomena adalah peristiwa pertemuan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau
beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Tujuan pendidikan Islam menurut kongres Pendidikan Islam sedunia di Islamabad tahun 1980,
adalah pedidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) islami yang mencakup perkembangan
kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologis atau
fisiologis (Jasmaniah) manusia mengacu kepada keimanan dan ilmu pengetahuan secara
berkesinambungan sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakal secara
total kepada Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah Swt dalam QS.Al-An’am : 162 diatas
Selain itu, tujuan pendidikan itu terbagi kepada tiga bagian jika dilihat dari komponennya9 yaitu:
a. Tujuan Normatif yaitu tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai yang
hendak diinternalisasi misalnya tujuan yang bersifat korektif, selektif, determinatif, integratif
dan aplikatif.
b. Tujuan Fungsional yaitu tujuan yang diarahkan kepada pencapaian kemampuan yang
mengamalkan daya kognitif, afektif dan psikmotrik dari proses pendidikan
2
Drs.Ahmad D Marimba, Op.ct hal 49
3
Prof. TM Hasbi Ash-Shidiqie. Al-Islam jilid kedua. Gita Karya, Bulan Bintang, Jakarta 1964, hal 180
4
Dr. Wajidi. Sayadi, Hadits Tarbawi Pesan-pesan Nabi saw tentang Pendidikan. Pustaka Firdaus Jakarta.2009.
hal 19
23
c. Tujuan operasional yaitu tujuan yang cenderung bersifat manajerial.
Sebagian ulama ada yang merumuskan tujuan pendidikan Islam atas cita-cita hidup umat islam yang
menginginkan kehidupan ukhrowi dan duniawi. Maka tujuan pendidikan Islam dibedakan menjadi dua
jenis :
1) Tujuan Keagamaan
Setiap umat Islam pada hakikatnya adalah Insan agama yang bercita-cita, berfikir, beramal untuk
hidup akhiratnya. Berdasarkan petunjuk Allah dan Rasulnya, karena itu tujuan pendidikan Islam penuh
dengan nilai rohaniah Islami dan orientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat.
2) Tujuan Keduniaan
Tujuan ini lebih mengutamakan pada upaya untuk mewujudkan kehidupan sejahtera di dunia dan
kemanfaatannya. Dan tujuan ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti tujuan pragmatis yang
hanya menitikberatkan pada suatu kemanfaatan hidup manusia di dunia dan ukuran-ukurannya sangat
bergantung pada kebudayaan atau peradaban manusia. Sedangkan menurut Asma hasan Fahmi, tujuan
akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
a. Tujuan keagamaan.
d. Akhlak mulia.
Sedangkan menurut Uyoh Sadulloh tujuan pendidikan itu merupakan gambaran falsafah
atau pandangan hidup manusia, baik secara individu maupun kelompok. Karena membicarakan
pendidikan akan menyangkut system nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan
baik dalam, mitos, kepercayaan dan religi, filsafat, idiologi dan sebagainya 5.
24
Kemudian dalam menetukan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu anatomy yaitu member kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan
kepada individu maupun kelompok, untuk dapat hidup mandiri dan hidup dalam kehidupa yang
lebih baik. Nilai yang kedua yaitu equity yang berarti bahwa tujuan pendidikan itu harus
memberikan kesempatan kepada warga masyarakat supaya dapat berpartisipasi dalam kehidupan
berbudaya, ekonomi dengan memberikan pendidikan dasar yang sama. Ketiga survival, yang
berarti bahwa pendidikan menjamin pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Maka dengan nilai-nilai diatas diharapkan pendidikan dapat mengemban tugas untuk
menghasilkan generasi yang lebih baik. Nilai-nilai tersebut menggambarkan pendidikan dalam
konteks yang luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia yaitu menciptakan suatu
kehidupan yang lebih baik lagi.
5
Drs. Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan cetakan ketiga. Alfabet:Bandung.2006. hal 58.
Kesimpulan
Maka kesimpulan yang dapat diambil penyusun berdasarkan hadits-hadits dan ayat Al-Quran
diatas adalah:
1. Tujuan pendidikan nasional belum sepenuhnya tercapai. Artinya pendidikan hanya mampu
mencetak manusia yang cerdas secara intelektual namun moralitasnya masih dipertanyakan..
Einstein mengingatkan pada kita bahwa “agama tanpa ilmu akan buta, dan ilmu pengetahuan
tanpa agama akan pincang”.
2. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, tentunya dibutuhkan pendidikan yang baik, yakni
pendidikan manusia seutuhnya yang tidak saja memperhatikan aspek rohani tetapi juga jasmani
dan akal.
3. Pendidikan yang meletakkan landasan keseimbangan dan keserasian dari seluruh aspek
kehidupan manusia.
25
4. Dengan pengenalan akan Sang Pencipta, peserta didik akan memahami keberadaan dirinya di
alam semesta ini dan dilatih untuk memuliakan Tuhan dalam kesehariannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs dan Uhbiyati, Nur, Dra.1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arifin, H.M, M.Ed. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sadulloh, Uyoh, Drs, M.Pd. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sayadi, Wajidi, Dr. 2009. Hadits Tarbawi Pesan-pesan Nabi saw tentang Pendidikan. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Intrenet
http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/definisi-dan-tujuan-pendidikan-islam/
http://hidayatulhaq.wordpress.com/2008/06/14/tujuan-pendidikan-islam/
BI’AH FI AT-TARBIYAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. H. Dudung Rahmat Hidayat,M.Pd.
26
Disusun oleh:
Kelompok III
1………………………… MIM……………………..
2………………………… MIM……………………..
3………………………… MIM……………………..
4……………………………….NIM………………..
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Muqoddimah
27
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
nikmat yang tak terhingga kepada makhluk-Nya. Agar manusia tidak kufur dari nikmat-Nya
maka Allah memerintahkan kita untuk senantiasa bersyukur atas segala rezeki yang diberikan
oleh-Nya.
Kita juga diajarkan untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan sesama manusia
dan dengan Allah swt. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Q.S. Al-Anbiyaa’ ayat 107 :
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.”
Pandangan hidup ini mencerminkan pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita ,
yaitu bahwa manusia tidak bisa lepas dari lingkungan hidupnya. Oleh karena itu perlu adanya
pendidikan yang baik dalam lingkungan sekitar kita.
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat
dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau
lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan
tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh
karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian
seperti beberapa hadits dan ayat yang akan dipaparkan pada pembahasan dibawah ini.
28
Rosulullah SAW bersabda: muliakanlah anak – anakmu dan baikkanlah perilaku
mereka(didiklah dengan baik). Ajarkanlah kebaikan kepada anak – anak kamu dan keluarga
kamu dan didiklah mereka. ( Riwayat Abdur-Razaq ).
Hadits Kedua
َ ت ِسنِيْنَ أُد
َوإِذَا بَلَ َغ,ّب ًّ فَإِذَا بَلَ َغ ِس,ع ْنهُ ألَذَى ُ س ّمى َويُ َما
َ ط ّ ع ْنهُ يَ ْو َم ال
َ ُسابِع َوي َ الغُالَ ُم يُعَ ُّق:َعن النبي صلعم قَال
َ
َ عش ََرة
َ تَّ فَإِذَا َبلَ َغ ِس,ص ْو ِم ّ علَى ال
َّ ص َالةِ َوال َ ب ُ ًسنَة
َ ض ِر َ َ عش ََرة َ ث َ فَإِذَا بَلَ َغ ث َ َال,فِ َرا ِش ِه ع ْن
َ ع ِز َل ُ َتِ ْس َع ِسنِيْن
عذَابِكَ فِي ُ َ َوأ, َعلَّ ْمتُكَ َوأ ْن َكحْ تُك
َ ع ْوذُبِاهللِ ِم ْن فِتْنَتِكَ فِي الدُّ ْنيَا َو َ قَدْأَدّ ْبتُكَ َو:َبِيَ ِد ِه َوقَال َ ث ُ َّم أ ُ ِخذ.ُزَ َّو َجهُ أَب ُْوه
رواه ابن حبان..ِاَلخ َرة
ِ
Rosulullah SAW bersabda: seorang anak diaqiqahkan atasnya pada hari ketujuh, diberi
nama, dan dihilangkan darinya penyakit ( dicukur rambutnya ). Dan apabila telah sampai pada
usia 6 tahun didiklah, apabila sampai usia 9 tahun pisahkanlah dari tempat tidurnya, apabila
sampai 13 tahun suruhlah untuk shalat dan puasa, apabila sampai pada usia 16 tahun nikahkanlah
oleh ayahnya. Kemudian raih tangannya dan katakan: telah aku didik kamu, mengajari kamu,
dan aku nikahkan kamu, dan aku berlindung kepada Allah dari fitnahmu di dunia dan azab di
akhirat.. ( Riwayat Ibnu Hibban )
Hadits Ketiga
ِ ص ِح ْي ُح ْالبُخ
(١٨٢ ص/ ٥ )ج- َاري َ
َ ص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِ ّج
سانِ ِه َك َمث َ ِل ْ علَى ْال ِف
ّ ِ َط َر ِة فَأَبَ َواهُ يُ َه ّ ِودَانِ ِه أ َ ْو يُن َ ُسلَّ َم ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد ي ُْولَد
َ علَ ْي ِه َو ّ صلَّى
َ ُّللا َ ي ُّ قَا َل النَّ ِب
عاء َ ْال َب ِه ْي َم ِة ت ُ ْنت َ ُج ْال َب ِه ْي َمةَ ه َْل ت ََرى ِف ْي َها َج ْد
Shahih Bukhari- juz 5 / 182
Rasulullah saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua
orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, atau Majusi sebagaimana dilahirkannya
binatang ternak dengan sempurna, apakah ada telinga yang terputus?”
29
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
2. Lingkungan Masyarakat
Hadits Pertama
)٤۵٩ ص١٢ (ج-سنن أبي داود
ٌ علَى ِدي ِْن َخ ِل ْي ِله فَ ْليَ ْن
ظ ْر أ َحدُ ُك ْم َم ْن يُ َخ ِل ُل َّ سلَّ َم قال
َ الر ُج ُل َ ص َّل هللاُ عليْه َو َّ ِأ َ َّن نَب
َ ي
Artinya: “Rasulullah SAW Bersabda seseorang adalah teman atas agamanya, maka
lihatlah diantara kalian dengan siapa berteman”
Hadits Kedua
ُ قَالوا و ما خَضراء الدمن يا َر,إِيَّا ُك ْم َو َخض َْرا َء الدمن
َ ال َم ْر َءة ُ ال َح:س ْو َل هللا ؟ قال
.سنَا ُء فِي المنبت السوء
.الدارقطني
Artinya:” jauhlah olehmu si cantik yang beracun, para sahabat bertanya, siapakah si cantik yang
beracun itu ya Rasulallah?, rasul menjawab “perempuan yang cantik tetapi dalam lingkungan
yang jahat”
30
فالكافر يعمل ما يشبه طريقته من اإلعراض عند النّعم،أن كل واحد يعمل على طريقته التى تشاكل أخالقه
ّ
و هللا يجازي، و المؤمن يعمل ما يشبه طريقته من الشكر عند الرخاء و الصبر عند البالء،واليأس عند الشدة
الفريقين
Zaadul Masiir (Juz 4/hal. 189)
Sesungguhnya setiap manusia berbuat sesuai dengan tabiatnya. Orang-orang kafir berbuat
sesuatu sesuai dengan caranya sendiri, berlebih-lebihan saat berada dalam kesenangan dan
berputus asa ketika dalam kesulitan. Sedangkan orang beriman berbuat dengan caranya pula,
bersyukur dalam kelapangan dan bersabar saat dalam kesusahan. Sungguh Allah akan
mengganjar setiap golongan.
3. Lingkungan Pendidikan
Hadits Pertama
305 : العلوم عند العرب. سا ِم ْن َم َجا ِل ِس اللَ ْه ِو َ س ِع ْل ِم يُ َك ِفّ ُر
ً س ْب ِعيْنَ َمجْ ِل َ ع
ُ َمجْ ِل: طا ُء َ قَا َل
Atha berkata : “Majlis ilmu itu mnghapus tujuh puluh majlis dari majlis yang lahan (sia-sia) .
Hadits Kedua
) 248 ص/ 4 سنن أبي داود – (ج
َ ت هللاِ ت َ َعالَى يَتْلُ ْونَ ِكت
َِاب هللا ِ ت ِم ْن بُي ُْو ٍ سلَّ َم قَا َل َما اجْ ت َ َم َع قَ ْو ٌم فِي بَ ْيَ علَ ْي ِه َو
َ ُص َّل هللا َ ِي ّ ع ْن النَّ ِب
َ
ُالرحْ َمةُ َو َحفَّتْ ُه ْم ْال َم َالئِ َكةُ َوذَ َك َر ُه ْم هللا
َّ غ ِشيَتْ ُه ْمَ س ِك ْينَةُ َو َّ ع َل ْي ِه ْم ال
َ تْ س ْونَهُ بَ ْينَ ُه ْم َّإَل نَزَ َلُ ارَ ََو يَتَد
ُفِ ْي َم ْن ع ْندَه
Rasulullah bersabda : "Suatu kaum yang berkumpul di suatu masjid untuk membaca Al Qur'an
dan mempelajarinya secara bersama-sama di antara mereka, niscaya mereka akan diberikan
ketenangan, dinaungi rahmat, dipayungi oleh malaikat, dan disebut-sebut nama mereka oleh
Allah dihadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”.
C. Pembahasan Hadits
1. Lingkungan Keluarga
Dari pengertian hadits tersebut tampak jelas bahwa fungsi orang tua sangat menentukan
masa depan anak. Pendidikan yang ditanamkan dan diajarkan orang tua kepada anak merupakan
upaya orang tua dalam melindungi anaknya dari berbagai kemungkinan yang mudah masuk dan
31
berpengaruh kepada anak, terutama dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik yang dapat
menjerumuskan anak kepada jalan yang sesat. Sebagaimana dikemukakan oleh Sofyan Sauri
(2006: 82), anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Apabila ia diajar dan dibiasakan
kepada kebaikan, maka ia akan tumbuh pada kebaikan itu. Tetapi apabila ia dibiasakan
melakukan kejahatan, maka ia akan sengsara dan binasa. Dan dikemukakan pula oleh Ulwan
(1990), pemuda-pemuda kita tumbuh sesuai dengan apa yang telah dibiasakan oleh bapaknya.
Pemuda itu tidak hidup dengan akalnya, tetapi dengan beragamanya, maka dekatkanlah ia
kepada agama.
Dalam surat at-Tahrim ayat 6 di atas tersirat bahwa untuk keselamatan diri dan keluarga
itu sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab kepala keluarga untuk menjaga dan
membimbing serta mengarahkan semua anggota keluarganya ke arah yang benar, yang diridhai
Allah swt. Maka pendidikan yang mengikuti syariat Allah-lah yang harus dijalankan oleh kepala
keluarga untuk mewujudkan proses dan tujuan tersebut.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang paling esensial, karena
pendidikan tersebut merupakan peletak dasar dan pembinaan anak selanjutnya. Orang tua
bertanggung jawab atas kelangsungan hidup kehidupan keluarganya dengan penuh kerelaan.
Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling pertama dan terpenting,
karena dalam keluarga terdapat naluri asal mengenai kekalnya keturunan, sehingga upaya orang
tua sangat diutamakan dan dipentingkan, setiap manusia mempunyai dasar kecakapan dan
keinginan untuk mendidik anak-anaknya dengan sempurna, terdapat rasa cinta dan berbagai
perasaan lain yang dapat menumbuhkan berlangsungnya pendidikan budi pekerti, keluarga
merupakan tempat pendidikan yang paling sempurna untuk melakukan pendidikan individual,
sosial, dan menanamkan keteladanan pada jiwa anak. Orang tua berperan sebagai pemimpin
perilaku, memberikan ilmu pengetahuan,dan sebagai contoh perilaku sosial.
2. Lingkungan Masyarakat
Melihat kedua hadits diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat memiliki
pengaruh besar terhadap seseorang. Islam memperhatikan individu sebagai bagian dari jamaah,
bukan individu yang terpisah. Perhatian ini akan melestarikan eksistensi jamaah. Pada waktu
yang bersamaan, islam juga memperhatikan keberadaan jamaah yang menjadi wadah dan terdir
dari bagian-bagian tertentu, yaitu individu-individu yang ada dalam jamaah. Perhatian ini dapat
32
melestarikan individu-individu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari jamaah.(Taqiyuddin an-
Nabhani, 2003: 47) Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan yang melanggarnya
adalah seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagain dari mereka berada di bagian atas dan
yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air,
mereka harus melewati orang-orang yang berada diatasnya. Lalu mereka berkata: ‘Andai saja
kami lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang
berada diatas kami’. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada
diatas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki
dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semuanya.”(H.R.Bukhari)
Dalam surat al-Isra ayat 86 pun dijelaskan bahwa Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing. Keadaan yang dimaksud dalam ayat ini bisa berupa tabiat yang
berasal dari dalam diri manusia (intern) ataupun lingkungan yang jelas-jelas memiliki andil besar
dalam pembentukan seorang manusia (ekstern).
3. Lingkungan Pendidikan
Melihat hadits di atas, kalimat yatadaarasunahu menunjukan arti membaca bersama-
sama, berulang-ulang dengan saling memperhatikan karena takut salah baca dan salah dan lupa.
Mereka melakukannya dengan cara ; ketika sebagian sedang membaca yang lainnya
memperhatikan untuk meluruskan kesalahan.
Konteks hadits ini menjelaskan tentang suatu kaum yang membaca dan mempelajari al-
Quran bersama di masjid dengan maksud beribadah kepada Allah swt. Mereka akan memperoleh
ketenangan, rahmat, dikelilingi para malaikat, dan diingat oleh Allah swt.
Dengan demikian, makna tadris di sini adalah membaca dengan memperhatikan dan
mengingat lafal yang dibaca, membaca untuk menghafal dengan maksud beribadah kepada
Allah. (Dedeng Rosidin, 2003: 133-134)
33
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi
menjadi tiga yaitu:
1) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia
pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang
lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.
Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam
kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat.
Seperti mendengarkan murotal ayat-ayat al-Quran selama anak masih dalam kandungan,
melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik
bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal.
Secara sederhana pendidikan prenatal dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si
jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan
proses yang lancar dan selamat.
b. Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir
hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga
merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari
bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
a. Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
b. Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
2) Lingkungan sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik
anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai
masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang
34
perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini
disebut sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
a. Tanggung jawab formal kelembagaan
b. Tanggung jawab keilmuan
c. Tanggung jawab fungsional
3) Lingkungan masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan selain
pendidikan dari lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat
ini, telah mulai ketika anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Namun orng tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap mengontrol
perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh yang lebih luas di banding
dengan lingkungan pendidikan yang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu:
1. Pranata pendidikan : bertugas dalam upaya sosialisasi
2. Pranata ekonomi : bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
3. Pranata politik : bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
4. Pranata teknologi : bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
5. Pranata mora : bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat
35
pengetahuan, sedangkan lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang
diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antarlingkungan sehingga terjadi
keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian
unggul.
E. Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa jenis lingkungan pendidikan terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Lingkungan keluarga (pendidikan prenatal dan pendidikan postnatal)
2. Lingkungan masyarakat
3. Lingkungan pendidikan (sekolah)
2. Fungsi lingkungan pendidikan antara lain:
a. Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia.
b. Lingkungan sekolah sebagai bekal skill dan ilmu pengetahuan
c. Lingkungan masayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga
dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2003. Peraturan Hidup dalam Islam. Bogor: Pustaka Thariqul
Izzah.
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Rosidin, Dedeng. 2003. Akar-Akar Pendidikan dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Bandung:
Pustaka Umat.
Sauri, Sofyan. 2006. Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo.
36
PESERTA DIDIK
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Pada MataKuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
37
Disusun Oleh :
Kelompok IV
1. ………………….NIM………….
2. ………………….NIM………….
3. ………………….NIM………….
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
38
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pilar yang sangat penting dalam menunjang terjaminnya
kehidupan manusia. Komponen yang sangat penting dalam pendidikan itu salah satunya adalah
adanya para peserta didik yang mau dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu demi kehidupan
yang lebih baik.
Islam memiliki perspektif tersendiri mengenai peserta didik ini. Apa saja yang harus
dimiliki oleh para peserta didik dalam menuntut ilmu, baik niat maupun mujahadahnya.
Terutama yang berkaitan dengan pemerolehan ilmu itu sendiri yaitu bagaimana cara kita agar
terhindar dari yang namanya rasa malu dalam menuntut ilmu karena seringkali seseorang yang
memiliki kemampuan tetapi karena rasa malu yang berlebihan jadi tidak berkembang dalam
pemerolehan ilmunya.
Islam juga menjunjung tinggi bagi orang-orang yang mau mengamalkan ilmu-ilmu yang
telah mereka miliki untuk para generasi penerus. Sehingga wajib bagi peserta didik untuk
senantiasa menghormati dan menjunjung para guru atas jasa-jasa mereka.Itulah beberapa faktor
yang melatarbelakangi kami dalam penyusunan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami susun dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian peserta didik?
2. Bagaimana pentingnya niat dalam menuntut ilmu?
3. Bagaimana hadits yang mewajibkan menuntut ilmu?
4. Bagaimana cara memuliakan pengajar?
5. Bagaimana anjuran menghilangkan rasa malu dalam menuntut ilmu?
39
5. Untuk mengetahui anjuran menghilangkan rasa malu dalam menuntut ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
40
Sebutan murid bersifat umum, sama umumnya dengan anak didik dan peserta didik.
Istilah murid kelihatannya khas pengaruh agama Islam. Di dalam Islam istilah ini diperkenalkan
oleh kalangan sufi. Istilah murid dalam tasawuf mengandung pengertian orang yang sedang
belajar, menyucikan diri dan sedang berjalan menuju Tuhan. Yang paling menonjol dalam istilah
itu adalah kepatuhan murid kepada guru ( mursyidnya ). Patuh disini adalah dalam arti tidak
membantah sama sekali. Hubungan guru dan murid adalah hubungan searah. Pengajaran
berlangsung dari subyek (mursyid) ke objek (murid). Dalam ilmu pendidikan hal seperti ini
disebut pengajaran berpusat pada guru.
Sebutan anak didik mengandung pengertian guru menyayangi murid seperti anaknya
sendiri. Faktor kasih sayang guru terhadap anak didik dianggap salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Dalam sebutan anak didik agakna pengajaran masih berpusat pada guru, tetapi tidak
lagi seketat pada guru-murid seperti di atas.
Sebutan peserta didik adalah sebutan yang paling mutakhir. Istilah ini menekankan
pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam sebutan ini aktvitas pelajar
dalam proses pendidikan dianggap salah satu kunci. Jika kita presentasekan, pada pengajaran
guru-murid kegiatan 100% pada guru dan murid 0%, pada pengajaran guru-anak didik mungkin
75% pada guru dan 25% pada anak didik, pada pengajaran guru-peserta didik 50% pada guru dan
50% pada peserta didik. Dalam pandangan paling mutakhir para ahli menghendaki murid aktif
sampai dengan kira-kira 75% bahkan bila mungkin biarlah guru berperan 0%. Jadi perubahan
istilah dari murid ke anak didik kemudian menjadi peserta didik, agaknya bermaksud
memberikan perubahan pada peran pelajar dalam proses pembelajaran.
Menurut beliau (Ahmad Tafsir), istilah yang paling tepat adalah murid. Karena
mengandung banyak kelebihan dibandingkan dengan dua istilah lainnya.
Sa`id Hawwa (1999) menjelaskan adab dan tugas murid yang dapat juga disebut sifat-
sifat murid sebagai berikut:
Pertama, murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya. Sama halnya
dengan shalat, ia tidak sah bila tidak suci dari hadats dan najis. Intinya disini adalah murid itu
jiwanya harus suci. Indikatornya terlihat pada akhlaknya.
Kedua, murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah karena
kesibukan itu akan melengahkannya dari menuntut ilmu. Intinya adalah murid harus
berkonsentrasi menuntut ilmu, tidak mengkonsentrasikan diri pada selain itu.
41
Ketiga, tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap guru, ia harus patuh kepada guru seperti patuhnya orang sakit terhadap dokter yang
merawatnya. Murid harus tawadldlu kepada gurunya dan mencari pahala dengan cara berkhidmat
pada guru.
Keempat, orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dan
mendengarkan perbedaan pendapat atau khilafiah antarmazhab karena hal itu akan
membingungkan pikirannya. Perbedaan pendapat dapat diberikan pada belajar tahap lanjut.
Kelima, penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting untuk
dirinya. Jika usianya mendukung barulah ia menekuni ilmu lain yang berkaitan dengan ilmu
paling penting tersebut.
Keenam, tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling
penting. Ilmu yang paling utama adalah ilmu mengenal Allah.
Ketujuh, tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu sebelumnya.
Ilmu itu sifatnya bertahap dan berurutan.
Kedelapan, hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu diketahui dari
hasil belajarnya dan kekuatan dalilnya.
لقو له عليه.ثم َّل بد له من النية في زمان تعلم العلم اذ النية هي اَّلصل في جميع ْلحوال
كم من عمل: وعن رسول هللا ص م. حديث صحيح, إنما اْلعمال بالنيات: الصالة وسلم
وكم من عمل يتصور.يتصور بصورة اعمال الد نيا ويصير بحسن النية من اعمال اآلخرة
.بصورة اعمال اآلخرة ثم يصير من اعمال الد نيا بسوء النية
Artinya: “bagi pelajar hendaknya meletakkan niat selama dalam belajar. Karena niat
itu sebagai pangkal dari segala amal. Sebagaimana disabdakan Rasulullah saw, : ‘sahnya
semua perbuatan itu apabila disertai niat’ hadits hasan. Diceritaka lagi dari Rasulullah saw,
beliau bersabda :’banyak terjadi amal-amal yang tampaknya tidak pantas mendapat pahala.
Akan tetapi lantaran disertai niat yang baik, akhirnya amal itu termasuk amal akhirat. ’banyak
terjadi amal-amal yang tampaknya merupakan amalan akhirat. Akan tetapi lantaran disertai
niat yang jelek, akhirnya amal itu termasuk amal dunia.
42
Hal pertama yang perlu dibahas dalam menuntut ilmu adalah meluruskan niat. إنما
اْلعمال بالنيات. Sesungguhnya semua amal tergantung pada niatnya. Artinya, niat baik akan
mengantarkan amal mendapat penilaian baik dari Allah SWT.
Adapun niat yang benar yang harus diazzamkan oleh seorang muslim ketika ia ingin
mencari ilmu ialah;
1. Niat mencari Ridho Allah (umum). Niat ini akan memastikan keselamatan nilai amalnya.
Jika niatnya karena sekedar mencari gengsi, mendapatkan gelar sarjana, atau pujian dan
kemuliaan duniawi, maka amalnya bukan amal yang selamat dari kemarahan Allah SWT.
Muslim, sebagaimana semua yang mengaku Muslim, haruslah memastikan kelurusan niat ini
agar selamat dari kemarahan Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
2. Niat mencari ilmu agar menjadi manusia yang bermanfaat. Ini merupakan niat yang penting
dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial. “أنفعهم ّلل ّناس ”خير الناس yang terbaik di
antara manusia adalah yang paling bermanfaat/berguna bagi sesama. Siapa yang tidak ingin
menjadi yang terbaik? Jika muslim memancangkan niat ini, maka berarti ia telah memastikan
dirinya sebagai kontributor sosial yang dibutuhkan masyarakat, apapun jenis pekerjaan yang
dipilihnya.
) س ِل َم ٍة (رواه مسلم
ْ سل ٍِم َو ُم َ ٌب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْيضَة
ْ علَى ك ُِل ُم َ
ُ َطل
Artinya: “Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
ُ ُا ُ ْطل
ب ا ْل ِع ْل َم ِمنَ ا ْل َم ْه ِد اِلَى اله ْح ِد
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”.
43
Artinya: “Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang bodoh) bagaikan
kelebihan bulan pada malam purnama dan semua bintang-bintang yang lain.”(Diriwayatkan
oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Darda).
َ َو،ٌت َ َعلَّ ُم ْوا ال ِع ْل َم فَا َِّن ت َ َعلُّ َمهُ ِ َّّلِلِ َخ ْشيَة:قال النبي صلعم-
ُ َو ُمذَا َك َرتَهُ ت َ ْس ِب ْي ٌح َو اْل َب ْح،ٌط َلبَهُ ِعبَادَة
ُث َع ْنه
– ابن عبد البر.الم ُْال َحالَ ِل َو ال َح َر ِام ِ صدَقَةٌ َو َب ْذلُهُ قُ ْر َبةٌ ألَنَّهُ َم َع َ َُل َي ْع َل ُمه َ ِج َهادٌ َو ت َ ْع ِل ْي ُمهُ ِلم ْن
94 ،الفكر التربوى فى األَندلس
Nabi saw bersabda: pelajarilah ilmu karena mempelajarinya merupakan rasa takut karena Allah,
mencarinya merupakan jihad, mengajarkannya kepada yang tidak mempelajarinya merupakan shadaqah,
serta pengorbanannya/bersusah payahnya dapat mendekatkan dirinya kepada Allah karena sesungguhnya
ia merupakan petunjuk-petunjuk yang halal dan haram.(Ibn ‘Abdil Bar- al-Fikr Tarbawi fii Andalusi: 94)
َي ت َ َعلَّ ُم ْوا اْل ِع ْل َم فَا ِِن ا ْست َ ْغنَ ْيت ُ ْم َكانَ لَ ُك ْم َك َماَلً َو ِإ ِن اْفتَقَ ْرت ُ ْم َكان
َّ يَا بُن: ع ْبد ُ اْل َم ِل ِك ِب ْن َم ْر َوانَ لبنيه
َ قَا َل
95 ، ابن عبد البر – الفكر التربوى فى األندلس.ًلَ ُك ْم َماَل
44
‘Abdul Malik bin Marwan: wahai anakku pelajarilah ilmu/ tuntutlah ilmu karena jika kalian
dalam keadaan kaya maka ilmu akan menjadi penyempurna bagi kalian dan jika kalian dalam
keadaan miskin maka ilmu akan menjadi harta bagi kalian. .(Ibn Abdil Bar. Fikr At-Tarbawi fil
Andalusi)
Nabi Muhammad saw bersabda: barangsiapa yang mendalami agama Allah maka Allah
mencukupinya, mencintainya/ memprioritaskan, memberinya rizki dari arah yang tidak ia
sangka-sangka. (Ibn ‘Abdil Bar)
َ ص في ِ َرأْيِ ِه َو
العلوم.ع ْق ِل ِه َ ب اْل ِع ْل ِم لَي
َ َْس ِب ِج َها ٍد فَقَ ْد نَق ِ َطل َ َم ْن َرأَى أ َ َّن اْلغُد َُّو ا:اء
َ ِلى ِ َقَا َل أَب ُْو الدَ ْرد
305 :عند العرب
Abu Darda’ berkata: barangsiapa yang berpandangan bahwa besok pagi-pagi untuk mencari ilmu
bukan merupakan jihad maka sungguh telah berkurang pikiran dan akalnya. (‘Ulum ‘Indal
‘Arab:305)
45
سائِ ُل َو ْال َعا ِل ُم َو ْال ُم ْستَ ِم ُع ُّ ا َ ْل ِع ْل ُم خَزَ ائِ ُن َمفَا ِتي ُح َها اَل.
َّ اَل:ٌس َؤا ُل أََلَ فَاسْأَلُوا فَإِنَّه ُ يُو َج ُر فِي ِه أ َ ْر َب َعة
}َو ْال ُم ِحبُّ َل ُه ْم {أبونعيم
‘Ilmu adalah gudang-gudang, pertanyaan adalah kunci-kuncinya, ketahuilah (oleh karena itu)
bertanyalah karena dengan bertanya dalam majelis ilmu terdapat 4 macam: orang yang bertanya,
orang yang mengetahui, pendengar serta yang disukai mereka. (Abu Na’iim)
« طلب العلم فريضة على كل: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن أنس بن مالك قال
)480 ص/ 11 (ج- المعجم األوسط للطبراني. مسلم
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw bersabda: menuntut ilmu merupakan kewajiban
atas setiap muslim. (At-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Ausath, juz 11: 48)
فإني سألت، « اغدوا في طلب العلم: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن عائشة قالت
)444 ص/ 15 (ج- ربي أن يبارك ألمتي في بكورها المعجم الكبير للطبراني
Dari ‘Aisyah ia berkata: Rasulullah saw bersabda: bersegeralah/ berpagi-pagilah dalam menuntut
ilmu, karena aku memohon kepada Tuhanku agar dia memberkati umatku dalam berkah-
berkahnya. (At-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir, juz 10: 444)
46
Rasulullah saw bersabda: barangsiapa menuntut ilmu kemudian mendapatkannya niscaya Allah
mencatat baginya dua pahala, akan tetapi siapa yang menuntut ilmu kemudian ia tidak
mendapatkanya maka Allah mencatat baginya satu pahala. (Sunan Ibn Majah, juz 1: 300)
)295
Barangsiapa yang menuntut ilmu bukan karena Allah atau menghendaki Ilmu bukan karena
Allah maka hendaklah ia mengambil tempat di neraka. (Sunan Ibn Majah, juz 1: 295)
ُ ي القَ ْل
.ب َ سد ُ ُكلُّهُ أََلَ َو ِه َ َت ف
َ سدَ ال َج َ َسد ُ كلُّهُ َو ِإذَا ف
ْ َ سد َ صلَ َح اْل َج َ ضغَةً ِإذَا
ْ صلَ َح
َ ت َ ِإ َّن في ِ اْل َج
ْ س ِد ُم
البخاري
Sesungguhnya didalam jasad itu terdapat daging jika daging itu bagus maka bagus pula seluruh
jasadnya dan jika ia jelek maka jelek juga seluruh jasadnya. Ketahuilah ia adalah hati. (HR Al-
Bukhari)
البخاري.اء
ِ س ّ ِ علَى
َ ّالر َجا ِل ِمنَ ال ِن َ ض ُّر َ َما ت َ َر ْكتُ َب ْعدِي ِفتْنَةً ِه:ع ِن النَّ ِبي صلعم
َ يأ َ
Dari Nabi saw: tidaklah aku tinggalkan setelahku sebuah cobaan yang paling berat bagi lelaki
daripada seorang wanita. (HR Bukhari)
47
ِ ْع ال ِع ْل ُم ِب َرا َح ِة ا
صحيح مصلم.لجس ِْم َ َ َلَ يُ ْست:ي ب ِْن أ َ ِبي َكثِي ٍْر قَا َل
ُ طا َ ع ْن َي ْح
َ
Dari Yahya bin Abii Katsir berkata: Ilmu tidak akan didapatkan dengan (banyaknya) istirahat
tubuhnya. (Shahih Muslim)
Adapun pelajaran yang dapat kita ambil dari hadits diatas, diantaranya :
1. Mewajibkan kepada tiap-tiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk selalu belajar
dan menuntut ilmu.
48
2. Dalam menuntut ilmu tidak ada batas waktunya artinya sampai kapanpun kita mempunyai
kewajiban menuntut ilmu selama kita masih bernafas.
3. Kedudukan orang yang berilmu itu melebihi dari pada orang yang beribadah (yang bodoh)
yang tanpa ilmu pengetahuan bagaikan bulan di antara bintang-bintang. Artinya tidurnya
orang yang berilmu lebih baik dari pada ibadahnya orang yang bodoh, karena tidurnya orang
berilmu pasti membaca do’a dan itu merupakan suatu kebaikan dari pada ibadahnya orang
yang bodoh beribadah tanpa menggunakan ilmu.
إعلم بأ ن الطالب العلم َّل ينال العلم وَّل ينتفع به اَّل بتعظيم العلم واهله وتعظيم اَّلستاذ و
.توقيره
Artinya: "Ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu
dan kemanfaatanny, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru."
اَّل ترى ان اْلنسان َّليكفر بالمعصية وان ما يكفر بترك, الحرمة خير من الطاعة: وقيل
. ومن تعظيم العلم تعظيم المعلم,الحرمة
Artinya: “Dikatakan oleh sebagian ulama: Menghormati itu lebih baik daripada taat. Tidakkah
engkau tahu, bahwa seseorang menjadi kufur bukan karena berbuat maksiat. Tetapi ia menjadi
kufur karena tidak mengindahkan perintah dan larangan Allah Swt. Termasuk memuliakan ilmu
adalah memuliakan guru.”
Dari dua kalimat diatas sudah sangat jelas bagi kita bahwa memuliakan dan menghormati
pengajar atau guru itu sangat dianjurkan bahkan jika kita tidak memuliakannya kita akan orang
yang kufur.
Berikut adalah beberapa cara memuliakan guru dalam kitab Ta’lim Muta’allim:
1. Janganlah berjalan di depannya.
2. Jangan duduk di tempat duduknya.
3. Memulai bicara jika sudah mendapat ijin darinya.
4. Jangan banyak bicara ketika beliau berbicara atau menerangkan.
5. Jangan mengajukan pertanyaan jika guru sedang dalam keadaan tidak baik.
6. Hendaklah selalu meminta keridhaannya.
7. Menghormati dan memuliakan keluarga serta anak-anaknya.
49
Peserta didik seyogyanya menghormati pendidiknya, karena dialah yang berupaya
meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih dewasa,membekali ilmu, dan nilai-nilai. Bahkan
Sayyidina Ali menegaskan :
Aku besedia menjadi hamba sahaya orang yang telah mendidikku sadengan satu huruf.
Terserah kepadanya, aku mau dijual, dimerdekakan, maupun tetap dijadikan hamba sahaya
selamamnya.
Dapat dipaha mi mengapa peserta didik mesti menghormati peserta didik. Karena rasa
hormat yang diberikan peserta didik terhadap pendidiknya akan melahirkan kepercayaan dan
wibawanya. Kedua kata tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan. Karena
dengan begitu ilmu yang diberikan akan dapat diserap dengan baik.
إن هللا َّل, يا رسو ل هللا: جاءت أم سليم إلى رسول هللا ص م فقا لت: عن ام سلمة قالت
. إذا رأت الماء: فهل على المرأة من غسل إذا احتلمت ؟ قال النبي ص م,يستحي من الحق
تربت, نعم: وتحتلم المرأة ؟ قال, يا رسو ل هللا: تعني وجهها – وقا لت- فغظت أم سلمة
) البخارى130 : فبم يشبهها ولدها ؟ (الحديث, يمينك
Artinya : “Ummu Salamah datang kepada Rasulullah saw untuk belajar. Ia memulai
dengan ucapan, “Sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran.” Apakah seorang
wanita itu harus mandi jika dia mimpi bersetubuh?” Nabi saw menjawab, “Jika dia melihat
air.” Maksudnya, ia harus mandi jika benar bermimpi dan ada bukti bekas air mani di pakaian.
Namun, jika tidak, tidak perlu mandi. Setelah diberi jawaban yang singkat dan padat ini, Ummu
Salamah langsung menutupi wajahnya seraya bertanya, “Apakah wanita itu juga bermimpi?”
50
(”Benar, seorang wanita bisa bermimpi).” Kemudian ada bukti nubuwwah di akhir ucapan
beliau: “Sesuatu yang bisa menyerupai dirinya adalah anaknya.” (HR. Bukhari)
(Terj. Tajriiidush Sharii Shahih Bukhari. 1997:407)
Kandungan hadits tersebut adalah :
1. Sebuah nasihat berharga yang secara eksplisit menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu
agar tidak merasa lemah dan takkabur, sebab kedua hal tersebut dapat menghalangi semangat
mencari ilmu.
2. Pelajaran berharga yang bisa dipetik, selagi kita dikungkung rasa malu dan tidak mau
mengetahui hukum-hukum agama, maka ini merupakan kesalahan yang amat besar, bahkan
bisa berbahaya. Ada baiknya kita membiasakan diri untuk tidak merasa malu dalam
mempelajari hukum-hukum Islam, baik hukum yang kecil maupun hukum yang besar. Sebab,
jika seseorang, terutama wanita, lebih banyak dikungkung rasa malu, dia terhalang untuk
mengetahui sesuatu.
3. Di antara kebaikan keislaman seseorang adalah jika dia mengetahui dinnya. Karena itu, Islam
mewajibkan, baik kepada laki-laki maupun wanita untuk mencari ilmu. Bukankah Allah juga
berfirman, “Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang
tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9).
السائل والعا لم: العلم خزائن ومفا تيحها السؤال أَّل فاسئلوا فانه يؤجر فيه اربعة
. )والمستمع والمحب لهم (رواه ابو نعيم عن علي رضي هللا عنه
Artinya : “ Rasulullah saw. Bersabda : ilmu itu laksana lemari ( yang tertutup rapat ), dan
sebagian anak kunci pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian,
karena sesungguhnya dalam Tanya jawab akan diberi pahala empat macam, yaitu penanya,
orang berilmu, pendengar dan orang yang mencintai mereka.” ( Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim
dari Ali r.a. ).
Kandungan hadits di atas:
1. Dalam hadits tersebut terkandung petunjuk kepada kita, agar selalu mengulangi pelajaran,
tidak boleh cepat merasa puas dengan ilmu yang ada, lebih-lebih ilmu agama.
51
2. Di dalamnya terkandung pula keharusan sikap tawadhu para guru dan dosen. Para guru dan
dosen harus jujur menilai diri sendiri. Terutama dalam disiplin ilmu agama.
3. Di dalam hadits itu pula tersirat suatu pengertian, bahwa masyarakat, pelajar dan mahasiswa,
lebih pintar dari mubaligh, guru dan dosennya.
4. Walaupun ada hadits yang mengatakan bahwa malu sebagian dari iman, namun dalam hal
mencari ilmu justru kita tidak boleh malu. Artinya apabila ada ilmu yang belum kita fahami,
jangan malu bertanya kepada dosen, guru ataupun teman.
(Muhammad, Abu Bakar. 1997:58)
52
AL-MURABBY FI AL-TARBIYAH
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. H. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Di susun oleh
Kelompok V
1. …………………………………………….…NIM…………………
2. …………………………………………….…NIM…………………
3. …………………………………………….…NIM…………………
53
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Walaupun tak semua aktivitas Nabi yang termanifestasikan dalam hadits tak dapat penulis
tlusuri sempurna karena keterbatasan penulis. Pendidik merupakan elemen yang sangat penting dalam
pendidikan, sebab ditangan pendidiklah berfungsinya semua kegiatan pembelajaran. Hampir semua
faktor pendidikan yang disebut dalam teori pendidikan dilakukan operasionalnya di tangan pendidik.
Ditangan pendidiklah perencanaan aktivitas pengajaran itu dikendalikan. Pendidiklah yang meramu
semua itu sehingga dapat menjadi sebuah menu yang baik dan sesuai dengan selera/tujuan dari
pendidikan itu sendiri.
54
Kesalahan dalam mendidik akan berakibat fatal bagi kelangsungan generasi mendatang. . Oleh
sebab itu dirasa perlu untuk mengenal lebih dekat bagaimana sebenarnya seorang pendidik itu menurut
ajaran Islam yang tertuang dalam hadits-hadits Nabi. Tentunya pembahasan ini nantinya akan memberi
kontribusi terhadap pemahaman yang lebih mapan dan signifikan terhadap pendidik itu sendiri.
Dalam Islam Rasul merupakan seorang pendidik yang mengayomi para ummatnya. Beliau
mampu memberikan pengaruh dan keteladanan yang besar sehingga rohani dan jasmani umat dapat
merujuk sebagaiman pola yang ditampikan rasul kepada para sahabat dan seterusnya pada generasi
berikutnya. Oleh sebab itu, makalah ini akan menganalisis hadits-hadits Nabi yang berkaitan dengan
pendidik.
55
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidik, Guru, Murabbi, Mu’allim, Mu’addib, Mudarris, dan Mursyid?
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan anak
didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung-jawab adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik.
Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu karena orangtua
ditakdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung-jawab mendidik
anaknya.
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan guru, murabbi, mu’allim,
mu’addib, mudarris, dan mursyid. Menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks
Islam, keenam istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas masing-masing.
Guru : Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam
bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar.
Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru lebih banyak lagi seperti al-alim
(jamaknya ulama) atau al-mu’allim1, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para
ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada pula sebagian ulama yang
menggunakan istilah al-mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.
Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang
pengetahuan agama Islam
56
Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta
mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan
fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharui
pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat , minat dan
kemampuannya.
Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi
pusat panutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
Hadits diatas tergolong hadits mauquf, karena hadits itu berupa perkataan yang disandarkan
kepada sahabat Nabi saw yaitu Ibnu Abbas, yang mana beliau adalah putra dari Abbas bin Abdul
Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah saw. Beliau bergelar “Kyahi ummat” suatu gelar hanya dapat
dicapainya karena otaknya yang cerdas, hatinya yang mulia dan pengetahuannya yang luas.
57
Dari kecilnya, Ibnu Abbas telah mengetahui jalan hidup yang akan ditempuhnya, dan ia lebih
mengetahuinya lagi ketikapada suatu hari Rasulullah menariknya ke dekatnya dan menepuk-nepuk
bahunya serta mendo’akannya: “ Ya Allah, berilah ia ilmu agama yang mendalam dan ajarkanlah
kepadanya takwil”.
Disamping ingatannya yang kuat dan luar biasa Ibnu Abbas memiliki kecerdasan dan kepintaran
yang istimewa. Alasan yang dikemukakannya bagaikan cahaya matahari, menembus ke dalam kalbu,
menghidupkan cahaya kehidupan. Dan dalam percakapan dan dialog, tidak saja membuat lawannya
terdiam, mengerti dan menerima alasan yang dikemukaaknnya, tetapi juga menyebabkan diam terpesona
karena manisnya susunan kata-katanya.
Ibnu Abbas tidak saja memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan semata, tapi disamping
itu ia memiliki pula kekayaan yang lebih besar lagi, yakni etika ilmu serta akhlaq para ulama. Disamping
itu, ia juga seorag yang berani, berpikiran sehat dan teguh memegang amanat.
58
صلَهُورة بَ ْعدهَا ِميم َ ،وقَ ْد َو َ
س َشدَّدَة ْال َم ْك ُ
اء ْال ُم َ
ي " :يُفَ ِ ّهمهُ " بِ ْال َه ِ َكذَا فِي ِر َوايَة ْاأل َ ْكثَر َ ،وفِي ِر َوايَة ْال ُم ْست َْم ِل ّ
اصم فِي ِكت َاب ْال ِع ْلم ِم ْن
ع ِسيَأْتِي َ .وأ َ َّما اللَّ ْفظ الثَّانِي فَأ َ ْخ َر َجهُ اِبْن أ َبِي َ
ْال ُم َؤ ِلّف بِاللَّ ْف ِظ ْاأل َ َّول بَ ْعد َهذَا بِبَابَي ِْن َك َما َ
سن َ .و ْال ِف ْقه ُه َو ْالفَ ْهم قَا َل َّ
ّللا تَعَالَى ََ ( :ل يَ َكاد ُونَ يَ ْفقَ ُهونَ َحدِيثًا ع َمر َم ْرفُو ً
عا َ ،وإِ ْسنَاده َح َ ع ْن ُ ع َمر َط ِريق اِبْن ُ َ
ي ََ :ل يَ ْف َه ُمونَ َ ،و ْال ُم َراد ْالفَ ْهم فِي ْاألَحْ َكام ال َّ
ش ْر ِعيَّة . ) أَ ْ
ضا بِلَ ْف ِظ " :يَا أَيّ َها النَّاس ي ِم ْن َحدِيث ُمعَا ِويَة أ َ ْي ً اصم َو َّ
الطبَ َرانِ ّ ع ِ ضا ،أ َ ْو َردَهُ اِبْن أَبِي َ ُه َو َحدِيث َم ْرفُوع أ َ ْي ً
سن ،إِ ََّل أ َ َّن فِي ِه تَعَلَّ ُموا ،إِنَّ َما ْال ِع ْلم بِالتَّعَلُّ ِم َ ،و ْال ِف ْقه بِالتَّفَقُّ ِه َ ،و َم ْن ي ُِر ْد َّ
ّللا بِ ِه َخي ًْرا يُفَ ِقّههُ فِي الدِّين " إِ ْسنَاده َح َ
ضدَ بِ َم ِجيئِ ِه ِم ْن َوجْ ه آخَر َ ،و َر َوى ْالبَ َّزار نَحْ وه ِم ْن َحدِيث اِبْن َم ْسعُود َم ْوقُوفًا َ ،و َر َواهُ أَبُو نُعَي ٍْم ُم ْب َه ًما ا ُ ْعت ُ ِ
ي، غيْره .فَ َال يَ ْغت َّر ِبقَ ْو ِل ِه َم ْن َج َعلَهُ ِم ْن َك َالم ْالبُخ ِ
َار ّ ع ْن أَبِي الد َّْردَاء َو َ عا َ .وفِي ْالبَاب َ ي َم ْرفُو ً صبَ َهانِ ّْاأل َ ْ
س ِبيل الت َّ َعلُّم
ع َلى َ ْس ْال ِع ْلم ْال ُم ْعتَبَر إِ ََّل ْال َمأ ْ ُخوذ ِم ْن ْاأل َ ْنبِيَاء َو َو َرثَته ْم َ
َو ْال َم ْعنَى لَي َ
ُ ك ْن َعا ِل ًما ا َ ْو ُمت َ َع ِلّ ًما ا َ ْو ُم ْست َ ِمعًا َوَلَ ت َ ًك ْن َّ
الرابِ َع
“Jadilah orang yang berilmu, atau yang belajar, atau yang mendengarkan, dan jangan jadi yang
keempat”.
ض اْل ِع ْل َم ِبقَب ِ
ْض عهُ ِمنَ اْل ِعبَادَِ ،و لَ ِك ْن يَ ْق ِب ُ ض اْل ِع ْل َم اِ ْنتِزَ ا ً
عا يَ ْنت َ ِز ُ ِ إ َّن هللا ََلَ يَ ْق ِب ُ
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan serta merta dicabut dari hati-hati manusia.
Akan tetapi Allah mencabutnya dengan mematikan para ulama. Sehingga apabila Allah tidak lagi
59
meninggalkan seorang ‘ulama pun, maka manusia akan menjadikan pimpinan-pimpinan yang jahil,
kemudian para pimpinan tersebut akan ditanya maka mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka
sesat dan menyesatkan." (HR. Al Bukhari)
Sungguh para ‘ulama memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah subhanahuwata’ala. Sangat
banyak pujian dan sanjungan terhadap mereka dalam Al-Qur’an. Diantaranya firman Allah :
“Hanyalah yang memiliki khasy-yah (takut) kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya adalah para
‘ulama.” [Fathir : 28]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :Yakni, hanya yang khasy-yah terhadap-Nya
dengan sebenarnya adalah para ‘ulama yang mengenal-Nya / berilmu tentang-Nya. Karena setiap kali
ma’rifah (pengenalan) terhadap Dzat yang MahaAgung, MahaKuasa, MahaBerilmu, yang memiliki sifat-
sifat kesempurnaan dan nama-nama yang indah, bila ma’rifah terhadap-Nya semakian sempurna dan
ilmu tentang-Nya makin lengkap, maka makin bertambah besar dan bertambah banyak pula khasy-yah
terhadap-Nya.”
Hadits Kelima
ار أ َ ْه َو ُن ِم ْن َ َم ْوتُ أ َ ْلف َعا ِب ٍد قَائِ ِم اْللَ ْي ِل:ُع َم ُر رضي هللا َع ْنه
ِ صائِ ِم النَّ َه ُ قَا َل
305 : العلوم عند العرب.ه ِ صي ٍْر ِب َحالَ ِل هللاِ َو َح َر ِام
ِ َت َعا ِل ٍم بِ َم ْو
“Kematian seribu ‘abid (ahli ibadah) yang mendirikan shalat malam dan puasa di siang hari adalah lebih
ringan dari pada kematian seorang ‘alim yang mengetahui apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh
Allah”. Shahih Bukhari (jilid 18 hal 455)
Hadist di atas menjelaskan bahwasanya orang yang berilmu lebih utama daripada orang yang
bagus atau tekun dalam beribadah tetapi dia tidak mengetahui halal haramnya menurut Allah. Hal ini
menunjukan betapa berperannya ilmu dalam beragai hal. Dengan adanya ilmu maka dalam hal ini
Murabbi atau pengajar sangat berperan penting.
60
Seorang guru amat jadi sorotan dalam masyarakat, dari mulai guru tersebut berpakaian, dalam
bertutur bahasa, dan juga dalam berperilaku. Oleh karena itu, peting bagi kita sebagai seorang guru
memeperhatikan hal-hal kecil yang mungkin menurut kita sepele. Ada peribahasa yang mengatakan “guru
kencing berdiri murid kencing berlari” hal ini menunjukan bahwa suksesnya atau gagalnya seorang murid
dalam belajar tergantung pada guru yang mengajarkannya.
Akan tetapi, dewasa ini guru atau pengajar hanya berfungsi sebagai pengajar saja, berbeda
dengan zaman dulu guru berfungsi tidak hanya sebagai pengajar tetapi sebagai pendidik juga. Maka tidak
heran apabila anak didiknya itu kurang sopan maupun santun walaupun kenyataannya pintar dalam
bidang akademik dikarenakan canggihnya teknologi zaman sekarang.
Maka, dalam hal ini mulai dimunculkan kembali pendidikan moral supaya anak didik tidak hanya
pintar dalam bidang akademik, tapi juga mengerti apa dari hakikat ilmu tersebut.
Dari Nabi shalallahu alaihi wasalam mengatakan bahwa sesunggunya tidaklah kelembutan apabila
berada dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya dan tidaklah ketiadaannya dari suatu kecuali akan
mencemarinya. ( HR. Muslim )
61
ّللاِ َوقَا َل
َّ ابُ َ سلَّ َم أ َ َح ُّق َما أ َ َخ ْذت ُ ْم َعلَ ْي ِه أ َ ْج ًرا ِكت َّ صلَّى
َ ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِي ّ َِّاس َع ْن النَّب ٍ قَا َل اب ُْن َعب
ش ْيئًا فَ ْل َي ْق َب ْلهُ َوقَا َل ْال َح َك ُم لَ ْم أ َ ْس َم ْع أ َ َحدًا َك ِرهَ أ َ ْج َر
َ طى َ ط ْال ُم َع ِلّ ُم ِإ ََّل أ َ ْن يُ ْع
ُ ي ََل يَ ْشت َ ِر َّ ال
ُّ ش ْع ِب
َ طى ْال َح
س ُن دَ َرا ِه َم َعش ََرة َ ْال ُم َع ِلّ ِم َوأ َ ْع
Ibnu Abbas berkata dari Nabi shalallahu alaihi wasalam apakah pantas kalian meminta upah atas kitab
Allah, "dan berkata Syuaib tidaklah seorang guru membeli sesuatu kecuali dari sesuatu yang diberikan
kepadanya dan dia menerimanya, dan berkata Nabi shalallahu alaihi wasalam pemberi tidak
mendengar siapa pun membenci membayar guru dan memberikan baik sepuluh dirham. ( HR. Bukhari )
Satu hal yang paling penting untuk benar-benar dihindari bagi ahli al-Qur’an adalah menjadikan
al-Qur’an sebagai perantara mencari kehidupan. Abdurrahman bin Syubail menyatakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda : bacalah olehmu al-Qur’an, jangan mencari makan dengan al-Qur’an, jangan bersikap
kasar terhadapnya dan jangan pula melampaui batas terhadapnya. Diperoleh dari Jabir, bahwa
Rasulullah SAW bersabda : bacalah olehmu al-Qur’an sebelum datang orang-orang yang
menegakkannya dengan membawa tempat makanan yang mengharapkan upah dengan segera dan tidak
menyisihkan untuk akhirat. Ada riwayat yangg senada maknanya dari riwayat Sahal bin Saad: Artinya
mereka berharap mendapat upah dengan segera, berupa harta, sum’ah dan semacamnya.
Fudhail bin Amr menyatakan : suatu saat ada dua orang masuk masjid. Ketika imam sudah
salam, salah satu dari merekaberdiri dam membaca al-Qur’an kemudian meminta-minta. Salah seorang
diantar mereka spontan berucap : sesungguhnya kita semua milik Allah dan kepada-Nya kita semua akan
kembali. Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : bakal datang sekelompok orang yang meminta-
minta dengan Al-Qur’an. Barang siapa meminta-minta dengan al-Qur’an maka jangan kalian beri. Isnad
hadits ini t erputus karena Fudhail bin Amr tidak dikenal di kalangan sahabat. Adapun mengambil upah
dalam mengajar al-Qur’an, terdapat ikhtilaf di kalangan ulama. Imam Abu Sulaiman al-Khatabi
mengisahkan, bahwa ada sekelompok ulama yang melarang mengambil upah dalam mengajarkan al-
Qur’an, antara lain al-Zuhri dan Abu Hanifah. Sementara ada juga ulama yang lain yang
memperbolehkannya, apabila tidak diperjanjikan. Pendapat ini dikemukakan oleh Hasan al-Bashri, al-
Sya’bi dan Ibnu Sirin. Athak, Malik, al-Syafi’i beserta para ulama yang lain memperbolehkan mengambil
upah dalam mengajarkan al-Qur’an jika diperjanjikan serta berupa upah yang sah. Pendapat ini
didasarkan kepada hadits-hadits shahih.
Para ulama yang melarangnya mengajukan argumentasi dengan landasan hadits Ubadah bin
Shamit, bahwa ia mengajarkan al-Qur’an kepada salah seorang ahli Suffah dan diberi hadiah sebuah
62
busur panah. Ketika itu Rasulullah menyatakan: kalau kamu suka dikalungi dengan kalung api neraka ya
terima saja. Ini adalah hadits mashur yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan yang lain serta
banyak atsar dari para sahabat. Terhadap hadits Ubadah tersebut para ulama yang memperbolehkan
mengajukan dua argumentasi; pertama, masih ada berbagai pendapat tentang isnadnya. Kedua, dalam
mengajar ia bersikap tabarru’ (berbuat baik semata). Kemudian diberi hadiah sebagai gantinya, maka ia
tidak boleh mengambil upah, berbeda dengan orang yang telah membuat akad sebelum belajar. Wallahu
a’lam.
Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah!
Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah. (QS: Al Mudatsir 1-7).
Surat ini dimulai dengan pemberian beban kepada Rasulullah untuk bangkit menerjang segala
rintangan dakwah, untuk bangkit memikul tugas mulia yaitu menyampaikan dakwah dengan sungguh-
sungguh dan penuh semangat, memberikan peringatan kepada kaum kuffar, bersabar atas penyiksaan
dari mereka, sehingga Allah memutuskan dengan hukum-Nya antara ia dan musuh-musuhnya.
Dalam tahapan ini, selain umat Islam dituntut untuk bisa berorganisasi secara rapi, juga
harus bisa mengajak kepada kebaikan, baik ke dalam maupun ke luar. Dengan adanya perintah
untuk memberi peringatan, berarti seseorang diperintahkan untuk menyebarluskan dakwah tanpa
batas. Tetapi ini semua baru bisa akan dilakukan denga sukses bila tahapan sejak pertama hingga
ke tiga tetap bisa dipenuhi.
Dengan kata lain wahyu ke empat ini dapat dikatakan merupakan perintah untuk
mendakwahkan Islam. Kehebatan Islam tidak boleh dinikmatio secara pribadi, tetapi harus
didakwahkan kepada masyarakat secara luas. Kekuatan aqidah yang sudah tertanam dalam al
alaq, kekuatan cita-cita yang diperoleh dari al qolam, kekuatan ruhiyah yang disadap dari
pelaksanaan al Muzamil tidak akan banyak berarti tanpa tampil mengambil peran
mendakwahkan dan memperjuangkan agama Islam. Maka dalam wahyu ke empat ini Allah
memerintahkan agar seorang mukmin tampil ke gelanggang memberikan peringatan kepada
manusia. Mengagungkan asma Allah dalam ucapan maupun dalam karya nyata, mensucikan diri
63
dan lingkungan sekitar dari perbuatan maksiat, meninggalkan segala perbuatan dosa, tidak
memberi dengan maksud memperoleh imbalan yang lebih banyak, dam bersabar atas ketetapan
tuhan.
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, Dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. ( QS. Asy-Syuara : 214-215 )
Kita bisa mengambil contoh dari konsep pendidikan Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS. Mendidik dan
berdakwah kepada semua lapisan dan dengan berbagai jenis dan latar belakang, serta beragam metode
yang digunakan. Adapun peserta didik yang pertama dan utama adalah keluarga beliau sendiri, yaitu
anak dan istri, kemudian orang tua baru kemudian kaumnya. Pendidikan keluarga menjadi prioritas
pertama sebelum ke yang lain sebagaimana firman Allah:
َصونَ هللا ُ علَ ْي َها َمآلئِ َكة ِغالَظ ِش َدادُُُ الَّيَ ْع َ اس َو ْال ِح َج
َ ُ ارة ً س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن
ُ ََّارا َوقُو ُدهَا الن َ ُيَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا قُوا أَنف
ََمآأ َ َم َر ُه ْم َويَ ْف َعلُونَ َمايُؤْ َم ُرون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”. QS. At Tahrim: 6
dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, QS. ASysyuara’: 214
Maka Nabi Ibrahim memulai dari keluarganya dulu dari anak-anaknya kemudian istri dan
keluarga besarnya, lalu ummatnya, Tergambar dalam beberapa ayat Allah SWT sebagai beriku.
a. Allah Ta’ala.
Dari berbagai ayat Al-Qur’an yang membahas tentang posisi Allah Ta’ala sebagai pendidik dapat
diketahui dari beberapa firman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Allah memiliki
pengetahuan yang sangat luas dan maha tinggi, disamping ia juga sebagai pencipta alam semesta. Dalam
64
al- Qur’an dinyatakan bahwa Allah merupakan pendidik bagi alam semesta. Hal ini dapat dilihat pada
firman Allah Ta’ala:
Dalam ayat tersebut menurut Muhammad,Yunus mengatakan kata ربbermakna yang mendidik;
Sementara di ayat lain juga ada disebutkan bahwa Allah mengajar akan nama-nama benda pada Adam As.
Sebagaimana dapat dijumpai dalam al-Quran:
Dari berbagai keterangan di atas dapat dipahami bahwa Allah Ta’ala dalam kontek ini berlaku
sebagai pendidik walaupun secara tegas tidak disebutkan dengan kata’pendidik’ dalam ayat dan hadis di
atas. Namun perlu dipahami bahwa Allah Ta’ala sebagai pendidik tidaklah sama dengan manusia. Allah
sebagai pendidik sudah barang tentu mengetahuai akan segalanya, termasuk kebutuhan peserta didiknya
karena Allah adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya pada kelompok tertentu saja tetapi
memperhatikan seluruh alam semesta ini bahkan jauh dari itu.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan pendidik (muallim), hal ini ditandai
dengan wahyu yang diterima olehnya dan disampaikan kepada ummatnya. Dalam penyampaiannya Rasul
mengajarkan dan mengimplementasikannya dalam bentuk prilaku yang dicontohkan oleh para sahabat-
sahabatnya. Hal ini pada dasarnya bahwa kedudukan Nabi sebagi pendidik ditunjuk langsung oleh Allah
Ta’ala.
c. Ulama
Ulama merupakan perpanjangan tugas kerasulan setelah para rasul tidak ada lagi. Tentunya para
ulama yang benar menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul yang dapt dikatakan ulama.
Kata ulama sendiri secara bahasa bermakna mengetahui. Ia terambil dari kata ‘allama. Sementara secara
65
istilah kata ini dimaknai dengan orang yang mengetahui, mempunyai ilmu agama yang luas.
Sesungguhnya ulama dapat dikatakan pendidik karena para ulama adalah pewaris para nabi ( العلماء
)ورثة اْلنبياءdan disamping itu ulama mewariskan banyak khazanah intelektual Islam kepada kita yang
dapat dijadikan sebagai ‘ibrah.
d. Orang Tua
Dalam lingkungan yang sangat sederhana dapat dikatakan bahwa manusia lahir pertama-tama
dididik oleh orang tuanya yang melahirkan, mengasuh, membesarkan dan membinanya hingga sampai
orang tuanya tak manpu menghandle sendiri. Ketika orang tua merasa tak manpu memberi pendidikan
yang dibutuhkan oleh anak, maka disaat itulah orang tua mencoba membagi tanggunggung jawabnya
sebagai pendidik kepada orang lain, dalam hal ini tentu ‘guru’. Pada saat anak hidup dilingkungan
keluarga banyak hal-hal yang prinsip tertanam pada jiwa anak termasuk pandangan hidup, sikap hidup,
dan keterampilan lainnya. Orang tua merupakan pendidik yang secara natural terjadi bagi diri orang tua
tersebut. Sehingga orang tua juga dikatakan sebagai pendidik kudrati. Artinya ia terbentuk karena kudrat
dari Allah Ta’ala. Sebagai Pencipta. Al-Qur’an menyetir akan hal-hal yang harus ditanamkan oleh orang
tua kepada anaknya, seperti tidak menyekutukan Allah Ta’ala, memerintahkan agar melaksanakan shalat,
sabar dalam menghadapi ujian dan lainnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala. dalam Q.S. Lukman: 12-
19.
66
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman
berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman (31): 12-19).
67
e. Guru
Pendidik yang ada di lembaga pendidikan di istilahkan dengan guru, mulai dari TK sampai
dengan Perguruan Tinggi bahkan sampai dengan pondok pesantren. Perbedaannya hanya terletak pada
penamaannya untuk masingmasing tingkat ataupun lembaga itu menamakan untuk pendidik. Seperti
kiyai, guru, dosen, ustadz, dan lain sebagainya. Pendidik merupakan orang yang dipercaya untuk dapat
memberikan pencerahan bagi generasi dan melanjutkanproses penghambaan/abdullah dan khalifatu fi al-
ardh. Untuk itu seorang guru atau pendidik harus ada melekat pada dirinya karakteristik dan sifat-sifat
pendidik sebagaimana akan diutarakan dalam makalah ini lebih lanjut. Paling tidak kita akan dapat
mengambil sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
)رواه ابو داود والنسائى. اِن َما اَنَا َلكم مث ُل الوا ِل ِد لولد ِه:م يقو ُل.كان رسو ُل هللا ص
.)وابن ماجه
“Sesungguhnya aku (Rasulullah) bagi kamu sekalian bagaikan ayah bagi anaknya”. (HR. Abu
Daud, Nasai, dan Ibnu Majah).
2. Aktif memberikan nassehat dan pengarahan
3. Menjadi suri teladan
Setiap pendidik dan guru harus menyadari sepenuhnya bahwa mata anak-anak didik terikat
dengannya.Mereka menjadikan segenap perilaku pendidik sebagai contoh dan cermin bagi
mereka sendiri. Oleh karena itu mereka harus selalu waspada dalam hal papa saja yang
ditampilkan oleh mereka dihadapan murid-muridnya, baik perkataan, perbuatan maupun cara
berpakaian dan berjalan harus mereka perhatikan.
4. Dapat menyesuaikan diri dengan murid
68
bertakwa kepada-Nya, serta selalu memohon doa untuk keberhasilan misi pendidikan yang
diembannya.
5. Tidak menjadi guru yang jahat
Setiap pendidik harus senantiasa berhati-hati jangan sampai menjadi pendidik, guru atau ustadz
yang jahat. Ulam atau pendididk yang jahat bagaikan pemimpin pemerintahan bangsa yang
zholim terhadap bangsa dan rakyatnya. Merekalah yang mengakibatkan tergelincir dan
tersesatnya umat manusia.
“Manusia yang bukan daajjal lebih aku takuti akan mengganggu kamu sekaian daripada dajjal.
“ada yang bertanya, :siapa mereka itu? Rasul Saw menjawab mereka adalah para imam atau
pemimpin (orang berilmu tetapi menyusahkan umat)”.
“Sesungguhnya diantara hamba allah yang paling takut padaNya adalah para ulama”.
Jika dikaitkan dengan hadits “Ulama adalah pewaris para nabi” maka tentu saja sifat yang harus
melekat pada para ulama adalah sifat para nabi, dan nabi umat akhir zaman adalah nabi Muhammad
Saw, dan diantara sifat yang dimiliki oleh nabi Muhammad Saw adalah “fatonah” atau cerdas, dengan
kata lain sifat dasar yang harus dimiliki seorang pendidik adalah “berilmu”, ilmu sebelum amal dan
perkataan. Berikut adalah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhori dam kitab shohih bukhori juz 1
halaman 45.
69
من يرد هللا به خير يفقهه فى الدين:قال النبي صلى هللا عليه وسلم
“Nabi SAW bersabda: Barang siapa dikehendaki baik oleh Allah maka dia akan diberikan pemahaman
akan agama”.
Dengan kata lain seseorang yang diridoi oleh Allah sebagai ulama maka akan diberikan
pemahaman oleh Allah tentang hukuk-hukum syar’i tentang agama, supaya ulama dapat menjadi sarana
para manusia dalam mengenal ilmu-ilmu Allah yang maha luas.
Sikap lain yang harus dimiliki seorang pendidik adalah “Uswatun hasanah”, karena ilmu tidak
hanya disampaikan dengan metode transfer ilmu di ruang belajar, tetapi dengan contoh atau aplikasi
yang dilakukan seorang pendidik baik di dalam atau di luar ruang belajar supaya para murid tahu apa
yang belum mereka tahu dan mengerti bahwa ilmu itu harus diamalkan.
“Telah jelaslah untuk kalian bahwa dalam diri rasulullah SAW terdapat Uswah
Hasanah”.
إنما أهلك من كان قبلكم, دعوني ما تركتكم: قال.عن أبي هريرة رضي هللا عنه عن النبي ص م
فإذا نهيتكم عن شئ فا جتنبوه وإذا أمرتكم بأمر فأتوا,كثرة سوءالهم واختالفهم على أنبيائهم
)منه ما استطعتم (متفق عليه
“Dari Abu Hurairah ra. dari nabi SAW. Beliau bersabda: “Tinggalkanlah olehmu sekalian apa saja yang
telah kutinggalkan. Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat-umat sebelum kamu adalah
karena banyaknya pertanyaan mereka dan mereka bertindak tidak sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh nabi-nabi mereka. Oleh karena itu bila aku melarang sesuatu kepadamu sekalian maka jauhilah,
dan bila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah sekuat tenaga”. (H.R.. Muttafaq Alaih)
Seorang guru haruslah dapat memelihara sunnah dengan cara terus menggali, mengamalkan
dan menyampaikannya kepada semua yang tertaklif khususnya untuk para murid yang tentu saja sangat
membutuhkan guru untuk itu.
Dapat disimpulkan bahwa di antara sifat-sifat yang harus ada pada seorang pendidik adalah:
70
>Takut kepada Allah
>Berilmu
>Menjaga sunnah
المسلم من سلم المسلمونمن لسانه:عن عبد هللا بن عمرو عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال
}ويده والمهاجر من هجر ما نهى هللا عنه {رواه البخاري وأبوداود والنسائى
“Dari Abdullah bin Amr r.a. dari Nabi saw bersabda: “Yang dinamakan Islam ialah orang yang orang-
orang lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya, sedang yang dinamakan orang yang hijrah
yaitu orang yang meninggalkan semua larangan Allah Swt”. (HR. Bukhari, Abu Daud, dan Nasai)
Dalam hadits ini Rasulullah Saw menerangkan siapa yang pantas orang yang berpredikat muslim
dan siapakah yang berpredikat muhajir. Orang Islam ialah mereka yang bisa menyelamatkan dirinya
sendiri dan orang lain serta tiddak berbuat jahat terhadap orang lain, juga benar-benar menyerahkan
dirinya kepada Allah Swt. Dalam hadits ini dikhususkan keselamatan dan kejahatan lisan dan tangan,
bukan dari anggota badan lainnya, karena lisan bisa menjadi sumber bahaya yang bisa merugikan orang
banyak bahkan mencelakakannya.
Guru adalah orang yang mernjadi teladan bagi murid-muridnya. segala tindakannya, ucapannya
bahkan mungkin keyakinannnya akan menjadi teacher center bagi murid-muridnya. Lisan seorang guru
harus benar-benar dijaga tidak boleh sembarang/ asal bicara atau berpendapat kalau memang tidak
beralasan. tidak boleh berdusta karena muridnya senantiasa menjadi kaset kosong yang akan
senantiassa merekam seluruh aktifitas gurunya selama terlihat. menipu menggunjing, guru lain,
memperolek dan sifat keji lainnya yang tidak pantas dikeluarkan bagi setiap muslim terutama bagi
eseorang pendidik baik itu orang tua maupun guru/tenaga kependidikan lainnya.
Seorang muslim begitu juga guru sejatinya apabila berbicara tetap memperoleh hasil dan laba,
dan apabila berdiam memperoleh sejahtera dan pujian. Quran surat Al Mujadilah ayat 9 menjelaskan:
71
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu
membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada rasul. dan
bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya
kamu akan dikembalikan.”
Bahkan seorang muslim itu tangannya harus mulia lagi bersih dari perbuatan tercela. Termasuk
perbuatan baik dan benar adalah mendidik anak-anak berpegang teguh menegakkan dan menjalankan
hukum syara dan dan hukum-hukum yang berlaku di negeri ini selama tidak bertentangan dengan Al-
Quran. Adapun muhajirin lebih luas cakupannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim, mu’addib,
mudarris, dan mursyid. Menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks
Islam, kelima istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas masing-masing.
2. Keberadaan seorang guru penting bagi keberlangsungan pendidikan ini. guru adakah salah-satu
syarat mutlak yang mesti ada dalam pencapaian ilmu yang dicari. Irsyadul Ustadz merupakan
petunjuk yang utama dibanding dengan kita tanpa guru. Karena ketika kita mendapatkan
masalah maka kita bisa menanyakan langsung ke guru kita. itulah pentingnya pendidik/guru.
72
a. Allah SWT
c. Ulama
d. Orang tua
e. Guru
3.2 Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk yang paling istimewa di antara
makhluk-makhluk yang lainnya, karena manusia memiliki akal. Oleh sebab itu marilah kita menggunakan
anugrah akal tersebut dengan sebaik-baiknya, agar kita menjadi manusia yang bernanfaat bagi orang lain,
salah satunya dengan mencari ilmu dan mengajarkannya.
73
AL-MAADAH FI AL-TARBIYAH (1) Al IMAANIYAH
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. H. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Di susun oleh
Kelompok VI
1. …………………………………………….…NIM…………………
2. …………………………………………….…NIM…………………
3. …………………………………………….…NIM…………………
74
BANDUNG
2015
Kata Pengantar
Daftar Isi
75
AL-MAADAH FI AL-TARBIYAH 2 (AL-KHULUQIYAH )
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr. H. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Di susun oleh
Kelompok VII
1. ………………………………………….…NIM…………………
2.…………………………………………….…NIM…………………
3.…………………………………………….…NIM…………………
76
BANDUNG
2015
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
"Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia."(H.R
.Ahmad)
Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak
yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia,
dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu
syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Menghindarkan diri dari
sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan kezaliman.
Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya.
Mereka senang berkorban untuk kepentingan ersama.Yang kecil hormat kepada yang tua,yang
tua kasih kepada yang kecil.Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada
77
kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi
segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang
buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia.
Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang
lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan
membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi s.a.w.bersabda:
B. Rumusan masalah
Agar dalam menyusun makalah ini tertata rapi, maka penulis merumuskan masalah-masalah
tentang Akhlak ini kedalam beberapa point. diantaranya:
Apa pengertian Akhlak?
Apa saja pembagian Akhlak ?
Bagaimana ciri-ciri Akhlak yang bersumber dari Islam?
C. Tujuan penulisan
78
Merujuk kepada rumusan masalah pada poin B diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengertian Akhlak
Untuk mengetahui apa saja pembagian Akhlak
Untuk mengetahui ciri-ciri Akhlak yang bersumber dari Islam
D. Sistematika penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II ...............................................................................................................ISI
A. Pengertian Akhlak
B. Pembagian Akhlak
C. Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
D. Pembahasan hadis
79
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
ٌ ُخ ُلyang menurut bahasa berarti
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ق
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan khalqun خ َْل ٌقyang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq خَال ٌِق
yang berarti pencipta. Demikian pula dengan Makhluqun َم ْخلُ ْو ٌقyang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah, akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli
tasawuf. Diantaranya Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
َحا ًل ِللنَّ ْف ِس دَا ِعيَةٌ ل َها َ اِلَى ا َ ْف َعا ِل َها ِم ْن َغي ِْر فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة
Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
80
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak
yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
ً َ تْ َض ُه ْم اْل ُخلُقَ بِأَنَّهُ َعادَة ُ اْ َِل َرادَةِ َي ْعنِى أ َ َّن اْ ِإل َرادَة َ اِذَا ا ْعتَاد
َ شيْأ فَ َعادَت ُ َها ِه
ي ُ ف َب ْع َ َع َر
ِ ُس َّماة ُ ِب ْال ُخل
ق َ ْال ُم
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinakamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa
kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah
perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah
dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan
maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. KH. Farid Ma’ruf membuat
kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
B. Pembagian Akhlak
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah.
Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah “munjiyat” untuk akhlak
mahmudah dan “muhlihat” untuk yang mazmumah.
Di kalangan ahli tasawuf, kita mengenal sistem pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli, tahalli
dan tajalli. Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-
sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Dan tahalli adalah mengisi jiwa ( yang telah
kosong dari sifat-sifat tercela) dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
81
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan,
maka yang pertama kali yang dilakukan adalah pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat
tercela, hingga akhirnya sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni
tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
Sedangkan yang dimaksud dengan Akhlak Mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah
laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut
dengan Akhlak Mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat Mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia. Demikian pula Akhlak Mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat
Mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku
yang lahir adalah merupakan cermin daripada sifat atau kelakuan batin.
Beberapa Akhlak Mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi, menepati janji,
memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih sayang, murah hati, tolong menolong, damai,
persaudaraan, menyambung tali persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik,
menundukkan diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan badan, cenderung kepada kebaikan, merasa
cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut, bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari
berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam Akhlak Mazmumah, antara lain; egoistis, lacur, kikir, dusta,
peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut, aniaya, dosa besar, pemarah, curang, culas, mengumpat,
adu domba, menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, homosex, ingin dipuji, ingin
didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros, tergopoh-
gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu
pada yang lain dan lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang tercela.
82
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan sistem moral/akhlak yang berdasarkan
islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada Nabi dan Rasul-Nya yang kemudian
agar disampaikan kepada umatnya.
Memang sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak atau moral terbagi atas
moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama
sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan,
maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber
pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama
islam itu sendiri.
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara,
yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah
Rasul-Nya”.
Memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan manusia apapun bentuknya pada
hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahgiaan, dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari
problem akhlak. Sedangkan kebaikan menurut sistem akhlak yang agamis (islam), dapat dicapai dengan
jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjahui segala larangan Allah dan mengerjakan segala
perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam berkisar
pada:
1) Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-
Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
83
2) Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa
konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia member
sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya
tekanan-tekanan dari luar.
3) Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha
menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
4) Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam, berasaskan darI Al-
Qur’an dan Al-Hadits, diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
5) Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan dan bebas
dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan
sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang menurut
kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan
Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari akhlak islam secara global hanya ada
dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan, sebagai disebutkan
oleh Abul A’la Maududi bahwa system moral/akhlak ada yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan
dan kehidupan setelah mati.
Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh(suri tauladan)
yang pas dan benar ialah Rasullah Saw. Beliau memiliki akhlak yang sangat muia, agung dan teguh.
Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin umat manusia.
“Akhlak” di dalam iajaran islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi kehidupan, sistematis
dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak dibicarakan tentang konsekuensi yang bagi manusia yang
tidak berpegang pada “ akhlak islam”.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri akhlak islamiyah yaitu:
84
1) Kebajikan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin
kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu
bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan
hanya mementingkan diri sendiri.
3) Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap,
langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu memliharanya
dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah
dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa.
Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya.
D. PEMBAHASAN HADIS
85
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah akhlaqnya”
Mengajarkan akhlaq kepada anak yang lebih utama adalah dengan memberikan contoh kepada
mereka. Karena apapun yang kita lakukan dari gerak-gerik kita sehari-hari pasti menjadi perhatian
anak-anak bahkan tidak jarang kemudian ditiru. Terutama seorang ibu yang benar-benar menjadi
figur idola bagi mereka. Maka dari itu hendaklah orang tua berhati-hati dalam bertindak di depan
anak. Selain itu juga membacakan atau menceritakan kisah-kisah Nabi, sahabat dan orang-orang
sholeh yang patut untuk dicontoh dan ditiru.
علموا اوَلدكم و أهليكم الخير و أدبوهم (رواه عبد الرزاق و سعيد بن منصور.2
Artinya: “Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anakmu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang
baik.”
Disinilah peran orang tua yang bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya, terutama
pendidikan moralnya. Seperti perbaikan jiwa anak, meluruskan penyimpangan, mengangkat anak
dari kehinaan kepada anjuran bergaul dengan orang yang lebih baik.
Demikianlah beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai orang tua untuk meningkatkan
kecerdasan anak. Segala usaha tetap harus dibarengi dengan do’a, kemudian berserah diri atas
usaha yang telah kita lakukan.
سو َل ُ “أ َ َّن َر:ع ْن َج ِدّ ِه َ ب َع ْن أ َ ِبي ِه ٍ ش َع ْيُ أخرج التــرمذي بإسناد حسن َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن .3
شبَّ ُهوا بِ ْاليَ ُهو ِد َو ََلَ َ شبَّهَ بِغَي ِْرنَا ََل ت
َ َ ْس ِمنَّا َم ْن تَ سلَّ َم قَا َل لَي
َ ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َّ صلَّى َّ
َ ِّللا
ِ ّ َارة ُ بِ ْاأل َ ُك
ف َ اإلش ِ ْ ارى َ ص َ َّيم الن َ صابِعِ َوت َ ْس ِلَ َ َارة ُ بِ ْاأل ِ ْ يم ْاليَ ُهو ِد
َ اإلش َ ارى فَإ ِ َّن ت َ ْس ِل
َ ص َ َّبِالن
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang berkualitas hasan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash,
Rasulullah bersabda, “Bukanlah umatku seorang yang menyerupai selain kami (baca:orang kafir).
Janganlah kalian menyerupai Yahudi ataupun Nasrani karena sesungguhnya salam orang Yahudi itu
berupa isyarat jari sedangkan salam orang Nasrani itu berupa isyarat telapak tangan”.
لعن هللاُ المخ ِنّثين من الرجال و المتر ِ ّجالت من:النساالبخاري قال رسول هللا ص .4
البخاري.النساء
"Allah telah mengutuk orang-orang wanita yang meniru laki-laki dan orang-orang yang meniru
wanita."
86
Kedua hadis diatas membicarakan tentang Tasyabuh. Tasyabuh berarti meniru atau
mencontoh, menjalin, mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan.
َ َ يَت- َشبَّه
Secara etimologis Tasyabuh adalah bentuk mashdar dari (ُشبَّه َ َ )تyang berarti menyerupai
orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara terminologis adalah menyerupai orang-orang
kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rosululloh SAW dalam hal akidah, ibadah,
perayaan/seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri khas, dan akhlak yang merupakan ciri khas
bagi mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata, “Telah kami sebutkan sekian dalil dari
Qur’an, Sunnah, Ijma’, atsar (amalan/ perkataan shahabat dan tabi’in), dan pengalaman yang
semuanya menunjukkan bahwa menyerupai mereka dilarang secara global. Sedangkan menyelisihi
tata cara mereka merupakan sesuatu yang disyariatkan baik yang sifatnya wajib ataupun anjuran
sesuai dengan tempatnya masing-masing.” (Iqtidho Ash-Shirothil Mustaqim, 1/473)
Siapakah orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya?
Berdasarkan hadist di atas adalah, orang-orang kafir yang tidak boleh kita menyerupainya meliputi
ahlul kitab (Yahudi dan Nashoro) dan orang-orang kafir lainnya.
الصحيحين.ي أه ِل الشرك
َّ إيّاكم و التنعُّ َم و ِز.5
Artinya:
َ َوأ َ َم َرنِي أ َ ْن أ َ ْم َحقَ ْال َمزَ ِام، َإِ َّن هللا َع َّز َو َج َّل بَعَثَنِي َر ْح َمةً َو ُهدًى ِل ْلعَالَ ِمين
ير .6
َت ت ُ ْعبَدُ فِي ْال َجا ِه ِليَّ ِة
ْ ف َواأل َ ْوثَانَ الَّتِي َكان ِ َارات َو ْال َمع
َ از َ ََو ْال َكب
“Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai rahmat dan petunjuk bagi sekalian alam dan
memerintahkan aku untuk menghapus mazamir (segala jenis seruling), kabarat (sejenis gitar),
ma`azif dan patung yang disembah pada masa jahiliyah.”
Hadis ini berbicara tentang pengharaman terhadap beberapa alat musik. Diantaranya adalah
mazamir dan ma’azif seperti yang termaktub pada hadis diatas.
Imam Syarbainy menyebutkan didalam kitabnya, Mughni Muhtaj: "berkatalah Al Jauhary dan
yang lainnya “Al Ma`azif adalah alat lahwi, termasuk kedalamnya rubab dan jank. Dalam kamus
87
mu`jam fuqaha` disebutkan arti ma`azif adalah alat musik yang memiliki senar seperti ud (kecapi),
kaman (violin) dan lainnya (musical instruments)
Menurut Al Kalaby, orang yang pertama sekali menciptakan mazamir (seruling) adalah Bani
Israel. Para ulama telah sepakat (ijma’) mengharamkan seluruh jenis seruling, kecuali yara` yang
dinamai juga dengan syabaabah (seruling tanpa mulut) . Menurut pendapat yang kuat ia juga
diharamkan sama dengan jenis seruling lainnya. Ibnu Abi Asharun mengatakan : pendapat yang
benar adalah haram, bahkan ia (syababah) lebih layak untuk diharamkan dibandingkan seruling
lainnya yang telah disepakati keharamannya, karena suaranya lebih kuat dan ia merupakan syiar
pemabuk.
“Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kacuali jika bersama dengan
mahrom sang wanita tersebut”.
Hadis ini membahas tentang masalah kholwat atau berdua-duaan antara seorang wanita dan
laki-laki yang bukan mahrom.
Berduaan dengan lawan jenis yang sama sekali tidak ada hubungan, atau disebut berduaan
dengan perempuan asing (yang bukan istri atau mahram) hukumnya haram.
Semua ulama sepakat bahwa hukum berduaan dengan perempuan asing adalah haram. karena
ketika laki-laki berduaan dengan perempuan asing, maka setan akan terus mendorong untuk
melakukan perbuatan yang tidak di halalkan. Jadi berduaan seperti itu adalah diharamkan atas laki-
laki dan perempuan.
Hadis ini berbicara tentang budi pekerti yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Pada
umur kanak-kanak kecenderungannya adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang
disekitarnya, baik saudara famili terdekatnya ataupun bapak ibunya. Oleh karena itu patut menjadi
88
perhatian semua pihak, terutama orang tuanya selaku figur yang terbaik di mata anaknya. Jika
orang tua menginginkan putra putrinya tumbuh dengan menyandang kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai ajaran Islam, maka orang tua harus
mendidiknya sedini mungkin dengan moral yang baik. Karena tiada yang lebih utama dari
pemberian orang tua kecuali budi pekerti yang baik.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab dua diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Pengertian Akhlak
a) Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
Artinya:
غي ِْر َحا َج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة ُ صد ُُر اْ ََل ْف َعا ُل ِب
َ س ُه ْولَ ٍة َويُس ٍْر ِم ْن َ ع ْن َه ْيئ َ ٍة فِى النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍة
ْ َ ع ْن َها ت َ ا َ ْل ُخلُ ُق ِع َب
َ ٌ ارة
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.
89
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinakamakan akhlak.”
2. Pembagian Akhlak
a) Akhlak Mahmudah
b) Akhlak Mazmumah
90
Dosen Pengampu:
Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Daftar Isi
BAB I
91
PENDAHULUAN
Kesegaran Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan seseorang
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya
secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dari hasil seminar kebugaran jasmani
nasional pertama yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1971 dijelaskan bahwa fungsi
kebugaran jasmani adalah untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan kesanggupan daya
kreasi serta daya tahan dari setiap manusia yang berguna untuk mempertinggi daya kerja dalam
pembangunan dan pertahanan bangsa dan negara.
Islam pun mengajarkan bagaimana menjaga kebugaran jasmani, menjaga kesehatan, dan
manjadi pribadi muslim yang kuat dengan salah satunya memenuhi kebutuhan makanan yang
seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan
mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah saw. Dengan sabdanya sebagai
berikut : “ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani)
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah sederhana ini penyusun mengidentifkasi beberapa hal hingga menjadi
beberapa rumusan masalah yang dianggap penting dalam penyusunan makalah ini.
Rumusan masalah makalah adalah sebagai berikut:
1. apa pengertian dari tarbiyah Jismiyah ?
2. apa tujuan dari tarbiyah jismiyah ?
3. apa saja hadits yang berhubungan dengantarbiyah jismiyah ?
C. Tujuan Pembahasan
Ada beberapa tujuan yang ingin disampaikan penyusun dalam menyusun makalah
ini,diantaranya:
92
2. Untuk mengetahui tujuan tarbiyah jismiyah
3. Untuk mengetahui hadits-hadits yang berhubungan dengan tarbiyah jismiyah
D. Metode penyusunan
Metodologi penyusunan makalah ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan
beberapa referensi dari buku-buku ataupun artikel yang dapat dipercaya kebenarannya. Selain
itu, kami pun menjadikan artikel dari situs online sebagai referensi tambahan kami
BAB II
PEMBAHASAN
93
Rasulullah SAW. mempunyai perhatian yang serius terhadap olahraga memanah ini. Hal itu
dapat dipahami dari satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-
Juhani.
رواه ابن ماجه.صانِي َ الر ْم َي ث ُ هم ت َ َر َكهُ فَقَ ْد
َ ع عن عقبة بن عمير الجهانى َم ْن تَعَله َم ه
“Siapa yang telah mempelajari memanah lalu ia tinggalkan berarti ia sudah
mendurhakaiku”.
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang sudah trampil memanah harus
memelihara ketrampilan itu. Meninggalkannya dipandang sebagai salah satu bentuk pelanggaran
terhadap anjuran Rasulullah SAW. Itu berarti bahwa beliau sangat mementingkan olahraga ini
Memanah pada dasarnya adalah menggunakan senjata. Senjata dapat berkembang sesuai
dengan perubahan zaman. Karena pada saat ini senjata sudah beraneka ragam, maka anjuran
memanah itu dapat pula berarti anjuran menggunakan senjata yang modern.
b. Berkuda:
Sehubungan dengan olahraga berkuda ditemukan pula riwayat dari Rasulullah SAW. Di
antaranya hadis riwayat Ibnu Majah dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani:
94
Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat al-A'raf/7: 31. Hal itu didukung oleh hadis Rasulullah
SAW. Di antaranya hadis riwayat al-Bukhari, al-Tirmizi, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar:
Rasulullah SAW. senang kepada keteraturan, kebersihan, pemandangan yang indah dan
yang baik-baik. Beliau benci kepada ketidak-teraturan, kekotoran, pemandangan yang jelek dan
bau busuk. Wuduk sebelum salat itu adalah kebersihan dan ibadah. Mandi adalah kebersihan.
Islam mengajak kepada kebersihan tubuh, hati, pakaian, rumah dan jalan.
Bukti perhatian Rasulullah SAW. terhadap kebersihan dapat dilihat dalam hadis-hadis
baik fi’liyah maupun qauliyah. Di antaranya, beliau telah memberikan keteladanan dalam hal
95
menjaga kebersihan. Beliau senatiasa menggosok gigi, mandi dan beristinjak sehabis buang
hajat. Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. menggosok gigi ketika masuk (datang) ke
rumahnya. Huzaifah berkata, Nabi SAW. ketika bangun pada malam hari untuk salat, beliau
membersihkan mulutnya dengan siwak (menggosok gigi).
Menjaga kebersihan mulut dan gigi sangat besar manfaatnya bagi kesehatan.
Membiarkannya dalam keadaan kotor dapat mengundang berbagai penyakit, bahkan bila
berlangsung lama, kotoran mulut dan gigi dapat membawa malapetaka bagi kesehatan seseorang.
Perhatian dan kesungguhan Nabi menjaga kebersihan tersebut perlu dicontoh walaupun teknik
dan alat yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perhatian Rasulullah SAW. yang lebih serius lagi terhadap masalah kebersihan gigi dan
mulut ini dapat dilihat dalam hadis riwayat Muslim dari Abi Hurairah:
علَى
َ ،ث ُز َهي ٍْر َ َعلَى ال ُمؤْ ِمنِيْن
ِ (وفِى َح ِد ْي ُ َ لَ ْوَلَ أ َ ْن أ:عن أبي هريرة عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال
َ ش َّق
َ ع ْندَ ُك ِّل
رواه مسلم.ٍصالَة َ اك ّ أ ُ َّمتِى) ألََِ َم ْرت ُ ُه ْم بِال
ِ س َِو
Sekiranya tidak akan memberatkan bagi orang-orang yang beriman (dalam riwayat
Zuhayr, bagi umatku) tentu aku menyuruh mereka menggosok gigi ketika mendirikan
setiap salat.
Dari beberapa hadis di atas terlihat bahwa Rasulullah saw. sangat memperhatikan
kebersihan dan kesehatan jasmani. Itu berarti bahwa beliau mendidik umatnya agar
memperhatikan jasmani dengan metode keteladanan dan motivasi.
Apakah tujuan pendidikan jasmani? Mungkin ada yang berpendapat, tujuannya adalah
hanya untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk berolahraga. Mungkin pula kawan anda
yang lain mengatakan tujuannya agar anak mencapai taraf kesehatan yang memuaskan. Atau ada
pula yang berpendapat, kegiatan itu untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Semuanya benar.
96
Namun pendapat itu kurang lengkap, sebab masih ada lagi tujuan lainnya yang tidak kalah
pentingnya. Tujuannya bersifat menyeluruh (holistic).
Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa
pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu
membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup
sehat disepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung
dan nyata berupa aktivitas jasmani.
Aktivitas jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Kegiatan itu
bukan sembarang aktivitas, atau bukan pula hanya sekedar berupa “gerak badan” yang tidak
bermakna. Karena itu, kegiatan yang terpilih itu merupakan pengalaman belajar yang
memungkinkah berlangsungnya proses belajar. Aneka aktivitas jasmani atau gerak insani itu
dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian anak secara menyeluruh. Karena itu para ahli
sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani.
Mengapa pendidikan jasmani diajarkan di sekolah? Disinilah banyak orang yang salah
mengerti. Orang awam berpendapat pendidikan jasmani lebih menekankan pembinaan
keterampilan fisik. Yang sebenarnya tentu tidak demikian. Tujuan ideal adalah bahwa program
pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga
aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, social, dan moral dengan maksud
kelak anak muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, disiplin, sehat, bugar dan hidup
bahagia.
97
ع ْنَ َس ْف َيان َ ب قَالُوا َحدَّثَنَا َو ِكي ٌع
ُ ع ْن ُ ب َواللَّ ْف
ٍ ظ ِألَبِي ُك َر ْي ٍ ب َوأَبُو ُك َر ْي َ َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر ب ُْن أَبِي
ٍ ش ْيبَةَ َو ُز َهي ُْر ب ُْن َح ْر
َ ار أ َ ْنفَ ْقتَهُ فِي
َّ سبِي ِل
ِّللا ٌ َسلَّ َم دِين
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َ ِّللاَّ سو ُل ُ ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ قَا َل قَا َل َرَ ع ْن ُم َجا ِه ٍد
َ اح ِم ب ِْن ُزفَ َر ِ َُمز
َ ُظ ُم َها أَجْ ًرا الَّذِي أ َ ْنفَ ْقتَه
علَى َ علَى أ َ ْهلِكَ أ َ ْع
َ َُار أ َ ْنفَ ْقتَه َ صدَّ ْقتَ بِ ِه
ٍ علَى ِم ْس ِك
ٌ ين َودِين ٌ َار أ َ ْنفَ ْقتَهُ فِي َرقَبَ ٍة َودِين
َ َ َار ت ٌ َودِين
َأ َ ْهلِك
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb dan
Abu Kuraib -dan lafazh milik Abu Kuraib- mereka berkata, Telah menceritakan kepada kami
Waki' dari Sufyan dari Muzahim bin Zufar dari Mujahid dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dinar (harta) yang kamu belanjakan di
jalan Allah dan dinar (harta) yang kamu berikan kepada seorang budak wanita, dan dinar yang
kamu sedekahkan kepada orang miskin serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.
Maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.
ط ْل َحةَ ب ِْنَ ع ْنَ ع ْن أَبِي ِهَ ي ُّ ِع ْب ِد ْال َم ِل ِك ب ِْن أ َ ْب َج َر ْال ِكنَان
َ الرحْ َم ِن ب ُْن
َّ ُع ْبد َ ي َحدَّثَنَا ُّ س ِعيدُ ب ُْن ُم َح َّم ٍد ْال َج ْر ِم
َ َحدَّث َنَا
الرقِيقَ قُوت َ ُه ْم
َّ َطيْت َ ع ْم ٍرو ِإ ْذ َجا َءهُ قَ ْه َر َما ٌن لَهُ فَدَ َخ َل فَقَا َل أ َ ْع َّ ع ْب ِد
َ ّللاِ ب ِْن َ سا َم َع ً ع ْن َخ ْيث َ َمةَ قَا َل ُكنَّا ُجلُوَ ٍص ِ ّرف
َ ُم
ُع هم ْن َي ْم ِلك َ سلَّ َم َكفَى ِبا ْل َم ْر ِء ِإثْ ًما أ َ ْن يَحْ ِب
َ س َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َ ِّللا ِ ط ِل ْق فَأَع
ُ ْط ِه ْم قَا َل قَا َل َر
َّ سو ُل َ قَا َل ََل قَا َل فَا ْن
ُقُوتَه
”Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Muhammad Al Jarmi Telah menceritakan
kepada kami Abdurrahman bin Abdul Malik bin Abjar Al Kinani dari bapaknya dari Thalhah bin
Musharrif dari Khaitsamah ia berkata; Ketika kami sedang duduk (belajar) bersama Abdullah
bin Amr, tiba-tiba datang bendaharanya, lalu masuk dan Abdullah pun bertanya padanya,
"Apakah kamu telah memberikan makan para hamba sahaya?" Sang bendahara menjawab,
"Belum tuanku." Abdullah berkata, "Pergi, dan berilah makan mereka segera." Kemudian Ibnu
Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang itu
dikatakan berdosa.apabila ia menahan kebutuhan pokok orang yang berada dalam
tanggungannya," (HR Muslim [996]).
98
Maksudnyaadalah
1. Infak yang paling afdhal dan agung adalah yang dikeluarkan untuk kebutuhan diri,
keluarga dan budak yang ia miliki.
2. Menahan kebutuhan pokok orang yang berada dalam tanggungannya merupakan
kezhaliman, dan kezhaliman merupakan kegelapan pada hari Kiamat nanti.
3. Setiap Muslim wajib memberikan setiap orang apa yang menjadi haknya. Cukuplah
seseorang mendapat dosa apabila ia menelantarkan orang-orang yang berada dalam
tanggungannya.
Dari al Miqdaam bin Ma`diy Karib radhiallahu `anhu bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam
bersabda :
“Tidak ada yang lebih jelek satu bejana dipenuhi oleh anak cucu Adam selain dari perut,
cukuplah bagi anak cucu Adam makanan yang akan menegakkan sulbinya, kalau seandainya
mau tidak mau memang harus diisi, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman,
sepertiga lagi untuk bernafas”.
، ير
ِ ب البَ ِع
ِ ش ْر ِ سلَّ َم َلَ ت َ ْش َربُوا َو
ُ احدا ً َك َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َّ سو ُل
َ ِّللا ُ ) قَا َل َر96 ص/ 7 (ج- سنن الترمذي
حديث حسن: وقال، واحْ َمدُوا إِذَا أ ْنت ُ ْم َرفَ ْعت ُ ْم رواه الترمذي، َ س ُّموا إِذَا أ ْنت ُ ْم ش َِر ْبت ُ ْم َ ََولَ ِكنِا ْش َربُوا َمثْنَى َوثُال
َ َو، ث
“Jangan kalian minum sekaligus seperti unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali. .
Bacalah nama Allah jika akan minum dan bacalah alhamdullillah jika selesai minum”. (Riwayat
At-Tirmidzi, ia berkata, Hadits ini hasan”). “
99
Keterangan:
Dalam sanad hadits ini ada perawi yang bemama Yazid bin Sinan Abu Farwah Ar-Rahawi, dia
adalah perawi yang dha’if, Syaikhnya (gurunya) juga seseorang yang tidak dikenal. Oleh sebab
itu, dia didha’ifkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Fath (10/81)
.Lihat Takhrij Al Misykah hadits no. 4278 dan Bahjatun-Nazhirin hadits no. 758.
أن النبي صلى هللا عليه وسلم نهى: ) عن عبد هللا بن عباس رضي له عنهما101 ص/ 7 (ج- سنن الترمذي
وقال حديث حسن صحيح, رواه الترمذي/ أن يتنفس في اإلناء أو ينفخ فيه
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa
maka hendaknya dia muntahkan.” (HR. Muslim no. 2026)
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
100
َّ س ْلتَ فَإ ِ ْن ُم
ت ِم ْن َ َو َر ْهبَةً إِلَيْكَ ََل َم ْل َجأ َ َو ََل َم ْن َجا ِم ْنكَ إِ ََّل إِلَيْكَ اللَّ ُه َّم آ َم ْنتُ بِ ِكت َابِكَ الَّذِي أ َ ْنزَ ْلتَ َوبِنَبِ ِيّكَ الَّذِي أ َ ْر
ِ ط َرةِ َواجْ عَ ْل ُه َّن
آخ َر َما تَت َ َكلَّ ُم بِ ِه ْ علَى ْال ِفَ َلَ ْيلَتِكَ فَأ َ ْنت
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu” kemudian ucapkanlah doa:
َظ ْه ِري ِإلَيْكَ َر ْغبَةً َو َر ْهبَةً ِإلَيْكَ ََل َم ْل َجأ َ َو ََل َم ْن َجا ِم ْنك َ ُضتُ أ َ ْم ِري ِإلَيْكَ َوأ َ ْل َجأْت ْ اللَّ ُه َّم أ َ ْسلَ ْمتُ َوجْ ِهي ِإلَيْكَ َوفَ َّو
ط َرةِ َواجْ َع ْل ُه َّنْ علَى ْال ِف َ َت ِم ْن لَ ْيلَتِكَ َفأ َ ْنت َّ س ْلتَ فَإ ِ ْن ُم
َ ِإ ََّل ِإلَيْكَ اللَّ ُه َّم آ َم ْنتُ ِب ِكت َا ِبكَ الَّذِي أ َ ْنزَ ْلتَ َو ِبنَ ِب ِيّكَ الَّذِي أ َ ْر
آخ َر َما تَت َ َكلَّ ُم ِب ِه
ِ
Anjuran Bersiwak
“Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.” (Shohih, HR. An
Nasa’i, Ahmad, dll)
َ َّللا
ٌط ِيّب َّ ب يَقُو ُل إِ َّن َ س ِعيدَ بْنَ ْال ُم
ِ َّسي َ صا ِلحِ ب ِْن أَبِي َحسَّانَ قَال
َ ُس ِم ْعت َ ع ْن َ )488 ص/ 9 (ج- سنن الترمذي
َظافَةَ َك ِري ٌم ي ُِحبُّ ْال َك َر َم َج َواد ٌ ي ُِحبُّ ْال ُجود
َ َّيف ي ُِحبُّ الن
ٌ ب ن َِظ َّ ُّي ُِحب
َ ّالط ِي
“Sesungguhnya Allah Itu Maha Baik Mencintai Kebaikan, Maha Bersih Mencintai
kebersihan, Maha Pemurah mencintai Kemurahan Maha Dermawan mencintai
kedermawanan..”
Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Bila hari telah senja laranglah anak-anak keluar rumah, karena ketika itu setan
berkeliaran. Dan bila sudah masuk sebagian waktu malam maka biarkanlah mereka. Tutuplah
pintu dan sebut nama Allah, karena setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup (dengan
menyebut nama Allah). Tutup semua kendi kalian dengan menyebut nama Allah dan tutuplah
bejana kalian dengan menyebut nama Allah, sekalipun dengan membentangkan sesuatu di
atasnya, dan padamkan lentera kalian (ketika hendak tidur).” (HR. Al-Bukhari no. 5623 dan
Muslim no. 3756)
Bahwasanya Abu Saa-ib pernah mendengar Abu Hurairah berkata,”Telah bersabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, ‘Janganlah kamu mandi janabah di air yang tergenang’.”. Abu
Saa-ib bertanya,”(Kalau begitu), bagaimana ia melakukannya ya Abu Hurairah?” Jawab Abu
Hurairah,”Ia menciduknya.” (Riwayat Muslim 1/163).
Yakni, janganlah ia mandi janabah sambil berendam di bak, akan tetapi hendaklah ia
menciduknya dengan gayung- menurut penjelasan Abu Hurairah.
“Dan dalam lafazh Bukhari: “Janganlah kamu kencing di air yang diam yang tidak
mengalir, kemudian mandi di dalamnya”.
102
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi daripada Sa’id bin al-Musayyab, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Kebersihan Rohani
ع ْنَ اس َ َي َحدَّثَنَا خَا ِلدُ ب ُْن ِإ ْلي ُّ ام ٍر ْال َعقَ ِد
ِ ع َ ار َحدَّثَنَا أَبُو
ٍ ش َّ َ) َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ب ُْن ب488 ص/ 9 (ج- سنن الترمذي
ع ْن َ َ َظفُوا أ ُ َراهُ قَا َل أ َ ْفنِيَت َ ُك ْم َو ََل ت
َ ,شبَّ ُهوا ِب ْاليَ ُهو ِد ّ ِ ب يَقُو ُل……فَن َ س ِعيدَ بْنَ ْال ُم
ِ َّسي َ ُس ِم ْعت َ صا ِلحِ ب ِْن أَبِي َحسَّانَ قَال َ
اسَ َِيث غ َِريبٌ َوخَا ِلدُ ب ُْن ِإ ْلي ٌ سى َهذَا َحد َ َظفُوا أ َ ْفنِيَت َ ُك ْم قَا َل أَبُو ِعي
ّ ِ سلَّ َم ِمثْلَهُ ِإ ََّل أَنَّهُ قَا َل ن
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا ّ النَّ ِب
َ ِي
ٍ َف َويُقَا ُل اب ُْن ِإي
اس ُ َّضع
َ ُي
Dari Shalih bin Abu Hasan berkata: Saya telah mendengar Sa’id bin Musayyab berkata:
Maka bersihkanlah penglihatanmu dari kerusakan dan janganlah menyerupai Yahudi,
sebagaimana dari Nabi SAW bersabda: bersihkanlah penglihatanmu.
Maksud dari Rasulullah supaya membersihkan penglihatan telah di jelaskan oleh Sa’id
bin Musayyab bahwasannya orang yang bersih itu mencintai kebersihan. Di dalam Al Quran juga
disebutakan:
َ َ ِإ ِّن هللاَ ي ُِحبُّ الت َّ َّوابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت
َط ِ ّه ِرين
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri". (alBaqarah: 222)
Ini menandakan bahwa Islam itu sangat mementingkan kebersihan. Baik itu kebersihan jasmani
maupun rohani.
ٍ ش ْي ُم ب ُْن بَش
ِير َ ّللاِ َو ُهَّ ع ْب ِد َ ش ْيبَةَ َحدَّثَنَا ش َِريكُ ب ُْنَ ش ْي ٌم ح و َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر ب ُْن أَبِيَ َحدَّثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى أ َ ْخبَ َرنَا ُه
صلَّى ُّ ِس َل إِلَ ْي ِه النَّب
َ ي َ ع ْن أَبِي ِه قَا َل َكانَ فِي َو ْف ِد ثَقِيفٍ َر ُج ٌل َمجْ ذُو ٌم فَأ َ ْر َّ ع ْم ِرو ب ِْن ال
َ ش ِري ِد َ ع ْن َ ٍطاءَ عَ ع ْن يَ ْعلَى ب ِْن َ
ْ َسلَّ َم إِنَّا قَ ْد بَايَ ْعنَاكَ ف
ار ِج ْع َ علَ ْي ِه َو َّ
َ ُّللا
103
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami
Husyaim; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami Syarik bin 'Abdillah dan Husyaim
bin Basyir dari Ya'la bin 'Atha dari 'Amru bin Asy Syarid dari Bapaknya dia berkata; "Dalam
delegasi Tsaqif (yang akan dibai'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) terdapat seorang
laki-laki berpenyakit kusta. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim seorang
utusan supaya mengatakan kepadanya: "Kami telah menerima bai'at Anda. Karena itu Anda
boleh pulang."
Oleh sebab itu dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam katakan.”
Dan hindarilah orang yang berpenyakit kusta sebagaimana kamu menghindar dari
singga.” (HR. Bukhari)
Hadits ini Rasul mengisyaratkan Agar menjauh atau berhati hati dari penyakit kusta sebab
penyakit kusta itu sangat berbahaya
104
bersabda: Tidak ada 'adwa (keyakinan adanya penularan penyakit) tidak ada shafar
(menganggap bulan shafar sebagai bulan haram atau keramat) dan tidak pula hammah
(keyakinan jahiliyah tentang reingkarnasi). Lalu seorang Arab Badui berkata; Wahai
Rasulullah, lalu bagimana dengan unta yang ada di padang pasir, seakan-akan (bersih)
bagaikan gerombolan kijang lalu datang padanya unta berkudis dan bercampur baur dengannya
sehingga ia menularinya? Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Lalu siapakah
yang menulari yang pertama? Setelah itu Abu Salamah mendengar Abu Hurairah mengatakan;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Janganlah (unta) yang sakit dicampurbaurkan
dengan yang sehat. -sepertinya Abu Hurairah mengingkari hadits yang pertama- maka kami
bertanya; Tidakkah anda pernah menceritakan bahwa tidak ada 'adwa (keyakinan adanya
penularan penyakit). Lalu dia bicara dengan bahasa Habasyah, maka aku tidak pernah
melihatnya lupa terhadap hadits selain hadits di atas.”
ع ْم ٌرو َو ُه َو اب ُْن َ ب أ َ ْخ َب َر ِني ٍ سى َقالُوا َحدَّثَنَا اب ُْن َو ْهَ الطاه ِِر َوأَحْ َمدُ ب ُْن ِعي
َّ ون ب ُْن َم ْع ُروفٍ َوأَبُو ُ َحدَّثَنَا ه
ُ َار
ٍسلَّ َم أَنَّهُ قَا َل ِل ُك ِّل دَاء
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َّ سو ِل
َ ِّللا ُ ع ْن َر
َ ع ْن َجابِ ٍر ُّ ع ْن أَبِي
َ الزبَي ِْر َ س ِعي ٍد َ ع ْن
َ ع ْب ِد َر ِبّ ِه ب ِْن َ ث ِ ْال َح
ِ ار
ع َّز َو َج َّل َّ يب دَ َوا ُء الد َِّاء َب َرأ َ بِإ ِ ْذ ِن
َ ِّللا َ صِ ُ دَ َوا ٌء فَإِذَا أ
“Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Abu Ath Thahir serta Ahmad
bin 'Isa mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan
kepadaku 'Amru yaitu Ibnu Al Harits dari 'Abdu Rabbih bin Sa'id dari Abu Az Zubair dari Jabir
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya.
Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu
dengan izin Allah 'azza wajalla.”
Kami katakan: Dan dalam masalah ini, pendapat yang lebih tepat insya Allah adalah pendapat
mayoritas ulama yang menyatakan disunnahkannya berobat. Dalilnya adalah hadits Usamah bin
Syarik radhiallahu anhu dia berkata: Para orang Arab baduwi berkata: Wahai Rasulullah,
tidakkah kami ini harus berobat (jika sakit)?” Beliau menjawab:dalam hadist berikut
105
)408 ص/ 37 (ج- مسند أحمد
“Ya wahai sekalian hamba Allah, berobatlah kalian. Karena sesungguhnya Allah tidak
menciptakan suatu penyakit melainkan menciptakan juga obat untuknya kecuali satu penyakit.”
Mereka bertanya, “Penyakit apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu penyakit
tua (pikun).” (HR. Abu Daud no. 3357 dan At-Tirmizi no. 1961)
َّ ُاره
ُّللا َّ ض
َ ار َ ار َم ْن
َّ ض ِ َض َر َر َوَل
َ ض َر َ َ قَا َل « َل-صلى هللا عليه وسلم- ِّللا
َّ سو َل ّ ِ س ِعي ٍد ْال ُخد ِْر
ُ ى أ َ َّن َر َ ع ْن أ َ ِبى
َ
علَ ْيه َّ َاق ش ََّق
َ ُّللا َّ َو َم ْن ش
Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang
mencelakakan diri sendiri dan orang lain“Barang siapa yang memudharatkan (merusak)
seorang muslim yang lain, maka Allah akan memudharatkannya, barang siapa yang menyulitkan
orang lain maka Allah akan menyulitkan orang itu.”
(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan sanad yang
bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho’ secara mursal dari Amr bin
Yahya dari bapaknya dari Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, dia tidak menyebutkan Abu
Sa’id. Akan tetapi dia memiliki jalan-jalan yang menguatkan sebagiannya atas sebagian yang
lain).
106
َض َر َر َوَل َّ ِع ْن أَبِى ُه َري َْرة َ أ َ َّن النَّب
َ َ قَا َل « َل-صلى هللا عليه وسلم- ى َ )341 ص/ 10 (ج- سنن الدارقطني
» علَى َحائِ ِط ِه َ ُشبَه َ َارهُ أ َ ْن ي
َ ض َع َخ َ ورة َ َوَلَ يَ ْمنَعَ َّن أ َ َحدُ ُك ْم َج
َ ض ُر
َ
يف َوفِي ُك ٍّل َخي ٌْر ِ ض ِع َّ ّللاِ ِم ْن ْال ُمؤْ ِم ِن الَّ ي َخي ٌْر َوأ َ َحبُّ إِلَىُّ سلَّ َم ا ْل ُمؤْ ِم ُن ْالقَ ِو َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َ ِّللا ُ قَا َل َر
َّ سو ُل
َي ٌء فَ َال تَقُ ْل لَ ْو أ َ ِنّي فَعَ ْلتُ َكانَ َكذَا َو َكذَا َولَ ِك ْن قُ ْل َ َ اّلِلِ َو ََل ت َ ْع َج ْز َوإِ ْن أ
ْ صابَكَ ش َّ ِعلَى َما يَ ْنفَعُكَ َوا ْست َ ِع ْن بَ ص ْ احْ ِر
ان
ِ طَ ش ْي َ ّللاِ َو َما شَا َء فَعَ َل فَإ ِ َّن لَ ْو ت َ ْفت َ ُح
َّ ع َم َل ال َّ قَدَ ُر
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Alloh daripada seorang
mukmin yang lemah, namun pada semuanya terdapat kebaikan. Hendaklah engkau bersemangat
terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Alloh, dan janganlah
engkau lemah. Jika ada sesuatu menimpamu, maka janganlah engkau mengatakan ”Seandainya
aku melakukan, niscaya terjadi ini dan itu”. Tetapi katakanlah ”Ini adalah takdir Alloh, dan apa
yang Dia kehendaki, Dia lakukan”. Sesungguhnya kata ”seandainya” akan membuka perbuatan
syetan.” [HR. Muslim, no: 2664; Ibnu Majah; dan Ahmad; dari Abu Huroiroh]
Dari Umar bin Khattabra .Bahwa sannya Rosulullah berabda: tinggalkanlah dalam
kenikmatan dan menyerupai orang ajam dan hindarilah kamu dari berpakaian sutera karena
sesungguhnya rosul telah melarangnya dan beliau bersabda janganlah kamu sekalian memakai
sutera.
107
"ًشوا ُحفَاة ْ َو،"ت َ َم ْعدَدُوا:سلَّ َم
ُ َو ْام،اخش َْو ِشنُوا َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا ُ قَا َل َر
َّ سو ُل
َ ِّللا
bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Alloh, dan janganlah engkau lemah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba
mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta
emosional bagi manusia, dengan wahana aktivitas jasmani(bukhori umar.blog). Di dalam
mengembangkan kebugaran jasmani, rasul mencontohkan kepada umatnya untuk terus
menjaga kebugaran ataupun menajaga kesehatan dengan beberapa latihan yang di
anjurkan rasul, di antaranya:
a. Latihan dalam berkuda.
b. Latihan dalam memanah.
c. Melatih menjaga pola makan yang baik.
d. Melatih menjaga kebersihan hidup.
2. Tujuan tarbiah jasamani adalah hanya untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk
berolahraga.
108
3. Dengan jasmani sehat maka akal pun akan sehat, sehingga akan secara optimal dalam
beribadah oleh karena itu pentingnya menjaga kesehatan jamani seorang muslim.
B. SARAN
Maka sekiranya ini yang dapat kami sampaikan sebagai penyusun dalam makalah
ini,penyusun sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penyusunan makalah
ini,maka kami harapkan saran dan kritiknya dari pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999.
Sukintaka, Filosofi Pembelajaran & Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani , (Bandung: nuansa,
2004), h. 16
Online:
http://www.blogger.com/feeds/7753941800971126079/posts/default
http://82junior.blogspot.com/2011/07/tujuan-pendidikan-jasmani.html
http://bukhariumar59.blogspot.com/2010/11/normal-0-f
Dosen Pengampu:
Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
109
Disusun Oleh:
Kelompok VIX:
1…………………………………….NIM…………..
2…………………………………….NIM…………..
3…………………………………….NIM…………..
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Dalam Islam, akal mendapat posisi yang signifikan, baik dalam pengembagan individu,
masyarakat, maupun pengetahuan, terutama sains. Ia diposisikan sebagai hidayat al-'aqliyyah,
yakni hidayah Allah yang hanya diberikan kepada manusia. Dengan akal, manusia mampu
memahami simbol-simbol, hal-hal yang abstrak, menganalisis, membandingkan, maupun
110
membuat kesimpulan dan akhirnya mampu membedakan antara yang benar (haq) dan salah
(bathil).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa "al-Islam huwa al-'aqlu, la dina liman la 'aqla
lahu" (Islam adalah merupakan agama Ilmu dan agama akal (rasional); tidak ada kewajiban
beragama (Islam) bagi mereka yang tidak mempunyai akal). Karena penghargaan akan eksistensi
akal, Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dalam berbagai dimensi
kehidupan, termasuk dalam upaya mencari ilmu. Karena akal pula lah, manusia disebut sebagai
makhluk homo sapiens, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah dan kemampuan untuk berilmu-
pengetahuan. Dengan akal itulah, manusia selalu ingin mengetahui apa yang ada di sekitarnya,
lalu ia berfikir, memahami, dan menjadikannya sebagai pengetahuan, baik bersifat teoritis
maupun praktis. Dalam Al-Qur'an, akal merupakan salah satu aspek penting dari esensi (hakikat)
manusia, sebagaimana dijelaskan dalam banyak tempat di dalam al-Qur’an.
Sekarang pertanyaanya bagaimana agar akal yang kita miliki bisa berfungsi positf.
111
ظ ْونَ ُه ْم َو يَأ ْ ُم ُر ْونَ ُه ْم َو يَ ْن ُه ْونَ ُه ْم َو لَيَتَعَلَّ َم َّن قَ ْو ٌم ِم ْن ِجي َْرانِ ِه ْم
ُّ َ َوهللاِ لَيُعَ ِلّ َم َّن قَ ْو ٌم ِجي َْرانَ ُه ْم َو يُفَ ِقّ ُه ْونَ ُه ْم َو يُع، َظ ْون ُّ َيَتَع
.1، تربية األوَلد في اإلسالم- الطبراني.ُاجلَنَّ ُه ُم ْالعُقُ ْوبَة ِ ع َ ُ ظ ْونَ أ َ ْو أل ُّ ََو يَتَفَقَّ ُه ْونَ َو يَتَع
Artinya:
Pada suatu hari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berkhutbah, dan memberikan
pujian kepada sekelompok umat islam, beliau bersabda, “Bagaimana kabar kaum-kaum yang
tidak memberikan pemahaman kepada tetangga mereka, tidak pula mengajari mereka, tidak
memberikan nasehat kepada mereka, tidak memerintahkan pada kebaikan, dan tidak pula
mencegah pada keburukan. Dan bagaimana kaum-kaum yang tidak mau belajar dari tetangga
mereka, tidak meminta pemahaman, dan tidak meminta nasehat. Demi Allah kaum yang tidak
mengajari, tidak memberikan pemahaman dan nasehat, dan tidak amar ma’ruf nahyi mungkar
kepada tetangga mereka. Dan kaum yang tidak belajar, tidak meminta pemahaman dan nasehat
dari tetangganya, niscaya mereka semua akan mendapatkan siksaan.” (Ath Thabrani, Tarbiyatul
aulad fil islam 1.)
علَّ َم َ ) الَّذِي3( ) ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاأل َ ْك َر ُم2( ق
َ )4( علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم ٍ َعل ِ ْ َ) َخلَق1( َا ْق َرأْ بِاس ِْم َر ِبّكَ الَّذِي َخلَق
َ اإل ْن
َ سانَ ِم ْن
)5( سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم ِْ
َ اإل ْن
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam[Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan
tulis baca], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al ‘Alaq: 1-5)
سائِ ُل َو ْال َعا ِل ُم َو ْال ُم ْستَ ِم ُع َو ُّ ال ِع ْل ُم خَزَ ائِ ٌن َمفَاتِ ْي ُح َها ال
َّ ال:ٌس َؤا ُل أََلَ فَاسْأَلُ ْوا فَإِنَّهُ ي ُْو َج ُر فِ ْي ِه أ َ ْربَ َعة
)ْال ُم ِحبُّ لَ ُه ْم (أبو نعيم
Artinya:
“Ilmu itu adalah gudang, dan kuncinya adalah bertanya, maka bertanyalah karena akan
diberi pahala kepada empat orang, yaitu: orang yang bertanya, orang yang berilmu, orang yang
mendengarnya, dan orang yang mencintai mereka.” (Abu Nu’aim)
َ َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِليَ ْن ِف ُروا َكافَّةً فَلَ ْو ََل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِ ْر َق ٍة ِم ْن ُه ْم
ِ طائِفَةٌ ِل َيتَفَقَّ ُهوا فِي الد
ِّين َو ِليُ ْنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا
)122( ََر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َيحْ ذَ ُرون
112
Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At Taubah:
122)
األ ُ َم َرا ُء َو ْالفُقَ َها ُء:اس
ُ َّسدَ الن
َ َسد ُْوا ف ُ َّصلَ َح الن
َ َاس َو ِإذَا ف َ ان ِم ْن أ ُ َّمتِ ْي إِذَا
َ صلَ ُح ْوا ِ َص ْنف ُ قَا َل َر
ِ :س ْو ُل هللاِ صلعم
) عن ابن عباس,(أخرجه ابن عبد البر
Artinya:
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ada dua golongan dari umatku,
yaitu jika mereka baik, maka manusia yang lain akan baik pula, dan jika mereka rusak ,maka
manusia yang lain akan rusak pula, mereka itu adalah: Para penguasa dan para fuqoha
(Ulama)” (dikeluarkan oleh Ibnu ‘Abdil Bar dari Ibnu ‘Abbas)
) عن أبي هريرة،ْئ ِع َمادٌ َو ِع َمادُ ٰهذَا ال ِدّي ُْن ال ِف ْقهُ (رواه الطبراني َ َو ِل ُك ِّل
ٍ شي
Artinya:
“Setiap sesuatu itu memiliki tiang. Dan tiangnya agama ini (Islam) adalah fiqh.”
(H.R. Ath Thabrani dari Abu Hurairah)
)سائِلُ ْوهُ (الطبراني ُ طبَائِ ِه قَ ِل ْي ٌل ُم ْع
َ ط ْوهُ َكثِي ٌْر َ ان قَ ِل ْي ٌل فُقَ َهائِ ِه َكثِي ٌْر ُخ َ س َيأْتِ ْي
ِ َّعلَى الن
ٌ اس زَ َم َ َو
Artinya:
Dan akan tiba suatu zaman, yaitu orang-orang yang sedikit pengetahuan (agamanya),
banyak bicaranya, sedikit memberi, namun banyak yang keinginannya. (Ath Thabrani)
َو َر ُج ٌل يَ ْف َه ُم اْل ِع ْل َم،ب ْال ِع ْل َم َوَلَ يَ ْف َه ْم ْ َ َر ُج ٌل ي: إِنِّي َلَ أ َ ْر َح ُم ِر َجاَلً َك َرحْ َمتِ ْي ِأل َ َح ِد َر ُجلَي ِْن:ض ْال ُح َك َما ُء
ُ ُطل ُ قا َ َل بَ ْع
ْ ََوَلَ ي
.ُطلُبُه
Artinya:
Berkata sebagian ahli hikmah, “Sesungguhnya aku tidak menyayangi seseorang
sebagaimana aku menyayangi seseorang diantara dua orang ini, yaitu: orang yang mencari
ilmu tapi tidak paham, dan orang yang paham ilmu tapi tidak mencarinya.
ُ َم ْن تَفَقَّهَ فِي ِدّي ِْن هللاِ َكفَّاهُ َه َّمهُ َو ِر ْزقُهُ ِم ْن َحي:قَ ْولُهُ صلعم
/ 8 جـ، (ابن عبد البر سنن الترمذي. ْْث َلَ يَحْ تَسِب
)498 صـ
113
Artinya:
Barang siapa mempelajari agama Allah, maka Allah mencukupkan kebutuhan dan
rizkinya dari arah yang tak disangka sangka. (Ibnu ‘abdil bar, Sunan turmudzi, juz. 8/hal. 498)
114
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia. (Q.S. Al-An'aam/6 : 122) Kemudian menyebut cahaya dan kegelapan
sebagai ilmu dan kebodohan, firman-Nya "Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). (Q.S. Al-Baqarah/2 :
257)
Akal manusia karena merupakan alat untuk memperoleh ilmu, maka al-Ghazali
memberikan tempat yang terhormat baginya. Akal ia jadikan sebagai objek kajian khusus,
sinergis terhadap hadits nabi : Addienu huwa al-Aql, laa diena liman laa aqla lahu (agama
adalah akal, tiada beragama bagi mereka yang tidak menggunakan akalnya), sebagaimana ia
lakukan terhadap tabiat dan kekuatan bawaan manusia.
Namun menurut Al-Ghazali bahwa akal bukanlah sesuatu yang sangat tinggi
kedudukannya. Menurut beliau, adalah al-dzauq dan ma’rifat yang justru akan membawa
seseorang kepada kebenaran yang meyakinkan. Menurutnya bahwa puncak kesempurnaan
manusia ialah seimbangnya peran akal dan hati dalam membina ruh manusia. Karenanya akal
manusia memiliki potensi yang luar biasa jika digunakan dengan sebaik-baiknya, namun bila
jauh dari wahyu (Al-Qur'an) ia memiliki kecenderungan sehingga dapat membawa kepada
jalan yang sesat. Firman Allah,
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Q.S. Al-
Baqarah/2 : 170)
Kemudian Al-Ghazali menyatakan bahwa pendidikan akal berlandaskan Al-Qur'an
merupakan sebuah pengajaran bagi dakwah fungsi akal untuk memperhatikan penciptaan
Allah di alam semesta ini. Sebagaimana firman Allah-Nya,
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
115
Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari
siksa neraka. (Q.S. Al- Imran/3 : 190-191).
Al-Ghazali melihat bahwa daya manusiawi untuk mencapai pengetahuan tertinggi
atau pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang hakekat-hakekat yang lainnya
adalah akal yaitu ketika ia sudah mencapai kemampuan yang tertinggi yang disebut al-aql al-
mustafad (Akal Perolehan). Dengan akal pada tingkat kemampuan yang demikian, manusia
dapat berhubungan dengan akal aktif (malaikat) yang merupakan sumber-sumber segala
pengetahuan dan pengaturan-pengaturan makhluk-makhluk yang ada di bumi. Pandangan
yang demikian, terjadi sebelum ia mengalami kehidupan dan cara hidup sufi. Akan tetapi
akhirnya, ia menyadari bahwa akal tidak mampu menangkap hakekat-hakekat itu adalah al-
zawq (intuisi). Dengan intuisi hakekat tidak hanya dimengerti, tetapi juga dihayati dan
dirasakan keberadaannya. Dengan intuisilah keyakinan yang tertinggi dapat dicapai. Akal
hanya dapat membawa manusia kepada pengetahuan argumentatif, sedangkan intuisi dapat
menghasilkan pengetahuan yang betul-betul diyakini (al-‘ilm al-yaqini) .
Dengan peralihan pandangan tersebut ia sesungguhnya tidak menganggap bahwa akal
tidak mempunyai arti sama sekali. Akal mempunyai peranan yang sangat. penting untuk
memahami dunia fenomena. Dunia fenomena adalah tanda-tanda yang memperlihatkan
keberadaan Tuhan. Tanda-tanda (ayat-ayat) itu ada tersurat. berupa wahyu dan yang tersirat
berupa alam ciptaan-Nya. Wahyu menjadi sumber pengetahuan keagamaan dan ilmu-ilmu
agama, sedangkan alam ciptaan-Nya menjadi tempat mengkaji berbagai fenomena yang
menghasilkan ilmu-ilmu non agama. Untuk mengetahui Tuhan dan hubungan manusia
dengan Tuhan serta ilmu yang berasal dari wahyu (ilmu-ilmu agama) dan yang berasal dari
alam nyata, akal mempunyai peranan.
Dari pandangannya tentang akal dan intuisi tampak bahwa al-Ghazali tetap
menghargai akal dan menempatkannya sebagai daya yang terpenting untuk mengetahui dan
mengkaji dunia penomena. Hasil pemikiran al-Ghazali lebih merupakan jawaban terhadap
masalah ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh wahyu dengan konteks sosio
kulturalnya. Al-Ghazali telah berusaha menjawab tantangan zamannya dengan segala
kemampuan intelektual yang ada padanya dengan penuh kejujuran dan sikap keterbukaan
yang dimilikinya jawaban-jawaban itulah yang dijumpai dalam berbagai tulisannya.
B. Imam Syafi’i
116
Dalam kajian hukum Islam, bahwa standar hidup yang ideal bagi manusia adalah
Haddul Kifâyah, Lâ Haddul Kafaf (batas kecukupan, bukan batas pas-pasan)[1]. Dan kita
tahu bahwa kewajiban dalam menuntut ilmu dimulai dari rahim ibu sampai liang lahat.
Dengan demikian untuk memenuhi standar hidup yang ideal hendaknya tidak hanya pas-
pasan. Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau
menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu ada 6, yaitu:
1. Cerdas
Cerdas adalah salah satu syarat untuk menuntut ilmu. Kecerdasan adalah bagian dari
pengaruh keturunan jalur psikis. Dari ayah dan bunda yang cerdas akan lahir anak-anak yang
cerdas, kecuali adanya sebab-sebab yang memungkinkan menjadi penghalang transformasi sifat-
sifat tersebut baik situasi fisis maupun psikis.
Sabda nabi Saw: ِإنَّ َما ْال ِع ْل ُم ِبالت َّ َعلُّ ِم-الحديث-
“Bahwasanya ilmu itu diperoleh dengan (melalui) belajar”. —Al-Hadis—
Dan yang menjadi masalah sekarang bagaimana anak yang cerdas (karena keturunan)
tetapi tidak memiliki ketekunan dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, jawabannya sudah pasti
bahwa dia tidak akan menjadi orang pandai/‘Alim.
117
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten
yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4)
Akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam
pengertian yang pasif. Artinya nrimo——menerima— apa adanya tanpa usaha untuk
memperbaiki keadaan. Sesuai ajaran agama pengertian sabar dan kata-kata sabar itu misalnya
dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran. Yakni satu surat yang terdiri dari 200 ayat
yang menjelaskan tentang keseluruhan perjuangan besar dan berat yang telah dilakukan
rasulullah Saw sepanjang hidupnya dan itu semua direkam dalam Surat Ali Imran. Ada dua
perjuangan berat dan sangat menentukan yaitu pertempuran badar dan uhud. Di dalamnya
terdapat banyak kata-kata sabar, tetapi kata-kata sabar itu selalu diletakan dalam konteks
perjuangan bukan dalam konteks seseorang ditimpa musibah. Dengan demikian dapat diperoleh
gambaran dan kesimpulan pengertian bahwa sabar yang aktif itu artinya suatu mentalitas
ketahanan belajar, memiliki mental yang kuat untuk tekun belajar dan berusaha keras seoptimal
mungkin dengan penuh daya tahan, tidak jemu, tidak bermalas-malasan, tetapi belajar dengan
penuh semangat. Selain itu, dalam belajar harus berkonsentrasi (Khudzurul Qalb) karena jika
belajar pikirannya bercabang maka tidak bisa optimal. Salah satu bagian dari sabar adalah
Khudzurul Qalb.
118
4. Bekal (biaya)
Setiap perjuangan pasti ada pengorbanan, itulah logikanya, manusia menjalani hidup ini
butuh pengorbanan begitupun menuntut ilmu. Biasanya, dalam hal biaya ini menjadi dalih
masyarakat yang sangat utama dalam menuntut ilmu khususnya pada pendidikan formal.
Sehingga ketika ditanya salah seorang yang tidak belajar di pendidikan formal misalnya, “kenapa
kamu atau dia tidak sekolah?” jawabannya sungguh gampang sekali, “saya atau dia tidak sekolah
karena tidak punya biaya.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim,
dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari
hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan
bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para
Dalam lafal hadis di atas tertulis lafazh takaffala dengan menggunakan fi’il madhy yang
aslinya mempunyai arti ‘telah mencukupkan’ yang “seolah-olah” sudah terjadi. Maka lafazh
tersebut mempunyai makna pasti, asalkan dibarengi dengan keyakinan terhadap kekuasaan
Allah. Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan——
biaya— pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain
selama manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ
Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan
akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan
sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.
119
semaksimal mungkin untuk dapat mengkorelasikan keduanya. Juga, berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapat petunjuk guru karena tanpa petunjuk guru dan tanpa taqarrub (ibadah
mendekatkan diri) total kepada Allah bisa jadi ilmu tersebut datangnya dari iblis la’natullah
‘alaih. Profesionalisme guru artinya seorang guru harus mampu menguasai pelajaran sesuai
dengan bidangnya.
Sebagai guru haruslah mempunyai sifat-sifat yang mencerminkan kemuliaan ilmu dan
tabi’at——akhlaq—yang baik. Kita analogikan seorang petani profesional akan merawat
tanamannya dari rumput pengganggu, ia akan membasmi hama dan penyakitnya. Demikian pula
seorang pendidik haruslah membersihkan dirinya dari segala kebiasaan buruk dalam masyarakat.
Ia akan tanggap dan waspada dengan para penyeru maksiat. Hendaklah ia membenahi dirinya
sebelum ia menebarkan benih-benihnya. Ia harus menanamnya dalam lahan yang subur.
Hendaklah ia menyibukkan diri dengan amal kebaikan, kesibukan-kesibukan akhirat yang akan
menjadi tameng dari syahwat dan syubhat. Kemudian sebaik-baik pendidik adalah yang
konsisten dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang tercermin lewat akhlak dan amalan-amalannya
yang shalih. Cerdas dalam mendeteksi penyakit hati serta berpengalaman dalam mengobatinya,
remaja yang tumbuh dari pendidikan—tarbiyah—yang baik maka akan menjadi buah yang segar
nan ranum. Ia bermanfaat bagi diri dan masyarakat sekitar.
Beberapa ciri-ciri tabi’at guru—pendidik—yang harus ditanamkan adalah sebagai berikut:
- Mencintai pekerjaannya sebagai guru
- Adil terhadap semua murid
- Sabar dan tenang
- Berwibawa (dilihat dari ilmu dan taqwanya) serta kemampuan memengaruhi orang lain
- Selalu ikhlas mendoakan muridnya
- Berusaha ikhlas mengajarkan ilmunya
3.1 Kesimpulan
120
1.
DAFTAR PUSTAKA
Gharamullâh bin ‘Audh. (2006). At Tarbiyyah Al ‘Aqliyyah li Thifli fil Islam. Skripsi
pada Jâmi’ah Ummul Qura Madinah: tidak diterbitkan.
Qomar Suaidi. (2004). Kedudukan Akal dalam Islam. [online]. Tersedia: http://www.
Asysyariah.com. [08 Oktober 2004]
121
ALMAADAH FI AL TARBIYAH AN-NAFSIYAH
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
122
Disusun Oleh:
Kelompok X:
1…………………………………….NIM…………..
2…………………………………….NIM…………..
3…………………………………….NIM…………..
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah
yang tidak dimiliki makhluk lainnya.Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat
mengemban dua tugas utama, yaitu sebagai khalifatullah di muka bumi dan jugaabdi Allah untuk
beribadah kepada-Nya.
123
yang berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal
perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita
pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan,
satu sama lain saling menunjang.
Maka dari itu penulis merasa tergugah unutk mengkaji lebih dalam pembahasan
tentang ini.Dengan itujudul makalah ini “ALMAADAH FI AT-TARBIYAH (AN-NAFSIYAH).”
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mencoba mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan
dibahas yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
124
A. Pengertian Psikologi Pendidikan
Secara etimologis psikologi berasal dari bahas Yunani, yang terdiri dari dua kata
yaitu: psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti
ilmu jiwa.Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan dengan istilah alnafs, namun
adapula yang menyamakan dengan istilah alruh, meskipun istilah alnafs lebih populer
penggunaanya daripada istilah alruh. Psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab menjadi ilmu alnfas atau ilmu alruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini
memiliki asumsi yang berbeda.(Mujib dan Mudzakir, 2001:3). Poerbakawatja dan
Harahap (Syah, 1997:8) membatasi psiklogi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang
mengadakan penyelidikan aas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”. Dimana gejala-
gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliputi respon organisme dan hubungannya
dengan lingkungannya.Lalu membuat kesimpulan tentang pengertian psikologi, dimana
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku
terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan.Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang,
barang, keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997:10).Pendidikan berasal dari
kata “didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara
dan memberi latihan.Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.Pendidikan ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
125
b.1. Aspek jismiyah
Aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, serta sistem sel, syaraf dan
kelenjar diri manusia.Organ fisik manusia adalah organ yang paling sempurna diantara
semua makhluk. Alam fisik-material manusia tersusun dari unsur tanah, air, api dan udara.
Keempat unsur tersebut adalah materi dasar yang mati.Kehidupannya tergantung kepada
susunan dan mendapat energi kehidupan yang disebut dengan nyawa atau daya kehidupan
yang merupakan vitalitas fisik manusia. Kemampuannya sangat tergantung kepada sistem
konstruksi susunan fisik-biologis, seperti: susunan sel, kelenjar, alat pencernaan, susunan
saraf sentral, urat, darah, tulang, jantung, hati dan lain sebagainya. Jadi, aspek jismiah
memiliki dua sifat dasar.Pertama berupa bentuk konkrit berupa tubuh kasar yang tampak
dan kedua bentuk abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sarana kehidupan tubuh.
Aspek abstrak jismiah inilah yang akan mampu berinteraksi dengan aspek nafsiah dan
ruhaniah manusia.
Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas dimiliki dari
manusia berupa pikiran, perasaan dan kemauan serta kebebasan.Dalam aspek nafsiah ini
terdapat tiga dimensi psikis, yaitu dimensi nafsu, ‘aql, dan qalb.
Dimensi akal adalah dimensi psikis manusia yang berada diantara dua dimensi
lainnya yang saling berbeda dan berlawanan, yaitu dimensi nafsu dan qalb.Nafsu memiliki
sifat kebinatangan dan qalb memiliki sifat dasar kemanusiaan dan berdaya cita-rasa.Akal
menjadi perantara diantara keduanya.Dimensi ini memiliki peranan penting berupa fungsi
pikiran yang merupakan kualitas insaniah pada diri manusia.
Dimensi qalb memiliki fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti
berpikir, memahami, mengetahui, memperhatikan, mengingat dan melupakan.Fungsi
126
emosi yang menimbulkan daya rasa seperti tenang, sayang dan fungsi konasi yang
menimbulkan daya karsa seperti berusaha.
Dari penjabaran diatas, dapat disebutkan bahwa aspek jismiah bersifat empiris,
konkrit, indrawi, mekanistik dan determenistik.Aspek ruhaniah bersifat spiritual,
transeden, suci, bebas, tidak terikat pada hukum dan prinsip alam dan cenderung kepada
kebaikan.Aspek nafsiah berada diantara keduanya dan berusaha mewadahi kepentingan
yang berbeda.
127
Rasulullah SAW sesungguhnya kami merasa malu dan segala puji milik Allah. Bersabda Rasulullah SAW
bukanlah malu, tetapi malulah kepada Allah dengan sebenar benarnya malu, kamu menjaga kepala dan
sesuatu yang termuat dalam perut, dan sesuatu yang terkandung di dalamnya, dan ingatlah kamu pada
kematian dan kehancuran, barang siapa menghendaki kehidupan akhirat maka ia tinggalkan
kasenangan dunia. Maka barang siapa mengerjakan yang demikian maka ia sesungguhnya telah malu
kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu (HR.Tirmidzi).
Keterangan:Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi no. 2458 dengan jalan Muhammad Ibn ‘Abid (Syaikh
Ahmad). Menurut Imam Tirmidzi, hadits ini gharib atau dhaif karena dalam snadnya terdapat seorang
rawi yang bernama Aban Ibn Ishaq atau Alshabah Ibn Muhammad.
c.2. Anjuran untuk berdoa agar terhindar orang yang tidak mempunyai rasa malu
أ َ َّن،ٍس ْعد
َ س ْه ِل ب ِْن َ َع ْن،ي ُّ َحدَّثَنَا َج ِمي ٌل ْاأل َ ْسلَ ِم،َأ َ ْخ َب َرنَااب ُْن لَ ِهي َعة،سىَ س ُن ب ُْن ُمو َ َحدَّثَنَا َح
أ َ ْو ََلت ُ ْد ِر ُكوا زَ َمانًا ََليُتْبَ ُع،ان ٌ " الل ُه َّم ََليُ ْد ِر ْكنِي زَ َم:سلَّ َم قَا َل َ علَ ْي ِه َوَ ُصلَّى هللا
َ ِسو َل هللا ُ َر
"ب ِ َوأ َ ْل ِسنَت ُ ُه ْم أ َ ْل ِسنَةُ ْال َع َر،اج ِم ُ ُ قُلُوبُ ُه ْم قُل، َو ََليُ ْست َ َحى ِفي ِه ِمنَ ْال َح ِل ِيم،ِفي ِه ْال َع ِلي ُم
ِ وب ْاأل َ َع
Telah menceritakan Hasan Ibn Musa, telah mengberitakan Ibn Lahi’ah, telah menceritkan Jamil
Alaslami, diriwayatkan oleh Sahl Bin Sa’ad bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; Ya Allah
semoga tidak mengikutiku suatu zaman atau janganlah kamu mengikuti suatu zaman yang tidak di ikuti
di zaman itu orang yang berilmu dan pada hati-hati mereka tidak mempunyai rasa malu pada orang
yang sabar yaitu hati orang-orang luar arab, dan bahasa mereka bukan bahasa orang arab (HR.Ahmad).
Keterangan: menurut Imam Thabrani dalam Kitab Alkabir, hadits ini dhaif karena ada seorang
rawi yang bernama Ibn lahi’ah.(Syamilah. Musnad Imam Ahmad)
َع ِن، َع ْن ُمعَا ِويَةَب ِْن يَ ْحيَى،سَ ُيس ىب ُْن يُون َ َحدَّثَنَا ِع:ي قَا َلُّ ّالر ِق َ َحدَّثَنَاإِ ْس َما ِعي ُل ب ُْن
َّ ع ْبد
َّ ِِّللا
ٍ « ِإ َّن ِل ُك ِّل د:سلَّ َم
،ِين ُخلُقًا َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِّللا َّ سو ُلُ قَا َل َر:قَا َل، َع ْن أَن ٍَس،ِي ُّ
ّ الز ْه ِر
»اإل ْس َال ِم ْال َحيَا ُء
ِ ْ َو ُخلُ ُق
Telah menceritakan Isma’il Ibn Abdullah Alraqi, telah menceritakan ‘Isa Ibn Yunus,
meriwayatkan Mu’awiyah Ibn Yahya, Zuhri dan Anas. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya bagi
setiap agama ada akhlak, dan sesungguhnya akhlak islam adalah rasa malu (HR.Ibnu Majah).
128
عا ً سهُ ْال َخي ُْر َمنُو َّ ) َوإِذَا َم20( عا ً ش ُّر َج ُزو َّ سهُ الَّ ) إِذَا َم19( عا ً سانَ ُخ ِلقَ َهلُو ِ ْ ِإ َّن
َ اإل ْن
) َوالَّذِينَ ِفي أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َح ٌّق23( َص َال ِت ِه ْم دَا ِئ ُمون َ ) الَّذِينَ هُ ْم َعلَى22( َص ِلّين َ ) ِإ ََّل ْال ُم21(
) َوالَّذِينَ ُه ْم ِم ْن26( ِين ِ ّص ِدّقُونَ بِيَ ْو ِم الد َ ُ) َوالَّذِينَ ي25( وم ِ سائِ ِل َو ْال َم ْح ُر
َّ ) ِلل24( َم ْعلُو ٌم
ِ ) َوالَّذِينَ ُه ْم ِلفُ ُر28( ون
وج ِه ْم ٍ اب َر ِبّ ِه ْم َغي ُْر َمأ ْ ُم َ َ) ِإ َّن َعذ27( َب َر ِبّ ِه ْم ُم ْش ِفقُون ِ َعذَا
) فَ َم ِن30( َومين ِ ُت أ َ ْي َمانُ ُه ْم فَإِنَّ ُه ْم َغي ُْر َمل
ْ اج ِه ْم أ َ ْو َما َملَ َك
ِ ) ِإ ََّل َعلَى أ َ ْز َو29( َظون ُ َِحاف
)32( َ) َوالَّذِينَ ُه ْم ِأل َ َمانَا ِت ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َراعُون31( َا ْبتَغَى َو َرا َء ذَ ِل َك فَأُولَئِ َك ُه ُم ْال َعادُون
) أُولَئِ َك فِي34( َظون ُ ِص َالتِ ِه ْم يُ َحاف َ ) َوالَّذِينَ هُ ْم َعلَى33( َش َهادَاتِ ِه ْم قَائِ ُمون َ َِوالَّذِينَ هُ ْم ب
35)( َت ُم ْك َر ُمون ٍ َجنَّا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan
ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-
orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena Sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat
orang merasa aman (dari kedatangannya).Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam
hal Ini tiada tercela.Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas.Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka
itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan (Q.S Al-Maa’rij, 19-32).(Depag, 2005)
أخرج عبد بن حميد وابن جرير وابن المنذر وابن أبي حاتم عن عكرمة رضي هللا
{ إذا: هو كما قال هللا: سئل ابن عباس رضي هللا عنهما عن الهلوع فقال: عنه قال
.مسه الشر جزوعا ً وإذا مسه الخير منوعا ً } فهو الهلوع
Mengeluarkan hadist Abdu hamid dan Ibnu Jarirdan Ibnu Mundhiri dan Ibnu Abi Hatami dari
I’krimah RA berkata: Ditanya Ibnu Abas tentang berkeluh kesah, maka ia berkata seperti sesuatu yang
difirmankan Allah SWT; (Apabila kena kepadanya keburukan maka dia berkeluh kesah, dan apabila kena
kepadanya kebaikan maka di senantiasa kikir) Maka yang demikianlah orang yang berkeluh kesah.
أخبرني عن قوله عز: وأخرج الطستي عن ابن عباس أن نافع بن األزرق قال له
ضجورا ً جزوعا ً نزلت في أبي جهل بن: اإلنسان خلق هلوعا ً } قال
ِ { إن: وجل
129
أما سمعت بشر بن أبي حازم وهو. نعم: وهل تعرف العرب ذلك؟ قال: قال، هشام
ً وَل مكبا ً بخلقه هلعا... َل مانعا ً لليتيم بخلقه: يقول
Mengeluarkan hadist Assuyuti dari ibnu Abas sesunguhnya Nafi Ibnu Azroqi berkata kepada Ibnu
Abas; Mengabarkan kepadaku dari firman Allah SWT; (Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh
kesah) berkata Ibnu Abas: kegelisahan, kecemasan. Diturunkan ayat ini kepada Abi Jahal bin Hisyam,
berkata Ibnu Abas apakah kamu mengetahui arti berkeluh kesah? Ya, adapun saya dengar dari basyar
ibn abi hazim bahwasanya dia berkata; tidak kikir kepada yatim karena perangainya... dan tidak
jugaberputus asa karean perangainya sambil berkeluh kesah.
.ً شحيحا ً جزوعا: { هلوعا ً } قال: وأخرج ابن المنذر عن سعيد بن جبير في قوله
Ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari Sa’id bin jubair tentang firman Allah SWT: (berkeluh
kesah) berkata Sa’id: yang kikir lagi gelisah.
الضجر: وأخرج ابن المنذر عن عكرمة رضي هللا عنه { هلوعا ً } قال
Ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari I’krimah RA tentang firman Allah SWT: (berkeluh kesah)
berkata I’krimah: kecemasan, kegelisahan.
.ً جزوعا: وأخرج عبد الرزاق وابن المنذر عن قتادة رضي هللا عنه { هلوعا ً } قال
A’bdu Rozaq dan ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari Qotadah RA tentang firman Allah
(berkeluh kesah) berkata Qotadah : tidak sabar, kegelisahan, kecemasan, kerisauan hati.
. الشره: وأخرج ابن المنذر عن ابن عباس رضي هللا عنهما { هلوعا ً } قال
Ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari Ibnu Abas RA tentang firman Allah (berkeluh kesah)
berkata Ibnu Abas: ketamakan, kerakusan.
130
. الحريص: وأخرج ابن المنذر عن حصين بن عبد الرحمن { هلوعا ً } قال
Ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari Husain bin ‘Abdul Rahman (berkeluh kesah) berkata :
rakus.
. الذي َل يشبع من جمع المال: وأخرج ابن المنذر عن الضحاك { هلوعا ً } قال
Ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari Dhohaka (berkeluh kesah) berkata ; yang tidak merasa
puas dalam mengumpulkan harta.
فإن كان صابرا ً كان أنينه، ي مرفوعا ً يكتب أنين المريض ّ وأخرج الديلمي عن عل
. وإن كان جزوعا ً كتب هلوعا ً َل أجر له، حسنات
Daelami mengeluarkan hadist dari ‘Ali yangmenuliskan tentang perasaan mengeluh karena
sakit, Apabila bersabar akan merasakan ketenangan, dan apabila tidak bersabar akan berkeluh kesah
dan gelisah.
{ إَل المصلين: أخرج عبد بن حميد وابن المنذر عن قتادة رضي هللا عنه في قوله
ذكر لنا أن دانيال نعت أمة محمد صلى هللا: الذين هم على صالتهم دائمون } قال
أو عاد ما أرسلت، يصلون صالة لو صالها قوم نوح ما أغرقوا: عليه وسلم فقال
فعليكم بالصالة فإنها: قال قتادة. أو ثمود ما أخذتهم الصيحة، عليهم الريح العقيم
.خلق من خلق المؤمنين حسن
‘Abdu bin Hamiid dan Ibnu Mundhiri mengeluarkan hadist dari riwayQatadah tentang firman
Allah: (kecuali Al-Musholliin yaiut orang-orang yang senantiasa shalat) Qatadah berkata: (dia
menjelaskan kepada kami bahwa nabi daniel seperti umat nabi muhammad saw. Lalu berkata: mereka
shalat, jika kaum nuh shalat mereka tidak akan ditenggelamkan, kaum ’ad tidak akan dikirim angin
dahsyat atau kaum tsamud tidak akan ditimpa siksa. Qatadah berkata: wajib bagi kamu shalat, sebab
shalat merupakan akhlaq di antara akhlaq mukmin yang baik.
{ الذين هم على: وأخرج عبد بن حميد عن إبراهيم التيمي رضي هللا عنه في قوله
. الصالة المكتوبة: صالتهم دائمون } قال
‘Abdu bin Hamid mengeluarkan hadist dari Ibrahim Tamiimii tentang firman Allah: (mereka yang
setia melaksanakan shalat) berkata: shalat seperti yang telah tertuliskan.
وأخرج ابن أبي شيبة في المصنف عن ابن مسعود رضي هللا عنه { الذين هم على
. على مواقيتها: صالتهم دائمون } قال
131
Ibnu Abi Syibeh mengeluarkan hadist dalam kitab almusnaf . meriwayatkan Ibnu Mas’ud tentang
firman Allah (mereka yang setia melaksanakan shalat) berkata: setia pada waktunya.
وأخرج ابن أبي شيبة وابن المنذر عن عمران بن حصين رضي هللا عنه { الذين هم
. الذي َل يلتفت في صالته: على صالتهم دائمون } قال
Ibnu Abi Syibeh dan Ibnu Mundziri mengeluarkan hadist dari ‘Imran bin Husain tentang firman
Allah (mereka yang setia melaksanakan shalat) berkata; yang tidak berpaling dalam shalatnya.
وأخرج عبد بن حميد وابن جرير وابن المنذر وابن أبي حاتم وابن مردويه عن عقبة
هم الذين: { الذين هم على صالتهم دائمون } قال: بن عامر رضي هللا عنه في قوله
.إذا صلوا لم يلتفتوا
‘Abdu bin Hamid, Ibnu Jarir, Ibnu Mundziri, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Murdawiyah
mengeluarkan hadist dari ‘Uqbah bin ‘Amir tentang firman Allah (mereka yang setia
melaksanakan shalat) berkata; mereka yang ketika shalat tidak berpaling.
Orang yang mengeluh dapat dilihat darimana dia mendapat keburukan selalu berkeluh
kesah, hatinya tidak merasa tenang, dan apabila dia mendapat kebaikan dia senantiasa kikir
tidak mau berbagi dengan orang lain.
E. Makna Tarbiyah
Akhlak seorang muslim adalah memiliki rasa malu, dan tidak mudah berkeluh kesah.
Orang yang berkeluh kesah, adalah orang yang dimana dia mendapatkan keburukan ia
senantiasa berkeluh kesah hatinya tidak sabar senantiasa gelisah dan cemas. Dan dimana ia
mendapat kebaikan ia senantiasa kikir dan tidak mau berbagi kepada orang lain.
132
Orang-orang yang senantiasa melakukan sholat, berbagi dengan orang lain,
menafkahkan sebagian hartanya, selalu mengingat hari pembalasan, senantiasa takut kepada
Allah dan menjaga kemaluanya maka itulah orang-orang yang tidak melampaui batas.
F. Analisis Tarbiyah
Menurut Tardif (Syah, 1997 / hal. 13) Pendidikan psikologi adalah sebuah bidang studi
yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-
usaha kependidikan.Pendidikan psikologi juga adalah studi sistematis tentang proses-proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu kenyataan yang pernah dialami oleh seseorang
di masa lalu yang membuat orang tersebut menjadi shocked karenanya. sebagai contohnya,
ketika seorang wanita mengalami kejadian penjambretan ketika ia sedang berjalan di suatu
133
wilayah tertentu. ketika wanita tersebut diajak kembali ke tempat tersebut ia akan menjadi
gelisah karena takut hal tersebut akan terulang lagi padanya.
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, takut akan hal yang
dibayangaknnya atau takut akan idnya sendiri sehingga menekan ego. kegelisahan ini akan
membuat seseorang menjadi gelisah akan suatu hal yang buruk yang sedang di bayangkannya
akan menjadi sebuah kenyataan. sebagai contohnya ayah dinar akan dipindahkan ke kota lain
dan mereka sekeluarga harus pindah ke kota tersebut. kecemasan neoritis dinarpun memuncak
ketika ayahnya membicarakan hal tersebut kepadanya. dinar membayangkan bahwa hidupnya
di daerah tersebut akan tidak sebahagia di tempat yang ia tinggali sekarang karena kota baru
tempat dimana ayahnya akan dipindahkan tersebut terletak di suatu daerah yang terpencil
yang jauh dari tempat hiburan, dimana dinar sudah terbiasa untuk tinggal di kota besar yang
banyak tempat hiburannya. hal tersebut merupakan sebuah contoh dari kecemasan Noritis.
Kecemasan moril sendiri disebabkan oleh pribadi seseorang dimana tiap pribadi memiliki
berbagai macam emosi seperti: iri, benci, dendam,dengki,marah, gelisah, rasa kurang cinta,
rasa iri, benci,dendam merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan
berdasarkan konsep yang kurang sehat, oleh karena itu alasan untuk iri,benci,dengki kurang
dapat dipahami oleh orang lain. sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji bahkan
mengakibatkan manusia merasa khawatir, takut,cemas,gelisah dan putus asa.
134
umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius,
setia, dan takut.Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi,
disebut sifat-sifat kepribadian.Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian
cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat
membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan
memandu keputusan pengembangan karier.
g.1.TeoriKepribadianTsikodinamika
Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego, dan
superego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga
sistem tersebut.
g.1.b. Teori Jung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu sahabat terdekat Freud dan anggota lingkaran
koleganya, tetapi pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran tentang ketidaksadaran.
Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif
yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran tertentu, dan tema-tema yang
disebutya sebagai arketipe.
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik
yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis
bawaan dari individu.
g.2.b. Faktor Lingkungan
135
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh,
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang
lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui
buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada
pekerjaan dan karier.
Kita hidup dalam sebuah dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba, namun
tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, dan tidak melihat sorot
mata persahabatan yang tulus, dalam hal ini masyarakat mungkin mengalami krisis moral.Krisis
moral dapat ditandai oleh dua gejala yaitu tirani dan keterasingan.Tirani merupakan gejala dari
rusaknya perilaku sosial, sedangkan keterasingan menandai rusaknya hubungan sosial.
2. Hilangnya model kepribadian yang integral, yang memadukan kesalihan dengan kesuksesan,
kebaikan dengan kekuatan, dan seterusnya
136
3. Munculnya antagonisme dalam pendidikan moral
Krisis moral ini menimbulkan begitu banyak ketidakseimbangan di dalam masyarakat yang
tentunya tidak membuat masyarakat bahagia. Maka solusi yang sangat tepat bagi masalah ini
hanya satu yaitu : Kembali menempuh jalan Allah , kembali kepada jalan islam. “Maka,
barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 38)
Akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam
jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks.
Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal shalih
pun mencakup semua sektor kehidupan manusia itu.
Maka akhlak Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan
memasuki individu manusia dan merekonstruksi visi, membangun mentalitas, serta membentuk
akhlak dan karakternya. Demikianlah, Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran,
kebaikan, dan keindahan memasuki masyarakat manusia dan mereformasi sistem, serta
membangun budaya dan mengembangkan peradabannya
Walaupun islam merinci satuan akhlak terpuji, namun dengan pengamatan mendalam, kita
menemukan satuan tersebut sesungguhnya mengakar pada induk karakter tertentu. Sedangkan
akhlak tercela seperti penyakit syubhat dan syahwat, sama bersumber dari kelemahan akal dan
jiwa.
Faktor internal :
1. Instink biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan
menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya
137
2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri
3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang
seperti mitos, agama, dan sebagainya
Faktor eksternal
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan social
3. Lingkungan pendidikan
1. Fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia
diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
2. Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui lingkungan
alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
Dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu tertutup, tetapi terbuka bagi semua
bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada
dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut,
setelah melalui mekanisme latihan.Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika
kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan
latihan yang sistematis.
Tahap I (0 – 10 tahun)
Tahap II ( 11 – 15 tahun)
138
Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi
hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah
Ambivalensi adalah dua garis jiwa yang berbeda bahkan berlawanan, namun saling
berhadapan.Fungsinya :
Seseorang akan memiliki tingkat kesehatan mental yang baik, jika garis jiwa yang ambivalen
berjalan dan bergerak secara harmonis, seakan simfoni indah orkestra handal. Maka langkah
yang harus ditempuh agar simfoni tersebut mengalun indah dan harmonis adalah :
d. Atur posisi dan komposisi garis jiwa itu secara benar, dan hilangkan semua
kecenderungan jiwa yang salah
e. Berikan atau tentukan arah kecenderungan jiwa secara benar dan natural.
f.Lihat ekspresinya dalam bentuk sikap dan perilaku kesehariannya
Garis jiwa yang ambivalen ada dalam diri manusia sejak ia lahir sampai ia mati, melekat, dan
mewarnai semua sisi kehidupannya. Walaupun demikian, tetap ada perbedaan mendasar
tentang objek dan alasan yang melahirkan garis jiwa menjadi perilaku, pada tahapan usia yang
berbeda pula.
a. Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi,
dan sebagainya
b. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk
rumusan visinya
c. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar
dalam bentuk mentalitas
139
d. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara
keseluruhan disebut sikap
e. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah
kepribadian
1. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan
memperbaiki cara berfikir.
Langkah-langkahnya :
Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah,
menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus
Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber keagamaan
kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara
memandang berbagai masalah
Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita,
sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita
2.Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir
lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :
Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan
menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya
mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita
Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan
perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan
tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukansuatutindakan
140
Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi
mengendalikansemuawarnaperasaandirikita
Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua
proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita
3.Perbaikanfisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui
perpaduan yang baik antara tiga unsur :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan dari pembahsan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan dengan istilah alnafs, namun adapula yang
menyamakan dengan istilah alruh, meskipun istilah alnafs lebih populer
penggunaanya daripada istilah alruh. Psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab menjadi ilmu alnfas atau ilmu alruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini
memiliki asumsi yang berbeda.(Mujib dan Mudzakir, 2001:3).Pendidikan merupakan
suatu proses panjang untuk mengaktualkan seluruh potensi diri manusia sehingga
potensi kemanusiaannya menjadi aktual.
2. Aktualisasi psikologi islami dalam pendidikan islami meliputi 3 aspek, yaitu:
a. Aspek jismiyah
b. Aspek nafsiyah
c. Aspek ruhaniyah
141
3. Adapun makna jumal dari hadits-hadits yang berkenaan dengan almadah fi altarbiyah
(nafsiyah)yaitu, bahwa manusia dituntut untuk memiliki rasa malu dengan sebenar-
benarnya malu kepada Allah SWT. Manusia juga dianugrahi rasa berkeluh kesah ketika
menghadapi kesusahan, namun manusia tidak dibenarkan untuk selalu dalam keadaan
keluh kesah karena manusia juga dianugrahi dengan potensi menghilangkan
kesusahannya.
4. Adapun makna tarbiyah yang tersurat dalam hadits-hadits mengenai almadah fi
altarbiyah (nafsiyah) yaitu, bahwa kita sebagai calon guru ataupun guru mesti
menanamkan rasa malu kepada Allah SWT pada peserta didik kita, juga menanamkan
bahwa tidak boleh terus menerus berkeluh kesah.
B. Saran
Adapun saran yang akan disarankan oleh penulis adalah, waktu pengerjaan
makalah relatif singkat. Penulis juga menyarankan adanya kajian yang lebih objektik,
dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan,agar penulis benar-benar
menghayati dari apa yang sedang dikaji.
DAFTAR PUSTAKA
Depag. (2005). Al-Qur’an dan Terjemahnya Special For Woman. Jakarta: PT Sygma
Mujib dan Mudzakir. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Rona Khatulistiwa. 2010. Psikologi dalam Pendidikan Islam. [Online]. Tersedia: http//Rona
Khatulistiwa. Wordpress.com.//05112011.
142
AL-MAADAH FI AL-TARBIYAH (AL-IJTIMA’IYYAH)
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok XI
1…………………………………….NIM…………..
2…………………………………….NIM…………..
3…………………………………….NIM…………..
143
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan sosial dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan yang begitu luas
cakupannya. Menjadi landasan kuat penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang
menjadi kunci kebahagiaan kita manusia lahir batin Nilai ketuhanan ini menjadi landasan
moral-moralitas SDM hari ini, terutama untuk masa yang akan datang. Oleh karenanya, materi
dan proses pembelajaran pada pendidikan ini, wajib berlandaskan nilai ketuhanan.
Pengembangan nilai ketuhanan dalam pembelajaran sosial, bukan
sekedar memasukan ayat-ayat dan hadits, melainkan bagaimana anak biasa berinteraksi dan
berprilaku dalam masyarakat yang sesuai dengan norma agama..Ini menjadi tanggung jawab
terpenting bagi para pendidik dan orang tua dalam upaya mempersiapkan anak, bahwa
merupakan setiap hasil pendidikan, baik yang berhubungan dengan pendidikan iman maupun
yang berkaitan dengan pendidikan moral dan psikologis.
Karena eksistensi pendidikan social merupakan fenomena tingkah laku dan watak yang
dapat mendidik anak guna menunaikan kewajiban, sopan santun, kontrol sosial, keajegan
intelektual, politik, dan interaksi yang baik dengan orang lain. Apabila anak terdidik, terbentuk,
144
dan berkifrah dipanggung kehidupan, mereka akan mendapat memberikan gambaran yang benar
tentang manusia yang cakap, berakal dan bijak.
Oleh sebab itu, para guru hendaknya berusaha keras memikul tanggung jawab besar
terhadap pembelajaran ilmu sosial dengan cara yang benar, agar mereka dapat memberikan andil
dalam pembinaan masyarakat islam yang utama, yang berlandaskan iman, moral, pendidikan
sosial yang utama, dan nilai-nilai Islam yang tinggi.
Berlandaskan latar belakang tersebut maka penulis merasa perlu mengkaji hal tersebuat
dengan kajian karya ilmiah yang berjudul Tarbiyyah Ijtima’iyah.
B.Rumusan Masalah
Sehubungan dengan luasnya bab yang akan dibahas, maka Penulis mengindentifikasi
masalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang memudahkan penulis dalam membatasi dan
merumuskan masalah yaitu:
D. Metode Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini perlu adanya metode yang benar-benar sesuai dan dapat
menunjang kelancaran pembahasan.Oleh karena itu metode yang digunakan adalah literature
study ( kepustakaan ) dengan mengumpulkan sumber-sumber yang digunakan penulis yang
tercamtum di daftar pustaka.
E. Sistematika Pembahasan
145
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
pembahasan, metode pembahasan serta sistematika pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
146
“secara etimologis , kata tarbiya adalah masdar (asal kata) dari kata rabaa-yarbuu-rabwan-rabaan
)رباء-ربوا-يربو- (رباkemudian kata ini di ubah kedalam tsulasi mazid dengan pola fa’ala – yufa’ilu
– taf’ilan )(فعّل – يفعّل – تفعيال, maka kata itu menjadi rabba – yurabbi – tarbiyatan – (ربّي – يربّي
)”تربية.
“Dari hadis di atas dapat dikemukakan bahwa makana lughawai makna tarubbu adalah menjaga,
memelihara, dan mengurus. Dalam musnad Ahmad dijelaskan dengan kata tahfadhu wa tura’iy
wa turabbi.
Mencintai saudara itu jangan karena kekerabatan atau ni’mat dunia, tetapi atas dasar imana
karena Allah. Maka mencintai saudara karena Allah termasuk akhlak yang terpuji.
147
Secara secara stuktur kata tarubbu dikaitkan dengan ni’mat (duniawi) hal ini berarti tarbiyat itu
dapat digunakan pada urusan dinia seperti kekayaan dalam arti memelihara, menjaga, atau
mengurus”. Rosidin, (2003:40)
2. Yurabbi
“Kata yurabbi di sini menunjukan pemeliharaan anak unta dari sejak kecil setelah disapih
induknya. Dengan kata lain, memelihara dari sejak kecil sampai dengan besar” Rosidin,
(2003:41)
3. Yarubbanii
“kata yarubbanii bermakna pemimpin atau menjadi kepala pemerintahan”. Rosidin, (2003:42)
4. Yurabbi
“kata yurabbi disini menunjukan adanya tahapan/atau pengembangan sedikit demi sedikit dari
suatu kondisi ke kondisi lain.” Rosidin, (2003:43)
5. Rabba
....... اللهم ربّ هذه الدّعوة التّامة: حديث اجابة الموذن
Artinya : hadits menjawab adzan “ya Allah, Tuhan bagi seruan yang sempurna ini......
Menurut An Nihayat dijelaskan dalam Rosidin, (2003:43) “menjelaskan bahwa kata rabb pada
hadits di atas berarti pemilik, ada yang berpendapat yang menyempurnakan, penambah,
mengamalkan, dan menjawab adzan”
6. Rabbi
Kata rabbi di jelaskna dalam hadits Abu hurairah : ‘janganlah seorang budak berkata rabb kepad
tuannya!” .
7. Rabbuhaa
حتّ يلقاها ربّها: في ضالة اَلبل
Hadits tentang hilangnya unta “ sehingga di temukan oleh pemiliknya.
Kedua hadits diatas menunjukan larangan seorang budak memanggil raja atau rabb kepada
majikan.
8. Rabaib
Kata rabaib menunjukan makana mengurus, menjaga, memelihara dan mengembangkan.
9. Rabbaniyyin
“dalam fathu’l-Barri dijelaskan bahwa kata rabbaniyyin di nisbatkan pada kata rabb dengan
menambah alif dan nun menunjukan arti superlatif. Kata itu berasal dari rabb bermakna tarbiyat.
Rabbniyyin mereka adalah mendidik murid-murid dari mulai ilmu yang kecil/mudah sebelum
148
ilmu yang sulit. Juga disebutkan orang yang pandai, beramal, pengajar. Dengan demikian
rabbani adalah insan pendidik yang mendidik manusia dari masalah yang mudah ke masalah
yang sulit”. Rosidin, (2003:45-46)
c. Makna-makna tarbiyat
1. At-Thabari menjelaskan dalam Rosidin, (2003:50) “tarbiyat adalah proses pengembangan
dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak
didik) bisa dewasa dan mandiri untuk hidup di masyarakat”.
2. Senada dengan penjelasan di atas Al-Maraghi menjelaskan dalam Rosidin, (2003:51) “
Tarbiyat adalah kegitan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian,
bijak dan menyenangkan tidak membosankan”
Dan murabbi (pendidik) hakiki adalah pendidik yang mengembangkan jasad, akal dan jiwa
adalah Allah”
3. Senada dengan penjelasan di atas Al-Maraghi menjelaskan dalam Rosidin, (2003:52) :
tarbiyat bertujuan menyempurnkan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan
tanpa batas sesuai dengan syariat Allah”.
d. Pengertian masyarakat
Asal kata اجتماعيّةberasal dari جمع –يجمعdengan arti berkumpul. Maka اجتماعيّةdiartikan
perkumpulan (masyarakat)
Sedangkan menurut istilah masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan
golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti; sekolah,
keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban
dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-
anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat
patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
149
Mereka tetap dianggap kumpulan saja apabila aktivitasnya hanya sebatas berkumpul. Jika
diantara mereka terjadi interaksi untuk merealisir kemashlahatan dan menolak kerusakannya,
maka interaksi yang timbul dari kelompok ini akan membentuk sebuah masyarakat, kecuali jika
pandangan mereka tentang interaksi tersebut disatukan oleh kesatuan pemikiran. Pandangan
tersebut juga harus menyatukan keridhaan dan kemarahan mereka dengan kesatuan perasaan.
Juga harus menyatukan cara-cara pemecahan masalah mereka dalam berinteraksi, dengan
kesatuan sistem yang akan memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian, tatkala menyoroti sebuah masyarakat, harus mengarah pada sebuah
pemikiran, perasaan dan sistem (aturan). Sebab unsur-unsur itulah yang akan membentuk
masyarakat yang khas dan memiliki corak tertentu”.
Anne Ahira menjelaskan Pendidikan Masyarakat adalah suatu gagasan tentang konsep,
hasil penelitian dan penerapan pengembangan di masyarakat.
Fungsinya adalah untuk membimbing dan meningkatkan pola pikir masyarakat terhadap
semua perkembangan dunia yang sedang terjadi saat ini.
“masalah yang timbul betalian dengan perkembangan perilaku, sosial, moralitas dan
keagamaan:
1. Keterikatan hidup dalam gang yang tidak terbimbing akan menimbulkan kenakalan remaja yang
berbentuk perkelahian antar kelompok, pencurian, perampokan, prostitusi, dan bentuk-bentuk
anti sosial lainnya.
2. Konflik dengan orang tua yang berakibat tidak senang di rumah, bahkan minggat (melarikan diri
dari rumah).
3. Melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat atau agama,
seperti mengisap ganja, narkotika dan sebagainya”.
150
“remaja memandang bahwa masyarakat merendahkan pemikiran mereka, meremehkan idealisme
mereka dan tidak mampu menghasilkan apapun’.
Dengan demikian, apabila kita mengubah tingkah laku, yang rendah menjadi luhur, maka
tidak ada jalan lain harus mengubah mafhumnya terlebih dahulu. Dalam hal ini Allah swt
berfirman:
11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
151
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Maka, pemikiran atau pemahaman yang harus kita pegang adalah Islam.Al Qashas,
(2009:78) menjelaskan “islam telah menjadikan beriman akan danya kehidupan yang lain setelah
dunia ini, serta menggambarkan kepada mereka dengan sebuah gambaran yang sangat jelas
dalam Al Quran dan As Sunnah. Islam telah menjadikan kepada mereka apa yang ada di
dalamnya(berupa berbagai siksaan mapun keni’matan), hingga mereka dapat
menggambarkandan meyakininya sebagai kehidupan yang hakiki. Dengan itulah kehidupan di
dunia ini memilki makna dan nilai yang sangat berharga bagi mereka. Sebuah kehidupan yang
akan menghantarkan mereka menuju kehidupan yang lebih baik damai dan kekal”.
قَا َل:َ قَال،َ َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة،ام ِر ب ِْن ُك َري ٍْز ِ َم ْولَى َع،ٍس ِعيد َ َع ْن أ َ ِبي، َحدَّثَنَا دَ ُاود ُ يَ ْعنِي ابْنَ قَي ٍْس،ب ٍ ََحدَّثَنَا َع ْبد ُ هللاِ ْبنُ َم ْسلَ َمةَ ب ِْن قَ ْعن
َو ُكونُوا،ض ٍ ض ُك ْم َعلَى َبيْعِ َب ْع ُ َو ََل َي ِب ْع َب ْع، َو ََل تَدَا َب ُروا، َو ََل تَ َبا َغضُوا،شوا ُ َو ََل تَنَا َج،سد ُوا َ « ََل ت َ َحا:س َّل َمَ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِسو ُل هللا ُ َر
ئ ٍ ب ْام ِر
ِ ت « ِب َح ْس ٍ ث َم َّرا َ ِير ِإلَى
َ صد ِْر ِه ث َ َال ْ ََل َي،ِع َبادَ هللاِ ِإ ْخ َوانًا ْال ُم ْس ِل ُم أ َ ُخو ْال ُم ْس ِل ِم
ُ َو ََل َيحْ ِق ُرهُ الت َّ ْق َوى هَا ُهنَا» َويُش،ُظ ِل ُمهُ َو ََل َي ْخذُلُه
)426 ص/ 12 (ج- ضهُ» صحيح مسلم ُ َو ِع ْر،ُ َو َمالُه،ُ دَ ُمه،علَى ْال ُم ْس ِل ِم َح َرا ٌم َ ُك ُّل ْال ُم ْس ِل ِم،ش ِ ّر أ َ ْن يَحْ ِق َر أَخَاهُ ْال ُم ْس ِل َم
َّ ِمنَ ال
Telah menceritakan “Abdullah bin Muslamah, telah menceritakan daud ya’ni ibu Qais,
dari abu Sa’id majikan “amir bin Kuraiz,: Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian saling hasut, saling najasy
(memuji barang dagangan secara berlebihan), saling benci, saling berpaling, dan janganlah
sebagian di antara kalian berjual beli kepada orang yang sedang berjual beli dengan sebagian
152
yang lain, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Muslim adalah saudara
muslim lainnya, ia tidak menganiaya, tidak mengecewakannya, dan tidak menghinanya. Takwa
itu ada disini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali- Sudah termasuk kejahatan seseorang bila ia
menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram baik
darahnya, hartanya dan kehormatannya." Riwayat Muslim.
Dikeluarkan oleh Malik dan Ahmad dan Bukhari dan Muslim dan Abu Daud dan
Tirmidzi dan ibnu Mindzir dan ibnu Mardawaeh dari abu Hurairah berkata : Telah bersabda
Rasulullah SAW : Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah
ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah
saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah
kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling
bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan janganlah kalian meminang
seseorang diatas pinangan saudaranya sehingga menikah atau berpisah
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
12 : الحجرات
153
)10( َّللاَ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون ْ َ ِإنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ
َّ ص ِل ُحوا َبيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا
Apabila daitara muslim mengaflikasikan senua perbuatan itu, maka insyaAllah akan
tercipta kehidupan masyarakat yang harmosnis, tentram dan saling menyayangi yang satu
dengan yang lainnya.
154
ق َو ِإن قَتلك الصدْق َوا ْعتَزل َعدوك َواحْ ذَ ْرِ صد ّ تسألن َع َّما لم يكن َحتَّى يكون َو ََل تضع َحدِيثك ِإ ََّل ِع ْند من يشتهيه َو َع َليْك ِبال
ِ يخشَى هللا وشاور ِفي أَمرك الَّذين َي ْخشونَ َربهم ِب ْال َغ ْي
ب ْ صديقك ِإ ََّل ْاألمين َو ََل أَ ِمين ِإ ََّل من
: الصفحة-7 : الجز-12 الباب-الدر المنثور في الفسير بالمأ ثور
Telah menyeruh kepadaku salah seorang sahabatku dari sahabat Rasul supaya menaruh
urusan saudaramu atas kebaikannya sebelum datang kepadamu yang mengalahkan kamu ( yang
membuat kamu berburuk sangka) dan janganlah berburuk sangka dengan mengucapkan hal yang
jelek terhadap sesama muslim padahal kamu mendapatkan padanya kebaikan yang ada padanya
dan barang siapa memaparkan kejelekan dirinya maka tidaklah mencela kecuali benar-benar
mencela dirinya dan barang siapa yang merahasiahkan kejelekannya maka dia telah memilh
kebaikan atas dirinya dan barang siapa yang membela orang yang menentang Allah maka Allah
akan memutuskan Kebaikan untuknya dan hendaklah kamu sekalian bersaudara dalam kebenaran
dan jadilah persaudaraan yang saling menilai karna sesungguhnya mereka bagai prisai dan angin
dan mencegah dari kejahatan yang besar dan janganlah kamu menganggap rendah kebenaran
maka Allah akan merendahkanmu dan hendaklah kalian berbuat kebenaran dan jika kamu
membunuh kebenaran dan mengasingkan musuhmu dan hati-hatilah terhadap sahabatmu kecuali
jika percaya dan tidak ada orang yang beriman kecuali orang yang takut kepada Allah dan
bermusyawarah dalam suatu urusanmu dan itulah orang-orang yang takut terhadap tuhan mereka
yang Gaib.(: الصفحة-7 : الجز-12 الباب-) الدر المنثور في الفسير بالمأ ثور
ظن َومن كتم سره َ َ من تعرض للتُّه َم ِة فَ َال يَلُومن من أ:ََوأخرج الزبير بن بكار فِي الموفقيات َعن عمر بن ْالخطاب قَال
َّ سا َء ِب ِه ال
َكانَ ْال ِخ َيار ِإلَ ْي ِه َومن أفشاه َكانَ ْال ِخ َيار َعلَ ْي ِه وضع أَمر أ َ ِخيك على أحْ سنه َحتَّى َيأْتِيك ِم ْنهُ َما َي ْغ ِلبك َو ََل تَظنن ِب َك ِل َمة خرجت من
اإلخوان على َ ساب اَلخوان فَإِنَّ ُهم جنَّة ِع ْند الرخَاء وعدة ِع ْند ْال
ِ ِبالء وآخ ً
َ محمال َوكن ِفي ا ْك ِت أ َ ِخيك سوءا َوأَنت ت َِجد لَ َها ِفي ْال َخيْر
قدر الت َّ ْق َوى وشاور فِي أَمرك الَّذين يخَافُونَ هللا
566 : الصفحة-7 : الجز-12 الباب-الدر المنثور في الفسير بالمأ ثورل
Dikeluarkan oleh Jabir bin Bakar dalam kitab Mauqifiyat dari Umar bin Khatob telah
berkata:Barang siapa yang telah menuduh orang lain maka dia telah mencela dan berprasangka
buruk, dan barang siapa yang merahasiahkan kejelekannya maka dia telah berbuat baik
kepadanya dan barang siapa yang berbuat keji maka dia telah berbuat jelek kepadanya dan
simpanlah urusan saudaramu diatas kebaikannya sehingga datang kepadamu yang
155
mengalahkanmu dan janganlah berprasangka buruk dengan mengucapkan hal yang jelek
terhadap saudaramu padahal kamu mendapatkan padanya kebaikan yang ada pada dirinya dan
jadilah persaudaraan yang saling menilai karna sesungguhnya mereka bagai prisai dan angin dan
pencegah dari kejelekan dan saudara setaqwa dan bermusyawarahlah dalam urusanmu itulah
orang-orang yang takut kepada Allah.
Jika kita kaji lebih mendalam, hadis-hadis di atas menitikberatkan pada pendidikan
akhlak, mencela, membuka aib dan bergunjing merupakan perilaku tidak terpuji. Hal ini jelas
dilarang oleh agama, namun hal ini juga dapat kita hindari dengan menerapkan pendidikan
akhlak sejak dini. Dan perbuatan yang lainnya adalah:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian maka hendaknya berkata
yang baik atau diam.” (Riwayat Bukhari)
156
Nilai pendidikannya adalah kita tidak boleh mengejek orang lain dan mermehkannya,
karna bisa jadi orang yang kita remehkan dan ejek itu lebih baik dari pada kita. Hadits yang lain
menjelaskan :
Watsilah Bin Al-Asqa telah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Janganlah engkau perlihatkan kegembiraanmu pada saudaramu karena musibah yang menimpa
dirinya, karena bisa jadi Allah akan berbalik merahmatinya dan menimpakan ujian-Nya
kepadamu.” (Tirmidzi, Kitabul Adab 4232)
حدّثنا أصحاب الرسول هللا صلى هللا عليه وسلّم في مسير فنام رجل منهم فانطلق بعضهم إلى نبل معه فأخذها فل ّما استيقظ الرجل
ّ فقال رسول هللا صلعم َل يح ّل لمسلم أن.فزع فضحك القوم فقال ما يضحككم؟ فقالو َل إَلّ انّا أخذنا نبل هاذا ففزع
يوزع مسلما
“Para sahabat Rasulullah telah menyampaikan hadits kepada kami bahwa suatu ketika
mereka berjalan bersama Nabi SAW dalam sutu perjalanan. Ada seorang diantara mereka yang
tertidur. Kemudian, sebagian mereka mengambil anak panah yang berada di dekatnya. Setelah
orang itu bangun, dia terkejut, lalu sahabat-sahabatnya tertawa. Melihat kejadian itu, Nabi SAW
bertanya: “Apa yang menyebabkan kalian tertawa?” Mereka menjawab: “Tidak ada, kecuali
kami mengambil anak panah orang ini lalu dia kaget”. Lantas Rasulullah bersabda: “tidak halal
bagi seorang muslim menakut-nakuti atau meneror sesama muslim”,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia tidak menyakiti
tetangganya…”(Al-Bukhari, Juz V, Hlm.2240, dari Abu Hurairah,)
157
Sebagai seorang muslim kita di haruskan menjadikan Nabi sebagai contoh tauladan bagi
kita. Dengan kita melaksanakan perintah Nabi yang di jelaskan di atas insyaAllah, Allah akan
menjadikan kehidupan yang penuh dengan kasih sayang dan persaudaraan.
أخرج ابن أبي شيبة ومسلم والنسائي وابن مردويه والبيهقي في األسماء والصفات عن ابن عمر وعن النبي صلى هللا عليه وسلم
» المقسطون عند هللا يوم القيامة على منابر من نور على يمين العرش الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وما ولوا: قال
البيهقي و موقفه من اإللهيا ت.4 "وأهليهم وما ولوا
Di keluarkan oleh ibnu Abi Syaibah dan Muslim dan Nasai dan ibni Mardiyyah dan
Baihaqi dalam nama dan sifat dari ibnu ‘Amru dari Nabi Saw telah bersabda : Orang-orang yang
adil disisi Allah diakhirat kelak akan berada di atas mimbar-mibbar cahaya di sebelah kanan ‘ars
yaitu orang-orang yang adil dalam berhukum dan terhadap keluarga mereka dan terhadap orang-
orang yang berada disekitarnya
ُ َوأخرج ابْن أبي شيبَة من َوجه آخر َعن عبد هللا بن َع ْمرو أَن َر
إِن المقسطين فِي الدُّ ْنيَا على:َسول هللا صلى هللا َعلَ ْي ِه َوسلم قَال
َّ َمنَا ِبر من لُؤْ لُؤ َي ْوم ْال ِقيَا َمة بَين يَدي
الرحْ َمن ِب َما أقسطوا فِي الدُّ ْنيَا
{إِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ أخوة} ْاآليَة:قَ ْوله تَعَالَى
الدر المنثور في التفسير بالمأثور
Dan dikeluarkan oleh ibnu Abi Syaibah dari segi yang lain dari ‘abdullah bin ‘Amru
bawasanya Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di dunia
akan berada dimimbar-mimbar dari mutiara di akhirat diantara kasih sayang Allah karna keadilan
mereka di Dunia. Allah yang maha tinggi berfirman : “ sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara”
158
dalam proses pendidikan seorang pendidik memberikan hadiah kepada murid yang berbuat
baik dan benar.
E. KAJIAN SURAT ALHUJRAT
سا ٌء ِم ْنَ َي ُكونُوا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َو ََل ِن سى أ َ ْن َ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا ََل َي ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم َع
س ِاَل ْس ُمَ ْب ِبئ ِ َو ََل تَنَابَ ُزوا ِب ْاأل َ ْلقَا َ ُسى أ َ ْن يَ ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن َو ََل ت َ ْل ِم ُزوا أ َ ْنف
س ُك ْم َ ساءٍ َع
َ ِن
َّ ان َو َم ْن لَ ْم يَتُبْ فَأُولَئِ َك هُ ُم
)11( . َالظا ِل ُمون ِ ْ َوق بَ ْعد
ِ اإلي َم ُ سُ ُْالف
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
159
1. Penjelasan Makna Pendidikan
disimpulkan bahwa, makna pendidikan dalam ayat 11 surat al-Hujurat ini mengandung
larangan khususnya bagi kaum mukminin dan mukminat:
1. Mengolok-olok orang lain
2. Mengejek diri kamu sendiri
3. Memanggil-manggil orang lain dengan gelar-gelar yang buruk
Terkait dengan masalah ghibah/menggunjing, jumhur ulama berpendapat, seseorang
yang menggunjing saudaranya wajib bertaubat kepada Allah dengan cara berhenti dari perbuatan
tersebut, serta berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Apakah disyaratkan bagi orang yang
menggunjing meminta maaf kepada yang digunjingnya? Dalam hal ini terjadi perbedaan
pendapat, menurut sebagian pendapat wajib bagi orang yang menggunjing meminta kehalalan
(maaf) dari orang yang digunjingnya tadi, sedangkan menurut sebagian ulama yang lain tidak
disyaratkan meminta kehalalan kepada orang yang digunjingnya, karena hal ini bisa menyakitkan
perasaan orang tersebut.
Bila demikian halnya, maka cara yang mesti ditempuh adalah memberikan sanjungan kepada
orang yang telah digunjingnya itu di tempat di mana ia telah menggunjing orang tersebut. Dan,
agar dia menghindari gunjingan orang lain terhadap orang itu sesuai dengan kemampuannya.
Umpatan dibayar dengan pujian..51 Sesungguhnya Allah Maha Maha Penyayang kepada siapa
saja yang benar-benar kembali kepada-Nya, yakni melaksanakan taubatan nasuhan, dan inilah
taubat yang sebenarnya.
Dan makna pendidikan dari ayat 12 di atas mengandung kesimpulan bahwa:
1. Allah SWT melarang orang-orang yang beriman berburuk sangka, mencari-cari kesalahan
orang lain, dan bergunjing.
2. Allah SWT memberi perumpamaan, orang-orang yang suka bergunjing itu seperti orang yang
memakan daging saudaranya yang sudah mati.
3. Allah SWT memerintahkan supaya tetap bertakwa karena Dia adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
160
1. Allah SWT menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan
(Hawa) dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya mereka saling
mengenal dan tolong menolong.
2. Kemulian manusia tidak diukur dengan keturunannya, melainkan diukur dengan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dan “secara etimologis , kata tarbiya adalah masdar (asal kata) dari kata rabaa-yarbuu-
rabwan-rabaan )رباء-ربوا-يربو- (رباkemudian kata ini di ubah kedalam tsulasi mazid dengan
pola fa’ala – yufa’ilu – taf’ilan )(فعّل – يفعّل – تفعيال, maka kata itu menjadi rabba – yurabbi –
tarbiyatan )”(ربّي – يربّي – تربية.
Secara bahasa At-Thabari menjelaskan dalam Rosidin, (2003:50) “tarbiyat adalah proses
pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan berkelanjutan sehingga
mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan mandiri untuk hidup di masyarakat”.
2. Penjelasan makna pendidian :
Penejelasan mengenai makna pendidikan yang terkandung dalam hadits di atas merupakan
pengaflikasian dari pendidikan itu sendiri. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Makna pendidikan yang harus di aflikasikan diantara seorang muslim dan muslimah dengan tidak
melakukan perbuatan saling hasut, saling najasy (memuji barang dagangan secara berlebihan),
saling benci, saling berpaling, dan berjual beli kepada orang yang sedang berjual beli dengan
sebagian yang lain, menganiaya, mengecewakannya, dan menghinanya.
Dalam hadis yang lain di jelaskan, bahwa seorang muslim jangan melakukan perbuatan-perbuatan
berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu
sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain,
janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan
janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan dan janganlah
kalian meminang seseorang diatas pinangan saudaranya sehingga menikah atau berpisah.
161
Nabi Muhammad saw memerintahkan kepada setiap muslim harus saling bersaudara. Karna
muslim dengan muslim bagaikan satu jasad.
3. Penjelasan makna pendidikan :
Jika kita kaji lebih mendalam, hadis-hadis di atas menitikberatkan pada pendidikan
akhlak, mencela, membuka aib dan bergunjing merupakan perilaku tidak terpuji. Hal ini jelas
dilarang oleh agama, namun hal ini juga dapat kita hindari dengan menerapkan pendidikan
akhlak sejak dini. Dan perbuatan yang lainnya adalah:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian maka hendaknya berkata
yang baik atau diam.” (Riwayat Bukhari)
Nilai pendidikannya adalah kita tidak boleh mengejek orang lain dan mermehkannya,
karna bisa jadi orang yang kita remehkan dan ejek itu lebih baik dari pada kita. Hadits yang lain
menjelaskan :
Watsilah Bin Al-Asqa telah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Janganlah engkau perlihatkan kegembiraanmu pada saudaramu karena musibah yang menimpa
dirinya, karena bisa jadi Allah akan berbalik merahmatinya dan menimpakan ujian-Nya
kepadamu.” (Tirmidzi, Kitabul Adab 4232)
162
b. Larangan berbuat dzolim dan anjuran untuk bersaudara
c. Larangan membuka aib dan mencela
d. Anjuran dan pahala bagi orang yang berbuat adil
B. Saran.
Demikian makalah yang kami buat yang menganai tarbiyyah ijtimaiyyah mudah-mudahan
bisa bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan para pembaca. Apabila terdapat kesalahan
baik dalam penulisan atau materi yang di sajikan, kami meminta bimbingan dan saranya
sehingga kami dapat membuat yang lebih baik lagi.
Demikian makalah yang kami sajikan. Kebenaran mutlak hanya milik Allah dan kesalahan
ada pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahman, Jamal abdul.(2005). Tahapan memdidik anak teladan rasul. Bandung : Irsyad
Baitus Salam.
2. Majid, Abdul.(2004). Tertawa yang di sukai dan tertawa yang dibenci
Allah.Jakarta:Gema Insani
3. Rosidin, Dedeng.(2003). Akar-akar pendidikan dalam Al Quran dan Al Hadits.Bandung :
Pustaka Umat.
4. Makmun, Abin Samsudin.(2009). Psikologi kependidikan. Bandung:PT REMAJA
ROSDAKARYA.
5. An Nabhani, Taqiyyudin.(2010).eraturan
163
KONSEP PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSFEKTIF SLAM
Dosen Pengampu:
Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok XII:
1…………………………………….NIM…………..
2…………………………………….NIM…………..
3…………………………………….NIM…………..
164
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
165
memasyarakatkan pendidikan seks kepada remaja. Program-program pendidikan seks pun mulai
digulirkan, bahkan ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sedini
mungkin. Jika perlu, di bangku prasekolah pun ada kurikulum yang membahas khusus tentang
pendidikan seks.
Ada banyak pengertian tentang apa itu pendidikan seks, bergantung pada sudut pandang
yang dipakai. Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak
ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan
begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan
dihalalkan; bahkan mampu menerapkan perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri
seksualnya dengan cara-cara yang tidak islami.
Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan akidah,
akhlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan ketiga unsur itu akan menyebabkan
ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan
kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka
pengabdian kepada Allah. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh
menyimpang dari tuntutan syariat Islam.
Pada masa sekarang ini orangtua serta pendidik dituntut untuk membekali anak-anak
didik mereka pengetahuan mengenai pendidikan seks sebagai antisipasi dari penyimpangan-
penyimpangan perilaku seks karena anak didik adalah generasi yang diciptakan untuk kehidupan
masa depan. Orangtua serta pendidik dituntut memiliki kepekaan, keterampilan, dan pemahaman
agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, yang justru tidak membuat anak semakin
bingung atau penasaran. Orangtua maupun pendidik adalah pihak yang paling bertanggung
jawab terhadap anak dalam masalah pendidikan seks. Oleh karena itu harus dibentuk kurikulum
yang memuat pendidikan seks ini.
Oleh sebab itu penulis berkeinginan mencari, menelaah serta mengkaji informasi
mengenai pendidikan jismiyah atau Sex Education ini dengan membuat makalah yang berjudul
“Pendidikan Seks (Tarbiyah Jinsiyyah) Di Dalam Islam”.
B. Rumusan Masalah
166
Dalam proses penulisan makalah ini, penulis membatasi pembahasannya agar tidak
keluar serta menyimpang dari pembahasannya, rangkaian batasan tersebut meliputi:
1. Bagaimana pengertian pendidikan sex (aljinsiyah)?
2. Bagaimana tujuan diadakannya pendidikan seks?
3. Bagaimana konsep pendidikan seks atau Tarbiyah al-jinsiyyah dalam Islam?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis bermaksud untuk mengetahui serta memahami
rumusan masalah diatas yakni:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan seks
2. Untuk mengetahui tujuan diadakannya pendidikan seks
3. Untuk mengetahui konsep Tarbiyatul jinsiyyah atau pendidikan seks dalam Islam
D. Metode Penulisan
Metode yang penyusun gunakan dalam membahas permasalahan-permasalahan di atas
adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis
tentang fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual. Untuk
memecahkan problematika yang ada saat ini. (Wahyu, MS, 1997 : 112)
Sedangkan teknik penulisannya penulis menggunakan studi literatur, yakni
mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku atau tulisan-tulisan yang berhubungan dengan
permasalahan yang penulis bahas. Selanjutnya data-data dan fakta-fakta yang penulis dapatkan
ditarik kesimpulan dengan metode deduktif, yaitu suatu pengolahan data dari yang bersifat
umum kepada data yang bersifat khusus. (Wahyu, MS, 1987 : 31)
BAB II
PEMBAHASAN
167
hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo, 2001:6 ).
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia, bahaya penyakit kelamin. Adapun menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja
(1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas
manusia jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan, sampai
kelahiran, tingkah laku seksual,dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan.
Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan
penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti
masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks
manusia, dan bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh
seseorang agar mengerti tentangarti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik,
benar, dan legal.
Pendidikan seks dapat di bedakan antara lain: Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti
pertumbuhan rambut padaketiak, dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui
hubungan untuk mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi
dalam mencegah terjadinya kehamilan. Education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi,
ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai
individual sexual serta mengadakan interpersonal yang baik.
Akses informasi seks sangatlah mudah dan cepat dari berbagai media, informasi tersebut
dengan mudah didapat melalui internet, HP, majalah, serta media lainnya. Maka selayaknya
orang tua sebagai pihak pertama yang bertanggung jawab terhadap keselamatan putra putrinya
dalam menjalani tahapan-tahapan perkembangan (fisik, emosional, intelektual,seksual, sosial, dan
lain sebagainya) yang harus mereka lalui, dari anak-anak sampai dewasa. Pendidikan seks di negara-negara
sekuler menitik beratkan pada prilaku seks yangaman dan sehat dan tak mengajari anak-anak
tentang menghindari seks bebas, sehingga tidak bisa mengurangi timbulnya penyakit menular
seks (PMS) dan kehamilan pra nikah. Di dalamIslam, isu yang berkaitan dengan seks bukanlah
perkara asing, dibicarakan dengan begitu luas oleh para ilmuan dan para ulama, pembicaraan
masalah seks tersebut bukanlah berdasarkan kepada pandangan mereka semata-mata tetapi
adalah berdasarkan kepada pandangan Al-Quran dan Al-Hadits. Perbincangan tentang seks
168
senantiasa dikaitkan dengan persoalan aqidah, akhlak, menjauhi kemungkaran, dan tidak
mendatangkan kemudharatan terhadap orang lain. Sebagai contoh, Al-Quran telah
menggambarkan institusi perkawinan sebagai sebuah institusi yang suci yang mampu
memberikan ketenangan dan kasih sayang, hal ini sesuai dengan firmanAllah SWT :
" Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Al-Rum: 21)
Apabila membicarakan perkara yang berkaitan dengan penyelewengan seks sepertizina,
Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran :
" Dan Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang amat buruk.” (Al-Isra': 32)
Apabila menyentuh persoalan hubungan homoseksual seperti yang di kisahkah
melaluikaum Nabi Luth As, Allah SWT mengecam melalui dalil yang berbunyi :
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatakala ia berkata
kepada kaumnya:"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (homosexuality) itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? (Al-A'raf: 80)
Islam sangat mementingkan umatnya menjalani kehidupan seksual yang sempurna
danbaik selaras dengan tuntunan Allah SWT. Segala perintah dan peraturan agama
berkaitandengan seksual yang ditetapkan oleh Islam adalah kepada kesejahteraan hidup manusia.
169
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensialuntuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu
dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik
dan mentalnya.
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
سألت رسول هللا صلى: وأخرج ابن مردويه عن ثعلبة القرظي عن عبد هللا بن سويد قال
ي
ّ لم يلج عل، هللا عليه وسلم عن العورات الثالث فقال « إذا أنا وضعت ثيابي بعد الظهيرة
وإذا وضعت ثيابي، وَل أحد من اَلجراء إَل باذن، أحد من الخدم من الذين لم يبلغوا الحلم
ومن قبل صالة الصبح، بعد صالة العشاء
Dan dikeluarkan oleh Ibn Mardawih dari Tsa’labah al-Qurdii dari ‘Abdullah bin Mas’ud
telah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw mengenai tiga aurat (waktu) kemudian
Rasulullah bersabda: “ ketika aku menanggalkan pakaianku di tengah hari, tidak (boleh)
masuk kepadaku salah seorang dari pelayan yang belum mencapai baligh, dan salah satu dari
pelayan kecuali atas ijinku, dan ketika aku menanggalkan pakaian (luar)ku setelah sholat
Isya, serta sebelum sholat shubuh.
170
يا رسول هللا: وأخرج ابن جرير والبيهقي في السنن عن عطاء بن يسار « أن رجالً قال
إني: استأذن عليها قال: إني معها في البيت قال: قال. نعم: استأذن على أمي؟ قال
: قال. َل: أفتحب أن تراها عريانة؟ قال: خادمها أفاستأذن عليها كلما دخلت عليها؟ قال
. » فاستأذن عليها
Dan dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan Baihaqi didalam kitab Sunannya dari ‘Atha bin Yasar:
Bahwasannya seseorang berkata: wahai Rasulullah apakah aku harus meminta ijin kepada
ibuku? Rasulullah bersabda: ya. Dia berkata: sesungguhnya aku bersamanya di rumah,
Rasulullah bersabda: hendaklah engkau meminta ijin kepadanya. Dia berkata: sesungguhnya
aku pembantunya apakah aku harus meminta ijin kepadanya setiap kali aku masuk (rumah)
nya? Dia bersabda: apakah engkau menyukai melihatnya telanjang? dia berkata: tidak.
Rasulullah bersabda: maka hendaklah engkau meminta ijin kepadanya.
ت ِم ْن ٍ ث َم َّرا ْ يا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا ِليَ ْستَأ ْ ِذ ْن ُك ُم الَّذِينَ َملَ َك
َ ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم َوالَّذِينَ لَ ْم َي ْبلُغُوا ْال ُحلُ َم ِم ْن ُك ْم ث َ َال
تٍ ع ْو َرا َ ث ُ َاء ث َ َال ِ ص َالةِ ْال ِعش َ يرةِ َو ِم ْن َب ْع ِد َّ َضعُونَ ِثيَابَ ُك ْم ِمن
َ الظ ِه َ َص َالةِ ْالفَ ْج ِر َو ِحينَ ت َ قَ ْب ِل
ّللاُ لَ ُك ُم
َّ ض َكذَ ِل َك يُبَ ِيّ ُن ٍ علَى َب ْع ُ ط َّوافُونَ َعلَ ْي ُك ْم بَ ْع
َ ض ُك ْم َ ع َل ْي ِه ْم ُجنَا ٌح َب ْعدَ ُه َّن َ علَ ْي ُك ْم َو ََلَ ْس َ لَ ُك ْم لَي
طفَا ُل ِم ْن ُك ُم ْال ُحلُ َم فَ ْليَ ْستَأ ْ ِذنُوا َك َما ا ْستَأْذَنَ الَّذِينَ ِم ْن ْ َ ) َوإِذَا بَلَ َغ ْاأل58( ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم َ ُّللا َّ ت َو ِ ْاآلَيَا
)59( : النور.ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم َ ُّللاَّ ّللاُ لَ ُك ْم آَ َياتِ ِه َو
َّ قَ ْب ِل ِه ْم َكذَ ِل َك يُ َب ِيّ ُن
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga
kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian
(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. Tidak
ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani
kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan
apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti
orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-
Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
« مر رجل على عهد رسول هللا صلى هللا عليه: أخرج ابن مردويه عن علي بن أبي طالب قال
: فوسوس لهما الشيطان، فنظر إلى امرأة ونظرت إليه، وسلم في طريق من طرقات المدينة
إذ، فبينا الرجل يمشي إلى جنب حائط ينظر إليها، إنه لم ينظر أحدهما إلى اآلخر إَل اعجابا ً به
171
، وهللا َل اغسل الدم حتى آتي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: استقبله الحائط فشق أنفه فقال
« » هذا عقوبة ذنبك: فأتاه فقص عليه قصته فقال النبي صلى هللا عليه وسلم، فاعلمه أمري
. » } اآلية. . . وأنزل هللا { قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم
Ibn Mardawih telah mengeluarkan dari ‘Ali bin Abi Thalib berkata: pada zaman Rasulullah
saw seorang lelaki melintas salah satu jalan di kota Madinah, kemudian ia melihat seorang
perempuan dan perempuan itu pun melihat kepadanya, kemudian Syetan membisikan
(kejahatan) kepada mereka berdua: “ Sesungguhnya ia salah seorang diantara mereka berdua
tidak melihat kepada yang lain kecuali karena kagum kepadanya, kemudian diterangkan
kepada kami lelaki itu berjalan ke pinggir tembok untuk melihatnya, tiba-tiba dinding itu
menimpanya kemudian merobek hidungnya kemudian ia berkata: demi Allah aku tidak akan
membersihkan darah ini sampai Rasulullah saw datang lalu memberitahukan urusan
(perihal)ku, kemudian Rasulullah mendatanginya lalu ia menceritakan kisahnya itu. Lalu
Nabi saw bersabda: ini akibat/ azab dosamu. Lalu Allah menurunkan ayat (katakanlah
kepada orang-orang mukmin untuk menjaga pandangan mereka......)
وأخرج أحمد وعبد بن حميد والبخاري وأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجة عن بهز بن
احفظ: قلت يا رسول هللا عوراتنا ما نأتي منها وما نذر؟ قال: حكيم عن أبيه عن جده قال
يا نبي هللا إذا كان القوم بعضهم في بعض قال: أو ما ملكت يمينك قلت، عورتك إَل من زوجتك
هللا أحق أن يستحي منه: إذا كان أحدنا خاليا ً قال: إن استطعت أن َل يراها أحد فال يرينها قلت:
. من الناس
Telah mengeluarkan Ahmad, Abd ibn Hamid, Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibn
Majah dari Bahz ibn Hakim dari ayahnya dari kakeknya telah berkata: Aku berkata wahai
Rasulullah, aurat kami apa yang kami datang darinya dan apa yang harus diwaspadai?
Rasulullah bersabda: jagalah auratmu kecuali dari istrimu, atau budak yang ada didalam
pemeliharanmu, aku berkata: wahai Nabi Allah walaupun keadaannya sebuah kaum sebagian
mereka pada sebagian yang lain? Ia bersabda: jika engkau mampu, maka hendaklah salah
seorang jangan melihatnya maka mereka pula jangan melihatnya, aku berkata: walaupun
salah satu diantara kami sendirian? Ia bersabda: Allah lebih berhak untuk malu dari hal itu
daripada manusia.
172
كان يقال َل تتبعن بصرك حسن: وأخرج ابن أبي شيبة وابن المنذر عن العالء بن زياد قال
. فإن النظر يجعل شبقا ً في القلب، رداء امرأة
Dan telah dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah dan Ibn Mundzir dari ‘Ala bin Ziyad telah
berkata: janganlah pandangan kalian mengikuti keindahan pakaian wanita. Karena
pandangan itu akan menimbulkan nafsu syahwat dalam hati.
، على عينيه: الشيطان من الرجل على ثالثة منازل: وأخرج ابن المنذر عن ابن عباس قال
. وعجزها، وقلبها، على عينها: وهو من المرأة على ثالثة، وذكره، وقلبه
Ibnu Mundzir telah mengeluarkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Syetan itu mempunyai tiga
tempat dari lelaki yaitu di matanya, hatinya, dan dzakarnya (kelaminnya), sedangkan tiga
tempat dari wanita yaitu pada matanya, hatinya, dan bagian belakangnya.
وأخرج ابن أبي شيبة ومسلم وأبو داود والترمذي والنسائي وابن مردويه عن جرير البجلي قال
. فأمرني أن أصرف بصري، سألت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن نظرة الفجاءة:
Dan Ibnu Abi Shaibah, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi dan Perempuan dan Ibnu Jarir
Mardawayh untuk Bajali berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw untuk melihat sela
(pakaian wanita), dia memintaku untuk memanlingkan tatapanku.
قال رسول هللا صلى هللا عليه: وأخرج ابن أبي شيبة وأبو داود والبيهقي في سننه عن بريدة قال
. » وسلم لعلي« َل تتبع النظرة النظرة فإن لك األولى وليست لك اآلخرة
Dan Ibnu Abi Shaybah, Abu Dawud dan al-Baihaqi dalam Sunannya dari Buraydah berkata:
Rasulullah saw berkata untuk Ali : « jangan kamu ikuti pandangan pertama dengan
pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan) sedangkan yang
berikutnya tidak. ».
قال رسول هللا صلى هللا عليه: وأخرج أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود عن أبي هريرة قال
فزنا العين النظر. وسلم « إن هللا عز وجل كتب على ابن آدم حظه من الزنا أدرك ذلك َل محالة
173
، وزنا الرجلين الخطو، وزنا اليدين البطش، وزنا األذنين اَلستماع، وزنا اللسان المنطق،
. » والفرج يصدق ذلك أو يكذبه، والنفس تمني وتشتهي
Dan dikeluarkan oleh Ahmad dan Al-Bukhari dan Muslim, Abu Dawud meriwayatkan bahwa
Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda :«Allah SWT menetapkan anak Adam
bagiannya dari perzinahan menyadari itu tidak terelakkan. Zina mata adalah melihat, zina
lidah adalah berbicara, zina telinga adalah mendengar, zina tangan adalah menggenggam, zina
kedua kaki adalah langkah, zina jiwa adalah berangan-angan dan keinginan, dan zina
kemaluan adalah membenarkannya atau mengingkarinya ».
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم « النظرة سهم من: وأخرج الحاكم وصححه عن حذيفة قال
.» فمن تركها من خوف هللا أثابه ِإيمانا ً يجد حالوته في قلبه، سهام إبليس مسمومة
Dan dikeluarkan oleh Hakim dan ia menshohihkannya dari Hudzaifah berkata: Rasulullah
saw «melihat adalah salah satu panah beracun dari iblis, barang siapa yang meninggalkannya
karena takut akan Allah maka Allah memberinya balasan berupa iman yang ia mendapatkan
manisnya iman di dalam hatinya.
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم « كل: وأخرج ابن أبي الدنيا والديلمي عن أبي هريرة قال
ً وعينا، وعينا ً سهرت في سبيل هللا، إَل عينا ً غضت عن محارم هللا، عين باكية يوم القيامة
. » خرج منها مثل رأس الذباب من خشية هللا
Dan Ibnu Abi dunia dan Dailami dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw: "Semua mata
akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut
kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan
Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah. Serta mata yang
keluar seperti kepala lalat karena takut kepada Allah.
BAB III
174
PENUTUP
A. Kesimpulan
على: الشيطان من الرجل على ثالثة منازل: وأخرج ابن المنذر عن ابن عباس قال
. وعجزها، وقلبها، على عينها: وهو من المرأة على ثالثة، وذكره، وقلبه، عينيه
Ibnu Mundzir telah mengeluarkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Syetan itu mempunyai
tiga tempat dari lelaki yaitu di matanya, hatinya, dan dzakarnya (kelaminnya),
sedangkan tiga tempat dari wanita yaitu pada matanya, hatinya, dan bagian
belakangnya.
Daftar Pustaka
Untung Sentosa dan Aam Amiruddin, Cinta dan Seks Rumah Tangga
Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bari Bi Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-
Ma’rifat, tt.
175
Al-Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah, Ruh al-Tarbiyat wa al-Ta’lim, al-Qahirah: Dar Ihya al-Kutub
al-Arabiyah, 1950.
Abadi, Abi al-Thayyib Muhammad Syamsu al-Haq al-‘Azhim, ‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abi
Dawud, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt.
Al-Aini, Badru al-Din Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad, ‘Umdat al-Qari Syarh Shahih al-
Bukhari, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tt.
Ahmad, Muhammad Abdu al-Qadir, Thuruq Ta’lim al-Tarbiyat al-Islamiyat, Beirut: Maktabah
al-Nahdhah al-Ashriyah, tt.
Al-Bukhari, Abi Abdullah bin Isma’il bin Ibrahim, Shahih al-Bukhari, Beirut: Al-Sya’bi,
Hamzah, Umar Yusuf, Ma’alim al-Tarbiyat fi al-Quran wa al-Sunnat, Yordan: Dar Usama,
1996
Ibnu al-Atsir, Al-Nihayat fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar Beirut: Dar al-Fikr, tt.
Ibnu al-Juzi, Abi al-Faraj Abdurrahman,Zad al-Masir fi Ilmi al-Tafsir Beirut: Al-Maktab al-
Islami, 1965
Ibnu Hanbal, Ahmad, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal Beirut: al-Maktab al-Islami.
Al-Khuli, abdu al-Badi Abdu al-Aziz, Al -fikr al-Tarbawi fi al-Andalus, Dar al-Fikr al-Arabi, tt.
Muslim, Imam dan al-Imam al-Nawawi, Shahih Muslim Bi Syarh al-NawawiBeirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyat, tt
Al-Nasai, Abdurrahman Ahmad bin Syueb bin Ali al-Kharasan, Sunan al-Nasai Bi Syarh
Jalaluddin al-Suyuthi , Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyat, tt.
Al-Naisaburi, Abi al-Husen Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahih Muslim Beirut: Dar Ihya
al-Kutub al-Arabiyat, tt.
Al-Nawawi, Muhyiddin Yahya bin Syaraf, Kitab al-Ilm wa Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim, Dar
al-Khaer, tt.
Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin, Mau’idhat al-Mu’minin min Ihya ‘Ulumuddin, Mesir: al-
Maktabat al-Tijariyat al-Kubra, tt.
Al-Suyuthi, Abdurrahman bin al-Kamal Jalaluddin, Tafsir al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir al-
Ma’tsurBeirut: Dar al-Fikr, 1993
176
Ulwan, Abdullah Nashih, Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam I dan II, Al-Azhar: Dar al-Salam, 1992..
Wensinck, AJ dan JP. Mensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh al-Hadits al-Nabawi (Terj.
Muhammad Fuad Abdu al-Baqi), Istanbul: Dar al-Da’wah, 1998.
Wahyu MS, dkk. (1987). Petunjuk Praktis Membuat Skripsi. Surabaya: Usaha Nasional
AL-THARIIQAH WA AL-WASAAIL
FI AL-TARBIYAH
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu:
Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok XIII:
1…………………………………….NIM…………..
177
2…………………………………….NIM…………..
3…………………………………….NIM…………..
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik.Pendidik adalah orang dewasa dengan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak
didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya.Salah satu
hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas.Salah satu yang
paling penting adalah performance guru di kelas.Bagaimana seorang guru dapat
menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan.Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
178
Selain dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, proses pembelajaran
yang baik juga perlu ditunjang dengan kehadiran media pembelajaran. Media
pembelajaran akan sangat membantu ketika proses pembelajaran. Dengan
menggunakan media pembelajaran maka proses berfikir siswa akan semakin terlatih
dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran pun akan tinggi. Dengan demikian
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat lebih optimal. Selain itu dengan
adanya media pembelajaran akan merangsang siswa untuk belajar secara mandiri dan
berkelanjutan.
B. Rumusan masalah
Agar dalam menyusun makalah ini tertata rapi, maka penulis merumuskan masalah-
masalah tentang Akhlak ini kedalam beberapa point.diantaranya:
Apa yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran?
Apa saja macam-macam Metode Pembelajaran?
Apa yang dimaksud dengan Media Pembelajaran?
Apa saja Jenis-jenis Media Pembelajaran?
Apa Manfaat Media Pembelajaran?
C. Tujuan penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah pada poin B diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengertian Metode Pembelajaran
Untuk mengetahui apa saja macam-macam Metode Pembelajaran
Untuk mengetahuipengertian Media Pembelajaran
Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Media Pembelajaran
Untuk mengetahuimanfaat Media Pembelajaran
D. Sistematika penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ...........................................................................................PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
179
D. Sistematika Penulisan
BAB II ..........................................................................................ISI
A. Metode Pembelajaran
B. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
C. Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
D. Pembahasan hadis
BAB III ..........................................................................................KESIMPULAN
A. Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
180
bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang
diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya
satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan
jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi
melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang
pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila
diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan
masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini
sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik
yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima
dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara
individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat
sama dan dapat pula berbeda.
4) Metode Eksperimen
181
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan
pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok.Hal ini tergantung
dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia.Percobaan ini dapat
dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat
saja.
5) Metode Demonstrasi
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya
dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas
tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
6) Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara
perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam
pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan,
khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan
oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya
182
bahan yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah, dsb. Demikian yang dikemukakan Breidle (A.
Suherman, 2009:39).
D. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengalami banyak
perubahan.Dimulai dari media yang paling tua hingga media yang lebih modern
dengan berbasis kemajuan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi, media
pembelajaran diklasifikasikan kedalam empat macam:
1) Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi,
seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis
atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau
representasi fotografik dan reproduksi. Materi cetak dan visual merupakan dasar
pengembangan dan penggunaan materi dan pengajaran lainnya. Teknologi ini
menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak.
2) Media hasil teknologi audio-visual
Teknologi audio-visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual. Penyajian melalui audio-visual bercirikan pemakaian
perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyktor film, tape recorder,
dan proyektor visual.
3) Media hasil teknologi berbasis komputer
Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan
materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikroprosesor.
Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi berbasis koputer dengan
dua teknologi lainnya adalah karena informasi/materi disimpan dalam bentuk digital,
bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis
komputer dalam pengajaran umumnya dikenal sebagai Computer Assisted
Instruction (pengajaran berbantuan komputer). Aplikasi tersebut meliputi drills dan
practice (latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari
sebelumnya), tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap), permainan dan
simulasi (latihan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru
dipelajari).
183
E. Manfaat Media Pembelajaran
Ada beberapa manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan pengguanaan
media pembeljaran dikelas, diantaranya:
1) Mengungkapkan ide-ide yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi
kesalahpahaman siswa dalam proses pembelajaran
2) Meningkatkan minat siswa terhadap materi tang diajarkan
3) Memberikan pengalaman yang nyata sehingga memberikan rangsangan siswa
untuk belajar secara mandiri
4) Mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan
5) Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-
materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.
Dengan memperhatikan manfaat media pembelajaran yang dikemukakan pada
pemaparan diatas, maka adanya media pembelajaran menjadi penting sebagai
penunjang proses pelaksanaan pembelajaran dan proses berpikir siswa.
F. Pembahasan Hadis
1) Al-Thariqah fi al-Tarbiyah
)21 ص/ 1 ) صحيح مسلم – (ج1
ًض ِه ْم فِتْنَة
ِ عقُولُ ُه ْم إِ ََّل َكانَ ِل َب ْع
ُ ُث قَ ْو ًما َحدِيثًا ََل تَ ْبلُغُه َ ّللاِ بْنَ َم ْسعُو ٍد قَا َل َما أ َ ْن
ٍ ّت بِ ُم َح ِد َّ َع ْبد ّ
َ أن
ُ َونُ َك ِلّ ُم َه ْم َعلَى قَد ِْر،َازلَ ُه ْم
عقُو ِل ِه ْم َ ّاء أ ُ ِم ْرنَا ا َ ْن نُ ْن ِز َل الن
ِ اس َمن ِ نَحْ نُ َم َعا ِش ُر األ َ ْن ِب َي
Tidaklah engkau berbicara kepada suatu kaum dengan suatu pembicaraan yang tidak bisa
dicerna oleh akal mereka kecuali akan menjadikan fitnah pada sebagian dari mereka.”
Kami golongan para Nabi diperintah untuk menempatkan mereka pada kedudukan mereka,
dan berbicara kepada mereka menurut kadar akal mereka”(Sumber hadis: Athiyah al-
Abrasyi dalam Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, h. 31).
Hadis ini merupakan seruan kepada para penyampai risalah, baik itu Ulama, Ustadz,
Dosen, ataupun Guru untuk menyampaikan dakwahnya dengan disesuaikan kadar
pemahaman dari mustami’ nya. Jangan memberikan pelajaran kampus kepada anak SD. Jadi
materi yang disampaikan harus sesuai dengan mustami yang mendengarkan. Apabila
184
berbicara di kampus bicaralah dengan bahasa kampus, jika di pesantren bicaralah dengan
bahasa pesantren, dan seterusnya disesuaikan dengan keadaan. Karena jika tidak, maka
hanya akan menimbulkan kebingungan mustami’ dari apa yang kita sampaikan. Yang malah
nantinya menimbulkan salah tafsir sehingga akan menyesatkan mustami’ sebagai
pendengar.
Pun dengan kita, jika kita berkomunikasi maka harus disesuaikan dengan siapa, kapan,
dan dimana kita bicara. Hal ini untuk menghindari salah penafsiran dari lawan bicara kita.
Selain itu untuk menghindari persepsi negatif dari orang apabila kita berbicara dengan orang
yang stratanya berada dibawah kita.
ْ
ْئ َم َع األَي ِّام و ِ شيَ ئ بَ ْعدَ ال
َ ش ْي َ أخذَهُ ُج ْملَةً ذَه
َ َو لَ ِك ْن ال،َب ِبال ُج ْملَ ِة ْ امَ ) َلَ تَأ ُخ ِذ ال ِع ْل َم ُج ْملَةً فَإ ِ َّن َم ْن َر2
100 : الفكر التربوي في األندلس: ابن عبد البر.ْاللَ َيا ِلى
عبَّاس{ ُكونُوا َربَّا ِن ِيّينَ } ُح َل َما َء فُقَ َها َء َويُقَا ُل َ )قَا َل اب ُْن119 ص/ 1 ) صحيح البخاري – (ج3
ِ َار ْال ِع ْل ِم قَ ْب َل ِك َب
اره ِ صغ َ َّي الَّذِي ي َُر ِبّي الن
ِ اس ِب ُّ الربَّا ِن
َّ
Berkata Ibnu Abas: (Harus ada dari kalian semua yang mengajar kalian) ……….. Dan djkatakan
bahwa pengajar adalah yang mengajar manusia dengan ilmu-ilmu yang kecil sebelum ilmu yang
besar.
Hadis ini berbicara masalah tertib dalam menuntut ilmu. Jadi ketika kita menuntut
ilmu, mulailah dari ilmu-ilmu yang dasar. Dalam hal ini adalah ilmu-ilmu syari’at yang
dipergunakan untuk amalan ibadah keseharian kita.Kami disini tidak menyebutkan ilmu
rendah atau kecil, karena tidak ada ilmu yang kecil ataupun rendah, walaupun memang ada
klasifikasi dalam menuntunya.Setelah kuat di ilmu syari’at baru kemudian dilanjutkan ke
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Seperti ilmu tafsir, hadis, tasawuf,, hakikat, dsb.
Dengan seperti ini maka kerancuan dalam menuntut ilmu dapat dihindari.
185
اء َو َكانَ أ َ َمدُهَاِ َت ِم ْن ْال َح ْفي ُ سابَقَ بَيْنَ ْال َخ ْي ِل الَّتِي َق ْد
ْ ض ِ ّم َر َ سلَّ َم
َ ع َل ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َ ّللاِ َّ سو َل ُ أ َ َّن َر
َّللاِ َكانَّ َق َو ِإ َّن َع ْبد َ ُ سا َبقَ َبيْنَ ْال َخ ْي ِل الَّ ِتي لَ ْم ت
ٍ ض َّم ْر ِم ْن الث َّ ِنيَّ ِة ِإلَى َمس ِْج ِد َب ِني ُز َر ْي َ ث َ ِنيَّةَ ْال َودَاعِ َو
َ ِم َّم ْن
سابَقَ بِ َها
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Nafi', dari Abdullah bin
Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperlombakan antara kuda yang telah
dipersiapkan untuk berlomba dari Al Hafya`, dan berakhir di Tsaniyah Al Qada`. Dan beliau
melombakan kuda yang tidak dipersiapkan untuk berlomba dari Tsaniyah hingga masjid Bani Zuraiq,
dan Abdullah adalah temasuk orang yang melombakannya.
Oleh karenanya kamu diperbolehkan-Nya berbuka di waktu sakit dan ketika dalam perjalanan. (Tafsir
Jalalain versi 2: Dani Hidayat)
Artinya hal-hal yang membuat kalian sulit untuk melakukannya, untuk itu Dia memberikan
kemudahan kepada kalian dalam keadaan darurat, antara lain boleh mengkasar salat,
bertayamum, memakan bangkai, dan berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit dan bagi
yang sedang melakukan perjalanan. (Tafsir Jalalain versi 2: Dani Hidayat)
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran itu bahasa Arab agar kamu dapat
memberi kabar gembira dengan Alquran itu kepada orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-
orang yang beruntung memperoleh iman, dan agar kamu memberi peringatan, menakut-
nakuti dengannya kepada kaum yang membangkang. Lafal Luddan adalah bentuk jamak dari
lafal Aladdun artinya banyak membantah dengan kebatilan, mereka adalah orang-orang kafir
Mekah.(Tafsir Jalalain versi 2: Dani Hidayat)
186
286 : البقرة.سا ِإ ََّل ُو ْس َع َها
ً ّللاُ نَ ْف
َّ فُ ّ) ََل يُ َك ِل8
… Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…
ّ
)16( الجن . غدَقًا َّ علَى
َ الط ِريقَ ِة َأل َ ْسقَ ْينَا ُه ْم َما ًء َ ) َوأ َ ْن لَ ِو ا ْستَقَا ُموا9
Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar
Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).
Allah swt. berfirman mengenai orang-orang kafir Mekah: (Dan bahwasanya) mereka; adalah
bentuk takhfif dari anna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, yakni annahum, artinya,
bahwasanya mereka; diathafkan kepada lafal annahus tama`a (jika mereka tetap berjalan lurus di
atas jalan itu) yaitu agama Islam (benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air
yang banyak) dari langit. Demikian itu setelah hujan dihentikan dari mereka selama tujuh
tahun.(Tafsir Jalalain versi 2: Dani Hidayat)
2) Al-Wasail fi al-Tarbiyah
)49 ص/ 10 (ج- ) سنن أبي داود1
اء فِي َمس ِْج ِد ِد َم ْشقَ َف َجا َءهُ َر ُج ٌل فَقَا َل يَا أَ َبا ِ َسا َم َع أ َ ِبي الد َّْرد
ً ُك ْنتُ َجا ِل: ير ب ِْن قَي ٍْس قَا َل ِ ع ْن َك ِثَ
سو ِل ُ ع ْن َر َ ُث بَ َلغَ ِني أَنَّ َك ت ُ َح ِدّث ُه
ٍ سلَّ َم ِل َحدِي
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َ سو ِل َّ اء ِإ ِنّي ِجئْت ُ َك ِم ْن َمدِينَ ِة
ُ الر ِ َالد َّْرد
سلَّ َم يَقُو ُل َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا َ ّللا ِ َّ سو َل َ سلَّ َم َما ِجئْتُ ِل َحا َج ٍة قَا َل فَإ ِ ِنّي
ُ س ِم ْعتُ َر َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّللا ِ َّ
َ ّللا
َ َ ق ْال َجنَّ ِة َو ِإ َّن ْال َم َال ِئ َكةَ لَت
ض ُع أ َ ْج ِن َحت َ َها ُ ط ِريقًا ِم ْن
ِ ط ُر َ ّللاُ ِب ِه
َّ سلَ َك َ ب فِي ِه ِع ْل ًما ْ ط ِريقًا َي
ُ ُ طل َ سلَ َك
َ َم ْن
ف
ِ ان فِي َج ْو ُ َ ض َو ْال ِحيت ِ ت َو َم ْن فِي ْاأل َ ْرِ س َم َوا َّ ب ْال ِع ْل ِم َوإِ َّن ْالعَا ِل َم لَيَ ْست َ ْغ ِف ُر لَهُ َم ْن فِي ال َ ضا ِل
ِ طا ِل ً ِر
ُب َوإِ َّن ْالعُلَ َما َء َو َرثَة ِ سائِ ِر ْال َك َوا ِك
َ علَىَ ض ِل ْالقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ْالبَد ِْر
ْ َعلَى ْالعَابِ ِد َكف َ ض َل ْالعَا ِل ِم ِ ْال َم
ْ َاء َوإِ َّن ف
ّ ٍ َارا َو ََل د ِْر َه ًما َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذَ بِ َح
ظ َوافِ ٍر ً اء َوإِ َّن ْاأل َ ْنبِيَا َء لَ ْم ي َُو ِ ّرثُوا دِين
ِ َْاأل َ ْن ِبي
187
Abu Darda’ berkata, “Memang sungguh saya pernah mendengar Rasulallah bersabda ‘barang
siapa melewati jalan untuk mencari ilmu, maka Allah menjalankan dia pada sebuah jalan
menuju surga.Dan niscaya sungguh para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha pada
para pencari ilmu.Sungguh makhluk yang di beberapa langit dan bumi hingga ikan-ikan di
dalam air niscaya memintakan ampun pada orang alim.Sungguh keutamaan orang alim atas
orang beribadah; bagai keutamaan bulan di malam purnama mengalahkan seluruh bintang-
bintang.Sungguh para ulama pewaris para nabi.Sungguh para nabi tidak mewariskan uang
dinar maupun uang dirham, mereka mewariskan ilmu.Barang siapa mengambil ilmu itu berarti
telah mengambil bagian yang sempurna’.”
Dari Ibnu Abas diceritakan: Berkata Rosululloh Saw: Jika kamu melewati taman surga, maka
menggembalalah kamu sekalian. Ya Rosululloh, Apakah taman surga itu? Menjawab
Rosululloh: Majelis ilmu.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab dua diatas dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Pengertian metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran (A. Suherman:21). Jadi metode pembelajaran
merupakan suatu prosedur pembelajaran yang hanya dikhususkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Macam-macam metode pembelajaran
188
e) Metode Demonstrasi
f) Metode Pemberian Tugas
189