Anda di halaman 1dari 18

STATUS PASIEN CENDRAWASIH

Oleh :

1. Ronalda Budiantara, S. Ked. (0818011094)

Pembimbing :
dr. Woro Pramesti SpK.J

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
April 2013
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan
pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya
tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya
terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa
sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman
dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap
kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada
lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran
personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.

Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025 sampai 0,03


persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun sampai
90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut penelitian WHO prevalensi
gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di
Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak
30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan
perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang
digambarkan di atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas negara.
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, pasien gangguan berjumlah 15.720 orang, dari
jumlah tersebut penderita skizofrenia adalah sebanyak 12.021 orang (76,46%).
Pasien gangguan jiwa yang di rawat inap berjumlah 1.949 orang, sedangkan untuk
pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia paranoid sebanyak 1.758 orang
(90,20%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid
dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan,
murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda
dari skizoprenia dengan prilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya.
BAB II

ISI

A. Pengertian

Proses berfikir meliputi proses pertimbangan ( judgment), pemahaman


(comprehension), ingatan serta penalaran ( reasoning ). Arus idea simbul atau
asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suastu masalah
atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi
pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikir.
Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi
pikiran verbal diantaranya adalah waham.

Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi


proses pikir itu, umpamanya factor somatic ( gangguan otak, kelelahan). Factor
fsikologi (gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang
lain) yang sangat mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses
pikir yaitu : bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan.

Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah
dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus
ada selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk fragmentasi,
respon, emosi pasien terhadap system waham biasanya kongruen dan sesuai dengan
isi waham itu. Pasien secara relative biaanya bebas dari psikopatologi diluar
wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada umur dewasa ,
menengah dan lanjut.

David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh
yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan
tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut
psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan,
biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu.

Townsend 1998 mengatakan bahwa waham adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan ide-ide yang salah.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah satu
perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-
ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau
bukti-bukti yang ada.

B. Jenis-Jenis Waham

adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen ( 1998) dan
Keliat (1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan


diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki


kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya


teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien
yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan
atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.

e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau
sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.

f. Waham bizar

1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan

2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

C. Fase-Fase Waham

1. Lack of Selfesteen

- Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara


kenyataan dan harapan. Ex : perceraian->berumah tangga tidak diterima oleh
lingkungannya.

2. Control Internal Eksternal

- Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan

kenyataan. Ex : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan

3. Environment support

- kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa
bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya adalah guru
tari

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan, klien


merasa

didukung, klien menganggap hal yang dikatakan sebagai kebenaran,


kerusakan

control diri dan tidak berfungsi normal (super ego)

4. Fisik Comforting

–klien merasa nyaman dengan kebohongannya

5. Fase Improving

- Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah
akan meningkat.

Respon neurobiologist

Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut ( stuart dan
sundeen, 1998 hal 302) :
Rentang respon
neurobiologis

Respon adaptif Respon maladaptif


maladaptif

Gangguan proses
Pikiran logis Distorsi pikiran
pikir/delusi/waham

Persepsi akurat Ilusi


Halusinasi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan
pengalaman atau kurang Sulit brespon emosi
Prilaku sesuai Prilaku disorganisasi
Prilaku aneh
Berhubungan social
Menarik diri Isolasi sosial
Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan
pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan
ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga.

Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis
dalam penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua
aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yangnn sakit untuk
mempertahanakna intrgritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dna
membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan. Mekanisme koping dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pad atindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan situasi
stress.

a. Prilaku mnyuerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan


pemenuhan kebutuhan.

b. Prilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologic


untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

c. Prilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseoprang


mengoprasikan, menmgganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.

2. Mekanisme pertahana ego, merupakan mekanismne yang dapat membantu


mengatasi cenas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan
melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakan respon maladaptive terhadap stress.
D. Psikopatologi Waham

Etiologi

Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan


gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang
lain, panic, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang
lemah., kemungkinan factor herediter”.

Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam


beberapa teori yaitu :

a. Factor Predisposisi

Menurut Townsend (1998, hal 146-147) faktor predisposisi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai
berikut :

1. Teori Biologis

a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam


perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).

b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa


kelainan skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru
kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderoita
skizoprenia.

c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin


neorotransmiter yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala
peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-
asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.

2. Teori Psikososial

a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998)


menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Komflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan
suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu
hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa
dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi
tugas perkembangan dewasanya.

b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami


psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya tehadap orang lain.

c. Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari


suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego
menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada
waktu kecemasan yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive
dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan sekmen
diri dalam kepribadian.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran yaitu :

1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.

2. Stress lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya


gangguan prilaku.

3. Pemicu gejala

Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive


berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,
seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau
lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian,
tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.

E. Proses terjadinya waham

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,
ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan
ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan
untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi
digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima
didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah
dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan
superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari
anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan
dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).

Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang


memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk
mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan
kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang
memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang
menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang
meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap
sesuatu.

F. Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

G. Gejala- Gejala Waham

Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah:

a. Status mental

1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali
bila

ada sistem waham abnormal yang jelas.

2) Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.

3) Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.

4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas


diri,

mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.


5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas

depresi ringan.

6) Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali

pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan

ditemukan halusinasi dengar.

b. Sensori dan kognisi

1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham

spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.

2) Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).

3) Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.

4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya.


Keputusan

terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai

perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.

H. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan


skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998)
antara lain :

1) Anti Psikotik

Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :

a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala
emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan
supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.

b) Trifluoperazine

Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal
: 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.

c) Haloperidol

Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal :


3×0,5 mg sampai 3 mg.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada
kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik
secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis
yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan.
Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien
minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan
terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan
hilangnya waham pada klien.

2) Anti parkinson

Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk


menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15
mg/hari

Difehidamin

Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.

Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik.


Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.

4) Anti Ansietas

Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan


disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia
dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:

Fenobarbital : 16-320 mg/hari

Meprobamat : 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

b. Psikoterapi

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya.


Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh
mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat
perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang
kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat
meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua
kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan
dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat
meningkatkan tes realitas.

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata
: “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui
setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam
hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya.
Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang
menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan
memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas
terpeutik dapat dilakukan.

c. Terapi Keluarga

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu
dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli
terapi dan membantu perawatan klien.
BAB III

KESIMPULAN

waham adalah perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan
terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan
logika atau bukti-bukti yang ada.

Waham dapat dibagi atas beberapa jenis, diantaranya: waham curiga, kebesaran,
kejar, somatik, dan lain-lain.

7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan,


untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan
kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang
memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang
menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang
meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap
sesuatu.

Terapi yang dianjurkan pada pasien waham, yaitu: farmakoterapi (antipsikotik,


antiansietas, antiparkinson, antidepressan), psikoterapi, dan terapi keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Yager J. Gitlin MJ. “Clinical Manifestations of Psychiatric”. Ed.S Sadock BJ,


Sadock VA. In Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry.
7thEdition. Dalam Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2000: 797-802,
American Psychiatric Association.

Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, DSM-IV,


Published by The American Psychiatric Association, Washington DC. 1994

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, III, PPDGJ-III,


Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 1993.

Anda mungkin juga menyukai