Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL

BLOK PERAWATAN KURATIF DAN REHABILITATIF


KEDOKTERAN GIGI III

SKENARIO 3
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Blok Perawatan Kuratif dan Rehabilitatif III
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh:
Kelompok Tutorial IV
1. Karina Saraswati Ichwani (131610101006)
2. Fitriana Wadianur (131610101017)
3. Rada Kusnadi (131610101021)
4. Khurin In Salamatul Ummah (131610101031)
5. Nurin Fajar Zhafarina (131610101035)
6. Melisa Novitasari (131610101036)
7. M. Maulana Akbari (131610101059)
8. Anastasia Okta Erisha (131610101091)
9. Nurinta Virgiani Andiasti (131610101095)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016

1|Page
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Erawati Wulandari, M.Kes.


Ketua : M. Maulana Akbari (131610101059)
Scriber Papan : Nurinta Virgiani Andiasti (131610101095)
Scriber Meja : Anastasia Okta Erisha (131610101091)

Anggota :
1. Karina saraswati Ichwani (131610101006)
2. Fitriana Wadianur (131610101017)
3. Rada Kusnadi (131610101021)
4. Khurin In Salamatul Ummah (131610101031)
5. Nurin Fajar Zhafarina (131610101035)
6. Melisa Novitasari (131610101036)

2|Page
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas tutorial. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok IV pada skenario ketiga.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Erawati Wulandari, M.Kes. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial
kelompok IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan telah memberikan masukan
yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah kami dapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan dalam
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 5 Maret 2016

Penyusun

3|Page
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………...i
Daftar anggota kelompok………………………………………………………...ii
Kata Pengantar…………………………………………………………………....iii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iv
Skenario 3….……………………………………………………………………...v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………........1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 2
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………….... 4
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………. 25

Daftar Pustaka…………………………………………………………….. 26

4|Page
SKENARIO 2

Perawatan Periodontal Fase II

Pasien perempuan usia 34 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut untuk pemeriksaan dan
perawatan kondisi jaringan penyangga giginya. Pasien mengeluh perdarahan dan perawatan
kondisi jaringan penyangga giginya. Pasien mengeluh perdarahan saat menyikat gigi, dan
kegoyangan gigi-gigi depan rahang atas dan bawah serta gusi membesar pada daerah depan
rahang atas sejak kurang 1 tahun yang lalu dan tidak pernah dilakukan perawatan sebelumnya.

Pemeriksaan klinin menunjukkan sebagai beerikut: 1) kebersihan mulut pasien buruk dan
akumulasi plak pada gigi-gigi kedua rahang; 2) kalkulus pada permukaan lingual gigi-gigi
rahang bawah dan kalkulus subgingiva di semua region; 3) kehilangan perlekatan pada region
anterior atas dan bawah dengan probing depth antara 3.5-5.5 mm; 4) perdarahan saat probing; 5)
gigi 11, 12, 21, 22, 31, 33, 41, 42, dan 43 menunjukkan goyang derajat 1 dan 2; 6)halitosis; 7)
pembesaran margin gingival dan interdental papil gigi 11, 12, 21, 22, 11, 12, 21, 22 yang tidak
melebihi 1/3 servikal. Pemeriksaan radiografi menunjukkan resorbsi tulang alveolar pola
horizontal kurang dari ½ panjang akar pada gigi-gigi anterior rahang bawah.

Pasien didiagnosa periodontitis kronis dan inflammatory gingival enlargement.

Rencana perawatan pada pasien tersebut dalah perawatan fase 1, evaluasi dan dilanjutkan
perawatan bedah periodontal sederhana.

5|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan periodontal fase II merupakan perawatan lanjutan dari fase I yang


berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi
dari penyakit periodontal. Perawatan ini meliputi bedah periodontal,kuretase dan
gingivektomi, flap periodontal, dan lain-lain.

Dalam bidang kedokteran gigi, dikenal istilah perawatan bedah periodontal


sederhana. Dimana pengertian dari perawatan bedah periodontal sederhana ialah perawatan
bedah yang hanya melewatkan gingiva tanpa jaringan tulang. Dari penjelasan tersebut, kita
diharapkan bisa mengetahui pengertian, indikasi & kontraindikasi, alat & bahan, teknik &
prosedur serta respon jaringan post perawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa macam-macam rencana perawatan dan yang sesuai untuk kasus di skenario?
1.2.2 Apa dasar pemikiran dari rencana perawatan yang dipilih?
1.2.3 Apa indikasi dan kontraindikasi dari rencana perawatan?
1.2.4 Bagaimana prosedur yang meliputi alat, tahapan, tehnik, respon jaringan, evaluasi dari
rencana perawatan?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan renacana perawatan


1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dasar pemikiran rencana
perawatan
1.3.3 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontraindikasi rencana perawatan
1.3.4 Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan prosedur yang meliputi
alat, tahapan, tehnik, respon jaringan, evaluasi dari rencana perawatan

6|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bedah Periodontal secara Umum

Adalah teknik yang berkaitan dengan pemotongan atau insisi gingiva yang mempunyai
tujuan:

1. Mengontrol atau menghilangkan penyakit periodontal.


2. Mengoreksi kondisi anatomis jaringan pendukung penyakit periodontal, gangguan estetik
dan penempatan protesa.
3. Penempatan implant.
(Fermin A.Carranza and Henry H. Takei, 2002 : 719)

Fase Bedah Terapi Periodontal bertujuan untuk:

1. Memperbaiki prognosis gigi dan penggantinya.


2. Memperbaiki estetik.
Fase bedah terdiri dari perawatan poket dan koreksi defek morfologi atau mucogingiva.

Perawatan poket bertujuan untuk:

1. Membuka daerah poket untuk memudahkan pengambilan seluruh iritan.


2. Menghilangkan atau mengurangi kedalaman poket.
3. Menghilangkan perubahan patologis pada dinding poket.
4. Membentuk jaringan periodontal yang stabil, mudah pemeliharaannya.
5. Meningkatkan regenerasi jaringan periodontal.
(Fermin A.Carranza and Henry H. Takei, 2002:719)

2.2 Macam-macam Perawatan Bedah Periodontal secara Umum

Bedah periodontal terdiri dari bedah periodontal untuk perawatan poket dan koreksi
anatomis atau defek morfologi.

A. Teknik Bedah Periodontal untuk perawatan poket terdiri dari:

7|Page
1. Reseksi (gingivektomi, apikal displaced and undispaced flap dengan atau tanpa reseksi
osseus).
2. Regenerasi (flap with graps, membranes).
B. Koreksi anatomis atau defek morfologi terdiri dari:

1. Bedah plastik (free gingival graft).


2. Bedah estetik (root coverage, re-creation of gingival papille).
3. Bedah Preprostetik (crown lengthening, ridge augmentasi, vestibular deepening).
4. Penempatan dental implant.
(Fermin A.Carranza and Henry H. Takei, 2002:720)

8|Page
BAB III

PEMBAHASAN

STEP 1 (Mengklarifikasi istilah/konsep)

1. Inflammatory gingival enlargement:


- suatu keadaan dimana gingival membesar karena inflamasi.
- hipertropi : penambahan ukuran pada sel-sel
hiperplasi : penambahan jumlah sel-sel

STEP 2 (Menetapkan permasalahan)

1. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan usia pada penyakit tersebut?

2. Apa tujuan dari perawatan periodontal fase II?

3. Apa macam-macam dari perawatan periodontal fase II?

4. Apa yang dilakukan pada perawatan periodontal fase I dan evaluasinya?

5. Apa perawatan periodontal fase II yang sesuai pada kasus di scenario? Mengapa?

6. Apa indikasi dan kontraindikasi dari perawatan yang nantinya akan dilakukan?

7. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan?

8. Bagaimana tahapan dan tehnik perawatan?

9. Bagaimana respon jaringan setelah pembedahan?

10. Apa instruksi yang diberikan setelah pembedahan?

11. Berapa lama kontrol setelah setelah dilakukan perawatan?

9|Page
STEP 3 (Menganalisis masalah)
1. Jenis kelamin dan usia merupakan faktor predisposisi. Sedangkan faktor utamanya adalah
akumulasi plak. Pada wanita hamil, ada peningkatan hormone sehingga pada wanita hamil
lebih rentan terhadap penyakit periodontal.

2. Tujuan dari perawatan periodontal fase II

 Untuk menghilangkan faktor iritan


 Untuk menghilangkan kedalaman poket dengan perlekatan yang baru
 Untuk menghilangkan perubahan patologis pada poket
 Untuk pertimbanganan estetik
 Untuk mengembalikan fungsi pengunyahan
 Untuk menghaluskan akar
 Untuk regenerasi jaringan periodontal
 Untuk koreksi morfologi

3. Macam-macam dari perawatan periodontal fase II

a) Bedah periodontal
 Kuretase
Suatu tindakan pengambilan jaringan lunak dinding dalam poket yang mengalami
inflamasi.
 Gingivektomi
Mengeksisi gingiva dengan menghilangkan dinding poket.
 Operkulektomi
Pemotongan opeculum, biasanya pada gigi molar 3.

b) Rekounturing tulang
c) Penempatan implant (koreksi anatomi)
d) Perawatan endo
e) Gingival graft
f) Bedah estetik

10 | P a g e
4. Perawatan periodontal fase I dan evaluasinya

Perawatan pendahuluan sebelum tindakan bedah adalah perawatan periodontal fase 1


(perawatan etiotropik) yang meliputi :
 Pemeriksaan kalkulus, apabila dalam pemeriksaan didapatkan kalkulus maka
dilakukan scalling dan rootplaning,
 Instruksi DHE
 Memastikan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik, apabila
ada penyakit sistemik maka kompromis medis harus dikontrol terlebih dahulu,
 Dilakukan medikasi terlebih dahulu apabila terjadi inflamasi akut,
 Diberikan obat antiinflamasi dan antimikroba.
Evaluasi respon terhadap fase I dilakukan pengecekan kembali terhadap kedalam poket,dan
inflamasi gingival. Serta plak, kalkulus. Jika tidak ada perubahan maka dilakukan perawatan
periodontal fase II.

5. Perawatan periodontal fase II yang sesuai pada kasus di scenario yaitu tindakan Kuretase.

Karena:

 Pembesaran margin gingival tidak melebihi 1/3 servikal


 Merupakan kontraindikasi dari gingivektomi
 Pertimbangan estetik

6. Indikasi kuretase

 Poket infrabony, kedalaman sedang


 Area inflamasi poket sedang – dalam
 Poket dari daerah anterior
 Eliminasi gingival enlargement
 Perawatan non-definitif

Kontraindikasi kuretase

 Keadaan dimana instrument tidak dapat menjangkau dan terdapat keterbatasan


pandangan.

11 | P a g e
 Terdapat masalah sistemik
 Ketika ada resorpsi tulang alveolar yang sudah furkasi
 Poket terlalu dalam
 Dinding poket yang terlalu dalam

7. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan

 Melihat kondisi pasien


 Memastikan pasien apakah mempunyai alergi terhadap obat atau tidak
 Mengevaluasi setelah perawatan periodontal fase I apakah terdapat inflamasi akut atau
tidak

8. Tahapan dan tehnik perawatan

Tahapan

1. Pemeriksaan, dari pemeriksaan didapatkan diagnosa penyakit,


2. Perawatan fase 1, yaitu: skaling evaluasi, apabila tidak ada perubahan jaringan maka
dilakukan kuretase,
3. Anastesi local,
4. Memasukkan kuret dengan psisi sejajar dengan aksisi gigi,
5. Planning atau pengerokan. Mengkuret dengan cara horizontal
6. Diirigasi
7. Aplikasi periodontal dressing
8. Kontrol
Tehnik

a) Penyingkian epitel pada poketnya


b) Penyingkiran epitel pada attach gingival
c) Perbersihan area kerja dengan akuades
d) Dilakukan pengadaptasian dengan cara tekan dinding poket sebelum beberapa menit
e) Dilakukan periodontal dressing bila dibutuhkan

9. Respon jaringan setelah pembedahan

12 | P a g e
 Secara klinis, gingival kembali berwarna normal
 Enlargement menurun ke apikal
 Gumpalan darah pada poket periodontal
 Pada minggu 3 perlekatan sempurna
 Proliferasi jaringan granulasi secara cepat
 Epitelisasi sulkus 2-7 hari
 Restorasi junctional epithelium paling cepat sehari setelah kuret
 Reattachment poket (regenerasi, repair, dan new attachment)

10. Instruksi yang diberikan setelah pembedahan

 Setelah 1 jam diinstruksikan untuk tidak makan dan minum


 Jangan makan-makanan yang keras
 Memberikan analgesic
 Bila terjadi pendarahan maka dilakukan penekanan pada periodontal dressing
 Apabila setelah 2-3 hari masih terjadi pembengkakan maka segera hubungi dokter dan
segera lakukan control
 Tidak makan-makan yang panas dalam 3 jam pertama
 Mengunyah pada daerah yang tidak dilakukan pembedahan
 Hindari makanan pedas dan minuman beralkohol
 Tidak merokok karena akan menyebabkan iritasi gingival dan menghambat
penyembuhan
 Jika terjadi pembengkakan gunakan air hangat untuk mengompres
 Hindari aktivitas yang berlebihan
 Instruksikan untuk menjaga kesehatan rongga mulut
 Berkumur dengan chlorhexidine 2x sehari
 Daerah pembedahan jangan dimainkan dengan lidah atau ditekan
 Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang halus. Dan hindari menyikat pada daerah yang
dilakukan pembedahan.

11. Kontrol dilakukan 1 minggu setelah perawatan.

13 | P a g e
STEP 4 (Menarik kesimpulan langkah)

Diagnosa

Perawatan
Periodontal Fase I

Perawatan Tujuan
Periodontal Fase II

Macam Perawatan
Periodontal Fase II

Kuretase Gingivektomi Operkulektomi

Indikasi dan Tahapan Respon Jaringan Evaluasi dan Kontrol


Kontraindikasi

STEP 5 (Tujuan belajar)

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan rencana perawatan.

2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dasar pemikiran rencana


perawatan.

3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi


rencana perawatan.

14 | P a g e
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan prosedur yang meliputi alat,
tahapan, tehnik, repon jaringan, dan evaluasi.

STEP 6 (Belajar mandiri)

STEP 7 (Menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang telah didapat)

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan rencana perawatan.

Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatn yang berdiri sendiri. Agar perawatan
periodontal berhasil baik, harus mencakup prosedur kedokteran gigi lainnya sesuai dengan
kebutuhan pasien. Urutannya adalah sebagai berikut :

1. Fase preliminary atau pendahuluan


 Perawatan kasus darurat (emergency)
 Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan sehingga giginya dicabut
2. Terapi Fase I ( fase etiotropik)
 Kontrol plak
 Scaling and root planing (SRP)
 Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi
 Terapi antimikrobial ( lokal atau sistemik), contohnya yaitu untuk pemberian
kemoterapi pada pasien gingivitis kronis dapat menggunakan Subantimicrobial –
Dose Doxycycline (SDD) 2 mg 2 kali sehari dalam waktu 3 sampai 9 bulan. SDD
sangat efektif untuk mengobati pasien gingivitis kronis karena mempunyai efek
enzyme, cytokine, dan osteoclast inhibitor sehingga membantu meregenerasi tulang
alveolar.
3. Evaluasi respon terhadap fase 1
 Melakukan pengecekan kembali kedalaman saku, inflamasi gingiva, plak dan
kalkulus.
4. Terapi Fase 2 ( bedah)
 Bedah periodontal
 Perawatan Saluran Akar
5. Terapi fase 4 ( pemeliharaan atau terapi periodontal suportif)
 Kunjungan berkala

15 | P a g e
 Kontrol plak dan kalkulus
 Perubahan patologis lainnya
 Kondisi gingiva
 Oklusi

2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dasar pemikiran rencana


perawatan.

a. Kuretase
 Definisi kuretase
Kata kuretase digunakan dalam periodonsia yang berarti pembuangan dinding
gingiva pada poket periodontal untuk menghilangkan penyakit pada jaringan
lunak(Caranza, 2002:744).

Kuretase gingival dan kuretase subgingival adalah salah satu teknik bedah
saku yang sangat terbatas indikasinya. Keterbatasan indikasi ini terutama berkaitan
dengan tidak dapatnya teknik bedah ini memperbaiki aksesibilitas, dan karena teknik
ini hanya dapat diindikasikan pada saku dengan dinding berkonsistensi
lunak/oedematous(Caranza, 2002:744).
Kuretase ini sendiri merupakan tindakan nutk membuang dinding gingival pada
poket periodontal untuk menyingkirkan penyakit jaringan lunak pada gingiva itu
sendiri. Kuretase ini dibagi menjadi dua, yaitu kuretase gingiva, dan kuretasi
subgingiva.
1) Kuretase gingiva
Kuretase gingiva ini merupakan tindakan untuk membuang jaringan lunak yang
terinflamasi dari lateral dinding poket dan junctional epithelium.
2) Kuretase subgingiva
Kuretase subgingiva merupakan prosedur yang dilakukan pada apical junctional
ephitelium sampai ke perlekatan jaringan ikat, dimana merupakan batas pada
puncak tulang alveolar (alveolar crest).

 Tujuan kuretase

16 | P a g e
 untuk mengurangi kehilangan perlekatan dengan tumbuhnya perlekatan
jaringan ikat yang baru (dental jurnal, 2006:102)
 untuk memotong dinding gingiva pada poker periodontal
 untuk meghilangkan jaringan granulasi yang terinflamasi kronis (Caranza,
2002:744)
 Dasar pemikiran kuretase
Prosedur kuretase mencakup penyingkiran jaringan granulasi yang
terinflamasi kronis yang berada pada dinding poket periodontal. Berbeda dengan
jaringan granulasi pada keadaan yang normal, jaringan granulasi pada dinding
jaringan ikat poket periodontal mengandung daerah-daerah yang terinflamasi
kronis, disamping adanya partikel-partikel kalkulus dan koloni-koloni bakteri.
Adanya koloni bakteri tersebut akan mempengaruhi gambaran patologis dari
jaringan dan menghambat penyembuhan(Carranza dan Henry, 2002:744-745).
Jaringan granulasi yang terinflamasi dilapisi oleh epitel, dan bagian epitel
yang penetrasi sampai ke jaringan. Adanya epitel tersebut akan menghambat
perlekatan serat-serat gingiva dan ligamen periodontal yang baru ke permukaan
sementum pada daerah tersebut(Carranza dan Henry, 2002:744-745).
Apabila dalam melakukan perawatan permukaan akar dibersihkan dengan
sempurna, sumber utama bakteri hilang dan perubahan patologis mereda, tidak
perlu lagi dilakukan kuretase untuk menyingkirkan jaringan granulasi. Jaringan
granulasi lambat laun akan diresorbsi; bakteri, yang tidak bertambah jumlahnya
oleh plak yang ada dalam poket, akan dihancurkan oleh mekanisme pertahanan
periodonsium. Dengan demikian tidak ada gunanya melakukan kuretase apabila
tujuannya semata-mata untuk menyingkirkan jaringan granulasi yang
terinflamasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pada kondisi
jaringan periodonsium yang dicapai dengan scalling dan root planing yang
disertai dengan kuretase tidaklah jauh melebihi perbaikan yang dicapai dengan
pensekeleran dan penyerutan akar saja(Carranza dan Henry, 2002:744-745).
Kuretase sebenarnya dapat menyingkirkan sebagian atau keseluruhan
epitel yang mendindingi poket (epitel poket), perluasan epitel yang penetrasi ke
jaringan granulasi, dan epitel penyatu. Kegunaan kuretase masih diperlukan

17 | P a g e
terutama bila diharapkan terjadinya perlekatan baru pada poket infraboni. Namun
ada perbedaan pendapat dalam hal terjaminnya penyingkiran epitel dinding poket
dan epitel penyatu. Beberapa peneliti menemukan bahwa dengan penskeleran dan
penyerutan akar epitel dinding poket hanya terkoyak dan epitel dinding poket
serta epitel penyatu tidak tersingkirkan. Sekelompok peneliti lain menemukan
terjadinya penyingkiran epitel poket dan epitel penyatu, meskipun tidak
tuntas(Carranza, 2002:744).

b. Gingivektomi
 Definisi Gingivektomi
Gingivektomi adalah mengeksisi gingiva dengan menghilangkan dinding
poket. Gingivektomi dilakukan untuk memelihaara visibilitas dan aksesibilitas
untuk menghilangkan kalkulus dan menghaluskan akar (Caranza, 2002: 749).
 Tujuan gingivektomi:
 Untuk menyingkirkan dinding poket yang terinflamasi
 Untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi penyembuhan
gingiva dan restorasi kontur gingiva yang fisiologis (Caranza, 2002:749).

3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan indikasi dan


kontraindikasi rencana perawatan.

a) Kuretase

Indikasi
a. apabila terdapat pocket sedalam 3-4 mm.
b. apabila pocket sedalam 3-4 mm tersebut terdapat di area gigi anterior atas, di mana
terapi gingivektomi merupakan suatu kontraindikasi karena dapat membuat segi
estetik menjadi buruk(Manson J.D. 1975: 116).
Indikasi kuretase menurut Fermin A.Carranza and Henry H. Takei (2002)

a. Kuretase dapat dilakukan sebagai bagian dari membentuk perlekatan baru pada
pokeet infraboni dengan kedalaman sedang dan poket terletak pada daerah
yang dapat diakses dengan “closed surgery”.

18 | P a g e
b. Kurtase dapat dillakukan sebagai prosedur non deffinitif untuk mengurangi
inflamasi sebelum dilakukan penghilangan poket dengan cara lain. Atau
kuretase dapat dilakukan sebagai perawatan alternatif pada pasien yang
kontraindikasi perawatan bedah agressive karena faktor umum, sistemik, dan
psikologis. Dokter gigi dan pasien harus saling mengerti keterbatasan
peerawatan ini bahwa prognosis dan hasil dari penghilangan poket dengan
teknik ini kurang baik.
c. Kuretase jangan dilakukan berulang pada kunjungan selanjutnya sebagai
metode perawatan pemeliharaan untuk area dengan inflamasi berulang dan
poket dalam. Khususnya dimana pemmbedahan pengurangan poket dalam
dilakukan.

Kontraindikasi

a. Keadaan dimana instrumen tidak dapat menjangkau dan terdapat keterbatasan


pandangan.
b. Dinding poket fibrotik
c. Terdapat keterlibatan percabangan akar
d. Pasien yang tidak kooperatif, contohnya pasien perokok berat yang tidak dapat
menghentikan kebiasaan merokoknya tidak dapat dilakukan kuretase karena pada
proses penyembuhannya efek rokok akan menghambat produksi PMN, Ig A, Ig G,
Ig M dan CD 8 sehingga jaringan gingiva tidak mendapatkan perlekatan yang baik
dan hasilnya akan lebih buruk (reinfeksi)

b) Gingivektomi

a. Indikasi:
1) Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dri 4 mm, yang tetap ada
walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihn mulut yang cermat berkali-
kali, dan keadaan dimana prosedur gingivektomi akan menghasilkan daerah
perlekatan gingiva yang adekuat

19 | P a g e
2) Adanya pembengkakan gingiva nyang menetap dimana poket ‘sesungguhnya’
dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva yang cukup besar.
Bila jaringan gingiva merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi merupakan cara
perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
3) Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) dimana terdapat daerah
perlekatan gingiva yang cukup lebar
4) Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak
5) Flap koronal
(buku ajar periodonti, J.D Manson, 1993:178)

Kontraindikasi
1) Membutuhkan pembedahan tulang atau evaluasi bentuk dan morfologi tulang
2) Keadaan dimana dasar poket pada atau di apical mukogingiva junction
3) Adanya pertimbangan estetik, khususnya pada gigi anterior rahang atas
(Caranza, 2002:749).

Kontraindikasi
1) Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apical dari pertautan
mukogingiva
2) Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosa alveolar.
3) Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak didaerah yang akan dibedah
4) Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni
5) Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik
6) Apabila gingival cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia( sehingga jika
gingivektomi dilakukan, tepi gingival terbentuk dan mukosa alveolar)
(Arthur R. dkk.2006)

4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan prosedur yang meliputi


alat, tahapan, tehnik, repon jaringan, dan evaluasi.

A. KURETASE

20 | P a g e
 INSTRUMEN KURETASE
Untuk tindakan kuretase bisa menggunakan kuret universal atau kuret spesifik. Kuret
Gracey adalah contoh dari kuret area spesifik, merupakan suatu set instrument yang
di desain dan dibentuk lengkungannya agar dapat beradaptasi sesuai dengan
permukaan anatomi gigi yang spesifik. Kuret Gracey pisaunya bersudut antara 60-
70o terhadap tangkainya.

 TEKNIK KURETASE
 Teknik basic
Tahapan prosedur teknik kuretase adalah sebagai berikut:
a. Anestesi.- Sebelum melakukan kuretase gingival atau kuretase subgingival, daerah
yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.
b. Skaling dan rootplaning .- Permukaan akar gigi dievaluasi untuk melihat hasil
terapi fase I. Apabila masih ada partikel kalkulus yang tertinggal atau sementum
yang lunak, penskeleran dan penyerutan akar diulangi kembali.
c. Penyingkiran epitel saku.- Alat kuret, misalnya kuret universal Columbia 4R - 4L,
atau kuret Gracey no. 13 - 14 (untuk permukaan mesial) dan kuret Gracey no. 11 -
12 (untuk permukaan distal) diselipkan ke dalam saku sampai menyentuh epitel saku
dengan sisi pemotong diarahkan ke dinding jaringan lunak saku. Permukaan luar
gingiva ditekan dari arah luar dengan jari dari tangan yang tidak memegang alat, lalu
dengan sapuan ke arah luar dan koronal epitel saku dikuret. Untuk penyingkiran
secara tuntas semua epitel saku dan jaringan granulasi perlu dilakukan beberapa kali
sapuan.

21 | P a g e
Gambar 1. Kuretase gingival dilakukan dengan kuret dengan sapuan horizontal.

d. Penyingkiran epitel penyatu.- Penyingkiran epitel penyatu hanya dilakukan pada


kuretase subgingival. Kuret kemudian diselipkan lebih dalam sehingga meliwati
epitel penyatu sampai ke jaringan ikat yang berada antara dasar saku dengan krista
tulang alveolar. Dengan gerakan seperti menyekop ke arah permukaan gigi jaringan
ikat tersebut disingkirkan.
e. Pembersihan daerah kerja.- Daerah kerja diirigasi dengan akuades (aquadest)
untuk menyingkirkan sisa-sisa debris.
f. Pengadaptasian.- Dinding saku yang telah dikuret diadaptasikan ke permukaan
gigi dengan jalan menekannya dengan jari selama beberapa menit. Namun apabila
papila interdental sebelah oral dan papilla interdental sebelah vestibular terpisah,
untuk pengadaptasiannya dilakukan penjahitan.

Gambar 2. Kuretase subgingival. A. Penyingkiran epitel dinding saku; B.


Penyingkiran epitel penyatu dan jaringan granulasi; C. Prosedur pengkuretan selesai.

g. Pemasangan dressing periodontal. Pemasangan pembalut periodontal tidak


mutlak dilakukan, tergantung kebutuhan(Caranza, 2002:746).

 The excisional new attachment procedure (ENAP)

22 | P a g e
Teknik Modifikasi Prosedur Perlekatan Baru dengan Eksisi (Modified Excisional
New Attachment Procedure/MENAP) adalah modifikasi dari teknik ENAP (Ecxisional
New Attachment Procedure) yang dikembangkan oleh U.S. Naval Dental Corps (Dinas
Kesehatan Gigi angkatan Laut Amerika Serikat). Tehnik ini pada dasarnya merupakan
kuretase subgingival yang dilakukan dengan menggunakan scalpel(Caranza, 2002:746).

 TAHAPAN PROSEDUR
Tahapan prosedur dari teknik ini adalah sebagai berikut:
1. Anestesi.- Sebelum pembedahan terlebih dulu diberikan anestesi local yang
adekuat.
2. Pembuatan insisi pertama.- Insisi pertama adalah berupa insisi bevel
kedalam/terbalik (internal/reverse beveled incision) pada permukaan
vestibular dan oral. Insisi dilakukan dengan skalpel/pisau bedah, dimulai dari
tepi gingiva ke arah apikal menuju krista tulang alveolar. Pada waktu
melakukan insisi di permukaan interproksimal harus diusahakan agar sesedikit
mungkin papila interdental yang terambil. Pada tehnik ini tidak ada
pembukaan flep.
3. Pembuatan insisi kedua. Insisi kedua dilakukan mulai dari dasar saku melalui
serat krista alveolaris (dan pada permukaan proksimal melalui juga serat
transeptal) ke krista tulang alveolar
4. Penyingkiran jaringan yang tereksisi. Jaringan yang telah tereksisi
disingkirkan dengan jalan pengkuretan.
5. skaling dan rootplaning. Pada sementum akar yang tersingkap dilakukan
pensekeleran dan penyerutan. Dalam melakukan penskeleran dan penyerutan
harus diperhatikan agar tidak sampai menyingkirkan jaringan ikat yang
melekat ke sementum akar pada daerah 1- 2 mm koronal dari krista tulang
alveolar.

23 | P a g e
Gambar 3. Teknik modifikasi prosedur perlekatan baru dengan eksisi. A. Daerah
yang akan dieksisi; B. Keadaan setelah eksisi; C. Flep telah diposisikan; D.
Setelah penyembuhan.
6. Pembersihan daerah kerja. Daerah yang mengalami pembedahan dibilas
dengan akuades atau larutan garam fisiologis.
7. Pengadaptasian. Tepi luka pada kedua sisi dipertautkan. Apabila tepi gingiva
tidak bertaut rapat, plat tulang vestibular sedikit ditipiskan dengan jalan
osteoplastik.
8. Penjahitan. Tepi luka dijahit di interproksimal dengan jahitan interdental.
Luka sedikit ditekan dari arah oral dan vestibular selama 2 – 3 menit agar
bekuan darah yang terbentuk tipis saja.
9. Pemasangan periodontal dressing. Pembalut periodontal dipasang menutupi
luka bedah, dan dibuka seminggu kemudian(Caranza, 2002:746).

 Kuretase menggunakan obat-obat


Sejak awal perkembangan dari procedure perawatan periodontal,
penggunaan obat-obatan sangat dianjurkan untuk memberikan kuretase secara
kimia pada dinding lateral pada dinding poket untuk menghilangkan jaringan
epitel pada dinding poket. Obat-obatan yang dapat dipakai seperti sodium sulfide,
alkaline sodium hypoklorite solution (antiformin), dan fenol. Proses destruksi
jaringan dengan penggunaan obat ini tidak dapat dikontrol, dan mungkin mereka

24 | P a g e
lebih berkembang daripada berkurang jumlahnya yang dihilangkan oleh enzim
dan fagosit (Caranza, 2002:747).

 Ultrasonik kuretase
Penggunaan dengan ultrasonik direkomendasikan untuk gingivva kuretase.
Ultrasonik efektif untuk menghilangkan lapisan epitel dari poket periodontal.
(Carranza, 2012:1535).

 RESPON JARINGAN SETELAH KURETASE


 Segera setelah kuretase gingiva, jendalan darah (blood clot) akan mengisi daerah
poket periodontal.
 Selanjutnya terjadi proliferasi jaringan granulasi secara cepat dengan berkurangnya
jumlah pembuluh darah kecil seiring dengan mature-nya jaringan.
 Secara umum, restorasi dan epitelisasi sulkus membutuhkan waktu 2-7 hari dan
restorasi junctional epithelium terjadi paling cepat 5 hari setelah kuretase gingiva.
 Kuretase gingiva setelah kunjungan 1 minggu tidak perlu dilakukan probing.
 Adanya serabut kolagen yang immature tampak pada hari ke 21.
 Secara klinis, segera setelah dilakukan kuretase gingiva, gingiva akan tampak
merah terang.
 Setelah 1 minggu, posisi gingiva tampak lebih ke apikal, warna sedikit lebih merah
 Dua minggu setelah kuretase gingiva dan kontrol plak yang adekuat dari penderita,
maka akan didapatkan gambaran klinis gingiva yang normal.
 Tiga minggu terjadi perlekatan yang sempurna
(Carranza Part 5, 2002:747)

 EVALUASI PASCA BEDAH

Pasien perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan pasca operasi.
Nasehat berikut ini harus diberikan secara tertulis.
1. Hindari makan atau minum selama satu jam.

25 | P a g e
2. Jangan minum minuman panas atau alcohol selama 24 jam. Jangan berkumur-kumur
satu hari setelah operasi.
3. Jangan makan makanan yang keras, kasar, atau lengket dan kunyah lah makanan dengan
sisi yang tidak dioperasi.
4. Minumlah analgesic bila anda merasakan sakit setelah efek anestesi hilang. Aspirin
merupakan kontraindikasi selama 24 jam.
5. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan larutan kumur
klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat melakukan pengontrolan
plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung digunakan pada hari pertama setelah
operasi asalkan tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut. Teh, kopi, dan rokok
harus dihindari apabila anda menggunakan larutan kumur klorheksidin untuk
mengurangi stain.
6. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan menggunakan sapu
tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan berkumur; hubungi dokter anda bila
perdarahan tidak juga berhenti.
7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
8. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan bengkak timbul
2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
(Buku ajar periodonti, 1993:181).

B. GINGIVEKTOMI

 TAHAPAN GINGIVEKTOMI
1.1.1 Gingivektomi bedah
Step 1: Poket pada masing-masing permukaan dieksplorasi dengan probe
periodontal dan ditandai dengan pocket marker. Masing-masing poket
ditandai pada beberapa daerah sebagai outline pada permukaannya.
Step 2: Pisau periodontal (Kirkland knives) digunakan untuk insisi pada
daerah permukaan fasial dan lingual. Pisau periodontal Orban digunakan
untuk insisi interdental, jika diperlukan, dan pisau Bard-Parker, dan
gunting digunakan sebagai instrumen tambahan.

26 | P a g e
Insisi dimulai dari apikal ke tanda poket dan aecara langsung ke
koronal di antara dasar poket dan puncak tulang. Proses penyembuhan
tidak akan terjadi masalah jika daerah ditutupi periodontal pack secara
adekuat.
Insisi kontinyu dan terputus bisa digunakan. Insisi harus dibevel
kurang-lebih 45o sehingga blade dapat menembus seluruh gingiva menuju
ke dasar poket. Insisi yang akurat akan dapat menghilangkan dinding poket
dan membentuk kontur jaringan yang ramping; bila insisi terlalu datar akan
terbentuk kontur pascaoperasi yang kurang memuaskan Kealahan yang
paling sering dibuat pada operasi ini adalah insisi pada posisi koronal
sehingga dinding dasar poket tetap tertinggal dan penyakit cenderung
timbul kembali.
Step 3: Menghilangkan dinding poket yang telah dieksisi, membersihkan
daerah, dan memeriksa permukaan akar. Bila insisi sudah dapat
memisahkan seluruh dinding poket dari jaringan di bawahnya, dinding
poket akan dapat dengan mudah dihilangkan dengan kuret atau skaler yang
besar. Sisa jaringan fibrosa dan jaringan granulasi dapat dibersihkan
seluruhnya dengan kuret yang tajam(Carranza, 2002:749-750).

gambar 4. Membuat titik perdarahan dengan penanda poket, titik-titik


perdarahan tersebut menunjukkan kedalaman poket

27 | P a g e
gambar 5. A, insisi terputus. B, insisi secara langsung.

gambar 6. A, posisi penanda poket. B, insisi bevel yang terletak di apikal


dari titik yang dibuat dengan penanda poket

28 | P a g e
gambar 7. 1, Jaringan granulasi. 2, kalkulus dan deposit lain di akar. 3, daerah
yang bersih pada dasar poket

Menurut J.D. manson dalam buku Periodontics, prosedur gingivektomi bedah


adalah sebagai berikut:
a. Local anastesi, anastesi sangat dianjurkan sebelum perawatan
b. Memberi tanda pada poket poket marker sampai terjadi titik perdarahan
c. Insisi, daerah pada titik perdarahan merupakan acuan untuk melakukan
insisi, akan tetapi insisi dilakukan lebih ke apikal dari titik perdarahan
samapi pisau dapat mencapai dasar poket.gan jaringan
d. Pembuanagn jaringan nekrotik
e. Aplikasi periodontal dressing
f. Instruksi pasien:
 Hindari makan dan minum selama 1 jam
 Hindari makanan berat, kasar dan lengket
 Gunakan sikat gigi dengan halus pada region yang tidak dilakukan
pembedahan
 Jika terjadi perdarahan tekan dressing selama 15 menit, jangan
berkumur.
 Gunakan analgesic seperti aspirin apabila timbul rasa sakit
 Lepas dressing setelah 5-7 hari

29 | P a g e
BAB IV
KESIMPULAN

 Perawatan periodontal fase II merupakan perawatan lanjutan dari fase I yang


berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor
predisposisi dari penyakit periodontal.

 Perawatan periodontal fase bedah yang dilakukan apabila pada saat re-evaluasi
jaringan perawatan periodontal fase I tidak ditemukan adanya perbaikan atau
masih ditemukan adanya inflamasi yang menetap pada jaringan.

 Fase Bedah Terapi Periodontal bertujuan untuk:

1. Memperbaiki prognosis gigi dan penggantinya.


2. Memperbaiki estetik.

 Perawatan bedah peridontal sederhana meliputi, Kuretase, Gingivektomi, Flap


periodontal. Respon jaringan dan evaluasi jaringan pasca bedah perlu diketahui
untuk menentukan jadwal kontrol pada hari berikutnya sehingga kesembuhan
pasien dapat tercapa dengan optimal.

30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Manson J.D. dan B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta: Hipokrates.

Manson J. D. 1975. Periodontics. London: Hendry Kimton Publisher.

Carranza FA dan Henry HT. 2002. Gingival curettage, in: Carranza FA Jr & Newman MG (eds),
Clinical Periodontology, 9th edition. USA: WB Saunders Co.

J.D Manson. 1993. buku ajar periodonti. , 1993:178)

Newman, Takei, Klokkvold, Carranza. 2012. ClinicalPeriodontology, 11th ed. Saunders Elsevier
Inc, St. Louis.

Ruhadi, I. danIzzatul, A. 2006.Gingival kuretase. Maj. Ked. Gigi.(Dent J), Vol.39. No.3 Juli-
September 2006: 102-106.

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai