Pedoman Hemodialisis
Pedoman Hemodialisis
HEMODIALISA
2015
1
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
1. Definisi Hemodialisa
Dialisi merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal baik yang sifatnya
akut maupun kronik dengan menggunakan mesin Hemodialisa. Hemodialisa adalah
menggerakkan cairan dari partikel-partikel lewat membrane semi permiabel yang
mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat
toksis dari tubuh. (Long, C.B. : 381). Hemodialisa adalah pergerakan larutan dan air
dari darah pasien melewati membrane semi permeable (alat dialysis) ke dalam
dialasat. (Tisher, C. C, dkk. 1997)
Hemodialisa adalah difusi partikel laut dari satu kompartemen cairan ke
kompatemen lain melewati membrane semi permeable (Hudak, M.C. 1996 : 39).
Dialisis adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati
membrane semi permiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan ultrafiltrasi
(Engram, B. 1998 : 164).
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah dan lisis yang berarti
pemisahan / filtrasi melalui membrane semipermiabel, maka untuk terjadinya proses
pemisahan tersebut ada 3 unsur penting yang saling berkaitan yaitu sirkuit darah
(saluran ektrakorporeal), dialiser (ginjal buatan), dan sirkuit dialisat.
Prinsipnya Hemodialisa itu mesin akan memompa darah dari tubuh pasien
masuk ke dalam dialiser dan dari sisi lain cairan dialisat akan dicairkan ke dalam
dialiser, maka di dalam dialiser ini akan terjadi proses dialysis dan setelah itu darah
akan dikembalikan ke dalam tubuh pasien lagi.
Hemodialisa adalh merupakan terapi pengganti ginjal. Akan tetapi hanya
sebagian kecil fungsi ginjal yang dapat digantikan oleh dialiser atau ginjal buatan.
Proses hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolism dalam tubuh seperti ureum, creatindan sisa metabolism yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin.
3. Meningkatkan kualitas hidup klien yang mengalami penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sebelum dilakukan pengobatan atau tindakan yang lain
(operasi, CAPD dan transplantasi ginjal)
2
Salah satu tujuan tindakan hemodialisa adalah meningkatkan kualitas hidup
penderita PGK. Diharapkan klien yang menjalani tindakan hemodialisa tetap
mempunyai kualitas hidup yang baik.
B. ETIOLOGI
Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari: azotemia, simtomatis berupa ensefalopi, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat,
kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa
diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi gagal ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya factor-faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum melalui Hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik terdiri
dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien. Waktu untuk terapi ditentukan
oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala Hemodialisa biasanya dimulai ketika
bersihan keratin menurun dibawah 10ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan kadar
keratin serum 8-10 mg/dL.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PROFIL HEMODIALISA
Kepala Instalasi: : dr. AMRITA, Sp PD
Dokter Konsultan : dr. LESTARININGSIH, Sp.PD,KGH (k)
B. PELAYANAN HEMODIALISA
Pelayanan yang dapat dilakukan adalah penanganan Pasien dengan GGA yang
memerlukan tindakan Hemodialisa (HD) maupun Pasien GGK baik rutin maupun emergency/
cito.
4
BAB III
TATA LAKSANA
A. PENGKAJIAN
1. Persiapan Pasien Menjalani Dialysis
Persiapan pasien dilakukan diruanganrawat inap, IDG, Rawat Jalan dan travelling dari
center dyalisis lain meliputi :
Persiapan administrasi yaitu surat persetujuan tindakan dari pasien dan keluarga,
advis dokter dan resep tindakan dialysis.
Persiapan keadaan umum pasien meliputi status Hemodinamik pasien Tensi darah
< 100/60 mmhg.
Persiapan laboratorium meliputi HBsAg, anti HCv, Gb, Ureum, Kreatinin, dan
elektrolit pasien.
Persiapan Akses vaskuler pasien, apakah pasien sudah memiliki akses yang
permanen atau sementara. Pada pasien dialysis pertama kali dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan akses femoralis dan arteri bracialis sebaiknya
dilakukan pemasangan double lumen dahulu.
2. Memulai dialysis (inisisasi) :
TKK / LFG < 10 ml/mt dengan gejala uremia/malnutrisi.
TKK / LFG < 15 ml/mt walaupun tanpa gejala (fungsi ekskresi ginjal sudah
minimal).
Indikasi khusus :
Terdapat komplikasi akut (edema paru, hiperkalemia, asidosis metabolic
berulang).
Bila malnutrisi (pada GGK) dengan terapi konservatif tidak dapat diperbaiki,
anjurkan untuk dialysis.
3. Evaluasi akses vascular (Saran Hubungan Sirkulasi)
Akses vascular yang adekuat adalah dapat memberikan aliran darah yang cukup atau
minimal 200-300 ml/menit.
Catheter double lumen (kateter lumen ganda)
Cimino / Graft.
4. Menentukan program dialysis :
Mesin dialysis
Pilihlah mesin dengan menggunakan sistim Volumetrik, agar penarikan cairan
dapat tercapai sesuai dengan program yang sudah ditentukan.
Gunakan mesin yang mempunyai pengontrol Ultrafiltrasi.
Pakailah mesin yang menggunakan bateray.
(berfungsi sebagai cadangan saat listrik mati, mesin tetap bekerja)
Dapat melakukan Sequential Ultrafiltrasi secara otomatis.
Sebelum dan sesudah mesin digunakan, mesin wajib didisinfeksi sesuai
prosedur yang berlaku untuk mencegah penularan dari satu pasien ke pasien
5
lainnya serta menghindari terjadi sumbatan di dalam sirkulasi mesin karena
penggunaan bi-Bag atau adanya lemak.
Gunakan mesin dialysis yang dapat mencampur powder bicarbonate secara
otomatis untuk menghindari dialisat terkontaminasi bakteri.
5. Jenis cairan dialisat (konsentrat)
Pilihlah jenis konsentrat yang hygienis dan aman bagi pasien dialysis,
kolaborasikan dengan Dokter Nephrolog/Internist untuk mendapatkan hasil dialysis
yang optimal (gunakan konsentrat bi-Bag), karena bicarbonate yang tersedia
kandungannya 8,4%.
6. Type dialyzer
Ada beberapa type dialyzer berdasarkan :
Bahan dialyzer :
Alamiah (celluloce, Cupropan, Hemophan)
Sinthetik (Polysulfone)
Gunakan polysulfone dialyzer karena membrane tersebut dapat menahan
endotoxin yang berasal dari dialisat yang tercemar.
Sifat membran :
Simetris (sisi darah = sisi dialisat)
Asimetris (sisi darah < sisi dialisat)
Membran asimetris hanya dimiliki oleh dializer polysulfone Resenius.
Aliran dializer :
Low flux dan High fluz.
Kedua sistem aliran dializer dimiliki oleh dializer Polysulfone.
Sterilisasi :
ETO (Ethelyne Oxide Gas)
Stream (Uap panas suhu 120oC
Sinar y = Gamma (Radiasi)
Luas Permukaan Dializer + LPD (Surface Area) :
Menentukan clearance (pembersihan) dari zat sisa metabolisma selama proses
dialysis)
7. Adekuasi dyalisis (kecukupan dialysis)
Setiap pasien yang menjalani terapi dialysis sebelumnya diberikan resep oleh
Nephrolog/Internist untuk perencanaan program dialysis.
Lamanya dialysis idealnya antara 10-15 jam/minggu, dengan memperhatikan
kebutuhan individual.
Target Kt/V yang ideal :
1,2 dengan URR 65% untuk (HD 3 x perminggu @ 4 jam /x HD)
1,8 dengan URR > 65% untuk (HD 2 x perminggu @ 4-5 jam /xHD)
Pengukuran frekuensi kecukupan dialysis, sebaiknya dilakukan 1 x / bulan
minimal tiap 6 bulan.
8. Anti Koagulan
Tujuan :
6
Agar tidak terjadi pembekuan darah di dalam sirkuit ekstrakorporeal.
Tidak memberikan efek samping dalam pemakaian jangka panjang.
Ketentuan :
I. Kontinyu (rutin) tanpa resiko perdarahan :
o Sebelum HD dimulai diberikan dosis awal 2000 unit.
o Dilanjutkan dengan pemberian 1000 U/jam (pompa)
II. Berulang / Intermitten :
o Berikan dosis awal : 3000-4000 unit (50-100 unit/kg BB)
o Setiap jam berikan 1000-2000 unit (tergantung masa pembekuan).
o Penilaian koagulasi.
III. Heparinisasi minimal
o Pemberian secara ketat dilakukan untuk pasien beresiko sedang.
o Bolus heparin 500 unit dalam 30 menit.
o Heparin konstan 600 unit/jam.
o Monitor clotting time tiap 30 menit.
o Pemberian heparin sampai akhir dialysis.
IV. Dialysis beban heparin
o Diberikan pada pasien dengan perdarahan aktif, baru post operasi,
trombositopenia.
o Pengawasan ketat oleh perawat.
o Hindari pemberian transfuse darah.
Jenis anti koagulan :
a. Berat Molekul besar yaitu : Heparin
b. Berat Molekul kecil yaitu :
Enoxaprarin sodium (0,5 – 1 mg/kg BB) disuntikkan ke dalam selang
arterial pada awal dialysis.
Contoh : lovenox, fraxiparin, inoheparin, fragmin dll.
C. INTERVENSI
1. Membaca prosedur penanganan dialysis (sebelum, selama dan sesudah dialysis).
7
2. Untuk kasus emergency sebaiknya dikolaborasikan dengan dojter penanggung jawab
dialysis, terutama berhubungan dengan pemberian terapi.
D. EVALUASI
1. Terapi dialysis dilakukan secara optimal terlihat dari penurunan : ureum, keratin, asam
urat, elektrolit, phospat dan potassium pada pemeriksaaan pre-post dialysis atau dari
URR dan kt/v.
2. Kesinambungan elektrolit dan aam basa dalam tubuh terpenuhi.
3. Kelangsungan hidup pasien lebih baik dan dapat mandiri.
4. Sarana hubungan sirkulasi lancer dan tetap terjadi dengan baik.
5. Terapi dialysis dilakukan secara teratur dan sesuai prosedur.
8
BAB III
PENATALAKSANAAN SELAMA PROSES HEMODIALISA
A. ALUR INSTRUMENT
1. PENGERTIAN INSTRUMENT :
Adalah : Alat yang umunya terbuat dari stainless steel dan berfungsi sebagai alat bantu
dalam melakukan tindakan dialysis.
4. TUGAS CSSD :
a. Mengambil alat instrument yang telah digunakan dari ruangan dialysis, (sudah bersih
dan lengkap).
b. Mengirim alat instrument yang sudah steril ke ruangan dialysis.
5. PROSEDUR :
a. Di CSSD
Instrument yang berasal dari unit dialysis : dibersihkan dan dimasukkan dalam kain
hijau atau dalam package, sesuai daftar isi tiap set instrument.
Disterilkan dengan cara :
Perebusan dengan suhu 100oC, lamanya : 15 – 30 menit.
(untuk sterilisasi jarum / spuit atau alat-alat operasi) akan lebih baik jika
ditambahkan 1-3 Na 2 CO3 untuk menghancurkan dinding spora.
Pemanasan (auto clave) dengan suhu 120 oC, lamanya : 10 – 20 menit dapat
membunuh samapi ke spora (yang terbaik).
Penyinaran sinar Gamma (sinar y) dapat merubah warna pada bahan / alat
yang disterilkan dan hanya mematikan mikroba yang terdapat pada permukaan
saja.
Sesudah disterilkan :
Instrumen dikirim ke ruang dialysis, selanjutnya petugas CSSD akan meletakkan
set intrumrnt ke ruang persiapan.
9
Sebelum dipergunakan ke pasien :
Alat instrument steril diletakkan di meja Trolley dan dilengkapi alat lain sesuai
dengan kebutuhannya. Alat tersebut dipergunakan pada saat memulai dialysis.
b. Di Ruang Dialysis (Sesudah dipergunakan) :
Alat Instrument dibawa ke DISPOSAL ROOM, dibersihkan dari darah, dikeringkan,
masukan dalam plastic (bungkus) sesuai dengan isi set dialysis dan dipisahkan dari
alat terkontaminasi, lalu dikirim ke CSSD.
10
B. ALUR LINEN
1. PENGERTIAN LINEN :
Adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan alat tenun
disetiap unit yang membutuhkan.
4. CARA KERJA :
a. Ruang Laundry (Linen Room)
Linen Kotor
o Jumlah linen dihitung sesuai dengan jenisnya dan dicatat.
o Proses pencucian linen dipisahkan antara umum dengan terinfeksi.
Linen Bersih
o Disetrika sambil perhatikan ada bercak atau robek pada linen.
o Dilipat rapih sesuai kebutuhan.
o Linen disusun sesuai kebutuhan.
b. Ruang Dialysis
Linen diantar ke ruang dialysis setiap hari, sebelum pasien dilakuakan tindakan
dialysis.
Masukkan linen ke dalam ruang linen, disusun dan diatur sesuai tempatnya.
Menghitung linen bersamaan dengan saat memsaukkan linen ke dalam rak /
lemari. (Jumlah linen yang diberikan sesuai dengan jumlah linen yang kotor) =
stock.
Menyerahkan tanda bukti jumlah linen yang telah dikirim kepada petugas dialysis.
Perhitungan stock dilakukan bersama dengan petugas dialysis.
Jika tidak sesuai dengan stock, dicari penyebabnya.
Linen yang telah dipakai pasien dibawa ke ruang disposal dan dimasukkan ke
dalam kantong plastik yang telah dibedakan warnanya, dan dipisahkan dengan
yang terkontaminasi.
Linen kotor dikumpulkan di ruang disposal dan keesokan harinya diambil oleh
petugas laundry 2x sehari (pagi dan sore).
11
C. ALUR MANAJEMEN
PIMPINAN NEPHROLOG
KEPERAWATAN
1. TUJUAN :
Untuk melancarkan proses dialysis selama pasien belum mempunyai akses cimino.
12
3. PROSEDUR :
a. Persiapan Alat :
Buah set steril berisi :
Kain belah / duk lubang untuk diletakkan di bawah catheter.
3 buah mangkok
Kassa steril 7 buah (secukupnya)
Klem arteri
Sarung tangan steril
Spuit 5 cc berisi normal saline secukupnya.
Meja pungsi (Trolley)
Plastik alat kotor
Perlak (alas)
Plester dan micropore, gunting
Masker, apron
Larutan normal saline 0,9% secukupnya.
1 set catheter double lumen, no.12
b. Cara Kerja :
Membersihkan Catheter
Observasi keadaan umum pasien.
Observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu dan pernapasan).
Kalau perlu pasangn oksigen dan ECG monitor.
Berikan posisi tidur yang nyaman.
Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
Letakkan perlak (alas) di bawah tempat catheter double lumen.
Bukalah tutup catheterdengan kassa betadhine dan lepaskan pelan-pelan.
Perhatikan posisi catheter double lumen :
o Apakah tertekuk?
o Apakah letak posisi catheter berubah?
13
o Bagaimana keadaan exit site, adakah peradangan / nanah?
Dekatkan alat-alat punksi ke pasien.
Perawat mencuci tangan, memakai masker dan apron.
Bukalah set punksi steril, masing-masing mangkok diisi dengan
o Cairan normal saline 0,9%
o Betadhine solution.
o Alkohol 70%
Letakkan spuit 5 atau 10 cc
Pakailah sarung tangan steril, lakukan disinfeksi dengan cara :
o Disinfeksi sekitar kulit.
Gunakan kassa betadine bersihkan kulit mulai sekitar exit site melingkar dari
arah dalam berputar kea rah luar (jika kulit pasien kotor, tindakan ini dapat
diulang kembali dengan kassa bethadine yang baru).
o Deinfeksi sekitar catheter.
Gunakan kassa betadine bersihkan catheter mulai dari pangkal exit site
sampai ujung tutup catheter searah dengan cara tangan kiri memegang
ujung catheter dengan kassa steril dan tangan kanan memegang klem dan
menjepit kassa betadine.
o Setelah didesinfeksi dengan betadine, tunggu beberapa saat agar larutan
desinfeksi dapat berfungsi secara optimal.
o Letakkan kain belah steril di bawah catheter double lumen, ujung kain dijepit
dengan klem punksi yang telah digunakan tadi.
o Tutuplah sekitar exit site dengan kassa betadine baru.
15
Hidupkan pompa darah mulai dengan kecepatan 100 Rpm lalu naikkan secara
bertahap sesuai dengan tekanan darah dan keluhan pasien.
Programlah mesin sesuai dengan keadaan pasien dan dari hasil klinis pasien.
Kembalikan alat-alat yang telah digunakan ke ruang disposal dan bersihkan.
Perawat mencuci tangan.
Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien selama proses dialysis
berlangsung.
Catatlah semua kegiatan pasien dan masukkan ke dalam status pasien
(pendokumentasian harus lengkap dan jelas).
E. PERAWAT CATHETER DOUBLE LUMEN
1. TUJUAN
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Mencegah adanya bekuan darah diselang
3. Catheter double lumen.
4. Catheter dapat digunakan dalam waktu tertentu.
5. Aliran darah menjadi lancer sehingga proses dialysis dapat berlangsung.
3. PERSIAPAN ALAT
1. Set ganti balutan.
16
2. Sarung tangan steril.
3. Masker, Apron.
4. Betadine solution, alkohol 70%
5. Micropone, transparent dressing.
6. Perlak (alas plastik).
7. Trolley dan plastik alat kotor.
4. CARA KERJA :
1. Jelaskan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan ke pasien.
3. Letakkan alas (perlak) di bawah catheter double lumen.
4. Perawat memakai apron, masker dan mencuci tangan.
5. Pasien memakai masker.
6. Lepaskan balutan kotor dari badan pasien dan masukkan ke dalam plastik kotor.
7. Bukalah set steril.
8. Isilah masing-masing mangkok dengan : Betadine solution, alcohol 70% (untuk
membersihkan catheter double lumen).
9. Pakailah sarung tangan steril.
10. Lakukan Disinfeksi :
a. Permukaan exit site dan permukaan kulit, caranya :
Bersihkan sekitar exit site dan permukaan kulit dengan klem / pinset + kassa
betadine (mulai dari arah dalam kea rah luar), buanglah kassa betadine ke
tempat plastik pembuangan.
Ulangi tindakan seperti di atas sampai kulit bebas dari kotoran (lepas keropeng)
= kotoran mongering.
b. Sekitar catheter souble lumen, caranya :
Tangan kanan memegang klem / pinset + kassa betadine bersihkan sekitar
catheter mulai dari exit site menuju tutup catheter lakukan searah,
Tangan kiri memegang catheter double lumen, buanglah kassa betadine ke
tempat plastik pembuangan (jika masih kotor bersihkan dengan alcohol 70 %).
11. Sekit exit site berikan nebacetin spray atau nebacetin powder ditutup dengan kassa
steril.
17
12. Catheter double lumen diberikan heparin pekat sesuai anjuran yang tertera dalam
selang.
13. Kencangkan tutup catheter double lumen dan klem dalam posisi terkunci.
14. Fiksasi catheter double lumen.
15. Tutuplah seluruh catheter dengan kassa steril dan transparan dressing.
16. Bawalah alat-alat kotor ke ruang disposal, pisahkan dengan alat yang terkontaminasi.
17. Bersihkan alat dari darah, bungkuslah dengan plastik.
18. Petugas CSSD akan mengambil alat instrument ke raung dialysis.
19. Perawat mencuci tangan.
20. Catat dalam catatan keperawatan dialysis, al :
Keadaan exit site (bersih / kotor, adakah kemerahan, nanah dll)
Kelancaran catheter.
1. Tujuan :
1. Untuk pemeriksaan bakteriologi menentukan jenis kuman yang terdapat pada catheter
double lumen.
2. Untuk menentukan terapi yang akan diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan.
2. Pengertian :
Pemeriksaan bahan catheter dilakukan karena :
1. Pasien mengalami infeksi yang menimbulkan rasa sakit sekitar exit site
2. Pemakaian catheter dalam waktu lama.
3. Prosedur ;
1. Persiapan ALat :
Set angkat jahitan Tempat bahan pemeriksaan (bocal)
Sarung tangan steril Formulir pemeriksaan
Betadine solution Surat pengantar dokter
Kassa steril secukupnya Stecky label
Transparan dressing Masker
Alas (perlak)
18
2. Cara kerja :
Jelaskan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
Berikan pasien posisi nyaman.
Observasi tanda-tanda vital, catat dalam lembaran tindakan pasien.
Letakkan alat-alat di atas trolley tindakan.
Dekatkan trolley ke pasien.
Pasanglah alas (perlak) dibawah tempat catheter double lumen.
Perawat mencuci tangan dan pakailah masker.
Bukalah set steril angkat jahitan di atas trolley, isilah mangkok dengan betadine
solution.
Letakkan kassa steril dan sarung tangan steril di atas set steril.
Siapkan tempat bahan pemeriksaan (bocal) di trolley tindakan.
Bukalah balutan catheter double lumen.
Perawat memakai sarung tangan steril.
Tangan kiri memegang kassa steril dan catheter double lumen.
Tangan kanan memegang kassa steril sambil menekan exit site.
Tariklah catheter double lumen pelan-pelan dengan tangan kiri.
Asisten perawat membantu membukakan bocal.
Perawat menggunting ujung catheter double lumen dan dimasukkan ke dalam
bocal steril.
Tekan exit site dengan kassa betadine cukup lama.
Bukalah kassa pada exit site dan perhatikan adanya perdarahan, jika darah tidak
ada maka tutuplah exit site dengan kassa betadine dan transparan dressing.
Observasi tanda-tanda vital pasien dan catat dalam lembaran tindakan pasien.
Perawat mencuci tangan dan catat dalam lembaran tindakan pasien.
Cantumkan etiket pada bocal pemeriksaan anatar lain :
o Tanggal pemeriksaan, nama pasien, ruangan, dan nama dokter yang merawat.
Jenis bahan catheter yang diperiksa al :
o Bakteri (kultur)
19
Kirimkan bahan pemeriksaan beserta formulir ke Laboratorium setempat.
1. Tujuan :
1. Memperoleh data pasien sebelum dilakukan dialysis.
2. Menentukan program dialysis.
3. Pasien nyaman dan proses dialysis dapat segera dilakukan.
2. Kebijakan :
1. Pasien dengan ARF (Acut Renal Failure)
2. Pasien dengan CRF (Chronic Renal Failure)
3. Pasien dengan ESRD (End State Renal Desease)
4. Pasien mempunyai akses vascular (Catheter double lumen, cimino, graft)
3. Persiapan :
1. Thermometer
2. Tensi meter
3. ECG monitor
4. Oksigen
5. Alat tulis
6. Catatan observasi (status pasien)
7. Kaca mata, masker, apron, sarung tangan
8. Timbangan berat badan
4. Prosedur :
1. Observasi keadaan umum pasien.
2. Jika keadaan umum baik, anjurkan pasien mencuci tangan.
3. Pasien timbang berat badan.’
4. Anjurkan pasien berbaring di tempat tidur / kursi tindakan dialysis.
5. Posisi mesin cuci darah disesuaikan dengan posisi cimino.
a. (Jika cimino ada ditangan kiri, maka posisi mesin di sebelah kiri dan sebaliknya)
Berikan pasien posisi yang nyaman.
20
Lakukan pemeriksaan :
a. Tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan dan suhu badan).
b. Anamnese riwayat dialysis yang lalu.
c. Kaji keluhan pasien hari ini.
d. Jika sesak, k/p pasang oksigen.
e. Jika ada keluhan sakit, dada riwayat sakit jantung (pasang ECG).
6. Tentukan daerah punksi atau tempat cimino.
k/p dengarkan dengan stethoscope untuk memastikan desiran cimino.
7. Jelaskan ke pasien bahwa tindakan akan dimulai.
8. Letakkan perlak atau kain alas pada bagian bawah tangan pasien.
9. Dekatkan alat-alat punksi ke tempat pasien.
10. Perawat mencuci tangan.
11. Pakailah apron, masker, kacamata dan sarung tangan untuk memulai tindakan.
12. Memulai punksi cimino.
H. PEMASANGAN CIMINO
1. Tujuan :
Untuk menambah aliran darah pada dinding pembuluh darah vena, agar mendapatkan
aliran darah minimal 200 – 300 ml / menit sehingga memudahkan pada proses dialysis.
2. Definisi :
Cimino (shunt) adalah suatu proses pemnyambungan dua pembuluh darah yaitu
pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah vena.
Letak penyambungan cimino (shunt) pada :
Arteri Brachialis dengan Vena Cephalica
Arteri Radialis dengan Vena Cephalica
Arteri Brachialis dengan Vena Basalica
3. Kebijakan :
Pasien baru dengan Chronic Renal Failure / ESRD
Pasien rutin Hemodialysis
21
4. Syarat Pembuatan Cimino :
Operasi cimino pada tangan yang tidak digunakan untuk bekerja.
Dokter bedah Vaskular yang melakukan operasi cimino.
5. Prosedur :
1. Persiapan sebelum operasi :
Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
Pasien atau keluarga yang bertanggung jawab menandatangani surat persetujuan
tindakan operasi cimino.
Observasi tanda-tanda vital (Tensi, Nadi, Pernapasan, Suhu).
Pasien diantar ke ruang bedah oleh perawat dan keluarga.
2. Ruang bedah :
Pasien dilakukan operasi cimino oleh Dokter bedah vascular, dengan narcose /
pembiusan umum atau local tergantung keadaan umum pasien.
Penyambungan pembuluh darah ada beberapa system, antara lain :
End to End (ujung dengan ujung)
End to Side (ujung dengan sisi)
Side to Side (sisi dengan sisi)
Tangan tempat cimino dibalut dengan elastic perban.
Pasien kembali ke ruangan.
22
Jika ada perdarahan, laporkan ke dokter bedah vascular.
Dengan desiran cimio 2x sehari dengan stetoskop, catat dalam status pasien.
Jika desiran kurang jelas atau bertambah pelan, laporkan ke dokter bedah
vascular.
Larangan tempat cimino :
Jangan untuk mengukur tekanan darah (tensi).
Jangan untuk ambil darah (sample darah).
Jangan memakai jam tangan, gelang dan sejenisnya.
Jangan membawa barang berat di tempat cimino.
Jangan mengenakan pakaian yang berlengan ketat di tempat cimino.
Jangan tertindih, tertekuk dan digaruk pada tempat cimino.
Kapan cimino dapat digunakan untuk proses dialysis?
Aliran pembuluh darah lancer, ditandai dengan desiran cimino jelas.
Pembuluh darah teraba jelas dan besar.
Luka jahitan kering, sudah angkat jahitan.
Digunakan setelah minimal 1 bulan sesudah operasi.
Sebelum cimino dimulai, anjurkan pasien menggunakan catheter double lumen.
1. TUJUAN :
Untuk mengetahui hasil anastomose / penyambungan darah berfungsi dengan baik dan
dapat digunakan selama proses dialysis.
2. PROSEDUR :
1. Persipan alat :
1 set dialysis terdiri dari : 1 duk steril, 1 piala ginjal, 2 mangkok (berisi normal
saline dan betadine solution), 1 klem arteri, 7 kassa steril dan duk pembungkus set
tersebut.
Betadine solution, alcohol 70 %.
23
Spuit 5 cc atau 10 cc, spuit insulin berisi 500 u – 1000 u heparin (k/p untuk AV –
Fistula).
1 sarung tangan steril, 2 AV – Fistula, micropore.
Masker, apron, kacamata tindakan.
Gelas ukur 2 liter, plastik untuk tempat sampah.
Trolley tindakan.
2. Cara kerja :
Pasien dating ke ruang dialysis sesuai jadwal.
Pasien mencuci tangan dan timbang berat badan.
Berikan posisi tidur nyaman.
Observasi tanda-tanda vital, catat dalam catatan keperawatan.
Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan akan dimulai.
Raba desiran cimino, apakah desiran jelas.
Tentukan daerah punksi Arteri dan vena.
Letakkan alas di bawah tangan yang akan dipunksi.
Dekatkan alat-alat yang akan digunakan ke pasien.
Perawat mencuci tangan, memakai apron, masker, kacamata.
Bukalah set dialysis, letakkan AV – Fistula, spuit dan sarung tangan di atas set
tersebut.
Tuangkan normal saline 0,9% dan betadine solution ke dalam mangkok steril.
Siapkan micropore, k/p heparin masukan dalam spuit insulin.
Perawat memakai sarung tangan steril.
Mulailah melakukan disinfeksi daerah cimino pada arteri dan Vebeous dengan cara
:
Tangan kanan memegang klem arteri dan menjepit 1 buah tufer betadine.
Oleskan tuffer betadine pada daerah cimino dan venous line dengan memutar
dari dalam kea rah luar.
Masukkan tuffer kotor ke dalam plastik kotor.
Bersihkan kembali cimino dan vena dengan kassa alcohol caranya sama seperti
di atas, sampai bersih dan letakkan kassa kotor pada plastik.
24
Letakkan kain alas steril di bawah tangan yang telah di disinfeksi.
Letakkan kain alas steril di bawah tangan yang telah di disinfeksi.
Isilah spuit 5 cc atau 10 cc dengan normal saline secukupnya dan bilaslah AV –
Fistula.
Lakukan punksi venous pada cimino (arterial lines) dengan jarak 8 – 10 cm dari
anastomose, bilas AV – Fistula sampai bersih lalu tutuplah AV – Fistula.
Isilah spuit 5 cc – 10 cc dengan normal saline secukupnya dan bilaslah AV –
Fistula.
Lakukan punksi vebous pada pembuluh venous lines, caranya sama seperti di
atas.
Selesai punksi cimino, alat-alat kotor masukkan ke dalam disposal.
Bedakan dengan alat yang terkontaminasi, bersihkan dari darah masukkan ke
dalam kantong plastik.
Set dialysis yang telah dipakai akan diambil oleh petugas CSSD.
1. TUJUAN :
Untuk memulai proses dialysis.
2. PROSEDUR :
a. Menyambung selang Fistula Arterial dengan selang Darah Arterial :
Matikan pompa darah / blood pump.
Klem selang infuse.
Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula diswab dengan kassa
betadine sebagai desinfektan lalu sambung dan kencangkan.
Ujung selang darah venous masukkan ke dalam gelas ukur atau drainage bag (jika
ada).
Hidupkan pompa darah dan tekan tombol ^ atau v mulai 100 Rpm.
Perhatikan aliran cimino apakah lancer, fiksasi selang darah dengan micropore, jika
aliran cimino tidak lancar rubahlah posisi jarum fistula atau posisi tangan.
25
Perhatikan darah di buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaliknya terisi ¾
bagian.
Cairan normal saline yang tersisa, ditampung dalam gelas ukur / drainage bag
disebut /; cairan sisa priming.
Setelah darah mengisi semua selang darah san dialyzer, matikan pompa darah.
b. Menyambung selang darah venous dengan fistula venous :
Sambungkan ujung selang darah venous keujung AV fistula venous (outlet) kedua
ujungnya diberi kassa betadine sebagai disinfektan.
Masing-masing sambungan dikencangkan.
Bukalah klem pada selang arteri dan venous, sedangkan selang infuse tetap
ditutup.
Pastikan tidak ada udara pada selang venous, lalu hidupkan pompa darah mulai
dari 100 Rpm tingkatkan sesuai dengan keadaan pasien.
Tekan tombol ON pada menu UF, pada layar monitor terbaca DIALYSIS.
Selama proses HD berlangsung ada 7 lampu hijau yang menyala al :
CATATAN :
Saat proses dialysis : Blood lines merah = kedializer (arteri) berada di atas.
Setelah seleksi ditiadakan, kembalikan alat-alat disposal.
Perawat mencuci tangan.
Observasi tanda-tanda vital, masukkan hasilnya ke dalam catatan dialysis.
K. PROGRAM DIALYSIS
1. TUJUAN :
a. Mencapai target ultrafiltrasi, antara lain dengan cara :
Membuang kelebihan cairan dalam tubuh.
Berat badan tercapai sesuai dengan dry weight / BB kering.
b. Membuang zat sisa metabolism dalam tubuh.
c. Membuang kelebihan potassium dalam darah.
26
d. Mengatasi asidosis metabolic.
e. Memberikan keseimbangan elektrolit.
f. Untuk mendapatkan hasil dialysis yang optimal seperti :
URR (Urea Reduction Ratio) minimal 65%
Kt/V 1.2 (HD 3 x seminggu) lamanya HD 4 – 5 jam pertindakan.
Kt/V 1.8 (HD 2 x seminggu) lamanya HD 4 – 5 jam pertindakan.
Idealnya 10 – 15 jam / minggu.
g. Keluhan tidak ada, kondisi pasien menjadi lebih baik.
2. PROSEDUR :
a. Memulai program mesin B :
Lakukan reset data pada (No. 7.1) untuk menghapus data.
Tekan tombol confirm, layar akan otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV
volume, UFR, UFG dan time left.
Cara membuat program dialysis :
Tekan tombol UFG = untuk menunjukkan target cairan yang akan ditarik.
Tekan tombol Time left = untuk menunjukkan waktu dialysis.
UFR akan otomatis menghitung sendiri, sesuai dengan UFG dan time left yang
sudah diprogram.
Sambungkan blood lines dan AV – Fistula, tekan tombol ON di menu UF.
Pemakaian consentrate disesuaikan dengan dengan kebutuhan pasien :
(jangan merubah Base Na+, karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan
angka yang berada di gallon Na = 10 mmol).
Untuk menghitung kebutuhan natrium, caranya :
(Hasil Na + post HD X 2) – Hasil Na + pre HD.
Tentukan konsentrate yang dikehendaki, lalu tekan confirm.
Tombol temperature, untuk mengatur suhu mesin antara 36 oC – 37oC.
Profil Utra Filtrasi disesuaikan dengan keadaan pasien.
Profil Sodium sebaiknya harus sepengetahuan dokter yang bertanggung
jawab. Karena selama proses dialysis berlangsung dapat terjadi perubahan
konsentrat sodium di dalam dialysat. Pemakaian sodium dapat dinaikkan
27
atau diturunkan sesuai kebutuhan pasien dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan laboratorium terhadap plasma sodium untuk mendekteksi
apakah kebutuhan sodium di dalam darah sudah terpenuhi.
Pemakaian Bicarbonat mulai dari (-1 s/d -8) dan +1 s/d +8), dapat
dipergunakan tergantung hasil bicarbonate dalam darah (HCO 3).
Pemakaian ini harus sepengetahuan dokter, penambahan bicarbonate pada
dialisat, hanya dimiliki oleh mesin Fresenius dengan kandungan sodium
Bicarbonat powder sebanyak 8,4%.
Cek kembali Qd (kecepatan dialysat) standard 500 cc/menit.
Untuk mendapatkan hasil dialysis yang lebih baik, tingkatkan Qd 800
cc/menit dan Qb (kecepatan darah) > 250 Rpm.
Menu UF berisi :
Tekan tombol menu UF, dilayar akan terlihat UF goal = jumlah cairan yang akan ditarik.
UF time left = waktu yang dibutuhkan untuk dialysis.
UFR akan otomatis menghitung sendiri sesuai dengan UFG dan time left.
UF profil = model pilihan dalam penarikan cairan, cukup dengan menentukan angka
profil yang dikehendaki.
UF volume akan otomatis tampil sesuai dengan jumlah air yang sudah keluar.
Jika program telah selesai tekan tombol confirm.
Sambungkan blood lines dengan AV – Fistula, tekan tombol ON pada menu UF.
ISO – UF, digunakan ketika anda melakukan tindakan sequential Ultrafiltrasi (ISO UF)
= Isolated Ultrafiltrasi, yaiku : penrikan cairan tubuh di luar tindakan HD.
Menu dialysat berisi :
28
Dilution : pencampuran dalam konsentrate 1 + 34
Pemakaian konsentrate disesuaikan dengan kebutuhan pasien :
(jangan merubah Base Na+, karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka
yang berada di gallon Na = 140 mmol).
1. TUJUAN :
a. Proses dialysis berjalan lancar.
b. Masalah pasien segera teratasi.
c. Mencegah komplikasi berlanjut.
29
d. Pasien merasa nyaman dan aman.
2. PROSEDUR :
a. Pengamatan Dializer, meliputi :
Nama pasien dan Dializer yang akan dipakai harus sama.
Jika dialyzer direuse setelah dibilas dengan normal saline 0,9% harus sudah bebas
dari Formalin atau Renalin dengan menggunakan test strip Residual Formaldehyde
(Formalin) dan test trip residual Peroxide (Renalin).
b. Pengamatan pasien, Dializer :
o Sebelum dialysis => Melakukan pemeriksaan fisik secara teliti, mulai kepala
sampai kaki.
o Minimal setiap jam => Observasi tanda-tanda vital (Tekanan Darah, k/p Heart Rate,
Nadi, Pernapasan dan Suhu) sesuaikan dengan kondisi pasien.
o Observasi vascular accsess dan pembuluh darah vena (apakah ada rembesan
darah, pembekakan, hematoma).
o Observasi keluhan pasien :
Kaji / anamneses kebutuhan pasien.
Mencari penyebab timbulnya masalah.
Mengatasi masalah yang ada dengan memberikan pendekatan atau membantu
kebutuhannya.
o Perawat cepat tanggap dengan masalah pasien.
o Memberikan rasa nyaman (menciptakan lingkungan yang tenang).
c. Pengamatan mesin, terdiri dari :
o Sambungan AV – Fistula dengan Blood Lines dan sebaliknya.
o Blood lines ke dialyzer dan sebaliknya.
o Sambungan tekanan arteri dengan mesin dialysis.
o Sambungan tekanan venous dengan mesin dialysis.
o Jenis konsentrate yang digunakan.
o Selama proses dialysis semua klem terbuka, kecuali klem infuse harus tertutup.
o Buble trap terisi ¾ bagian, jangan sampai kosong.
o Jangan ada udara di sepanjang sirkulasi darah dan dialyzer.
30
o Observasi keceoatan pompa darah (Qb), cocokkan dengan efektifitas blood flow.
Akurasi + 5-10% antara Qb dengan efektifitas.
o Observasi tekanan arteri (apakah lancar aliran darah meuju dialyzer?)
d. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan arteri adalah :
o Pembuluh darah pasien (aliran darah)
o Ukuran dari pada jarum fistula
o Posisi / letak jarum fistula
o Kecepatan pompa darah
Observasi tekanan vena (apakah ada hambatan pada tempat masuknya darah
menuju ke pasien?)
Tekanan vena dipengaruhi oleh :
o Pembuluh darah vena pasien kecil.
o Bekuan darah (klotting) pada buble trap venous.
o Terjadi pembengkakan (hematoma) pada vena.
o Blood lines tertekuk.
o Tekanan vena turun jika kecepatan darah di bawah 100 Rpm.
Observasi TMP (Trans Membran Pressure)
Tekanan TMP dipengaruhi oleh :
o Perbedaan tekanan diantara kompartemen darah dengan dialisate.
o Bekuan darah (klotting) di dialyzer.
o Jika surface area dialyzer kecil, UFR akan besar maka menimbulkan TMP
Observasi Ultra Filtrasi Goal (Total jumlah penarikan cairan selama dialysis) UFG
dipengaruhi :
o Intake (minum, infuse, tranfusi, zonde, cairan priming).
o Selisih timbangan berat badan dating dengan berat badan kering (dry weight).
o Pengkajian pasien ( sesak nafas, batuk-batuk, slym, overload).
o Klinis pasien (edema anasarka, acites dll).
Time Left (lamanya dialysis)
o Frekuensi dialysis :
(1x / minggu @ 5 jam atau 2x / minggu @ 5 jam)
(3x / minggu @ 4-5 jam)
31
o Waktu Sequential (Iso UF = Isolated Ultrafiltrasi), teori bahwa waktu tindakan
sequential harus diluar waktu proses dialysis.
o Waktu selama dialysis sangat mempengaruhi hasil dialysis yang adekuat.
Standar Konsentrate
Konsentrate dapat dinaikkan atau diturunkan secara manual, sesuai kebutuhan
pasien.
Pemakaian Bicarbonat
Dapat diatur sesuai dengan hasil darah bicarbonate (HCO3), asalkan
menggunakan bi-Bag sebagai konsentrate.
M. MENGAKHIRI DIALYSIS PASIEN
1. TUJUAN :
Untuk menghentikan / menyelesaikan proses dialysis.
2. KEBIJAKAN :
a. Waktu dialysis sudah selesai.
b. Keadaan umum pasien semakin menurun (ditandai dengan TTV abnormal).
c. Gangguan PLN (listrik mati yang tidak ada batasan).
d. Gangguan mesin yang tidak bisa diatasi saat proses dialysis berlangsung.
3. PERSIAPAN :
a. Piala ginjal
b. Kassa steril
c. Betadine solution
d. Sarung tangan tidak steril
e. Perban gulung
f. Band Aid (pelekat)
g. Gunting
h. Nebacetin powder anti biotic.
i. Termometer.
j. Micropore
k. Pemakai memakai kaca mata, apron, masker.
32
4. PROSEDUR :
a. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi TTV (T, N, S)
b. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100Rpm.
c. Perawat mencuci tangan.
d. Perawat memakai apron, masker, kaca mata, sarung tangan tidak steril.
e. Mesin menunjukkan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UF volume = angka
UFG).
f. Jika proses HD sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion” tekan confirm
(pompa darah mati secara otomatis).
g. Tekan tombol dialysis start.
h. Untuk mengakhiri dialysis, matikan pompa darah (blood pump).
i. Klem fistula arteri dan selang darah arteri.
j. Cabutlah fistula inlet (arteri), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine.
k. Bilas fistula, selang darah dan dialyzer dengan normal saline 0,9% sampai bersih dan
gunakan Qb 100 Rpm, Jika buble trip outlet sudah bersih, mesin akan tertulis “Dialysis
END” dan empty bi-Bag lalu tekan tombol confirm.
l. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa bethadine.
m. Jika tidak ada darah pada bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder (k/p) dan
tutuplah dengan Band aid,
n. K/p berilah perban gulung pada luka tusukan & fiksasi.
o. Observasi tanda-tanda vital pasien, timbang BB.
p. Kembalikan alat-alat ke tempat semula, perawat mencuci tangan.
1. Memonitor keadaan umum pasien meliputi tanda-tanda vital, apakah ada eksaserbasi
hipertensi, hipotensi, atau adanya tanda-tanda syok hipovolemik akibat dari ultrafiltrasi
yang berlebihan yang mengakibatkan gangguan pada system hemodinamik pasien. Jika
ini terjadi lakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab.
2. Memonitor adanya tanda-tanda hiperkalemia post dialysis terutama pada pasien yang
mendapatkantransfusi darah selama proses dialysis.
3. Memonitor adanya tanda-tanda hipoglikemi akibat terdialisinya gula darah pasien.
33
4. Memonitor adanya gejala Disequilibium syndrome yang merupakan kumpulan gejala
seperti hipotensi, mual dan muntah, kejang, dan terjadinya penurunan kesadaran secara
mendadak.
5. Memonitor adanya perdarahan seperti hematemesis, melena, haemaptoe dan perdarahan
akibat akses vaskuler yang bersifat sementara misalnya perdarahan pada daerah
inguinalis akibat akses femoralis yang ditandai dengan pembengkakan di daerah
inguinalis. Jika ini terjadi maka sebaiknya perawat ruangan berkoordinasi dengan perawat
dialysis untuk penatalaksanaan selanjutnya.
O. PERAWATAN AKSES VASKULER PRE DAN POST DIALYSIS DI RUANG RAWAT NAP
34
Masuknya kuman atau bibit penyakit ke dalam tubuh (sirkulasi darah) yang menimbulkan
pembengkakan (tumor), kemerahan (rubor), nyeri (dolor), panas (calor), fungsio laesa
(gangguan fungsi).
3. DATA :
Centers for diseases control and prevention (CDC).
Health Care Financing Administration (HCFA).
Food Drug Administration (FDA).
6. PROSEDUR :
PETUGAS DIALYSIS
o Pakaian seragam petugas digunakan hanya untuk di ruangan dialysis.
o Pakaian seragam petugas dialysis tidak boleh menutupi telapak tangan dan
menyentuh lantai.
o Pakailah kaca mata, masker, sarung tangan jika akan menolong pasien terinfeksi.
o Cuci tangan selama 3 menit sebelum dan sesudah menolong pasien.
o Jangan menggunakan perhiasan di tangan saat bertugas di ruang dialysis.
o Kenakan sepatu seragam selama berada di ruang dialysis.
o Periksa darah terhadap hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
MENCUCI TANGAN :
o Wastafel harus terlihat jelas oleh petugas dialysis, pasien dan keluarga pasien.
o 1 buah wastafel di setiap 4 mesin dialysis.
o Kran wastafel yang dapat digerakkan oleh siku tangan tanpa harus memutar
dengan jari tangan.
o Wadah cairan desinfektan untuk mencuci tangan menggunakan cara ditekan.
o Sediakan gambar proses mencuci tangan dengan sistematis dan benar, dan
letakkan di atas wastafel.
o Lakukan pembilasan dengan posisi jari tangan kearah tangan.
o Keringkan tangan dengan handuk tissue (disposable).
o Disetiap wastafel disediakan : sarung tangan, tissue handuk, larutan desinfektan,
artikel, kran air, kran putar dengan siku, tempat sampah, pelembap untuk tangan,
masker.
o Kalau perlu pasanglah artikel yang menarik untuk dibaca, letakkan dekta dengan
wastafel.
36
LINGKUNGAN TEMPAT KERJA :
o Masukkan alat-alat kotor ke tempat pembuangan yang tersedia.
o Gunakan cairan desinfektan dalam bentuk spray untuk membersihkan wilayah
ruang dialysis.
o Gunakan handuk tissue untuk membersihkan wilayah ruang dialysis.
o Gunakan sarung tangan non steril setiap membersihkan darah di area dialysis.
o Bersihkan alat-alat yang digunakan pasien, seperti :
Trolley tindakan
Tempat tidur
Kursi
Meja pasien (nakhas)
Mesin dialysis
o Bebaskan tempat dialysis dan nurse station (staff dialysis) dari makanan dan
minuman.
o Sterilisasi ruangan dialysis minimal setiap 1 bulan sekali.
o Sediakan tempat sampah sesuai dengan jenisnya untuk dibakar di incinerator,
antara lain :
Sampah jarum / ampul / flacon.
Sampah blood lines dan dialyzer.
Sampah gallon dan pembungkus kemasan.
o Pisahkan linen umum dengan linen terinfeksi.
o Siapkan ruangan untuk pasien umum dan pasien isolasi.
ALAT MEDIS
o Pisahkan mesin untuk kasus-kasus tertentu, jika tidak mempunyai larutan
desinfektan yang teoat.
o Penularan penyakit melalui mesin dialysis, antara lain pada :
Coppler (hanson connector), saat melakukan desinfektan terjasi sirkulasi pada
sirkuit mesin (loop).
o Lakukan desinfektan mesin setiap selesai tindakan dialysis (bagian dalam dan
bagian luar mesin).
o Bersihkan alat-alat medis yang telah digunakan pasien seperti :
37
Stetoscope, manset, gunting, klem, tempat tidur, kursi, lemari samping (nakhas)
dengan sodium hypoclorid 1 : 10.
o Gunakan set HD dalam bentuk disposable / single use dan pastikan set HD yang
akan digunakan sudah steril.
o Setiap memasukkan obat atau mengambil darah melalui blood lones, gunakan
swab alcohol 70%.
o Gunakan spuit / jarum suntik disposable.
38
Periksa air secara berkala minimal 6 bulan sekali terhadap bakteri dan
Endotoxin.
o Pemipaan :
Tutuplah pipa / kran air dengan rapat pada tempat yang tidak digunakan, bakteri
akan banyak tumbuh di tempat terbuka.
Gunakan system pemipaan secara loop (berputar) untuk mencegah
pertumbuhan bio film (lumut) dan bakteri di dalam pipa.
o Tanki penampungan Air RO (Air Produk) :
Bersihkan / kuraslah secara rutin tanki air produk minimal 2 bulan sekali, dan
berikan larutan desinfektan sodium hypocloride 1 : 100.
Bilas sampai bersih dan lakukan pengetesan air tanki terhadap clorin untuk
memastikan apakah air di tanki prosuk sudah bebas dari clorin.
PASIEN :
o Setiap pasien baru atau pasien yang telah berkunjung dari Rumah Sakit lain, maka
wajib diperiksa ulang laboratorium terhadap hepatitis B, hepatitis C, anti dan HIV.
o Pemeriksaan ulang seperti di atas minimal 1x / 6 bulan untuk pasien rutin.
o Setiap akan transfuse lakukan screening darah terhadap (anti HbsAg, anti HCV
dan anti HIV) pada masing-masing kantong darah.
o Lakukan vaksinasi untuk semua pasien yang rentan hepatitis B.
o Test anti HBs pada 1-2 bulan sesudah pemberian dosis terakhir.
o Jika anti Hbs < 10 ml U / ml, dipertimbangkan yang rentan, vaksinasi ulang dengan
tambahan 3 dosis dan test ulang untuk anti Hbs.
o Jika anti HBs > 10 ml U / ml, dipertimbangkan kebal (tahan) dan test ulang.
o Berikan dosis boster dari vaksinasi jika anti HBs < 10 ml U / ml dan teruskan untuk
test ulang lagi.
39
Dialysis 40 µg 1.0 ml 0.1.6
Pasien < 20 tahun 5 µg 0.5 ml 0.1.6
Pasien > 20 tahun 10 µg 1.0 ml 0.1.6
40
Q. KEBIJAKAN INFEKSI KONTROL UNTUK HEPATITIS B, C, & HIV, DIUNIT HD
1. TUJUAN :
Menyusun panduan untuk pencegahan penularan infeksi terhadap pasien dan staff.
2. SASARAN :
Menjamin petugas kesehatan untuk melindungi pasien dari resiko infeksi silang
terhadap hepatitis B / C / HIV.
Menjamin tidak adanya resiko untuk penunjang dari / ke unit yang tidak menmpunyai
infeksi silang.
Mempertimbangkan keamanan di lingkungan kerja.
3. JANGKAUAN :
Pasien yang menjalani Hemodialysis di Unit Hemodialysis.
Pasien / staff kesehatan yang bekerja di Unit Hemodialysis.
Semua yang berkaitan dengan prosedur kerja dalam lingkungan terapi pengganti ginjal
merupakan awal san akhir dari terpai Hemodialysis.
Petugas / staff dan perawat secara umum.
4. CARA KERJA :
Mencuci Tangan
Sebelum menangani pasien, tangan harus dicuci sepenuhnya dengan larutan yang
tepat untuk cuci tangan dan harus mengikuti petunjuk prosedur tetap jika akan
memakai sarung lain.
Menggosok tangan dengan Alkohol / HEXOL.
Sediakan alcohol dalam botol untuk menggosok tangan, sebaiknya tersedia untuk
masing-masing individu di meja pasien / trolley yang digunakan staff ketika tidak
memungkinkan untuk mencuci tangan dan diantara pasien.
Perlindungan Staff
Melakukan semua prosedur di dalam unit dialysis untuk mempertimbangkan resiko
tinggi. Standard Tindakan Pengecekan (STP) harus teliti dan hati-hati termasuk untuk
semua staff.
41
Mengenakan Pelindung
o Pelindung masker / kacamata harus dipakai sebagai pelindung penangkal
semburan atau percikan dari darah yang mungkin dapat terjadi selama prosedur
berlangsung.
o Anggota staff yang akan memakai apron / tidak menyerap dan sekali pakai
buang, (disposable) sesuai dengan standard pencegahan dan keseluruhan,
tidak ada batasan seperti pada prosedur di bawah ini :
Permulaan punksi dan mengakhiri dialysis.
Meyambung vascular akses.
Membuang selang darah karena terjadi beku atau bocor.
Ketika resirkulasi pasien (diputus sementara dari mesin).
o Apron harus segera diganti setelah tercemar darah atau cairan tubuh.
o Apron harus diganti diantara masing-masing pasien dan prosedur.
Sarung tangan sekali pakai buang / disposable
o Tersedia sarung tangan mudah dijangkau.
o Sarung tangan digunakna anggota staff untuk perlindungan ketika melakukan
prosedur yang kemungkinan membahayakan.
o Staff harus mencuci tangan :
Setelah menggunakan sarung tangan
Menyentuh dari masing-masing pasien untuk mencegah penularan silang
atau gunakan “HEXOL” diantara pasien :
o Buanglah sarung tangan ketika prosedur terganggu :
(menerima telepon, kembali menghubungi petugas).
o Ganti sarung tangan ;
Sesudah melakukan prosedur
Berhubungan dengan pasien.
Sebelum menyentuh mesin dialysis dan alat lainnya.
o Pakailah sarung tangan di dalam memenuhi Kebijakan Standard Pencegahan
dan gunakan prosedur di bawah ini :
Memindahkan selang darah dari dialysis dan pasien.
42
Menangani selang darah berisi darah.
Menangani selang yang tercemar darah atau cairan tubuh.
Membuang urine dan cairan tubuh.
Test glukosa.
Menangani pemeriksaan darah.
Menyuntik dan memberikan obat ke dalam selang darah / bubble traps.
Ketika mengukur tekanan darah.
Melakukan prosedur punksi / kanulasi.
Menyentuh selang mesin dialysis untuk mengatur flow rate.
Memutuskan dan menyambung selang.
5. PEMELIHARAAN KE PASIEN ;
Isolasi / Memisahkan
Mengingat isolasi lebih terjamin untuk mesin, jika memungkinkan sampai status
negative. Untuk mencegah penularan sebaiknya cukup prosedur desinfektan.
Pasien HBsAg Postif.
o Pasien test permulaan Antigen Hepatitis B (HBsAg) positif), dianjurkan dipisah
dari pasien negative.
o Pisahkan ruangan atau jauhkan lokasi dari mereka.
43
o Memisahkan pasien HBsAg positif dari pasien negative atau tempatkan pasien
dengan Antibodi imun HIV (hepatitis B) diantara pasien.
o Setelah digunakan pasien hepatitis B, terakhir tempat dibersihkan.
Anti HCV atau HIV
o Mesin tidak diisolasi atau dipisahkan adalah persyaratan untuk Anti HCV positif
atau pasien HIV.
(Walter reed Army Medical Centre & AnzSN (2001).
a. Pasien infeksi dengan lebih dari satu virus, contoh : HBV dan HCV atau HBV
dan HIV harus diobati sebagai penyebar / pembawa dari HBV, yang sangat
terinfeksi.
b. Instrument dibersihkan dan disinfektan, terutama pada permukaan alat yang
masih sisa.
Tugas Anggota Staff
Menugaskan anggota staff untuk merawat pasien hanya dengan HBsAg positif jika
memungkinkan
Sebaliknya memulai dialysis pada pasien yang rentan sebelum merawat pasien
infeksi.
Pasien
Untuk mencegah resiko infeksi silang pasien harus mempunyai kesadaran penuh
terhadap prosedur di unit dan kebijakan infeksi kontrol.
Semua luka / sisi tusukan pada pasien harus dilindungi dengan balutan rapat
sampai perdarahan berhenti.
Semua pasien yang memerlukan kanulasi harus mendapat pendidikan, penting
sekali membersihkan dan mencuci lengan dengan tepat pada tempat punksi AVF /
AVG sebelum kanulais dimulai.
Semua pasien (siapa saja) yang akan menyentuh sisi jarum harus memakai sarung
tangan dan segera membuangnya sebelum menyentuh permukaan lain di dalam
unit.
Mereka dianjurkan mencuci tangan sesudah menghentikan perdarahan.
44
Objektif : Menyediakan tempat perawatan untuk keamanan dan kenyamanan para staff
dan pasien.
Tempat dialysis mudah sebagai penghubung saat terjadi emergency dan cukup tempat
untuk resusitasi saat membawa keluar pasien dialysis.
Tempat ini akan menjadi batas “percikan” penularan diantara pasien.
Dianjurkan 2 meter diantara tiap kursi pasien.
Tempat sikat / tempat cuci tangan.
Cukup tempat untuk cuci tangan.
Dianjurkan 1 tempat cuci tangan untuk 4 pasien di unit tersebut.
45
o Tempat kerja cukup untuk melakukan prosedur.
o Cukup cahaya / penerangan.
o Kesibukan kerja.
o Hanya orang tertentu yang ditunjuk bertugas dalam unit.
o Akses yang mudah untuk persediaan barang-barang seperti :
Mengenakan pelindung
Tempat jarum
Tempat sampah
Tempat linen
o Jarak
Jarak tiap tempat dialysis dapat memuat kursi dan mesin dialysis sebagai
ruang kerja untuk 2 staff dialysis.
46
Beberapa barang non disposable yang akan dipakai hanya untuk satu pasien:
o Tourniquet, plester
o Mesin tekanan darah dan thermometer
47
o Mesin dialysis akan efektif didesinfektan sesudah tiap pasien, sesuai dengan
petunjuk dari mesin.
o Proseur pembilasan, desinfektan dan pembuangan dilakukan sesudahtiap
dialysis berlaku untuk semua pasien.
o Mesin dialysis digunakan untuk tindakan pasien yang sudah diketahui hepatitis
B positif atau yang belum diketahui statusnya atau dengan anti HCV positif
digunakan pada pasien lainnya tetapi harus di bleach sesudah digunakan.
o Jika terdapat kebocoran darah di dalam system sirkulasi, biasanya pembilasan
dan prosedur desinfektan akan dilakukan 2x sebelum system digunakan pada
pasien yang berbeda.
Tekanan Transducer
Saringan tekanan transducer pelindung / penangkal harus digunakan untuk
mencegah pencemaran dari kedua komponen arteri dan vena dari mesin dialysis.
o Ini harus diganti dan ditempatkan kembali ketika basah atau tercemar dengan
darah.
o Memberitahukan teknisi jika terjadi kebocoran darah bagian dalam isolasi yang
membutuhkan penggantian sebelum mesin dipakai untuk pasien berikutnya.
BENDA TAJAM
Pembuangan benda tajam
Staff melakukan prosedur pada instrument benda tajam yang telah digunkan
secara pribadi dan bertanggung jawab untuk keamanan pembuangan benda tajam
yang dipakai.
Benda tajam harus dibuang secepatnya, setelah digunakan masukkan pada tempat
yang ditunjuk.
Tempat benda tajam harus dibawa ke tempat di mana prosedur dilakukan.
Jangan menutup jarum.
Tempat pembuangan
Tempat benda tajam tidak boleh melebihi dari pada 2/3 bagian.
Benda tajam jangan dipaksakan dimasukkan pada tempat sampah yang sudah
penuh.
Mereka harus menjamin segel / terkunci ketika penuh dan pembuangan
dikumpulkan untuk dibuang.
Jika ada darah di atas permukaan tempat / wadah jarum harus dibersihkan dengan
Sodium Hypoclorid 1 : 100.
50
mendapatkan transfuse untuk memperbaiki anemia dan pasien indikasi hemodialysis
dengan kegawatan.
2. Pemeriksaan hematologi rutin
Serum iron, saturasi transferin, Feritin, TIBC, pemeriksaan dilakukan setiap tiga bulan
sekali atau bisa dilakukan sewaktu-waktu dengan pemberian obat-obatan tertentu
3. Pemeriksaan kimia darah
a. Ureum, creatinin, dilakukan setiap kali post Hemodialysis pada pasien persiapan
operasi, pasien hemodialysis dengan kegawatdaruratan, pasien dengan Hemodialisa
serial.
b. Ureum, creatinin dilakukan setiap satu bulan sekali atau minimal setiap enam bulan
digunakan untuk menili kecukupan dialysis pasien (adekuasi).
4. Pemeriksaan HBsAg, dan anti HCV
a. Dilakukan pada pasien pertama kali hemodialysis, pasien travelling dari unit
Hemodialisa lain
b. Dilakukan setiap enam bulan sekali pada pasien yang sudah menjalani hemodialisi
rutin
c. Dilakukan sewaktu0waktu ketika ada perubahan klinis pasien, seperti ikterik,
hiperbilirubinemia, mual muntah, dan lemas.
51
BAB V
DOKUMENTASI
52