Anda di halaman 1dari 61

RANCANGAN DESAIN INSTRUKSIONAL

A. Rancangan Desain Instruksional.

Rancangan Desain Instruksional sebuah produk tentang rencana Instruksional yang berisi perencanaan
instruksional (blue print) untuk pengembangan bahan instruksional dan media yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan. Hasil dari rancangan desain Instruksional berupa bahan Instruksional dan media serta material
Instruksional. Tahapan yang digunakan merancang desain Instruksional yaitu perencanaan, pengembangan,
evaluasi, dan management proses.

B. Langkah-langkah Merancang Desain Instruksional Model Dick and Carey

Untuk merancang desain Instruksional model dick carey mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Ada
sepuluh langkah dasar dalam mengembangkan desain Instruksional menurut dick and carey. Pembahasan
langkah-langkah dick carey secara umum terdiri dari latar belakang, konsep pengembangan dan hasil
pengembangan. Dalam pembahasan berikut akan dilakukan pengembangan desain secara berututan dan lebih
rinci dalam pembahasan langkah per langkah.

Langkah ke-1

MENGENAL TUJUAN INSTRUKSIONAL

(Identify Instructional Goal(s))

A. Latar Belakang

Mungkin hal yang paling kritis dalam proses desain Instruksional adalah mengidentifikasi (pencirian) tujuan
Instruksional. Pada perancangan desain Instruksional yang sistematika merekomendasikan untuk menggunakan
pendekatan teknologi kinerja, di mana tujuan Instruksional didasarkan pada analisis kinerja, penilaian kebutuhan
dari permasalahan yang ada. Tidak ada solusi yang mudah dan tunggal perlu ada proses yang sistematis untuk
memecahkan masalah secara efektif.

B. Konsep Pengembangan

Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa
awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performance Analysis, Need Assessment,
Job Analysis, Practical experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new
instruction.

1. Analisis Kinerja (Performance Analysis)

Performance Analysis (Analisa Unjuk Kerja) adalah sebuah analisa tentang kemampuan unjuk yang bertujuan
untuk memperoleh informasi dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah dan solusinya.

2. Penilaian Kebutuhan (Need Assessment)

Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau mengkaji antara harapan dan
kenyataan. Ada tiga komponen dalam logika penilaian kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu
standar atau tujuan yang disebut sebagai status yang diinginkan.

3. Analisis Pekerjaan (Job Analysis)

Job Analysis (Analisa pekerjaan) adalah sebuah proses pengumpulan, menganalisis, dan mensintesis deskripsi
tentang apa yang dilakukan orang dalam pekerjaan mereka. Proses analisis pekerjaan dimulai menginventarisir
pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pekerjaan, kemudian digolongkan dalam kategori tugas-tugas yang
memerlukan solusi dengan menggunakan Instruksional.

4. Memperjelas Tujuan Instruksional (Clarifying Instructional Goals)

Pada proses mengumpulkan informasi tujuan terkadang terdapat beberapa pernyataan tujuan yang samar atau
tidak jelas tujuan. Sering muncul tujuan yang sulit diukur seperti mengandung kata “menghargai”, “memiliki
kesadaran dan seterusnya. Pada kontek ini perancang harus melakukan beberapa prosedur untuk memperjelas
tujuan yang samar tadi.

5. Pembelajar, Lingkungan dan Alat (Learner, Context and Tools)

Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Instruksional adalah deskripsi dari apa yang pelajar
akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan
menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat yang akan tersedia.

6. Kriteria dalam Menetapkan Tujuan Instruksional (Criteria for Establishing Instructional Goals)

Kadang-kadang proses penetapan tujuan yang tidak sepenuhnya rasional, yaitu tidak mengikuti proses penilaian
kebutuhan sistematis. Faktor lain misalnya pertimbangan politik dan ekonomi serta teknis atau yang akademis.

C. Hasil Pengembangan Mengenali Tujuan Instruksional (Identify Instructional Goals)

Untuk mengenali tujuan Instruksional pendidikan seni budaya yang akan diberlakukan di sekolah menengah
pertama kelas VI dilakukan beberapa analisis, antara lain :

1. Daftar Tujuan hasil analisis tujuan.

Hasil Analisis dari Kepala Sekolah :

1. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional


2. Anak mampu menyanyikan lagu daerah lampung

3. Anak mampu menyanyikan lagu bebas

4. Anak mampu memainkan salah satu alat musik

5. Anak mampu menggambar

6. Anak mampu menari lampung

7. Anak mampu membuat seni kriya

8. Anak mengenal lagu-lagu daerah

9. Anak mengenal hasil karya seni lampung

10. Anak mencintai seni lampung

11. Pemerintah perlu membantu pengadaan sarana dan prasarana kesenian, antara lain : Pakaian adat
lampung, alat musik tradisional lampung, dan CD musik lagu-lagu lampung

Guru Kesenian :

1. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional


2. Anak mampu menyanyikan lagu daerah lampung

3. Anak mampu menyanyikan lagu bebas


4. Anak mampu memainkan salah satu alat musik

5. Anak mampu menggambar

6. Anak mampu menari lampung

7. Anak mampu membuat seni kriya

8. Anak mengenal lagu-lagu daerah

9. Anak mengenal hasil karya seni lampung

10. Anak mencintai seni lampung

11. Sekolah perlu menyediakan sarana-prasarana kesenian

Pembelajar :

1. Anak menghendaki bisa menggambar


2. Anak menghendaki bisa menyanyi terutama lagu-lagu pop

3. Anak menghendaki bisa mengenal menari

4. Anak menghendaki bisa menggambar

5. Anak menghendaki bisa menggambar

2. Need Assessment

Langkah kedua adalah mengadakan penilaian kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran Pendidikan Seni dan
Budaya di SMP Negeri 13 Bandarlampung dengan hasil sebagai berikut :

1. Pendidikan Seni merupakan mata pelajaran untuk menyalurkan bakat dan minat, mengembangkan
kreatifitas dalam karya seni peserta didik SMP 13 Bandar Lampung.
2. Pendidikan Seni dan Budaya memberikan bekal pada seluruh peserta didik dalam hal ketrampilan
dalam berkarya yang akan berguna bagi dirinya sendiri setelah peserta didik lulus dari lembaga.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas , SMP Negeri 13 Bandarlampung sebagai lembaga pendidikan perlu
memasukkan pendidikan seni dalam kurikulum.

3. Job Analysis

Secara umum lulusan dari Lembaga pendidikan menengah pertama belum memiliki ketrampilan yang cukup
terutama ketrampilan kriya yang akan menjadi salah satu bekal ketrampilan dalam hidupnya di masyarakat.
Dari fakta tersebut di atas perlu peningkatan kemampuan peserta didik, yaitu dengan menerapkan ketrampilan
seni kriya pada mata pelajaran pendidikan seni budaya.

4. Memperjelas Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional harus (1) jelas, pernyataan umum hasil pelajar (2) berkaitan dengan Identifikasi masalah
dan penilaian kebutuhan, dan (3) dapat dicapai dengan pembelajaran daripada beberapa cara yang lebih efisien
seperti meningkatkan motivasi karyawan.

Apa tujuan instruksional?

Tujuan pembelajaran yang dikehendaki adalah untuk memberikan ketrampilan seni kriya agar bermanfaat ketika
diterapkan di masyarakat.

Apa hubungan antara tujuan dan penilaian kebutuhan belajar?


Tujuan pembelajaran secara langsung terkait dengan penilaian kebutuhan ketrampilan sni kriya. Hal ini juga
berhubungan langsung dengan bukti bahwa ketrampilan seni kriya sangat berkorelasi dengan mutu lulusan,

Apakah instruksi cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan?

Mengembangkan keterampilan seni kriya dengan pembelajaran dan praktek praktik secara langsung.

Siapa pembelajarnya?

Pembelajar adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama yang telah setuju untuk menerima pembelajaran
ketrampilan seni kriya.

Dalam konteks apa keahlian akan dia gunakan?

Pebelajar akan menggunakan keterampilan seni kriya mereka dalam masyarakat, untuk diaplikasikan sesuai
dengan fungsinya.

5. Kriteria untuk menetapkan tujuan instruksional

Tujuan instruksional ketrampilan seni kriya dirancang dengan menggunakan kriteria ini.

Apakah tujuan instruksional yang dapat diterima oleh administrator?

Dalam hal ini, tim desain mewawancarai lembaga pendidikan, dan personel yang ada untuk menentukan
persepsi mereka akan pentingnya dan kelayakan untuk penerapan ketrampilan. Desainer juga mewawancarai
beberapa personil siswa untuk berpartisipasi dalam penerapan ketrampilan seni kriya. Tanggapan positif tentang
kemungkinan instruksi diterima dari semua diwawancarai.

Apakah ada sumber daya yang memadai (waktu, uang, dan personil) untuk mengembangkan instruksi?

Sekolah menyediakan dana yang cukup untuk pengembangan Instruksional dan untuk mengembangkan
bahan-bahan yang diperlukan.

Apakah isi stabil?

Isi dan keterampilan yang mendasari kerja praktik kelompok sangat stabil.

Apakah pelajar tersedia?

Pembelajar tersedia, yaitu siswa kelas VII sekolah menengah pertama untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
pembelajaran baik secara teori maupun praktik.

Ini menunjukkan bahwa penetapan tujuan instruksional dan perbaikan dapat menjadi panjang, proses kompleks
yang mencakup banyak aspek dalam identifikasi masalah, analisis kinerja, penilaian kebutuhan, dan pernyataan
dari tujuan instruksional yang jelas.
Langkah ke-2

MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL

(Conduct Instructional Analysis)

A. Latar Belakang

Analisis Instruksional merupakan langkah kedua dari desain Instruksional model dick and carey. Tujuan utama
dari analisis Instruksional adalah menentukan komponen utama dari tujuan Instruksional serta mengidentifikasi
keterampilan bawahan dari setiap langkah untuk mencapai tujuan Instruksional tersebut. Komponen utama dari
tujuan Instruksional berisi langkah-langkah yang pebelajar harus mampu lakukan untuk mencapai tujuan
Instruksional. Langkah kedua dari analisis Instruksional analisis keterampilan bawahan sampai menemukan
perilaku masukan.

B. Konsep Analisis Instruksional.

Secara umum analisis Instruksional ada dua langkah, yaitu analisis tujuan (goal analysis) dan analisis
keterampilan bawahan (subordinat skill analysis). Sebuah Analisis Tujuan adalah suatu analisis untuk
menghasilkan langkah-langkah utama dalam mencapai tujuan pembelajaran dan Analisis Keterampilan
Bawahan adalah sebuah analisis keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk mencapai tujuan sampai pada
keterampilan paling dasar (paling murni) serta ditentukannya sebuah garis entry behaviors.

Langkah utama adalah langkah-langkah keterampilan yang diperlukan oleh pembelajar untuk dapat menguasai
tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan adalah keterampilan yang secara sendiri mungkin tidak penting
tetapi secara keseluruhan sebagai merupakan keterampilan-keterampilan yang secara berurutan untuk mencapai
keterampilan yang lebih tinggi atau keterampilan super-ordinat. Garis perilaku masukan (entry behavior) adalah
garis yang menjadi batas antara keterampilan yang akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai
oleh pebelajar sebelum melakukan pembelajaran.

1. Analisis Tujuan

Analisis Tujuan mencakup dua langkah mendasar. Yang pertama adalah mengelompokkan tujuan menurut empat
ranah belajar gagne (1979), yaitu sikap, keterampilan intelek, informasi verbal dan keterampilan psikomotor.
Langkah kedua adalah memeriksa secara tepat apa yang akan dikerjakan oleh pebelajar apa apabila ia berbuat
untuk mencapai tujuan tersebut ini disebut dengan prosedur menganalisa tujuan.

Paragraf berikut akan menjelaskan empat rana belajar gagne dan menentukan langkah-langkah umum dalam
mencapai sebuah tujuan.

a. Informasi Verbal.

Informasi Verbal adalah kapabilitas seseorang untuk mengungkapkan informasi, fakta, atau label yang tersimpan
dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Dalam informasi verbal tidak ada manipulasi simbolik,
tidak ada penyelesaian masalah atau juga tidak ada aturan penerapan. Informasi verbal hanya menyimpan
informasi itu dan menariknya kembali untuk dites. . Teknik analisa Instruksional yang digunakan bagi informasi
verbal disebut analisa rumpun (cluster analysis).

Contohnya : mengenal bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kartu ucapan.

b. Keterampilan Intelektual.

Keterampilan intelektual adalah keterampilan yang memerlukan aktivitas kognitif yang khas dalam arti bahwa
pelajar harus dapat memecahkan masalah atau melakukan suatu kegiatan dengan informasi atau contoh yang
tidak dijumpai sebelumnya. Keterampilan intelektual terdiri dari tiga macam, yaitu membentuk konsep,
menerapkan aturan, dan memecahkan masalah. Analisa yang digunakan untuk mendapatkan keterampilan
bawahan intelektual menggunakan pendekatan hierarki.

Contohnya : mampu menentukan letak titik yang menjadi perpotongan antara kedua titik yang saling
berpotongan dalam bidang gambar.

c. Keterampilan Psikomotor.

Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan yang harus dikuasai pebelajar yang memerlukan aktivitas
motorik (tindakan otot atau fisik), dengan atau tanpa perlengkapan, walaupun harus disertai dengan tindakan
mental / kognitif untuk mencapai tujuan tertentu. Analisa yang digunakan untuk mengenali keterampilan
psikomotor adalah analisa prosedural.

Contohnya : Mampu menempel accesoris pada media yang akan dijadikan kartu ucapan.

d. Sikap.

Tujuan sikap adalah tujuan yang mengharuskan pebelajar memilih mengerjakan sesuatu, atau keputusan tertentu
untuk bertindak dalam keadaan tertentu. Misalnya, kita ingin orang-orang memilih menjadi pegawai yang baik,
memilih memelihara lingkungan, memilih makanan yang bergizi, dan sebagainya. Ciri Tujuan sikap yang lain
ialah bahwa tujuan itu barangkali tidak akan tercapai pada akhir Instruksional. Itu kerap kali merupakan tujuan
jangka panjang yang sangat penting, tetapi sangat sulit menilainya dalam jangka pendek.

Tujuan sikap terkadang menyertai tujuan kemampuan intelektual atau keterampilan psikomotorik, atau
informasi verbal.

e. Siasat Kognitif

Siasat kognitif adalah meta processes yang digunakan untuk mengatur cara kita berpikir tentang hal-hal dan
memastikan belajar kita sendiri, mengingat dan berpikir serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah,
ancangan untuk memecahkan masalah. Cara mengingat nama, cara mengirit bensin. Keterampilan berada lebih
tinggi dibandingkan dengan keterampilan intelek. Karena pada siasat kognitif kita sudah menggunakan
keterampilan intelek untuk mencari cara dalam memecahkan masalah.

f. Prosedur Menganalisis Tujuan

Prosedur menganalisis tujuan adalah daftar langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pebelajar saat
mewujudkan tujuan Instruksional. Setiap langkah ini dinyatakan dalam sebuah kotak seperti ditunjukkan pada
diagram alur di bawah ini:

Seorang pebelajar yang ingin menguasai tujuan Instruksional harus mengerjakan langkah-langkah tersebut.
Setelah melakukan langkah 1, para pelajar akan kemudian melakukan langkah 2, lalu 3, 4, dan 5. Setelah
melakukan langkah 5, proses akan lengkap, dan jika dilakukan dengan benar, akan dianggap sebagai
demonstrasi kinerja tujuan.

Jika dalam pencapaian tujuan itu ada keputusan yang harus diambil, misalnya pada langkah 3, maka langkah 3
ditunjukkan dalam kotak wajik. Dengan adanya alternatif maka prosedur sekarang menjadi dua jalur, yaitu : 1,
2, 3, 4 dan 5 atau mengambil jalur alternatif sesuai keputusan yang diambil, yaitu : 1, 2, 3, 6 dan 7. Oleh
karenanya pada kontek ini tidak semua langkah harus dikerjakan.
Dalam rangka menganalisis tujuan Instruksional tidak semudah yang dibayangkan, kadang kita sulit sekali
mendefinisikan langkah-langkah pencapaian tujuan. Namun secara umum langkah itu minimal 3 atau 5 dan
paling banyak 15 langkah. Jika kurang dari 3 maka perlu dianalisa ulang dan jika lebih dari 15 juga perlu
dianalisa ulang mungkin terlalu detil.

Pada kasus lain, jika ada langkah balikan maka perlu kita buat garis putus-putus sebagai tanda arus balik/revisi.
Dan jika dalam penulisan tidak cukup dalam satu baris maka kita bisa memutus dan menyambung di bagian
bawah.

a. Analisis Sub-Step

Dalam mengidentifikasi terkadang dalam satu langkah kita perlu membuat sub langkah yang mewakili langkah
tersebut. Misal pada langkah 2 kita membuat sub langkah 2.1, 2.2 dan 2.3 serta pada langkah 5 juga dibuat sub
langkah 5.1 dan 5.2.

1. Analisis Keterampilan Bawahan

Hasil dari analisa tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang diberi nomor urut dan
disusun secara horizontal dari kiri ke kanan. Nomor urut pada kotak merupakan urutan langkah keterampilan
dalam mencapai tujuan Instruksional. Selanjutnya kita akan melakukan mengidentifikasi keterampilan bawahan.
Keterampilan bawahan adalah semua keterampilan yang mendukung tercapainya keterampilan-keterampilan
pada langkah-langkah hasil analisa tujuan.

Keterampilan bawahan seringkali melibatkan beberapa domain belajar, identifikasi keterampilan bawahan
sampai pada keterampilan paling bawah dan murni. Keterampilan bawahan tersebut bisa berbentuk konsep,
teori, aturan, pengertian, definisi, hukum, atau fakta. Terkadang secara sendiri keterampilan bawahan tidak
begitu berarti tetapi dalam rangka mendukung tercapainya keterampilan diatas (super-ordinat) sangatlah
berfungsi. Tanpa keterampilan itu mungkin tujuan Instruksional tidak akan tercapai. Keterampilan bawahan
dalam peta analisis ditempat pada kotak-kotak di bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.
Bagan diatas menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa. Keterampilan pada langkah 1,
langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5 merupakan keterampilan super-ordinat. Keterampilan bawahan
pada langkah 1 merupakan hasil analisis hierarki. Keterampilan bawahan pada langkah 2 merupakan hasil
analisis rumpun. Dan Keterampilan bawahan pada langkah 3 merupakan hasil analisa prosedural. Analisa
keterampilan bawahan ini akan dibahas berikut.

a. Analisis Hierarki

Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam analisis tujuan intelektual atau
psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi seluruh keterampilan-keterampilan bawahan yang mendukung
tercapainya tujuan.. Kemudian keterampilan-keterampilan bawahan ditulis kotak-kotak untuk memudahkan
dalam penyusunan dalam peta konsep yang akan dibuat.

Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan bahwa keterampilan-
keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai pada titik keterampilan terendah. Ada satu hal yang
harus dipertimbangkan bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal ini yang
merupakan ciri dari analisa hierarki.

Setelah anda merasa puas sudah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk
dapat menguasai tujuan Instruksional anda, anda kemudian memeriksa hasil analisa anda, dan membeberkannya
dalam satu peta analisa.

Dalam mendiagramkan analisa hierarki digunakan cara kebiasaan berikut:

1) Tujuan akhir Instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan hierarki.

2) Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotak-kotak yang dihubungkan dengan
garis-garis yang berasal dari kotak-kotak atas dan bawahnya.

3) Keterampilan-keterampilan informasi verbal dan sikap dihubungkan dengan garis-garis mendatar,


sebagaimana juga diperlihatkan dalam. bagian-bagian berikutnya.

4) Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya ke atas menuju ke tujuan akhir.

5) Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja yang menunjukkan apa yang
pebelajar harus mampu lakukan. Hindari rumusan yang hanya menggunakan kata benda.

6) Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa segala macam. Tidak ada “satu”
wujud penampakan hierarki yang benar.
Adalah penting untuk memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk memastikan bahwa anda telah
mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan pebelajar bagi menguasai tujuan Instruksional. Pada
tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling
kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang diperlukan oleh pebelajar-
pebelajar anda. Ini akan memungkinkan anda menentukan apakah anda sudah memasukkan semua keterampilan
bawahan yang perlu.

b. Analisis Prosedural

Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah keterampilan bawahan
dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau
lebih pas mungkin rincian keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas. Keterampilan ini lebih merupakan
rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah ibawahnya bukan merupakan syarat untuk
langkah selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat di bawah

Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis Instruksional. Langkah 2.1 adalah langkah
bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah
subskills dari langkah 4 dan merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah langkah
hierarkis dari langkah 4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam analisa prosedural disusun sejajar dimulai
dari sebelah kanan sebagai keterampilan paling bawah atau prosedur pertama.

c. Analisis Rumpun

Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa rumpun lebih berfungsi
mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai.
Setiap kategori dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun
prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang
dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra
Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak keterampilan bawahan
hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada analisis prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan
keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan.

d. Perilaku Masukan

Proses analisis Instruksional juga berfungsi membantu perancang mengidentifikasi Instruksional tentang apa
yang sudah harus tahu atau mampu lakukan pembelajar sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut
sebagai perilaku masukan.

Prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara langsung berkaitan dengan proses
analisis keterampilan bawahan. Anda tahu bahwa dengan analisis hirarkis Anda bertanya, “Apa yang pembelajar
perlu tahu dalam rangka untuk mempelajari keterampilan ini?” Jawaban atas pertanyaan ini adalah satu atau
lebih keterampilan bawahan. Jika Anda melanjutkan proses ini dengan masing-masing berturut-turut set
keterampilan bawahan, bagian bawah hirarki akan berisi keterampilan yang sangat dasar.

Asumsikan Anda memiliki peta analisis Instruksional yang begitu lengkap. Ini mewakili berbagai keahlian yang
dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari tingkat yang paling dasar pemahaman sampai tujuan Instruksional
Anda. Jika mayoritas peserta didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang ada pada peta analisis
sebelum memulai Instruksional maka, maka diatas keterampilan tersebut dibuat garis putus-putus. Garis putus-
putus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan)
Semua keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita belajarkan sedangkan yang dibawah garis
disebut perilaku masukan tidak perlu di belajarkan, karena sudah dikuasai oleh pembelajar.

e. Sifat Kesementaraan

Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan bagi pebelajar-pebelajar yang
tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin dalam analisa Instruksional garis entry behaviors
terlalu tinggi, yang menunjukkan bahwa pebelajar-pebelajar populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar
keterampilan yang ada pada peta. Kalau tingkah laku masukan yang dianggap sudah ada itu ternyata belum
dikuasai oleh sebagian besar populasi sasaran, maka material Instruksional itu kehilangan fungsinya bagi
banyak pebelajar. Tanpa persiapan yang memadai untuk menguasai keterampilan masukan, usaha-usaha para
pebelajar menjadi tidak berdaya guna dan materialnya tidak berhasil guna.

Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan analisa Instruksional.
Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajar-pebelajar sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Kesalahan seperti ini bisa
berakibat fatal dari sudut pengembangan material Instruksional yang sebenarnya tidak diperlukan para pebelajar,
dan dari sudut waktu yang diperlukan bagi para pebelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan yang
sebenarnya sudah mereka kuasai.
1. Kesimpulan

Proses tujuan analisis dimulai hanya setelah Anda memiliki pernyataan yang jelas dari tujuan Instruksional.
Langkah-langkah dalam proses analisis tujuan adalah :

1. Mengklasifikasikan tujuan menjadi salah satu dari empat wilayah belajar, yaitu sikap, keterampilan
intelektual, informasi verbal dan keterampilan psikomotorik.
2. Mengidentifikasi langkah-langkah utama yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan.
Produk awal Anda harus dipandang sebagai draft dan harus tunduk pada evaluasi dan perbaikan.

3. Mengidentifikasi keterampilan bawahan dari semua langkah-langkah utama dalam pencapaian tujuan.
Langkah ini harus sampai kepada keterampilan yang paling dasar dan murni.

4. Melakukan analisis keterampilan bawahan terhadap langkah-langkah utama.

1) Analisis klaster dilakukan pada langkah informasi verbal.

2) Analisis hirarkis dilakukan pada keterampilan intelektual dan psikomotorik.

3) Analisis prosedural dilakukan pada keterampilan intelektual dan psikomotorik.

1. Proses analisis kadang perlu diulang – proses step-down digunakan sampai Anda percaya bahwa tidak
ada keterampilan bawahan lebih lanjut masih harus diidentifikasi.
2. Mengidentifikasi perilaku masukan yang akan dituntut dari peserta didik dengan menggambar sebuah
garis titik-titik di bawah ini keterampilan-keterampilan yang akan diajarkan dan di atas orang-orang
yang tidak diajarkan. Keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis yang tidak akan diajarkan yang
disebut sebagai perilaku masukan.

Akhir dari analisis ini sampai dihasilkan sebuah peta analisis atau peta konsep seperti pada gambar
Langkah ke – 3

MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN LINGKUNGAN

(Analyze Learner and Context)

disusun oleh : muhamad khotib, triwahyu handoyo, suyono


wahyuni satiawati, rita ambarwati
(Mahasiswa Pasca TP Unila 2009)

A. Latar Belakang

Kenyataan di lapangan banyak ditemui adanya ketidakcocokan antara Instruksional dengan kemampuan
pembelajar, dengan lingkungan tempat belajar dan dengan lingkungan setelah pembelajar menggunakan
keterampilan. Oleh karena itu perancang tidak hanya menganalisis dan menentukan apa yang akan diajarkan,
tetapi juga menganalisis karakteristik dari peserta didik, konteks di mana belajar akan dilakukan, dan konteks di
mana keterampilan pada akhirnya akan digunakan. Untuk keperluan ini kita melakukan analisis pembelajar dan
analisis konteks.

Alasan lain bagi perancang untuk menganalisis pembelajar dan konteks adalah bahwa analisis ini tidak dapat
dilakukan dalam satu kantor. Desainer harus berbicara dengan pembelajar, instruktur, dan manajer; mereka harus
mengunjungi ruang kelas, fasilitas pelatihan, dan peserta didik tempat kerja untuk menentukan keadaan di mana
peserta didik akan mendapatkan dan menggunakan keterampilan baru mereka. Seperti pada langkah 2 analisa
Instruksional dan analisa pebelajar dan konteks sering digunakan secara simultan sebagai satu kesatuan,
sehingga informasi dikumpulkan dari setiap komponen

B. Konsep Pengembangan

Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang dilakukan, yaitu analisis pembelajar,
analisis konteks performansi dan analisis konteks learning.

1. Menganalisis Pembelajar (Analyze Learner)

Sebelum kita membahas analisis pembelajar, baik kita tahu dulu siapa pembelajar dalam desain yang akan
dibuat. Pembelajar disini kadang disebut sebagai populasi target atau kelompok sasaran. Mari kita mulai dengan
mempertimbangkan bahwa pebelajar mendapatkan seperangkat Instruksional. Kita akan mengacu pada pebelajar
ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai Instruksional secara tepat.

Informasi yang berguna yang akan didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan awal
tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4). Motivasi belajar, (5). Tingkat
pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang disukai, (7). Sikap terhadap pengelolana pemberian
Instruksional, dan (8). Karakteristik kelompok. Paragraf berikut akan membahas secara lengkap informasi
tersebut.

1) Perilaku Masukan.

Perilaku masukan maksudnya anggota populasi sasaran harus telah menguasai keterampilan tertentu sebelum
proses Instruksional dimulai. Pada peta konsep perilaku masukan berada di bawah garis entry behaviors.

2) Pengetahuan Sebelumnya Tentang Topik.

Menekankan pentingnya menentukan apa yang peserta didik sudah tahu tentang topik yang akan diajarkan
secara parsial. Mereka membangun pengetahuan baru dengan membangun pemahaman mereka sebelumnya,
sehingga hal ini sangat penting bagi desainer untuk menentukan jangkauan dan sifat pengetahuan sebelumnya.
3) Sikap Terhadap Isi dan Sistem Penyampaian.

Sikap atau kesan pebelajar terhadap isi materi dan bagaimana akan disajikan akan mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Harapan populasi tentang cara penyampaian materi akan menimbulkan motivasi.

4) Motivasi Akademik.

Tingkat motivasi pebelajar merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang sukses.
Ketika pebelajar mempunyai tingkat motivasi atau interest yang rendah terhadap topik tertentu, pembelajaran
hampir tidak terjadi. Keller (1987) mengembangkan sebuah model motivasi ARCS (perhatian, relevansi,
kepercayaan dan kepuasan) yang diperlukan dalam kesuksesan belajar tersebut.

5) Pendidikan Dan Tingkat Kemampuan.

Menentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum pebelajar. Informasi ini akan membantu mendapatkan
gambaran jenis pengalaman pembelajaran yang mereka alami dan mungkin kemampuan mereka dalam
mengatasi masalah terhadap pendekatan baru dan berbeda dalam pembelajaran.

6) Pembelajaran yang disukai.

Temukan keterampilan belajar dan kesukaan serta minat pebelajar untuk mendapatkan model pembelajaran yang
sesuai. Dengan kata lain, apakah pebelajar menyukai pendekatan ceramah atau diskusi dalam belajar atau
apakah mereka mengalami pendekatan belajar yang lain seperti studi kasus, pembelajaran berbasis masalah,
kelas seminar atau pembelajaran mandiri melalui web site.

7) Sikap Terhadap Organisasi Pelatihan / Pendidikan

Populasi sasaran yang mempunyai sikap positif dan konstruktif terhadap organisasi yang menyediakan belajar.
Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa sikap-sikap yang menunjang terhadap kesuksesan
pembelajaran adalah berkaitan dengan keterampilan baru yang dapat diterapkan di tempat kerja.

Karakteristik Kelompok.

Analisa pebelajar secara benar akan menghasilkan dua jenis informasi tambahan yang dapat mempengaruhi
dalam merancang pembelajaran. Pertama, tingkat keragaman populasi pebelajar. Kedua, interaksi langsung yang
terjadi pada populasi pebelajar. Hal ini untuk mendapatkan dan mengembangkan kesan terhadap apa yang
mereka ketahui dan bagaimana perasaan mereka.

Semua Variabel pembelajar ini akan digunakan untuk memilih dan mengembangkan tujuan Instruksional, dan
mereka akan sangat mempengaruhi berbagai komponen dari siasat Instruksional. Mereka akan membantu para
desainer mengembangkan strategi motivasi untuk Instruksional dan akan menyarankan berbagai jenis contoh
yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan poin, cara-cara di mana belajar dapat (atau tidak) akan disajikan,
dan cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi pembelajar.

Mengumpulkan Data untuk Analisis Learner

Pengumpulan data tentang pembelajar dilakukan dengan melakukan wawancara terstruktur dengan manajer,
instruktur, dan peserta didik dengan pola survei dan kuesioner. Bisa juga dengan mengelola pretest untuk
mengetahun perilaku masukan pembelajar.

Keluaran Hasil dari analisis pebelajar termasuk deskripsi tentang peserta didik (1) entry sebelumnya perilaku
dan pengetahuan tentang topik, (2) sikap terhadap konten dan potensi sistem pengiriman, (3) motivasi akademik,
(4) sebelum pencapaian dan tingkat kemampuan, (5) belajar preferensi, (6) umum sikap terhadap organisasi
memberikan pelatihan, dan (7) karakteristik kelompok.
1. 2. Analisis Konteks Performansi (Analysis of Performance Context)

Analisis Kontek Performasi adalah analisa untuk mengetahui lingkungan pebelajar dimana akan menerapkan
keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat
membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan belajar dan
membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat.

1). Pengelolaan atau Dukungan Supervisor

Kita harus belajar tentang pengorganisasian yang mendukung terhadap pengharapan pebelajar untuk menerima
keterampilan-ketrampilan tersebut. Penelitian menegaskan bahwa satu indikator kuat dalam penggunaan
keterampilan baru tersebut adalah pengaturan (disebut Transfer of training) yang harus diterima oleh pebelajar.

2). Aspek Fisik

Aspek fisik dimana keterampilan tersebut akan diterapkan adalah apakah mereka menggunakannya berdasarkan
perlengkapan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber-sumber yang lain ? Data-data ini dapat digunakan untuk
merancang sebuah pembelajaran sehingga keterampilan tersebut dapat diterapkan pada lingkungan atau situasi
yang mirip dengan tempat kerja.

3). Aspek Sosial

Pemahaman terhadap konteks sosial seperti bekerja sendiri atau merupakan anggota tim? Apakah pebelajar
bekerja secara mandiri atau apakah mereka bekerja mempresentasikan konsep atau idenya dalam pertemuan staf
atau supervisor ?

4). Keterampilan Yang Relevan Dengan Tempat Kerja.

Untuk memastikan bahwa keterampilan baru yang akan diterima oleh pebelajar sesuai dengan kebutuhan yang
sudah diidentifikasi, kita seharusnya memprediksikan keterampilan-ketrampilan yang relevan yang akan
dipelajari oleh pebelajar tersebut dengan situasi tempat mereka bekerja.

Pengumpulan Data untuk Pelaksanaan Analisis Konteks

Pengumpulan data dilakukan dengan kunjungan langsung ke lokasi yang tujuannya mengumpulkan data dari
para pebelajar dan pengelola yang potensial dan mengamati lingkungan kerja, dimana keahlian-keahlian baru
akan digunakan. Rangkaian prosedur pengumpulan data dasar ini mencakup wawancara dan observasi.

Hasil utama penelitian pada tahap ini adalah (1) suatu deskripsi lingkungan fisik dan organisasi, dimana
keahlian tersebut digunakan, dan (2) rangkaian faktor khusus yang memudahkan atau bercampur dengan
pemanfaatan keahlian baru oleh para pebelajar..

1. 3. Analisis Konteks Pembelajaran (Analysis of Learning Environment)

Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa
di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu
lokasi, seperti suatu pusat pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya lokasi yang dihadiri oleh seorang
klien. Bagaimana seharusnya di sini dapat berupa fasilitas, perlengkapan, dan sumber yang cukup mendukung
instruksi yang diinginkan.

Dalam analisis konteks pembelajaran, fokusnya meliputi unsur-unsur berikut ini:

1). Penyesuaian lokasi dengan Kebutuhan Instruksional

Dalam pernyataan sasaran instruksional yang dirancang pada tahap awal model ini, peralatan dan item
pendukung lainnya juga diperlukan untuk menunjukkan sasaran yang disusun. Apakah lingkungan pembelajaran
yang Anda kunjungi mencakup sasaran-sasaran ini? Dapatkah lingkungan tersebut sesuai dengan sasaran yang
ada?

2. Penyesuaian Lokasi untuk Mendorong Lokasi Kerja.

Persoalan lain adalah penyesuaian lingkungan pelatihan dengan lingkungan kerja. Dalam lingkungan pelatihan,
suatu upaya yang harus dilakukan untuk mendorong faktor-faktor dari lingkungan kerja yang secara kritis
memang untuk ditampilkan. Apakah hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan dalam konteks pelatihan yang
telah dirancang? Apakah yang harus diubah atau ditambahkan?

3). Penyesuaian untuk Pendekatan Penyampaian

Susunan kebutuhan peralatan dari pernyataan sasaran menunjukkan bagaimana seharusnya berkaitan dengan
konteks pembelajaran, dan juga, konteks pelaksanaan.

4). Batasan-batasan Lokasi Pembelajaran yang Mempengaruhi Rancangan dan Penyampaian.

Seorang instruktur mengajar dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar dalam suatu ruang kelas yang masih
menggunakan metode pelatihan bersama. Pendidikan umum sendiri dipimpin oleh guru dengan dua puluh
hingga dua puluh empat pebelajar.

Meskipun demikian, sejumlah pendekatan instruksional-mandiri dan fasilitas telah tersedia, dan lebih banyak
instruksi akan disampaikan pada suatu komputer kerja yang mencakup sistem pendukung pelaksanaan
elektronik. Ketika sistem-sistem ini menjadi lebih mampu dan tersedia untuk penggunaan pelatihan, maka
prinsip-prinsip rancangan sistematis akan menjadi lebih diterapkan, bahkan untuk pengembangan instruksi yang
efisien dan efektif.

Pengumpulan Data untuk Analisis Konteks Pembelajaran

Dalam banyak cara, analisis konteks pembelajaran bersifat sama terhadap lokasi kerja. Tujuan utama analisis ini
adalah untuk mengenali fasilitas dan batasan yang ada dari lokasi tersebut.

Prosedur yang diikuti dalam menganalisa konteks pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan
instruktur, pengelola lokasi, dan pebelajar, jika memungkinkan. Begitu juga dengan analisis konteks
pelaksanaan, maka rangkaian pertanyaan wawancara juga harus disiapkan.

Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini adalah sebagai berikut: (1) sebuah deskripsi tentang
sejauh mana tingkat lokasi yang digunakan untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan
untuk beralih ke lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan batasan yang akan menjadi implikasi-implikasi penting
untuk proyek.

1. C. Hasil Pengembangan

1. Analisis Pebelajar

Diskripsi Karakteristik
No Kategori informasi Sumber Data
Pebelajar
1 Entry Behavior Pembelajaran langsung Pebelajar sudah mampu
menggunakan gunting ,
Ujian menggunakan pisau potong ,
memotong kertas, mengelem,
mencari bahan dari barang bekas.
Diskripsi Karakteristik
No Kategori informasi Sumber Data
Pebelajar

Rekaman Ujian

Pengalaman sendiri
2 Sikap terhadap Materi Pembelajaran langsung Pebelajar sudah mengetahui dan
dan sistem penyajian menyukai pembuatan kartu
Ujian ucapan dan praktik membuatnya.

Rekaman Ujian

Pengalaman sendiri
3 Motivasi Pembelajaran langsung Pebelajar memiliki motivasi
yang tinggi terhadap materi
Ujian pembuatan kartu ucapan.

Rekaman Ujian

Pengalaman sendiri
4 Pendidikan dan Tingkat Pembelajaran langsung Pembelajarnya adalah murid
Kemampuan yang sudah duduk di kelas VII
Ujian SMP Negeri 13 Bandarlampung.
Kemampuan pebelajar agak
Rekaman Ujian beragam mengenai materi
pembuatan kartu ucapan.
Pengalaman sendiri

Interview
5 Gaya Belajar Pembelajaran langsung Pebelajar lebih suka diberikan
demonstrasi pembuatan kartu
Ujian ucapan

Rekaman Ujian

Pengalaman sendiri
6 Sikap terhadap Pembelajaran langsung Pebelajar pada umumnya
Lembaga bersikap potif terhadap lembaga.
Ujian

Rekaman Ujian

Pengalaman sendiri
7 Karakteristik Kelompok Pembelajaran langsung Heterogernitas: Pebelajar
Umum memiliki latar belakang yang
Ujian berbeda. Rata-rata usia peserta
didik 11 tahun – 13 tahun.
Rekaman Ujian
Ukuran : Jumlah pebelajar kelas
Pengalaman sendiri VII berjumlah 32 orang.

Kesan Menyeluruh: Pebelajar


memiliki kesan yang baik untuk
Diskripsi Karakteristik
No Kategori informasi Sumber Data
Pebelajar
menyelesaikan tugas dan
penilaian.

2. Analisis Konteks Performansi

Kategori Sumber
No Karakteristik Pebelajar
informasi Data
1 Dukungan Kepala Pembelajaran Penghargaan: Kepala sekolah memberikan reward pada pebelajar. Bentuknya
Sekolah langsung berupa reinforcement, set ifikat atau piagam.
2 Aspek fisik dari Pengalaman Sekolah menyiapkan fasilitas, sarana prasarana, waktu untuk pebelajar.
performansi pribadi Pebelajar bertanggungjawab untuk menyiapkan seluruhnya.
tempat pebelajar
3 Aspek social Pengalaman Interaksi: Pebelajar langsung belajar dilokasi yang berbeda dan didukung
pribadi oleh kelompok kerja atau keluarga atau kawannya yang tahu materi
pebelajar pembuatan kartu ucapan.
4 Aspek relevansi Pengalaman Identifikasi Kebutuhan: Pebelajar membutuhkan Identifikasi kebutuhan yang
skills to pribadi diperlukan untuk pembuatan kartu ucapan.
workplace. (.5) pebelajar
Aplikasi: Pebelajar mengidentifikasi bahan dan alat yang dibutuhkan untuk
membuat kartu ucapan.

Aplikasi yang akan datang: Pebelajar dapat membuat dan memprodusikan


kartu ucapan untuk mengembangkan kreatifitas, produktofitas, dan aspek
ekonomis.

3. Analisis Konteks Pembelajaran

1.

No Kategori informasi Sumber Data Karakteristik Pebelajar


1 Lokasi/ tempat Belajar Pengalaman pribadi pebelajar Pebelajar melengkapi tugas belajar dari
rumah . Pebelajar mengerjakan tugasnya
dari pengalaman yang berbeda dalam
pembuatan kartu ucapan.
2 Kesesuaian kebutuhan Pengalaman pribadi pebelajar Strategi pembelajaran: Pebelajar
pembelajaran melengkapi tugas belajar dari rumah .
Pebelajar mengerjakan tugasnya dari
pengalaman yang berbeda dalam
pembuatan kartu ucapan

Waktu: Pertemuan 3 kali X 40 menit.

Peserta : 32 orang

Lokasi : SMP negeri 13 Bandarlampung


3 Kesesuaian kebutuhan Pengalaman pribadi pebelajar Lokasi: SMP negeri 13 Bandarlampung
pebelajar
Kenyamanan: Pebelajar merasa nyaman/
senang belajar di sekolah
Ruang: Kelas VII

Pelengkapan: Gunting, pisau kater, kertas,


lem, bakan bekas lainnya.
4 Kelayakan tempat belajar Pengalaman pribadi pebelajar Karakteristik Pengawas : Pebelajar
mengatur dirnya sendiri dalam proses
belajar .

Karakteristik Fisik: Tempat belajarnya


baik.

Karakteristik sosial: Hubungan /


komunikasi antar siswa dan guru baik
Langkah ke-4

MERUMUSKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL

( Write Instructional Goal )

disusun oleh : muhamad khotib, triwahyu handoyo, suyono

wahyuni satiawati, rita ambarwati

(Mahasiswa Pasca TP Unila 2009)

A. Latar Belakang

Komponen yang paling terkenal dalam model desain pembelajaran adalah menulis tujuan performansi, atau
sering disebut dengan behavioral objectives (tujuan perilaku). Robert Mager (1962). Tujuan penulisan tujuan
performansi adalah untuk menjawab pernyataan tentang kemampuan apa yang akan dilakukan pebelajar
ketika mengikuti dan menyelesaikan proses pembelajaran.

Ketika guru dilatih untuk merumuskan tujuan intruksional khusus, terhadap dua kesulitan utama yang dihadapi
ketika proses mendefinisikan tujuan tidak termasuk dalam komponen yang integral pada model desain
pembelajaran. Pertama, tanpa sebuah model yang jelas para guru menemui kesulitan untuk menentukan
bagaimana memperoleh tujuan pembelajaran. Meskipun para pengajar dapat menguasai mekanisme penulisan
tujuan, tidak ada konsep dasar yang dapat mengarahkan dalam mendapatkan tujuan. Sebagai hasilnya beberapa
guru kembali kepada isi yang terdapat dalam teks books untuk mengidentifikasi topik-topik yang akan mereka
tulis sebagai behavioral objectives. Kedua, mungkin lebih sebagai kritikan adalah apa yang dilakukan dengan
tujuan tersebut setelah ditulis oleh para guru. Tujuan ini hanya sebatas tulisan yang hanya berfungsi sebagai
dokumen administrasi bagi seorang guru.

B. Konsep Pengembangan

1. Tujuan Performansi (Performance Objective)

Tujuan Performansi adalah sebuah gambaran detail tentang apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar
setelah menyelesaikan pembelajaran. Titik pertama mengacu pada 3 istilah yang sering digunakan ketika
mendeskripsikan performance pebelajar. Robert Mager 1975 pertama kali mengunakan istilah behavioral
objectives , performance objectives dan instructional objectives. Anda seharusnya tidak memiliki pengertian
yang keliru mengenai instructional objectives. Instructional objectives menggambarkan jenis pengetahuan,
keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh pebelajar.

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya tujuan instruksional mendeskripsikan mengenai apa yang akan dapat
dilakukan oleh pebelajar ketika mereka menyelesaikan materi pembelajaran. Hal ini mendeskrpsikan situasi
nyata, situasi belajar diluar, dimana pebelajar akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan tersebut.
Ketika tujuan intruksional umum di ubah dalam Tujuan Kinerja disebut sebagai terminal objektif. Terminal
objektif mendeskripsikan secara jelas apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar ketika pebelajar
menyelesaikan satu unit pembelajaran.

Performance objective diperoleh dari keterampilan dalam analisis intruksional. Satu atau lebih objective
seharusnya ditulis dalam setiap skill yang di identifikasi dalam analisis instruksional. Kadang-kadang penulisan
objektif tersebut di indetifikasikan sebagai entry behavior (sikap awal) karena objektif merupakan dasar
pengembangan tes item untuk menentukan apakah pelajar memilki entry behavior seperti yang telah kita
asumsikan.

2. Komponen Tujuan.
Bagaimana objektif ditulis sebagai goal statement, langkah-langkah dalam tujuan, subordinat skill dan entry
behavior ? karya Robert Mager selanjutnya dijadikan sebagai standar dalam pengembangan objektif, model
tersebut merupakan pernyataan yang meliputi tiga komponen utama, yaitu : kemampuan yang diukur, kondisi
yang menjadi syarat, dan kriteria penilaian.

1). Derivations of Behaviors (Prilaku)

Dalam penyusunan tujuan diperlukan kata kerja operasional yang terukur dari masing masing ranah ( Kognitif,
psikomotor, dan afektif). Penulisan tujuan ini harus mampu mengungkapkan jenis perilaku yang dirumuskan
melalui proses identifikasi dalam analisis instruksional.

Keterampilan intelektual dapat dijelaskan dengan kata kerja operasional seperti mengidentifikasi,
mengklasifikasi, menunjukkan, atau menghasilkan. Kata kerja ini mengacu pada kegiatan khusus seperti sebagai
pengelompokan objek serupa, membedakan satu hal dari yang lain, atau memecahkan masalah. ( Golas, dan
Keller , 2004) Gagne tidak menggunakan kata kerja seperti tahu, mengerti, atau menghargai karena kata kerja
itu sulit untuk diukur.

Tujuan performansi yang berhubungan dengan keterampilan psikomotorik dapat dilakukan dengan memilih
kata kerja yang dinyatakan dalam bentuk perilaku (misalnya, berlari, melompat, menari , atau mengemudi).

Ketika tujuan melibatkan aspek sikap, pelajar biasanya diharapkan untuk memilih alternatif tertentu. Di sisi lain,
hal itu mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di antara berbagai kegiatan.

2). Derivations of Conditions (Kondisi)

Komponen kedua dari tujuan menetapkan kondisi-kondisi tertentu yang menjadi bagian dari tujuan tersebut.
Kondisi mengacu pada lingkungan dan sumber-sumber yang tersedia pada saat tujuan ditetapkan. Dalam
pemilihan kondisi yang tepat mempertimbangkan baik perilaku yang di capai maupun karakteristik populasi
target anda juga membedakan fungsi-fungsi dari kondisi tersebut, fungsi tersebut meliputi :

a. Syarat-syarat yang disediakan dimana siswa akan mengunakannya dalam mendapatkan informasi
(stimulus).

b. Karakteristik dari sumber-sumber materi yang di perlukan untuk mengerjakan tugas. Beberapa sumber
materi sebagai berikut;

• Ilustrasi seperti table, grafik,

• Materi tertulis seperti; artikel surat kabar, story,

• Objek secara fisik seperti batu, daun, mesin atau alat

• Materi referensi, kamus, teks book, data base, web

c. Cakupan dan kompleksitas tugas, menyesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman siswa.

d. Konteks yang relevan dengan dunia nyata adalah untuk membantu transfer pengetahuan dan penampilan
dari pengajaran kedalam kinerja.

3). Derivations of Criteria

Bagian akhir dari objektif adalah kriteria dalam memutuskan keterampilan performance yang dapat diterima.
dalam menetapkan kriteria yang logis, anda harus mempertimbangkan tugas yang dilaksanakan. Beberapa tugas
intelectual skill dan verbal information hanya mempunyai satu respon yang dianggap benar. Beberapa tugas
intelectual skill dan verbal information tidak menghasilkan jawaban tunggal dan respon siswa yang bervariasi.

3. Langkah Penulisan Tujuan.

Disamping menentukan tujuan dan seperangkat instruksional yang sesuai dengan analisis konteks, para desainer
seharusnya mereview pernyataan tujuan sebelum menetapkan tujuan. Langkah-langkah dalam menulis tujuan
adalah sebagai berikut :

1. Edit tujuan untuk merefleksikan performance konteks.

2. Tulis terminal objective yang mencerminkan konteks learning environment.

3. Tulis tujuan untuk setiap langkah dalam analisis tujuan jika tidak terdapat substep.

4. Tulis tujuan untuk setiap substep.

5. Tulis tujuan untuk seluruh subordinate skill.

6. Tulis tujuan untuk entry behaviour jika terdapat siswa yang tidak memiliki kompetensi yang tercakup dalam
entry behavior.

4. Evaluasi Tujuan.

Cara yang baik untuk mengevaluasi kelayakan kejelasan dan tujuan yang telah ditulis adalah untuk membangun
sebuah item tes yang akan digunakan untuk mengukur peserta didik dalam pencapaian tugas. Jika tidak dapat
menghasilkan barang logis sendiri, maka tujuan harus dipertimbangkan kembali.

Cara lain untuk mengevaluasi kejelasan tujuan adalah dengan meminta seorang rekan untuk membangun tes
item yang sama dan sebangun dengan perilaku dan kondisi yang ditentukan. Jika item tidak diproduksi sangat
mirip dengan salah satu yang ada dalam pikiran, maka tujuan tidak cukup jelas untuk berkomunikasi .

Di juga harus mengevaluasi kriteria yang telah ditetapkan dalam tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria untuk mengevaluasi contoh-contoh yang ada kinerja yang diinginkan atau respons.

Sementara tujuan menulis, perancang harus sadar bahwa pernyataan-pernyataan ini kriteria yang akan
digunakan untuk mengembangkan penilaian untuk pengajaran. Perancang mungkin lagi memeriksa kejelasan
dan kelayakan tujuan dengan bertanya, “Bisakah desain item atau tugas yang menunjukkan apakah seorang
pelajar dapat berhasil melakukan apa yang digambarkan dalam tujuan?” Jika sulit membayangkan bagaimana
hal ini dapat dilakukan dalam fasilitas yang ada dan lingkungan, maka tujuan harus dipertimbangkan kembali.

Saran bermanfaat lainnya adalah sebaiknya tidak ia enggan untuk menggunakan dua atau bahkan tiga kalimat
untuk secara memadai menggambarkan tujuan Tidak ada persyaratan untuk membatasi tujuan ke satu kalimat.
Diasumsikan bahwa siswa akan mempelajari bahan-bahan sebelum melakukan keterampilan.

C. Hasil Pengembangan

Tujuan Istructional : Mengapresiasi karya seni rupa


No Keterampilan Subordinat Tujuan Performansi
1.1 Siswa dapat mengekspresikan 1. Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa dapat
karya seni rupa mengumpulkan bahan yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan.
1.2 Siwa dapat membuat karya seni 2. Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan bebrapa alat untuk
kriya berupa kartu ucapan dengan membuat seni kriya.
memanfaatkan barang bekas
dilingkungannya 3. Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa dapat memilih
bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan.

4. Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat


menuliskan macam-macam bahan bekas untuk membuat karya seni
kriya.

5. Dengan mengamati beberapa contoh pola / desain yang


disiapkan guru siswa dapat membuat desain kartu ucapan.

6. Dengan latihan menbuat pola kartu ucapan siswa dapat


membuat bagian-bagian kartu ucapan.

7. Melalui kerja kelompok siswa dapat mrenggabubgkan


bagian-bagian pola kartu ucapan.

8. Melalui kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan proses


pembuatan kartu ucapan
Langkah ke-5

MENGEMBANGKAN INSTRUMENT PENILAIAN

( Develop Assessment Instruments )

disusun oleh : muhamad khotib, triwahyu handoyo, suyono


wahyuni satiawati, rita ambarwati
(Mahasiswa Pasca TP Unila 2009)

A. Latar Belakang

Konsep baru dalam pengukuran proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (learned-centered) adalah
penilaian yang berpusat pada pembelajar (learner-centered assessment ). Definisi learner-centered assessment
sejajar dengan definisi tradisional test acuan patokan, sebagai element inti dari pembelajaran yang didesain
secara sistematis. Tipe test ini penting untuk mengevaluasi perkembangan pebelajar dan kualitas pembelajaran.
Hasil dari tes acuan patokan memberikan indikasi instuktur seberapa baik pebelajar mampu mencapai setiap
tujuan pembelajaran, dan mengindikasikan komponen mana dari pembelajaran yang bisa berjalan dengan baik,
dan komponen mana yang perlu direvisi. Selain itu juga, tes acuan patokan memungkinkan pebelajar untuk
merefleksikan diri dengan mengaplikasikan kriteria untuk menilai hasil kerja mereka sendiri.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas perlu dibahas bagaimana menyusun dan membangun aspek penilaian
dalam pembelajaran yang mencakup semua jenis kegiatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik setelah menyelesaikan unit pembelajaran.

B. Konsep Pengembangan

Pengembangan tes muncul di point ini dan bukannya di setelah pembelajaran karena tes harus sesuai dengan
tujuan performance. Performance yang ingin dicapai dalam tujuan harus sesuai dengan performance yang ingin
dicapai dalam tes atau penugasan. Penilaian acuan patokan terbentuk dari item-item atau tugas-tugas
performance yang langsung mengukur ketrampilan yang dideskripsikan dalam satu atau lebih tujuan
performance.

1. Empat Tipe Tes yang dapat digunakan.

a. Entry behaviors test

Tes ini diberikan kepada pebelajar sebelum memulai pembelajaran. Tes ini berguna untuk mengukur
ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan
syarat akan muncul di bawah garis entry behavior.

b. Pretest

Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah pebelajar sudah menguasai beberapa atau
semua ketrampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua ketrampilan sudah
dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran. Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data
tes ini memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat yang dibutuhkan.

Biasanya pretest dan entry behavior test dijadikan satu. Hasil dari tes entry behavior dapat digunakan desainer
untuk mengetahui apakah pebelajar siap memulai pembelajaran, sedangkan dari hasil pretest desainer dapat
memutuskan apakah pembelajaran akan menjadi terlalu mudah untuk pebelajar.

c. Practice test

Tujuan tes ini adalah untuk membuat pebelajar lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Tes ini
memungkinkan pebelajar untuk menampilkan pengetahuan dan ketrampilan baru dan untuk refleksi diri sampai
level berapa ketrampilan dan pengetahuan mereka. Tes ini berisi ketrampilan yang lebih sedikit dan lebih fokus
pada materi per pertemuan daripada per unit. Hasil tes ini digunakan instruktur untuk memberikan feedback dan
untuk memonitor pembelajaran.

d. Posttest

Tes ini paralel dengan pretes. Sama dengan pretes, posttest mengukur tujuan pembelajaran. Postest harus
menilai semua objektif dan terutama fokus pada objektif terakhir. Namun jika waktu tidak memungkinkan,
maka hanya tujuan akhir dan ketrampilan penting saja yang diujikan.

Postest mungkin digunakan untuk menilai performance pebelajar dan untuk memberi kredit karena
telah menyelesaikan program. Tujuan yang terutama dari tes ini adalah agar desainer dapat
mengidentifikasi area pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Jika pebelajar gagal
dalam tes, desainer harus dapat mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mana tidak
dimengerti oleh siswa.

Test Type Designers decicion Objectives Typically Tested


Tes entry behavior  Apakah siswa siap mengikuti
pembelajaran?

 Apakah siswa telah memiliki


ketrampilan prasarat?

 Ketrampilan prasarat atau


keterampilan yang ditandai dalam
analisis pembelajaran
Pretest  Apakah pembelajar menguasai
materi sebelumnya ?

 Ketrampilan manakah yang


sebelumnya dikuasai ?

 Bagaimana dapat efesian


mengembangkan pembelajaran ?

 Objek akhir

 Langkah utama dari analisis tujuan


Practice test  Apakah siswa memiliki
pengetahuan dan ketrampilan?

 Apakah kesalahan dan


miskonsepsi mereka bentuk?

 Apakah pembelajaran cukup


kluster?

 Apakah langkah pembelajaran


cukup bagi pembelajar?

 Pengetahuan dan ketrampilan sub


objek tanpa tujuan

 Tipe skop pada pelajaran


Posttest  Apakah pembelajar telah mencapai
tujuan?

 Apaka pembelajaran lebih efektif


pada setisp lsngkah ketrampilan
subordinate?

 Apakah pembelajaran perlu


direvisi?

 Apakah pembelajar menguasai


ketrampilan dan sikap ?

 Tujuan akhir

 Langkah utama dan ketrampilan


subordinate

2. Mendesain Tes

Pertimbangan pertama adalah menyesuaikan bidang pelajaran dengan item atau tipe tugas penilaian. Verbal
information biasanya di tes dengan objectif tes. Tes bentuk objektif meliputi format seperti jawaban singkat,
jawaban alternatif, mencocokkan, dan pilihan ganda.

Objektif untuk intelektual skill lebih kompleks dan biasanya menggunakan model objektif, kreasi produk atau
pertunjukan langsung.

Penilaian untuk ranah afektif juga kompleks. Biasanya tidak ada cara langsung untuk mengukur tingkah laku
seseorang. Penilaian di ranah ini biadanya dilakukan dengan observasi.

Penilaian ranah psikomotor biasanya dilakukan dengan mendemonstrasikan tugas. Untuk melihat apakah setiap
langkah telah dilakukan dengan baik oleh pebelajar, guru membuat check-list atau rating-scale.

1. 3. Menentukan Level Penguasaan

Peneliti yang meneliti sistem penguasaan pelajaran menyarankan bahwa penguasaan equivalent dengan level
keberhasilan yang diharapkan dari pebelajar yang terbaik. Metode untuk menentukan level penguasaan
menggunakan acuan norma.

Pendekatan yang kedua, bisa digunakan cara statistik. Jika desainer ingin memastikan bahwa pebelajar benar-
benar mengerti ketrampilan sebelum mereka melanjutkan tahap pembelajaran selanjutnya, maka kemungkinan-
kemungkinan harus disediakan untuk menampilkan ketrampilan sehingga hampir tidak mungkin keberhasilan
menjadi hasil utama. Jika menggunakan soal pilihan ganda sangat mudah untuk menghitung probabilitas
kesempatan keberhasilan. Dengan tipe soal yang lain, lebih sulit dilakukan penghitungan tapi lebih mudah untuk
meyakinkan orang lain bahwa keberhasilan bukan sekedar kesempatan saja

4. Menulis Item Tes

Ada empat kategori tes yang berkualitas, yaitu:

a. Berpusat pada Tujuan (Goal-Centered Criteria)

Soal tes dan penugasan harus sesuai dengan tujuan utama pembelajaran. Soal dan penugasan harus sesuai
dengan perilaku termasuk konsep dan action. Untuk menyesuaikan jawaban soal tes dengan perilaku yang
diharapkan dalam tujuan, desainer harus mempertimbangkan tugas belajar atau kata kerja yang ditunjukkan
dalam tujuan. Butir soal harus mengukur perilaku yang sesungguhnya yang dideskripsikan dalam tujuan.

b. Berpusat pada Pebelajar (Learner-Centered Criteria)


Tes item dan penilaian tugas harus disesuaikan dengan kharakteristik dan kebutuhan siswa, meliputi kosa kata,
bahasa, tingkat kompleksitas tugas, motivasi siswa, dan tingkat ketertarikan siswa, pengalaman siswa, dan latar
belakang siswa serta kebutuhan khusus siswa.

c. Berpusat pada Kontek (Context-Centered Criteria)

Dalam membuat tes item dan penilaian tugas, desainer harus mempertimbangkan seting kinerja dan juga
lingkungan belajar atau lingkungan kelas. Tes item dan tugas harus realistis atau relevan dengan seting kinerja.
Kriteria ini membantu untuk memastikan transfer pengetahuan dan skill dari belajar ke dalam lingkungan
kinerja.

d. Berpusat pada Penilaian (Assessment-Centered Criteria)

Siswa akan merasa cemas selama assessment, penyusunan tes item dan penilaian tugas yang baik dapat
menghilangkan rasa cemas siswa. Cetakan tes yang berkualitas meliputi kebahasaan baik, pengucapan dan tanda
baca tepat dan tulisan jelas, petunjuk jelas, sumber materi dan pertanyaan jelas. Kriteria ini membantu siswa
untuk melakukan dengan tenang.

1. Seting Penguasaan Kriteria

Terdapat beberapa saran yang dapat membantu anda dalam menentukan berapa banyak tes item pilihan yang
diperlukan. Jika tes item memerlukan sebuah format respon yang memungkinkan siswa dapat menebak jawaban
dengan benar anda dapat memasukkan beberapa tes item paralel untuk tujuan yang sama jika kemungkinan
menebak jawaban yang benar kecil kemungkinan, anda dapat memutuskan satu atau dua item untuk menentukan
kemampuan siswa

1. Jenis-jenis Item

Pertanyaan penting lainnya adalah jenis tes item atau penilaian tugas apa yang paling baik dalam menilai kinerja
siswa? Perilaku tertentu dalam objektif memberikan point-point penting terhadap jenis item atau tugas yang
dapat digunakan untuk menguji perilaku.

Contoh, jika point penting yang ditanyakan kepada siswa adalah mengingat fakta, maka tanyakan kepada siswa
tersebut dengan jawaban siswa yang menyatakan fakta-fakta daripada memberikan pertanyaan yang meminta
reaksi siswa seperti pada pertanyaan pilihan ganda. gunakan objektif sebagai guide, dalam menyeleksi jenis tes
item yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kinerja tertentu yang terdapat dalam
objektif. Setiap jenis test items mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk meyeleksi
jenis tes items yang baik dari beberapa format test item yang ada, pertimbangkan beberapa faktor seperti faktor
waktu yang diperlukan oleh siswa dalam memberikan respon, waktu penilaian yang diperlukan untuk
menganalisis dan memutuskan jawaban, suasana ujian, dan kemungkinan dalam menebak jawaban yang benar.

1. Menulis Petunjuk

Test harus terdapat petunjuk yang jelas, singkat. Permulaan tes biasanya menyebabkan kecemasan pada siswa
yang akan dinilai. Oleh karena itu tes seharusnya mengurangi keraguan pada pikiran siswa mengenai apa yang
akan mereka kerjakan dalam menyelesaikan test.

Dibawah ini informasi petunjuk test yang biasanya ditemukan dalam test :

a. Judul test seharusnya memberikan kesan kepada siswa mengenai content atau isi daripada kata-kata
sederhana seperti Pretest atau Test I

b. Pernyataan singkat yang menerangkan objective atau performance yang diujikan.

c. Siswa diberitahu untuk menebak jawaban jika mereka tidak yakin dengan jawaban yang benar.

d. Petunjuk khusus seharusnya diucapkan dengan benar.


e. Siswa diberitahu agar menulis nama mereka atau identitas mereka.

f. Siswa seharusnya diberitahu mengenai penggunaan perlengkapan khusus dalam menyelesaikan test seperti
penggunan pensil, lembar jawaban mesin, teks-teks tertentu atau perlengkapan khusus lainnya.

1. Mengevaluasi Test dan Item Test.

Arah dan uji test item untuk tes objektif harus diujicobakan terlebih dulu sebelum digunakan untuk evaluasi
formatif. Agar tidak terjadi kesalahan pada instrumen tes , perancang harus memastikan hal hal berikut:

1. arah tes jelas, sederhana, dan mudah diikuti;

2. masing-masing item tes jelas dan menyampaikan kepada peserta didik yang dimaksud dipembentukan atau
stimulus;

3. kondisi-kondisi dimana dibuat tanggapan yang realistis;

4. metode respon jelas bagi peserta didik; dan

5. ruang yang tepat, waktu, dan peralatan yang tersedia .

Test item yang tidak terjawab oleh sebagian besar pelajar harus dianalisis, direvisi, atau bahkan diganti sebelum
tes diberikan lagi. Ketika membangun item tes, dan tes pada umumnya, perancang harus diingat bahwa tes
mengukur kecukupan

(l) pengujian itu sendiri,

(2) bentuk tanggapan,

(3) bahan-bahan pengajaran,

(4) lingkungan pengajaran dan situasi, dan

(5) pencapaian pelajar.

C. Hasil Pengembangan

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung

Sub Ketrampilan Intelektual

No Ketrampilan Tujuan Performance Test Item


1 Melalui eksplorasi tentang bahan bahan Tuliskan macam-macam bahan
bekas siswa dapat menuliskan macam- yang dapat digunakan dalam
macam bahan bekas untuk membuat karya membuat karya seni kriya !
seni kriya.
2 Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan Tuliskan 4 alat untuk membuat
bebrapa alat untuk membuat seni kriya. karya seni kriya!

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung

Sub Ketrampilan Psikomotor

No Ketrampilam Tujuan Performance Test Item


1 Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa Kumpulkan bebrapa bahan
dapat mengumpulkan bahan yang sesuai untuk membuat kartu ucapan
untuk pembuatan kartu ucapan. minimal 10 macam !
2 Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa Siapkan alat-alat yang
dapat memilih bahan dan alat yang sesuai digunakan untuk pembvuatan
untuk pembuatan kartu ucapan. kartu ucapan minimal 4 buah!
3 Dengan mengamati beberapa contoh pola / Buatlah contoh pola/ desain
desain yang disiapkan guru siswa dapat kartu ucapan pada kertas gambar
membuat desain kartu ucapan. !
4 Dengan latihan mebuat pola kartu ucapan Buatlah bagian-bagian pola
siswa dapat membuat bagian-bagian kartu sesuai dengan kartu ucapan .
ucapan.
5 Melalui kerja kelompok siswa dapat Gabungkan bagian-bagian pola
mrenggabubgkan bagian-bagian pola kartu untun membentuk kartu ucapan!
ucapan.
6 Melalui kerja kelompok siswa dapat Buatlah finishing pembuatan
menyelesaikan proses pembuatan kartu kartu ucapan !.
ucapan

Tujuan Instruksional

1.Siswa dapat mengapresiasikan karya seni rupa daerah.

2. Siswa dapat mengekspresikan diri karya seni rupa, musik, seni tari, dan seni teater.

2.1 Siswa dapat membuat karya seni kriya

2.2 Siswa dapat membuat kartu ucapan dengan memanfaatkan barang bekas dari lingkungan sekitar.

Tabel Keputusan Perancang

No Test Type Keputusan Perancang


1 Tes entry behaviorApakah siswa siap mengikuti pembelajaran?
Apakah siswa telah memiliki ketrampilan prasyarat?
2 Pretest Apakah pembelajar menguasai materi sebelumnya ?

Ketrampilan manakah yang sebelumnya dikuasai ?

Bagaimana dapat efesien mengembangkan pembelajaran ?


3 Practice test Apakah siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan?

Apakah kesalahan dan miskonsepsi mereka bentuk?

Apakah pembelajaran cukup kluster?

Apakah langkah pembelajaran cukup bagi pembelajar?


4 Posttest Apakah pembelajar telah mencapai tujuan?

Apakah pembelajaran lebih efektif pada setiap langkah ketrampilan


subordinate?

Apakah pembelajaran perlu direvisi?


Apakah pembelajar menguasai ketrampilan dan sikap ?

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung

Tes Entry Behavior, Pretes, Practise Tes, dan Post tes

No Test Type Jenis Soal/ Pertanyaan


1 Tes entry Apakah siswa telah memiliki ketrampilan prasyarat?
behavior
a. Apakah siswa sudah dapat memotong/ menggunting ?

b. Apakah siswa sudah dapat melipat ?

c. Apakah siswa sudah dapat menggulung kertas ?


2 Pretest Apakah pembelajar menguasai materi sebelumnya ?

a. Apakah siswa sudah dapat membuat kartu ucapan ?

b. Apakah siswa sudah pernah membuat kartu ucapan?

Ketrampilan manakah yang sebelumnya dikuasai

a. Bagian manakah yang sulit dalam pebuatan kartu ucapan?

b. Apa kesulitan dalam pembuatan kerangka?

c. Apa kesulitan dalam pembuatan bagian tambahan / Asesoris ?

d. Apa kesulitan dalam pewarnaan dan finishing?


3 Practice test Apakah siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan?

a. Bahan bahan apa yang dibutuhkan dalam pembuatan kartu ucapan?

b. Alat-alat apa yang dibutuhkan dalam pembuatan kartu ucapan?

c.Bagaimana cara membuat kerangka kartu ucapan ?

d. Bagaimana cara menggabungkan kerangka dengan aksesoris?

e. Bagaimana cara kartu ucapan mewarnai dengan tepat?


4 Posttest Apakah pembelajar telah mencapai tujuan?

a. Tuliskan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan kartu ucapan !

b.Tuliskan alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan kartu ucapan !

c.Buatlah kerangka pembuatan kartu ucapan!

d. Buatlah kartu ucapan yang sudah melalui proses finishing!

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung

Sub Ketrampilan Intelektual


No Ketrampilan Tujuan Performance Test Item
1 2.1 Melalui eksplorasi tentang bahan bahan Tuliskan macam-macam bahan
bekas siswa dapat menuliskan macam- yang dapat digunakan dalam
macam bahan bekas untuk membuat karyamembuat karya seni kriya !
seni kriya.
2 2.1 Melalui diskusi siswa dapat Tuliskan 4 alat untuk membuat
menyebutkan bebrapa alat untuk karya seni kriya!
membuat seni kriya.

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung

Sub Ketrampilan Psikomotor

No Ketrampilam Tujuan Performance Test Item


1 2.1 Dengan menyiapkan bahan dan alat Kumpulkan bebrapa bahan
siswa dapat mengumpulkan bahan yang untuk membuat kartu ucapan
sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. minimal 10 macam !
2 2.1 Dengan menyiapkan alat dan bahan Siapkan alat-alat yang
siswa dapat memilih bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan
sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. kartu ucapan minimal 4 buah!
3 2.2 Dengan mengamati beberapa contoh Buatlah contoh pola/ desain
pola / desain yang disiapkan guru siswa kartu ucapan pada kertas
dapat membuat desain kartu ucapan. gambar !
4 2.2 Dengan latihan membuat pola kartu Buatlah bagian-bagian pola
ucapan siswa dapat membuat bagian- sesuai dengan kartu ucapan .
bagian kartu ucapan.
5 2.2 Melalui kerja kelompok siswa dapat Gabungkan bagian-bagian pola
menggabungkan bagian-bagian pola kartu untuk membentuk kartu
ucapan. ucapan!
6 2.2 Melalui kerja kelompok siswa dapat Buatlah finishing pembuatan
menyelesaikan proses pembuatan kartu kartu ucapan !.
ucapan

Frekuensi Instrumen untuk Evaluasi Tingkah Laku / Sikap

Nama : Tanggal :

Jumlah yang diobservasi : Total :

ASPEK YES NO
A. Pendekatan Kustomer
1. Tersenyum
2. Inisiatif untuk menyapa
3. Komentar individu
4. Meminta izin
5. Pelayanan
6. Perhatian pada semua aspek
7. Lain-lain
B. Selama Kegiatan
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Meminta klarifikasi informasi
3. Menyiapkan bentuk permintaan
4. Melengkapi formar
5. Menjelaskan perubahan
6. Menjelaskan urutan material
7. Lain lain
C. Kesimpulan
1. Menemukan pelayanan keseluruhan
2. Ucapan terimakasih
3. Menanggapi komentar
4. Membuat kesimpulan
5. Lain-lain

Muhamad Khotib, guru SMA Muhammadiyah 1 Sekampung Udik Lampung Timur


Tri Wahyu Handoyo, Guru SMAN 1 Gunung Pelindung Lampung Timur
Suyono, Guru SMAN 2 Way Tenong Lampung Barat
Wahyuni Satiawati, Guru SMPN 13 Bandar Lampung
Rita Ambarwati, Guru SMA Teladan Bandar Lampung

Langkah ke-6
MENGEMBANGKAN SIASAT PEMBELAJARAN
( Develop Instructional Strategy )

oleh : Muhamad Khotib, Tri Wahyu Handoyo, Suyono


Rita Ambarwati, Wahyuni Satuawati

A. Latar Belakang

Kegiatan instruksional yang dilakukan para pengajar beraneka ragam. Ada pengajar yang memulai kegiatannya
dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa,
ada pula yang mulai dengan memberikan penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai
mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang melanjutkan dengan kegiatan menjawab
pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program lain. Istilah startegi pembelajaran
menyatakan berbagai jenis aktivitas belajar mengajar, seperti diskusi kelompok, membaca, studi kasus,
perkuliahan, simulasi computer, lembar kerja, proyek kelompok kerjasama, dll.

B. Konsep Pengembangan

1. Menyeleksi Sistem Penyampaian

Sistem penyampaian merupakan bagian dari strategi pembelajaran, sistem penyampaian juga merupakan asumsi
bahwa desainer terlibat dalam pengembangan strategi pembelajaran. Dalam kasus lain memilih system
pembelajaran dapat juga berupa level, level bidang studi, ataupun level kurikulum. Berikut ini beberapa contoh
system penyampaian yang umum dalam melaksanakan pembelajaran.

 Model tradisional
 Korespondensi

 Kuliah kelompok besar yang diikuti dengan Tanya jawab.


 Belajar jarak jauh dengan video tape atau siaran.

 Video conference interaktif dua arah

 Pembelajaran berbasis computer

 Pembelajaran berbasis web menggunakan internet atau intranet

 Program belajar mandiri dengan bantuan modul atau paket pembelajaran.

 Kombinasi system kebiasaan, kombinasi dan unik.

Dalam proses desain pembelajaran yang ideal, hal pertama yang dipertimbangkan adalah tujuan, karakteristik
pembelajar, konteks dan performa pembelajaran, tujuan khusus, assessment (penilaian), dan memilih system
penyampaian yang terbaik. Dan untuk mencapai memilih sistem penyampaian yang terbaik, semua komponen di
atas harus dipertimbangkan:

1) Review analisis pembelajaran dan mengidentifikasi tujuan khusus

2) Merencanakan dan mempelajari komponen pembelajaran

3) Memilih kelompok siswa yang paling efektif

4) Menspesifikasi bahan dan media efektif

5) Menentukan tujuan dari materi pelajaran dan menggabungkan pemilihan media.

6) Menyeleksi atau mengembangkan system penyampaian terbaik.

2. Menyusun Isi Materi dan Mengelompokkan Pembelajaran

a. Merangkai Isi

Langkah pertama dalam mengembangkan siasat pembelajaran adalah mengidentifikasi rangkaian pembelajaran
dan pengaturan isi. Hal ini bisa mulai dari level skill yang paling bawah yaitu skill yang tepat di atas garis entri
behavior kemudian naik terus mengikuti hierarki sampai ke yang paling tinggi. Rangkaian pembelajaran
cenderung merupakan kombinasi dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. yaitu, subordinat skill langkah 1
diajarkan pertama kali, kemudian langkah 1, lalu yang berikutnya sub ordinat skill langkah 2,kemudian langkah
ke 2 itu sendiri. Rangkaian ini berlangsung terus sampai semua langkah di ajarkan.

b. Pengelompokkan Pembelajaran

Satu rangkaian yang besar adalah pendekatan program pembelajaran linear yang cenderung merubah semua
informasi ke dalam unit-unit kecil dan meminta respon terus menerus dari pembelajar, aktivitas dasar, atau anda
ingin menampilkan informasi tersebut ke dalam bentuk beberapa tujuan terlebih dahulu pada berbagai aktivitas
pebelajar. Anda harus mempertimbangkan 5 faktor dalam menentukan jumlah informasi yang akan ditampilkan
(atau ukuran ‘kelompok’), yaitu :

 Level usia pebelajar


 Kompleksitas materi

 Jenis-jenis pembelajaran

 Variasi aktivitas.

 Jumlah waktu tersedia.


3. Komponen Belajar dalam Siasat Pembelajaran

Konsep dasar dalam strategi pembelajaran adalah peristiwa pembelajaran yang dideskripsikan dalam condition
of learning Gagne (1970). Dalam pandangan psikologi kognitif ada 9 event yang menghadirkan efektivitas
mengajar eksternal yang mendukung mental proses pembelajaran internal, yaitu : Memperoleh perhatian,
Menginformasikan tujuan pembelajaran, Menstimulasi ingatan dan prasyarat pembelajaran, Menampilkan
materi-materi, Menyediakan bimbingan pembelajaran, Menimbulkan performa, Memberikan feed back, Menilai
kinerja, Memperkaya ingatan dan mentransfer.

Dalam siasat pengajaran ada lima komponen utama:

1. Kegiatan pra instruksional ( pendahuluan )


1. Perhatian dan Motivasi Pebelajar

2. Menjelaskan Tujuan

3. Menjelaskan dan Memastikan Pengetahuan PraSyarat

1. Isi presentasi / Penyajian Informasi

1. Uraian Materi

2. Contoh

3. Partisipasi pembelajar

4.

1. Praktek

2. Umpan Balikan

3. Penilaian

1. Tes Perilaku Masukan

2. PreTest

3. PosTest

4. Kegiatan Tindak lanjut

1. Remediasi (review)

2. Pengayaan

Adapun uraian dari kelima komponen tersebut sebagai berikut :

1. Kegiatan pra instruksional (pendahuluan) ; sebelum memulai pembelajaran formal anda harus
mempertimbangkan 3 faktor yaitu: motivasi pembelajar, menginformasikan apa yang akan harus
mereka pelajari, memastikan bahwa mereka sudah mempunyai pengetahuan prasyarat sebelum
memulai pembelajaran
2. Isi presentasi/ penyajian materi; disini anda harus menentukan dengan tepat informasi konsep aturan
dan prinsip-prinsip apa yang perlu diberikan pada pembelajar. Ini merupakan penjelasan dasar dari
unit-unit yang ada di dalamnya. Kesalahan utama yang sering terjadi dalam langkah ini adalah
menyampaikan terlalu banyak informasi, khsususnya informasi yang tidak ada hubungannya dengan
tujuan. Tidak hanya penting untuk mendefenisikan konsep-konsep baru, tetapi juga menjelaskan
hubungan antar konsep-konsep tersebut. Anda juga perlu menentukan tipe dan jumlah contoh yang
akan diberikan pada setiap konsep.
3. Partisipasi pebelajar; merupakan pemberian aktivitas yang berhubungan langsung dengan tujuan.
Pebelajar harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang diinginkan, dan mampu dilakukan
oleh mereka. Pembelajar seharusnya tidak hanya mampu mempraktekkan tetapi mereka juga harus
memberi feed back.

4. Penilaian (assessment); empat kriteria dasar di dalam penilaian sudah digambarkan didalam chapter 7,
tes entry behavior, pre test, tes praktek, dan post test. Fungsi utama dari tes tersebut sudah
digambarkan, tetapi disini sebagai seorang desainer anda harus memutuskan dengan tepat apa strategi
anda. Pertama anda harus tahu bagaimana menggunakan tes praktek, lalu anda harus bisa memutuskan
hal-hal berikut ini.

5. Kegiatan Tindak lanjut adalah kegiatan review keseluruhan dari strategi untuk menentukan apakah
memori/materi pembelajaran dan transfer perlu untuk diberikan. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan
mengulang kembali analisis konteks kinerja.

4. Komponen Belajar Untuk Pebelajar Dengan Level Kemampuan Dengan Kedewasaan yang Berbeda.

Aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah mengingat bahwa komponen belajar itu ditujukan untuk
memandu proses intelektual pembelajar melalui aktivitas dan mental yang membantu pembelajaran. Idealnya
adalah semua pembelajar harus mampu mengatur proses intelektual mereka seperti menjadi pebelajar yang
mandiri.

1) Komponen Belajar Untuk Berbagai macam Outcome (Hasil).

Komponen dasar belajar untuk berbagai hasil pembelajaran dalam strategi pembelajaran adalah intelektual skill,
informasi verbal, skill motorik dan perilaku.

 Intelektual skill;

Seorang desainer harus menyadari dua hal yaitu cara pebelajar mengorganisir pengetahuan yang diterima dalam
memori dan keterbatasan kemampuan mereka untuk mengingat materi baru. Strategi yang digunakan harus
mencakup cara-cara bagaimana pebelajar dapat menghubungkan materi baru yang didapatkan dengan
pengetahuan yang sudah ada dalam memori.

 Informasi verbal;

Prosedur yang direkomendasikan oleh Gagne untuk membantu siswa mengatur informasi baru adalah dengan
memberikan outline atau tabel yang merangkum informasi ini.

 Skill motorik;

Apa implikasi dari deskripsi pembelajaran skill motorik yang menampilkan isi, contoh, praktek dan umpan balik
(feed back) ? Implikasi yang sangat nyata adalah persyaratan dari beberapa presentasi visual dari skill, sudah
pasti video atau film bisa digunakan untuk melihat gerak tetapi sering foto dan gambar juga bisa digunakan,
Kategori isi dan contoh dalam strategi biasanya dalam bentuk deskripsi verbal yang diikuti dengan ilustrasi.

 Perilaku

Perilaku terdiri dari tiga komponen: perasaan, sikap, dan pemahaman kognitif. Perasaan bisa dideskripsikan
sebagai hal yang menyenagkan atau tidak menyenangkan yang diekspresikan melalui kecenderungan kita untuk
mendekati atau menghindari sebuah situasi. Sikap, harus mendemonstrasikan kondisi yang menggambarkan
tujuan performa.

2) Komponen Belajar untuk Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Pendekatan belajar dalam presepektif konstrutivisme lebih menekankan pada, pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada pebelajar (siswa). Dalam strategi konstruktivisme pembelajaran didesain dan dikelola
sedemikian rupa, sehingga pembelajaran dapat menggali secara optimal potensi yang dimiliki oleh pebelajar
(siswa). Komponen belajar untuk strategi pembelajaran konstruktivesme sama dengan komponen terdahulu, tapi
pada pendahuluan atau dalam deskripsi lebih menekankan keterlibatan siswa dalam memberikan gambaran yang
objektif yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam partisipasi siswa mempunyai
porsi yang lebih besar dan umpan balik dapat dilakukan pada proses tersebut.. Berikut bagan komponen belajar
konstruktivisme.

C. Hasil Pengembangan
KOMPONEN-KOMPONEN PRAPENGAJARAN, PENGETESAN DAN TINDAK LANJUT DARI
SIASAT PEMBELAJARAN
Aktivitas Kegiatan Prapembelajaran
Motivasi:
Menjelaskan kepada siswa tentang keindahan-keindahan dalam seni rupa dan memberikan ilustrasi serta
contoh-contoh hasil karya seni rupa yang memiliki nilai estetika, ekonomis dan dapat menambah wawasan
serta melatih siswa untuk mencintai khasanah budaya nusantara melalui karya seni rupa.
Tujuan
1.1. Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan macam-macam bahan bekas
untuk membuat karya seni kriya.
1.2 Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan bebrapa alat untuk membuat seni kriya.

2.1 Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa dapat mengumpulkan bahan yang sesuai untuk
pembuatan kartu ucapan.

2.2 Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa dapat memilih bahan dan alat yang sesuai untuk
pembuatan kartu ucapan.

2.3 Dengan mengamati beberapa contoh pola / desain yang disiapkan guru siswa dapat membuat desain
kartu ucapan.

2.4 Dengan latihan membuat pola kartu ucapan siswa dapat membuat bagian-bagian kartu ucapan.

2.5 Melalui kerja kelompok siswa dapat mrenggabungkan bagian-bagian pola kartu ucapan.

2.6 Melalui kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan proses pembuatan kartu ucapan
PENGETESAN

Batas Kriteria Ketuntasan Minimal : 65

Yaitu, siswa yang memperoleh nilai di bawah 65 berarti dianggap belum menguasai material pembelajaran.
1. Tingkah Laku Masukan

Untuk menetahui ketrampilan mana yang sudah dikuasai siswa, maka perlu dilakukan Tes Tingkah Laku
Masukan, dengan mengujikan beberapa soal, yang berkaitan dengan sejumlah ketrampilan subordinat yang
telah disusun. Ketrampilan-ketrampilan yang sudah dikuasai akan diletakkan di bawah garis entry behavior,
sedangkan yang belum dikuasai di atas garis entry behavior dan perlu disiapkan material pembelajarannya.
Jika hanya beberapa siswa yang tidak menguasai ketrampilan subordinat, maka siswa tersebut diberi tugas
mandiri untuk menguasai ketrampilan yang belum dikuasai tersebut. Namun jika semua siswa belum
menguasai semua ketrampilan subordinat, maka ditetapkan tidak ada garis entry behavior.

2. Pra-Tes

Dilakukan sebelum memulai pembelajaran, yaitu menguji beberapa soal tentang ketrampilan subordinat
yang berada di atas garis entry behavior

Pasca Tes

Dilakukan setelah semua material pembelajaran disampaikan.


KEGIATAN TINDAK LANJUT
Remedial

Bagi siswa yang belum mencapai batas minimal yang telah ditetapkan, akan diberikan remedial (dibimbing
lagi tentang materi yang belum dikuasai atau dengan tutor sebaya dan diahiri dengan tes ahir).

Bagi siswa yang telah mencapai batas minimal kelulusan, maka yang bersangkutan akan diberi pengayaan
materi, berkaitan dengan kreasi-kreasi seni rupa yang lain (membuat pigura, kartu lebaran dan lain-lain).
Isi Presentasi dan Aktivitas Partisipasi Belajar
Tujuan 1.1.Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan macam-macam bahan
bekas untuk membuat karya seni kriya.
Isi Presentasi
Langkah ke-7
MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH MATERIAL PEMBELAJARAN
( Develop and Select Instructional Material )

A. Latar Belakang

Dalam menyusun desain pengembangan materi pembelajaran sangat penting, karena pencapaian tujuan yang di
tetapkan terinci pada materi pembelajaran. Meskipun begitu tidak berarti mengesampingkan unsur-unsur lainnya
termasuk siswa, metode, maupun penilaian. Oleh karena itu pengembangan bahan pembelajaran sebaiknya
melibatkan pusat sumber belajar baik yang didesain maupun yang tidak didesain. Sehingga sebagai desainer
bahan pembelajaran jangan tergantung pada buku teks saja tetapi memanfaatkan sumber bahan pembelajaran.
Disadari atau tidak kondisi sekarang kurang memperhatikan pengembangan bahan pembelajaran secara baik,
kadang seorang guru mengajar didepan kelas berbicara sesuai apa yang diingat saat itu tanpa ada perencanaan
dalam pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran perlu dilakukan mulai penyusunan perencanaan
pembelajaran sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

B. Konsep Pengembangan

Sistem Penyampaian dan Pemilihan Material

Pada titik ini dalam proses desain instruksional, sebuah sistem pengiriman ditentukan dan strategi pengajaran
telah dikembangkan, termasuk pengelompokan dan pengurutan, komponen pembelajaran, pengelompokan
siswa, dan tentatif pilihan media. ada 3 faktor cara pemilihan media yaitu: (1) ketersediaan bahan pembelajaran
yang ada, (2) dapat di implementasikan dan diproduksi, (3) memberi kemudahan pada instruktur

1. Komponen Paket Pembelajaran

Dengan strategi instruksional selesai di tangan, Anda, pada akhirnya, siap untuk mulai memilih bahan
pengajaran yang ada, mengembangkan bahan sendiri, atau menulis spesifikasi untuk orang lain yang akan
mengembangkan bahan-bahan. Sebelum Anda mulai Anda harus sadar akan beberapa komponen yang biasanya
membentuk suatu paket instruksional, dan perhatikan bahwa dalam istilah paket kami menyertakan semua
bentuk cetak dan bahan-bahan ditengahi.

1. Memilih Material Yang Ada

Langkah selanjutnya mengikuti perkembangan strategi pengajaran adalah untuk menentukan apakah ada bahan
yang ada yang sesuai dengan tujuan Anda. Di beberapa daerah konten anda akan menemukan materi yang
berlimpah yang tersedia, baik dangkal atau sangat rinci, yang tidak benar-benar diarahkan untuk target populasi
di mana Anda tertarik. Di sisi lain, kadang-kadang adalah mungkin untuk mengidentifikasi bahan yang akan
melayani setidaknya sebagian dari kebutuhan Anda. Ketika Anda mempertimbangkan biaya pengembangan
video atau presentasi multimedia, itu jelas sepadan dengan upaya untuk menghabiskan beberapa jam meneliti
bahan-bahan yang ada untuk menentukan apakah mereka memenuhi kebutuhan anda.

1. Bahan yang berpusat pada tujuan


2. Bahan yang berpusat pada pembelajar

3. Bahan yang berpusat pada konteks

1. Mengembangkan Material untuk Evaluasi Formatif

Draft kasar Bahan Kita semua tahu apa istilah konsep kasar berarti, karena kita semua menulis draf kasar kertas
yang kemudian telah direvisi menjadi bentuk akhir. Konsep kasar berarti tentang hal yang sama ketika
diterapkan pada bahan pengajaran, tetapi membawa makna tambahan bahwa produk tersebut dikembangkan di
alternatif, sederhana, lebih murah format media.

Tujuan untuk melakukan konsep kasar bahan baku untuk membuat cepat, biaya rendah versi desain Anda,
sehingga Anda akan memiliki sesuatu untuk membimbing produksi akhir dan sesuatu untuk memperhitungkan
evaluasi formatif dan mencoba dengan subjek-materi ahli, beberapa pelajar, atau sekelompok pelajar.
1. Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran
1. Meninjau strategi pengajaran untuk setiap tujuan dalam setiap pelajaran.

2. Survei literatur dan bertanya kepada ahli bidang study untuk menentukan bahan pengajaran
apa yang sudah tersedia.

3. Pertimbangkan bagaimana Anda dapat mengadopsi atau mengadaptasi bahan-bahan yang


tersedia.

4. Menentukan apakah bahan-bahan baru harus dirancang. Jika demikian, lanjutkan ke langkah
Jika tidak, mulai mengatur dan menyesuaikan bahan-bahan yang tersedia, dengan
menggunakan strategi pengajaran sebagai panduan.

5. Periksa analisis peserta didik dan untuk setiap pelajaran, mempertimbangkan peran instruktur
dalam memfasilitasi instruksi dan menentukan sejauh mana Anda ingin instruksi untuk diri
sendiri atau kelompok-berjalan mondar-mandir.

6. Periksa analisis konteks pembelajaran dan asumsi-asumsi Anda tentang sumber daya yang
tersedia untuk mengembangkan bahan. Mempertimbangkan kembali sistem penyampaian dan
media yang dipilih untuk mempresentasikan bahan-bahan, untuk memantau praktik dan
umpan balik, untuk mengevaluasi, dan untuk meningkatkan memori pelajar dan transfer.

7. Rencana dan menulis bahan-bahan pengajaran berdasarkan strategi pengajaran dalam bentuk
draf. Anda akan takjub melihat betapa tongkat ilustrasi angka-angka dan kasar dapat
membawa ide-ide Anda untuk hidup untuk sidang pertama. Cetak, visual, atau materi auditori
dalam bentuk kasar ini akan memungkinkan Anda untuk memeriksa urutan, aliran ide,
ketepatan ilustrasi ide, kelengkapan, kecepatan, dan seterusnya. Buatlah seperangkat bahan
kasar selengkap mungkin cukup untuk setiap aktivitas instruksional.

8. Periksa setiap selesai pelajaran atau sesi belajar untuk kejelasan dan aliran ide.

9. Menggunakan satu unit instruksional yang lengkap, tulis instruksi yang menyertainya untuk
membimbing para siswa melalui kegiatan jika diperlukan.

10. Menggunakan bahan-bahan yang dikembangkan di pertama ini tidak mahal, konsep kasar,
mulai kegiatan evaluasi. Bab 10 memperkenalkan dan membahas prosedur dan kegiatan untuk
mengevaluasi dan merevisi bahan pengajaran.

11. Anda mungkin juga mengembangkan bahan-bahan untuk instruktur manual saat Anda pergi
bersama-sama atau Anda dapat membuat catatan ketika Anda mengembangkan dan merevisi
presentasi dan kegiatan instruksional. Menggunakan catatan, Anda dapat menulis panduan
instruktur kemudian

C. Hasil Pengembangan

Tabel 7.2 Peran Guru Dalam Rancangan Dan Penyampaian Pengajaran

Peran guru dalam


Cara penyajian pembelajaran untuk setiap tahap pembelajaran
merancang bahan
1. Guru merancang bahan Kegiatan pra Penyajian Pengikut Kegiatan Tes
pembelajaran individual pembelajaran Informasi sertaan Siswa Lanjutan Guru/Bahan
Bahan Bahan Bahan Bahan
2. Guru memilih dan Bahan dan atau Bahan dan atau Bahan dan atau Bahan dan Guru/Bahan
mengubah bahan yang ada guru guru guru atau guru
agar sesuai dengan siasat
pembelajaran
3. Guru tidak memakai Guru Guru Guru Guru Guru/Bahan
bahan, tetapi
menyampaikan
pembelajaran sesuai siasat
Peran guru dalam
Cara penyajian pembelajaran untuk setiap tahap pembelajaran
merancang bahan
1. Guru merancang Kegiatan pra Penyajian Pengikut Kegiatan Tes
bahan pembelajaran Informasi sertaan Siswa Lanjutan Guru/Bahan
pembelajaran Bahan Bahan Bahan Bahan
individual
2. Guru memilih dan Bahan dan atau Bahan dan atau Bahan dan atau Bahan dan Guru/Bahan
mengubah bahan yang ada guru guru guru atau guru
agar sesuai dengan siasat
pembelajaran
3. Guru tidak memakai Guru Guru Guru Guru Guru/Bahan
bahan, tetapi
menyampaikan
pembelajaran sesuai siasat

Tabel 7.3 Rencana Pemilihan Format Material Pembelajaran

Alat/Perantara Yang akan digunakan Garis Besar Draf yang akan dibuat
Ilustrasi Teks Teks dan beberapa contoh gambar kartu

Ukuran Teks Ukuran A-4

LCD Bahan ajar dalam bentuk Power Point

MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH MATERIAL PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA

KELAS/SEMESTER : VIII / GANJIL

TAHUN PELAJARAN : 2009/2010

PERTEMUAN KE-1

SUB
KOMPONEN TEKS
KETRAMPILAN
Pretes 2.2 Skor:………………..Nama: ………………………..

Isi Presentasi 2.2.1 Tanggal : ………………………………………………

Contoh: 2.1.1 Soal:

Isi Presentasi: 2.2.1 1. Jelaskan manfaat barang-barang bekas


2. Tuliskan minimal 10 jenis barang bekas yang bisa
Contoh: 2.2.1 dimanfaatkan untuk membuat Kartu Ucapan!

3. Jelaskan urutan cara membuat Kartu Ucapan dari


2.2.1
barang bekas!

Menjelaskan kepada siswa tentang keindahan-keindahan


dalam seni rupa dan memberikan ilustrasi serta contoh-
contoh hasil karya seni rupa yang memiliki nilai estetika,
ekonomis dan dapat menambah wawasan serta melatih siswa
untuk mencintai khasanah budaya nusantara melalui karya
seni rupa.

Seni rupa terapan nusantara dapat mencerminkan nilai-nilai


budaya nusantara, dari berbagai daerah yang memiliki ciri
khas masing-masing. Berbagai jenis karya seni rupa antara
lain:

1. Seni kerajinan Tapis Lampung


2. Berbagai macam gambar ilustrasi dan seni grafis
lainnya

Membuat kreasi dari barang bekas dapat berupa Kartu


ucapan, Pigura foto, tempat tissue, tempat pensil, tempat
Koran, hisasan didnding, assesoris, dan lain-lain. Kreasi ini
dapat dibuat dengan memanfaatkan barang-barang bekas
yang ada di sekitar kita, antara lain; koran, majalah, klise
film, kardus, pita, kain, triplek, papan, dan lain-lain. Selain
barang bekas, bahan lain yang dapat digunakan antara lain
dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar
kita.

Beberapa Contoh Kartu Ucapan:

1. Kartu Ulang Tahun

1. Kartu Bermotif Kucing

1. Kartu Bermotif Tumbuhan

1. Kartu Bermotif Klise Film

1. Kartu Bermotif Rumah

Mencari Bahan-Bahan Yang Diperlukan:

Bahan bekas yang bisa dimanfaatkan antara lain:

Kertas majalah, koran, buku-buku, kertas karton, kertas


bufalo, kertas manila, bungkus permen, bungkus ciki, klise
film, sabut kelapa, daun / bunga kering, pita, biji-bijian
kering, foto, kulit kayu, manik-manik, kain, dan lain-lain,
sesuai kreativitas/ide yang muncul.

1. Kertas-kertas bekas

Langkah ke-8
MERANCANG DAN
MELAKUKAN EVALUASI FORMATIF PEMBELAJARAN
( Desigingn and Conducting Formative Evaluations )
oleh : Muhamad Khotib, Tri Wahyu Handoyo, Suyono
Wahyuni Satiawati, Rita Ambarwati
Mahasiswa Pasca TP Unila 2009

A. Latar Belakang

Evaluasi formatif adalah pengumpulan data dan informasi selama pengembangan instruksi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas instruksi. Evaluasi formatif awalnya digunakan sebagai proses untuk
meningkatkan instruksi setelah draft pertama pengajaran dikembangkan. Desainer berpengalaman,
bagaimanapun, menemukan bahwa lebih baik untuk mencoba komponen awal dari proses desain, sehingga
menghindari banyak masalah yang akan tidak dapat ditemukan sampai setelah rancangan instruksi itu selesai.

B. Konsep Pengembangan

Evaluasi formatif adalah proses perancangan untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk meninjau
kembali instruksi agar lebih efisien dan efektif. Penekanan dalam evaluasi formatif adalah pada pengumpulan
dan analisis dan revisi dari instruksi.

Ada tiga fase dasar evaluasi formatif. Yang pertama adalah evaluasi perorangan, evaluasi kelompok kecil dan uji
lapangan. Sebelum ini dilaksanakan didahului oleh tinjauan ulang dari ahli yang tidak terlibat tidak langsung
tetapi mempunyai keahlian yang relevan.

1. Merancang Evaluasi Formatif

Kerangka acuan apa yang dapat Anda gunakan untuk merancang evaluasi formatif? Dengan mengingat bahwa
tujuan evaluasi formatif adalah untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan tertentu dalam bahan-bahan untuk
mengoreksi mereka, termasuk desain evaluasi instrumen, prosedur, dan kebutuhan personil untuk menghasilkan
informasi tentang lokasi dan alasan untuk setiap masalah.

Ada lima bidang pertanyaan yang digunakan untuk mengevaluasi bahan.

1) Apakah bahan sudah sesuai untuk jenis hasil belajar yang diharapkan ?

2) Apakah bahan sudah memadai termasuk instruksi pada bawahan keterampilan?

3) Apakah bahan sudah jelas dan mudah dipahami ?

4) Berapakah nilai motivasi material untuk peserta didik ?

5) Bahan-bahan yang dapat dikelola secara efisien dengan cara mereka dimediasi?

2. Peranan Tenaga Ahli dalam Evaluasi Formatif

Selain adanya data evaluasi dari pembelajar perlu juga melihat analisi dari seorang ahli. Ketika draf desain
selesai terkadang desain tidak bisa melihat permasalahan yang ada. Resensi atau pendapat dari tenaga ahli perlu
dipertimbangkan untuk perbaikan dan perubahan pada draf pertama desain. Terutama dalam strategi belajar, tipe
belajar dan ketetapatan bahan yang akan digunakan dalam desain pembelajaran.

3. Evaluasi Perorangan

Tujuan evaluasi formatif perorangan adalah untuk mengidentifikasi dan menghapus kesalahan yang mencolok
dalam pengajaran. Evaluasi ini melibatkan 3 atau lebih peserta didik yang berinteraksi langsung dengan
desainer. Ada tiga kriteria utama dan dalam evaluasi perorangan ini yaitu : Kejelasan, Dampak dan
Kelayakan .

Ada beberapa pertimbangan dalam melakukan evaluasi perorangan yaitu :


1) Memilih Pelajar

Penentuan pelajar yang dilibatkan dalam evaluasi perorangan harus mewakili populasi target, baik segi
kemampuan maupun karakteristik lainnya. Misal dari segi kemampuan, dipilih yang diatas rata-rata, rata-rata
dan di bawah rata-rata. Dilihat dari motivasi, dipilih yang motivasi positif, netral dan negatif, Atau kalau itu
bukan pelajar bisa dipilih berdasarkan pengalaman, diatas sepuluh tahun, dua sampai lima tahun dan yang baru
setahun.

2) Pendataan

Data pendataan atau pengambilan informasi dati evaluasi perorangan seperti diatas, yaitu : kejelasan, dampak
dan kelayakan.

a. Kejelasan

Untuk kejelasan instruksi, ada tiga kategori utama dari informasi yaitu pesan, link, dan prosedur. Kategori
pertama, pesan, meliputi: kosakata, kalimat kompleksitas, dan struktur pesan.. Kategori kedua, link, bagaimana
pesan dasar dirancang mencakup konteks, contoh, analogi, ilustrasi, demonstrasi, dan sebagainya. Katagori
ketiga, prosedur, mengacu pada instruksi karakteristik seperti urutan, ukuran segmen yang disajikan, transisi
antara segmen, kecepatan, dan variasi yang dibangun ke dalam presentasi. Ini akan berpengaruh kepada
motivasi dan kecepatan dalam pembelajaran

b. Dampak

Berkaitan dengan sikap pelajar tentang instruksi pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Terkait dengan sikap,
(1) secara pribadi relevan dengan dia atau dia, (2) accomplishable dengan usaha yang wajar, dan (3) menarik
dan memuaskan untuk pengalaman.

c. Kelayakan

Berkaitan dengan pertimbangan orientasi manajemen yang dapat diperiksa selama evaluasi sidang.
Pertimbangan kelayakan termasuk kemampuan belajar, media pengajaran, dan pengajaran lingkungan.

3) Prosedur

Prosedur yang khas dalam evaluasi perorangan adalah untuk menjelaskan kepada para pelajar tentang bahan
pembelajaran. Reaksi pembelajar terhadap materi, mengetahui kekurangan materi, mengerjakan soal-soal,
mencatat waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan materi. Pebelaajar akan menemukan kesalahan ketik,
kelalaian konten, halaman yang hilang, grafik yang berlabel tidak tepat, tidak sesuai link di halaman web
mereka, dan jenis lainnya. Kesulitan memahami urutan belajar, konsep belajar, dan soal-soal yang diberikan.

4) Penilaian dan Kuesioner

Setelah siswa telah menyelesaikan instruksi dalam evaluasi perorangan, mereka mengerjakan posttest dan
kuesioner sikap dengan cara yang sama. Desainer akan menemukan tidak hanya kesalahan, tetapi juga kenapa
terjadi kesalahan. Informasi ini dapat sangat membantu selama proses revisi. Proses untuk mengevaluasi kinerja,
produk, dan sikap dan pada akhirnya untuk merevisi pembelajaran termasuk butir-butir soal yang ada.

5) Belajar Sisa

Salah satu kepentingan desainer selama evaluasi perorangan adalah untuk menentukan jumlah waktu yang
diperlukan bagi pelajar untuk menyelesaikan instruksi.

6) Interpretasi Data
Informasi tentang kejelasan instruksi, dampak pada pelajar, dan kelayakan instruksi perlu diringkas dan
terfokus. Aspek-aspek tertentu dari instruksi yang ditemukan untuk menjadi lemah kemudian dapat
dipertimbangkan dalam rangka rencana revisi yang mungkin untuk meningkatkan instruksi untuk pelajar serupa.

7) Hasil

Hasil dari evaluasi satu-ke-satu adalah instruksi bahwa :

(l) berisi kosa kata yang sesuai, kompleksitas bahasa, contoh, dan ilustrasi untuk peserta didik;

(2) baik menghasilkan sikap dan prestasi pelajar, atau direvisi dengan tujuan meningkatkan pelajar sikap atau
kinerja selama percobaan berikutnya, dan

(3) layak digunakan dengan pembelajar, sumber daya, dan pengaturan yang ada. Instruksi lebih lanjut dapat
disempurnakan dengan menggunakan kelompok kecil cobaan.

4. Evaluasi Kelompok Kecil

Ada dua tujuan dalam evaluasi kelompok kecil. Pertama effektivitas perubahan dan Identifikasi masalah yang
masih tersisa setelah evaluasi perorangan. Kedua untuk menentukan apakah pelajar dapat menggunakan
instruksi tanpa berinteraksi dengan instruktur. (Pada titik ini dalam diskusi kita, kita terus menganggap bahwa
perancang merancang beberapa bentuk bahan pengajaran diri.)

1) Kriteria dan Data

Langkah efektif untuk mengevaluasi pembelajaran dan kinerjanya dengan melihat skor pretest dan posttest.
Informasi yang dikumpulkan mengenai kelayakan dari instruksi biasanya meliputi:

(l) waktu yang dibutuhkan bagi pelajar untuk menyelesaikan baik instruksi dan tolok ukur kinerja yang
dibutuhkan,

(2) biaya dan kelangsungan hidup menyampaikan instruksi dalam format dimaksudkan dan lingkungan, dan

(3) sikap mereka yang melaksanakan atau mengelola instruksi.

2) Memilih Pebelajar

Evaluasi kelompok kecil terdiri dari 8 – 20 orang pembelajar. Dimungkin untuk memilih secara acak dai
populasi target. Atau mngkin desainer perlu mengikutkan pembelajar yang telah ditetapkan untuk mewakili
kelompok, misalnya pebelajar yang prestasinya rendah, rata-rata, tinggi atau yang terbasa dengan prosedur
tertentu misalnya berbasis komputer, web dan yang tidak, atau yang muda, berpengalaman.

3) Prosedur

Prosedurnya guru memulai dengan menjelaskan kemudian pembelajar diberikan pretest. Pada pelaksanaan peran
guru sesedikit mungkin. Setiap pelajar yang kesulitan dalam proses dan bagian dan solusi harus jelas dicatat
sebagai bagian dari revisi data.

4) Penilaian dan Kuesioner

Langkah tambahan dari evaluasi adalah kuesioner sikap untuk mendapatkan tanggapan pembelajar, kelemahan
dan kelebihan dalam strategi pembelajaran. Oleh karena itu pertanyaan dalam kuesioner minimal mencakup :

• Apakah instruksi menarik?

• Apakah Anda mengerti apa yang Anda harus dipelajari?


• Apakah bahan-bahan yang berkaitan langsung dengan tujuan?

• Apakah latihan-latihan praktek memadai?

• Apakah latihan-latihan praktek relevan?

• Apakah benar-benar tes mengukur pengetahuan tentang tujuan?

• Apakah anda menerima umpan balik yang memadai pada latihan-latihan praktis?

• Apakah Anda merasa percaya diri ketika menjawab pertanyaan di tes?

5) Ringkasan Data dan Analisa

Data kuantitatif dan informasi yang dikumpulkan selama evaluasi dirangkum dan dianalisis. Data kuantitatif
terdiri dari skor tes serta persyaratan waktu dan biaya proyeksi. Informasi deskriptif terdiri dari komentar yang
dikumpulkan dari sikap kuesioner, wawancara, atau evaluator catatan tertulis selama proses evaluasi.

6) Hasil

Hasil dari evaluasi kelompok kecil mungkin perbaikan instruksi yang sederhana, seperti mengubah contoh dan
kosa kata dalam tes item atau meningkatkan jumlah waktu yang dialokasikan untuk studi. Atau mungkin
memerlukan perubahan besar dalam strategi pengajaran (misalnya, strategi motivasi, urutan tujuan, pengiriman
instruksional format), atau dalam sifat informasi yang disajikan kepada peserta didik.

5. Evaluasi Uji Lapangan

Evaluasi uji lapangan menggunakan konteks belajar yang mirip dengan sasaran yang akan digunakan. Tujuan uji
lapangan untuk efektivitas perubahan pada evaluasi kelompok kecil dan instruksi dapa digunakan pada kontek
belajar yang sebenarnya.

1) Lokasi Evaluasi dan pemilihan pelajar

Uji lapangan dapat dicobakan pada kelompok besar yang terdiri dari 30 orang yang dipilih secara acak yang
berbeda. Atau pada kelas perorangan tetapi akan menemui kesulitan karena pebelajar akan tersebar.

2) Kriteria dan Data

informasi yang dikumpulkan adalah prestasi pelajar dan sikap; instruktur prosedur dan sikap; dan sumber daya
seperti waktu, biaya, ruang, dan peralatan.

3) Prosedur Pelaksanaan Ujian Lapangan

Prosedur uji lapangan hampir sama dengan kelompok kecil. Perbedaan pada peran desain yang harus dikurangi
atau dihilangkan diganti dengan peran guru, oleh karenanya guru harus dilatih dulu. Mungkin setelah evaluasi
kelompok kecil pretest dan posttest diubah atau dikurangi hanya menilai entry paling penting. Kuesioner
difokuskan pada faktor-faktor lingkungan yang mungkin mengganggu pembelajaran.

4) Ringkasan Data dan Interpretasi


Data prestasi dan informasi sikap pelajar dan guru diringkas untuk membantu menemukan bagian-bagian pada
instrusi yang tidak efektif. Hal ini akan digunakan sebagai revisi akhir.

C. Hasil Pengembangan

Hasil Evaluasi Formatif

1. 1. Review Ahli

sesuai dengan komentar para ahli lain yang diundang di luar pengembang instruksional, diperoleh informasi
bahwa produk instruksional tersebut dapat dikembangkan, karena hasilnya cukup baik berdasarkan hasil
kuesioner.

Dari hasil interview dan kuesioner terdapat 3 orang ahli diperoleh informasi sebagai berikut:

Pernyataan
Kebenaran Isi atau materi menurut bidang iomunya dan
No. Nama Responden
relevansinya dengan tujuan pembelajaran
Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Andriani, S.Pd
1 v
(Ahli bidang study)
Sentot Hardiyono, S.Pd
2 v
(Ahli Produk Media)
Darma Cahyono, S.Pd
3 v
(Ahli Pengembang Instruksiona)
Jumlah 1 2

Langkah ke-9

MEREVISI PEMBELAJARAN

( Revisi Instructional )

A. Latar Belakang

Pada hampir semua model desain instruksional, akan ditemukan penekanan utama pada konsep evaluasi
formatif, yaitu pada pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah dan merevisi bahan pengajaran. Model
desainpembelajaran sering menunjukkan bahwa setelah data yang telah dikumpulkan dan diringkas, harus
direvisi material pembelajarannya agar lebih “tepat.”

Ada dua jenis dasar revisi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan material pembelajaran. Yang
pertama adalah perubahan yang dibuat dengan isi atau substansi bahan untuk membuat mereka lebih akurat atau
lebih efektif sebagai sarana belajar. Tipe kedua perubahan berkaitan dengan prosedur yang digunakan dalam
menggunakan bahan

B. Konsep Pengembangan

Ada banyak cara yang berbeda di mana data yang dikumpulkan dalam suatu evaluasi formatif dapat dirangkum
untuk menunjukkan daerah kesulitan belajar dan kemungkinan revisi. Metode-metode yang kita gambarkan di
sini adalah hanya saran. Ketika Anda mulai bekerja dengan data Anda sendiri, Anda mungkin menemukan
teknik lain yang akan membantu Anda memperoleh lebih banyak wawasan dari mereka. Kita akan melihat dulu
apa yang dapat Anda lakukan dengan data dan informasi dari evaluasi formatif satu-ke-satu, dan kemudian
mempertimbangkan kelompok kecil dan fase uji-lapangan.
1. 1. Menganalisis Data Dari Uji Coba Satu-satu

Dari uji satu-satu masih dirasakan sangat sedikit data yang diperoleh, karena informasi yang biasanya tersedia
hanya dari tiga sampai lima pelajar. Karena pelajar ini dipilih berdasarkan keragaman, informasi yang mereka
berikan akan, dalam dalam bentuk berbagai kemungkinan, akan sangat berbeda, bukan menyatu dengan
beberapa jenis kelompok rata-rata. Dengan kata lain, perancang harus melihat persamaan dan perbedaan antara
tanggapan para peserta didik, dan menentukan perubahan yang terbaik.

Perancang memiliki lima jenis informasi dasar yang tersedia: Perancang memiliki lima jenis informasi dasar
yang tersedia:

1. Perilaku masukan dan karakteristik pebelajar,


2. tanggapan langsung terhadap instruksi,

3. waktu belajar,

4. posttest kinerja, dan

5. tanggapan terhadap sikap kuesioner.

Langkah pertama adalah untuk menggambarkan para pembelajar yang berpartisipasi dalam uji satu-satu dan
untuk menunjukkan kinerja mereka pada setiap entri-perilaku tindakan. Selanjutnya, perancang harus membawa
bersama semua komentar dan saran tentang pembelajaran. Hal ini juga memungkinkan untuk menyertakan
komentar dari ahli materi, dan setiap alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pelajar selama
uji satu-satu.

Selanjutnya data yang akan diringkas adalah yang terkait dengan posttest. Dimulai dengan mendapatkan item
kinerja individu dan kemudian menggabungkan nilai item untuk masing-masing tujuan sampai pada total skor.
Dengan mengembangkan sebuah tabel yang menunjukkan setiap siswa skor pretest, posttest skor, dan total
waktu belajar.

Dengan semua informasi ini di tangan, perancang siap untuk merevisi Pembelajaran. Tentu saja, jelas revisi
tertentu mungkin telah dibuat sebelum menyelesaikan uji satu-satu.

Revisi dimulai dengan melihat kinerja pembelajar dalam melaksanakan evaluasi satu-satu. Yaitu dengan melihat
item tes apakah berfungsi baik atau tidak, Jika tidak maka item tes kita revisi. Jika berfungsi baik maka kita
revisi struktur pembelajarannya.

1. Menganalisis Data dari Kelompok Kecil dan Uji Lapangan

Kelompok kecil evaluasi formatif menyediakan perancang dengan ringkasan data yang agak berbeda situasi.
Data dari 8 – 20 siswa memungkinkan adanya data yang lebih lengkap. Data yang tersedia biasanya adalah
sebagai berikut:

1. item performa di pretest,


2. posttest, dan

3. tanggapan terhadap kuesioner sikap;

4. pembelajaran dan

5. pengujian waktu, dan

6. komentar yang dibuat secara langsung dalam bahan.

Unit dasar analisis untuk semua penilaian adalah penilaian masing-masing item. Kinerja pada setiap item harus
dinilai sebagai benar atau salah. Jika salah satu item memiliki beberapa bagian, maka setiap bagian harus dinilai
dan dilaporkan secara terpisah sehingga informasi tidak hilang. Informasi item individu ini diperlukan untuk tiga
alasan:
1. Berguna dalam memutuskan apakah ada masalah tertentu dengan item atau apakah itu secara efektif
mengukur kinerja sesuai yang dijelaskan dalam objektif.
2. Digunakan untuk mengidentifikasi sifat pembelajar mengalami kesulitan dengan instruksi.

3. Dapat digabungkan untuk menunjukkan kinerja pelajar yang objektif, dan akhirnya, pada seluruh tes.

Setelah item data yang telah dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah item dasar-oleh tujuan-tabel tersebut
kemudian dimungkinkan untuk membangun tabel data yang lebih komprehensif.

Group’s Item-by-Objektif Kinerja tabel ringkasan data yang pertama yang harus dibangun adalah item-oleh-
meja objektif. Contoh digambarkan dalam Tabel 11.1. Asumsikan bahwa kita memiliki sepuluh-item tes yang
mengukur empat tujuan. Dua puluh pelajar berada di kelompok kecil evaluasi formatif.

Tujuan yang tercantum di bagian atas meja, dan item yang dimasukkan di baris kedua dalam tujuan mereka
mengukur. Peserta didik data dicatat dalam baris-baris di bawah item dan tujuan. X dalam kolom di bawah item
menunjukkan respon yang benar, dan kosong menunjukkan respons yang tidak tepat untuk setiap pelajar.

Dengan data mentah yang ditampilkan dengan cara ini, kita dapat menggunakan tabel untuk membuat dua
ringkasan untuk analisis: item kualitas dan kinerja peserta didik. Anda harus menganalisis kualitas item pertama,
karena item yang rusak tidak boleh dianggap ketika menganalisis kinerja pelajar. Bawah baris berisi ringkasan
data yang diperlukan untuk analisis item. Baris pertama berisi jumlah dua puluh siswa yang menjawab setiap
item dengan benar. Baris berikutnya berisi persentase peserta didik yang menjawab setiap item dengan benar.
Angka-angka ini diperoleh dengan membagi jumlah siswa dalam evaluasi ke jumlah siswa yang menjawab
dengan benar-yaitu, untuk item 1,18 / 20 = .90 atau 90 persen. Baris terakhir berisi persentase dari kelompok
yang menguasai masing-masing tujuan. Nilai ini dihitung dengan membagi jumlah siswa yang menguasai
masing-masing tujuan dengan total jumlah siswa dalam analisis. Dalam contoh ini, pelajar harus benar
menjawab semua pertanyaan untuk tujuan untuk menguasai tujuan.

Tujuan untuk item-oleh-analisis objektif tiga: untuk menentukan kesulitan dari setiap item untuk kelompok,
untuk menentukan kesulitan masing-masing tujuan untuk kelompok, dan untuk menentukan konsistensi yang
himpunan item dalam langkah-langkah objektif peserta didik kinerja objektif.

Kesulitan item nilai-nilai di atas 80 persen mencerminkan item relatif mudah untuk kelompok, sedangkan
mencerminkan nilai-nilai yang lebih rendah yang lebih sulit. Demikian pula, secara konsisten nilai-nilai tinggi
atau rendah untuk item-item dalam suatu tujuan mencerminkan kesulitan objektif untuk grup tersebut. Sebagai
contoh, nilai kesulitan untuk item 1 dan 2 dalam Tabel 11.1 (90 dan 95) menunjukkan bahwa hampir semua
pelajar menguasai item sebagai.

sociated dengan tujuan 1. Jika data ini berasal dari sebuah posttest, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
instruksi yang berkaitan dengan tujuan 1 adalah efektif. Sebaliknya, jika mereka rendah, maka mereka
menunjuk kepada instruksi yang harus dipertimbangkan untuk revisi.

Konsistensi dari indeks kesulitan item dalam suatu tujuan biasanya mencerminkan kualitas dari item. Jika item
mengukur keterampilan yang sama, dan jika tidak ada sengaja kompleksitas atau petunjuk dalam item,
kemudian peserta didik performa di set item harus relatif konsisten. Kelompok-kelompok kecil, perbedaan dari
10 atau 20 persen tidak dianggap besar, tetapi perbedaan-perbedaan dari 40 persen atau lebih harus
menimbulkan kekhawatiran. Perhatikan dalam Tabel 11.1 data item yang konsisten dalam tujuan 1 dan 2.
Sebaliknya, data yang tidak konsisten di dalam tujuan 3 dan 4. Untuk tujuan 3, dua item ini cukup konsisten (85
dan 90), sementara satu item, 6, menghasilkan kesulitan yang jauh lebih rendah indeks (30). Seperti pola baik
sengaja mencerminkan kompleksitas dalam item atau keterampilan yang berbeda yang sedang diukur. Pola yang
objektif 4 mengilustrasikan dua konsisten item (50 dan 45) dan satu outlier (90). Jenis ini mencerminkan pola
baik petunjuk dalam butir 8 atau keterampilan yang berbeda yang sedang diukur. Ketika kesulitan indeks tidak
konsisten diamati dalam suatu tujuan, hal ini menandakan bahwa item dalam himpunan harus ditinjau ulang dan
direvisi sebelum menggunakan kembali mereka untuk mengukur kinerja pelajar. Jika item dinilai suara, maka
mencerminkan aspek instruksi yang harus dipertimbangkan kembali.

Pembelajar ‘Item-by-Objektif Kinerja Tipe kedua analisis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item-by-
meja objektif kinerja pelajar perorangan. Sebelum melakukan analisis ini, Anda harus menghapus item apapun
dinilai cacat selama analisis item. Terakhir empat kolom dalam tabel berisi data kinerja individu. Pertama dua
kolom ini berisi nomor dan per ¬ sen item yang dijawab dengan benar oleh setiap pelajar. Dua kolom terakhir
berisi jumlah dan persen tujuan dikuasai oleh setiap pelajar. Menjawab semua item dalam satu tujuan ditetapkan
sebagai kriteria untuk penguasaan.

Data hipotetis bagi pelajar dalam Tabel 11.1 menggambarkan bahwa individu-individu di dalam kelompok
dilakukan cukup berbeda pada tes. Dua individu menguasai semua empat tujuan, dan nilai tertinggi untuk tiga
lainnya berkisar pembelajar tidak tujuan menguasai hingga 75 persen. Jika data ini diwakili kinerja pada
perilaku masuk atau keterampilan untuk dimasukkan dalam instruksi, maka mereka akan menyarankan yang
sudah siap untuk instruksi instruksi dan apakah benar-benar dibutuhkan oleh beberapa anggota sampel.
Sebaliknya, jika mereka tercermin posttest kinerja, maka desainer bisa membuat kesimpulan tentang perlunya
merevisi instruksi. Data tentang peserta didik kinerja pada item dan tujuan memberikan informasi yang berbeda,
dan untuk formatif evaluator, data tujuan menguasai lebih informatif daripada skor mentah.

Peserta didik di seluruh Tes Kinerja item-oleh-tabel tujuan menyediakan data untuk menciptakan tabel untuk
meringkas peserta didik kinerja di tes. Tabel 11.2 menggambarkan bagaimana pembelajar-by-tujuan penguasaan
dapat digambarkan di tes diberikan. Data yang disajikan untuk hanya lima dari dua puluh mahasiswa dalam
analisis, dan ringkasan untuk dua puluh mahasiswa tersebut disajikan di bagian bawah meja. Baris pertama
mengidentifikasi tujuan, baris kedua menunjukkan tes, dan baris berikutnya digunakan untuk merekam
mahasiswa ‘penguasaan tujuan pada setiap tes. Ringkasan baris kedua di bagian bawah tabel berisi persentase
dari dua puluh peserta didik yang menguasai masing-masing tujuan pada setiap pengujian dan peningkatan atau
penurunan persentase dari pretest ke posttest untuk setiap tujuan. Idealnya, persentase

Tabel 11.2

peserta didik yang menguasai masing-masing tujuan harus meningkat dari pretests ke posttests. Pola seperti
digambarkan untuk semua empat tujuan dalam Tabel 11.2.

Anda mungkin juga ingin meringkas pembelajar ‘kinerja di tes dengan menggunakan persentase menguasai
tujuan pada setiap tes. Ringkasan seperti digambarkan dalam Tabel 11.3. Baris teratas mengidentifikasi tes dan
jumlah tujuan diukur oleh masing-masing. Baris berikutnya berisi tujuan persentase dikuasai oleh setiap siswa
pada setiap tes. Baris bawah rata-rata persentase berisi tujuan dikuasai oleh kelompok pada setiap tes. Dari data
ini perancang dapat menyimpulkan bahwa: (l) kelompok sesuai untuk dipilih adalah evaluasi, (2) keterampilan
meliputi instruksi sebelumnya tidak dikuasai oleh kelompok, dan (3) instruksi itu efektif dalam meningkatkan
peserta didik keterampilan.

Graphing Learners ‘Performances Cara lain untuk menampilkan data adalah melalui berbagai teknik pembuatan
grafik. Grafik dapat menunjukkan kinerja pretest dan posttest untuk setiap tujuan dalam studi evaluasi formatif.
Anda mungkin juga ingin membuat grafik jumlah waktu yang diperlukan untuk melengkapi bahan pengajaran
serta jumlah waktu yang diperlukan untuk pretest dan posttest. Sebuah contoh pretest / grafik performa posttest
muncul pada Gambar 11.1.

Tabel 11.3

9
Student 3 Behavior Pretest Instructional 9 Posttest
Number Objectives Objectives Objectives
1 100 100 100 100 11 89 89 89 100
22 22 11
2

4 II
20 67 92 0 67 88
Mean 14

Figura 11.1

Teknik grafis lain untuk meringkas data evaluasi formatif melibatkan bagan analisis instruksional. Prosedur ini
memerlukan penentuan rata-rata pretest dan posttest kinerja peserta didik berpartisipasi dalam evaluasi formatif
pada keterampilan masing-masing ditunjukkan pada bagan analisis instruksional. Perancang menggunakan
salinan bagan analisis instruksional, tanpa pernyataan keterampilan. Lihat Gambar 11.2 untuk contoh dari teknik
ini. The pretest dan posttest skor untuk masing-masing tujuan yang dimasukkan dalam kotak yang sesuai. Hal
ini memberikan tampilan yang menarik dari hubungan dari nilai pada

berbagai keterampilan dalam bahan pengajaran. Ini akan menjadi jelas jika peserta didik kinerja menurun ketika
mereka mendekati bagian atas hirarki. Anda mungkin juga menemukan suatu keterampilan dikuasai oleh hanya
beberapa peserta didik yang tampaknya memiliki sedikit efek pada berikutnya superordinate penguasaan
keterampilan.

Jenis Data lain Ada jenis data lain untuk meringkas dan menganalisis di samping peserta didik pada tujuan
kinerja. Telah ditemukan bahwa cara yang baik untuk meringkas data dari suatu sikap kuesioner ini adalah untuk
menunjukkan pada salinan kosong kuesioner persentase peserta didik yang memilih tiap alternatif untuk
berbagai pertanyaan. Jika Anda juga meminta terbuka, umum tanggapan dari pembelajar, maka Anda dapat
merangkum mereka untuk setiap pertanyaan.

Penting lain jenis data adalah komentar yang diperoleh dari pembelajar, dari instruktur lain yang terlibat dalam
evaluasi formatif, dan subjek-materi dari para ahli yang bereaksi terhadap bahan-bahan. Data dan informasi
yang dikumpulkan dalam konteks kinerja evaluasi formatif mungkin harus diringkas dalam mode deskriptif.
Karena hampir mustahil untuk merangkum komentar ini dalam bentuk tabel atau grafik, lebih baik untuk
mencoba untuk menghubungkan masing-masing komentar ini ke bahan pengajaran sendiri, atau untuk tujuan
dalam bahan-bahan yang mereka rujuk. Komentar-komentar ini dapat ditulis langsung pada salinan dari bahan.

Jenis akhir data ringkasan Anda mungkin ingin mempersiapkan berkaitan dengan pendekatan alternatif apapun
Anda mungkin telah digunakan selama baik kelompok kecil evaluasi atau uji coba lapangan. Data ini mungkin
kinerja pada item tes spesifik, respon pada kuesioner sikap, atau bahkan sebuah indikasi dari total waktu belajar.

Urutan untuk Meneliti Data Ketika engkau menyiapkan ringkasan data Anda, Anda akan segera mulai
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai efektivitas umum bahan pengajaran Anda dan sejauh mana revisi
Anda mungkin diminta untuk membuat. Setelah memeriksa data umum, kami sarankan agar Anda menggunakan
data dalam urutan berikut.

Perilaku entry Pertama, setelah menghapus data untuk semua item yang rusak, Anda harus memeriksa data yang
tersisa berkenaan dengan masuknya perilaku peserta didik. Apakah pelajar dalam evaluasi formatif memiliki
perilaku entri Anda diantisipasi? Jika demikian, apakah mereka berhasil dengan bahan pengajaran? Jika mereka
tidak berhasil, tetapi tidak memiliki entri yang diperlukan perilaku, maka anda harus mempertanyakan apakah
Anda telah mengidentifikasi perilaku entri kritis.

Pretests dan Posttests Langkah kedua adalah untuk meninjau pretest dan posttest data ditampilkan pada bagan
analisis instruksional. Jika Anda sequencing bahan-bahan yang tepat dan jika Anda mengidentifikasi
keterampilan yang hierarkis bergantung pada satu sama lain, maka kinerja pelajar harus menurun saat Anda
bergerak ke atas melalui hierarki-yaitu, harus ada pelajar miskin performa di terminal tujuan daripada
keterampilan sebelumnya . Ketika instruksi bekerja dengan baik, akan ada, tentu saja, akan ada penurunan
kinerja peserta didik sebagai pembelajar menyelesaikan keterampilan di bagian atas analisis. Data ini akan
membantu Anda mengidentifikasi dengan tepat di mana masalah yang ada dan bahkan mungkin menyarankan
perubahan dalam urutan pengajaran keterampilan tertentu.

Ketiga, Anda dapat memeriksa skor pretest untuk menentukan sejauh mana individu pembelajar, dan kelompok
secara keseluruhan, telah memperoleh keterampilan yang Anda mengajar. Jika mereka sudah memiliki sebagian
besar keterampilan, maka anda akan menerima relatif sedikit informasi tentang efektivitas instruksi atau
bagaimana hal itu bisa diperbaiki. Jika mereka tidak memiliki keterampilan ini, maka Anda akan memiliki lebih
percaya diri dalam analisis yang mengikutinya.
Dengan membandingkan nilai pretest dengan posttest objektif dengan objektif, yang biasanya apa yang
dilakukan ketika Anda memeriksa bagan analisis instruksional, Anda dapat menilai peserta didik kinerja pada
setiap tujuan tertentu dan mulai terfokus pada tujuan tertentu dan instruksi yang terkait dengan kebutuhan yang
muncul revisi .

Saat Anda mengidentifikasi tujuan-tujuan yang dilakukan pembelajar buruk, memeriksa kata-kata yang tepat
tujuan dan tes terkait item, dan tepat jawaban siswa item. Sebelum merevisi bahan pengajaran, lihat tabel
analisis konten anda untuk melihat apakah item tes yang buruk, bukan bahan, menunjukkan kinerja pelajar
miskin. Semua yang mungkin diperlukan adalah tes direvisi item daripada revisi besar dari bahan pengajaran.

Strategi instruksional Langkah selanjutnya adalah untuk memeriksa strategi instruksional yang terkait dengan
berbagai tujuan dengan pelajar yang mengalami kesulitan. Apakah strategi yang direncanakan benar-benar
digunakan dalam bahan pengajaran? Apakah ada strategi alternatif yang mungkin digunakan? Langkah terakhir
adalah untuk memeriksa bahan-bahan untuk mengevaluasi diri mereka komentar tentang area masalah yang
dibuat oleh peserta didik, instruktur, dan subjek-materi ahli.

Belajar Sisa Sebuah perhatian penting dalam evaluasi formatif adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh
mahasiswa untuk melengkapi bahan pengajaran. Mungkin perlu bagi Anda untuk merevisi bahan-bahan untuk
membuat mereka dapat tampil dalam periode waktu tertentu. Ini adalah tugas yang sangat sulit, dan itu harus
dilakukan dengan sangat hati-hati. Dengan bahan individual tidak lazim bagi pelajar yang paling lambat untuk
mengambil dua atau tiga kali lebih lama daripada pelajar tercepat. Mengetahui apa yang harus hapus dari materi
atau berubah tanpa mengganggu belajar sangat sulit untuk ditentukan. Sering kali keputusan dapat dibuat hanya
setelah pengadilan / merevisi / persidangan / proses merevisi dengan target pelajar.

Prosedur instruksional Data yang berhubungan dengan pelaksanaan bahan pengajaran juga harus diperiksa.
Kami menyarankan sebelumnya bahwa Anda mungkin mengumpulkan data menyesatkan karena salah operasi
peralatan media. Mungkin juga telah gangguan di dalam kelas, perpanjangan istirahat makan siang, atau salah
satu dari berbagai jenis kegiatan lainnya yang umum untuk berbagai instruksi ¬ pengaturan nasional. Karena
gangguan ini tidak dapat dikendalikan, mereka hanya harus dicatat dan dijelaskan.

Di sisi lain, ada kekhawatiran prosedural yang dapat dikendalikan. Apakah pembelajar terhambat oleh logistik
yang diperlukan untuk menggunakan bahan-bahan? Apakah ada pertanyaan tentang bagaimana untuk
melanjutkan dari satu langkah ke depan? Apakah ada penundaan panjang dalam mendapatkan nilai tes? Ini
adalah jenis masalah prosedural pelaksanaan yang sering diidentifikasi dalam kuesioner dan diskusi tanya
jawab. Solusi untuk masalah-masalah seperti itu harus ditemukan dan dimasukkan ke dalam baik instruksi atau
instruktur ‘manual untuk membuat kegiatan pengajaran berjalan lebih lancar.

1. Proses Revisi

Kami menyarankan bahwa ketika Anda memulai proses revisi, Anda meringkas data Anda seperti yang
disarankan dalam bab ini. Kami menyadari bahwa kebutuhan desainer instruksional akan berbeda menurut jenis
bahan yang mereka bekerja, namun strategi yang disarankan di sini harus diterapkan pada hampir semua usaha
desain instruksional. Sebagai contoh, jika Anda telah mengajarkan keterampilan psikomotorik, maka kinerja
posttest Anda akan dicatat pada rubrik dari beberapa macam, dan diringkas pada bagan analisis instruksional.
Mungkin juga ada kertas dan pensil bawahan ujian keterampilan dan pengetahuan. Skor ini harus diperiksa
sehubungan dengan keterampilan motorik yang terkait. Penggunaan sikap tanggapan dan waktu belajar akan
sama untuk semua jenis instruksi.

Mengingat semua data dari evaluasi kelompok kecil atau uji lapangan, perancang harus membuat keputusan
tentang bagaimana membuat revisi. Hal ini hampir selalu terlihat di mana masalahnya, tetapi tidak selalu jelas
apa yang sebaiknya dilakukan perubahan. Jika perbandingan beberapa pendekatan telah tertanam dalam evaluasi
formatif, maka hasilnya harus menunjukkan jenis perubahan yang akan dibuat. Jika tidak, mengusulkan untuk
merevisi strategi mengikuti instruksi satu-ke-satu evaluasi juga berlaku pada saat ini, yaitu menggunakan data,
pengalaman Anda, dan suara prinsip-prinsip pembelajaran sebagai dasar untuk revisi Anda.

Satu peringatan: Hindari menanggapi terlalu cepat untuk setiap satu bagian dari data, apakah itu adalah peserta
didik kinerja pada tujuan tertentu, komentar dari seorang individu pembelajar, atau pengamatan oleh ahli-materi
subjek. Mereka semua informasi berharga, namun Anda harus berusaha untuk menguatkan data ini dengan data
lainnya. Lihat kinerja serta data pengamatan yang akan membantu Anda berfokus pada kekurangan tertentu
dalam bahan pengajaran.

Saran tambahan: Ketika meringkas data dari evaluasi lapangan, Anda harus berhati-hati untuk meringkas dalam
yang akurat dan jelas mode. Anda akan menemukan bahwa data-data ini menarik tidak hanya untuk Anda
sebagai perancang instruksional, tetapi juga akan berfungsi sebagai kendaraan yang efektif untuk menunjukkan
kepada orang lain bagaimana peserta didik dilakukan dengan instruksi Anda. Tabel dan grafik dapat
menyediakan baik umum dan penjelasan rinci tentang kinerja keseluruhan dari peserta didik.

C. Hasil Pengembangan

Revisi terhadap semua langkah pada desain Dick and Carey adalah sebagai berikut :

1. Langkah Analisis Pembelajaran

Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden menyatakan langkah analisis pembelajaran yang
dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.

1. Langkah Analisis Pembelajaran dan Kontek

Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden menyatakan langkah analisis pembelajaran dan
konteks yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.

1. Langkah Menulis Tujuan Performansi

Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden menyatakan langkah Menulis tujuan performansi
yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.

1. Langkah Pengembangan Instrumen Penilaian

1. Sesuai dengan hasil angket yang disebarkan pada responden menyatakan langkah Pengembangan
Instrumen Penilaian yang dirancang sudah cukup baik dan tidak ada revisi.

1. Langkah Pengembangan Strategi Pembelajaran

Pada langkah pengembangan strategi pembelajaran bagian yang di revisi adalah:

Media pembelajaran baru menggunakan laptop dan LCD. Dalam pengembangan penggunaan media perlu
digunakan media internet untuk mencari materi dan contoh yang lebih bervariasi dan terbaru.

1. Langkah Pengembangan dan Pemilihan Material Pembelajaran

Pada langkah Pengembangan dan Pemilihan Material pembelajaran bagian yang di revisi adalah:

1. Isi Material direvisi dengan mencari dan menambahkan materi dari berbagai sumber belajar.
2. Penulisan Media pembelajaran pada presentasi powerpoin terlalu kecil sehingga perlu diperbesar
ukuran fontnya.

1. Langkah Mendesain tes Evaluasi Formatif

Pada langkah Mendesain tes Evaluasi Formatif bagian yang di revisi adalah:

1. Instrumen penilaian perlu ditambah soal soal yang menyangkut aspek kognitif.
2. Instrumen untuk penilaian untuk tes unjuk kerja/ tes praktik.
Langkah 10

Merancang dan Melakukan Evaluasi Sumatif

( Design and Conduct Summative Evaluations )

Disusun oleh Muhamad Khotib, Tri Wahyu Handoyo, Suyono


Wahyuni Satiawati, Rita Ambarwati

A. Latar Belakang

Evaluasi formatif merupakan proses pengumpulan data dan informasi dalam rangka untuk meningkatkan
efektivitas pengajaran. Sedangkan Evaluasi Sumatif adalah proses pengumpulan data dan informasi dalam
rangka untuk membuat keputusan tentang perolehan tujuan pembelajar yang telah dirancang .

Penilaian formatif dilaksanakan sebagai suatu proses yang bersifat membangun tanpa mengandung keputusan.
Namun, pada suatu titik tertentu, perlu diketahui apakah pengajaran kita sudah efektif. Agar kita dapat
mencapai keputusan itu, penilaian sumatif perlu dilaksanakan.

Ada dua tahap evaluasi sumatif. Yang pertama berfokus pada hubungan antara instruksi, minat, dan kebutuhan
organisasi. Tahap kedua adalah uji coba lapangan dari instruksi yang mirip dengan fase ketiga evaluasi formatif,
kecuali sekarang dilakukan untuk tujuan yang berbeda yaitu, untuk menentukan apakah menghasilkan hasil
yang diinginkan untuk pengambil keputusan

B. Konsep Pengembangan

Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai desain studi evaluasi dan pengumpulan data untuk memverifikasi
efektivitas bahan pengajaran dengan target pelajar. Tujuan utamanya adalah untuk menentukan digunakan atau
tidak bahan pengajaran di lingkungan sekitar dan mengadopsi bahan yang berpotensi untuk kebutuhan
instruksional

Evaluasi sumatif memiliki dua fase utama: penilaian ahli dan uji coba lapangan. Tujuan dari tahap penilaian ahli
untuk menentukan apakah digunakan instruksi atau instruksi lainnya yang memiliki potensi untuk kebutuhan
instruksional. Tujuan dari tahap uji coba lapangan untuk mendokumentasikan efektivitas pengajaran yang
menjanjikan dengan anggota kelompok sasaran dalam pengaturan dimaksud. Analisis dan keputusan yang harus
dibuat selama setiap tahap.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap penilaian ahli adalah (l) mengevaluasi kesesuaian antara kebutuhan
instruksional pengajaran, (2) mengevaluasi kelengkapan dan ketepatan pengajaran, (3) mengevaluasi strategi
instruksional yang terkandung dalam pengajaran, (4) mengevaluasi utilitas dari instruksi, dan (5) menentukan
kepuasaan pembelajaran.

Tahap uji coba lapangan memiliki dua komponen. Pertama adalah hasil analisis, yang melibatkan dan
menentukan efek instruksi pada peserta didik. Kedua, analisis manajemen, meliputi penilaian sikap instruktur
dan supervisor yang terkait dengan kinerja pelajar, pelaksanaan kelayakan, dan biaya. Tujuan utama dari
percobaan lapangan adalah untuk menemukan baik kekuatan dan kelemahan dari instruksi, untuk menentukan
penyebabnya, dan untuk mendokumentasikan kekuatan dan masalah.

Keputusan ahli dari Evaluasi Sumatif

1. Analisis kesesuaian
2. Analisis kontan

3. Analisis Desain
4. Analisis Kelaya `kan

Pada sumatif soalnya bisa berbeda dengan formatif tergantung dengan h asil analisis dan revisi.

Yang melakukan diluar perancang ; seorang evaluator

Target uji lapangan di Formatif dan Sumatif bisa berbeda yang penting satu level.

Data tes dan non tes.

Kebutuhan organisasi. Seorang penilai harus menentukan kesesuaian antara kebutuhan organisasi, karakteristik
pembelajar sasaran mereka, dan kebutuhan dan karakteristik bahan kandidat yang dirancang. Untuk melakukan
analisis kesesuaian, perancang harus terlebih dahulu memperoleh gambaran yang jelas dari kebutuhan
organisasi, yang mencakup gambaran yang akurat catatan perilaku dan karakteristik sasaran peserta didik.

Sumber daya. Perancang harus menganalisis kesesuaian antara sumber daya organisasi dengan pembelian dan
pelaksanaan bahan pengajaran dan biaya untuk memperoleh dan menggunakanl bahan pembelajaran. Setelah
diperoleh deskripsi yang memadai, perancang harus membandingkan:

(1) kebutuhan organisasi kebutuhan versus dibahas dalam materi,

(2) organisasi kelompok-kelompok sasaran versus kelompok sasaran untuk bahan-bahan, dan

(3) sumber daya organisasi versus persyaratan untuk mendapatkan dan melaksanakan instruksi.

Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab sebelum melakukan uji coba lapangan semua bahan-bahan dengan
peserta didik.

Analisis konten.

Salah satu strategi dalam menyediakan para ahli dengan menyiapkan salinan semua bahan dan meminta mereka
untuk menilai keakuratan dan kelengkapan bahan-bahan untuk tujuan yang dinyatakan. Yang lebih baik, lebih
hemat biaya-strategi yang efektif akan bekerja dengan para ahli untuk menghasilkan sebuah analisis
instruksional dinyatakan. Hasil analisis ahli harus mencakup tujuan analisis dan analisis keterampilan bawahan.

Analisis Desain,

Dalam menganalisis desain diperlukan daftar periksa yang dapat digunakan untuk meninjau dan
membandingkan bahan-bahan yang akan menjadi kandidat yang paling menyeluruh dan menghemat waktu
pendekatan.

Analisis Kelayakan kegunaan

Untuk setiap set evaluasi , harus dipertimbangkan faktor-faktor seperti ketersediaan panduan atau silabus pelajar
dan instruktur manual. Faktor-faktor yang terkait dengan ketahanan bahan pertimbangan lain. Bahan
pertimbangan lain adalah sumber daya khusus, seperti kemampuan instruktur, peralatan, atau lingkungan yang
diperlukan. Untuk desain bagian evaluasi sumatif, diperlukan wawancara terhadap orang-orang dalam
organisasi yang meminta evaluasi. Melalui diskusi dengan mereka dapat dipastikan bahwa telah ditentukan
kebutuhan mereka, sumber daya, dan kendala.

Current User Analisis / Pemakai Analisa . Ada analisis lain yang perlu di sertakan dalam desain. Gunanya untuk
mencari informasi tambahan tentang bahan calon dari organisasi yang berpengalaman dalam menggunakan
mereka. Jenis informasi apa yang harus dicari:

Apa perilaku dan motivasi untuk mempelajari bahan?


Apa yang mereka pretest dan posttest tingkat kinerja menggunakan instruksi?

Fase Uji lapangan dari Evaluasi sumatif

Uji lapangan mencakup bagian-bagian berikut: perencanaan untuk evaluasi, mempersiapkan untuk pelaksanaan,
pelaksanaan pengajaran dan pengumpulan data, meringkas dan menganalisis data, dan pelaporan hasil.

Perencanaan. Kegiatan perencanaan pertama adalah desain bidang uji. Sifat dari desain tergantung pada
beberapa faktor, termasuk penilaian kebutuhan, sifat bahan, dan apakah bahan-bahan yang lain disertakan. Perlu
dievaluasi hanya satu set bahan menggunakan satu kelompok, satu set materi menggunakan beberapa kelompok
dengan karakteristik yang berbeda atau dalam situasi yang berbeda, atau set bersaing bahan-bahan dengan
menggunakan kelompok-kelompok yang sebanding dan pengaturan.

Aktivitas desain lain adalah untuk menggambarkan dengan jelas pertanyaan-pertanyaan harus dijawab selama
penelitian. Pada dasarnya, pertanyaan Anda harus menghasilkan informasi untuk kedua hasil analisis (dampak
pada pelajar, pekerjaan, dan organisasi) dan analisis manajemen. Pertanyaan pasti akan berhubungan dengan
peserta didik perilaku entry-level, pretest dan posttest mereka performa di tujuan, dan sikap mereka.

Di samping pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kinerja dalam konteks pembelajaran, ada seluruh rangkaian
pertanyaan tentang kinerja dalam konteks transfer. Rencana harus dibuat untuk melakukan tindak lanjut kegiatan
dengan beberapa atau semua peserta dalam instruksi. Wawancara, kuesioner, dan pengamatan dapat digunakan
dengan baik pelajar dan manajer, rekan kerja, dan bawahan dalam rangka untuk menentukan dampak dalam
konteks kinerja.

Akhir kegiatan perencanaan adalah untuk mengembangkan orientasi dan pelatihan bagi instruktur. Evaluasi
sumatif yang baik akan memerlukan kerja sama dari orang-orang yang melaksanakan instruksi. Mereka harus
merasa bahwa mereka adalah bagian penting dari studi ini, bahwa mereka akan diberitahu, dan bahwa pendapat
mereka menghitung. Mengembangkan hubungan awal dengan kelompok ini dan mempertahankan hubungan
kerja sama di seluruh studi akan meningkatkan kualitas uji lapangan dan data dapat diperoleh.

Mempersiapkan. Kegiatan dalam tahap persiapan mengalir dari keputusan yang dibuat selama tahap
perencanaan. Mereka melibatkan memperoleh semua bahan, instrumen, sumber daya, dan orang-orang yang
ditentukan.

Pelaksana / Mengumpulkan data. Selama pelaksanaan instruksi harus dikumpulkan semua jenis data yang
ditentukan. Pengumpulan data melalui tolok ukur kinerja, pengamatan, wawancara, dan kuesioner.

Meringkas dan menganalisis data. Ringkasan data teknik yang telah dijelaskan untuk uji coba lapangan evaluasi
formatif sesuai untuk sumatif percobaan lapangan. Perlu dibuat tabel untuk membandingkan kemajuan individu
dan kelompok dari pretests untuk menggambarkan posttests dan penggunaannya dalam konteks kinerja.

Pelaporan Hasil Sifat laporan evaluasi sumatif tergantung pada desain. Jika baik dalam penilaian ahli dan tahap
uji coba lapangan, maka keduanya harus didokumentasikan dalam laporan. Pada bagian ini dijelaskan tujuan
umum, pertanyaan-pertanyaan khusus, rancangan dan prosedur, hasil, dan rekomendasi dan dasar pemikiran.
Alasan untuk rekomendasi harus berdasarkan data yang ada dalam bagian hasil.

Perbandingan evaluasi formative dengan sumatif

Perbandingan antara Evaluasi formatif dan sumatif adalah sebagai berikut:

Aspek Evaluasi formatif Evaliuasi Sumative


Tujuan Mencari kelemahan dalam instruksi Mencari kekuatan serta kelemahan
untuk merevisinya dokumen dalam pengajaran supaya
dapat memutuskan apakah akan
mempertahankan atau mengadopsi itu
Fase Uji satu satu Keputusan Ahli
Uji lapangan
Kelompok Terbatas

Uji lapangan
Sejarah pengembangan Bahan pengajaran sistematis Satu set bahan diproduksi di rumah
pembelajaran dirancang di rumah dan disesuaikan atau di tempat lain tidak perlu
dengan kebutuhan organisasi mengikuti pendekatan system uraian
Bahan Satu set bahan Satu set bahan atau beberapa set
bersaing
Posisi evaluator Anggota hasil desain dan tim Tipe penilai dari luar
pengembangan
Hasil Suatu resep untuk merevisi instruksi Sebuah laporan mendokumentasikan
Biasanya evaluator eksternal desain, prosedur, hasil, rekomendasi,
dan dasar pemikiran

C. Hasil Pengembangan

CHECKLIST UNTUK ISI ANALISIS

MENGEVALUASI KELENGKAPAN DAN KETEPATAN BAHAN

Ketrampilan Candidate Candidate Candidate


Subordinate MAT PRE POST MAT PRE POST MAT PRE POST
1 x x x x x x x x X
1.1 x x x x x x x X X
1.2 x x x x x x x X X
2 X x x x x x x X X
2.1 X x x x x x x X X
2.2 X x x x x x x X X
2.3 X x x x x x x X X
2.4 X x x x x x x x
Total

Catatan: MAT : Isi Materi Pembelajaran; PRE dan POST tes; X: Ketrampilan dalam material/ tes.

DAFTAR PEMBANDING UNTUK ANALISIS DESAIN MENGEVALUASI STRATEGI BELAJAR DAN


INSTRUKSIONAL DALAM BAHAN

ARCH Pertanyaan evaluasi Sumatif Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Pembelajaran 3


Motivation
Model
YES NO YES NO YES NO
Perhatian 1. Apakah strategi yang digunakan v v v
untuk memperoleh dan menjaga
perhatian?
Relevansi 2. Apakah pembelajaran relevan dengan v v v
target ?
Percaya diri 3.Apakah pembelajar percaya diri v v v
untuk dapat sukses ?
Kepuasan 4. Apakah pembelajar puas dengan v v v
pengalaman belajar ?

CHECK LIST KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERDASAR PRINSIP PEMBELAJARAN PADA


KEMAPUAN INTELEKTUAL, INFORMASI VERBAL, SIKAP DAN KETERAMPILAN

I. Intelektual Pertanyaan evaluasi Sumatif Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Pembelajaran 3


Skill
YES NO YES NO YES NO
1. Apakah pembelajar mengingat V V V
pengetahuan prasyarat dalam
ingatannya? V V V

2. Adakah ling menyiapkan V V V


pembelajaran antara kemapuan
prasyarat dengan pengetahuan baru V V V
dalam memori?
v v V
3. Adakah kemampuan organisasi baru
menampilkan sehingga dapat siap
membangkitkan ingatan?

4. Adakah prosedur aplikasi


menggambarkan peran dan prinsip?

5. Apakah kualitas kriteria langsung


menggambarkan cukup atau tak cukup
hasil produk, atau performansi?
II. Informasi YES NO YES NO YES NO
Verbal
1. Adakah informasi baru ditampilkan V V V
pada kontek yang relevan?
V V V
2.Apakah strategi menyiapkan link
informasi baru dalam memorinya? V V V

3.Apakah informasi baru dikelola V V V

4. Adakah tabel, ceklis, outline yang V V V


memuat ringkasan informasi ?
V V V
5Adakan logika mnemonok yang
menyiapkan ketikan informasi baru
tidak dapat terhubungkan di dalam
memori?

6. Apakah praktik teramasuk sikap yang


diperkuat isyarat elaborasi?
III.Sikap YES NO YES NO YES NO
1Adakah perasaan keinginan V V V
digambarkan?
V V V
2. Apakah keinginan tingkah laku
tergambarkan?
3.Adakah link antara perasaan V V V
keinginan dan tingkah laku positif
dibangun? V V V

4 Adakah sisi positif dan negatif yang V V V


ditampilkan dan dipercaya dari
pembelajar ?

5. Dalam umpan balik adakah


konsekwensi positif dan negatif
dijanjikan untuk pengalaman langsung
pembelajar?
IV. YES NO YES NO YES NO
Ketrampilan
Motorik
1. Apakah tujuan pembelajaran mirip V V V
dengan ketrampilan pembelajar dapat
dilakukan? V V V

2.Apakah pembelajaran termasuk V V V


presentasi visual menggambarkan
urutan waktu? V V V

3.Apakah ketrampilan yamng komplek


merusak bagian logika pembelajar,
analisis, eksperoimen, dan latihan.

4. Apakah latihan yang berulang –ulang


pada pembelajar akan memperlancar
ketrampikan?

CEKLIS UNTUK EVALUASI

KOMPONEN PEMBELAJARAN DARI STRATEGI MATERIAL PEMBELAJARAN

Ketrampilan Subordinate Candidate Candidate Candidate


MAT POST MAT POST MAT POST
I.Pra Pembelajaran x x x x x x
Motivasi x x x x x x
Tujuan x x x x x x
Entry behavior X X X X X X
1. Penjelasan X X X X X X
2. Contoh item X X X X X X

II.Informasi presentasi X X X X X X
Struktur organisasi X X X X X X
-Heading X X X X X X
-Ilustrasi X X X X X X
Elaborasi X X X X X X
Analaogi X X X X X X
Pertimbangan promosi X X X X X X
Karakteristik contoh yg relevan X X X X X X
Ringkasan X X X X X X
III Partisipasi Pembelajar X X X X X X
Praktek yang relevan X X X X X X
Umpan balik X X X X X X
1. Jawaban X X X X X X
2. Contoh solusi X X X X X X
3. Kesalahan Umum X X X X X X
IV. Aktivitas Tindak Lanjut X X X X X X
1Tujuan ingatan X X X X X X
Strategi tramsfer X X X X X X
Total

FORMAT UNTUK DOKUMENTASI DAN PERBANDINGAN KEGUNAAN MATERIAL

Kandidat 1 Kandidat 2
Kelayakan Pertanyaan Material User satisf Material User satisf
Yes No Yes No Yes No Yes No
I Karakteristik Pembelajaran
A. Apakah material terdiri dari
1. Petunjuk / Siulabus?
2. Pembelajajaran manual? V V V V
3. Item tes? V V V V
B. Dapatkah materal…. V V V V
4. dilalui individu? V V V V
5. dilalui kelompok? V V V V
6. untuk kelas tradisional? V V V V
7. digunakan pembelajaran terpusat? V V V V
8. digunakan di rumah/ perpustakaan? V V V V
C. Apakah material memerlukan
9. Instruktur khusus? V V V V
10. Alat khusus? V V V V
11. Limgkungan khusus? V V V V
D.Berapa lama dapat diambil V V V V
12.lengkap pada satu sesen?
13. Lengkap 1 unit? V V V V
14. lengkap 1 pembelajaran? V V V V
15.lengkap sampai tes? V V V V
E. Apakah material mengarahkan pada:
16. tingkat perolehan? V V V V
17. perubahab sikap dan motivasi? V V V V
18. Melengkapi pekerjaan setiap unit? V V V V
19. Melengkapi tujuan dan missi ? V V V V

Anda mungkin juga menyukai