Teori Penuaan 1
Teori Penuaan 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Kesimpulan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir
sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik
sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi
mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan
untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan
perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial.
Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan
suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi
dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
3.2. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk menjalani
proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan berusaha
agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada
yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau
dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia
harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Sutisna Hilawan (1992), Patologi. Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.