Distress
Distress
PENDAHULUAN
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL
2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengertian
a. Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang
menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual, yang merupakan akibat
dari masalah - masalah fisik atau psikososial yang dialami. (Dochterman,
2004).
b. Distress spiritual adalah sebuah gangguan dalam prinsip kehidupan
seseorang yang meliputi seluruh makhluk dan yang mengintegrasikan
serta melampaui sifat bilogis dan psikologis. (wikipedia.com).
c. Distress spiritual merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam sistyem keyakinan
atau nilai yang memberi kekuatan, harapan, dan arti kehidupan
seseorang. (Carpenito, 1999) .
2. Etiologi
a. Faktor fisik, misalnya kecacatan akibat kecelakaan atau bencana alam
atau buatan manusia.
b. Factor psikologis, misalnya kehilangan seseorang yang berarti atau harta
benda akibat bencana.
c. Factor lingkungan, misalnya gangguan akibat kerusakan atau kehilangan
potensi atau situasi lingkungan yang selama ini akrab dengan pasien.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan distress
spiritual melalui wawancara, adalah :
a. Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya.
b. Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan agama yang dianutnya.
c. Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukannya secara rutin.
d. Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya.
e. Menyatakan perasaan tak ingin hidup.
f. Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau
agamanya.
g. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan.
h. Mengekspresikan perasaan marah, takut cemas terhadap arti hidup ini,
penderitaan atau kematian.
2.4 Evaluasi
Evaluasi Kemampuan Pasien
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Pasien mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
3. Pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang
diyakininya.
4. Pasien mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau
penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
5. Pasien aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
6. Pasien ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
Evaluasi Kemampuan Keluarga
1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan
masalah spiritual.
2. Mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien.
3. Mengetahui tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah spiritual.
4. Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.
Evaluasi Kemampuan Perawat
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
2. Mampu membantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
dan pikiran tentang gangguan spiritual.
3. Mampu membantu pasien dan keluarga mengembangkan skill untuk
mengatasi masalah atau perubahan spiritual.
4. Mampu membantu pasien dalam melakukan kegiatan spiritual atau
keagamaan serta aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.
5. Memberikan reinforcement bila keluarga melakukan hal – hal yang positif.
4.2 Saran
1. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress
spiritual.
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
dengan distress spiritual.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress
spiritual.
Lampiran – lampiran