paru-paru.Ini merupakan penyakit serius yang dapat dalam kasus yang parah menyebabkan
kematian.
Penyebab
mengembangkan penyakit mungkin karena operasi, kerusakan hati, patah tulang, kanker,
postpartum, setelah istirahat lama.Trombus terbentuk menutup lumen pembuluh, sehingga
meningkatkan tekanan di arteri paru-paru, dan perdarahan terjadi pada jaringan paru-
paru.Lesi menembus bakteri yang menyebabkan peradangan.Pengembangan
Patologi
paru plot, infark adalah dalam bentuk piramida yang tidak teratur, basisnya diarahkan
pinggiran.Daerah yang terkena mungkin ukuran yang berbeda.Dalam beberapa kasus
bergabung efusi pleura atau infark pneumonia. bawah mikroskop, jaringan paru-paru yang
terkena memiliki warna merah gelap, itu adalah padat dengan sentuhan dan di atas tingkat
jaringan normal.Pleura menjadi membosankan, membosankan, sering dalam mengumpulkan
cairan pleura.
Diagnostik
Seringkali diagnosis cukup keras.Hal ini penting untuk mengidentifikasi penyakit yang
berpotensi menyulitkan infark paru.Hal ini memerlukan pemeriksaan menyeluruh dari pasien
(terutama tungkai bawah).Ketika serangan jantung, seperti pneumonia, nyeri pinggang terjadi
sebelum demam dan menggigil, sputum darah juga muncul setelah sakit parah di
sisinya.Untuk mendiagnosis penyakit, metode berikut:
Dalam mengidentifikasi indikasi pertama bahwa infark paru, pengobatan harus segera
dimulai.Pasien diperlukan sesegera mungkin untuk memberikan departemen resusitasi
lembaga medis.Pengobatan dimulai dengan pemberian "Heparin", alat ini tidak larut
gumpalan, tetapi mengganggu gumpalan darah dan meningkatkan kemampuan untuk
menangguhkan proses trombotik.Obat "Heparin" mampu melemahkan BRONCHOSPASTIC
dan vasokonstriktor trombosit aksi histamin dan serotonin, yang membantu mengurangi
spasme arteriol paru dan bronkiolus.Heparin dilakukan selama 7-10 hari, sementara yang
dipantau diaktifkan waktu tromboplastin parsial (aPTT).Juga, menggunakan heparin bobot
molekul rendah - dalteparin, enoxaparin, fraxiparine.Untuk meringankan rasa sakit,
mengurangi beban pada sirkulasi paru, mengurangi dyspnea digunakan analgesik narkotika
agen seperti "Morfin" (intravena 1 solusi persen).Jika infark paru memprovokasi karakter
pleura sakit, yang mempengaruhi pernapasan, postur, batuk, dianjurkan untuk menggunakan
analgesik non-narkotik, seperti "Analgin" (infus intravena larutan 50 persen).Ketika
mendiagnosis kegagalan podzheludochkovoy atau terapi kejut menggunakan vasopressor
(dopamin, dobutomin).Jika ada bronkospasme (pada tekanan atmosfer normal), perlahan
intravena memperkenalkan solusi 2,4 persen aminofilin.Jika berkembang miokard -
pneumonia, paru-paru, memerlukan antibiotik untuk pengobatan.Hipotensi tenang, dan
hipokinesia dari ventrikel kanan melibatkan penggunaan agen trombolitik ("alteplase,"
"streptokinase").Dalam beberapa kasus, Anda mungkin memerlukan pembedahan
(thrombectomy).Rata-rata, infark kecil dihindari selama 8-12 hari.
pencegahan penyakit
Untuk mencegah infark paru, harus pertama mencegah kongesti vena di kaki (trombosis vena
dari tungkai bawah).Disarankan untuk memijat tungkai pasien setelah operasi, infark
miokard, menggunakan perban elastis pada kaki.Hal ini juga dianjurkan untuk menghindari
penggunaan obat-obatan yang meningkatkan pembekuan darah, dan untuk membatasi
penerapan metode pemberian obat intravena.Di bawah indikasi mungkin resep, mengurangi
pembekuan darah.Untuk pencegahan infeksi oportunistik meresepkan antibiotik.Untuk
mencegah hipertensi pulmonal, dianjurkan penggunaan dana "Eufillin."
EMBOLI PARU, INFARK DAN PENDARAHAN PARU
Emboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru)
oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba.
Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak,
cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran
darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai
ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang
tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru
sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru.
Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut
infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan
yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang
ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.
Infark
Infark atau nekrosis iskemik lokal merupakan komplikasi PE yang jarang terjadi karena paru
memiliki suplai darah ganda. Infark paru biasanya dikaitkan dengan penyumbatan arteria lobaris
atau lobularis ukuran sedang dan insufisiensi aliran kolateral dari sirkulasi bronkus. Suara gesekan
pleura dan sedikit efusi pleura merupakan tanda yang sering ditemukan.
Sebenarnya infark dan emboli merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru
merupakan penyakit dengan gambaran emboli paru yang disertai ge-jala utama berupa nyeri
pleuritik dan hemoptisis.
Infark selalu disebabkan oleh embolus, tetapi embolus tidak selalu menye-babkan infark.
Infark paru dapat terjadi setelah embolisasi pada orang sehat (misalnya pada orang muda yang
menderita thrombosis vena setelah mengalami fraktur tulang atau pada wanita muda yang
menderita thrombosis vena setelah pemberian obat-obat kontrasepsi), tapi frekuensinya amat
jarang. Infark lebih sering terjadi pada orang tua dengan penyakit dasar yang berat seperti gagal
jantung kronik.
Sumber embolus:
Udara, karena inveksi intra vena, transfusi, infuse, komplikasi tindakan pem-bedahan di daerah leher
dan pada penyakit CAISSON (penyelam-penyelam)
Sel tumor
2. Patofisiologi
a. Emboli Paru
Emboli paru (PE) terjadi apabila suatu embolus, biasanya merupakan pembekuan darah yang
terlepas dari perlekatannya pada vena ekstremitas bawah, lalu bersirkulasi melalui pembuluh darah
dan jantung kanan sehingga akhirnya tersangkut pada arteri pulmonalis utama atau pada salah satu
percabangannya. PE biasa terjadi setelah thrombosis vena profunda (DVT) pada vena tungkai.
Tiga faktor utama yang menyebabkan timbulnya trombosis vena dan kemudian menjadi PE:
3. Hiperkoagulabilitas
Emboli yang bukan berasal dari trombosis biasanya jarang terjadi, tetapi melalui sumbatan
yang disebabkan oleh udara, lemak, sel-sel ganas, cairan amnion, parasit, vegetasi, dan benda asing.
Pulmonary embolism (PE) biasanya secara klinis sulit ditemukan. Pasien dengan emboli paru
biasanya dyspnea dan nyeri dada.
b. Infark
Sebenarnya infark dan emboli merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru
merupakan penyakit dengan gambaran emboli paru yang disertai ge-jala utama berupa nyeri
pleuritik dan hemoptisis.
Infark selalu disebabkan oleh embolus, tetapi embolus tidak selalu menye-babkan infark.
Infark paru dapat terjadi setelah embolisasi pada orang sehat (misalnya pada orang muda yang
menderita thrombosis vena setelah mengalami fraktur tulang atau pada wanita muda yang
menderita thrombosis vena setelah pemberian obat-obat kontrasepsi), tapi frekuensinya amat
jarang. Infark lebih sering terjadi pada orang tua dengan penyakit dasar yang berat seperti gagal
jantung kronik.
3. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau
panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan
parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut trombosis
vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak mengalir
sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam
waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur,
tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
Pembedahan
Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama perjalanan
dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)
Stroke
Serangan jantung
Obesitas (kegemukan)
Persalinan
Trauma berat
Luka bakar.
4. Histologi
a. Emboli Paru
5. Gejala
Gejala emboli yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi sering menyebabkan sesak
nafas. Sesak mungkin merupakan satu-satunya gejala, terutama bila tidak ditemukan adanya infark.
Penting untuk diingat, bahwa gejala dari emboli paru mungkin sifatnya samar atau menyerupai
gejala penyakit lainnya:
b. sesak nafas yang timbul secara mendadak, baik ketika istirahat maupun ketika sedang melakukan
aktivitas
c. nyeri dada (dirasakan dibawah tulang dada atau pada salah satu sisi dada, sifatnya tajam atau
menusuk)
d. nyeri semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam, batuk, makan atau membungkuk
e. pernafasan cepat
a. wheezing/bengek
b. kulit lembab
c. kulit berwarna kebiruan
d. nyeri pinggul
f. pembengkakan tungkai
i. pusing
j. pingsan
k. berkeringat
l. cemas.
6. Diagnosa
1) Rontgen dada
3) Angiogram paru.
2) Venografi tungkai
3) Pletsimografi tungkai.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri. Oksigen
diberikan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.
Terapi antikoagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan
memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah ada. Terapi
antikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infus), kemudian dilanjutkan dengan pemberian
warfarin per-oral (melalui mulut). Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-7 hari, sampai
pemeriksaan darah menunjukkan adanya perbaikan.
Jika penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan selama 3-6 bulan,
tapi kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu. Pada saat menjalani terapi warfarin, darah
harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis warfarin
atau tidak.
Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh manfaat dari 2
jenis terapi lainnya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan. Terapi trombolitik (obat yang
memecah gumpalan) bisa berupa streptokinase, urokinase atau aktivator plasminogen
jaringan. Tetapi obat-obatan ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang:
wanita hamil
menderita stroke
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi mengalami
kekambuhan, mungkin perlu dilakukan pembedahan, yaitu biasanya dilakukan embolektomi paru
(pemindahan embolus dari arteri pulmonalis).
Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang penyaring pada vena kava
inferior. Alat ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang dirancang untuk menghalangi
bekuan yang besar agar tidak dapat masuk ke dalam pembuluh darah paru.
8. Pencegahan
Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha
untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:
o bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya pembentukan gumpalan.
Pendarahan Paru
1. Hemoptoe
Hemoptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum yang
berdarah. Batuk darah adalah batuk yang disertai pengeluaran darah dari paru atau saluran
pernapasan. Hemoptoe atau batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak mengandung darah,
berasal dari saluran napas di bawah pita suara.
Untuk membedakan antara muntah darah (hematemesis) dan batuk darah (hemoptoe) akan
didapatkan tanda-tanda sebagai berikut :
d. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudian warna menjadi
lebih tua atau kehitaman
e. pH alkalis
f. Bisa berlangsung beberapa hari
e. pH asam
2. Penyebab Hemoptoe
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan
sebagainya.
2. Tumor
3. Patofisiologi
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-
cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi
kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya
aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada
hemoptoe masih diragukan.
Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut,
akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus
yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan
pada hemoptoe.
a. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga
trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah.
b. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti
infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi
cordis kiri akut dan mitral stenosis.
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome.
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen;
pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada
bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi
disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah
pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan
keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
4. Klasifikasi
Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas penegakan diagnosis.
Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita, berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan
dapat berhenti sendiri sehingga prognosis baik. Teori perdarahan ini adalah sebagai berikut :
Menstruasi vikariensis.
Hipertensi pulmonal.
1) Saluran napas
Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru, pneumonia dan abses paru.
Menurut Bannet, 82 – 86% batuk darah disebabkan oleh tuberkulosis paru, karsinoma paru dan
bronkiektasis.
2) Sistem kardiovaskuler
3) Lain-lain
Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti hemofilia, hemosiderosis, sindrom
Goodpasture, eritematosus lupus sistemik, diatesis hemoragik dan pengobatan dengan obat-obat
antikoagulan.
2. Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi atas :
a. Hemoptisis masif , Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.
Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe juga mempunyai kelemahan oleh
karena :
Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang dengan cairan
lambung, sehinga sukar untuk menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya.
Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh
Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik (hypovolemik
shock).
Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai dengan adanya iskemik
miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah
serebral. Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah, disamping menentukan
fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan hemoptoe dapat terjadi dalam dua
bentuk, yaitu bentuk akut berupa asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.
Lamanya perdarahan.
Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.
1) + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum
2) ++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml
Keterangan : Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif empat termasuk di
dalam kriteria hemoptisis masif.
5. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutan-urutan
dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya
dapat disesuaikan.
a. Anamnesis
Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk mendapatkan data-
data :
Lamanya perdarahan
Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk
Wheezing
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat mendasari terjadinya
batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe,
ulserasi septum nasalis, teleangiektasi.
c.Pemeriksaan penunjang
Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita hemoptisis
masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya.
d. Pemeriksaan bronkoskopi
Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat optik jauh lebih unggul,
sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan napas dari bekuan
darah serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon
khusus di tempat terjadinya perdarahan