Anda di halaman 1dari 16

paru infark - penyakit yang disebabkan oleh proses tromboemboli dalam sistem vaskular

paru-paru.Ini merupakan penyakit serius yang dapat dalam kasus yang parah menyebabkan
kematian.

Penyebab
mengembangkan penyakit mungkin karena operasi, kerusakan hati, patah tulang, kanker,
postpartum, setelah istirahat lama.Trombus terbentuk menutup lumen pembuluh, sehingga
meningkatkan tekanan di arteri paru-paru, dan perdarahan terjadi pada jaringan paru-
paru.Lesi menembus bakteri yang menyebabkan peradangan.Pengembangan

infark paru hipertensi paru


akut dengan peningkatan beban pada jantung kanan dapat disebabkan oleh oklusi lumen
pembuluh, vasokonstriksi terkait dengan pelepasan zat aktif biologis: histamin, serotonin,
tromboksan dan spasme refleks arteri paru-paru.Ini gagal difusi oksigen dan hipoksemia
arteri terjadi, diperparah oleh rilis darah teroksidasi melalui interkoneksi dan anastomosis
arteriovenosa paru.Perkembangan infark paru terjadi dengan latar belakang kemacetan yang
sudah ada di pembulu

h darah.Sehari setelah lampu obsturatsii kapal terbentuk infark, menyelesaikan


perkembangannya berakhir di sekitar 7 jam.

Patologi
paru plot, infark adalah dalam bentuk piramida yang tidak teratur, basisnya diarahkan
pinggiran.Daerah yang terkena mungkin ukuran yang berbeda.Dalam beberapa kasus
bergabung efusi pleura atau infark pneumonia. bawah mikroskop, jaringan paru-paru yang
terkena memiliki warna merah gelap, itu adalah padat dengan sentuhan dan di atas tingkat
jaringan normal.Pleura menjadi membosankan, membosankan, sering dalam mengumpulkan
cairan pleura.

paru infark: gejala penyakit


manifestasi dan keparahan penyakit tergantung pada ukuran, jumlah dan lokasi kapal,
trombus ditutup, serta penyakit yang menyertai dari jantung dan paru-paru.Minor miokard
sering memberikan hampir tidak ada gejala dan terdeteksi oleh pemeriksaan X-ray.Serangan
jantung lebih terjadi mengungkapkan rasa sakit di dada, sering terjadi tiba-tiba, sesak napas,
batuk, hemoptisis.Sebuah survei yang lebih obyektif mengungkapkan nadi cepat dan
demam.Gejala serangan jantung yang dikemukakan adalah: pernapasan bronkial dengan
crackles dan krepitus, kusam.Juga, ada fitur seperti:

 pucat, kulit sering pucat;


 hidung biru, bibir, ujung jari;Penurunan
 tekanan darah;
 terjadinya fibrilasi atrium.
Kekalahan cabang arteri utama bisa dengan mudah memicu gagal jantung kanan,
asma.Dalam darah mengungkapkan leukositosis, laju endap darah (LED) secara signifikan
dipercepat.

Diagnostik
Seringkali diagnosis cukup keras.Hal ini penting untuk mengidentifikasi penyakit yang
berpotensi menyulitkan infark paru.Hal ini memerlukan pemeriksaan menyeluruh dari pasien
(terutama tungkai bawah).Ketika serangan jantung, seperti pneumonia, nyeri pinggang terjadi
sebelum demam dan menggigil, sputum darah juga muncul setelah sakit parah di
sisinya.Untuk mendiagnosis penyakit, metode berikut:

 pemeriksaan X-ray - untuk mendeteksi perluasan akar paru-paru dan deformasi.


 EKG - tanda-tanda overload dari jantung kanan.
 Echocardiography - didefinisikan menampilkan kelebihan dari ventrikel kanan.
 Doppler ultrasound dari pembuluh darah dari ekstremitas bawah - diagnosis trombosis
vena dalam.
 radioisotop scanning light - untuk mendeteksi plot mengurangi perfusi paru-paru.
 angiografi - untuk mengidentifikasi cabang dari obstruksi paru arteri, intra-arteri
mengisi cacat.

infark paru: implikasi


Penyakit ini biasanya tidak menanggung ancaman besar bagi kehidupan manusia.Namun,
setelah seperti sakit merupakan sebagai infark paru, akibatnya bisa parah.Mungkin
pengembangan berbagai komplikasi.Misalnya, seperti pasca-infark pneumonia, abses dan
peradangan tersebar di pleura, edema paru.Setelah serangan jantung memiliki risiko besar
mendapatkan purulen embolus (gumpalan darah) di kapal.Hal ini, pada gilirannya,
menyebabkan proses purulen dan mempromosikan abses miokard di situs.Edema paru, infark
miokard mengembangkan terutama dalam mengurangi kontraktilitas otot jantung dan pada
waktu tunda yang sama dalam darah paru.Karena intensitas denyut jantung turun tiba-tiba, itu
adalah pengembangan sindrom akut emisi kecil, yang menyebabkan hipoksia berat.Hal ini
disertai dengan eksitasi otak, pelepasan zat aktif biologis yang berkontribusi terhadap
permeabilitas membran alveolar-kapiler, dan meningkatkan redistribusi darah ke sirkulasi
paru besar.Infark paru Prakiraan tergantung pada penyakit yang mendasari, ukuran daerah
yang terkena dan keparahan gejala umum.Pengobatan penyakit

Dalam mengidentifikasi indikasi pertama bahwa infark paru, pengobatan harus segera
dimulai.Pasien diperlukan sesegera mungkin untuk memberikan departemen resusitasi
lembaga medis.Pengobatan dimulai dengan pemberian "Heparin", alat ini tidak larut
gumpalan, tetapi mengganggu gumpalan darah dan meningkatkan kemampuan untuk
menangguhkan proses trombotik.Obat "Heparin" mampu melemahkan BRONCHOSPASTIC
dan vasokonstriktor trombosit aksi histamin dan serotonin, yang membantu mengurangi
spasme arteriol paru dan bronkiolus.Heparin dilakukan selama 7-10 hari, sementara yang
dipantau diaktifkan waktu tromboplastin parsial (aPTT).Juga, menggunakan heparin bobot
molekul rendah - dalteparin, enoxaparin, fraxiparine.Untuk meringankan rasa sakit,
mengurangi beban pada sirkulasi paru, mengurangi dyspnea digunakan analgesik narkotika
agen seperti "Morfin" (intravena 1 solusi persen).Jika infark paru memprovokasi karakter
pleura sakit, yang mempengaruhi pernapasan, postur, batuk, dianjurkan untuk menggunakan
analgesik non-narkotik, seperti "Analgin" (infus intravena larutan 50 persen).Ketika
mendiagnosis kegagalan podzheludochkovoy atau terapi kejut menggunakan vasopressor
(dopamin, dobutomin).Jika ada bronkospasme (pada tekanan atmosfer normal), perlahan
intravena memperkenalkan solusi 2,4 persen aminofilin.Jika berkembang miokard -
pneumonia, paru-paru, memerlukan antibiotik untuk pengobatan.Hipotensi tenang, dan
hipokinesia dari ventrikel kanan melibatkan penggunaan agen trombolitik ("alteplase,"
"streptokinase").Dalam beberapa kasus, Anda mungkin memerlukan pembedahan
(thrombectomy).Rata-rata, infark kecil dihindari selama 8-12 hari.

pencegahan penyakit
Untuk mencegah infark paru, harus pertama mencegah kongesti vena di kaki (trombosis vena
dari tungkai bawah).Disarankan untuk memijat tungkai pasien setelah operasi, infark
miokard, menggunakan perban elastis pada kaki.Hal ini juga dianjurkan untuk menghindari
penggunaan obat-obatan yang meningkatkan pembekuan darah, dan untuk membatasi
penerapan metode pemberian obat intravena.Di bawah indikasi mungkin resep, mengurangi
pembekuan darah.Untuk pencegahan infeksi oportunistik meresepkan antibiotik.Untuk
mencegah hipertensi pulmonal, dianjurkan penggunaan dana "Eufillin."
EMBOLI PARU, INFARK DAN PENDARAHAN PARU

 Emboli Paru

Emboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru)
oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba.

Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak,
cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran
darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.

Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai
ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang
tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru
sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru.

Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut
infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan
yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang
ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.

 Infark

Infark atau nekrosis iskemik lokal merupakan komplikasi PE yang jarang terjadi karena paru
memiliki suplai darah ganda. Infark paru biasanya dikaitkan dengan penyumbatan arteria lobaris
atau lobularis ukuran sedang dan insufisiensi aliran kolateral dari sirkulasi bronkus. Suara gesekan
pleura dan sedikit efusi pleura merupakan tanda yang sering ditemukan.

Sebenarnya infark dan emboli merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru
merupakan penyakit dengan gambaran emboli paru yang disertai ge-jala utama berupa nyeri
pleuritik dan hemoptisis.

Infark selalu disebabkan oleh embolus, tetapi embolus tidak selalu menye-babkan infark.
Infark paru dapat terjadi setelah embolisasi pada orang sehat (misalnya pada orang muda yang
menderita thrombosis vena setelah mengalami fraktur tulang atau pada wanita muda yang
menderita thrombosis vena setelah pemberian obat-obat kontrasepsi), tapi frekuensinya amat
jarang. Infark lebih sering terjadi pada orang tua dengan penyakit dasar yang berat seperti gagal
jantung kronik.
Sumber embolus:

 Trombus, misalnya di kaki

 Lemak, pada fraktura komplikata tulang-tulang panjang

 Udara, karena inveksi intra vena, transfusi, infuse, komplikasi tindakan pem-bedahan di daerah leher
dan pada penyakit CAISSON (penyelam-penyelam)

 Kuman, dapat berasal dari infeksi pembuluh darah

 Sel tumor

2. Patofisiologi

a. Emboli Paru

Emboli paru (PE) terjadi apabila suatu embolus, biasanya merupakan pembekuan darah yang
terlepas dari perlekatannya pada vena ekstremitas bawah, lalu bersirkulasi melalui pembuluh darah
dan jantung kanan sehingga akhirnya tersangkut pada arteri pulmonalis utama atau pada salah satu
percabangannya. PE biasa terjadi setelah thrombosis vena profunda (DVT) pada vena tungkai.

Tiga faktor utama yang menyebabkan timbulnya trombosis vena dan kemudian menjadi PE:

1. Stasis vena atau melambatnya aliran darah

2. Luka dan peradangan pada dinding vena,

3. Hiperkoagulabilitas

Emboli yang bukan berasal dari trombosis biasanya jarang terjadi, tetapi melalui sumbatan
yang disebabkan oleh udara, lemak, sel-sel ganas, cairan amnion, parasit, vegetasi, dan benda asing.

Pulmonary embolism (PE) biasanya secara klinis sulit ditemukan. Pasien dengan emboli paru
biasanya dyspnea dan nyeri dada.

b. Infark
Sebenarnya infark dan emboli merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru
merupakan penyakit dengan gambaran emboli paru yang disertai ge-jala utama berupa nyeri
pleuritik dan hemoptisis.

Infark selalu disebabkan oleh embolus, tetapi embolus tidak selalu menye-babkan infark.
Infark paru dapat terjadi setelah embolisasi pada orang sehat (misalnya pada orang muda yang
menderita thrombosis vena setelah mengalami fraktur tulang atau pada wanita muda yang
menderita thrombosis vena setelah pemberian obat-obat kontrasepsi), tapi frekuensinya amat
jarang. Infark lebih sering terjadi pada orang tua dengan penyakit dasar yang berat seperti gagal
jantung kronik.

3. Etiologi

Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau
panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan
parasit maupun sel tumor.

Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut trombosis
vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak mengalir
sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam
waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur,
tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.

Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:

 Pembedahan

 Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama perjalanan
dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)

 Stroke

 Serangan jantung

 Obesitas (kegemukan)

 Patah tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul


 Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu, pemakaian pil
kontrasepsi, kekurangan faktor penghambat pembekuan darah bawaan)

 Persalinan

 Trauma berat

 Luka bakar.

4. Histologi

a. Emboli Paru

5. Gejala

Gejala emboli yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi sering menyebabkan sesak
nafas. Sesak mungkin merupakan satu-satunya gejala, terutama bila tidak ditemukan adanya infark.
Penting untuk diingat, bahwa gejala dari emboli paru mungkin sifatnya samar atau menyerupai
gejala penyakit lainnya:

a. batuk (timbul secara mendadak, bisa disertai dengan dahak berdarah)

b. sesak nafas yang timbul secara mendadak, baik ketika istirahat maupun ketika sedang melakukan
aktivitas

c. nyeri dada (dirasakan dibawah tulang dada atau pada salah satu sisi dada, sifatnya tajam atau
menusuk)

d. nyeri semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam, batuk, makan atau membungkuk

e. pernafasan cepat

f. denyut jantung cepat (takikardia).

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

a. wheezing/bengek

b. kulit lembab
c. kulit berwarna kebiruan

d. nyeri pinggul

e. nyeri tungkai (salah satu atau keduanya)

f. pembengkakan tungkai

g. tekanan darah rendah

h. denyut nadi lemah atau tak teraba

i. pusing

j. pingsan

k. berkeringat

l. cemas.

6. Diagnosa

Diagnosis emboli paru ditegakkan berdasarkan gejala dan faktor pendukungnya.

a. Pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru:

1) Gas darah arteri

2) Oksimetri denyut nadi.

b. Pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan luasnya emboli:

1) Rontgen dada

2) Skening ventilasi/perfusi paru

3) Angiogram paru.

c. Pemeriksaan untuk trombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering):

1) USG Doppler pada aliran darah anggota gerak

2) Venografi tungkai

3) Pletsimografi tungkai.
7. Penatalaksanaan

Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri. Oksigen
diberikan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.

Terapi antikoagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan
memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah ada. Terapi
antikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infus), kemudian dilanjutkan dengan pemberian
warfarin per-oral (melalui mulut). Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-7 hari, sampai
pemeriksaan darah menunjukkan adanya perbaikan.

Lamanya pemberian antikoagulan (anti pembekuan darah) tergantung dari keadaan


penderita. Jika emboli paru disebabkan oleh faktor predisposisi sementara, (misalnya pembedahan),
pengobatan diteruskan selama 2-3 bulan.

Jika penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan selama 3-6 bulan,
tapi kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu. Pada saat menjalani terapi warfarin, darah
harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis warfarin
atau tidak.

Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh manfaat dari 2
jenis terapi lainnya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan. Terapi trombolitik (obat yang
memecah gumpalan) bisa berupa streptokinase, urokinase atau aktivator plasminogen
jaringan. Tetapi obat-obatan ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang:

 telah menjalani pembedahan 10 hari sebelumnya

 wanita hamil

 menderita stroke

 mempunyai bakat untuk mengalami perdarahan yang hebat.

Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi mengalami
kekambuhan, mungkin perlu dilakukan pembedahan, yaitu biasanya dilakukan embolektomi paru
(pemindahan embolus dari arteri pulmonalis).

Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang penyaring pada vena kava
inferior. Alat ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang dirancang untuk menghalangi
bekuan yang besar agar tidak dapat masuk ke dalam pembuluh darah paru.
8. Pencegahan

Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha
untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.

Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:

o menggunakan stoking elastis

o melakukan latihan kaki

o bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya pembentukan gumpalan.

Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan


pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.

 Pendarahan Paru

1. Hemoptoe

Hemoptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum yang
berdarah. Batuk darah adalah batuk yang disertai pengeluaran darah dari paru atau saluran
pernapasan. Hemoptoe atau batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak mengandung darah,
berasal dari saluran napas di bawah pita suara.

Untuk membedakan antara muntah darah (hematemesis) dan batuk darah (hemoptoe) akan
didapatkan tanda-tanda sebagai berikut :

Tanda-tanda batuk darah:

a. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan

b. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam saluran napas

c. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan

d. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudian warna menjadi
lebih tua atau kehitaman

e. pH alkalis
f. Bisa berlangsung beberapa hari

g. Penyebabnya : kelainan paru

Tanda-tanda muntah darah :

a. Tanpa batuk, tetapi keluar darah waktu muntah

b. Suara napas tidak ada gangguan

c. Didahului rasa mual / tidak enak di epigastrium

d. Darah berwarna merah kehitaman, bergumpal-gumpal bercampur sisa makanan

e. pH asam

f. Frekuensi muntah darah tidak sekerap hemoptoe

g. Penyebabnya : sirosis hati, gastritis

2. Penyebab Hemoptoe

Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :

1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan
sebagainya.

2. Tumor

3. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.

4. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.

5. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).

6. Benda asing di saluran pernapasan.

7. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.

3. Patofisiologi

Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-
cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi
kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya
aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada
hemoptoe masih diragukan.

Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut,
akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus
yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan
pada hemoptoe.

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :

a. Radang mukosa

Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga
trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah.

b. Infark paru

Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti
infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.

c. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi
cordis kiri akut dan mitral stenosis.

d. Kelainan membran alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome.

e. Perdarahan kavitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen;
pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada
bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi
disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah
pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.

f. Invasi tumor ganas


g. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan
keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.

4. Klasifikasi

1. Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :

a. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak diketahui

Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas penegakan diagnosis.

Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita, berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan
dapat berhenti sendiri sehingga prognosis baik. Teori perdarahan ini adalah sebagai berikut :

 Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi.

 Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.

 Infark paru yang minimal.

 Menstruasi vikariensis.

 Hipertensi pulmonal.

b. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan

Pada prinsipnya berasal dari :

1) Saluran napas

Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru, pneumonia dan abses paru.

Menurut Bannet, 82 – 86% batuk darah disebabkan oleh tuberkulosis paru, karsinoma paru dan
bronkiektasis.

2) Sistem kardiovaskuler

 Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.

 Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru, aneurisma aorta.

3) Lain-lain
Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti hemofilia, hemosiderosis, sindrom
Goodpasture, eritematosus lupus sistemik, diatesis hemoragik dan pengobatan dengan obat-obat
antikoagulan.

2. Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi atas :

a. Hemoptisis masif , Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.

Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe juga mempunyai kelemahan oleh
karena :

 Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang dengan cairan
lambung, sehinga sukar untuk menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya.

 Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung

 Sebagian dari darah masuk ke paru-paru akibat aspirasi.

Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh

 Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik (hypovolemik
shock).

 Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai dengan adanya iskemik
miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah
serebral. Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah, disamping menentukan
fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan hemoptoe dapat terjadi dalam dua
bentuk, yaitu bentuk akut berupa asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.

Bila terjadi hemoptoe, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

 Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.

 Lamanya perdarahan.

 Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.

 Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.

Klasifikasi menurut Pusel :

1) + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum
2) ++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml

3) +++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml

4) ++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml

Keterangan : Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif empat termasuk di
dalam kriteria hemoptisis masif.

5. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutan-urutan
dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya
dapat disesuaikan.

a. Anamnesis

Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk mendapatkan data-
data :

 Jumlah dan warna darah

 Lamanya perdarahan

 Batuknya produktif atau tidak

 Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan

 Sakit dada, substernal atau pleuritik

 Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk

 Wheezing

 Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.

 Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah

 Perokok berat dan telah berlangsung lama

 Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada

 Hematuria yang disertai dengan batuk darah.

b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat mendasari terjadinya
batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe,
ulserasi septum nasalis, teleangiektasi.

c.Pemeriksaan penunjang

Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita hemoptisis
masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya.

d. Pemeriksaan bronkoskopi

Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber


perdarahan dapat diketahui.

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :

 Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

 Batuk darah yang berulang – ulang

 Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi perdarahan,


maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat
yang masih kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan, bronkoskopi akan
menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat perdarahan disamping
memperburuk fungsi pernapasan. Lavase dengan bronkoskop fiberoptic dapat menilai bronkoskopi
merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi perdarahan.

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat optik jauh lebih unggul,
sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan napas dari bekuan
darah serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon
khusus di tempat terjadinya perdarahan

Anda mungkin juga menyukai