oleh Kelompok 1:
I Made Ari Suprasta 1607521067
I Made Krisna Suryantika 1607521108
Ida Bagus Dhiyatmika Manuaba 1607521110
I Nengah Subawa Kardika Putra 1607521119
I Putu Satya Swadarma 1607521120
Posisi. Setiap posisi memiliki karakteristik unik yang akan mempengaruhi kebutuhan
kompensasi, seperti tanggungjawab, lama penugasan, status dan prestise, kebutuhan akan
perjalanan, dan keamanan fisik. Berdasarkan pertimbangan posisi, ada beberapa item kompensasi
yang dapat ditawarkan dan mendapatkan perhatian dalam penentuannya, seperti:
1. Base-salary. Gaji pokok PCN haruslah kompetitif dengan jumlah yang “sama” dengan
jumlah yang diterima untuk tugas dan tanggungjawab yang sama apabila dia bekerja di
negara asal.
2. Incentive. Bonus Bonus bagi PCN mengacu pada local currancy budget atas dasar kinerja
yang dicapai.
3. Periodic salary adjustment. Menurut Bernardin (1998:300) semakin lama seorang PCN
bekerja di luar negeri, semakin tinggi resiko ketrampilan kerjanya “kuno” dan prospek
kariernya surut apabila dia kembali ke negara asalnya. Untuk mengatasi resiko tersebut,
biasanya perusahaan akan menawarkan kompensasi seperti peningkatan gaji secara
periodik dan mempertimbangkan senioritas dalam menetapkan gaji.
4. Representation allowance. Sangat dimungkinkan PCN yang menjabat sebagai manajer
menengah akan melakukan kerjasama dengan orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi
seperti menteri di negara yang ditempati. Agar dia dapat membangun hubungan yang baik
dan dapat menunjukkan “sinyal kekuasaan”, haruslah didukung oleh keikutsertaannya pada
suatu klub yang prestis maupun kepemilikan rumah di kawasan elit. Dukungan perusahaan
untuk pengadaan hal-hal yang dapat mempermudah pergaulan tersebut, haruslah diberikan.
5. Travel allowances. Penugasan luar negeri biasanya membutuhkan lebih banyak perjalanan
baik domestik maupun luar negeri dibandingkan apabila dia ditempatkan di negaranya
sendiri. Oleh karena itu perusahaan haruslah mengkompensasi biaya perjalanan PCN
melalui penggantian biaya transportasi termasuk di dalamnya biaya penginapan, makan
dan pengeluaran insendentil lain yang terjadi dalam suatu perjalanan tugas.
Individu. Kita telah mengetahui bahwa berbagai posisi dan lokasi merupakan faktor yang
sangat berperan dalam mempengarhi suatu sistem kompensasi disesuaikan dengan profil
penugasan tertentu. Walaupun begitu, pada akhir analisis tetap saja disain sistem kompensasi
tersebut haruslah sesuai dengan profesi individu yang diberi tugas. Sisi individu merupakan faktor
sangat penting menentukan sukses atau gagalnya penugasan tersebut. Berdasarkan pertimbangan
individu, ada beberapa item kompensasi yang dapat ditawarkan dan mendapatkan perhatian dalam
penentuannya, seperti:
1. Foreign service premium. Respon setiap PCN berbeda dalam menanggapi penugasan
internasional ini. Meninggalkan keluarga, menghadapi budaya baru maupun tantangan
kerja baru merupakan masalah yang pasti terjadi. Agar PCN ini merasa nyaman maka
perusahaan dapat menawarkan foreign service premium untuk meminimalkan respon
negatif dalam menerima posisi internasional
2. Spousal employment. Pendapatan pasangan PCN yang bekerja sangat mungkin penting
dalam mempengaruhi total pendapatan keluarga dan ini hilang karena hilangnya pekerjaan
karena mengikuti penugasan PCN. Oleh karenanya, pada saat PCN ditempatkan di suatu
negara tertentu, maka suami/istri PCN pastilah membutuhkan pekerjaan juga. Tentunya
sulit menda patkan pekerjaan yang sesuai bagi suami/istri PCN sebagaimana yang mereka
miliki di negara asal. Oleh karena itu perusahaan perlu menyediakan kompensasi untuk
mengganti kehilangan pendapatan dari suami/istri PCN tersebut.
3. Home and automobile protection. Sangat mungkin selama bertugas PCN memiliki rumah
dan mobil pribadi. Tentu saja pertanyaan yang muncul adalah apa yang akan dilakukan
dengan kepemilikian ini apabila mereka dipindah lagi ke negara lain. Perpindahan tersebut
pasti membawa dampak negatif dari sisi nilai uang atas kepemilikannya. Oleh karena itu
perusahaan perlu menyediakan ganti rugi semua atau sebagian dari kerugian yang dialami
PCN atas kepemilikan aktiva tersebut.
4. Dependent cost. Penugasan internasional kadang-kadng meningkatkan ketergantungan
PCN dalam berbagai hal. Perusahaan harus memperhitungkan berapa biaya yang harus
dikeluarkan PCN seiring dengan meningkatnya ketergantungan (akibat measuki suatu hal
baru) yang mengakibatkan biaya penugasan internasioanal ini meningkat.
Secara umum, filosofi yang dapat memandu organisasi dalam mendisain sistem
kompensasi adalah “think globally and act locally”. Organisasi tidak cukup hanya mendisain
sistem kompensasi yang mendukung secara inten penerapan strategi organisasi secara menyeluruh,
tetapi juga harus menyediakan fleksibilitas yang cukup untuk menyusun kebijakan dan program
tertentu untuk memuaskan kebutuhan karyawan di lokasi tertentu pula.
Ada dua pilihan utama di bidang internasional kompensasi: the Going Rate Approach (juga
disebut sebagai pendekatan pasar rate) dan the Balance Sheet Approach (kadang-kadang dikenal
sebagai pendekatan build-up). Pada bagian ini kita menggambarkan pendekatan masing-masing
dan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan yang melekat dalam setiap pendekatan.
Elemen-elemen tersebut direvisi secara periodik karena semakin tingginya biaya barang
dan jasa di luar negeri, sehingga diharapkan expatriat ini tidak kehilangan daya belinya terhadap
barang-jasa di negara dia ditempatkan. Biasanya hal ini akan mengakibatkan bahwa kompensasi
yang diterima karyawan yang ditempatkan di luar negeri, besarnya tiga sampai lima kalinya home-
base-country salary.
BSA dikenal pada tahun 1960-an, tetapi sejalan dengan perkembangan yang terjadi, maka
muncullah penerapan BSA dengan pendekatan modern. Pendekatan modern ini diharapkan
mampu mewujudkan tujuan penugasan internasional, menyederhanakan biaya dan kompleksitas
administrasi, serta mampu mendorong expatriat untuk meminimalkan penolakan terhadap
perpindahan lokasi kerja. Alternatif BSA tersebut adalah (1) negosiasi dan (2) lokalisasi, (3)
modified balance sheet dan (4) lump-sum /cafetaria approach.
Negosiasi dilakukan oleh pengusaha maupun karyawan untuk menemukan paket
kompensasi yang disepakati. Pendekatan ini sangat cocok untuk perusahaan yang relatif kecil
dengan expatriat sedikit. Kelemahan dari alternatif ini adalah dapat menimbulkan: lebih
membutuhkan biaya yang tinggi, memunculkan masalah lain yang sama apabila ada orang lain
ditanya untuk ditempatkan di suatu negara, dibutuhkannya negosiasi ulang dengan masing-masing
penugasan yang terjadi.
Localisazion. Lokalisasi diartikan sebagai mengaitkan kompensasi di host (local) country
dengan menyediakan beberapa penyesuaian biaya hidup untuk pajak, tem pat tinggal, dan
ketergantungan lainnya. Penyesuaian ini hampir sama dengan yang di BSA awalnya tetapi lebih
variatif.
Modified Balance Sheet. BSA bisa juga dimodifikasi tidak hanya dengan menyesuaian
dengan host (local) country tetapi dengan tingkat kompensasi di regional tertentu seperti Asia-
Pasific. Modifikasi lainnya juga dapat dilakukan dengan menurunkan allowance over time.
Logikanya, semakin lama expatriat tinggal di host country, standar biaya hidupnya menjadi lebih
mendekati karyawan lokal
Lump-sum/cafetaria approach. Alternatif yang ke empat ini, menetapkan kompensasi
dengan mempertimbangkan home-country system dan menawarkan kepada lump-sum of money
kepada karyawan untuk mengimbangi perbedaan dalam standar biaya hidup. Sehingga hal ini akan
mengakibatkan perusahaan harus menghitung kebutuhan biaya hidup yang berbedabeda.
Karyawan dipersilakan memilih sendiri apa yang dikehendaki. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan value dari item kompensasi yang ditawarkan perusahaan. Pendekatan ini juga akan
membuat karyawan lebih fleksibel dalam meminimalkan pajak.
Membahas mengenai kompensasi untuk expatriat ini, tidak boleh dilupakan bahwa selain
masalah kompensasi (utamanya finansial), juga tidak boleh dilupakan bahwa expatriat ini juga
membutuhkan penghargaan dalam bentuk tersedianya global career opportunities. Berdasarkan
hasil survei Orgaization Resources Counselors Inc. (ORC) (Sheley, 1996:63) yang bermarkas di
New York menunjukkan bahwa tahun 1996 dari 31 perusahaan multinasional yang disurvei
menunjukkan bahwa 31 % di antaranya tidak lagi memperpanjang pemberian foreign service
premium sebagai insentif kepada karyawan yang dipindah dari satu negara atau regional tertentu
ke negara atau regional yang lain. Pertimbangan utama perubahan kebijakan ini adalah biaya,
selain itu juga kecenderungan meningkatnya pandangan bahwa penugasan internasional
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pengembangan karier seorang karyawan.
Wawancara Expatriat
I Nengah Subawa Kardika Putra/ 1607521119
Pria bernama I Wayan Sondra Wicaya memulai karirnya sebagai pekerja di kapal pesiar di
sebuah perusahaan kapal pesiar ternama yakni MSC Cruise. Wayan Sondra sebelum menjadi
tenaga kerja di MSC Cruise tentunya melalui berbagai macam proses MSDM yang diantaranya
adalah rekruitmen, seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, kompensasi, hingga
pemutusan hubungan kerja.
Proses rekruitmen yang dilakukan oleh MSC Cruise dapat dilakukan dengan bersumber
dari tenaga internal atau tenaga eksternal. Wayan Sondra merupakan sumber tenaga eksternal yang
rekruit oleh MSC Cruise. Wayan Sondra di rekruit oleh pihak agent yang bernama PT.Indomarino
Maju proses rekruitmen ini dilaksanakan di Bali tepatnya di Balindo Paradiso.
Kemudian tahap seleksi dilakukan, tahapan ini diawali dengan proses seleksi dari pihak
agent jika diterima di pihak agent selanjutnya ke pihak user. Seleksi dari pihak agent yakni
Indomarino Maju berupa interview langsung terkait job specification atau syarat-syarat yang harus
dipenuhi diantaranya. Yang pertama tentunya menguasai Bahasa Inggris dengan pasih baik itu
lisan maupun tertulis, kemudian minimal lulus SMA, memiliki pengalaman kerja di hotel, bisa
bekerja dalam lingkungan tim, memiliki sertifikat STCW atau Standards of Training, Certifitation
and Watchkeeping yang meliputi keterampilan terkait pemadaman kebakaran dasar, teknik
bertahan hidup pribadi, pertolongan pertama, keamanan pribadi dan tanggung jawab sosial.
Setelah diterima oleh agent kemudian berlanjut ke pihak user, Wayan Sondra melakukan
wawancara dengan pihak MSC Cruise yakni Mr. Tim Skinner. Wawancara yang dilakukan hampir
sama dengan yang dilakukan oleh pihak agent tetapi diisi juga dengan wawancara terkait job
description housekeeping department yang meliputi membuat penumpang merasa nyaman saat
berada di kamar mereka, dan termasuk perawatan kabin, ruang dan layanan kurir, serta
pengambilan dan pengiriman laundry. Setelah interview berakhir dan diterima untuk bekerja di
kapal pesiar, Wayan Sondra diperiksa kesehatannya. Kemudian mengisi dokumen sebagai
persyaratan bekerja di kapal pesiar seperti Passport, BST atau Basic Safety Training, Seaman Book
atau Buku Pelaut, SID atau Seafarers Identity Card, KTKLN atau Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri,
dan Visa
Setelah diterima sebagai tenaga kerja di MSC Cruise, sebelum keberangkatan Wayan
Sondra melalui pelatihan diantaranya program kesadaran budaya yang berisi terkait perbedaan-
perbedaan budaya yang nantinya akan dialami oleh Wayan Sondra. Selain itu pelatihan terkait
penguasaan Bahasa yang akan digunakan juga penting, karena banyak pelanggan yang tidak terlalu
bisa menggunakan Bahasa Inggris membuat Wayan Sondra perlahan bisa menggunakan Bahasa
Spanyol dan Perancis. Pelatihan juga terkait dengan Basic Safety Training ketika terjadi
kebakaran, penerapan penolongan pertama, dan pelatihan bertahan hidup.
Dalam karirnya sebagai cabin steward di MSC Cruise Wayan Sondra dalam proses
penilaian kinerjanya yang dilakukan setiap kontrak kerja. Evaluasi kinerja Wayan Sondra
dilakukan pada akhir kontrak kerjanya, evaluasi dilakukan dengan beberapa penilaian kriteria
menggunakan metode rating. Adapun beberapa penilaian kriteria yang ada seperti inisiatif
(apakah ada ambisi atau inisiatif yang dilakukan untuk meningkatkan hasil kerja), sikap
(bagaimana sikap terhadap pelanggan maupun sesama kolega), komunikasi (apakah terjalin
komunikasi yang baik atau ada masalah sesama kolega), produktivitas (dapat melaksanakan tugas
dengan tepat waktu dan sebaik mungkin), kerja sama (apakah ada kerja sama yang baik sesama
kolega), stress manajemen (bagaimana cara mengatur stress atau beban yang dialami). Ketika
evaluasi kinerja pada akhir kontrak didapatkan oleh Wayan Sondra, Ia dapat melanjutkan kontrak
apabila Ia memenuhi syarat dari kontrak sebelumnya.
Dalam pemberian kompensasi yang dilakukan oleh MSC Cruise kepada Wayan Sondra
selama Ia bekerja sebagai Cabin Steward, ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar
pemberian kompensasi tersebut diantaranya seperti kontribusi, pencapaian karyawan, dan
penghasilan perusahaan. Kompensasi ini selain untuk menjaga dan memelihara karyawan juga
dapat digunakan untuk meningkatkan atau menjaga moral maupun kepuasan karyawan,
mendorong timbulnya kinerja yang maksimal, dan meningkatkan loyalitas karyawan. Yang
memberikan kompensasi yakni perusahaan yang dikirim setiap 15 hari selama masa kontrak.
Proses pemberian kompensasi dilakukan secara tidak langsung yakni dikirim melalui rekening
bank yang sudah ditentukan. Selain gaji pokok, kompensasi yang didapat Wayan Sondra berupa
asuransi kecelakan kerja dan dana pension serta tunjangan lainnya. Untuk jenis mata uang yang
digunakan dalam pemberian kompensasi adalah US Dollar. Dalam pemberian kompensasi
bergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Sistem PHK atau pemutusan hubungan kerja yang ada di MSC Cruise baik itu pemutusan
hubungan kerja yang baik atau buruk, baik ketika telah berakhirnya masa kontrak kerja dan yang
buruk jika expatriat tersebut terlibat masalah atau melanggar aturan/perjanjian yang berat. Ketika
masa 9 bulan kontrak kerja yang dimilki Wayan Sondra berakhir. Dalam proses reptriasi yaitu
kepulangan menuju negara asal, biayanya ditanggung oleh MSC Cruise.
Wawancara Ekspatriat
I Made Ari Suprasta/ 1607521067
Narasumber :
Nama : I Gusti Ngurah Surya Kusumaningrat
Umur : 33 Tahun
Cruise : Carnival Cruise Lines
Jabatan : Waiter
I Gusti Ngurah Surya Kusumaningrat berumur 33th, beliau bekerja pada perusahaan ‘carnival
cruise line” Beliau sudah 5 tahun bekerja di tempat tersebut beliau bekerja di bagian waiter.
Perusahaan carnival cruise line ini merupakan perusahaan besar yang sudah melantai di bursa efek
dan sahamnya sudah dapat diperjual belikan. Carnival cruise line memiliki kantor pusat di miami,
florida dan amerika, didirikan oleh Ted Arison pada 11 maret 1972. Negara tempat bekerja tidak
menentu setiap akan berangkat, tetapi terakhir berangkat negaranya adalah canada, banyak
tantangan yang dihadapi oleh ekspatriat seperti beliau, mulai dari perbedaan budaya selain hal
tersebut faktor keluarga juga menjadi hambatan mengingat beliau telah berkeluarga.selain itu
faktor sosial juga menjadi kendala dimana beliau tidak dapat terlalu terlibat dalam bersosialisasi
dengan masyarakat sekitar rumahnya dan tidak dapat terlibat dalam adat karena terkendala akan
jarak dan waktu yang memisahkan.
Menurut beliau, dalam hal membangun tim internasional pada perusahaan tempatnya
bekerja sudah berjalan dengan efektif dimana perusahaan tersebut telah menganalisis visi dari
tim/perusahaan, mengembangkan misi untuk mencapai visi dari tim/perusahaan. Dalam hal
mengelola perbedaan-perbedaan yang memegang peranan penting yaitu pemimpin karena
pemimpin tim yang baik pasti mampu menyatukan semua perbedaan individu untuk penguatan
soliditas kerja. Karakteristik dan elemen budaya sangat berpengaruh pada perusahaan khususnya
perusahaan internasional. Berbagai budaya telah membentuk perilaku individu-individunya dalam
bergaul, bekerja dan bersikap atau kepribadiannya yang berbeda dengan individu lain. Dalam hal
ini, para pekerja yang bekerja di Carnival Cruise Lines saling menyesuaikan dan beradaptasi satu
sama lain untuk terciptanya solidaritas kerja.
Proses MSDM meliputi perencanaan, recruitment, seleksi, pelatihan, penilaian kinerja,
kompensasi, PHK. Perencanaa SDM adalah suatu proses untuk menentukan jumlah dan jenis
manusia yang dibutuhkan oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam waktu dan tempat yang
tepat serta melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan.
Recruitment merupakan usaha untuk mencari dan mempengaruhi SDM agar mau melamar
lowongan pekerjaan yang ada dalam perusahaan. Dalam recruitment berisikan mengenai job
description dan job specification. Dalam hal ini, yang melakukan recruitment adalah pihak CTI
sendiri. Karena I Gusti Ngurah Surya Kusumaningrat melamar sebagai waiter maka job
descriptionnya secara umum adalah Menyambut tamu pada saat datang ( greeting), Mempersilakan
tamu duduk (sitting the guest), Menuangakan air putih (puring of water), Menawarka menu keapda
tamu (taking order), Menyajikan minuman, setelah itu menyajika makanan (presentation menu),
Mengambil piring-piring kotor atau gelas-gelas kotor (clear up), Menawarkan makanan penutup
atau minuman yang lain (abseling), Menagihkan bon atau tagihan keada tamu (billing),
Mengucapkan terima kasih kepada tamu telah datang ke restoran dan mengharapkan tamu untuk
datang kembali (say thank you) Job spesificationnya secara umum yaitu harus bisa berbahasa
inggris dengan lancar dan minimal diploma.Tempat recruitmentnya berlangsung di CTI Bali.
Seleksi adalah suatu proses mempertemukan syarat yang dituntut oleh suatu jabatan dengan
orang yang mempunyai syarat itu. Dalam hal ini, seleksi yang dialami oleh I Gusti Ngurah Surya
Kusumaningrat
1. Applying process
Proses yang pertama ng-apply posisi yang dinginkan atau biasanya dari pihak agent sudah
menyediakan lowongan posisi yang dibutuhkan seperti laundry, cleaner, waiter, galley
steward dll. Dimana I Gusti Ngurah Surya Kusumaningrat melamar sebagai waiter
2. Agent Interview
Proses selanjutnya ialah interview atau wawancara dengan pihak CTI, dimana dalam
interview ini kemampuan bahasa inggris sangat diperlukan karena biasanya menggunakan
bahasa inggris
3. Marlin Test
Marlin test itu mengisi soal secara online dalam bahasa inggris hampir sama seperti psycho
test tapi marlin test dikerjakan secara online with limited time , dikerjakannya ada batas
waktunya biasanya sekitar 100 pertanyaan selama 50 - 60 menit, isinya mengenai keseharian
kamu ataupun pertanyaan ber setting hotel atau hospitality.. Dan untuk passing grade nya
sekitar 70 - 80 point baru bisa lulus dan masuk ke tahap selanjutnya
4. User Interview
Setelah lulus proses marlin test tadi, agent menyimpan data - data di waiting list buat nanti
bertemu dengan pihak user company,
5. Validasi dokumen
Dokumen yang perlu disiapkan Passport, BST (Basic Safety Training), Seaman Book
(Buku Pelaut), Hasil Medical Check Up, Visa USA
Penilaian kinerja pada dasarnya adalah penilaian tentang apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh karyawan. Dalam hal ini, Carnival Cruise Lines menggunakan metode komparatif
untuk melakukan penilaian kinerja dari karyawannya. Metode komparatif merupakan metode yang
membandingkan secara langsung kinerja kayawan terhadap satu sama lain.
Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas
kontribusinya kepada perusahaan atau organisasi. Dalam hal ini, gaji yang akan didapatkan
biasanya cair pada saat dua minggu bekerja. Waktu bekerja disana juga tidak sama dengan di
Indonesia, waktu bekerja disana adalah selama 10 jam. ada reward yang diberi dalam kurun waktu
bekerja selama lima tahun, sejenis dengan sertifikasi jabatan, dan karyawan juga mendapatkan
waktu untuk liburan.
PHK merupakan pemutusan hubungan kerja yang terjadi setelah karyawan diterima dalam
perusahaan tersebut kemudian keluar atau dikeluarkan. Pemutusan hubungan kerja harus dilandasi
alasan-alasan ataupun argumentasi-argumentasi yang berlandaskan hukum dan fakta-fakta.Dalam
hal ini, selama I Gusti Ngurah Surya Kusumaningrat bekerja di Carnival Cruise Lines belum
pernah menemukan PHK secara tidak hormat dimana PHK yang terjadi memang biasa karena
masa kontrak sudah berakhir
Wawancara Ekspatriat
I Made Krisna Suryantika/ 1607521108
Narasumber :
Nama : I Putu Ardesna Wiratama
Umur : 23 Tahun
Perusahaan : BPC ( Bali Paradise Crew )
Cruise : Mediterranean Shipping Company
Jabatan : Bar Waiter
Seorang Ekspatriat yang saya wawancarai ini adalah seorang Laki – laki yang bernama
I Putu Ardesna Wiratama yang akrab dipanggil Desna. Desna lahir di Denpasar, 14 Desember
1995, yang saat ini berusia 23 Tahun. Saat ini Desna bekerja di Eropa, Company yang dimana ada
tiga Line Cruise Ship (Kapal Pesiar) Asia, Amerika dan Eropa. Jadi setiap tahunnya bisa berpindah
– pindah tempat bekerja tergantung Kapal mana yang sedang membutuhkan Embarkation atau
membutuhkan Crew.
Desna mulai bekerja di Kapal Pesiar pada Tahun 2015 yang menjabat sebagai Junior Bar
Waiter, akan tetapi tahun ini akan diangkat menjadi Bar Waiter. Alasan desna menjadi Ekspatriat
yaitu juga ingin mencari pengalaman guna nanti jika dia usai menjadi ekspatriat, pengalaman
tersebut bisa digunakan diindonesia. Saat menjadi ekspatriat, menurut desna banyak perbedaan
budaya yang dia rasakan saat diindonesia dan sekarang menjadi ekspatriat. Dimana salah satunya
yaitu perbedaan cara berkomunikasi, berpakaian dan aturan – aturan yang ada dikapal pesiar.
Dengan adanya perbedaan budaya tersebut, desna sendiri harus beradaptasi dengan lingkungan
disekitar tempat kerjanya.
Diperusahaan Ekspatriat Desna bekerja, fasilitias – fasilitas sudah langsung disiapkan oleh
pihak manajemen mengingat demi kenyamanan dan keberlangsungan pekerja. Menurut Desna,
perbedaan pekerjaan di Kapal Pesiar dengan di Bali berbeda, dari segi jumlah Tamu yang ada dan
lainnya. Semisal dibali, biasanya occupancy naik turun. Tapi jika di Kapal Pesiar pasti
occupancynya 100% atau full disamping itu pekerjaan dikapal pesiar menggunakan metode split.
Menurut Ekspatriat Desna, dia tidak mengetahui apakah perusahaan tempat dia bekerja
tersebut menerapkan Join Venture atau tidak dan juga tidak memahami mengenai merger ataupun
akuisisi. Tetapi perusahaan tempat dia bekerja itu merupakan perusahaan yang besar
Wawancara Ekspatriat
I Putu Satya Swadarma/ 1607521120
Narasumber
Nama : I Komang Gede Adnyana
Umur : 30 tahun
Dowling, Peter J, Marion Festing and Allen D. Engle, Sr. International Human Resource
Management. 6th Edition. London: Cengage Learning.
Milkovich, George T. and Jerry M. Newman, (1996), Compensation, Chicago, Richard D. Irwin