Proposal PKM E-Waste - Alfian Wiratawa DKK
Proposal PKM E-Waste - Alfian Wiratawa DKK
JUDUL PROGRAM :
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengatasi permasalahan limbah elektronik (E-waste) di Indonesia
2. Menemukan material baru untuk konstruksi bangunan berbahan dasar
limbah elektronik (E-waste)
3. Menemukan cara mendaur ulang limbah elektronik tanpa mencemari
lingkungan
I.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan material baru untuk konstruksi bangunan dengan bahan dasar
limbah elektronik yang ramah lingkungan dan ekonomis
2. Mengurangi/meminimalisir frekuensi limbah elektronik (E-waste) di
Indonesia
3. Mendapatkan cara untuk mendaur ulang limbah elektronik tanpa mencemari
lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 2006, timbulan e-waste di dunia diperkirakan antara 20- 50 juta ton
per tahun, atau sekitar 1- 3 % dari sampah perkotaan yang mencapai 1636 juta ton per
tahun. Pada tahun 2007, 2,25 juta ton televisi, telepon genggam, dan komputer telah
mencapai akhir masa pakainya, dimana 18% dikumpulkan untuk didaur ulang dan 82%
dibuang langsung ke landfill. Komputer, telepon genggam, dan televisi akan
menyumbangkan 5,5 juta ton dari total e-waste yang dihasilkan pada tahun 2010.
Jumlah ini meningkat menjadi 9,8 ton pada tahun 2015.
Sampai saat ini, Indonesia masih belum mempunyai peraturan yang spesifik
mengenai pengelolaan e-waste. Sumber e-waste di Indonesia berasal dari konsumsi
domestik, yaitu banyaknya penggunaan alat elektronik di skala rumah tangga. Karena
teknologi yang semakin canggih dan harga yang semakin terjangkau, membuat
penduduk Indonesia banyak memakai alat elektronik secara berlebihan dan berganti-
ganti alat elektronik sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada. Selain itu, e-waste
juga ditemukan dari impor dari luar negeri dan pasar gelap, dengan masing-masing
prosentase 50%. Selain dari rumah tangga, e-waste di Indonesia juga berasal dari
pelabuhan di seluruh Indonesia. Pelabuhan tersebut menjadi tempat berlabuhnya kapal
yang mengangkut alat elektronik bekas dari luar negeri.
E-waste yang ditangani oleh sektor informal berasal dari peralatan elektronik
yang sudah rusak. Peralatan elektronik yang telah rusak diambil oleh pemulung, lalu
dibawa ke agen sampah. Kemudian, alat elektronik yang berada di agen sampah
diperbaiki, dibongkar, dan didaur ulang. E-waste yang telah ditangani oleh agen sampah
tersebut, yang semula tidak memiliki nilai jual, menjadi memiliki nilai jual. Hasil
penanganan e-waste yang dilakukan oleh agen sampah tersebut dijual ke konsumen,
sedangkan e-waste yang sudah tidak memiliki nilai jual lagi dibuang ke landfill. Akan
tetapi, di landfill tidak ditemukan e-waste secara signifikan. Pada sektor informal, e-
waste yang timbul dikelola oleh toko service, pemulung, dan toko pengumpul sampah
skala menengah. Kemudian e-waste tersebut pada akhirnya didaur ulang atau dilebur,
kemudian diserahkan ke toko pengumpul sampah skala besar. Dari toko pengumpul
sampah skala besar, e-waste yang dihasilkan akan dibawa pemulung ke landfill lalu
dibuang ke luar kota atau diekspor.
II.5 Kebijakan Pengelolaan E-Waste di Indonesia