Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi konflik yang
terkadang memicu pertikaian yangselalu berkelanjutan yang tidak ada ujungnya sehingga
menyebabkan konflik ini melaju ke meja hijau dalam pembagian harta serta menimbulkan
keretakan hubungan keluarga. Penyebab utamanya ialah keserakahan dan ketamakan
manusia, di samping karena kekurangtahuan orang-orang yang terkait mengenai hukum
pembagian waris. Tak jarang juga terjadi pembunuhan antara masing-masing saudara untuk
mendapatkan bagian yang lebih besar.Sehingga kami membahas sebuah materi yang
berhubungan dengan harta warisan atau pembagian harta dan siapa-siapa saja yang berhak
mendapatkannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian warisan?


2. Apakah ketentuan kewarisan menurut islam?
3. Apakah macam-macam ahli waris?
4. Apa yang dimaksud hijab dan mahjub?
5. Bagaimana cara menentukan atau menghitung warisan menurut hukum kewarisan
islam?
6. Apa hikmah dari hukum kewarisan?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian warisan.
2. Menjelaskan ketentuan kewarisan menurut islam.
3. Menerangkan macam-macam warisan.
4. Menjelaskan hijab dan mahjub.
5. Menjelaskan cara menentukan atau menghitung warisan menurut hukum kewarisan
islam.
6. Menjelaskan hikmah dari hukum kewarisan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WARISAN

Menurut bahasa mawaris adalah bentuk jama’ dari kata miiraas (‫)مي َْراث‬,
ِ yang berarti
harta yang diwariskan. Sedangkan secara istilah, berarti ilmu tentang pembagian harta
peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris disebut juga
ِ ‫)فَ َرا ِئ‬. Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari
ilmu faraidh (‫ض‬
َ ‫ )فَ ِر ْي‬yang berarti ketentuan, bagian atau ukuran.
faridhah ( ‫ضة‬

Allah berfirman:

ً۬
‫ُس ِم َّما ت َ َركَ إِن كَانَ لَهُۥ َولَ ً۬دۚ فَ ِإن لَّم يَكُن لَّهُۥ َو َل ً۬د‬
ُ ‫سد‬ُّ ‫ٲح ً۬د ِمن ُہ َما ٱل‬
ِ ‫فۚ َو ِِلَبَ َوي ِه ِلك ُِل َو‬ُ ‫ٲحدَة فَ َلهَا ٱلنِص‬
ِ ‫ثُلُثَا َما تَ َركَ ۖ َوإِن كَانَت َو‬
ً۬ ً۬
َ‫وصى ِب َہا ٓ أَو دَين َءابَا ٓ ُؤكُم َوأَب َنا ٓ ُؤكُم ََل تَد ُرون‬ ِ ُ‫ُسۚ ِم ۢن َبع ِد َو ِصيَّة ي‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫ثۚ فَ ِإن كَانَ لَهُۥۤ ِإخ َوة فَ ِِلُ ِم ِه ٱل‬
ُ ُ‫َو َو ِرثَهُۥۤ أَبَ َواهُ َف ِِل ُ ِم ِه ٱلثُّل‬
ً۬
۞ )١١( ‫ع ِليما َح ِك ً۬يما‬ َ َ‫ٱّللَ كَان‬ َّ َ‫ب َلكُم نَف ً۬عاۚ َف ِريضَة ِمن‬
َّ َّ‫ٱّللِ ِإن‬ ُ ‫أ َ ُّي ُهم أَق َر‬

ً۬ ُ َ‫ف َما ت َ َركَ أَز َوٲ ُجڪُم إِن لَّم يَكُن لَّ ُهنَّ َولَ ً۬دۚ فَ ِإن ڪَانَ َل ُهنَّ َولَ ً۬د فَل‬
َ‫وصين‬ ِ ُ‫ٱلربُ ُع ِم َّما ت َ َرڪنَ ۚ ِم ۢن بَع ِد َو ِصيَّة ي‬ُّ ‫ڪ ُم‬ ُ ‫َولَڪُم نِص‬
َ‫صون‬ ُ ‫ٱلربُ ُع ِم َّما ت َ َركت ُم ِإن لَّم يَڪُن لَّكُم َولَ ً۬دۚ فَ ِإن ڪَانَ لَڪُم َولَ ً۬د فَلَ ُهنَّ ٱلث ُّ ُمنُ ِم َّما تَ َرڪتُمۚ ِم ۢن بَع ِد َو ِصيَّ ً۬ة ت ُو‬ ُّ َّ‫ِب َها ٓ أَو دَي ً۬نۚ َولَ ُهن‬
ً۬
‫ڪانُ ٓواْ أَڪث َ َر ِمن ذَٲ ِلكَ َف ُهم‬ َ ‫ُسۚ َف ِإن‬
ُ ‫سد‬ ُّ ‫ٲح ً۬د ِمن ُه َما ٱل‬ ِ ‫ڪلَ ٰـلَة أ َ ِو ٱم َرأَة َولَهُۥۤ أَخ أَو أُخ ً۬ت َف ِلك ُِل َو‬
َ ‫ث‬ ُ ‫ور‬َ ُ‫ِب َها ٓ أَو دَي ً۬ن َو ِإن كَانَ َر ُج ً۬ل ي‬
ً۬ َ ‫ثۚ ِم ۢن بَع ِد َو ِصيَّ ً۬ة يُوص َٰى بِ َہا ٓ أَو دَين‬
)١٢( ‫ع ِليم َح ِل ً۬يم‬ َ ُ‫ٱّلل‬ َّ َ‫ضا ً۬ٓرۚ َو ِصيَّة ِمن‬
َّ ‫ٱّللِ َو‬ َ ‫غي َر ُم‬ ِ ُ‫ڪا ٓ ُء فِى ٱلثُّل‬
َ ‫ش َُر‬

َّ‫سا ً۬ٓء َفوقَ ٱثنَتَي ِن َفلَ ُهن‬


َ ِ‫ٱّللُ ِف ٓى أَولَ ٰـ ِدڪُمۖ ِللذَّك َِر ِمث ُل ح َِظ ٱِلُنثَيَي ِنۚ فَ ِإن كُنَّ ن‬
َّ ‫وصي ُك ُم‬
ِ ُ‫ي‬

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu :


bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika
anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara

2
mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

"Dan bagimu(suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,


jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para
isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
yang kamu buat atau dan sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki seibu saja atau seorang saudara perempuan seibu saja
maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak
memberi mudharat kepada ahli waris . Allah menetapkan yang demikian itu sebagai syari’at
yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun” (QS. AN-
NISA: 11-12)

B. KETENTUAN KEWARISAN
a. Rukun Waris
Ada tiga hal yang termasuk dalam rukun waris, yaitu:
 Pewaris (al-warisi), yaitu orang memperoleh warisan dari almarhum/almarhumah
 Pemberi waris (al-muwarris), yaitu almarhum/almarhumah.
 Harta yang diwariskan (al-maurus), yaitu harta atau hak yang diberikan dari pemberi
waris kepada pewaris

b. Sebab-sebab Seseorang Mendapatkan Harta Waris.


 Nasab atau adanya hubungan darah atau keturunan (Q.S. An Nisa’ {4} : 7)
ِ‫لرجَا ِل‬ ِِ ‫اء َو ْاْل َ ْق َربُونَِ ا ْل َوا ِلد‬
ِّ ِ ‫َان تَ َركَِ ِم َّما َن ِصيبِ ِل‬ َ ِِّ‫يب َو ِللن‬
ِِ ‫س‬ ِِ ‫َكث ُ َِر أَ ْوِ ِم ْن ِهُ َق َِّل ِم َّما َو ْاْل َ ْق َربُونَِ ا ْل َوا ِلد‬
ِ ‫َان تَ َركَِ ِم َّما نَ ِص‬
‫ َم ْف ُروضًا َن ِصي ًبا‬.
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan kedua orang tua dan

3
kerabatnya, baik sedikit atau banyak, (semua itu merupakan) bagian yang telah
ditentukan.
(QS.An-Nisa:7 )
 Mushoharoh, yaitu adanya ikatan pernikahan yang sah. Misalnya suami atau istri (Q.S
An-Nisa’:12)
 Al Wala’ yaitu seseorang yang memerdekakan budak.
Sabda Rasul : Artinya : Sesungguhnya hak wala’ (kekerabataan) itu untuk orang yang
memerdekakan ( H.R. Bukhori Muslim).

c. Harta benda sebelum diwariskan


 Membayar denda zakat
 Menggunakan harta peninggalan almarhum/almarhumah sebagai biaya jenazah.
 Melunasi semua hutang almarhum/almarhumah.
 Melaksanakan wasiat dengan 1/3 dari sisa harta sesudah dilunasi semua
hutang.Membagikan sisa hartanya kepada para ahli waris.

d. Kewajiban ahli waris kepada pewaris


 Sebelum harta dibagi, ahli waris punya kewajiban terdadap pewaris yang wafat sbb:
mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai; menyelesaikan baik
hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan, termasuk kewajiban pewaris maupun
penagih piutang;"
 menyelesaikan wasiat pewaris;
 membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak.

*Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas
pada jumlah atau nilai harta peninggalannya.

e. Syarat-syarat warisan
 Pewaris hidup setelah orang yang mewariskan meninggal dunia, meskipun hidupnya
secara hukum. Misalnya berlaku untuk bayi yang masih dalam kandungan.
 Kematian orang yang mewariskan, baik kematian secara nyata maupun secara hukum.
Kematian secara hukum terjadi ketika seorang hakim memutuskan kematian
seseorang karena yang bersangkutan hilang.
 Tidak adanya mawani(pencegah).

4
C. MACAM-MACAM AHLI WARIS

Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima bagian dari harta warisan.
Ahli waris dapat di klasifikasikan menjadi ahli waris sababiyah dan ahli waris nasabiyah.
Ahli waris sababiyah adalah orang yang berhak menerima bagian harta peninggalan karena
terjadinya hubungan perkawinan dengan orang yang meninggal yaitu suami atau isteri. Ahli
waris nasabiyah adalah orang berhak menerima harta peninggalan atau harta warisan
karena ada hubungan nasab atau pertalian darah atau keturunan dengan orang yang
meninggal dunia

a. Zawil Furud

Zawil Furud adalah ahli waris yang perolehan bagian warta warisannya sudah
ditentukan oleh syara’ (Al-Qur’an dan Hadits). Diantara mereka ada yang memperoleh
bagian : 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3, 1/6.

1. Ahli waris yang mendapatkan 1/2 adalah :


a) Anak perempuan tunggal. (QS. An-Nisa ayat 11)
b) Saudara perempuan tunggal yang sekandung.
c) Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki.
d) Suami, Jika tidak ada anak atau cucu(QS.An-Nisa:12)

2. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1//4. yaitu :


a) Suami, jika ada anak atau cucu(QS.An-Nisa:12)
b) Istri, jika tidak ada anak atau cucu.(QS.An-Nisa:12)

3. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/8 adalah :


a) Istri, jika suami meninggalkan anak atau cucu(QS.An-Nisa:12)

4. Ahli waris yang mendapatkan bagian 2/3 adalah :


a) Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki(QS.An-Nisa:12).
b) Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak perempuan.
c) Dua saudara perempuan atau lebih yang sekandung
d) Dua orang saudara perempuan atau lebih yang seayah, jika tidak ada saudara
perempuan yang sekandung.

5
5. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/3 adalah :
a) Ibu, apabila yang meniggal tidak meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki
dan tidak ada saudara(QS.An-Nisa:11)
b) Dua orang saudara atau lebih, dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun
perempuan(QS.An-Nisa:12)

6. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/6 adalah :


a) Ibu, apabila yang meninggal mempuanyai anak atau cucu dari anak laki-laki atau
saudara lebih dari satu.
b) Ayah, jika yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.
c) Nenek, jika yang meninggal sudah tidak ada Ibu
d) Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, baik sendirian atau lebih, jika bersama
anak perempuan.

b. Ahli waris ashobah

Ahli waris ashobah adalah ahli waris yang memperoleh bagian berdasarkan sisa
harta pusaka setelah dibagikan ahli waris yang lain. Ahli waris ashobah dapat menghabiskan
semua sisa harta pusaka. Ashobah dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Ashobah binafsih, yaitu ahli waris yang mejadi ashobah dengan sendirinya bukan
karena ditarik oleh ahli waris zawil furud, yaitu :
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c) Ayah
d) Kakek dari pihak ayah
e) Saudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki seayah
g) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
h) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
i) Paman sekandung dari ayah
j) Panan seayah dari ayah
k) Anak laki-laki sekandung dari ayah
l) Anak laki-laki paman seayah dari ayah

6
2. Ashobah bil ghoiri, ahli waris yang menjadi ashobah karena sebab ahli waris yang lain
(ditarik oleh ahli waris tertentu dari ashobah binafsihi)mereka adalah :
a) Anak perempuan, jika bersama saudara laki-laki.
b) Cucu perempuan, jika bersama cucu laki-laki
c) Saudara perempuan sekandung , jika bersama saudara laki-laki.
d) Saudara perempuan seayah, jika bersama saudara laki-laki seayah

3. Ashobah Ma’al ghoiri, ahli waris yang menjadi ashobah jika bersama ahli waris yang
lain yang tertentu dari zawil furud, yaitu :
a) Saudara perempuan sekandung seorang atau lebih, jika bersama anak atau cucu
perempuan.
b) Saudara perempuan seayah seorang atau lebih, jika bersama anak atau cucu
perempuan yang seayah.

D. HIJAB DAN MAHJUB

a. Hijab

Hijab adalah penghapusan hak waris seseorang, baik penghapusan sama sekali
ataupun pengurangan bagian harta warisan karena ada ahli waris yang lebih dekat
pertaliaannya ( hubungannya ) dengan orang yang meninggal.

- Macam-macam hiijab yaitu:


1) ‫ان‬
ِ ‫( ِح َجابْ ِح ْر َم‬hijab hirman) yaitu penghapusan seluruh bagian ,
karena ada ahli waris yang lebih dekat hubungannya dengan orang yang
meninggal itu. Contoh cucu laki-laki dari anak laki-laki, tidak mendapat
bagian selama ada anak laki-laki.
2) ْ ‫ص‬
‫ان‬ َ ‫( ِح َجابْ نُ ْق‬hijab nuqshon) yaitu pengurangan bagian dari harta
warisan, karena ada ahli waris lain yang bersama-sama dengan dia.
Contoh : ibu mendapat 1/3 bagian, tetapi yang meninggal itu
mempunyai anak atau cucu atau beberapa saudara, maka bagian ibu
berubah menjadi 1/6.

7
- Ahli waris yang terhalang

Berikut di bawah ini ahli waris yang terhijab atau terhalang oleh ahli waris yang
lebih dekat hubungannya dengan yang meninggal adalah :

1) Kakek (ayah dari ayah) terhijab/terhalang oleh ayah. Jika ayah masih hidup maka
kakek tidak mendapat bagian.
2) Nenek (ibu dari ibu) terhijab /terhalang oleh ibu
3) Nenek dari ayah, terhijab/terhalang oleh ayah dan juga oleh ibu
4) Cucu dari anak laki-laki terhijab/terhalang oleh anak laki-laki
5) Saudara kandung laki-laki terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Ayah
6) Saudara kandung perempuan terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Ayah
7) Saudara ayah laki-laki dan perempuan terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Anak laki-laki dan anak laki-laki
c. Ayah
d. Saudara kandung laki-laki
e. Saudara kandung perempuan
f. Anak perempuan
g. Cucu perempuan
8) Saudara seibu laki-laki / perempuan terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki atau perempuan
b. Cucu laki-laki atau perempuan
c. Ayah
d. Kakek
9) Anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Ayah

8
d. Kakek
e. Saudara kandung laki-laki
f. Saudara seayah laki-laki
10) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara kandung laki-laki
f. Saudara seayah laki-laki
11) Paman (saudara laki-laki sekandung ayah) terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara kandung laki-laki
f. Saudara seayah laki-laki
12) Paman (saudara laki-laki sebapak ayah) terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara kandung laki-laki
f. Saudara seayah laki-laki
13) Anak laki-laki paman sekandung terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara kandung laki-laki
f. Saudara seayah laki-laki
14) Anak laki-laki paman seayah terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki

9
b. Cucu laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara kandung laki-laki
f. Saudara seayah laki-laki
15) Cucu perempuan dari anak laki-laki terhijab/terhalang oleh :
a. Anak laki-laki
b. Dua orang perempuan jika cucu perempuan tersebut tidak bersaudara laki-
laki yang menjadikan dia sebagai ashabah.

b. Mahjub

Mahjub (terhalang) yaitu ahli waris yang lebih jauh terhalang oleh ahli waris
yang lebih dekat sehingga sama sekali tidak dapat menerima, atau menerima tetapi
bagiannya berkurang. Adapun hal-hal yang dapat membatalkan atau menjadi
penghalang seseorang untuk waris mewarisi adalah karena:

a) Membunuh
Membunuh adalah seseorang membunuh ahli warisnya dengan cara
yang tidak di benarkan oleh hokum.

Sabda Nabi Muhammad SAW :

)‫ئ (رواه النسائ‬


ٌ ‫ش ْي‬ ِ ‫ْس ِل ْلقَا تِ ِل ِمنَ ْال ِمي َْرا‬
َ ‫ث‬ َ ‫لَي‬

“Tidak berhak mendapatkan harta warisan sedikitpun seorang yang


membunuh”.

b) Murtad
Murtad adalah bila seseorang pindah agama atau keluar dari agama islam.
c) Kafir atau berbeda agama
Kafir adalah orang yang memeluk agama selain agama islam. Ketentuan
dalam islam mengatakan bahwa dua orang berbeda agama tidak dapat saling

10
mewarisi. Jadi Orang Islam tidak dapat mewarisi harta warisan dari orang kafir
meskipun masih kerabat keluarganya. Demikian juga sebaliknya sebagaimana

Sabda Rasulullah:

)‫ث ْالكَافِ َر ْال ُم ْس ِلم (متفق عليه‬


ُ ‫ث ْال ُم ْس ِل َم ْالكَافِ َر َوالَ يَ ِر‬
ُ ‫الَيَ ِر‬

“Orang Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari orangkafir, dan orang
kafir tidak bisa mendapatkan harta warisan dari Orang Islam (HR. Bukhari
Muslim)

E. CARA MENENTUKAN WARISAN

Sebelum perhitungan warisan dilaksanakan, hendaaknya harta warisan digunakan


terlebih dahulu untuk memenuhi empat macam keperluan yakni:

a. Zakat
b. Biaya pengurusan jenazah dan biaya perawatan ketika sakit
c. Melunasi hutang si pewaris
d. Memenuhi wasiatnya.

Langkah selanjutnya yaitu:

- Cara pertama

Kita ketahui terlebih dahulu bagian setiap ahli waris secara menyeluruh. Hal ini kita
lakukan dengan cara mengalikan bagian tiap-tiap ahli waris dengan jumlah (nilai) harta
peninggalan yang ada, kemudian kita bagi dengan angka pokok masalahnya atau tashihnya.
Maka hasilnya merupakan bagian dari masing-masing ahli waris.

- Cara kedua
1. Inventarisir siapa saja ahli waris yang beroleh bagian.
2. Tentukan bagian masing-masing ahli waris.
3. Jika jumlah bagian total belum bulat, samakan penyebutnya.
4. Jika penyebut sudah sama dan jumlah bagian sudah bulat, jadikanlah masing-
masing ke bentuk persen agar lebih mudah dipahami.

11
Contoh:

Pak Yumnu meninggal dunia, Ia meninggalkan ahli waris , seorang istri, Ibu,
Ayah, satu anak laki-laki, dua anak perempuan dan tiga orang saudara laki-laki. Harta
peninggalannya Rp. 12. 400.000,-, hutang sebelum meninggal Rp. 100.000,-, wasiat
Rp. 100.000,- dan biaya perawatan jenazah Rp. 200.000,- . Berapa bagian masing-
masing?

Jawab :

- Harta peninggalan Rp. 14.400.000,-


- Kewajiban yang dikeluarkan :
1. Hutang Rp. 100.000,-
2. Wasiyat Rp. 100.000,-
3. Biaya perawatan Rp. 200.000,-
Jumlah Rp. 400.000,-
- Harta waris Rp. 14.400 – Rp. 400.000 = Rp. 12.000.000,-
- Ahli waris :
1. Istri = 1/8
2. Ibu = 1/6
3. Ayah = 1/6
4. Anak Laki-laki = Ashobah binafsih
5. Anak perempuan = Ashobah bil ghoiri
6. Saudara laki-laki = mahjub
- Perhitungan :
1. Istri 1/8 =3/24 x Rp. 12.000.000 = Rp. 1.500.000,-
2. Ibu 1/6 =4/24 x Rp. 12.000.000 = Rp. 2.000.000,-
3. Ayah 1/6 =4/24 x Rp. 12.000.000 = Rp. 2.000.000,-
Jumlah = Rp. 5.500.000,-
- Sisa = Rp. 12.000.000 – Rp. 5.500.000,- = Rp. 6.500.000,-

4. Anak laki-laki 2:1 = 2/3 x 6.500.000,- = Rp. 4.333.000


5. Anak perempuan 1/3 x 6.500.000 = Rp. 2.166.000

12
F. HIKMAH PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM

Berikut ini ada beberapa hikmah adanya pembagian waris menurut hukum islam:

a. Pembagian waris dimaksudkan untuk memelihara harta (Hifdzul Maal). Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan Syari’ah (Maqasidus Syari’ah) itu sendiri yaitu
memelihara harta.
b. Mengentaskan kemiskinan dalam kehidupan berkeluarga.
c. Menjalin tali silaturahmi antar anggota keluarga dan memeliharanya agar tetap
utuh.
d. Merupakan suatu bentuk pengalihan amanah atau tanggung jawab dari seseorang
kepada orang lain, karena hakekatnya harta adalah amanah Alloh SWT yang
harus dipelihara dan tentunya harus dipertanggungjawabkan kelak.
e. Adanya asas keadilan antara laki-laki dan perempuan sehingga akan tercipta
kesejahteraan sosial dalam menghindari adanya kesenjangan maupun
kecemburuan sosial.
f. Melalui sistem waris dalam lingkup keluarga.
g. Selain itu harta warisan itu bisa juga menjadi fasilitator untuk seseoranng
membersihkan dirinya maupun hartanya dari terpuruknya harta tersebut.
h. Mewujudkan kemashlahatan umat islam.
i. Dilihat dari berbagai sudut, warisan atau pusaka adalah kebenaran, keadilan, dan
kemashlahatan bagi umat manusia.
j. Ketentuan hukum waris menjamin perlindungan bagi keluarga dan tidak
merintangi kemerdekaan serta kemajuan generasi ke generasi dalam
bermasyrakat.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut bahasa mawaris adalah bentuk jama’ dari kata miiraas (‫)مي َْراث‬,
ِ yang berarti
harta yang diwariskan. Sedangkan secara istilah, berarti ilmu tentang pembagian harta
peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris disebut juga
ِ ِ‫)فَ َرائ‬. Kata faraidh dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari
ilmu faraidh (‫ض‬
َ ‫ )فَ ِر ْي‬yang berarti ketentuan, bagian atau ukuran. Dasar hukum islam berasal
faridhah ( ‫ضة‬
dari ketentuan syara yang telah tercantum jelas dalam al-quran dan sunah rasul ataupun
hadist yang telah di riwayatkan, dimana dasar yang digunakan dan dijelaskan secara rinci
tentang mawaris secara jelas dan rinci dalam al-quran surah An-Nisa. Jika hukum waris
Islam itu diamalkan dalam pembagian waris umat Islam, tentu akan mendatangkan hikmah
dan manfaat yang banyak.

B. SARAN

Tim Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Tim
Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat
diselesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Purnomowati, S.pd., Yuli. Modul Pendidikan Agama Islam, CV Hayati Tumbuh


Subur, Surakarta: 2014
Syamsuri., Drs. H. Pendidikan agama Islam Untuk SMA Kelas XII, Penerbit
Erlangga, Jakarta: 2007
http://www.jadipintar.com/2013/08/Tata-Cara-dan-Contoh-Pembagian-Waris-Secara-
Islam
http://rapendik.com/program/pengayaan-pembelajaran/religi/1217-cara-pembagian-
warisan-menurut-islam.html
http://biyotoyib.blogspot.com/2012/03/dasar-hukum-waris-islam.html

15

Anda mungkin juga menyukai