PEMBAHASAN
A. Pengkajian
a) Definisi Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis berupa pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang klien. Potter dan Perry (1997)
Pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok. Carpenito dan Moyet ( 2007 )
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
a. kebutuhan oksigen
………………………………………………………………….
b. kebutuhan cairan
…………………………………………………………………..
c. kebutuhan nutrisi
……………………………………………………………………
d. kebutuhan eliminasi
………………………………………………………………….
e. interaksi sosial
………………………………………………………………….
f. istirahat dan tidur
………………………………………………………………….
g. konsep diri
……………………………………………………………….
3. Health Deviation
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal masuk :
Ruang/Kelas :
Nomor Kamar :
A. IDENTITAS
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku/Bangsa :
6. Pendidikan :
7. Pekerjaan :
8. Status Perkawinan :
D. KEBUTUHAN
1. Pemeliharaan Kebutuhan Udara atau Oksigen
Gangguan pernafasan :
Alat bantu pernafasan :
Kondisi lingkungan :
Sirkulasi udara :
Letak tempat tinggal :
BAK :
a. Frekuensi :
b. Warna :
c. Masalah yang dirasakan :
Istirahat :
a. Waktu tidur :
b. Jumlah :
c. Insomnia :
E. PEMERIKSAAN FISIK
Tinggi badan :
Kondisi fisik :
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
USG :
CT SCAN :
RO :
G. TERAPI
2. Teori Pengkajian Virginia Henderson
Pada pengkajian ditekankan dalam hal “ Apakah klien mampu atau tidak
mampu melaksanakansetiap aspek hidup sehari-hari pasien? “. Saat pengkajian
perawat dan pasien mendiskusikan dan mengindentifikasi setiap aktifitas hidup sehar
– hari, pasien yang mampu dilaksanakan sendiri.
a. Bernafas
Yang perlu dikaji antara lain kemampuan pasien dalam melakukan ekspirasi dan
inspirasi.
d. Mobilisasi
Mengkaji kemamppuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-hari .
f. Berpakaian
g. Suhu Tubuh
h. Kebersihan Tubuh
i. Menghindari Bahaya
Melalui komunikasi antar perawat , pasien dan keluarga dapat dikaji mengenai
pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi
k. Bekerja
l. Bermain
m. Spiritual
n. Belajar
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : .........................................................................................
Umur : .........................................................................................
Agama : .........................................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................................
Status : ...........................................................................................
Pendidikan :............................................................................................
Pekerjaan : ............................................................................................
Suku Bangsa :............................................................................................
Alamat : ..........................................................................................
Tanggal Masuk : ...........................................................................................
Tanggal Pengkajian : ...........................................................................................
No. Register : .............................................................................................
Diagnosa Medis : ............................................................................................
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : ............................................................................................
Umur : .............................................................................................
Hub. Dengan Pasien : ...........................................................................................
Pekerjaan : .............................................................................................
Alamat : ..............................................................................................
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS :..........................................................................................................
Saat ini : ..........................................................................................................
1. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis :
a. Oksigenasi : Berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrisi : Untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi : Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat :Pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
e. Intergritas kulit : Pola fisiologis kulit.
f. Rasa/senses : Fungsi sensoris perceptual b.d panca indra.
g. Cairan dan elektrolit : Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis : Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.
i. Fungsi endokrin : Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress.
2) Pengkajian Konsep diri
Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan Ide
diri sendiri tentang fisik, perasaan, dan moral-etik.
3) Pengkajian Fungsi Peran.
Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain akibat dari
peran ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui
hubungan interoersonal terhadap individu dan kelompok.
2. Pengkajian Stimulus.
Stimulus yang berpengaruh :
Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim
kepercayaan.
Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.
Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor
keturunan.
Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri,
penyesuaian (modes fungsi peran, interdependensi.
Adaptive)
Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.
Pertimbangan lingkungan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal,
menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan.
Alkohol, dan merokok.
4. Pengkajian menurut Gordon ( Pola Fungsional Gordon )
Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan
Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS)
3. POLA ELIMINASI
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain
Aktivitas menyenangkan
Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual
menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan
tidak)
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau
berinteraksi)
Pentingnya keluarga
Pentingnya agama/spiritualitas
Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
- Keadaan Umum :
- Kesadaran :
- GCS
2. Rambut
Inspeksi : warna dan kebersihan
Palpasi : tekstur rambut kasar / halus
3. Kuku
Inspeksi : bentuk , kebersihan
(normal jika convex kuku dengan dasar kuku 160)
Palpasi : teksture kuku , warna setelah ditekan
2. Muka
Inspeksi : Ekspresi wajah , warna kulit , struktur muka (mata , hidung ,
mulut , telinga ) apakah simetris
Palpasi : Sinus wajah
3. Leher
Inspeksi : Warna kulit kuning langsat , kelaianan , bengkak , inspeksi
otot leher (sternocloidomastoid dan trapezius)
Palpasi : Apakah ada massa ?
Lymph nodes : Tidak terdapat pembesaran
kelenjar limfe
Larynx dan trachea : Letak trachea , apakah
ada pergeseran
Kelenjar thyroid : apakah ada pembesaran kelenjar
tyroid
Vena Jugularis : 5 – 2 cm h2O
e. Mata dan penglihatan
1. Alis mata
Inspeksi : apakah simetris , apakah berambut
2. Bulu mata : distibusi
3. Bola mata: ada eksoftalmus atau tidak
4. Aparatus lakrimalis : ada sumbatan atau tidak
5. Konjungtiva : warna ?
6. Sclera : warna ?
7. Pupil : isokor , refleks pupil miosis atau midriasis
8. Kemampuan untuk membedakan warna
9. Ketajaman penglihtan
10. Lapang pandang
3. Fungsi Pendengaran
Pasien mampu mendengar detik arloji
Gerakan tangan pada telinga pasien sama kuat untuk kedua telinga
-Test Garpu Tala
-Test Rinne
-Test Webber
-Test swabach
j. Abdomen
- inspeksi : warna, bentuk , pembengkakan , lesi , dan perdarahan
- Palpasi : nyeri tekan dan massa
- Auskultasi :
Frekuensi bunyi usus permenit ?
- Perkusi : Timpani
k. Genital
Wanita
- Kebersihan
- adakah oedema
- adakah radang dan kemerahan
- adakah nyeri
l. Rektum
Kebersihan , ada benjolan atau tidak
m. Eskstermitas Atas
- Bentuk simteris ? Apakah ada deformitas , bengkak ?
- Apakah ada sensassi : halus , tajam , panas , dingin ?
- Gerakan ROM : Fleksi , ekstensi , abduksi , adduksi , rotasi
- Kekuatan otot : Deltoid , Bisep , Trisep , Brachioradialis
n. Ekstermitas Bawah
- Bentuk simteris ? Apakah ada deformitas ?
- Apakah ada pembengkakan lipat paha ?
- Apakah ada simteris : halus , tajam , panas , dingin ?
- Gerakan ROM : Fleksi , akstensi , abduksi , adduksi , pergelangan kaki
.
- Refleks Pattela , Achiles dan Babinski
- Apakah ada nyeri daerah betis ?
b. Verbal
- Bicara terputus putus ?
- Bicara tidak jelas ? inkoheren ?
- Bicara cepat
c. Emosi : stabil atau labil
d. Konsep diri :
Gambaran diri
Identitas diri
Peran
Harga diri
Ideal diri
e. Interaksi sosial
Apakah pasien dapat berinteraksi dengan keluarga , perawat , maupun
pasien lain ?
f. Koping
g. Koping yang digunakan pasien pada saat menghadapi masalah / sakit ?
(mis : menangis , diam , menulis di buku harian ?)
2. Spiritual
- Apakah pasien merasa terganggu ibadahnya selama sakit
- Apakah perlu bimbingan pemuka agama ?
p. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
q. Therapi
a. Jenis Kegiatan Pengkajian
a) Pengkajian Awal
Dilaksanakan pada waktu klien masuk pelayanan kesehatan, tujuannya
adalah menetapkan data dasar tentang klien.
c) Pengkajian Kedaruratan
Ini di lakukan pada saat krisis fisiologi atau psikologis klien, tujuannya
mengidentifikasi masalah yang mengancam jiwa.
Contoh pengkajian cepat pada jalan nafas
1. Pengumpulan Data
Merupakan informasi yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu tentang
status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-
kebutuhan kesehatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala sesuatu
penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual, kemampuan
dalam mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan keperawatan yang
mengganggu kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang berkaitan dengan
rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien .
Jenis data yang dikumpulkan :
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang di dapat berdasarkan persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka ( Potter dan Perry 1997 ).
Data subjektif disebut juga data tertutup atau gejala. Misalnya rasa nyeri,
pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dan lain - lain.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang di dapat dari pengamatan, pengukuran,
pemerikasaan dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku). Misalnya :
perubahan warna kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan prilaku, dll.
Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
infoemasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. Klien yang
sadar dan menjawab pertanyaan secara cepat dapat memberikan informasi yang
paling akurat.
2. Sumber Data Sekunder
Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orangtua, suami
atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-
anak atau klien dalam kondisi tidak sadar.
3. Sumber Data Lainnya
1) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.
Catatan medis klien saat ini dan di masa lalu dapat menguatkan informasi
tentang pola kesehatan dan pengobatan masa lalau atau memberikan
informasi baru. Dengan menelaah catatan medis, perawat dapat
mengidentifikasi pola penyakit, respon terhadap pengobatan sebelumnya,
dan metode koping di masa lalu.
2) Riwayat Penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit
yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang
difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana
tindakan medis.
3) Konsultasi
Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan
spesialis, khusunya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam
merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat
diambil guna membantu menegakkan diagnosa.
4) Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan
perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah
kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostic dapat digunakan dalam
membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.
5) Perawat Lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat
harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien
sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
6) Kepustakaan
Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat
membaca literature yang berhubungan dengan masalah klien. Menelaah
tinjauan literature keperawatan, medis, farmakologis tentang penyakit sangat
membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan
tepat dan membantu melengkapi data dasar.
7) Pengalaman perawat
Keahlian perawat berkembang setelah pengujian dan pembaharuan proposisi,
pertanyaan, dan harapan berdasarkan prinsip. Contoh pada saya perawat
merawat klien dengan nyeri abdomen , itulah pelajaran yang di pelajari.
Karakteristik Data
Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien
yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selam 3 hari. Perawat harus
mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan
hal-hal sebagai berikut :
apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja?
apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis?
Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.
Akurat dan nyata
Dalam pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham. Untuk
mencegah hal tersebut, maka perawat harus berfifkir akurasi dan nyata untuk
membuktikan benar tidaknya apa yang telah di dengar, di lihat, di amati, dan
di ukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang
meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti
terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi
dengan perawat lain yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : “Klien
selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat
berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak
menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan
makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat
bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku
klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk
menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang
ditemukan pada saat pengkajian.
Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data
yang harus di kumpulkan sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi.
Kondisi yang seperti ini bisa di antisipasi dengan membuat data yang
komprehensif, tetapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data relevan sesuai
dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan
sesuai dengan situasi khusus.
Sama hal seperti komunikasi terapeutik wawancara memiliki fase atau tahap
dalam prakteknya, yaitu :
1. Persiapan
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, pearawat harus melakukan
persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai
prasangka buruk terhadap klien, karena akan mengganggu dalam membina
hubungan saling percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa
atau memberi kesempatan kapan klien sanggup. Pengaturan posisi duduk dan
teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa
guna memperlancar wawancara.
3. Fase kerja
Dengan berkembangnya wawancara, perawat mengajukan pertanyaan untuk
membentuk data dasar yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
rencana asuhan keperawatan, dengan hal yang harus diperhatikan :
Fokus wawancara adalah klien
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaanya.
Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan
terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual, dan
merasa diperhatikan.
4. Fase terminasi
Sepertinya halnya fase lain dalam wawancara, terminasi membutuhakan
keterampilan dari pihak pewawancara. Idealnya klien harus di beri isyarat
bahwa wawancara akan segera berakhir. Contoh , “ baik bapak satu
pertanyaan lagi ?”
2) Pengamatan ( Observasi )
3) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi di
lakukan untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik.
Palpasi
Palpasi di gunakan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini di
lakukan untuk mendetermasi ciri – ciri jaringan atau organ. Ada dua jenis
palpasi yaitu palpasi ringan ( di lakukan dengan cara ujung- ujung jari pada
satu atau dua tangan di gunakan secara simultan, palpasi dalam di lakukan
untuk merasakan secara abdomen.
Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi
adalah menentukan batas – batas organ atau bagian tubuh dengan cara
merasakan vibrasi yang di timbulkan akibat adanya gerakan di berikan ke
bawah jaringan.
Auskultasi
Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk
memperjelas pendengaran.
Prinsip Umum
KEPALA
Cara kerja :
A. Bola mata
Cara kerja :
D. Pemeriksaan pupil
Tanpa alat :
Beritahu pasien untuk memejamkan mata, dengan 2 jari tekan bola mata, catat
adanya ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri.
Dengan alat :
1. Siapkan alat ; snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari pasien.
2. Atur posisi pasien duduk / berdiri, beritahu pasien untuk menebak huruf
yang ditunjuk perawat.
3. Perawat berdiri disebelah kanan alat, pasien diminta menutup salah satu mata
(atau dengan alat penutup).
4. Kemudian minta pasien untuk menebak huruf mulai dari atas sampai bawah.
5. Tentukan tajam penglihatan pasien.
Tujuan :
Tekhnik pemeriksaan :
2. Test Garputala
Rinne Test
1. Getarkan garputala.
2. Letakkan pangkal garputala ditengah-tengah dahi pasien.
3. Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga lebih mendengar keras
(lateralisasi kanan/kiri). (normal : getaran didengar sama natara kanan dan
kiri)
Swabach Test
1. Getarkan garputala.
2. Letakkan ujung jari garputala pada lubang telinga pasien.
3. Kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan dengan
pemeriksa.
3. Test Audiometri
Pemeriksaan fungsi keseimbangan
1. Test Romberg
2. Test Fistula
3. Test Kalori
a. Kelenjar thyroid
Inspeksi :
Palpasi :
Pasien duduk dan periksa dibelakang, jari tengah dan kedua telunjuk tangan
ditempatkan pada ke dua istimus, raba disepanjang trachea mulai dari tulang krokoid
dan ke samping, catat : adanya benjolan, konsidstensi, bentuk, ukuran.
Auskultasi
Tempatkan sisi bell pada kelnjar thyroid, catat : adanya bising (normal : tidak
terdapat)
b. Trachea
Inspeksi :
Pemeriksa disamping kanan pasien, tempelkan jari tengah pada bagian bawah
trachea, raba keatas dan kesamping, catat : letak trachea, kesimetrisan, tanda oliver
(pada saat denyut jantung, trachea tertarik kebawah). (Normal : simetris ditengah)
Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan batas atas denyut vena jagularis,
beritahu psien merubah posisi ke duduk dan amati pulsasi denyut vena. ( normal :
saat duduk setinggi manubrium sternum )
Atau
Posisi penderita berbaring setengah duduk, tentukan titik nol ( titik setinggi
manubrium sternum ). Dan letakkan penggaris diatasnya, tentukan batas atas denyut
vena dengan penggaris. ( normal : tidak lebih dari 4 cm )
Tentukan letak denyut nadi carotis ( dari tengah leher geser kesamping ), letakkan sisi
bell stetoskop di daerah arteri carotis, catat adanya bising. ( normal: tidak ada bising )
Tujuan pemeriksaan :
A. Inspeksi
Cara kerja :
Abnormal :
- Biot : dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal :
meningitis.
5. Dari arah depan tentukan adanya peleberan vena dada, normalnya : tidak
ada.
B. Palpasi
Cara kerja :
Dengan posisi duduk merunduk, letakkan kedua tangan pada punggung bawah
scapula, tentukan : kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru.
4. Letakkan kedua dengan posisi tangan agak keatas, minta pasien untuk
bersuara (77), tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri.
Menurun : konsolidasi paru, pnemonia, TBC, tumor paru, ada massa paru.
C. Perkusi
Cara kerja:
Bawah : iga 6 MCL, iga 8 MAL, iga 10 garis scapularis, paru kiri lebih
tinggi.
Abnormal :
Meningkat : anak, fibrosis konsolidasi efusi, ascites
3. Lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat adanya perubahan
suara perkusi
Normal: sonor atau resonan ( dug )
Abnormal :
Cara kerja :
Suara tambahan :
Abnormal :
ronkhi : suara tambahan pada bronkus akibat himpunan lendur atau sekret
pada bronkus
krepitasi / ralles : berasal dari bronkus, alveoli, kavitas paru yang berisi
cairan ( seperti gesekan rambut atau meniup dalam air )
wheezing : suara seperti bunyi peluit, karena penyempitan bronkus dan
alveoli
A. Inspeksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Bentuk perkordial
2. Denyut pada apex cordis
3. Denyut nadi di daerah lain
4. Denyut vena
Cara kerja :
1. Buka pakaian pasien dan atur posisi terlentang, kepala ditinggikan 15-30 cm.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan setinggi bahu pasien.
3. Motivasi pasien tenang dan bernafas biasa.
4. Amati dan catat bentuk percordial jantung.
a. Normal : datar dan simetris pada kedua sisi.
b. Abnormal : cekung, cembung (bulging precordial)
6. Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal, trikuspidalis, dan ephygastrik.
a. Normal : hanya pada derah ictus.
7. Amati dan catat pulsasi denyut vena jagularis.
a. Normal : tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena hanya
dapat dilihat pada vena jagularis internal dan eksternal.
B. Auskultasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Bersifat tunggal
b. Terbelah atau terpisah dikondisikan atau (normal splitting)
Splitting BJ 1 fisiologik
Normal : splitting BJ1 yang terdengar saat ”Ekspirasi maksimal, kemudian nafas
ditahan sebentar”.
Abnormal :
Cara kerja :
C. Palpasi
Cara kerja :
1. Dengan menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan ringan, palpasi daerah
aorta, pulmo dan triskuspidalis.
Catat : adanya pulsasi titk norma-tidak ada pulsasi.
2. Geser pada daerah mitral, catat : pulsasi, tentukan letak, lebar, adanya thrill,
liht/heave.
Normal-terba di ICS V MCL selebar 1-2cm (1 jari)
D. Perkusi
Cara kerja :
1. Lakukan perkusi mulai intercosta 2 kiri dari lateral (ant.axial line) menuju medial,
catat perubahan perkusi redup
2. Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6, lakukan perkusi dan catat
perubahan suara perkusi redup.
3. Tentukan batas-batas jantung
1. Posisi pasien duduk, pakaian atas dibuka, kedua tangan rileks disisi tubuh.
2. Mulai inspeksi bentuk, ukuran dan kesimetrisan payudara
Normal : bulat agak simetris, kecil/sedang/besar
5. Buka lengan pasien, amati ketiak, catat : lesi, benjolan dan tanda radang.
Palpasi
Cara kerja :
1. Lakukan palpasi pada aerola, catat : adanya keluaran , jumlah, warna, bau,
konstitensi dan nyeri.
2. Palpasi daerah ketiak terutama daerah limfe nodi, catat : adanya benjolan,
nyeri tekan.
3. Lakukan palpasi payudara dengan 3 jari tangan memutar searah jarum jam
kearah areola. Catat : nyeri dan adanya benjolan.
4. Bila ada benjolan tentukan konsistensi, besar, mobilisasinya.
5. Pemeriksaan Abdomen
A. Inspeksi
Cara kerja :
Abnormal :
Abnormal :
Abnormal :
B. Auskultasi
Cara kerja :
C. Perkusi
Cara kerja :
1. Lakukan perkusi dari kuadran kanan atas memutar searah jarum jam, catat
adanya perubahan suara perkusi :
Normalnya : tynpani, redup bila ada organ dibawahnya ( misal hati )
Abnormal :
Hypertympani – terdapat udara
Pekak – terdapat cairan
2. Lakukan perkusi didaerah hepar untuk menentukan batas dan tanda
pembesaran hepar.
Cara :
Lakukan perkusi pada MCL kanan bawah umbilicus ke atas
sampai terdengar bunyi redup, untuk menentukan batas bawah
hepar.
Lakukan perkusi daerah paru kebawah, untuk menentukan batas
atas.
Lakukan perkusi disekitar daerah satu dan dua untuk menentukan
batas-batas hepar yang lain.
D. Palpasi
Cara kerja :
1. Beritahu pasien untuk bernafas dengan mulut, lutut sedikit fleksi.
2. Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan ringan, pada seluruh daerah
perut.
3. Tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan, dan adanya masa superficial
atau masa feces yang mengeras
4. Lanjutkan dengan pemeriksaan organ.
HATI
LIEN
6. Pemeriksaan Muskuloskeletal
OTOT
Cara kerja :
Penilaian:
TULANG
Cara Kerja :
PERSENDIAN
Cara kerja :
1. Ispeksi sendi terhadap tanda radang, dan palpasi adanya nyeri tekan
2. Palpasi dan gerakan sendi, catat : krepitasi, adanya kekakuan sendi dan nyeri
gerak
3. Tentukan ROM sendi : Rotasi, flleksi, ekstensi, pronsi/supinasi, protaksi,
inverse / eversi.
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Angkat Tungkai Lurus
Angkat tungkai pasien, luruskan sampai timbul nyeri, dorsofleksikan tungkai kaki
7. Pemeriksaan Integumen
KULIT
A. Inspeksi
1. Warna kulit
Abnormal : cyanosis/pucat
2. Tekstur kulit
Normal : tegang dan elastis (dewasa), lembek dan kurang elastis (orang tua)
1. Bentuk Lesi
B. Palpasi
2. Suhu
Normal : Hangat
3. Turgor kulit
Normal : baik
5. Adanya nyeri
Pemeriksaan Khusus
AKRAL
CR (Capilari Refill)
Tekan ujung jari beberapa detik, kemudian lepas, catat perubahan warna
ODEM
Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya lekukan (pitting)
KUKU
8. Pemeriksaan Persyarafan
1. Sensasi Taktil
1. Reflek Babinski
Posisi penderita telentang
Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki : dari bawah lateral,
keatas menuju ibu jari kaki.
Amati gerakan jari-jari kaki
Hasil :
Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang meregang
Abnormal : terjadi gerakan mencekeram jari-jari kaki
3. Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengan dan jari telunjung di
sepanjang os tibia/cruris + sama dengan babinski
7. Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal + sama dengan babinski
9. Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada
sendi interfalangeal.
2. Tanda Kernig
- posisi pasien berbaring
- Angkat kaki, dan luruskan kaki pada lututnya
Hasil :
Normal : Kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut minimal 120 derajat
Abnormal(+) : terjadi tahanan < 120 dan nyeri pada paha
3. Buzinsky 1
Posisi pasien berbaring
Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat
Perhatikan gerakan tungkai kaki
Hasil : + bila terjadi fleksi tungkai, bersamaan dengan fleksi kepala
4. Buzinsky 2
Posisi pasien berbaring
Lakukan fleksi pada lutut kaki
Amati kaki sebelahnya
Hasil : + bila kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi
4) Studi Dokumentasi
2. Orientasi data
Orientasi data adalah sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk
keteraturan pengumpulan data dan pencatatan hasil pengelompokan data. Kerangka
kerja membantu sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara,
pemeriksaan fisik, mencegah tidak tercantumnya informasi yang berhubungan, dan
memudahkan dalam analisa data pada tahap perumusan diagnosa keperawatan.
3. Validasi data
Validasi data adalah perbandingan data subjektif dan data objektif yang
dikumpulkan dari sumber primer(klien) dan sekunder( misal: catatan kesehatan)
dengan standar nilai normal yang diterima. Suatu standar atau nilai merupakan aturan
atau ukuran yang lazim dipakai.
4. Analisa data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep,
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Dasar analisis :
1. Anatomi – fisiologi
2. Patofisiologi penyakit
3. Mikrobiologi – parasitologi
4. Farmakologi
5. Ilmu perilaku
6. Konsep-konsep (manusia, sehat-sakit, keperawatan, dll)
7. Tindakan dan prosedur keperawatan
8. Teori-teori keperawatan.
Fungsi analisis :
1. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data
yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan
kebutuhan klien
2. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif
pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan,
sebelum melakukan tindakan keperawatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Definisi
Definisi secara umum : Pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten
untuk mengatasinya.
1) Abdellah ( 1957 )
Diagnosa Keperawatan adalah penentuan sifat dan keluasan masalah keperawatan
yang ditunjukkan oleh pasien individual atau keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
2) Durand Prince ( 1966 )
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan tentang konklusi yang dihasilkan dari
pengenalan terhadap pola yang berasal dari penyelidikan keperawatan dari pasien.
4) Bircher ( 1975 )
Diagnosa Keperawatan adalah suatu fungsi keperawatan yang mandiri. Suatu evaluasi
tentang respon personal klien terhadap pengalaman kemanusiaannya sepanjang siklus
kehidupan, apakah respon merupakan krisis perkembangan atau kecelakaan, penyakit,
kesukaran, atau stress lainnya.
5) Gordon ( 1976 )
Diagnosa Keperawatan adalah masalah kesehatan actual atau potensial dimana
perawat, dengan pendidikan dan pengalamannya, mampu mempunyai izin untuk
mengatasinya.
6) Aspinall ( 1976 )
Diagnosa Keperawatan adalah suatu proses kesimpulan klinis dari perubahan yang
teramati dalam kondisi fisik atau fisiologis pasien ; jika proses ini terjadi secara
akurat dan rasional, maka proses tersebut akan mengarah pada indentifikasi pada
kesimpulan.
7) Roy ( 1982 )
Diagnosa Keperawatan adalah frase singkat atau istilah yang meringkaskan kelompok
indikator penting (empiris) yang mewakili pola keutuhan manusia.
8) Carpenito ( 1987 )
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual atau potensial) dari individu atau
kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat dapat
mengintruksikan intervensi definitif untuk mempertanyakan keadaan sehat atau untuk
mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
9) Nanda ( 1990 )
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial.
Diagnosa Keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dimana perawat bertanggunggugat.
1) Aktual
Suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang harus
divalidasi perawat karena adanya batasan karakterisitik mayor.
Syarat : Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur “PES”.
P yaitu Problem, E yaitu Etiologi, dan S yaitu Symptom. Symptom (S) harus
memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman
diagnosa NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek selama 5 hari.
2) Resiko
Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana in dividu atau
kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding orang lain dalam situasi yang
sama atau serupa.
Syarat:Menegakkan resiko diagnosa keperawatan ada unsur PE (problem and
etiologi) penggunaan istilah “resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat
keparahan/kerentanan terhadap masalah.
Diagnosa : “resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menurus”.
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetepi kurang data yang cukup
mendukung (defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan,
maka dapat dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.
3) Kemungkinan
Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang menjelaskan masalah
yang diduga memerlukan data tambahan.itu adalah un beruntung bahwa banyak
perawat telah disosialisasikan untuk menghindari muncul tentatif. dalam pengambilan
keputusan ilmiah, pendekatan tentatif bukanlah tanda kelemahan atau keraguan, tetapi
merupakan bagian penting dari proses. perawat harus menunda diagnosis akhir
sampai ia atau dia telah mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang
diperlukan untuk tiba pada suatu conclusion.physicians ilmiah menunjukkan
kesementaraan dengan aturan pernyataan keluar (R / O). Perawat juga harus
mengadopsi posisi tentatif sampai mereka telah menyelesaikan pengumpulan data dan
evaluasi dan dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan.
Syarat: menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon
(problem) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
Diagnosa: kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terilosasi berhubungan
dengan diare.
Keperawatan dituntut untuk berfikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan
yang berhubungan dengan konsep diri.
Manfaat diagnosa keperawatan syndrom adalah agar perawat selalu waspada dan
memerlukan keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan
keperawatan.
a) Problem (Masalah)
b) Etiologi (Penyebab)
Etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status
kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi
fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual, dan faktor-faktor lingkungan yang
dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab atau faktor resiko.
Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan
klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi
keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan
keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes
mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak
baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) di diagnosa dengan
“ketidaktaatan”. Katakanalah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya
pengetahuan klien dan tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara
mengatasi diabetes melitus dan tidak berhasil jika penyebab ketidaktaatan tersebut
karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsur PSMM
P = Patofisiologi dari penyakit
S = Situational (keadaan lingkungan perawatan)
M = Medication ( pengobatan yang diberikan)
M = Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
1) Patofisiologi
Semua proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung
masalah, misalnya masalah “powerlessness”
Penyebab yang umum:
a) ketidakmampuan berkomunikasi ( CV A, intubation)
b) ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri,
IMA)
c) ketidakmampuan memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan
arthritis)
3) Medication (treatment-related)
Keterbatasan institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada
kerahasiaan.
4) Maturational
Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil, orangtua
Dewasa: tekanan karir, dan tanda-tanda pubertas
Elderly: kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, faktor lain)
c) Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan.
Memerlukan kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut tidak pernah di
keramas. “saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan barang”.
1) Kebutuhan fisiologis
meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan
kulit, mobilitas, eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian,
bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai
meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok,
hubungan antar manusia.
4) Kebutuhan harga diri
meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
5) Kebutuhan masalah aktualisasi diri
meliputi kepuasan terhadap lingkungan.
B. TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan rencana keperawatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan administratif dan
tujuan klinik (Carpenito, 2000)
1. Tujuan administrative
a. Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok.
b. Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi kesehatan yang lain.
c. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan.
d. Untuk menyediakan klriteria klasifikasi klien.
2. Tujuan klinik
a. Menyediakan suatu pedoman penulisan.
b. Mengkomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
c. Menyediakan kriteria hasil sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
d. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
C. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
1. Menentukan prioritas
Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu sistem untuk menentukan
diagnosa yang akan diambil pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan
adalah hierarki “kebutuhan manusia”(Lyer et al., 1996)
Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok diagnosa keperawatan dan masalah
kolaburatif, perawat dapat memprioritaskan peralatan yang diperlukan.
Perbedaan antara prioritas diagnosa dan diagnosa yang penting menurut
Capernito(2000) adalah :
a. Prioritas diagnosa adalah diagnosa keperawatan atau maslah keperawatan, jiak
tidak diatasi saat ini, akan berdampak buruk terhadap keadaan fungsi dan status
kesehatan.
b. Diagnosa yang terpenting adalah diagnosa keperawatan atau masalah kolaburatif
dimana intervensi dapat ditunda utnuk beberapa saat tanpa bedampak terhadap status
fungsi kesehatan.
Beberapa hirarki yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan
adalah :
1) Hirarki Maslow
Maslow(1943) menjelaskan kebuthan manusia dibagi menjadi lima tahapan yaitu :
a. Fisiologis
b. Rasa aman dan nyaman
c. Sosial
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis biasanya menjadi prioritas utama bagi klien dibanding
kebutuhan yang lain.
2) Hirarki Kalish
Kalish(1983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan maslow dengan berbagai macam
perkembangan, yaitu :
a. Kebutuhan bertahan hidup : makanan, udara, air, suhu, istirahat, eliminasi,
penghindaran nyeri.
b. Kebutuhan stimuli : seks, aktivitas, eksplorasi, manipulasi, kesenangan baru.
c. Kebutuhan keamanan : keselamatan, keamanan, kedekatan.
d. Mencintai, memiliki, kedekatan
e. Penghargaan, harga diri.
f. Aktualisasi diri.
2. Menetapkan Tujuan
Tujuan perawatan merupakan pedoman yang luas/umum dimana pasien diharapkan
mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.
5. Perencanaan Pulang
Perawat juga harus mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang bagi pasien,
khususnya pemulangan dari fasilitas perawatan kesehatan. Perencanaan
pulang/discharge planning dimulai/direncanakan disaat pasien memasuki tatanan
perawatan kesehatan.Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan kesinambungan
perawatan dan untuk menentukan tempat pemulangan yang diantisipasi, misalnya
rumah atau fasilitas keperawatan yang terlatih.
Perawat bertanggung jawab untuk :
a. merencanakan kesinambungan perawatan antara personal keperawatan antara
pelayanan dalam tatanan keperawatan dan antara tatanan keperawatan dan komunitas.
b. Memulai rujukan ke pelayanan komunitas lainnya dan memberikan arahan yang
diperlukan bagi pasien/keluarga yang sedang belajar utnuk mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan keadaan sehat.
6. Dokumentasi
Dokumentasi rencana tindakan keperawatan merupakan penulisan encana tindakan
keperawatan dalam suatu bentuk yang bervariasi guna mempromosikan perawatan
yang meliputi : perawatan individu, perawatan yang kontinyu, komunikasi, dan
evaluasi(Bower, 1982)
b) Menetapkan Tujuan
Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan
perawatan kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan
dengan klien untuk setiap diagnosa keperawatan (Gordon,1994). Maksud dari
penulisan tujuan dan hasil yang diperkirakan ada dua.Pertama, tujuan dan hasil yang
diperkirakan memberikan arahan untuk intervensi keperawatan yang
individual.Kedua, tujuan dan hasil yang diperkirakan untuk menentukan keefektifan
intervensi.Bulechek & McCloskey (1985), mendefinisikan tujuan sebagai “petunjuk
untuk pemilihan intervensi keperawatan dan kriteria dalam evaluasi intervensi
keperawatan”.Tujuan harus tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus
mencakup pencegahan dan rehabilitasi.
1. Dua tipe tujuan dikembangkan untuk klien : yaitu tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang.
1) Tujuan jangka pendek adalah sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode
waktu yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu (Carpenito, 1995).
Untuk menentukan hasil yang diharapkan, ada beberapa pedoman yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Faktor yang berpusat pada klien
Karena asuhan keperawatan diarahkan dari diagnose keperawatan, maka tujuan dan
hasil yang diperkirakan difokuskan pada klien. Pernyataan ini mencerminkan perilaku
dan respons klien yang diperkirakan sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
b. Faktor Tunggal
Setiap penetapan tujuan atau hasil yang diperkirakan harus menunjukkan hanya satu
respons perilaku.Kemanunggalan ini memberikan metoda yang lebih tepat untuk
mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan.
f. Faktor Mutual
Penetapan tujuan dan hasil yang diharapkan secara mutual memastikan bahwa klien
dan perawat setuju mengenai arah dan batasan waktu dari perawatan. Penetapan
tujuan secara mutual dapat meningkatkan motivasi dan kerja sama klien.
g. Faktor realistik
Tujuan dan hasil yang diharapkan yang singkat dan realistic dapat dengan cepat
memberikan klien dan perawat suatu rasa pencapaian. Sebaliknya, rasa pencapaian ini
dapat meningkatkan motivasi dan kerja sama klien. Ketika menetapkan tujuan dan
hasil yang diharapkanyang realistik, perawat, melalui pengkajian, harus mengetahui
sumber-sumber fasilitas perawatan kesehatan, keluarga, dan klien.
a. Intervensi perawat
Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan
dan diagnose keperawatan klien.Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan autonoomi
berdasarkan rasional ilmiahyang dilakukan untuk keuntungan klien dalam cara yang
diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien”
(Bulechek & McCloskey, 1994). Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau
arahan dari orag lain. Sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan
klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan higiene adalah tindakan keperawatan mandiri.Intervensi perawat
tidak membutuhkan instruksi dari dokter atau profesi lainnya.
b. Intervensi dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respons dokter terhadap diagnose medis, dan
perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter (Bulechek & McCloskey, 1994).
Memberikan medikasi, mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti
balutan, dan menyiapkkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh-contoh
dari intervensi tersebut.Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal
keperawtan bagi perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini,
tetapi intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagoi perawat untuk
menyelesaikan insruksi tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan
tindakan.Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab keperawatan spesifik
dan pengetahuan keperawatan tehnik spesifik.
c. Intervensi kolaborasi
Intervensi kolaborasi adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
dan keahlian dari berbagai professional perawatan kesehatan.Intervensi perawat,
dokter dan kolaborasi membutuhkan penilaian keperawatan yang kritis dan
pembuatan keputusan.Ketika menghadapi intervensi dokter, atau intervensi
kolaboratif, perawat tidak secara otomatis mengimplementasikan terapi, tetapi harus
menentukan apakah intervensi yang diminta sesuai untuk klien.
Pemilihan intervensi
3) Dasar riset
5) Keterterimaan klien
Rencana tindakan harus selalu dengan tujuan klien dan nilai perawatan
kesehatan klien.
Tujuan keperawatan yang diputuskan secara mutual.
Klien harus mampu melakukan perawatan diri atau mempunyai orang yang
dapat membantu dalam perawatan kesehatan tersebut.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Selama fase awal implementasi, lakukan pengkajian ulang pada klien untuk
menentukan apakah tindkaan keperawatan yang diajukan masih sesuai dengan
kondisi klien. Implementasi asuhan keperawatan membutuhkan tambahan
pengetahuan, keterampilan keperawatan, dan sumber daya personel. Sebelum
memulai intervensi, pastikan klien merasa nyaman secara fisik dan psikologis. Untuk
mengantisipasi dan mencegah komplikasi, perawat mengenali resiko pada klien,
menyesuaikan intervensi dengan situasi, mengevaluasi keuntungan terapi
dibandingkan resikonya dan memulai tindakan pencegahan resiko. Implementasi
intervensi keperawatan yang berhasil membutuhkan keterampilan kognitif,
interpersonal, dan psikomotor.
Tahap I : Persiapan
· Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensi tindakan
Tahap II : Intervensi
· Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dari doktek atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan independen
keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu tindakan diagnostik, tindakan
terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan merujuk.
1) Sources-Oriented records
2) Problem-Oriented records
3) Computer-Assissted records.
Pertimbangan Dalam Implementasi Tindakan Keperawatan
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain :
a) Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
b) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki,
penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian
terhadap penyakit dan intervensi.
c) Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
d) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
e) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
f) Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan
kepada klien.
C. EVALUASI
1. Pengertian
Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan
untuk tujuan yang telah ditetapkan ( potter & perry, 2005). Evaluasi diartikan sebagai
: selalu menjaga suatu tujuan ketika muncul hal-hal baru dan memerlukan
penyesuaian perencanaan ( Steven, F., 2000).
2. Tujuan evaluasi
a. Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasien dan
perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses perawatan, sehingga dapat
melakukan penyesuaian tepat pada waktunya.
b. Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasien dan
perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses perawatan, sehingga dapat
melakukan penyesuaian tepat pada waktunya.
3. Macam Evaluasi ( Sumber: Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC)
Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data denagn teori), dan perencanaan.
Evaluasi sumatif
3. Komponen evaluasi
Ketika tujuan telah dipenuhi sebagian atau ketika tujuan belum terpenuhi, dua
kesimpulan yang dapat ditarik:
1) Rencana perawatan yang mungkin perlu direvisi, karena masalahnya adalah
sebagian dapat diselesaikan. revisi mungkin perlu terjadi selama fase menilai,
mendiagnosis, atau perencanaan, serta pelaksanaan.
2) Rencana perawatan tidak perlu revisi, karena klien membutuhkan waktu lebih
untuk mencapai tujuan sebelumnya.
3) Memodifikasi rencana asuhan dan mengakhiri rencana keperawatan
REFERENSI :
Carpenito,L.J (2004), Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. (10 th
edition).Philadelphia: J.B Lippincot Company.
Kozier, Erb. Berman. Snyder. (2004). Fudamental of nursing: Concepts,
process, and practice.
Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc.
http://www.tadikaislam.com/forum/index.php?action=vthread&forum=1&topic=4
Potter & Perry (2005). Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: EGD.
Philadelphia: J.B Lippincot Company.
Carpenito,L.J (2001), Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGD