Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Soal :
Jelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Berbagai contoh sumber belajar pada zaman batu?
2. Peranan guru sebagai sumber belajar utama?
3. Sumber belajar tulis dan cetak?
4. Sumber belajar yang berasal dari produk teknologi komunikasi?

Jawaban :
1. Berbagai contoh sumber belajar pada zaman batu, yaitu:
Zaman Prasejarah merupakan babak baru dalam sejarah yang merupakan suatu periode
di mana keberadaan manusia masih belum dicatat dalam sejarah, sehingga disebut juga zaman
praaksara atau zaman Nirleka. Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka
adalah zaman tidak adanya tulisan. Perkembangan kebudayaan manusianya bisa dilacak
berdasarkan keberadaan fosil dan artefak.
Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal
ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya
tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Gambar berikut: Hubungan zaman praaksara dan zaman sejarah

Berdasarkan peninggalan arkeolognya Pembabakan masa prasejarah Indonesia


telah dimulai sejak 1920an oleh beberapa penliti asing seperti P.V. van Stein Callefels,
A.N.J. Van Der Hoop, dan H.R. Van Heekern. Oleh para ahli, pembabakan masa
prasejarah Indonesia didasarkan pada penemuan-penemuan alat-alat yang digunakan
manusia prasejarah (teknologi) dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada umumnya,
alat-alat yang ditemukan terbuat dari batu dan logam. Oleh karena itu, para hali
arkeologi dan paleontologi membagi masa prasejarah Indonesia ke dalam dua zaman,
yaitu zaman batu dan zaman logam.
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia
umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat
dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode
Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan),
maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa, yaitu:

1) Batu Tua/Palaeolithikum
Merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan
belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

a. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-


variannya seperti kapak perimbas & kapak penetak
b. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang)
2) BatuTengahMadya/Mesolithikum
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik
dan lebih halus dari zaman batu tua.

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti
dapur & moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah
dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger
merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di
sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan.
Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga
perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu
pipisan
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat
tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia.
Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu
penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam
3) Batu Muda atau Neolitikum
Zaman batu muda ditandai dengan terjadinya revolusi kebudayaan, yaitu
timbul dan berkembangnya pertanian/bercocok tanam dan berternak dalam
masyarakat. Pada masa ini alat sudah diupam dengan halus, berkembang
teknologi gerabah, astronomi, dan sistem perdagangan. Kebudayaan yang
berkembang pada masa ini adalah kebudayaan kapak lonjong, kapak persegi,
dan kebudayaan megalitik. Alat yang dihasilkan pada masa ini antara lain
beliung persegi, kapak lonjong, alat obsidian, mata panah, gerabah, alat
pemukul kulit kayu serta perhiasan. Hasil dari kebudayaan megalitik antara lain
punden berundak, menhir, dolmen, kalamba, sarkofagus, waruga, batu kandang,
serta batu lumpang.

Pada zaman praguru, sumber belajar utamanya adalah orang dalam lingkungan
keluarga atau kelompok karena sumber belajar lainnya dianggap belum ada atau
masih sangat langka (Sadiman, 1989: 143). Bentuk benda yang digunakan
sebagai sumber belajar antara lain adalah : batu-batu, debu, daun-daunan, kulit
pohon, kulit binatang dan kulit karang. Isi pesan itu sendiri ada yang disajikan
dengan isyarat verbal dan ada yang menggunakan tulisan. Perbedaan ini terletak
pada tingkat kemajuan peradaban masing-masing suku bangsa itu sendiri.
Sumber belajar jumlahnya langka, sedangkan pencari pengetahuan jumlahnya
lebih banyak, maka pengetahuan diperoleh dengan coba-coba sendiri. Oleh
sebab itu kondisi pendidikan masih sederhana dan berada di bawah kontrol
keluarga dan anggota masyarakat, pendidikan masih tertutup, rumusan tujuan
pembelajaran tidak dirumuskan dalam kurikulum. Sehingga tidak ada
keteraturan isi pembelajaran

2. Peranan guru sebagai sumber belajar utama

Pola komunikasi dalam belajar yang utama dipergunakan adalah komunikasi


langsung antara guru dengan peserta didik. Hasil belajar sangat tergantung oleh kualitas
guru, karena guru merupakan sumber belajar utama. Sumber lain seolah-olah tidak ada
peranannya sama sekali, karena frekuensi belajar didominasi dengan interaksi yang
dilakukan oleh guru.
Pemanfaatan sumber belajar selain guru, sangat selektif dan sangat ketat di
bawah petunjuk dan kontrol guru. Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru
mempunyai tanggung jawab membantu peserta didik belajar agar belajar lebih mudah,
lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan
khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar.

Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39), guru harus mampu:


a. Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
b. Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar.
c. Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran.
d. Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku.
e. Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber.
f. Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar.
g. Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan
pembelajarannya.
h. Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.

Di samping kemampuan di atas, guru perlu :


1. mengetahui proses komunikasi dalam proses belajar, yang bahannya diperoleh
dari teori komunikasi dan psikologi pendidikan,
2. mengetahui sifat masing-masing sumber belajar, baik secara fisik maupun
sifat-sifat yang ditimbulkan oleh faktor lain yang mempengaruhi sumber
belajar tersebut,
3. memperolehnya, yaitu tahu benar dimana lokasi suatu sumber dan bagaimana
cara memberikan pelayanannya.

Sardiman (2011: 143-144) menyebutkan bahwa terdapat beberapa pendapat yang


menjelaskan mengenai peranan guru sebagai sumber belajar utama, antara lain adalah:

 Prey Katz yang menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat


yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi
dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta
nilai-nilai, dan sebagai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
 Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai dalam
hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai kolega
dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam
hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan
pengganti orang tua.
 James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa.
 Federasi dan Organsasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa
peranan guru di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga
berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
 Peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Peran guru sebagai agen pembelajaran dalam meningkatkan
mutu pendidikan melalui peningkatkan kualitas pembelajaran antara lain
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik (Pasal 4 UU No 14/2005).

3. Sumber belajar tulis dan cetak, yaitu:


Sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi tujuan pembelajaran. Menurut AECT (1977) sumber belajar adalah semua
sumber (data , dan orang) yang dapat digunakan oleh pengajar baik secara terpisah
maupun dalam bentuk gabungan.
Secara historis, istilah media cetak muncul setelah ditemukannya alat pencetak
oleh Johan Gutenberg pada tahun 1456. Kemudian dalam bidang percetakan
berkembanglah produk alat pencetak yang semakin modern dan efektif
penggunaannya. jumlah cukup, cepat tertinggal.

Contoh sumber belajar cetak:


1. Sketsa adalah gambar sederhana
2. Gambar adalah bahasa bentuk/rupa yang umum
3. Grafik adalah pemakaian lambang visual untuk menjelaskan suatu
perkembangan suatu keadaan
4. Bagan merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang
sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan
5. Poster merupakan perpaduan antara gambar dan tulisan untuk menyampaikan
informasi, saran, seruan, peringatan, atau ide-ide lain
6. Kartoon dan karikatur adalah gambaran tentang seseorang, suatu buah pikiran
atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu
7. Peta datar adalah penyajian visual yang merupakan gambaran datar dari
permukaan bumi.
8. buku pelajaran. Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu
penyajian dalam bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang
suatu cabang ilmu pengetahuan atau bidang studi tertentu. Manfaat buku
pelajaran adalah: sebagai alat pelajaran individual, sebagai pedoman guru
dalam mengajar, sebagai alat mendorong murid memilih teknik belajar yang
sesuai, sebagai alat untuk meningkatkan kecakapan guru dalam
mengorganisasi bahan pelajaran. Keuntungan penggunaan buku pelajaran
adalah:ekonomis, komprehensif dan sistematis, mengembangkan sikap
mandiri dalam belajar.
9. Surat kabar dan Majalah: ensiklopedi, buku suplemen, dan pengajaran
berprogram. Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi masa dalam
bentuk cetak yang tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya
terhadap masyarakat pembaca pada umumnya. Ditinjau dari segi isinya, surat
kabar atau majalah dapat dibedakan menjadi surat kabar dan majalah umum
dan surat kabar dan majalah sekolah. Fungsi surat kabar dan majalah adalah:
mengandung bahan bacaan hangat dan aktual, memuat data terakhir tentang
hal yang menarik perhatian, sebagai sarana belajar menulis artikel, memuat
bahan kliping yang dapat digunakan sebagai bahan display untuk papan
tempel, memperkaya perbendaharaan pengetahuan, meningkatkan
kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi.
10. Ensiklopedi. Ensiklopedi atau kamus besar yang memuat berbagai
peristilahan ilmu pengetahuan terbaru akan menjadi sumber belajar yang
cukup penting bagi siswa. Ensiklopedi merupakan sumber bacaan penunjang.
Tugas guru adalah memberikan motivasi dan petunjuk yang tepat kepada
siswa agar para siwa menggunakan ensiklopedi sebagai bacaan penunjang
pelajaran.
11. Buku suplemen. Buku suplemen dapat berfungsi sebagai bahan pengayaan
bagi anak, baik yang berhubungan dengan pelajaran maupun yang tidak.
Buku suplemen dapat menambah bekal kepada anak untuk memantapkan
aspek-aspek kepribadiannya. Yang termasuk buku suplemen adalah karya
fiksi dan non fiksi. Keberadaan buku suplemen dapat memberikan peluang
kepada anak untuk memenuhi minat-minat individual mereka. Melalui buku
suplemen dalam format-farmat yang lebih kecil dan menarik anak-anak akan
menambah perbendaharaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru
yang cukup menunjang kemantapan kepribadiannya. Misalnya, menambah
rasa percaya diri sendiri, bagaimana menjadi pribadi yang menarik, atau
belajar karate tanpa guru.
12. Pengajaran berprogram. Pengajaran berprogram adalah salah satu sistem
penyampaian pengajaran dengan media cetak yang memungkinkan siswa
belajar secara individual sesuai dengan kemampuan dan kesempatan
belajarnya serta memperoleh hasil sesuai dengan kemampuannya juga.
Menurut jenisnya, pengajaran berprogram dibedakan atas dua, yaitu program
linier dan program bercabang.
13. MajalahDinding. Sumber belajar ini layak dipertimbangkan terutama bagi
pembelajaran Bahasa Indonesia/Inggris. Mading dapat menjadi sarana
penyebar informasi atau pengetahuan dari hasil karya siswa baik berupa
karangan, puisi, cerpen dll. Di samping iu mading bisa menjadi motivasi bagi
siswa untuk senang membaca, terdorong berkarya sekaligus bisa saling
belajar atau menilai antar karya satu dengan yang lainnya.
14. Komik. Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar yang
lucu. Buku komik menyediakan ceritera-ceritera yang sederhana, mudah
ditangkap dan dipahami isinya, sehingga sangat digemari baik oleh anak-
anak maupun orang dewasa. Menurut fungsinya, komik dibedakan atas
komik komersial dan komik pendidikan.
15. Flip Chart. Peta/flip cahrt adalah lembaran kertas yang berisikan bahan
pelajaran, yang tersusun rapi dan baik. Penggunaan ini adalah salah satu cara
guru dalam menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis. Lembaran
kertas yang sama ukurannya dijilid jadi satu secara baik agar lebih bersih dan
baik. Penyajian informasi ini dapat berupa: (1) gambar-gambar, (2) huruf-
huruf, (3) diagram, dan (4) angka-angka.

4. Sumber belajar yang berasal dari produk teknologi komunikasi?

Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa
mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi
pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan
perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977)
kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada
hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang
terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).

Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan


efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab
teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat
dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk
teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio,
televisi, proyektor, OHP dan sebagainya. Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan
bersifat abstrak.

1). Telepon genggam juga berkembang begitu dahsyat sehingga dipergunakan tidak
hanya sebagai alat untuk nelpon saja tetapi juga telah memiliki kemampuan untuk
merekam, menyimpan, dan mengirim pesan tertulis, suara, dan gambar serta dapat
mengakses berbagai informasi dari internet. Alat komunikasi ini juga dilengkapi
dengan berbagai fasilitas untuk menghitung angka (kalkulator), waktu (stopwatch), dan
agenda harian (organizer).

2). Dengan menggunakan word processor dan spreadsheet peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan menulis, mengolah/memanipulasi, menganalisis, dan
menampilkan data.

3). Program komputer, seperti animasi dan flash, dapat dipergunakan untuk melakukan
berbagai percobaan dan praktek simulasi yang keakuratannya tidak berbeda dengan
praktek di laboratorium.Dengan menggunakan multi media serta berbagai program
perangkat lunak komputer, guru dapat merancang proses pembelajaran yang interaktif,
menarik, dan efektif dan mampu membuat peserta didik belajar aktif dan mandiri.
Komputer grafis dan animasi dapat menciptakan lingkungan virtual sehingga orang
dapat melihat dan berinteraksi dengan dunia buatan (artifisial) tiga dimensi.

Dengan menggunakan teknologi, diharapkan kegiatan belajar-membelajarkan dapat


diselenggarakan lebih efektif, efisien, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Levie dan Dicky
menyatakan (dalam Educational Technology: A Review of the Research, 1993) bahwa hasil-
hasil penelitian menunjukkan, produk teknologi lebih berfungsi sebagai alat penyampai pesan
dan tidak menentukan keberhasilan peningkatan hasil belajar peserta didik. Yang jauh lebih
berperan ialah isi bahan belajar dan pengemasannya, karakteristik peserta didik, serta
lingkungan belajar. Lebih jauh diketahui pula bahwa kecanggihan teknologi yang
dipergunakan, misalnya dalam belajar berbasis atau berbantuan komputer (computer based
learning) dan belajar di dunia maya (virtual learning) serta merta menjamin meningkatkan
hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (interaksi
langsung peserta didik dengan guru).

Anda mungkin juga menyukai