Anda di halaman 1dari 3

A.

DEFINISI
Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di mana
bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakhea, yang menghubungkan saluran
pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk
pilek, akan tetapi infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah
parah dan berubah sifatnya (Hidayat, 2011)

B. ETIOLOGI
Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim dingin, biasanya disertai
dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan oleh berbagai hal (Iskandar, 2010) antara
lain :
a. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau organisme lain yang
menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumonia dan Chlamyidia). Serangan bronchitis
berulang bisa terjadi pada perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan
menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitus kronis, bronkhiektasis, alergi,
pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iritatif seperti
debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida,
sulfur dioksida dan bromin), polusi udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
serta tembakau dan rokok.
Berdasarkan penyebabnya bronchitis dibagi menjadi dua yaitu bronkitis infeksiosa dan bronkitis
iritatif.
a. Bronkitis infeksiosa Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama
Mycoplasma pneumoniaedan Chlamydia. Serangan bronkitisberulang bisa terjadi pada perokok
dan penderita penyakitparu dan saluran pernapasan menahun.Infeksi berulang bisa merupakan
akibat dari:
 Sinusitis kronis
 Bronkiektasis
 Alergi
 Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronkitis iritatif Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu yang
dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai
jenis debu, asap dari asamkuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida danbromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen
dioksida,tembakau dan rokok lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat polutan (Rahmadani dan
Marlina, 2011).

C. EPIDEMIOLOGI

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab terhadap bronkitis kronis sangat
kompleks, berawal dari stimulasi toksik pada saluran pernapasan menimbulkan 4 hal yang
meliputi inflamasi saluran pernapasan, hipersekresi mukus, disfungsi silia dan stimulasi
refleks vagal saling mempengaruhi dan berinteraksi menimbulkan suatu proses yang sangat
kompleks.

Gambar 1. Skema Patofisiologi Bronkitis


Perubahan struktur pada paru menimbulkan perubahan fisiologik yang merupakan
karakteristik bronkitis kronis seperti batuk kronik, produksi sputum, obstruksi saluran napas,
gangguan pertukaran gas, hipertensi pulmonal dan kor-pulmonale. Akibat perubahan
bronkiolus dan alveoli terjadi gangguan pertukaran gas yang menimbulkan dua masalah
serius, yaitu:
1. Aliran darah dan udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai (mismatched). Sebagian
tempat pada alveoli terdapat aliran darah yang adekuat tetapi sangat sedikit aliran
udara pada sebagian tempat lain di arah sebaliknya.
2. Performa yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot respirasi sehingga
terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas, menimbulkan hipoventilasi dan tidak
cukupnya udara ke alveoli menyebabkan CO2 darah meningkat dan O2 dalam darah
berkurang.
Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema pada mukosa sel
bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
produktif. Produksi mukus yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia
dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri. Pada penyempitan
bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam saluran napas
(Rahmadani dan Marlina, 2011).

E. PATOGENESIS

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala bronkitis umumnya diawali dengan batuk pilek, akan tetapi jia infeksi ini telah menyebar
ke bronkus, maka batuknya akan bertambah parah dan berubah sifatnya ( A.Aziz Alimul Hidayat,
2011).

G. PENEGAKAN DIAGNOSA

H. PENATALAKSANAAN
1. FARMAKOLOGI
2. NON FARMAKOLOGI

I. PROGNOSIS

J. KOMPLIKASI

1. Bronkitis akut
Radang akut bronkus berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian atas.
Penyakit ini biasanya tidak hebat dan tidak ditemukan komplikasi. Juga tidak terdapat
gambaran roentgen yang positif pada keadaan ini. Tetapi foto roentgen berguna jika
ada komplikasi pneumonitis pada penderita dengan infeksi akut saluran nafas. Gejala
biasanya hebat
(21)
.
2. Bronkitis kronik
Penyakit bronkitis kronik tidak selalu memperlihatkan gambaran khas pada foto
thoraks. Acapkali berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorik sudah dapat
ditegakkan diagnosisnya. Pada foto hanya tampak corakan yang ramai di bagian basal
paru. Gambaran radiogram bronkitis kronik hanya memperlihatkan perubahan yang
minimal dan biasanya tidak spesifik. Kadang-kadang tampak corakan peribronkial
yang bertambah di basis paru oleh penebalan dinding bronkus dan peribronkus.
Corakan yang ramai di basal paru ini dapat merupakan variasi normal foto thoraks.
Tidak ada kriteria yang pasti untuk menegakkan diagnosis bronkitis kronik pada foto
thoraks biasa. Penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, misalnya
asma, infeksi, dan lain-lain
(22)
.
20
Infeksi merupakan penyebab kedua tersering terjadinya bronkitis kronik.
Infeksi ini dapat spesifik maupun tidak spesifik. Penyakit bronkitis kronik dan
emfisema ternyata selalu berhubungan dengan bronkitis asma oleh adanya spasme
bronkus
(22)
.
Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema paru
yang kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik
(22)
.
Bronkitis kronik secara radiologik dibagi dalam 3 golongan, yaitu: ringan,
sedang, dan berat. Pada golongan yang ringan ditemukan corakan paru yang ramai di
bagian basal paru. Pada golongan yang sedang, selain corakan paru yang ramai, juga
terdapat emfisema dan kadang-kadang disertai bronkiektasis di pericardial kanan dan
kiri, sedangkan golongan yang berat ditemukan hal-hal tersebut di atas dan disertai
cor pulmonale sebagai komplikasi bronkitis kronik
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,A.Aziz Alimul.2011.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.Salemba Medika:Jakarta


Iskandar.2010.Penyakit paru dan saluran,PT.Bhuana llmu Populer, Jakarta.
Rahmadani, R.Q., dan Marlina, R., 2011, Bronkitis Pada Anak, Akademi Kebidanan Sentral
Padangsidimpuan, Sumatra
22. Rasad, Sjahriar & Iwan Ekayuda. 2011. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FK-UI

Anda mungkin juga menyukai