Anda di halaman 1dari 24

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tembakau dengan nama latinNicotiana tabaccum L. merupakan tanaman


tropis asli Amerika dan merupakan komoditas pentingdan berpotensi untuk dikembangkan
di Indonesia. Pengembangan tanaman tembakau ini yaitu dari subsektor perkebunan harus
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung dan memperkuat struktur ekonomi
nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya nilai ekonomis dan keuntungan yang
dapat dihasilkan dari tanaman tembakau tersebut.

Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di kalangan masyarakat


Indonesia.Pelaksanaan pengelolaan tembakau selalu terjadi perkembangan, dimana untuk
mempertahankan kualitas maupun spesifikasi tembakau cerutu dituntut adanya
penyesuaian-penyesuaian terhadap perkembangan yang terjadi di pasar maupun di
lingkungan di daerah sekitar tembakau. Pasar tembakau memiliki peningkatan peluang
dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi rokok juga mengakibatkan peningkatan peluang
pasar tembakau.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu tembakau antara lain adalah : varietas,


iklim, tanah, cara budidaya, pemanenan yang meliputipemangkasan dan pemetikan, posisi
daun pada batang, cara-cara penanganan, dan pengolahan. Setiap faktor di atas
mempunyai hubungan yangerat kaitannya dengan penilaian kualitas/mututembakau. Besar
kecilnya pengaruh yang disebabkanoeh faktor tersebut secara keseluruhan dapat dilihat
pada hasil akhir pengolahan.

Oleh sebab itu maka, melalui praktikum iniakan diketahui bagaimana mutu
tembakau yang baik beradasarkan beberapa factor dan unsur penentu kualitas/mutu
tembakau.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mahasiswa mempelajari faktor dan unsur yang mempengaruhi mutu


tembakau, dan dapat menyelesaikan semua acara praktikum dengan baik, maka
diharapkan mahasiswa dapat memperoleh kemampuan untuk mengendalikan kondisi
serta proses pengolahan tembakau di lapang atau dalam gudang pengering maupun
sortasi, untuk memperoleh hasil olah sesuai dengan tujuan pengolahan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan sortasi daun tembakau basah/hijau dan
kering/krosok dari jenis tembakau sigaret maupun cerutu (tembakau Besuki
naoogst atau Besmo dan tembakau bawah naungan atau TBN) yang telah
disediakan, berdasarkan ukuran panjangnya, kemudian menuliskan kelas
ukurnya.

2. Mahasiswa dapat mengukur lebar dan indeks daun tembakau.

3. Mahasiswa dapat menggambarkan bentuk dari beberapa jenis daun


tembakau.

4. Mahasiswa dapat membuat bagan kelas panjang ukur daun tembakau di


beberapa daerah.

5. Mahasiswa dapat membuat irisan daun pembalut (wrapper, deblad) dan


pembungkus (binder, omblad) cerutu dengan pola yang sudah ditetapkan dari
beberapa macam ukuran.

6. Mahasiswa dapat menghitung berat nisbi ibu tulang daun (midrib)


terhadap berat krosok.

7. Mahasiswa dapat mengukur sudut yang dibentuk antara ibu tulang daun
dengan cabang tulang daun.

8. Mahasiswa dapat menggambar penampang melintang daun tembakau di


bawah mikroskop.

9. Mahasiswa dapat menentukan mutu bakar daun tembakau, yang meliputi


: daya pijar, cepat bakar, sempurna bakar.

10. Mahasiswa dapat menganalisa kadar nikotin tembakau sigaret dan cerutu.

11. Mahasiswa dapat mengukur alkalinitas abu krosok secara volumetri.

12. Mahasiswa dapat menentukan mutu daun tembakau berdasarkan


warnanya.

13. Mahasiswa dapat mengukur kadar air tembakau.

14. Mahasiswa dapat menentukan kandungan klorofil daun tembakau dengan


klorofilmeter.

15. Mahasiswa dapat mengurai / mengorak sigaret / rokok dan cerutu, serta
dapat menentukan komposisi sigaret/rokok maupun cerutu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Aspek Botani Tanaman Tembakau

Tembakau adalah tanaman musiman yang berarti tanaman hanya dapat panen satu kali
dan akan ditebang habis pada saat panen. Tanaman tembakau dibudidayakan
untuk diambil daunnyayang selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
rokok. Spesies tanaman tembakau yang pernah ada di dunia ini diperkirakan mencapai lebih
dari 20 jenis. MenurutSetiadji (2003), bagian terpentig dari tanaman tembakau yaitu daun,
karena bagian inilah yang nantinya dipanen. Antara daun dan batang tembakau dihubungkan
oleh tangkai daun yang pendek atau tidak bertangkai sama sekali. Setiap tanaman biasanya
memiliki daun sekitar 24 helai.Bahkan pada kondisi baik jumlahnya bias meningkat lagi
menjadi sekitar 28-32 helai. Ukuran daun cukup bervariasi menurut keadaan tempat tumbuh
dan jenis tembakau yang ditanam. Sedangkan ketebalan dan kehalusan daun antara lain
dipengaruhi oleh keadaan kering dan banyaknya curah hujan. Berikut ini adalah klasifikasi
tanaman tembakau :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Sub Famili : Nicotianae

Genus : Nicotiana L.

Spesies : N. tabaccum, N. rustica

(Pamuji, 2010).

Gambar pembudidayaan tanaman tembakau :

Genus Nicotiana terdiri dari 60 spesies yang terbagi dalam 3 buah sub genus, yaitu :

1 Sub genus Tabacum, meliputi 6 spesies.


2 Sub genus Rustica, meliputi 9 spesies.

3 Sub genus Petuniodies, meliputi 45 spesies.

(Litbang, 2010).

Spesies tembakau yang mempunyai arti ekonomi yang tinggi adalah Nicotiana
tabacum L dan Nicotiana rustica L. Spesies tembakauNicotiana tabacum L. dan Nicotiana
rustica L.mempunyai perbedaan yang jelas. Pada Nicotiana tabacum L. mahkota bunganya
memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang,
daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak,
merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm. Sedangkan pada Nicotiana
rustica L. mahkota bunga berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti
terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat yang pada ujungnya
tumpul, dan kedudukan daun pada batang mendatar agak terkulai. Tembakau ini merupakan
varietas induk untuk tembakau cerutu (Cahyono, 1998).

Perbedaan yang mencolok diantara kedua spesies tersebut yaitu kadar


nikotinnya. Nicotiana rustica L. mengandung kadar nikotin tertinggi, yaitu sekitar 16%
sedangkan Nicotiana tabacum L. kadar nikotinnya rendah, yaitu sekitar 0,6% (Matnawi,
1997).

2.2 Kandungan Kimia Tembakau

Tembakau sebagai bahan baku rokok memiliki kandungan senyawa-senyawa yang


khusus sehingga dapat dijadikan bahn baku pada pembuatan rokok. Senyawa-senyawa kimia
yang terdapat dalam daun tembakau dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

a. Golongan senyawa-senyawa yang statis

Senyawa ini relatif stabil selama proses pengolahan tembakau. Senyawa ini meliputi
:kation, anion, serat kasar selulosa dan lignin, pentosan, pectin, senyawa-senyawa yang
larut dalam eter (minyak-minyak atsiri, dammar, paraffin, lilin), tannin (polifenol, asam
fenolat) dan asam oksalat. Jumlah senyawa-senyawa tersebutpada daun
tembakau bervariasi tergantung pada umur, posisi daun pada batang, pemupukan, iklim,
dan tanah. Polifenol merupakan senyawa yang penting karena menentukan warna krosok.
Dalam proses pengeringan, enzim polifenol oksidase mengkatalisis oksidasi berantai dari
polifenol membentuk senyawa kompleks protein-polifenol bermolekul tinggi yang berwarna
gelap sehinggamempengaruhi warna tembakau kering.

(Anonim,2012).
b. Golongan senyawa-senyawa nitrogen

Senyawa ini dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yakni : senyawa N yang larut dalam
air dan senyawa N yang tidak larut dalam air.

· Senyawa-senyawa N yang terlarut dalam air terdiri dari amonia, asam-asam amino,
nitrat amida, dan alkaloid-alkaloid sejenis nikotin. Di antara alkalaoid-alkaloid yang ada
dalam daun tembakau, yang terpenting adalah nikotin. Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl
pyrrolidine) merupakan senyawa organik spesifik yang terkandung dalam daun tembakau.
Apabila dihisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan psikologis bagi perokok dan
membuatnya menjadi ketagihan. Selama ini yang terjadi adalah tembakau mutu tinggi pada
umumnya mengandung nikotin dan senyawa aromatisnya tinggi. Berikut ini adalah struktur
kimia nikotin :

Faktor yang mempengaruhi kadar nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian
tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk dan jenis lahan. Tembakau yang
ditanam pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam di
tanah lempung. Kadar nikotin tembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah
yang lebih tinggi. Semakin banyak populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin
rendah, dan semakin tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi.

· Senyawa-senyawa N yang tidak larut dalam air yaitu protein dan klorofil. Di
dalam proses pengeringan klorofil harus dirombak secara enzimatis, agar zat warna
kuning seperti karotin dan xanthofil muncul. Kandungan protein yang terlalu tinggi
tidak dikehendaki, karena menyebabkan tembakau lebih peka terhadap
tekanansebab minyak tembakau yang dihasilkan lebih banyak.

(Nipanesia, 2010).

c. Golongan senyawa-senyawa dinamis

Golongan senyawa ini paling banyak mengalami perubahan selama proses


fermentasipada pengolahan tembakau. Golongan senyawa ini terdiri dari karbohidrat, asam-
asam organik yang larut dalam eter (asam sitrat dan asam malat).
Persen berat kering daun hijau
Persenyawaan
Tembakau Tembakau
cerutu sigaret

Selulosa dan lignin 9.5 10.0

Pektin 7.0 7.0

Tanin 2.0 2.0

Karbohidrat 23.0 23.0

Asam-asam organik 13.0 13.0

Protein 17.3 12.2

Alkaloid 3.0 1.3

Minyak atsiri, gum dan resin 7.0 7.0

Lain-lain 17.7 24.5

Tabel 1. Komposisi daun tembakau hijau

(Litbang, 2010).

2.3 Jenis-jenis Tanaman Tembakau

Jenis tembakau dapat dikelompokkanmenurut musim tanam ada dua, yakni :

1. Tembakau Na-Oogst (NO)

Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau,
kemudian dipanen pada musim penghujan. Tembakau Na-Oogst contohnya adalah tembakau
cerutu dan tembakau pipa.

· Tembakau Cerutu

Berdasarkan fungsinya pada pembuatan rokok cerutu, tembakau cerutu dibagi menjadi tiga
tipe yaitu jenis pengisi, pembungkus dan jenis pembalut.

· Tembakau Pipa

Tembakau pipa adalah jenis tembakau yang khusus digunakan untuk pipa bukan untuk rokok
cerutu ataupun rokok sigaret kretek.
(Padmo, 1991).

2. Tembakau Voor-Oogst (VO)

Tembakau jenis Voor-Oogst biasanya dinamakan tembakau musim


kemarau karenaditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau.
Tembakau Voor-Oogst contohnya adalah tembakau sigaret, tembakau asapan, dan
tembakau rakyat.

· Tembakau Sigaret

Digunakan untuk bahan baku pembuatan rokok sigaret, baik sigaret putih maupun kretek.
Yangtermasuk tembakau sigaret adalah tembakau Virginia, Oriental (Turki), Burley,
Rembang,Kasturi, Garut, Madura, Payakumbuh, dan Bugis.

a. Tembakau Virginia

Daun tengah tembakau Virginia sangat baik digunakan untuk pembuatan rokok sigaret
putih.

b. Tembakau Oriental

Tembakau oriental memiliki keunggulan yaitu aroma yang harum dan khas sehingga
disebut sebagai aromatic tobacco. Tembakau oriental digunakan pabrik rokok sebagai
campuran yang dapat meningkatkan mutu rokok sigaret.

c. Tembakau Burley

Krosok tembakau Burley tipis, berwarna coklat kemerah–merahan, halus dan lunak, serta
beraroma sedap.

(Padmo, 1991).

· Tembakau Asapan

Tembakau asepan adalah jenis tembakau yang daunnya diolah dengan cara
pengasapan.Jenis tembakau asepan biasanya memiliki daun yang tebal, berat, kuat,
berminyak dan warnanyahiju tua gelap.

· Tembakau Rakyat

Tembakau jenis ini diusahakan oleh rakyat. Pembudidayaan dari pembuatan


persemaian, penanaman dan pengolahan hasil sampai siap dijual ke pasaran dilakukan oleh
petani sendiri. tembakau rakyat biasanya untuk bahan baku pembuatan rokok sigaret
kretek (Cahyono, 1998).

Berdasarkan bentuk fisiknya yang dipasarkan di Indonesia tembakau ada dalam


duabentuk, yaitu:

· Rajangan (slicing type)

Tembakau rajangan sangat unik, dimana hanya terdapat di Indonesia saja. Tembakau
dipasarkan dalam bentuk rajangan, dimana sebelum dipasarkan, terlebih dahulu dirajang
sedemikian rupa, untuk selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan bantuan sinar
matahari (sun cured).

Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi
rajangan kasar dan sedang) dan fine cut (rajangan halus). Berdasarkan warna hasil
fermentasi, tembakau rajangan dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut
rajangan kuning, sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan
rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.

· Krosok (leaf type)

Krosok merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok
dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses pengeringan. Harga
tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada rajangan, sebab melalui tahapan yang
panjang sebelum siap dipasarkan, mulai pengeringan hingga sortasi.

Berdasarkan metode pengeringannya, tembakau dibedakan menjadi:

· Air cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran
udara bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing
shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula
rendah namun tinggi nikotin.

· Flue cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara
panas melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia
FC. Prinsip pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara
perlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air
secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.

· Sun cured, adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara
langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau rajangan berlangsung
selama 2-3 hari, sedang krosok selama 7-10 hari.Metode ini juga dipakai untuk
pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.

· Fire cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap
dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured, dimana bara
api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan
baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia
yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan
aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan
tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin

(Pamuji, 2010).

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Masing-masing Tembakau yang Ditanam di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar di dunia. Tembakau yang
dihasilkan di Indonesia memiliki karakteristik yang spesifik sehingga sangat baik digunakan
sebagai bahan pembuat cerutu yang meliputi bahan pembungkus, pembalut maupun filler
atau isi pada cerutu. Kelebihan tembakau yang ditanam di Indonesia adalah dari sisi iklim
tropis yang terdapat di Indonesia. Dengan lama penyinaran yang sesuai dapat diperoleh mutu
tembakau yang tinggi. Selain itu pada unsur hara yang terdapat pada tanah yang ada di
Indonesia yang kaya akan mineral-mineral yang berguna dalam pertumbuhan dan produksi
nikotin dalam tembakau.

Kekurangan dari tembakau yang ditanam di Indonesia adalah kandungan pestisida yang
cukup tinggi pada daun tembakau. Perusahaan cenderung menginginkan daun tembakau
tanpa kandungan pestisida karena sangat berbahaya bagi konsumen. Kurangnya
pengetahuan para petani tembakau menyebabkan rendahnya mutu tembakau rakyat yang
dihasilkan di Indonesia.

2.5 Mutu Tembakau

Mutu tembakau merupakan suatu ukuran yang menyatakan tingkatan kebaikan


tembakau. Mutu tembakau sangat ditentukan oleh faktor-faktor berikut : varietas, iklim,
tanah, cara budidaya, pemanenan, posisi daun pada batang, pengangkutan, pengolahan,
dan pengemasan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi mutu tembakau baik secara
langsung maupun tidak lansung. Selain itu mutu tembakau juga dipengaruhi oleh unsur-unsur
yang terdapat pada tembakau, yakni :

1. Ukuran, Bentuk, dan Letak Daun


Merupakan unsur mutu yang penting karena menentukan rendemen yaitu banyaknya
daun yang akan dibuat dari tiap helai daun. Selain itu juga merupakan pertimbangan untuk
komponen rokok cerutu. Di Indonesia, daun berdasarkan letaknya mulai dari bawah ke atas
terdiri dari : daun koseran (1-5 helai), daun kaki (6-13 helai), daun tengah (14-22 helai),
daun pucuk (sekitar sehelai tatau lebih). Bentuk daun koseran umumnya tipis dan bulat,
daun kaki agak tebal dan bulat, daun tengah tebal dan agak bulat panjang sedangkan daun
pucuk paling tebal dan agak memanjang.

Berbagai jenis tembakau mempunyai bentuk dan ukuran sangat beragam dan
dipengaruhi oleh banyak hal seperti: letak geografis, unsur hara, iklim dan varietas
tembakau.

2. Tulang dan lamina

Tulang daun secara keseluruhan merupakan rangka daun yang mengokohkan tegak
daun dan berfungsi sebagai pembuluh angkut bahan atau produk metabolisme. Rangka daun
yang terletak tepat di bagian tengah daun disebut ibu tulang daun atau midrib. Daun
berlamina tipis dengan tulang daun relatif kecil atau halus dikehendaki untuk pembalut atau
pembungkus. Daun yang tipis, percabangan tulang merat, halus, dengan bagian lamina lebar
mempunyai nilai tinggi di pabrik cerutu.

3. Tenunan daun

Sifat tenunan daun pada beberapa jenis tembakau mempunyai arti penting dalam
penilaian mutu. Tenunan halus dikehendaki untuk tembakau cerutu pembalut maupun
pembungkus, karena diharapkan menghasilkan aroma yang baik, dan rasa ringan. Pada
tembakau pengisi, tenunan daun tidak banyak berpengaruh.

4. Tebal daun

Tebal daun sangat bervariasi, tergantung virietas tembakau, keadaan sekeliling


tempat tumbuh, teknik budidaya, dan letak daun pada batang. Untuk bahan pembalut
cerutu dikehendaki daun yang tipis.

5. Kepadatan jaringan

Kepadatan jaringan adalah suatu keadaan struktur dan tekstur daun. Keadaan kering
menyebebkan terbentuknya sel-sel yang kecil dan tersusun secara mampat, dengan ruang
sel yang kecil. Dikatakan mempunyai tekstur yang mampat. Tekstur yang mampat kurang
dikehendaki, karena sifat bakarnya cenderung kurang baik.

6. Berat per satuan luas

Berat persatuan luas dapat digunakan sebagai pengukur hasil produksi. Berat per
satuan luas ini berpengaruh pada hasil rendemen yaitu perbandingan antara berat tembaku
kering setelah mengalami pengeringan dengan tembakau basahnya. Berkurangnya rendemen
akan menyebabkan penurunan mutu.

7. Keelastisan atau kelentingan

Keelastisan atau kelentingan adalah kemempuan tembakau yang dalam keadaan


cukup lembab dapat direntangkan sampai batas tertentu tanpa menjadi robek. Keelastisan
juga menunjukkan ketahanan terhadap pemempatan pada waktu perajangan sehingga
mampu mengembang kembali. Sifat ini penting untuk tembakau sebagai pengisi cerutu atau
sebagai tembakau rajangan. Faktor yang berpengaruh terhadap keelstisan adalah varietas,
keadaan lingkungan, teknik budidaya, letak daun pada batang, kemasakan, dan kadar air
krosok.

8. Bodi

Bodi adalah kelunakan atau kelembutan daun tembakau yang disebabkan oleh bagian
semi cair, tanpa dipengaruhi ketebalan dan tekstur. Bila daun dalam keadaan kering, bodi
ringan.daun berbodi berat mempunyai sifat tdkkering, akan berkembang sebagai bercak
minyak bila mendapat tekanan. Faktor yang berpengaruh terhadap bodi antara lain kondisi
tanah, iklim, teknik budidaya, serta letak daun pada batang.

9. Getah atau gum

Getah atau gum adalah sekresi cairan kental yang dkeluarkan oleh glandula pada
bagian ujung rambut daun tembakau. Pada daun segar, rambut-rambut daun tembakau
akan terasa halus bila teraba dengan tangan dan melekat bila tergosok kulit atau pakaian.

10. Mutu bakar (Burning Qualities)

Beberapa sifat yang tercaku dalam hal ini adalah daya pijar atau daya membara,
kerataan membara, kecepatan membara, sempurnanya pembakaran, dan keteguhan abu.

a. Daya membara, adalah sifat membara secara terus menerus tanpa


menimbulkan nyala api.
b. Kecepatan membara, dinyatakan dalam detik pada tembakau yang
terbakar per satuan jarak tertentu.
c. Sempurnanya pembakaran adalah habis atau berabunya bagian
tembakau yang terbakar sehingga tinggal sisa pembakaran berupa abu.
d. Keteguhan abu, ditunjukkan dengan panjang abu yang masih dapat
melekat pada rokok atau cerutu selama pembakaran.

11. Kuat fisiologis


Kuat fisiologis merupakan kriteria penilaian tembakau sehubungan dengan
kandungan penyusun yang akan mempengaruhi fisiologis pemakai, yaitu golongan alkaloida,
yang bersifat sebagai perangsang/stimulus pemakainya.Beberapa macam alkaloida dalam
daun tembakau antara lain: nikotin, nikotirin, anabasin, dan miosmin.

Hubungan antara kuat fisiologis dengan kadar nikotin

Kuat Fisiologis Nikotin %

Sangat berat 2.5 – 3.5


Berat 1.8 – 2.5
Sedang 1.3 – 1.8
Ringan 1.1 – 1.3
Sangat ringan 0.8 – 1.1
Lemah 0.6 – 0.8

12. Warna

Warna merupakan sifat dasar yang dimiliki setiap jenis tembakau. Warna krosok
tembakau Virginia umumnya kuning limau sampai kuning emas. Jenis cerutu umumnya
berwarna lebih gelap, dari coklat muda sampai coklat tua. Penilaian warna ditantukan
pengamatan visual.

13. Aroma

Dengan fermentasi yang berhasil, krosok akan mempunyai aroma yang baik. Aroma
yang paling penting adalah yang timbul jika tembakau dibakar. Aroma ini merupakan hasil
destilasi kering dari bahan-bahan gum (gummy material). Kandungan protein tinggi
menimbulkan bau tidak enak, tetapi dalam jumlah sedikit mempunyai pengaruh positis
terhadap aroma tembakau.

14. Rasa

Krosok yang belum mangalami fermentasi mempunyai rasa kasar, mentah dan
pahit.Fermentasi akan menghilangkan rasa tersebut. Sejumlah tertentu alkaloid diperlukan
untuk memperoleh kenikmatan dalam mengisap rokok. Namun kadar alkaloid yang terlalu
tinggi menyebabkan rasa mengganggu.

15. Sifat higroskopis


Sifat higroskopis tergantung pada jenis dan tingkat mutu tembakau. Tembakau yang
terlalu higroskopis peka terhadap minyak. Sifat higroskopis mempunyai hubungan dengan
kadar nitrat di dalam tangkai daun.

(Anonim, 2012).

2.6 Pengolahan Tembakau

Pada dasarnya cara pengolahan setiap jenis temabakau tidak sama, tergantung sifat-
sifat alami yang dimiliki tiap jenis tembakau dan mutu atau kualitas tertentu yang diinginkan
oleh konsumen. Tahapan panen dan kegiatan pasca panen tanaman tembakau secara umum
antara lain yaitu :

1. Pemetikan

Ada dua cara pemetikan daun tembakau yaitu dengan cara pungut batang dan
pungut daun (priming). Kedua cara ini disesuaikan dengan jenis tembakau dan tujuan
penanamannya. Pemetikan pungut batang dilakukan untuk jenis tembakau yang
pemasakan daunnya serentak (seluruh bagian tanaman). Cara panen pungut daun
(priming) dilakukan dengan memetik daun tembakau satu persatu secara bertahap. Cara
ini biasa diterapkan untuk jenis tembakau cerutu dan sigaret, sekitar dua minggu
sebelum pemetikan, sebaiknya dilakukan pembuangan daun-daun kepel dan kaki yang
kekuning-kuningan dan kotor .

Tingkat kematangan daun tembakau ditandai oleh warna daun yang berbeda-beda,
ada 3 macam tingkat kematangan daun tembakau :

· daun muda (immature leaves), warnanya masih hijau,

· daun masak (mature leaves), warnanya hijau kekuning-kuningan,

· daun tua (over mature leaves), warnanya kuning tua hampir cokelat.

Untuk menghasilkan kualitas tembakau yang baik, sebaiknya pemetikan dilakukan


pada tingkat kematangan daun masak (mature leaves). Untuk mendapatkan aroma yang
kuat pada tembakau maka pemetikan dilakukan secara tepat, karena keseimbangan
antara karbohidrat, protein klorofil serta karotin dan xantofil menguntungkan bagi
kualitas mutu tembakau. Daun yang dipetik terlalu muda krosok akan berwarna pucat
kehijauan, kurang elastis, serta mudah berjamur. Sedangkan jika terlalu tua krosok yang
dihasilkan kurang elastis, serta permukaan berombak.

2. Pengeringan
Pengeringan tembakau cerutu berlangsung secara alami, biasa disebut
dengan pengeringan udara (air curing) dan membutuhkan waktu yang relatif lama
kurang lebih 3 minggu tergantung pada keadaan daun dan cuaca. Hal ini dilakukan
agar reaksi biokimiawi dalam daun tembakau berjalan lambat. Beberapa proses
biokimiawi yang terjadi antara lain :

a. Perombakan klorofil

b. Pembentukan warna cokelat

c. Perubahan-perubahan biokimiawi senyawa N

d. Perubahan kimiawi senyawa-senyawa dinamis

3. Lolos daun dan fermentasi

Lolos daun merupakan tahapan penurunan daun tembakau kering dari plantangan.
Sedangkan proses fermentasi merupakan tahapan proses yang dilakukan untuk
menyempurnakan sifat mutu tembakau. Fermentasi dilakukan dengan menumpuk daun
dalam gudang secara teratur dan rapi.

Fermentasi adalah pemecahan senyawa organik menjadi senyawa bermolekul kecil


serta dihasilkan O2 (oksigen) dan zat-zat lainnya yang dibentuk oleh adanya aktivitas
mikroba dan enzim. Persyaratan yang harus terpenuhi agar fermentasi dapat
berlangsung dengan baik adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya bahan dasar (substrat) yang akan dirubah. Substrat ini terdiri dari
senyawa-senyawa yang mempunyai molekul yang besar, contohnya protein dan
polisakarida.

2. Terdapatnya enzim yang masih aktif.

3. Suhu yang cukup tinggi (+ 50-600C) agar reaksi enzimatis dapat berjalan secara
optimum.

4. Kadar air di dalam tembakau yang cukup (+ 20-25%)

5. Tersedianya oksigen dari udara dalam jumlah yang cukup.

6. Waktu fermentasi yang cukup, mengingat bahwa reaksi enzimatis merupakan


proses biokimiawi yang relatif lambat.

4. Sortasi dan Pengebalan


Setelah selesai mengalami fermentasi, tembakau masih merupakan campuran dari
daun-daun yang beraneka ragam kualitas. Sortasi dilakukan terarah pada kebutuhan
pasar, sistematis, sederhana dan kontinyu dalam waktu tertentu, akan memudahkan
pembeli pada saat mengadakan penilaian. Beberapa faktor yang dijadikan
pertimbangan dalam sortasi tembakau cerutu antara lain adalah letak daun pada
batang, kegunaan, dan terdapatnya partai-partai yang kualitasnya menyimpang ke arah
negatif.

Tembakau yang telah selesai mengalami proses pengolahan, perlu dikemas dalam
bentuk bal dengan berat dan ukuran tertentu. Pelaksanaan pengebalan yaitu dengan
menggunakan alat pengepres agar bungkusan menjadi mampat. Tembakau yang
dibungkus susunannya harus rapi, lurus dan tidak miring. Untuk tembakau bahan
pembalut atau pembungkus, kepala untingannya dilapisi kertas untuk menghindari
kerusakan (Matnawi, 1997).

5. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan di gudang dengan fumigasi untuk mencegah serangan serangga


dengan menggunakan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali
atau dapat pula digunakan Aluminium Phospat.

2.7 Alkalinitas pada Pengolahan Tembakau

Alkalinitas adalah perubahan pH pada daun tembakau selama proses fermentasi yang
semakin alkalis dikarenakan oleh terbentuknya amoniak yang merupakan hasil dari
perombakan protein. Sehingga dihasilkan daun tembakau yang memiliki aroma yang kuat
khas dari tembakau. Dengan semakin tingginya nilai alkalinitas maka dapat dikatakan bahwa
tembakau bermutu baik karena aroma dari tembakau tersebut semakin baik.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

· Mortar

· Neraca analitis
· Kawat

· Stopwatch

· Erlenmeyer

· Penangas

· Gelas ukur

· Corong dan kertas saring

· Korek api

· Buret

· Koran

· Kardus

· Botol timbang

· Oven

· Eksikator

· Papan pengukur daun tembakau

· Ball pipet

· Pipet ukur

· Pipet tetes

· Beaker glass

· Spatula

· Labu ukur

· Penggaris

3.1.2 Bahan

· Daun tembakau Kak Deck

· Tembakau krosok

· Aquadest
· Petroleum eter

· Indikator metil orange

· Indikator metil merah

· Indikator PP

· Tissue

· NaOH 20%

· HCl 0,01 N

· H2SO4 0,1 N

· Rokok merk Argopuro

· Rokok merk Djarum Mild

· Rokok merk Dji Sam Soe

· Rokok merk Cardinal

· Rokok merk Sampoerna

· Rokok merk Djarum 76

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Skema Kerja


Pada praktikum pengolahan tembakau dilakukan anam sub bab acarayang meliputi :
berat nisbi, mutu bakar, alkalinitas, komposisi berat, kadar nikotin dan sifat higroskopis.

5.1.1 Berat Nisbi

Pada sub bab pertama dilakukan pengukuran berat nisbi dengan menggunakan 2
jenis daun tembakau yaitu daun koseran dan daun kaki. Digunakan 2 jenis daun
tembakau karena ingin diperoleh perbandingan berat nisbi pada kedua jenis daun
tembakau. Cara pengukuranya adalan dengan mengukur panjang dan lebar daun yang
diamati dengan penggaris atau mistar. Pengukuran tersebut dilakukan agar mutu daun
tembakau dapat ditentukan. Setelah itu dilakukan penentuan mutu daun tembakau
dengan pengukur mutu. Lalu masing-masing daun ditimbang untuk mengetahui berat
daun keseluruhan dan dinyatakan dalam (A gram) lalu daun dirobek hingga lamina daun
terpisahkan dan ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya dan dinyatakan dalam
(B gram). Setelah itu hitung berat nisbi masing-masing daun dengan rumus :
Berat nisbi = B/A x100%

5.1.2 Mutu Bakar

Pada sub bab ke dua ini dilakukan percobaan mutu bakar daun tembakau.
Pertama dilakukan dengan memanaskan kawat hingga memerah. Hal ini berfungsi untuk
memberikan bara pada daun tembakau setelah itu tusukkan kawat pada lamina daun
hingga merah. Hitung lama waktu bara dengan menggunakan stopwatch kemudian
diamati bentuknya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lama waktu baranya. Setelah itu
dibandingkan tiap jenis daun tembakau yang diukur waktu baranya. Pada percobaan
mutu bakar digunakan daun kos deck dan kak deck. Fungsinya adalah ntuk mengetahui
mutu bakar dari kedua jenis daun tersebut.

5.1.3 Alkalinitas

Pada sub bab yang ke tiga dilakukan percobaan alkalinitas. Percobaan ini
dilakukan dengan cara : 1 gr krosok halus dihaluskanagar luas permukaannya semakin
besar.Kemudian dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan sebanyak 20 ml
aquadestyang berfungsi untuk mengekstrak unsur alkalisebab alkali mudah larut dalam
air. kemudiandilakukan penyaringan pada larutan denganmenggunakan kertas saring
untuk memisahkan residu dengan filtratnya. Setelah itu diambil 1 ml filtrat dari hasil
penyaringanlalu ditera hingga volumenya 100 ml. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
konsentrasi darilarutan. Lalu diambil 20 ml filtrat sebagai C dan dimasukkan
erlenmeyer. indikator PPditambahkan kurang lebih sebanyak 10 tetes sebagai indikator
yang akan menunjukkan atau mengetahui adanya OH dan CO32- , jikawarnanya merah
maka dilakukan penambahan indikator metil orange kurang lebih sebanyak 2-3 tetes lalu
dilakukan titrasi dengan H2SO4sampai warnanya berubah menjadi merah muda. Namun
jika warna yang dihasilkanmerah lembayung setelah penambahan indikator PP maka
dilakukan titrasi denganmenggunakan H2SO4 0,1 N hingga warna merah berkurang.
Catat ml titrasi atau volume H2SO4 dan dinyatakan sebagai A ml. Kemudian dilakukan
perhitungan alkalinitas dengan rumus :

Alkalinitas = A/C x 1000 x FP

5.1.4 Sifat Higroskopis

Pada sub bab yang ke empat ini dilakukan percobaan sifat higroskopis.Pertama
daun tembakau disimpan dengan tiga perlakuan yang berbeda, yakni : dengan
perlakuan dibiarkan terbuka, dibungkus dengan koran, dan dibungkus dengan
kardus.Fungsinya adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan perlakuan terhadap
sifat higroskopis daun tembakau yang disimpan.Lalu disimpan selama 48
jam. Setelahpenyimpanan selama 48 jam kemudiandilakukan analisa kadar air dengan
menimbang botol kosong dan dinyatakan sebagai A gram. Lalu 1 gram krosok halus
dimasukkan dalam botol kosong dan ditimbang sebagai B gram.Kemudian
botol tersebut dioven selama 24 jam dengan suhu 100o C. Fungsinya adalah untuk
menguapkan kandungan air yang terdapat pada bahan yakni daun tembakau.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit untuk menstabilkan RH dari
bahanterhadap pengaruh lingkungan yang banyak terdapat molekul air dalam udara.
Setelah itubotol ditimbang dan dinyatakan sebagai C gram. Dilakukan sebanyak tiga kali
ulanganagar didapatkan nilai yang akurat.

5.1.5 Komposisi Berat Daun

Pada sub bab yang ke lima ini dilakukan percobaan komposisi berat. Percobaan
ini dilakukan dengan cara menimbang rokok secara keseluruhan dan dinyatakan sebagai
A gram. Fungsinya adalah untuk mengetahui berat total dari satu batang rokok. Pada
percobaan ini digunakan berbagai macam merek rokok meliputi : Dji Sam Soe, Djarum
76, Mild, Sampoerna, Argopuro, dan Cardinal. Lalu rokok tersebut dibuka lapisannya dan
dipisahkan menurut bagian-bagiannya yang meliputi dekblad, omblad, dan filler.
Berfungsi untuk mengetahui berat masing-masing lapisan. Lalu ditimbang dan catat
untuk masing-masing bagian rokok dan dinyatakan sebagai (B gram). Berat masing-
masing bagian rokok dapat digunakan untuk menghitung komposisi berat (%) tiap jenis
merek rokok yang diuji. Komposisi Berat dihitung menggunakan rumus :
Komposisi = B/A x 100%

5.1.6 Kadar Nikotin

Pada sub bab yang ke enam ini dilakukan percobaan kadar nikotin. Hal pertama
yang dilakukan adalah menimbang 1 gram bahan rokok halus lalu ditambahkan 1 ml NaOH
20% dalam erlenmeyer 100 ml. Fungsinya adalah untuk menstabilkan pH sehingga proses
ekstraksi dapat berjalan secara optimal. Kemudian dilakukan pengadukan hingga
merata. Fungsinya adalah untuk menghomogenkan campuran tersebut. Lalu
ditambahkan petroleum eter sebanyak 20 ml. Pemberian petroleum eter
berfungsi untuk melarutkan nikotin yang terdapat pada sampel. Kemudian didiamkan
selama 2 jam hingga bagian atas menjadi jernih atau terjadi pengendapan tujuannya
adalah untuk memberikan waktu pada proses ekstraksi sehingga lebih optimal. Setelah
itu sampel disaring untuk memisahkan padatan dan cairan kemudian diambil sebanyak
10 ml larutan hasil penyaringan tersebut. Setelah itu, larutan diuapkan hingga sebanyak
2 ml larutan menguap dan dilakukan selama 2 menit agar dapat menghilangkan sisa
petroleum eter yang masih tertinggal pada larutan. Lalu dilakukan penambahan
sebanyak 20 ml aquades untuk menurunkan konsetrasi dari filtrat hasil penyaringan.
Kemudian ditambahkan sebanyak 5 tetes metil merah. Fungsinya adalah sebagai
indikator pada titrasi. Setelah itu dilakkan titrasi dengan menggunakan 0,01 N HCl hingga
berwarna merah muda. Penggunaan HCL dalam titrasi adalah agar suasana menjadi
netral karena sebelumnya telah titambahkan NaOH yang mempunyai sifat basa. Titrasi
dihentikan bila warna berubah menjadi merah muda . kemudian dilakukan pencatatan
volume HCl yang dibutuhkan dalam titrasi. Rumus kadar nikotin adalah :
Kadar nikotin = ((ml HCl x 1,6223 mg)/(gr bahan 1000 mg/g))x 100%

5.2 Analisis Data

5.2.1 Berat Nisbi

Hasil perhitungan yang didapatkan menunjukkan pada daun koseran dengan


panjang 40cm dan lebar 20cm dan daun daun kaki dengan panjang 40cm dan lebar 18cm.
Kedua daun tersebut memiliki mutu 2. Setelah dilakukan perhitungan didapat niali berat
nisbi daun tembakau koseran dan kaki berturut-turut yaitu 46,37% dan 38,18%. Berat
nisbi tersebut menyatakan berat tulang daun tembakau tersebut dimana pada daun
koseran lebih besar presentasenya. Berat nisbi merupakan presentase dari perbandingan
antara berat tulang daun tembakau dengan berat daun secara keseluruhan. Berat nisbi
sangat berpengaruh terhadap mutu daun tembakau. Dengan semakin besar nilai berat
nisbi maka semakin rendah mutu atau kualitas daun tembakau, begitu pula sebaliknya
dengan semakin kecil berat nisbi maka semakin baik mutu daun tembakau. Sehingga
pengukuran berat nisbi dapat digunakan sebagai parameter penentu mutu daun
tembakau. Hal ini menunjukkan bahwa daun koseran memiliki mutu yang lebih rendah
dibandingkan dengan daun kaki. Hal ini merupakan penyimpangan karena seharusnya
yang memiliki mutu lebih baik adalah dauk koseran.

5.2.2 Mutu Bakar

Hasil yang didapatkan yakni pada daunkaki yang memiliki waktu


pijar terlama adalah bagian pucuk dengan 6,60 detik dengan pemijaran
yang hasilnya merata sehinggadapat dikatakan daun pkoseran bagian pucuk tersebut
bermutu baik. Kemudian pada bagian tengah dengan waktu pijar 5,75 detik dengan
hasil pijar yang merata sehingga dapat dikatakan bagian tengah memiliki mutu
bakarcukup baik. Sedangkan pada bagian kaki yang memiliki waktu pijar paling buruk
karena waktunya paling singkat yakni 3,85 detik dan hasil pijarnya tidak merata.

Sedangkan pada daun koseran yang memiliki waktu pijar terlama adalah bagian
pucuk dengan 5,20 detik dengan pemijaran yang hasilnya tidak merata sehingga dapat
dikatakan daun pkoseran bagian pucuk tersebut bermutu cukup baik. Kemudian
padabagian tengah dengan waktu pijar 3,59 detik dengan hasil pijar yang tidak
merata sehingga dapat dikatakan bagian tengah memiliki mutu bakar buruk. Sedangkan
pada bagian kaki yang memiliki waktu pijar paling buruk karena waktunya paling
singkat yakni 2,95 detik dan hasil pijarnya tidak merata.

Hal ini sudah sesuai dengan mutu tembakau menurut mutu bakarnya. Dimana
mutu bakar sendiri menyatakan daya pijar atau daya membara, kerataan membara,
kecepatan membara, sempurnanya pembakaran dan keteguhan abu dari tembakau yang
digunakan sebagai bahan baku pada pembatan rokok.

5.2.3 Alkalinitas

Hasil yang diperoleh pada semua ulangan yaitu ulangan1, 2, dan 3 menyatakan
nilai alkalinitas sebesar 2500 mg/L. Hasil tersebut menyatakan nilai alkalinitas yang
konstan pada semua ulangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang
dilakukan tingkat keakuratan dan presisinya tinggi. Alkalinitas sendiri merupakan
perubahan pH pada daun tembakau selama proses fermentasi yang semakin alkalis
dikarenakan oleh terbentuknya amoniak yang merupakan hasil dari perombakan protein.
Sehingga dihasilkan daun tembakau yang memiliki aroma yang kuat khas dari tembakau.
Dengan semakin tingginya nilai alkalinitas maka dapat dikatakan bahwa tembakau
bermutu baik karena aroma dari tembakau tersebut semakin baik.

5.2.4 Sifat Higroskopis

Hasil yang diperoleh adalah pada nilai higroskopis daun tembakau yang
diletakkan pada tempat terbuka kadar airnya sebesar 60%, daun tembakau yang
diletakkan dalam kertas koran memiliki kadar air sebesar 56%, dan pada daun tembakau
yang diletakkan pada kardus memiliki kadar air sebesar 58%. Terjadi penyimpangan pada
kadar air tembakau yang disimpan dalam koran. seharusnya kadar air tembakau yang
disimpan dalam koran lebih besar daripada kadar air daun tembakau yang disimpan
kardus. Seharusnya urutan kadar airnya dari yang terbesar hingga terkecil adalah kadar
air terbuka > kadar air dalam koran > kadar air dalam kardus. Kardus memiliki lapisan
yang lebih tebal jika dibandingkan dengan koran sehingga kemampuannya untuk
melindungi daun tembakau dari penyerapan uap air yang ada di udara sekitar lebih besar
dibandingkan dengan yang hanya dibiarkan terbuka. Penyimpangan tersebut dapat
dikarenakan saat praktikum suhu oven yang digunakan seharusnya adalah 100 namun
suhu yang digunakan tidak sampai 100 .Sifat higroskopis sangat bergantung pada jenis
tembakau dan juga tingkat mutu tembakau. Daun tembakau yang nilai higroskopisnya
tinggi lebih peka terhadap penyerapan uap air dari udara. Kadar air yang baik
diperkirakan berkisar 10-12%. Jauhnya nilai kadar air yang baik dengan nilai kadar air
hasil uji dapat disebabkan karena penyimpanan tembakau sudah sangat lama (10 tahun)
sehingga sangat berpengaruh sekali pada mutu tembakau.

5.2.5 Komposisi Berat Daun

Pada hasil perhitungan yang diperoleh, pada rokok sigaret dan kretek tidak
memiliki omblad sedangkan cerutu memiliki omblad. Rokok merk Dji Sam Soe nilai
deblad 6,40% dan filler tertinggi yakni 98,26%. Hal ini merupakan penyimpangan karena
total berat keseluruhannya lebih dari 100%. Sedangkan pada rokok merk 76 tidak terjadi
penyimpangan karena memiliki nilai deblad 5,24% dan filler 94,76%. Pada merk rokok
Mild dan sampoerna terjadi penyimpangan karena jumlah keseluruhannya kurang dari
100%. Hal ini dapat diakibatkan karena tidak dihitungnya beral filter pada rokok
tersebut. Dari merk rokok cerutu cardinal terjadi penyimpangan persentase
keseluruhannya lebih dari 100% sedangkan pada mrek argopuro kurang dari 100%. Hal ini
dapat disebabkan karena kesalahan saat melakukan penimbangan sehingga dapat
mempengaruhi persentase berat keseluruhan.

5.2.6 Kadar Nikotin

Hasil perhitungan kadar nikotin untukCardinal sebesar 0,65%; Argopuro sebesar


0,50%; Dji Sam Soe sebesar 0,62%; 76 sebesar 0,99%; Sampoerna sebesar 0,80%; Jarum
Super sebesar 1,86%. Kandungan nikotin terbesarseharusnya terdapat pada cerutu hal
ini dikarenakan pada pengolahan cerutu tidak dilakukan pengurangan jumlah nikotin.
Mutu paling baik terdapat pada rokok yang memiliki nilai kadar nikotin yang
tinggi. Nikotin yang tinggi akan mempengaruhi rasa dari rokok karena dengan semakin
banyaknya kadar nikotin maka rasa yang timbul juga akan semakain khas. Cardinal dan
Argopuro seharusnya paling baik mutu rokoknya karena memiliki kadar nikotin paling
tinggi. Namun terdapat penyimpangan disini, hal ini dapat disebabkan karena kesalahan
saat melakukan titrasi sehingga seharusnya reaksi sudah dihentikan tidak segera
dihentikan.

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah :

1. Daun kaki memiliki mutu yang paling baik karena nilai berat nisbinya lebih kecil
yakni 38,18%.

2. Daya bakar pada ke dua daun koseran dan kaki mutu paling baik berada pada
bagian pucuk waktu pijar 5,20 dan 6,60 detik dan merata.

3. Alkalinitas pada ke tiga pengulangan menunjukkan hasil yang sama yakni 2500
mg/L.

4. Pada komposisi berat daun, hanya pada merek Djarum 76 saja yang tidak terjadi
penyimpangan karena jumlah keseluruhan 100%.

5. Pada kadar nikotin, yang memiliki jumlah nikotin terbesar seharusnya adalah
cerutu namun terdapat penyimpangan karena kesalahan titrasi.

6. Pada sifat higroskopis, daun tembakau yang disimpan terbuka memiliki kadar air
tertinggi sebesar 60%. Kadar air berturut-turut dari terbesar seharusnya adalah kadar
air terbuka > kadar air dalam koran > kadar air dalam kardus.

6.2 Saran
Sebaiknya pengamatan dilakukan secara bergantian agar praktikan benar- benar
mengerti hasil dari praktikum semua acara pada pengolahan tembakau yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Pertanian (Tembakau, Gula dan
Lateks). Jember: FTP Universitas Jember.
Cahyono, Bambang. 1998. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Litbang. 2010. Perkebunan litbang.http://perkebunan.litbang.
deptan.go.id/. [diakses tanggal 15 desember 2012].
Matnawi, Hudi. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nipanesia. 2010. Zat Kimia dalam
Rokok.http://logiskemafmipaunpad.wordpress.com/ [diakses tanggal 15 desember
2012].
Padmo, S dan Djatmiko, E. 1991. Tembakau : Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya
Media.
Pamuji Tutur. 2010. Tembakau.http://tuturpamuji.blogspot.com/ [diakses tanggal 15
desember 2012].
Setiadji. 2003. Teknologi Pengolahan Tembakau. Jember: THP FTP Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai