Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS

Kelas 1-A

Disusun oleh :

Kelompok 8

1. Arnida Suhartini J
2. Aulia Rahma Safarina
3. Fifi Yani

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam
dan Tantangan Modernitas”.

Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan orang tua dan Bapak Dosen. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Syaepul Manan yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga
penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan seputar Islam dan
Tantangan Modernitas, yang penulis sajikan berdasarkan berbagai sumber.
Kami menyadari dalam penulisan makalah masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan masukan atau
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Penulis

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR. ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI. ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN. .................................................................................................. 4
I.1 Latar Belakang. ..................................................................................................... 4
I.2 Perumusan Masalah. ............................................................................................. 5
I.3 Maksud dan Tujuan Penulisan. ............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN. ................................................................................................... 6
II.1 Pengertian Modernisasi. ...................................................................................... 6
II.2 Teori Modernisasi dan Konsep Islam tentang Modernisasi ................................ 6
II.3 Syarat-syarat Suatu Modernisasi ......................................................................... 10
II.4 Gejala Modernisasi di Indonesia. ........................................................................ 10
II.5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi ........................................................... 11
II.6 Solusi dari Perkembangan Modernisasi .............................................................. 12
II.7 Tantangan yang dihadapi Islam di Era Modernisasi Saat Ini .............................. 13
II.8 Peran Islam terhadap Modernisasi yang Terjadi Saat Ini .................................... 13
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................... 14
III.1 Kesimpulan. ...................................................................................................... 14
III.2 Saran. ................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................................ 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama di tantang untuk bisa hidup secara eksistensial. Agama pun di harapkan memiliki
signifikasi moral dan kemanusiaan bagi kelangsungan hidup umat manusia. Secara realistis,
tugas semacam itu masih dibenturkan dengan adanya kehadiran moderenitas yang terus menerus
berubah ubah sehingga menimbulkan pergeseran bagi agama. Dalam penampakan dunia yang
sangat kompleks ini, peran agama tidak bisa di pandang sebelah mata. Kehidupan yang sangat
dinamis ini merupakan realitas yang tidak bisa dihindarkan dan perlu di respon dalam
pemahaman agama yang dinamis pula tarik menarik antara tradisi agama dan moderenitas
menjadi wacana yang masih hangat untuk selalu di perdebatkan. Agama islam yang di ajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dan dalam arti yang seluas-luasnya.
Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan
material dan spiritual, senantiasa peduli terhadap pedulli terhadap sosial, menghargai waktu
bersikap terbuka, mencintai kebersihan dan mengutamakan persaudaraan.

Agama islam lahir pada abad ke 6-Masehi di semenanjung arabia. Pada awal kehadirannya,
islam mengalami hambatan kultural karena lahir di tengah masyarakat pengembara dan tidak
berperadaban. Namun dalam pengembangan selanjutnya penyebaran agama islam sangat
menarik minat para ahli sejarah.. dalam jangka waktu yang sangat singkat, islam telah dianut
oleh penduduk yang mendiami setengah wilayah dunia. Pada abad ke-20 agama besar ini
menjadi agama yang dipeluk oleh lebih dari satu milyar manusia yang tersebar di seluruh dunia,
terutama di Asia dan Afrika. Islam yang di akui pemeluknya sebagai agama terakhir dan
penutup di rangkaian petunjuk tuhan untuk membimmbing kehidupan manusia mengiklam
dirinya sebagai agama yang paling sempurna peradaban islam dipahami sebagai akumulasi
terpadu antara normanitas islam dan historitas islam manusia di muka bumi yang selalu berubah-
ubah. Nasib agama islam di zaman modern ini sangat di tentukan sejauh mana kemampuan umat
islam merespon secara tepat tuntutan dan perubahan sejarah yang terjadi di era modern ini salah
satunya di bidang IPTEK.

Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menjadi suatu terobosan bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas. Iptek sangat penting sehingga menjadi tolak
ukur bagi suatu bangsa yang maju atau tidak maju. Peran Iptek diantaranya adalah membantu
manusia dalam segala bidang kehidupannya, seperti bidang sosial, bidang kebudayaan, bidang
ekonomi, bidang politik, bidang keagamaan dan lain sebagainya. Begitu besarnya peran iptek
dalam kehidupan manusia. Saat ini kita semua hidup pada era modernisasi. Semua serba canggih

4
dan tepat guna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Saat ini semua ilmuwan berlomba-lomba
dalam mengembangkan iptek. Hal ini dilakukan untuk memajukan kehidupan manusia itu sendiri.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa islam memiliki tantangan, karakteristik, peran untuk
menghadapi kemajuan-kemajuan dalam kehidupan manusia serta perlu menjawab dengan tegas
bagaimana cara menghadapinya. Islam, agama Rahmatan lil ‘aalamiin sangat mencintai ilmu
pengetahuan, memiliki peran penting untuk menghadapi arus deras tantangan yang terjadi dalam
kehidupan, seperti tantangan dalam menghadapi modernisasi. Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak proyek
pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan,
Negara-negara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas.

Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang
modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbarui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat
modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau
menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal,
rasional, dan fungsional.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa bahasan mengenai islam dan tantangan modernitas, diantaranya adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan modernisasi?
2. Apa saja teori-teori modernisasi dan konsep modernisasi dalam islam?
3. Bagaimana syarat modernisasi?
4. Bagaimana gejala modernisasi?
5. Bagaimana dampak positif dan negarif modernisasi?
6. Apa saja tantangan yang dihadapi Islam di era modernisasi saat ini?
7. Apa saja peran Islam terhadap modernisasi yang terjadi saat ini?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui pengertian modernisasi.


2. Mengetahui teori-teori modernisasi.
3. Mengetahui konsep modernisasi dalam Islam.
4. Mengetahui syarat-syarat suatu modernisasi.
5. Mengetahui gejala modernisasi di Indonesia.
6. Mengetahui dampak positif dan negatif modernisasi.
7. Mengetahui tangtangan yang dihadapi Islam di era modernisasi
8. Mengetahui peran islam terhadap modernisasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modernisasi

Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17
sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta
juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan


yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola
ekonomis dan politis.

Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah
yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut:

1. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat

2.2 Teori Modernisasi dan Konsep Islam tentang Modernisasi

A. Teori Modernisasi

Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia
ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan
kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi
hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah
beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua
kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang industri
mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi
hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin).
Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang

6
terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu :

1. Teori Harrod – Domar : Modal dan Investasi


Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi
pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan
bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
2. Teori Max Weber : Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori
Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama
dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang
menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka
proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.
3. Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspek-
aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti
membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat
dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut
dapat terlaksana dengan baik.
4. Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada masalah
ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses
pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow
sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka
rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat
berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju.
Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya
dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor, sekarang dapat diproduksi di

7
dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga
barang modal.
e. Zaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan
meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar
menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah
merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus
menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke
proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi
yang saling berkaitan, yaitu :
a) Peningkatan investasi pada sektor produktif
b) Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
c) Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan
gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi
dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas,
disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah
proses berkesinambungan.

Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap
konsumsi masal yang tinggi akan tercapai.

5. Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi


Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow.
Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas.
Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan modal,
tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya ketrampilan kerja tertentu, yang
termasuk didalamnya tenaga wiraswata yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan
perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan
modal menjadi lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga
wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena
itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu :
a) Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan masyarakat dan
menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan lembaga perbankanlah
yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga seperti ini, maka modal besar yang ada sulit
dikumpulkan sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
b) Pemasokan tenaga ahli dan terampil
Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator profesional, insinyur,
ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di

8
dukung dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum
masyarakat melakukan lepas landas.
6. Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini
lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai
komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini
mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman
dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan,
percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun
juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada
manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia
dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan
yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling
efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa.
Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media
massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan perbedaan
penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan
membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu sendiri.
Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada Negara-
negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negara-negara
tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik
orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga
tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu
diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk menopang proses
pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan dukungan dari Negara-negara
yang sudah maju atau modern.

B. Konsep Islam tentang Modernisasi

Dalam Bahasa Indonesia padanan kata modernisasi adalah “pembaruan”, berasal dari kata
“baru” atau “baru” yang bermakna sesuatu yang tidak pernah ada, tidak pernah terlihat, tidak
pernah diketahui atau didengar. Bentuk kata kerja baru atau baru adalah “pembaruan”, yang
berarti proses menjadi “baru”, “mengulangi sekali lagi”, atau “memulai lagi” dan “mengganti
dengan yang baru”. Di dalam tradisi ilmu tauhid, ilmu primer Islam, “baru” dikenal sebagai salah
satu ungkapan untuk menyebut sifat alam atau makhluk yang senantiasa berubah-ubah, lawan
dari sifat yang ada bagi Allah, qadim dan baqa. Jadi secara semantic kata “baru” sebetulnya
sangat erat kaitannya dengan kondisi yang selalu berubah.

9
Jauh sebelum istilah modernisasi (pembaruan) dipopulerkan oleh para orientalis, di dunia
Islam sudah ada istilah tajdid yang memiliki arti kurang lebih sama dengan modernisasi atau
pembaruan.

Selain istilah tajdid dalam referensi-referensi pemikiran Islam dipopulerkan pula berbagai
istilah yang memiliki makna yang kurang lebih sama dengan penekanan yang berbeda; istilah
rasionalisasi (proses penegasan kembali bahwa seluruh ajaran Islam itu rasional, dapat diterima
akal), aktualisasi (proses upaya untuk membuktikan bahwa ajaran Islam itu bersifat actual, tidak
hanya ideal). Selain itu juga dipopulerkan istilah ishlah yang dimaksudkan sebagai upaya untuk
melakukan perbaikan agar Islam itu sesuai dengan perkembangan zaman dan temapt, reformasi,
upaya membentuk kembali atau mengadakan pembaruan kepada lebih baik, resurgence
(kebangkitan), rethingking, upaya pemikiran ulang terhadap ajaran-ajaran Islam agar disesuaikan
dengan perkembangan zaman yang terus berubah. Hal ini antara lain dipopulerkan oleh
Muhammad Arkoun dalam bukunya Rethingking Islam.

Modernisasi dalam Islam dapat didefinisikan sebagai pemikiran, gagasan, gerakan, dan usaha
mengubah paham-paham, tradisi-tradisi, dan institusi-institusi lama, untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara garis besar signifikasi modernisasi dalam Islam terlihat pada tiga hal. Pertama, untuk
membuktikan keutamaan Al-Qur’an yang diyakini mencakup segala sesuatu yang berkaitan
dengan seluruh aspek kehidupan manusia di dunia dan akhirat, seperti yang diisyaratkan pada
surat al-An’am ayat 38. Kedua, modernisasi menjadi niscaya pula apabila dilihat dari jurusan
sasarannya sebagai pengkajian ulang terhadap ijtihad atau tafsiran para ulama masa lampau
terhadap teks-teks agama. Sebab ijtihad yang dilakukan para ulama pada waktu tertentu tidak
akan terlepas dari pengaruh keadaan zaman dan masyarakatnya. Selain itu hasil ijtihad juga pada
dasarnya tidak mengandung kebenaran absolut akan tetapi merupakan kebenaran relative. Oleh
karena itu, ijtihad pada waktu tertentu di zaman yang lampau seringkali tidak relevan dan tidak
dapat menjawab tantangan zaman modern. Maka untuk mempertahankan keadaan dan
kesempurnaan Islam modernisasi atau pembaruan merupakan keniscayaan. Ketiga, modernisasi
dalam Islam itu bukanlah kepentingan baru, sebab urgensinya telah diisyaratkan Rasulullah
melalui Hadis-hadisnya. Seperti disebutkan di muka, bahwa Allah akan membangkitkan
pembaru setiap satu abad yang akan memperbarui agama mereka.

2.3 Syarat-Syarat Suatu Modernisasi

Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut Soerjono


Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

1) Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam
kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.

10
3) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4) Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media
massa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

2.4 Gejala Modernisasi di Indonesia

Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang modernisasi kehidupan


manusia berikut ini:

1) Bidang budaya; ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya
pengaruh budaya dari luar, sehingga budaya asli semakin pudar.
2) Bidang politik; ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan,
munculnya Negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi,
lahirnya lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak.
3) Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-
barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi
barang.
4) Bidang sosial; ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat,
seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas
(kelas menengah dan kelas atas).

2.5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi


1. Dampak positif
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir
masyarakat yang irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih
mudah dalam beraktivitas. Serta mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian
berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju
menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih,
dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
membantu perkembangan modernisasi.
11
2. Dampak negatif
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah
tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah
antara individu dengan individu lainnya.
Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki
kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses
modernisasi tersebut.
Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya,
yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
e. Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan,
sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang
konsumtif.

2.6 Solusi dari Perkembangan Modernisasi.

1) Masyarakat harus siap menerima perubahan itu.


2) Memilih mana modernisasi yang bisa memajukan bangsa Indonesia dan mana yang
memperburuk bangsa.
3) Mengurangi angka urbanisasi ke kota.
4) Menjaga kelestarian lingkungan.
5) Menyeimbangkan semua kesempatan kerja.
6) Bersikap positif bahwa desa juga ada pekerjaan.
7) Meningkatkann rasa kekeluargaan.
8) Membuka lapangan kerja.

12
9) Meningkatkan sikap gotong royong agar terjalin kerjasama.
10) Pemerintah sebaiknya memberikan modal sebagai membuka lapangan kerja bagi rakyat.

2.7 Tantangan yang Dihadapi Islam di Era Modernisasi Saat Ini

Adapun tantangan yang dihadapi islam di era modernisasi saat ini adalah:

1) Kemajuan iptek telah mengubah pola pikir, pola pergaulan, dan pola kehidupan secara
massif
2) Industrialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, tetapi di
sisi lain membawa dampak kepada wujudnya stratifikasi social yang tidak seimbang, yaitu
kapitalis. Sehingga mengakibatkan adagium di masyarakat yaitu yang kaya semakin kaya,
yang miskin semakin miskin.
3) Kemajuan dalam bidang teknologi-komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat
dalam segala aspeknya termasuk pola keberagamannya.

2.8 Peran Islam terhadap Modernisasi yang Terjadi Saat Ini

Gelombang informasi telah menandai lahirnya generasi baru dalam masyarakat. Kemajuan
seseorang diukur dari seberapa cepat ia menerima informasi itu semakin besar peluang yang
akan ia dapatkan untuk kemajuan dirinya. Secara riil islam harus menjadi solusi dalam
menghadapi dampak kemajuan industrialisasi dan derasnya gelombang komunikasi dan
informasi. Islam sebagai agama rasional adalah agama masa depan, yaitu agama yang membawa
perubahan untuk kemajuan seiring dengan kemajuan kehidupan modern.

Menurut Kuntowijoyo, ada lima program reinterpretasi untuk memerankan kembali misi
rasional dan empiris islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi
modernisasi.

1) Perlunya dikembangkan penafsiran social structural lebih daripada penafsiran individual


ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Qur’an.
2) Mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif untuk menyuguhkan islam pada
cita-cita yang objektif.
3) Mengubah islam yang normative menjadi teoritis. Jika berhasil, banyak disiplin ilmu yang
secara orisinal dapat dikembangkan menurut konsep-konsep Al-Qur’an
4) Mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis. Merumuskan formulasi-formulasi
wahyu yang bersifat umum menjadi formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Modernisasi jaman sekarang berkembang sangat pesat. Banyak diantaranya tidak sesuai
dengan kaidah islam. Oleh karena itu , kita harus bisa menghadapi sebuah tantangan tersebut
dengan prespektif yang baik. Agar kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk dari
modernisasi. Sehingga, kita bisa hidup dengan modernisasi sesuai kaidah islam.

Modernisasi yang melanda agama islam dengan segala efek positif maupun negatifnya,
menjadi tantangan yang harus di hadapi umat islam di tengah keterpurukannya umat islam
dituntut bekerja ekstra keras untuk mengembangkan segala potensinya, dan untuk menyelesaikan
permasalahan. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan
dengan aspek pribadi dan ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari
sistem nilai budaya, tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan. Fungsi sosial agama
adalah memberi kontribusi untuk mewujudkan dan mengekalkan suatu order sosial (tatanan
kemasyarakatan). Sebenarnya moderenisasi bukanlah sesuatu hal yang substansial untuk
ditentang jika masih mengacu kepada agama islam. Sebab islam adalah agama universal yang
tidak akan membelegu manusia untuk bersifat maju, akan tetapi harus berpedoman kepada islam.

Secara historis islam sebenarnya tidak ada masalah dengan moderenitas. Dalam soal ilmu
penegtahuan banyak sekali hadist nabi secara langsung menganjurkan umat islam untuk
menuntut ilmu. Al-Qur’an juga selalu mengajak manusia untuk berfikir, menalar dan sebagainya.
Dalam hal filsafat misalnya meski tafsiran para filsuf atas beberapa ajaran agam a tidak bisa
diterima kalangan ulama namun para filsuf muslim itu berfilsafat tentu karena dorongan
keagamaan, untuk membela dan membela keimanan agama.intinya dari moderenisasi yang
kemudian menjadi esensial dan sejalan dengan ajaran islam adalah rasionalisasi yakni usaha
untuk menundukan segala tingkah laku kepada kalkulasi dan pertimbangan akal. Rasionalisasi
pada selanjutnya akan mendorong umat islam untuk b isa bersikap kritis dan meninggalkan
ajaran yang dilarang oleh agama islam. Dengan demikian, pada dasarnya moderenisasi bukanlah
sebuah esensi yang bertentangan dengan agama islam..

3.2 Saran
Penulis menyarankan agar para mahasiswa lebih mengkritisi tantangan yang dihadapi
islam saat ini dalam hal globalisasi. Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah,
daerah, bahkan suatu negara. Namun kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita
tidak terjerumus ke dalam dampak-dampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan
oleh modernisasi.

14
Bak dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi
yang akan menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh
modernisasi yang pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.

Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring
kebudayan modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat yang tidak
sesuai dengan syariat agama.

Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada
banyak masalah yang ditimbulkan , misalnya karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita
harus mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya ekspor
kia rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang yang
pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan turun karena
banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga pemerintah yang harus lebih
memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk dalam negeri. Jika
kerugian akan terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku
pasar yang gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan menimbulkan
kriminalitas. Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan
memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupun dikancah internasional.

Masyarakat juga tidak seharusnya bersikap individualistik. Karena kita hidup


bermasyarakat dan kita adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita harus memiliki rasa
kepedulian terhadap sesama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:


Universitas Brawijaya Press.

Elly, Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, Cetakan ke-1, Jakarta: kencana.

Gerge, Doglas J, 2004, Teori Sosiologi Modern, Edisi Pertama, cetakan ke-7, Penerjemah
Alimandan, Editor Triwibwo, Jakarta: kencana.

Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:


Universitas Brawijaya Press.

Sonia, 2011, Makalah Modernisasi -Ilmu Sosial Budaya, http://soniarai-


azizah.blogspot.com/2011/12/makalah-modernisasi-ilmu-sosial-budaya.html. Diambil pada 05
Mei 2014

My sceret, Teori Modernisasi (Geografi Pembangunan),


2014, http://erinutami.blogspot.com/2014/02/teori-modernisasi-geografi-
pembangunan.html. Diambil pada 05 Mei 2014

ENS Blog, 2013, Makalah Modernisasi, http://evanursaadah15.blogspot.com/2013/09/makalah-


modernisasi.html. Diambil pada 05 Mei 2014

Abdulkadir, Muhammad. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Bakker, JWM. 1999. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Muntahhari, Murtadha. 2002. Manusia, Dan Alam Semesta. Jakarta: Lentera Basritama.

Scrool.1991.Modernisasi :Pegantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara sedang


Berkembang. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

http://evanursaadah15.blogspot.co.id/2013/09/makalah-modernisasi.html

https://ghanadinugrahanto.wordpress.com/dampak-modernisasi-dan-globalisasi/

http://njhik.blogspot.co.id/

https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-modern-dan
kebudayannya.

Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A. 2015. Islam & Modernitas. PT Fajar Interpratama Mandiri

16

Anda mungkin juga menyukai