Kelas 1-A
Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Arnida Suhartini J
2. Aulia Rahma Safarina
3. Fifi Yani
2018
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam
dan Tantangan Modernitas”.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan orang tua dan Bapak Dosen. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Syaepul Manan yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga
penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan seputar Islam dan
Tantangan Modernitas, yang penulis sajikan berdasarkan berbagai sumber.
Kami menyadari dalam penulisan makalah masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan masukan atau
kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR. ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI. ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN. .................................................................................................. 4
I.1 Latar Belakang. ..................................................................................................... 4
I.2 Perumusan Masalah. ............................................................................................. 5
I.3 Maksud dan Tujuan Penulisan. ............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN. ................................................................................................... 6
II.1 Pengertian Modernisasi. ...................................................................................... 6
II.2 Teori Modernisasi dan Konsep Islam tentang Modernisasi ................................ 6
II.3 Syarat-syarat Suatu Modernisasi ......................................................................... 10
II.4 Gejala Modernisasi di Indonesia. ........................................................................ 10
II.5 Dampak Positif dan Negatif Modernisasi ........................................................... 11
II.6 Solusi dari Perkembangan Modernisasi .............................................................. 12
II.7 Tantangan yang dihadapi Islam di Era Modernisasi Saat Ini .............................. 13
II.8 Peran Islam terhadap Modernisasi yang Terjadi Saat Ini .................................... 13
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................... 14
III.1 Kesimpulan. ...................................................................................................... 14
III.2 Saran. ................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................................ 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Agama di tantang untuk bisa hidup secara eksistensial. Agama pun di harapkan memiliki
signifikasi moral dan kemanusiaan bagi kelangsungan hidup umat manusia. Secara realistis,
tugas semacam itu masih dibenturkan dengan adanya kehadiran moderenitas yang terus menerus
berubah ubah sehingga menimbulkan pergeseran bagi agama. Dalam penampakan dunia yang
sangat kompleks ini, peran agama tidak bisa di pandang sebelah mata. Kehidupan yang sangat
dinamis ini merupakan realitas yang tidak bisa dihindarkan dan perlu di respon dalam
pemahaman agama yang dinamis pula tarik menarik antara tradisi agama dan moderenitas
menjadi wacana yang masih hangat untuk selalu di perdebatkan. Agama islam yang di ajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dan dalam arti yang seluas-luasnya.
Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan
material dan spiritual, senantiasa peduli terhadap pedulli terhadap sosial, menghargai waktu
bersikap terbuka, mencintai kebersihan dan mengutamakan persaudaraan.
Agama islam lahir pada abad ke 6-Masehi di semenanjung arabia. Pada awal kehadirannya,
islam mengalami hambatan kultural karena lahir di tengah masyarakat pengembara dan tidak
berperadaban. Namun dalam pengembangan selanjutnya penyebaran agama islam sangat
menarik minat para ahli sejarah.. dalam jangka waktu yang sangat singkat, islam telah dianut
oleh penduduk yang mendiami setengah wilayah dunia. Pada abad ke-20 agama besar ini
menjadi agama yang dipeluk oleh lebih dari satu milyar manusia yang tersebar di seluruh dunia,
terutama di Asia dan Afrika. Islam yang di akui pemeluknya sebagai agama terakhir dan
penutup di rangkaian petunjuk tuhan untuk membimmbing kehidupan manusia mengiklam
dirinya sebagai agama yang paling sempurna peradaban islam dipahami sebagai akumulasi
terpadu antara normanitas islam dan historitas islam manusia di muka bumi yang selalu berubah-
ubah. Nasib agama islam di zaman modern ini sangat di tentukan sejauh mana kemampuan umat
islam merespon secara tepat tuntutan dan perubahan sejarah yang terjadi di era modern ini salah
satunya di bidang IPTEK.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menjadi suatu terobosan bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas. Iptek sangat penting sehingga menjadi tolak
ukur bagi suatu bangsa yang maju atau tidak maju. Peran Iptek diantaranya adalah membantu
manusia dalam segala bidang kehidupannya, seperti bidang sosial, bidang kebudayaan, bidang
ekonomi, bidang politik, bidang keagamaan dan lain sebagainya. Begitu besarnya peran iptek
dalam kehidupan manusia. Saat ini kita semua hidup pada era modernisasi. Semua serba canggih
4
dan tepat guna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Saat ini semua ilmuwan berlomba-lomba
dalam mengembangkan iptek. Hal ini dilakukan untuk memajukan kehidupan manusia itu sendiri.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa islam memiliki tantangan, karakteristik, peran untuk
menghadapi kemajuan-kemajuan dalam kehidupan manusia serta perlu menjawab dengan tegas
bagaimana cara menghadapinya. Islam, agama Rahmatan lil ‘aalamiin sangat mencintai ilmu
pengetahuan, memiliki peran penting untuk menghadapi arus deras tantangan yang terjadi dalam
kehidupan, seperti tantangan dalam menghadapi modernisasi. Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak proyek
pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan,
Negara-negara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas.
Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang
modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbarui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat
modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau
menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal,
rasional, dan fungsional.
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk:
5
BAB II
PEMBAHASAN
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17
sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta
juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah
yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut:
1. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat
A. Teori Modernisasi
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia
ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan
kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi
hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah
beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua
kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang industri
mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi
hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin).
Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang
6
terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori
modernisasi yaitu :
7
dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga
barang modal.
e. Zaman konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan
meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar
menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah
merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus
menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke
proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi
yang saling berkaitan, yaitu :
a) Peningkatan investasi pada sektor produktif
b) Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
c) Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan
gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi
dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas,
disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah
proses berkesinambungan.
Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap
konsumsi masal yang tinggi akan tercapai.
8
dukung dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum
masyarakat melakukan lepas landas.
6. Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini
lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai
komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini
mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman
dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan,
percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun
juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada
manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia
dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan
yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling
efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa.
Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media
massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan perbedaan
penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan
membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu sendiri.
Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada Negara-
negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negara-negara
tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik
orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga
tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu
diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk menopang proses
pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan dukungan dari Negara-negara
yang sudah maju atau modern.
Dalam Bahasa Indonesia padanan kata modernisasi adalah “pembaruan”, berasal dari kata
“baru” atau “baru” yang bermakna sesuatu yang tidak pernah ada, tidak pernah terlihat, tidak
pernah diketahui atau didengar. Bentuk kata kerja baru atau baru adalah “pembaruan”, yang
berarti proses menjadi “baru”, “mengulangi sekali lagi”, atau “memulai lagi” dan “mengganti
dengan yang baru”. Di dalam tradisi ilmu tauhid, ilmu primer Islam, “baru” dikenal sebagai salah
satu ungkapan untuk menyebut sifat alam atau makhluk yang senantiasa berubah-ubah, lawan
dari sifat yang ada bagi Allah, qadim dan baqa. Jadi secara semantic kata “baru” sebetulnya
sangat erat kaitannya dengan kondisi yang selalu berubah.
9
Jauh sebelum istilah modernisasi (pembaruan) dipopulerkan oleh para orientalis, di dunia
Islam sudah ada istilah tajdid yang memiliki arti kurang lebih sama dengan modernisasi atau
pembaruan.
Selain istilah tajdid dalam referensi-referensi pemikiran Islam dipopulerkan pula berbagai
istilah yang memiliki makna yang kurang lebih sama dengan penekanan yang berbeda; istilah
rasionalisasi (proses penegasan kembali bahwa seluruh ajaran Islam itu rasional, dapat diterima
akal), aktualisasi (proses upaya untuk membuktikan bahwa ajaran Islam itu bersifat actual, tidak
hanya ideal). Selain itu juga dipopulerkan istilah ishlah yang dimaksudkan sebagai upaya untuk
melakukan perbaikan agar Islam itu sesuai dengan perkembangan zaman dan temapt, reformasi,
upaya membentuk kembali atau mengadakan pembaruan kepada lebih baik, resurgence
(kebangkitan), rethingking, upaya pemikiran ulang terhadap ajaran-ajaran Islam agar disesuaikan
dengan perkembangan zaman yang terus berubah. Hal ini antara lain dipopulerkan oleh
Muhammad Arkoun dalam bukunya Rethingking Islam.
Modernisasi dalam Islam dapat didefinisikan sebagai pemikiran, gagasan, gerakan, dan usaha
mengubah paham-paham, tradisi-tradisi, dan institusi-institusi lama, untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara garis besar signifikasi modernisasi dalam Islam terlihat pada tiga hal. Pertama, untuk
membuktikan keutamaan Al-Qur’an yang diyakini mencakup segala sesuatu yang berkaitan
dengan seluruh aspek kehidupan manusia di dunia dan akhirat, seperti yang diisyaratkan pada
surat al-An’am ayat 38. Kedua, modernisasi menjadi niscaya pula apabila dilihat dari jurusan
sasarannya sebagai pengkajian ulang terhadap ijtihad atau tafsiran para ulama masa lampau
terhadap teks-teks agama. Sebab ijtihad yang dilakukan para ulama pada waktu tertentu tidak
akan terlepas dari pengaruh keadaan zaman dan masyarakatnya. Selain itu hasil ijtihad juga pada
dasarnya tidak mengandung kebenaran absolut akan tetapi merupakan kebenaran relative. Oleh
karena itu, ijtihad pada waktu tertentu di zaman yang lampau seringkali tidak relevan dan tidak
dapat menjawab tantangan zaman modern. Maka untuk mempertahankan keadaan dan
kesempurnaan Islam modernisasi atau pembaruan merupakan keniscayaan. Ketiga, modernisasi
dalam Islam itu bukanlah kepentingan baru, sebab urgensinya telah diisyaratkan Rasulullah
melalui Hadis-hadisnya. Seperti disebutkan di muka, bahwa Allah akan membangkitkan
pembaru setiap satu abad yang akan memperbarui agama mereka.
1) Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam
kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
10
3) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4) Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media
massa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.
1) Bidang budaya; ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya
pengaruh budaya dari luar, sehingga budaya asli semakin pudar.
2) Bidang politik; ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan,
munculnya Negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi,
lahirnya lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak.
3) Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-
barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi
barang.
4) Bidang sosial; ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat,
seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas
(kelas menengah dan kelas atas).
12
9) Meningkatkan sikap gotong royong agar terjalin kerjasama.
10) Pemerintah sebaiknya memberikan modal sebagai membuka lapangan kerja bagi rakyat.
Adapun tantangan yang dihadapi islam di era modernisasi saat ini adalah:
1) Kemajuan iptek telah mengubah pola pikir, pola pergaulan, dan pola kehidupan secara
massif
2) Industrialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, tetapi di
sisi lain membawa dampak kepada wujudnya stratifikasi social yang tidak seimbang, yaitu
kapitalis. Sehingga mengakibatkan adagium di masyarakat yaitu yang kaya semakin kaya,
yang miskin semakin miskin.
3) Kemajuan dalam bidang teknologi-komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat
dalam segala aspeknya termasuk pola keberagamannya.
Gelombang informasi telah menandai lahirnya generasi baru dalam masyarakat. Kemajuan
seseorang diukur dari seberapa cepat ia menerima informasi itu semakin besar peluang yang
akan ia dapatkan untuk kemajuan dirinya. Secara riil islam harus menjadi solusi dalam
menghadapi dampak kemajuan industrialisasi dan derasnya gelombang komunikasi dan
informasi. Islam sebagai agama rasional adalah agama masa depan, yaitu agama yang membawa
perubahan untuk kemajuan seiring dengan kemajuan kehidupan modern.
Menurut Kuntowijoyo, ada lima program reinterpretasi untuk memerankan kembali misi
rasional dan empiris islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi
modernisasi.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Modernisasi jaman sekarang berkembang sangat pesat. Banyak diantaranya tidak sesuai
dengan kaidah islam. Oleh karena itu , kita harus bisa menghadapi sebuah tantangan tersebut
dengan prespektif yang baik. Agar kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk dari
modernisasi. Sehingga, kita bisa hidup dengan modernisasi sesuai kaidah islam.
Modernisasi yang melanda agama islam dengan segala efek positif maupun negatifnya,
menjadi tantangan yang harus di hadapi umat islam di tengah keterpurukannya umat islam
dituntut bekerja ekstra keras untuk mengembangkan segala potensinya, dan untuk menyelesaikan
permasalahan. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan
dengan aspek pribadi dan ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari
sistem nilai budaya, tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan. Fungsi sosial agama
adalah memberi kontribusi untuk mewujudkan dan mengekalkan suatu order sosial (tatanan
kemasyarakatan). Sebenarnya moderenisasi bukanlah sesuatu hal yang substansial untuk
ditentang jika masih mengacu kepada agama islam. Sebab islam adalah agama universal yang
tidak akan membelegu manusia untuk bersifat maju, akan tetapi harus berpedoman kepada islam.
Secara historis islam sebenarnya tidak ada masalah dengan moderenitas. Dalam soal ilmu
penegtahuan banyak sekali hadist nabi secara langsung menganjurkan umat islam untuk
menuntut ilmu. Al-Qur’an juga selalu mengajak manusia untuk berfikir, menalar dan sebagainya.
Dalam hal filsafat misalnya meski tafsiran para filsuf atas beberapa ajaran agam a tidak bisa
diterima kalangan ulama namun para filsuf muslim itu berfilsafat tentu karena dorongan
keagamaan, untuk membela dan membela keimanan agama.intinya dari moderenisasi yang
kemudian menjadi esensial dan sejalan dengan ajaran islam adalah rasionalisasi yakni usaha
untuk menundukan segala tingkah laku kepada kalkulasi dan pertimbangan akal. Rasionalisasi
pada selanjutnya akan mendorong umat islam untuk b isa bersikap kritis dan meninggalkan
ajaran yang dilarang oleh agama islam. Dengan demikian, pada dasarnya moderenisasi bukanlah
sebuah esensi yang bertentangan dengan agama islam..
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar para mahasiswa lebih mengkritisi tantangan yang dihadapi
islam saat ini dalam hal globalisasi. Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah,
daerah, bahkan suatu negara. Namun kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita
tidak terjerumus ke dalam dampak-dampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan
oleh modernisasi.
14
Bak dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi
yang akan menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh
modernisasi yang pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.
Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring
kebudayan modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat yang tidak
sesuai dengan syariat agama.
Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada
banyak masalah yang ditimbulkan , misalnya karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita
harus mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya ekspor
kia rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang yang
pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan turun karena
banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga pemerintah yang harus lebih
memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk dalam negeri. Jika
kerugian akan terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka akan banyak pelaku
pasar yang gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan menimbulkan
kriminalitas. Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam menciptakan dan
memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupun dikancah internasional.
15
DAFTAR PUSTAKA
Elly, Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, Cetakan ke-1, Jakarta: kencana.
Gerge, Doglas J, 2004, Teori Sosiologi Modern, Edisi Pertama, cetakan ke-7, Penerjemah
Alimandan, Editor Triwibwo, Jakarta: kencana.
Abdulkadir, Muhammad. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Muntahhari, Murtadha. 2002. Manusia, Dan Alam Semesta. Jakarta: Lentera Basritama.
http://evanursaadah15.blogspot.co.id/2013/09/makalah-modernisasi.html
https://ghanadinugrahanto.wordpress.com/dampak-modernisasi-dan-globalisasi/
http://njhik.blogspot.co.id/
https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-modern-dan
kebudayannya.
Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A. 2015. Islam & Modernitas. PT Fajar Interpratama Mandiri
16