Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK


ANAK SEKOLAH

Dosen Pembimbing :
Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Adelia Dwi Lailyvira Ramadhania (131611133005)
Reffy Shania Novianti (131611133010)
Listya Ernissa Mardha (131611133017)
Nurul Hidayati (131611133022)
Angga Kresna Pranata (131611133030)
Yenni Nistyasari (131611133035)
Kusnul Oktania (131611133043)
Gita Shella Madjid (131611133049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Komunitas 2 tentang “Asuhan Keperawatan
Kesehatan Komunitas pada Kelompok Anak Sekolah“

Makalah keperawatan ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah keperawatan ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah keperawatan tentang “Asuhan


Keperawatan Kesehatan Komunitas pada Kelompok Anak Sekolah “

Surabaya, 26 Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah......................3
2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah.........................3
2.1.2 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah.............3
2.1.3 Masalah Kesehatan Mayoritas pada Anak Usia Sekolah..............................5
2.1.4 Intervensi Tingkat Nasional pada Anak Usia Sekolah..................................5
2.1.5 Peran Perawat Komunitas pada Anak Usia Sekolah.....................................7
BAB III KASUS.........................................................................................................10
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................12
4.1 Pengkajian..........................................................................................................12
4.2 Analisa Data.......................................................................................................17
4.2 Diagnosis............................................................................................................20
4.3 Intervensi............................................................................................................23
4.4 Implementasi......................................................................................................42
4.5 Evaluasi..............................................................................................................45
BAB V PENUTUP......................................................................................................47
5.1 Kesimpulan........................................................................................................47
5.2 Saran...................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies merupakan masalah gigi yang paling sering ditemukan pada anak
usia sekolah dasar. Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi yang merupakan
proses demineralisasi progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar
gigi yang sebenarnya dapat dicegah. Penyebab dari karies ini adalah adanya
aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Demineralisasi yang terjadi di jaringan keras gigi ini kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya. Invasi bakteri, kematian pulpa dan penyebaran
infeksi ke jaringan periapikal dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Rasa
nyeri tersebut dapat bertambah akibat mengonsumsi
Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies
yang tinggi karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan
dan minuman sesuai keinginannya. Banyaknya jajanan di sekolah dengan jenis
makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak.
Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak
dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali.
Menurut Rikesdas tahun 2013, sebanyak 25,9% penduduk Indonesia
mempunyai masalah gigi dan mulut, dimana prevalensi anak usia dibawah 12
tahun yang menderita masalah kesehatan gigi dan mulut mengalami peningkatan
yakni pada tahun 2007 sebesar 28,9% dan pada tahun 2013sebesar 42,6%.
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada anak usia sekolah
maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani
masalah tersebut baik dengan upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitative dengan meningkatkan oral hygiene.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah?
2. Apa saja ruang lingkup Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah?
3. Apa saja masalah kesehatan mayoritas pada Anak Usia Sekolah?
4. Apa intervensi tingkat nasional pada Anak Usia Sekolah?
5. Apa peran perawat komunitas pada Anak Usia Sekolah?
6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada Anak Usia Sekolah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Keperawatan Komunitas pada Anak Usia
Sekolah
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Keperawatan Komunitas pada Anak Usia
Sekolah
3. Untuk mengetahui masalah kesehatan mayoritas pada Anak Usia Sekolah
4. Untuk mengetahui intervensi tingkat nasional pada Anak Usia Sekolah
5. Untuk mengetahui peran perawat komunitas pada Anak Usia Sekolah
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada Anak Usia Sekolah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah
Pengertian Anak Usia Sekolah Menurut UU No. 4 Tahun 1979
tentang kesejahteraan anak dikutip dari Suprajitno (2004), anak
sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan
sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 7 sampai 15
tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib belajar
pendidikan 9 tahun.
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu
dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas
adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko
(at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak
sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat
berbagai definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan
anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia
lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun.

2.1.2 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas pada Anak Usia Sekolah


A. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan.
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga teratur
f. Rekreasi

g. Pendidikan seks

B. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas
dan kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A, Iodium.

d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui.

C. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga
yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan:
a. Perawatan anak sakit dirumah.

b. Perawatan anak sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau


rumah sakit.

D. Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC,
kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan:
a. Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain
sebagainya.

b. Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita


TBC dll.

E. Resosialitatif
Adalah upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti,
penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

2.1.3 Masalah Kesehatan Mayoritas pada Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12
tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah merupakan kelompok
risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan peningkatan
kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika
faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat
berakibat potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan
kesehatan secara optimal dari populasi. Anak usia sekolah merupakan
populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi
kebutuhan

2.1.4 Intervensi Tingkat Nasional pada Anak Usia Sekolah


Pada anak usia sekolah teknik penanganan yang bisa dilakukan
adalah family therapy. Brief Strategic Family Therapy (BSFT) adalah
terapi jangka pendek dan berfokus pada intervensi terapeutik. Target
penanganan dari teknik ini adalah anak usia 6-17 tahun (Young, 2009).
Brief Strategic Family Therapy (BSFT) merupakan terapi keluarga
yang banyak dipakai untuk menghadapi remaja dengan permasalahan
perilaku. BSFT mentargetkan pola interaksi maladaptif yang terjadi
berulang-ulang dalam keluarga. Pola interaksi yang berulang ini gagal
dalam mencapai tujuan yang diharapkan dan menye- babkan masalah
perilaku pada remaja. Dengan meningkatkan hubungan komu- nikasi
antar anggota keluarga diharapkan permasalahan perilaku pada remaja
akan menurun dengan sendirinya.
Menurut Szapocznik dan Kurtines (1989), BSFT terbagi dalam tiga
konstruk, yaitu:
1. Sistem
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi dan terdiri
dari bagian-bagian yang saling bergantung atau saling terkait.
Keluarga adalah sebuah sistem yang terdiri dari individu-individu
yang selalu memengaruhi perilaku anggota keluarga lainnya. Di
samping itu, anggota keluarga akan menjadi terbiasa dengan perilaku
anggota keluarga yang lain karena perilaku mereka terjadi berkali-
kali sepan- jang hidup. Perilaku ini secara sinergis mengatur sistem
keluarga.

2. Struktur atau Pola Interaksi


Pola berulang dalam interaksi keluarga disebut sebagai struktur
keluarga. Struktur keluarga yang maladaptif dikarakteristikkan
sebagai interaksi keluarga yang berulang namun memperlihatkan
tanggapan atau respon yang tidak memuaskan dari anggota keluarga
lainnya. Struktur keluarga yang maladaptif dipandang sebagai
kontributor penting sehingga memunculkan dan menguatkan
permasalahan perilaku.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa remaja dengan
penyalahgunaan obat atau permasalahan perilaku dapat berubah
sebagai hasil perubahan hubungan keluarga (Liddle & Dakof, 1995;
Santisteban, Szapocznik, Perez-Vidal, Kurtines, Coatsworth, &
LaPerriere, 2000).

3. Strategi
Strategi adalah intervensi yang praktis, fokus kepada masalah
dan disengaja. Intervensi yang praktis dipilih sesuai dengan
kebutuhan keluarga untuk membawa keluarga pada perubahan yang
diinginkan. Salah satu aspek penting dari intervensi yang praktis ini
adalah penekanan aspek dari realitas keluarga sebagai cara untuk
mendorong hubungan orangtua-anak (misalnya: anak yang
ketergantungan obat ini sebenarnya sedang merasakan kesa- kitan)
atau aspek lain yang mengedepankan urgensi (misalnya: anak ini
akan mati karena over dosis).

2.1.5 Peran Perawat Komunitas pada Anak Usia Sekolah


A. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis
pelayanan keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana
perawat mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya
CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada
keseluruhan populasi dengan penekanan pada kesehatan kelompok
populasi daripada individu dan keluarga.

B. Fungsi dan Peran Perawat CHN pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat
anak usia sekolah antara lain :

1. Kolaborator

Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas


sektoral dalam membuat keputusan dan melaksanakan tindakan
untuk menyelesaikan masalah anak sekolah. Seperti halnya
perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan
sebagainya.

2. Koordinator

Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai


kebutuhan anak sekolah, menetapkan penyedia pelayanan untuk
anak usia sekolah.

3. Case finder

Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi


pada agregat anak usia sekolah, menggunakan proses diagnostik
untuk mengidentifikasi potensial kasus penyakit dan risiko pada
anak usia sekolah.
4. Case manager

Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang


rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan anak usia
sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi
dampak pelayanan.

5. Pendidik

Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga


dengan anak usia sekolah di masyarakat dan anak usia sekolah di
institusi formal, memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.

6. Konselor

Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan


alternatif solusi, membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek
solusi dan pemecahan masalah.

7. Peneliti

Merancang riset terkait anak usia sekolah,


mengaplikasikan hasil riset pada anak usia sekolah,
mendesiminasikan hasil riset.

8. Care giver

Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah,


menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi
keperawatan, melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi
hasil intervensi.

9. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia
sekolah, menentukan kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus
anak usia sekolah terhadap pengambil keputusan,
mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.

BAB III
KASUS

Contoh Kasus Semu Keperawatan Komunitas

SDN Wonokromo IV Surabaya merupakan salah satu tempat pendidikan bagi


anak usia sekolah 6-12 tahun yang berada di daerah Wonokromo, Kota Surabaya.
SDN Wonokromo IV memiliki siswa sebanyak 123 orang yang terdiri dari 6
tingkatan kelas. Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah.
Di SDN Wonokromo IV terdapat pelayanan kesehatan (UKS) yang digunakan untuk
tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit, namun UKS tersebut tidak
terawat dan hanya dijalankan oleh PMR serta guru yang bertugas.. Selain itu juga
terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa. Terdapat 1 kantin
di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin kebersihannya dan
terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang sekolah. Dari hasil pengamatan
siswa SDN Wonokromo IV sangat suka jajan sembarangan, dan mereka memiliki
kebiasaan lebih menyukai jajan jajanan seperti coklat, permen, dan snack. Selain itu
juga tampak, banyak siswa dari SDN Wonokromo IV yang kebersihan dirinya masih
kurang, salah satunya terkait kebersihan gigi (Karies gigi). Karies gigi yang dialami
oleh anak anak SDN Wonokromo IV dikarenakan adanya kebiasaan setelah bel
istirahat berbunyi berbondong-bondong untuk membeli jajan jajanan sembarangan,
jajan jajanan yang paling digemari anak anak adalah coklat, permen dan jajan yang
manis manis. Pada survey yang dilakukan, juga banyak anak anak yang mengalami
karies pada giginya akibat anak anak gemar makan makanan manis. Hasil wawancara
juga menunjukkan bahwa anak anak tidak terbiasa gosok gigi sebelum tidur dan
setelah makan, untuk gosok gigi dua kali sehari saja terkadang jarang dilakukan.
Salah satu faktor anak anak tidak menggosok giginya karena, anak anak tersebut tidak
dibiasakan oleh orangtua mereka untuk menggosok giginya minimal sehari 2 kali.
Bahkan dalam satu bulan terkadang ada beberapa murid yang tidak masuk sekolah
dikarenakan masalah sakit gigi. Sakit gigi tersebut bermula dari adanya karies gigi
yang dialami oleh para siswa SDN Wonokromo IV Surabaya. Padahal berdasarkan
informasi dari sekolah, biasanya sekolah juga memberikan pelajaran tentang
kesehatan salah satunya adalah perihal gosok gigi.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan
Community as partner meliputi: data inti komunitas dan subsystem.
a. Data Inti Komunitas
1) Demografi
Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN
Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun sebanyak 123 siswa,
jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan umur
tergambar pada grafik di bawah ini.
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang
berumur 8-9 tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun
mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %.
2) Status perkawinan
Agama100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3) Nilai, kepercayaan dan agama


Agama yang dianut oleh anak SDN Wonokromo IV 96,9 % Islam
dan 3,1 % Kristen. Berdasarkan winshield survey dan data dari
monografi didapatkan tidak tersedia musala untuk tempat beribadah
karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran
Agama.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan
bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan
beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-anak rajin dan antusias
dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.

4) Kelompok Etnis
Suku mayoritas siswa SDN Wonokromo IV adalah Suku Jawa.
5) Kebiasaan
Pada saat istirahat siswa sering dan lebih menyukai membeli jajan
jajanan sembarangan, yaitu coklat, permen dan snack yang dijual di
kantin maupun di dekat pintu gerbang.

b. Data Subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1) Lingkungan Fisik
 Inspeksi
Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan
jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan
baik, terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan
yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual
makanan di depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual
tidak terjamin kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang
terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan. Kondisi
terawat dengan baik.

 Auskultasi
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di
sekolah SDN Wonokromo IV terdapat kegiatan ekstrakulikuler
yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan
senam, kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan
seperti pengajian.

 Angket
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang
kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.

2) Pendidikan
Di SDN Wonokromo IV tidak terdapat kurikulum khusus tentang
health promotion, hanya terdapat pelajaran olahraga yang membahas
sedikit materi tentang kesehatan (karies gigi).

3) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat
UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit.
Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk
konsultasi siswa.

4) Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan
orang tua para siswamempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan
berdagang untuk mencari nafkah.

5) Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah
menyebrang jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang
mengancam kesehatan anak usia sekolah :
1. Kebiasaan jajan sembarangan
Dari hasil angket yang dberikan, siswa SDN Wonokromo
IV memiliki kebiasaan jajan sembarangan, sekitar 98 anak
(80%) yang memiliki kebiasaan tersebut. Ini merupakan hal
yang negatif bagi kesehatan anak usia sekolah karena
kebersihan makanan dan kandungan gizi yang ada di dalam
makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam masalah
kesehatan untuk anak usia sekolah.
2. Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan yang mayoritas jenis jajanan anak
usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini
merupakan hal yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia
sekolah karena dalam permen mengandung kandungan gula
yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi
pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo.

3. Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur


Pada data yang diketahui mayoritas anak usia sekolah
tidak menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75%).
Ini merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia
sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak
dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat
menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan gigi dan
mulut. Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan
bahwa anak-anak SDN Wonokromo IV sudah mendapat
pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan
anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV
Wonokromo adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

6) Politik dan pemerintahan


Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah
adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta
kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak usia
sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti
kegiatan kepramukaan.

7) Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari
media, para guru dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah
diperoleh adalah mayoritas anak mengetahui mengenai informasi
tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya
televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang
digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan negatif.

b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah
di sekolah SDN Wonokromo IV meliputi data tentang diskusi yang
dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Berdasarkan
data yang diperoleh, maka mayoritas anak menjawab jarang
mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah
anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko
terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari informasi melalui
orang lain atau media yang belum tentu kebenarannya. Sehingga
diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi
solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

8) Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang
tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman
kota, Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk
pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni disekolah SDN
Wonokromo IV terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

4.2 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Do : Kurangnya pengetahuan Defisiensi Kesehatan
Terjadi peningkatan siswa akan perilaku Komunitas.
penderita karies gigi pada kebersihan dan kesehatan
siswa di SDN terutama terkait dengan Domain 1. Promosi
Wonokromo IV Surabaya masalah gosok gigi Kesehatan : Kelas 2.
sebanyak 20%. menyebabkan Managemen Kesehatan.
meningkatnya kejadian
karien gigi pada siswa di
Ds :
SDN Wonokromo IV.
Dari wawancara
didapatkan hasil Adanya
kebiasaan pada
lingkungan anak usia
sekolah yang kurang
baik bagi perkembangan
anak yaitu orangtua dan
lingkungan anak yang
membiasakan tidak
menggosok gigi sebelum
tidur sehingga kebiasaan
ini diikuti oleh anak usia
sekolah
Do : Kurangnya kesadaran Perilaku kesehatan
a. Kebiasaan jajan siswa dan orang cenderung berisiko.
sembarangan disekitarnya baik itu
- 80% anak usia
warga sekolah, maupun Domain 1. Promosi
sekolah
orang tuanya untuk Kesehatan : Kelasa 2.
memiliki
melakukan kebiasaan Managemen Kesehatan
kebiasaan jajan
gosok gigi yang baik
sembarangan
untuk menjaga kesehatan
- mayoritas jenis
gigi dan mulut
jajanan anak
usia sekolah
adalah permen
sebanyak 50
anak (40,6 %)
- 45 murid yang
bermasalah pada
gigi dengan
persentase 36.5
%
b. Kebiasan
menggosok gigi
sebelum tidur
- 75% anak usia
sekolah
tidak menggoso
k gigi sebelum
tidur
- Alasan tidak
menggosok gigi
karena tidak
disuruh oleh
orangtuanya
(48.7%)

Ds :
Dari hasil wawancara
pada siswa, siswa
mengaku tidak
dibiasakan melakukan
perilaku menggosok gigi

4.3 Diagnosis
A. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kesehatan Cenderung berisiko pada agregat anak usia sekolah
di SDN Wonokromo IV Surabaya (Domain 1. Promosi Kesehatan :
Kelasa 2. Managemen Kesehatan).
2. Defisiensi Kesehatan Komunitas pada anak usia sekolah di SDN
Wonokromo IV Surabaya (Domain 1. Promosi Kesehatan : Kelas 2.
Managemen Kesehatan).

B. Scoring Diagnosa Keperawatan Komunitas


Pemberian bobot prioritas masalah didasarkan pada tinggi rendahnya
tingkat dari setiap kriteria pada masing-masing masalah keperawatan yang
muncul. Bobot yang diberikan mulai dari 1 - 5 (1 = sangat rendah, 2 =
rendah, 3 = cukup, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi).
Cara perhitungan meliputi bobot total yang didapatkan dengan
menjumlahkan semua nilai dari masing-masing kriteria. Lalu bobot yang
tertinggi yang akan menjadi prioritas pertama dalam penanggulangan
masalah.

Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan


No Masalah Score
Masyarakat Prevalensi Bahaya untuk dikelola
1. Defisiensi
kesehatan
komunitas pada
agregat anak
2 3 3 3 54
usia sekolah di
SDN
Wonokromo IV
Surabaya
2. Perilaku
kesehatan
cenderung
berisiko pada
agregat anak 1 3 3 4 36
usia sekolah di
SDN
Wonokromo IV
Surabaya
3. Defisiensi
Pengetahuan
pada agregat
anak usia 1 3 3 3 27
sekolah di SDN
Wonokromo IV
Surabaya
Keterangan:
1 = rendah
3 = sedang
3 = tinggi
4 = sangat tinggi

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas pada agregat usia sekolah di SD Rawa-rawa Asa adalah sebagai
berikut.
No. Diagnosa Keperawatan Score

1 Defisiensi kesehatan komunitas pada agregat anak usia 54


sekolah di SDN Wonokromo IV Surabaya
2 Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada agregat anak usia 36
sekolah di SDN Wonokromo Surabaya
Defisiensi
3 Pengetahuan pada agregat anak usia sekolah di SDN 27

Wonokromo IV Surabaya
4.4 Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC PJ Waktu Tempat Metode Media
Keperawatan
1. Defisiensi kesehatan Tujuan : Setelah Perawat 08.00 - SDN Ceramah, PPT,
komunitas pada dilakukan pendidikan dan Guru selesai Wonokromo Demonstra LCD, dan
agregat anak usia kesehatan diharapkan klien IV si Proyektor
sekolah di SDN mampu memahami
Wonokromo IV defisiensi kesehatan
komunitas dengan kriteria
(Domain 1. Promosi
hasil berikut:
Kesehatan; Kelas 2.
Pengetahuan :
Managemen
Promosi Kesehatan (1823)
Kesehatan; Kode  Perilaku yang
Pengetahuan :
00215) meningkatkan Pendidikan kesehatan
kesehatan (182308/IV) (5510)
(5)
 Targetkan sasaran pada
 Pemeriksaan kesehatan
kelompok berisiko
yang direkomendasikan
tinggi dan rentang usia
(182310/IV) (5)
 Praktik gizi yang sehat yang akan mendapat
(182318/IV) (5) manfaat besar dari
 Resiko penyakit yang pendidikan kesehatan
 Identifikasi faktor
diturunkan
internal dan eksternal
(182327/IV) (5)
yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat
 Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat ini
pada individu,
keluarga, atau
kelompok sasaran
 Identifikasi sumber
daya yang diperlukan
untuk melakukan
program
 Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka
pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif
daripada menekankan
pada manfaat jangka
panjang atau efek
negatif dari
ketidakpatuhan
 Libatkan individu,
keluarga, dan
kelompok dalam
perencanaan dan
rencana implementasi
gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
Perilaku Primer :
Perilaku Promosi
Perilaku Primer :
Kesehatan (1602)
Skrining kesehatan (6520)
 Menggunakan
 Tentukan populasi
perilaku yang
target untuk
menghindari risiko
(160201) (5) dilakukannya
 Menggunakan
pemeriksaan kesehatan
dukungan social untuk  Jadwalkan pertemuan
meningkatan untuk meningkatkan
kesehatan (160210) efisiensi dan rawatan
(5) individual
 Mendapatkan skrining  Dapatkan persetujuan
kesehatan yang untuk dilakukannya
direkomendasikan prosedur skrining
(160213) (5) kesehatan yang sesuai
 Berikan informasi
pemeriksaan diri yang
Perilaku Skrining
tepat selama skrining
Kesehatan Pribadi (1634)
 Mengenali adanya
resiko penyakit
(163401/IV)
 Mengenali kebutuhan
untuk skrining
(163402/IV)
 Mendapatkan skrining
kesehatan yang
direkomendasikan
(160213)

Perilaku Sekunder :
Kontrol Resiko
Komunitas: Tradisi
Budaya Yang Tidak Sehat Perilaku Sekunder :
(2810) Identifikasi resiko (6610)
 Program pendidikan  Jelaskan kepada pasien
untuk penguatan pentingnya identifikasi
praktik budaya yang yang tepat sepanjang
sehat (281008) (5) pertemuan kesehatan
 Penggunaan  Lakukan verifikasi
perwakilan komunitas pasien di waktu yang
yang berpengaruh berbeda ketika
untuk mendorong prosedur yang
rekomendasi dilakukan rumit dan
perubuhan (281006) melibatkan beberapa
(5) tahap
 Insentif untuk perilaku  Lakukan identifikasi
sehat (281019) (5) melalui anggota
keluarga atau teman
balik ketika pasien
tidak dapat
memberikan informasi
 Ajarkan pasien
mengenai risiko yang
berkaitan dengan
identifikasi yang salah

Tersier:
Konsultasi (7910)
 Mengidentifikasi
tujuan berkonsultasi
 Melibatkan pihak yang
mencari pertolongan
dalam keseluruhan
proses konsultasi
 Dukung bagi mereka
yang mencari
pertolongan untuk
melangkah lebih baik
terkait dengan lebih
mampu mengarahkan
diri sendiri dan
tanggung jawab

Modifikasi Perilaku (4360)


 Tentukan motivasi
pasien terhadap
perlunya perubahan
perilaku
 Hindari menunjukkan
perilaku atau
ketidaktertarikan pada
saat pasien berjuang
untuk merubah
perilakunya
 Tawarkan penguatan
positif dalam
pembuatan keputusan
mandiri pasien
 Dukung pembelajaran
mengenai perilaku
yang diinginkan
dengan menggunakan
tekning modeling

2. Perilaku kesehatan Tujuan : Setelah


cenderung berisiko dilakukan pendidikan
pada agregat anak kesehatan diharapkan klien
usia sekolah di SDN mampu memahami gaya
Wonokromo IV hidup sehat dengan kriteria
Pengetahuan:
Surabaya hasil berikut:
Pendidikan Kesehatan
(Domain 1. Promosi
Pengetahuan: (5510)
Kesehatan; Kelas 2.
Gaya Hidup Sehat (1855)  Targetkan sasaran pada
Managemen  [185522/IV] Memiliki
kelompok anak usia
Pengetahuan tentang
Kesehatan; Kode
sekolah yang akan
strategi mencegah
00188)
mendapat manfaat besar
penyakit (5)
 [185528/IV] Memiliki dari pendidikan
pengetahuan tentang kesehatan tentang
pentingnya perawatan karies gigi
 Identifikasi faktor
kesehatan mulut (5)
internal dan eksternal
yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat
pada anak usia sekolah
 Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat ini
pada individu, keluarga,
atau kelompok anak
usia sekolah
 Identifikasi sumber
daya yang diperlukan
untuk melakukan
program Pendidikan
kesehatan pada anak
usia sekolah
 Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsungataujangkapen
dek yang bisa diterima
oleh perilaku gaya
hidup positif daripada
menekankan pada
manfaat jangka panjang
atau efek negatif dari
Perilaku Primer :
ketidakpatuhan
Perilaku Peningkatan
 Libatkan individu,
Kesehatan (1602)
keluarga, dan kelompok
 [160201/IV]
dalam perencanaan dan
Menggunakan perilaku
rencana implementasi
yang menghindari
gaya hidup atau
resiko(5)
modifikasi perilaku
 [160203/IV]
kesehatan
Memonitor perilaku
personal terkait dengan
resiko
 [160207/IV] Perilaku Primer:
Melakukan perilaku Peningkatan Kesadaran
kesehatan secara Kesehatan (5515)
rutin(5)  Gunakan komunikasi
yang sesuai dan jelas
untuk anak usia sekolah
 Berkomunikasi dengan
mempertimbangkan
Perilaku Sekunder :
kesesuaian budaya,
Perilaku Skrining
usia, dan kesesuaian
Kesehatan Pribadi (1634)
jenis kelamin
 [163401/IV] Mengenali  Pertimbangkan status
adanya resiko kesadaran kesehatan
penyakit(5) pasien diawal kontak
 [163402/IV] Mengenali
melalui pengkasian
kebutuhan untuk  Gunakan strategi untuk
skrining(5) meningkatkan
 [160213/IV]
pemahaman
Mendapatkan skrining
kesehatan yang Perilaku Sekunder :
Identifikasi Resiko
direkomendasikan (5)
(6610)
 Jelaskan kepada pasien
pentingnya identifikasi
yang tepat sepanjang
pertemuan kesehatan
 Lakukan verifikasi
pasien di waktu yang
berbeda ketika prosedur
yang dilakukan rumit
dan melibatkan
beberapa tahap
 Lakukan identifikasi
melalui anggota
keluarga atau teman
balik ketika pasien
tidak dapat memberikan
informasi
 Ajarkan pasien
mengenai risiko yang
berkaitan dengan
identifikasi yang salah

Tersier :
Modifikasi Perilaku
(4360)
 Tentukan motivasi
pasien terhadap
perlunya perubahan
perilaku
 Hindari menunjukkan
perilaku atau
ketidaktertarikan pada
saat pasien berjuang
untuk merubah
perilakunya
 Tawarkan penguatan
positif dalam
pembuatan keputusan
mandiri pasien
 Dukung pembelajaran
mengenai perilaku yang
diinginkan dengan
menggunakan tekning
modeling
 Lakukan penguatan
peninjauan kembali
dalam rentang yang
panjang
3. Tujuan : Setelah
(00126)
dilakukan pendidikan
Defisiensi
kesehatan diharapkan
Pengetahuan pada
pengetahuan klien tentang
Agregat Remaja di
kesehatan dapat meningkat
RT 2, 3, 4, 7, 8, 9
dengan kriteria hasil
RW 1
berikut:
Kelurahan
Medokan
Perilaku Primer Perilaku Primer
Semampir,
Perilaku Patuh (Aktif) Pendidikan Kesehatan
Kecamatan
(1600) (5510)
Sukolilo, Surabaya.
 Menggunakan strategi  Mengidentifikasi
untuk mengeliminasi faktor internal atau
Domain 5.
perilaku tak sehat eksternal yang dapat
Persepsi/kognisi.
(160008) menigkatkan atau
Kelas 4. Kognisi
 Menggunakan strategi mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat.
mengoptimalkan Tentukan pengetahuan
kesehatan (160009) kesehatan dan gaya
 Menggambarkan hidup perilaku saat ini
rasionalisasi terhadap pada individu,
penyimpangan dari keluarga, atau
rejimen kesehatan kelompok sasaran.
(160013)  Kembangkan materi
pendidikan tertulis
yang tersedia dan
sesuai dengan audiens
yang menjadi sasaran.
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk menolak
perilaku yang tidak
sehat atau berisiko
daripada memberikan
saran untuk
menghindari untuk
merubah perilaku.

Perilaku Peningkatan Peningkatan


Kesehatan (1602) Kesadaran Kesehatan
(5515)
 Menjelaskan strategi
 Berikan informasi
untuk menghilangkan
penting secara tertulis
perilaku yang tidak
maupun lisan pada
sehat (160306)
pasien sesuai dengan
 Melakukan perilaku
bahasa utamanya atau
kesehatan yang
bahasa ibu.
disarankan (160315)
 Berikan pendidikan
kesehatan satu
persatu atau
konseling jika
memungkinkan.
 Sediakan materi
informasi kesehatan
tertulis yang mudah
dipahami (yaitu
menggunakan kalimat
kalimat pendek dan
kata kata
umum dengan sedikit
suku kata, menyorot
point point penting.
 Gunakan strategi
Untuk meningkatan
pemahaman.

Perilaku Sekunder
Keseimbangan Gaya Perilaku Sekunder
Hidup (2013) Pendidikan Orangtua:
 Ikut dalam aktivitas Keluarga yang
yang sesuai dengan Membesarkan Anak
nilai-nilai personal (5566)
(201317)  Rencanakan program
 Ikut dalam aktivitas pendidikan yang
yang meningkatkan didasarkan pada
pengembangan diri kekuatan keluarga.
(201316)  Libatkan orangtua
dalam desain da nisi
Motivasi (1209) yang ada dalam
- Memperolaeh program pendidikan.
dukungan yang  Ulas fakta kesehatan
diperlukan (120904) gigi dengan orangtua.
- Memulai perilaku
 Identifikasi dan
mencapai target yang mengajarkan orantua
diarahkan dari diri mengenai cara
sendiri (120905) menggunakan
berbagai strategi
dalam mengelola
perilaku anak.
4.5 Implementasi
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan
Keperawatan
Defisiensi kesehatan 6 Agustus  Menentukan pengetahuan
komunitas pada 2018 kesehatan dan gaya hidup
agregat anak usia perilaku sehat pada anak usia
sekolah di SDN sekolah (tidak jajan
Wonokromo IV sembarangan, menggosok gigi
minimal 2x sehari)
 Melibatkan individu, keluarga,
dan kelompok dalam
melaksanakan gaya hidup atau
modifikasi perilaku kesehatan
 Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang karies gigi
pada kelompok anak usia
sekolah.
 Mengkomunikasikan pesan
atau materi dengan
mempertimbangkan kesesuaian
budaya, usia, dan kesesuaian
jenis kelamin
 Mengenalkan anak usia
sekolah mengenai risiko yang
berkaitan dengan kebersihan
gigi
 Mendukung bagi anak sekolah
untuk melangkah lebih baik
terkait kebersihan dan
kesehatan gigi dengan lebih
mampu mengarahkan diri
sendiri dan tanggung jawab
Perilaku kesehatan 6 Agustus  Menargetkan sasaran pada
cenderung berisiko 2018 kelompok anak usia sekolah
pada agregat anak usia yang akan mendapatkan
sekolah di SDN pendidikan kesehatan tentang
Wonokromo IV karies gigi
 Mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan
mengurangi motivasi untuk
berperilaku sehat pada anak
usia sekolah
 Melibatkan keluarga dan
kelompok anak usia sekolah
dalam melaksanakan gaya
hidup sehat atau modifikasi
perilaku kesehatan
 Melakukan pendekatan secara
formal dengan kepala sekolah,
guru, dan petugas UKS
 Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang karies gigi
pada kelompok anak usia
sekolah
 Mengkomunikasikan pesan
yang disampaikan dengan
mempertimbangkan kesesuaian
budaya
 Mendemonstrasikan cara
menggosok gigi dengan baik
dan benar pada kelompok anak
usia sekolah
 Mendukung pembelajaran
mengenai perilaku yang
diinginkan dengan
menggunakan tekning
modeling
 Memberi kesempatan pada
kelompok anak usia sekolah
untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok
gigi dengan baik dan benar
 Melakukan penguatan
peninjauan kembali dengan
bekerjasama dengan UKS
untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia
sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya

4.5 Evaluasi
No Hasil Evaluasi
1. Dx. 1
Primer :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan didapatkan hasil
bahwa perilaku siswa terkait dengan hasil diadakanya promosi kesehatan
mengalami peningkatan, yang semula dengan nilai NOC 3, kini menjadi
5.

Sekunder :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan didapatkan hasil
bahwa perilaku siswa terkait dengan melakukan skrining kesehatan
pribadi mengalami peningkatan, yang semula dengan nilai NOC 3, kini
menjadi 4.

Tersier :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan didapatkan hasil
bahwa perilaku siswa terkait dengan perilaku patuh mengalami
peningkatan, yang semula dengan nilai NOC 3, kini menjadi 5.
2. Dx. 2
Primer :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan didapatkan hasil
bahwa perilaku siswa terkait dengan hasil diadakannya promosi kesehatan
mengalami peningkatan, yang semula dengan nilai NOC 3, kini menjadi
5.

Sekunder :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan didapatkan hasil
bahwa perilaku siswa terkait dengan kemampuan mengontrol risiko
masalah mengalami peningkatan, yang semula dengan nilai NOC 2, kini
menjadi 4.

Tersier :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan didapatkan hasil
bahwa perilaku siswa terkait dengan perilaku patuh terhadap bimbingan
kesehatan mengalami peningkatan, yang semula dengan nilai NOC 3, kini
menjadi 5.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Anak usia sekolah merupakan golongan anak yang berusia antara 7-15
tahun yang menjadi sasaran program wajib belajar pendidikan 9 tahun. Ruang
lingkup keperawatan komunitas pada anak usia diantaranya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitative serta resosialitatif. Pada anak usia sekolah memiliki risiko
yang dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit.
Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor risiko tersebut ada pasti akan
menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial terjadinya sakit atau
kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi. Pada anak
usia sekolah teknik penanganan yang bisa dilakukan adalah Brief Strategic
Family Therapy (BSFT) yang merupakan terapi jangka pendek dan berfokus
pada intervensi terapeutik. Adapun peran perawat komunitas pada anak usia
sekolah antara lain kolaborator, coordinator, case finder, case manager, pendidik,
konselor, peneliti, care giver dan pembela.

5.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas pada anak usia sekolah,
perawat perlu mengetahui atau mengerti tentang rencana keluarga dengan anak
usia sekolah, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang
baik dengan keluarga. Keluarga diharapkan mampu memahami tentang masalah
yang sedang dialami atau yang terjadi pada anak usia sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad., Anik., Arista., Kartika., Miftahur., Vivi. Keperawatan Komunitas pada Anak
Usia Sekolah (6-12 Tahun).2013. Surabaya: e-Journal

Apriany, D. (2013). Hubungan antara hospitalisasi anak dengan tingkat kecemasan


orang tua. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(2).

Effendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas-Teori dan


Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Lane, R., & St. Louis, M. (2013). Nursing Interventions Classification (Nic), Sixth
Edition. United States of America: Elsevier.

Sue Moorhead, P. R. (2014). Nursing Outcomes Classification (Noc). Kidlington,


Oxford OX5 1GB: Elsevier Global Rights

Anda mungkin juga menyukai