Pengolahan Data
Pengolahan Data
HERMASLIN PASARIBU
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Neraca Massa dan
Pengembangan Proses Mandiri Energi Pada Pabrik CPO adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Hermaslin Pasaribu
NIM F34100021
ABSTRAK
HERMASLIN PASARIBU. Neraca Massa dan Pengembangan Proses Mandiri
Energi Pada Pabrik CPO. Dibimbing oleh TAJUDDIN BANTACUT.
Kata kunci: biomass pabrik kelapa sawit, mandiri energi, model neraca massa
ABSTRACT
Palm oil mill consumes large amounts of energy so that the limited supply
of fossil fuels in the future become a production constraint. The purpose of this
study was to calculate the rational energy requirements of CPO production and
assess the adequacy of energy through the utilization by-products of byproducts.
Mass balance model was developed to describe the need and the sufficiency of
energy. The results of the model calculations based on the rational performance,
palm oil mill with capacity of 60 tons fresh fruit bunches/hour produce crude
palm oil at 26.80% yield. This production coupled with biomass by-products
include empty bunches, fiber, shells, and liquid waste 1,4265.3 kg, 4,612.9 kg,
1,958.7 kg and 21,057 kg respectively. These by-product potentially consist of
energy as much as 65,006,768 kcal. This energy can be used to meet the energy
needs of 1,020 kWh of electrical plant and steam 30 tons with an excess energy of
1,021.78 kWh. Palm oil mills can be a surplus energy production system.
Therefore it is recommended that palm oil mills should be restricted in using
fossil energy and electricity from public network.
HERMASLIN PASARIBU
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Neraca
Massa dan Pengembangan Proses Mandiri Energi Pada Pabrik CPO.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Tajuddin Bantacut selaku
pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya termasuk
juga teman-teman, dosen dan staf departemen Teknologi Industri Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Hermaslin Pasaribu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Kerangka Pemikiran 2
Jenis dan Sumber Data 3
Pemodelan Neraca Massa dan Energi 3
Pengolahan dan Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Model Neraca Massa dan Energi Level I 10
Model Neraca Massa dan Energi Level II 10
Model Neraca Massa dan Energi Level III 11
Pemanfaatan Hasil Samping Industri Minyak Sawit 12
Rancangan Proses Produksi CPO Mandiri Energi 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
Keterangan simbol pada Gambar 2 4
Faktor efisiensi pada model Level II 6
Keterangan simbol pada Gambar 3 7
Faktor efisiensi model Level III 9
Hasil perhitungan model Level I 10
Hasil perhitungan model Level II 11
Hasil perhitungan model Level III dan faktual pabrik 11
Kandungan kalori tandan buah segar 12
Potensi energi limbah cair kelapa sawit (LCPKS) 14
Potensi energi biomassa pabrik kelapa sawit 60 ton/jam 15
Potensi uap berbasis hasil samping pabrik kelapa sawit 60 ton/jam 15
DAFTAR GAMBAR
Model neraca massa Level I 3
Model neraca massa Level II 3
Model neraca massa Level III 6
Hasil perhitungan model Level III 12
Sistem biogas berbasis LCPKS 14
Sistem pemanfaatan biomassa kelapa sawit 15
Diagram pengolahan kelapa sawit 60 ton/jam mandiri energi 16
DAFTAR LAMPIRAN
Data Pengolahan Kelapa Sawit PT X bulan Juni 21
Matriks Perhitungan Model Level II 22
Hasil Perhitungan Matriks Model Level II 22
Matriks Perhitungan Model Level III 23
Hasil Perhitungan Matriks Model Level III 24
Hasil Perhitungan potensi hasil samping pabrik kelapa sawit 25
Sistem Pengolahan Kelapa Sawit Mandiri Energi 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Kerangka Pemikiran
kebutuhan, maka sistem produksi memerlukan input atau tambahan energi dari
luar sistem sehingga sistem tersebut disebut dengan tidak mandiri energi.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan langsung terhadap sistem input-output proses produksi
CPO, kebutuhan energi selama proses, dan sumber energi yang digunakan untuk
menggerakkan pabrik. Data sekunder berasal dari studi literatur seperti buku,
sumber elekronik, jurnal nasional dan internasional, laporan penelitian, skripsi,
majalah, laporan perusahaan dan buku statistik.
Keterangan: I= Input, P= Produk, W= Waste, sehingga I= P+L dan efisiensi (E)= P/I.
TBS yang keluar dari stasiun rebusan disebut sterilized fruit bunches (SFB).
DitJend PPHP (2006) menyebutkan bahwa SFB yang dihasilkan dari stasiun
perebusan yaitu 88,5%, jadi nilai a2 adalah 0,89.
Kompartemen 3
Efisiensi pada perontokan buah (a3)
X3
a3 = =
2 ℎ ()
Bobot brondolan dari tandan buah segar yaitu sebesar 64,5% masing-masing
terdiri atas serat dan minyak (mesocarp), serta cangkang dan kernel (Pleanjai et al.
2004). Nisbah brondolan dengan SFB yang dirontokkan adalah 0,73. Jadi, nilai a3
adalah 0,73.
Kompartemen 4
Efisiensi dalam pengolahan buah (a4)
X4 kasar
a4 = =
3 ℎℎ
Minyak kelapa sawit yang berasal dari screw press terdiri atas campuran
minyak (35-45%), air (45-55%) dan padatan lain dengan proporsi yang beragam
(Singh et al. 2010). Dengan demikian, persentase minyak dengan kadar air tertentu
(crude oil) terhadap tandan buah yaitu sebesar 50%. Bobot buah brondolan dari
tandan buah segar yaitu sebesar 64,5% masing-masing terdiri atas serat dan minyak
(mesocarp), serta cangkang dan kernel (Pleanjai et al. 2004). Nisbah crude oil dengan
buah brondolan adalah 0,77 sehingga nilai a 4 adalah 0,77.
Kompartemen 5
Efisiensi dalam menghasilkan pure oil atau CPO (a5)
P5 ℎ ℎ
a5 = =
4
Minyak kelapa sawit yang berasal dari screw press terdiri atas campuran
minyak (35-45%), air (45-55%) dan padatan lain dengan proporsi yang beragam
(Singh et al. 2010). Jadi, nilai a5 adalah 0,50.
Kompartemen 6
Efisiensi dalam menghasilkan kernel (a6)
6
P6 ℎ ℎ
a5 =
5
=
ℎℎ
Persentasi kernel yang dihasilkan pada pengolahan kelapa sawit sebesar 6%,
sedangkan biji utuh yang diolah 13% terhadap TBS (Lorestani 2006). Sehingga
nilai a6 adalah 0,46.
Berdasarkan uraian di atas, nilai faktor-faktor efisiensi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Faktor efisiensi pada model Level II
Simbol Nilai
a1 0,99
a2 0,89
a3 0,73
a4 0,77
a5 0,50
a6 0,46
Gambar 3 Model neraca massa Level III (Keterangan simbol pada Tabel 3)
Kompartemen Keterangan
I Stasiun penerimaan buah
II Stasiun perebusan
III Stasiun perontokkan buah
IV Pengempaan buah
V Penyaringan kotoran
VI Pemisahan sludge
VII Pengurangan air pada oil pirifier
VIII Pengurangan air pada vacuum dryer
IX Pemisahan serat
X Pemisahan cangkang
XI Pengurangan kadar air kernel
Input Produk
I1 = Tandan Buah Segar P8 = Minyak (Crude Palm Oil)
P11 = Inti (Kernel)
Waste Aliran internal
W1 = TBS ditolak X1 = TBS olah
W2 = Limbah cair perebusan X2 = Tandan buah rebus
W3 = TKKS (tandan kosong) X3 = buah kelapa sawit
W5 = Kotoran X4 = minyak kasar hasil pengempaan
W6 = Sludge X5 = serat buah dan biji
W7, W8 = Air X6 = minyak kasar
W9 = Serat X7 = minyak kasar CST
W10 = Cangkang X8 = minyak
W11 = Air
Model neraca massa Level III meliputi 23 peubah yang terdiri atas 1
peubah bebas (I1) dan 22 peubah terikat (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10 ;
P8 dan P11 ; dan W1, W2, W3, W5, W6, W7, W8, W9, W10, dan W11) (Gambar 3).
Dari 22 peubah terikat didapatkan beberapa persamaan yang dapat
diklasifikasikan menjadi persamaan kesetimbangan massa dan persamaan efisiensi.
Berikut ini adalah persamaan matematika dan penjelasan dari 23 peubah yang
digunakan pada model neraca massa Level III.
Kompartemen 9 : X5 – X9 – W9 = 0…………………(3.9)
Kompartemen 10 : X9 – X10 – W10 = 0…………………(3.10)
Kompartemen 11 : X10 – P11 – W11 = 0…………………(3.11)
Persamaan Efisiensi:
Nilai faktor efisiensi a1 a2, a3, a4 pada model Level III sama dengan model Level II.
Kompartemen 5
Efisiensi penyaringan (tahap awal pemurnian) crude oil (a5)
X6 ℎ
a5 = =
4 ℎ
Kompartemen 6
Efisiensi pada CST dan sludge separator (a6)
W6 ℎ ℎ
a6 = =
6
Menurut Lorestani (2006), crude oil hasil pengempaan (43% terhadap TBS)
mengandung slugde sebanyak 2 % terhadap TBS. Nisbah sludge terhadap total
crude oil yang dimurnikan adalah 0,05, sehingga nilai a6 adalah 0,05.
Kompartemen 7
Efisiensi pada pemurnian minyak (a7)
X8 ℎℎ
a7 = =
7
Minyak kasar pada proses pemurnian selain padatan adalah sebesar 41%
(Lorestani 2006) mengandung kadar air sisa sekitar 10-12% (Kramandita et al.
2014). Sehingga crude oil hasil pengurangan kadar air pada purifier adalah 31%.
Nisbah crude oil hasil pengurangan kadar air dengan crude oil total adalah 0,75.
Kompartemen 8
Efisiensi pada pemurnian minyak (a8)
P8 ℎ ℎ
a8= =
8
Crude oil hasil pengurangan kadar air pada purifier adalah 31%. Crude
palm oil (CPO) yang terdapat pada TBS sekitar 25% (Ohimain et al. 2013).
Nisbah CPO dengan total minyak yang dimurnikan adalah 0,80. Jadi, nilai a 8
adalah 0,80.
9
Kompartemen 9
Efisiensi pada Depericarper (a9)
X9 ℎ ℎ
a9 =
5
=
ℎℎℎ
Persentasi biji utuh dan serat yang dihasilkan terhadap TBS pada
pengolahan kelapa sawit sebesar 27%, sedangkan biji utuh yang dihasilkan 13%
(Lorestani 2006). Sehingga nisbah dalam pemisahan serat (a9) yaitu 0,48.
Kompartemen 10
Efisiensi pada pemisahan kernel dan cangkang (a10)
X10 ℎ ℎ
a10 =
9
=
ℎℎ
Persentasi kernel yang dihasilkan pada pengolahan kelapa sawit sebesar 7%,
sedangkan biji utuh yang diolah 13% (Lorestani 2006). Sehingga nisbah dalam
menghasilkan kernel (a10) sebesar 0,54.
Kompartemen 11
Efisiensi pada pengeringan kernel (a11)
P11 ℎ ℎ
a11 =
10
=
Simbol Nilai
a1 0,99
a2 0,89
a3 0,73
a4 0,77
a5 0,95
a6 0,05
a7 0,75
a8 0,80
a9 0,48
a10 0,54
a11 0,86
10
Pada neraca massa Level I, rendemen CPO yang dihasilkan sebesar 26,15%.
Nilai tersebut berada pada kisaran rendemen CPO terbaik yaitu 22-28% (Wijbrans
dan Zupthen 2011; Ohimain et al. 2013). Berdasarkan hasil perhitungan, dapat
dilihat bahwa terdapat peluang peningkatan produksi CPO. Selain itu, hasil
perhitungan menunjukkan besarnya jumlah hasil samping proses. Perhitungan
model ini hanya menghitung kesetimbangan massa secara garis besar dalam satu
kompartemen sehingga perlu dikembangkan dengan merinci aliran massa yang
mendekati proses faktual pada pabrik.
Basis perhitungan pada neraca massa Level II sama dengan Level I. Nilai
rendemen CPO yang dihasilkan dengan menggunakan perhitungan model neraca
massa Level II (Tabel 6) yaitu 26,1%. Nilai rendemen ini tidak jauh berbeda
dengan neraca massa Level I yaitu lebih kecil 0,05%. Tetapi, hal tersebut
menunjukkan adanya koreksi dan peningkatan akurasi terhadap perhitungan.
11
Neraca massa Level III merupakan pengembangan neraca massa Level I dan
II menghasilkan aliran massa yang lebih kompleks sehingga detail perubahan dan
aliran massa terlihat lebih jelas. Sebagai contoh, pada kompartemen 4 sebelum
diolah pada stasiun pemurnian minyak, terlebih dahulu dilakukan tahap
pengendapan dan penyaringan dengan menggunakan sand trap tank dan vibrating
screen. Neraca massa Level III dapat dilihat pada Tabel 7.
Pada neraca massa Level III (Tabel 7), nilai rendemen CPO yang dihasilkan
yaitu 26,80% lebih besar dari pada Level I,II dan faktual pabrik. Hasil perhitungan
yang lebih baik menunjukkan bahwa pabrik masih dapat meningkatkan rendemen.
Meningkatnya rendemen menunjukkan proses produksi yang semakin efisien.
Oleh karena itu, hasil perhitungan model Level III digunakan sebagai dasar
perhitungan pemanfaatan hasil samping pada pengembangan aliran proses mandiri
energi. Aliran massa Level III dapat dilihat pada Gambar 4.
12
Gambar 4 Hasil perhitungan model Level III (Keterangan simbol pada Tabel 3)
Hasil samping industri minyak sawit berupa limbah padat (biomassa) yakni
cangkang, serat, dan tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair. Beberapa kajian
telah dilakukan terhadap pemanfaatan biomassa tersebut (Rushdan et al. 2007;
Yong 2007; Singh et al. 2010; Ahmad et al. 2011; Pattanapangchai dan
Limmeechokchai 2011; Singh et al. 2013). Pemanfaatan yang paling prospektif
adalah sebagai sumber energi. Selain biomassa, limbah cair juga potensial sebagai
sumber energi. Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat menghasilkan biogas yang
terdiri atas gas metan yang merupakan penyebab pemanasan global (Begum dan
Mohd 2013). Limbah cair tersebut terutama berasal dari pemurnian minyak (60%),
perebusan tandan buah segar (36%), dan hidrocyclone (4%) (Ma 2000). Tabel 8
menjelaskan kandungan kalori komponen kelapa sawit.
Energi yang diperoleh dari pemanfaatan hail samping pabrik kelapa sawit
kapasitas olah 60 ton TBS/jam melebihi energi yang diperlukan sehingga pabrik
dapat dikembangkan sebagai sebuah sistem produksi mandiri energi. Berikut ini
merupakan diagram pengolahan kelapa sawit mandiri energi (Gambar 7).
Gambar 7 Diagram pengolahan kelapa sawit 60 ton/jam mandiri energi (Diagram rinci pada Lampiran 7)
17
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah N, Sulaiman F. 2013. The Palm Oil Waste in Malaysia, Biomass Now-
Sustainable Growth and Use. Tersedia pada
http://www.intechopen.com/boks/biomass-now/sustainable-growth-and-use/the
-oil-palm-waste-in-malaysia.
Ahmad A, Ghufran R, Wahid Z A. 2011. Bioenergy from anaerobic degradation of
lipids in palm oil mill effluent. Environ Sci Biotech. 10:353-376
Alam MZ, Muyibi SA, Kamaludin N. 2008. Production of activated carbon from
oil palm empty fruit bunches for removal of zinc. In Twelfth International
Water Technology Conference (IWTC12). Alexandria: Egypt.
Begum S, M.Saad MF. 2013. Techno-economic Analysis of Electricity Generation
from Biogas Using Palm Oil Waste. Asian J Sci research. 6(2): 290-298
Baharuddin AS, Wakisaka M, Shirai Y, Abd Aziz S, Abdul Rahman NA, Hassan
MA. 2009. Co-composting of empty fruit bunches and partially treated palm
oil mill effluents in pilot scale. Int J Agric Res. 4(2):69–78
Chotwattanasak J, Puetpaiboon U. 2011. Full Scale Anaerobic Digester for
treating palm Oil Mill Wastewater. J Sust Energy Environ. 2:133-136
18
Chavalparit WH, Rulkens APJ, Mol S, Khaodir. 2006. Option For Environmental
Sustainability Of The Crude Palm Oil Industry in Thailand Through
Enhancement Of Industrial Ecosystem. Environ Dev Sust. 8:271-287
Chungsiriporn J, Prasertsan S, Bunyakan C. 2006. Minimization of water
consumtion and process optimization of palm oil mills. Clean Tech Environ
Policy. 8:151-158
Wan RWD, Law KN. 2011. Oil palm fibre as paper making material: potential and
challenges. Bioresources. 6(1):901-917
Wijbrans R, van Zupthen H. 2011. LCA GHG Emission in Production and
Combustion of Malaysian Palm Oil biodiesel. J Oil Palm Environ. 2:86-92
Word Growth. 2011. Manfaat Minyak sawit bagi Perekonomian Indonesia. Bente
AD, Rico-Hesse R. 2006. Model of dengue virus infection. Drug Discov Today
Dis Models. 3(1):97-103. doi: 10.1016/j.ddmod. 2006.03.014
Zinatizadeh AAL, Mohamed AR, Abdullah AZ, Mashitah MD, Husnain Isa M,
Najafpour GD . 2006. Process modeling and analysis of palm oil mill effluent
treatment in an upflow anaerobic sludge fixed film bioreactor using response
surface methodology (RSM). Water Res. 40:3193–3208
21
LAMPIRAN
Variabel X1 X2 X3 X4 X5 W1 W2 W3 W5 W6 P5 P6
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
2 1 -1 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0
3 0 1 -1 0 0 0 0 -1 0 0 0 0
4 0 0 1 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 1 0 0 0 0 -1 0 -1 0
6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 -1 0 -1
7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0.89 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0.73 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0.77 -1 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0.50 0 0 0 0 0 0 -1 0
12 0 0 0 0 0.46 0 0 0 0 0 0 -1
RIWAYAT HIDUP