Anda di halaman 1dari 35

MATA KULIAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR III


Siti Nurhayati, S.Kep. Ns.
Askep Gastritis

Kelompok 2
Disusun Oleh:

1. Ade Sugarina 11151002


2. Ayunda Lungayu P 11151009
3. Eka Septianti 11151016
4. Kartika Eka Putri 11151023
5. Nadia Novianita 11151030
6. Sarah Nurul Putri 11151037
7. Zikri Nanditiyarani 11151044
Kelas: S1 Reguler 8A

STIKES PERTAMINA BINA MEDIKA


Jl. Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240.
Telepon: (021) 7234122, 7207184 Fax: (021) 7234126. Website: www.stikes-
pertamedika.ac.id email: stikespertamedika@gmail.com
Tahun Ajaran 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
penulisan makalah ini penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini. Meskipun banyak hambatan yang dialami dalam proses
pembuatan makalah ini, tapi penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dalam hal ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Siti Nurhayati, S.Kep. Ns. selaku pembimbing mata kuliah IKD III telah
membimbing kami dengan penuh kesabaran
2. Kedua orang tua yang telah memberikan support
3. Teman-teman yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Berkat dorongan dari merekalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan atau
kekurangan yang kurang jelas dalam makalah ini.

Jakarta, 26 Maret 2016

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.............................................................................................................. 3

B. Etiologi.............................................................................................................. 4

C. Patofisiologi ...................................................................................................... 5

D. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 6

E. Penatalaksanaan .............................................................................................. 6

F. Komplikasi ........................................................................................................ 7

G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 9

H. Asuhan Keperawatan ........................................ Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 28

B. Saran .............................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah


penyakit yang sering terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering
diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya.Pada kenyataannya, penyakit
gastritis tidak bisa diremehkan.Gastritis adalah penyakit pencernaan pada
lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang berlebihan.Hal
ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung.
Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar
ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu
erosi mukosa lambung. Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan
bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan kanker perut.

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50


peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan
jumlah kasus 218.500 (yanmed DEPKES RI http://bank data
depkes.go.id/data).

Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan


menyerang laki-laki lebih banyak daripada wanita.Laki-laki lebih banyak
mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan
merokok. Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag antara lain
adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya
mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap stres.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari gastritis?
2. Apakah etiologi dari gastritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4. Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?

1
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada gastritis?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada gastritis?

C. Tujuan

1. Memahami definisi dari penyakit gastritis.


2. Memahami etiologi dari gatritis.
3. Memahami patofisiologi gastritis.
4. Memahami manifestasi klinis pada gastritis.
5. Memahami penatalaksanaa pada gastritis.
6. Memahami komplikasi dari gastritis.
7. Memahami Asuhan Keperawatan pada gastritis.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi

GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang


disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya
asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi
yaitu perut terasa perih dan mulas. Mekanisme kerusakan lambung diakibatkan
oleh ketidakseimbangan factor-faktor pencernaan seperti asam lambung dan
pepsin dengan produksi mucus bikarbonat aliran darah.

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut
Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh
kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain
termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Gastritis
dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis
akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi.
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini
berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang pekat. Gastritis kronis
diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A berkaitan dengan penyakit
autoimunmis., anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada fundus atau
korpus lambung. Tipe B (H. pylori) mengenai antrum dan pylorus. Berkaitan
dengan H.pylori. factor diit sepert iminum panas, bumbu penyedap,
penggunaan obat, alcohol, merokok, atau refluksisi usus ke dalam lambung.

3
B. Etiologi

Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada


awal infeksi mukosa lambung menunjukan respon inflamasi akut dan jika
diabaikan akan menjadi kronik (Sudoyo Aru, dkk 2009).

Klasifikasi gastritis: (Wim De Jong et al. 2005)

1. Gastritis akut
a. Gastritis akut tanpa perdarahan
b. Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis haemoragic atau gastritis
erosiva)
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol,
aspirin, NSAID,lisol, serta bahan korosit lain, lefluks empedu atau
cairan pancreas.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus beningna
atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh
lefluks dari duodenum.

4
C. Patofisiologi

Obat-obatan(NISAD, Aspirin, H.Phylori Kafein (kopi, teh)


sulfanomida steroid, digitalis)

Melekat pada epitel Menurunkan produksi


Mengganggu pembentukkan
lambung bikarbonat (HCO3)
sawat mukosa lambung
D.

Menghancurkan
Menurunkan kemampuan proteksi
mukosa lambung
terhadap asam

Menyebabkan difusi
Menurunkan barrier lambung
kembali asam
terhadap asam dan pepsin
lambung dan pepsin

Inflamasi Erosi mukosa lambung


Mukosa lambung
kehilangan integritas
Nyeri epigastrium
jaringan
Menurunkan tonus
dan peristaltik
Menurunkan sensori untuk lambung perdarahan
makan

Refluk isi duodenum ke


Anoreksia lambung

Mual Dorongan ekspulsi isi


Nyeri akut lambung ke mulut

Kekurangan volume
Muntah
Ketidak seimbangan nutrisi kurang cairan
dari kebutuhan tubuh

5
E. Manifestasi Klinis

1. Gastritis akut
Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, lemas, mual
dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa
pasien asimtomatik Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri
setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan
intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi
mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien
sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun selama
2 atau 3 hari kemudian.
2. Gastritis kronik
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati, mual dan muntah.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor


utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-
obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Gastritis Akut
a. Kurangi minum alkohol dan makan teratur dan sehat sampai gejala-
gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
sukralfat (untuk sitoprotektor).
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.

6
f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
g. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi
rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat
seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil.
Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. Pylori.
c. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-
sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi
asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang
termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.
d. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory.Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam
mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak
selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam,
7
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari
tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi
dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan
dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk
memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai
untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah
akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau
bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah
hilang.

G. Komplikasi

1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory,
sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan
dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

8
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody


H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksioleh bakteri H. pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4. Pemeriksaan endoskopi Saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat
melihata adanya ketidak normalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar X.
5. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen

Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. IDENTITAS

9
Nama : Tn. A
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Kesatuan : Jawa
Bahasa yang di gunakan : Bahasa Indonesia
Status perkawinan : Sudah menikah
Alamat : JL. Pinang rt 001/003 , pamulang barat

b. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak ada

c. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Gastritis

Pola kebiasaan sehari-hari

Polakebiasaan Sebelum masuk RS Sewaktu di RS

1. Nutrisi.

 Makan Normal Tidak normal

Frekuensi 3x sehari 3x sehari

Jenis padat bubur

Alergi tidak ada tidak ada

keluhan tidak ada mual dan muntah

 Minum normal normal

Jumlah dalam batas normal dalam batas normal

Jenis air mineral dan teh manis air mineral

Keluhan tidak ada tidak ada

10
Pola kebiasaan Sebelum masuk RS Sewaktu di RS

1. Eliminasi

 BAK Normal Normal

Frekuensi 7x sehari 5x sehari

Jumlah normal normal

Warna kuning bening kuning

Keluhan tidak ada tidak ada

 BAB normal normal

Frekuensi 1x sehari 1x sehari

konsistensi padat padat

Warna coklat coklat

Keluhan tidak ada tidak ada


1. Istirahat

 Tidursiang Tidak tentu normal

Tidurmalam Normal normal


 Keluhan
Tidak ada Tidak ada
1. Personal hygiene

 Mandi Normal Belum mandi

Frekuensi 2x sehari Belum mandi

Metode Mandiri Belum mandi

Keluhan tidak ada tidak ada

 Keramas normal belum keramas

Frekuensi 2x sehari -

Menggunakan

11
Keluhan shampo -

 Gosokgigi tidak ada tidak ada

Frekuensi baik baik

Menggunakan normal normal

Keluhan sikat gigi dan pasta gigi sikat gigi dan pasta gigi

 Gunting kuku tidak ada tidak ada

Frekuensi normal belum gunting kuku

Keluhan 1x seminggu -

tidak ada tidak ada


Polakebiasaan Sebelummasuk RS Sewaktu di RS

Spiritual

I. TEST DIAGNOSTIK ( Jika Ada )


- Hb : 22,9 g/dL
- Ht : 41%
- Eritrosit : 4, 9 10^/uL
- Leukosit : 6.300/uL
- Trombosit : 179.000/uL

II. TERAPI OBAT

-Odancentron 3x1
-Propepsa 3x1
-Omoprazol 3x1

Pengkaji

(.....................)

2. DATA FOKUS
( CP.1 A )

NAMA PASIEN : NAMASISWA :


NO.REKAM MEDIK : RUANG RAWAT :

12
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF

TTV: -Klien mengatakan pusing


- S: 37,1℃ -Klien mengatakan mual
- N: 78x/menit -Klien mengatakan muntah-muntah
- RR: 24x/menit -Klien mengatakan lemas
- TD: 110/70mmHg -Klien mengatakan nyeri ulu hati
BB: 47 kg -Klien mengatakan nafsu makan menurun
TB: 159 cm -Klien mengatakan kurang pengetahuan
Skala nyeri: 6 tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
KU: sakit sedang pengobatan
KS: Composmentis
-Klien terlihat lemas
-Klien terlihat terpasang infuse RL di tangan
kanan
-Klien terlihat makan habis ½ porsi
-Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi
pada tangan kanan yang terpasang infuse
Rubor (-)
Kalor (-)
Dolor (-)
Tumor (-)
- Hb : 22,9 g/dL
- Ht : 41%
- Eritrosit : 4, 9 10^/uL
- Leukosit : 6.300/uL
- Trombosit : 179.000/uL

3. ANALISA DATA
( CP.1 B )

NAMA PASIEN : Tn. A NAMA SISWA :


NO.REKAM MEDIK : RUANG RAWAT :

13
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS:
-Klien mengatakan Gangguan kebutuhan Dikarenakan mual
pusing nutrisi kurang dari
-Klien mengatakan nafsu kebutuhan tubuh
makan menurun
DO:
-Klien terlihat lemas
-Klien terlihat makan
habis ½ porsi
TTV:
- S: 37,1℃
- N: 78x/menit
- RR: 24x/menit
- TD: 110/70mmHg
BB: 47 kg
TB: 159 cm
KU: sakit sedang
KS: Composmentis
2 DS: Gangguan kebutuhan Output cairan berlebih
-Klien mengatakan cairan tubuh kurang dari (muntah-muntah)
muntah-muntah kebutuhan tubuh
DO:
TTV:
- S: 37,1℃
- N: 78x/menit
- RR: 24x/menit
- TD: 110/70mmHg
BB: 47 kg
TB: 159 cm
KU: sakit sedang

14
KS: Composmentis
3 DS: Gangguan rasa nyeri Karena adanya inflamasi
-Klien mengatakan nyeri pada mukosa lambung
ulu hati
DO:
-Klien terlihat kesakitan
TTV:
- S: 37,1℃
- N: 78x/menit
- RR: 24x/menit
- TD: 110/70mmHg
BB: 47 kg
TB: 159 cm
Skala nyeri: 6
KU: sakit sedang
KS: Composmentis

4 DS: Intoleransi aktivitas Kelemahan Fisik


-Klien mengatakan lemas
DO:
-Klien terlihat lemas
KU: sakit sedang
KS: Composmentis

5 DS: Klien mengatakan Kurang pengetahuan tak mengenal informasi


kurang pengetahuan tentang kondisi, tentang penyakitnya
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
prognosis, dan pengobatan
kebutuhan pengobatan
DO:-
KU: sakit sedang
KS: Composmentis

15
6. DS:- Resiko terjadinya infeksi Pemasangan infuse di tangan
DO: kanan
-Klien terlihat terpasang
infuse RL ditangan kanan
-Tidak terlihat adanya
tanda-tanda infeksi pada
tangan kanan yang
terpasang infuse
Rubor (-)
Kalor (-)
Dolor (-)
Tumor (-)
- Hb : 22,9 g/dL
- Ht : 41%
- Eritrosit : 4, 9 10^/uL
- Leukosit : 6.300/uL
- Trombosit : 179.000/uL

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP.2 )

NAMA PASIEN : Tn. A NAMA SISWA :

16
NO.REKAM MEDIK : RUANG RAWAT :

NO MASALAH/DIAGNOSA TGL.DITEMUKAN TGL.TERATASI

1. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual

2. Gangguan kebutuhan cairan tubuh


kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan
berlebihan (muntah-muntah)

3. Gangguan rasa nyeri berhubungan


dengan adanya inflamasi pada
mukosa lambung

4. Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan kelemahan fisik.

Kurang pengetahuan tentang kondisi,


5.
prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tak mengenal
informasi tentang penyakitnya

6. Resiko terjadinya infeksi berhubungan


dengan pemasangan infuse di tangan
kanan

5. INTERVENSI KEPERAWATAN
( CP.3 )

NAMA PASIEN : Tn. A NAMA SISWA :

17
NO.REKAM MEDIK : DIAGNOSA MEDIK :

DX. DAN DATA RENCANA TINDAKAN DAN


TGL TUJUAN
PENUNJANG RASIONAL

1. Gangguan Setelah 1. Ukur TTV setiap 8 jam


kebutuhan dilakukan sekali
nutrisi kurang tindakan R/ untuk mengetahui kondisi
dari tubuh keperawatan klien
berhubungan selama 3x24 2. Ukur berat badan klien
dengan mual jam R/untuk mengetahui perubahan
diharapkan berat badan klien
kebutuhan 3. Anjurkan klien oral
nutrisi hygiene
terpenuhi R/ untuk mengurangi mual saat
KH: mual (-), makan
berat badan 4. Anjurkan klien makan
meningkat sedikit tapi sering
R/ untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
5. Observasi porsi makan
klien
R/ untuk mengetahuin
peningkatan porsi makan klien
6. Kolaborasi pemberian
obat Ondancentron 3x1
R/ mengurangi mual

2. Gangguan Setelah 1. Ukur TTV setiap 8 jam


kebutuhan dilakukan sekali
cairan tubuh tindakan R/ untuk mengetahui kondisi
kurang dari keperawatan klien
kebutuhan selama 3x24 2. Anjurkan klien banyak
tubuh jam minum

18
berhubungan diharapkan R/ untuk memenuhi kebutuhan
dengan output kebutuhan cairan tubuh
cairan yang cairan 3. Pasang cairan infus
berlebih terpenuhi R/untuk membantu memenuhi
(muntah) kebutuhan cairan tubuh

3. Gangguan rasa Setelah 1. Ukur TTV setiap 8 jam


nyeri dilakukan sekali
berhubungan tindakan R/ untuk mengetahui kondisi
dengan keperawatan klien
inflamasi selama 3x24
mukosa jam 2. Selidiki keluhan nyeri,
perhatikan lokasi,
lambung diharapkan
intensitas nyeri, dan skala
nyeri dapat nyeri.
teratasi
R/ untuk mengetahui letak nyeri
dan memudahkan intervensi
yang akan dilakukan.

3. Jelaskan sebab dan


akibat nyeri pada klien.

R/ Dengan sebab dan akibat


nyeri diharapkan klien
berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri.

4. Anjurkan teknik distruksi


dan relaksasi.

R/ Menurunkan tegangan otot,


meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa kontrol dan
kemampuan koping.

19
5. Kolaborasi pemberian
obat Propepsa 3x1

R/ Menurunkan rasa nyeri dan


asam lambung

4. Intoleransi Setelah
aktivitas dilakukan 1. Ukur TTV setiap 8 jam
berhubungan tindakan sekali
dengan keperawatan R/ untuk mengetahui kondisi
kelemahan fisik. selama 3x24 klien
jam
diharapkan 2. Tingkatkan tirah baring
intoleransi atau duduk dan berikan
aktifitas obat sesuai dengan
teratasi. indikasi.

R/ Tirah baring dapat


meningkatkan stamina tubuh
pasien sehingga pasien dapat
beraktifitas kembali.

3. Berikan lingkungan yang


tenang dan nyaman.

R/ Lingkungan yang nyaman dan


tenang dapat mendukung pola
istirahat pasien.

4. Ajarkan pasien metode


penghematan energi
untuk aktifitas (lebih baik

20
duduk dari pada berdiri
saat melakukan aktifitas).

R/ Pasien dapat beraktifitas


secara bertahap sehingga tidak
terjadi kelemahan.

5. Kurang Setelah
pengetahuan dilakukan
tentang kondisi, tindakan 1. Ukur TTV setiap 8 jam
prognosis, dan keperawatan sekali
kebutuhan selama 3x24 R/ untuk mengetahui kondisi
pengobatan jam klien
berhubungan diharapkan
dengan tak pasien dapat 2. Tentukan tingkat
mengenal mengetahui pengetahuan dan
informasi informasi kesiapan untuk belajar.
tentang tentang
penyakitnya kondisinya. R/ Belajar lebih mudah bila mulai
dari pengetahuan peserta
belajar.

3. Beri pendidikan
kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit. Beri
kesempatan pasien atau
keluarga untuk bertanya
tentang obat-obatan
untuk kesembuhan
pasien.

21
R/ untuk meningkatkan
pengetahuan pasien atau
keluarganya tentang penyakit
gastritis dan obat-obatannya

4. Evaluasi tingkat
pengetahuan pasien.
R/ untuk mengetahui seberapa
dalam pengetahuan pasien dan
6. Resiko Setelah keluarga pasien mengenai
terjadinya dilakukan penyekitnya
infeksi tindakan
berhubungan keperawatan 1. Ukur TTV setiap 8 jam sekali
dengan selama 3x24 R/ untuk mengetahui kondisi
pemasangan jam klien
infuse pada diharapkan
tangan kanan tidak terjadi 2. Observasi adanya tanda-
infeksi pada tanda infeksi
pemasangan R/ Untuk mengetahui adanya
infus tanda-tanda infeksi
3. Observasi nilai lab
R/ peningkatan leukosit
menandai adanya infeksi

22
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
( CP.4 )

NAMA PASIEN : Tn. A NAMA SISWA :


NO.REKAM MEDIK : RUANG RAWAT :

TGL KODE Dx JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL PARAF


1,2,3,4,5,6 -Mengukur TTV pasien
H/ TD: 120/80 N: 75x/menit RR; 22x/menit S:
36,9℃
1 -Mengukur berat badan pasien
H/ berat badan pasien meningkat menjadi 50kg
1 -Menganjurkan pasien oral hygien
H/ tidak ada mual saat makan
1 -Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering
H/ kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
1 -Mengobservasi porsi makan pasien
H/ Porsi makan pasien meningkat menjadi 1 porsi
1 -Melakukan kolaborasi pemberian obat
ondancentron 3x1
H/ rasa mual berkurang

2 -Menganjurkan pasien banyak minum


H/ Kebutuhan cairan tubuh pasien teratasi
2 -Memasang cairan infuse
H/ kebutuhan cairan pasien terpenuhi

3 -Menyelidiki keluhan nyeri, memperhatikan lokasi,


intensitas nyeri dan skala nyeri
H/ keluhan nyeri berkurang dan skala nyeri menjadi
3
3 -Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada pasien
H/ pasien ikut berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri
3 -Menganjurkan teknik distruksi dan relaksasi

23
H/ tegangan otot menurun, relaksasi, rasa control
dan kemampuan koping meningkat
3 -Melakukan kolaborasi pemberian obat propepsa
3x1
H/ rasa nyeri dan asam lambung menurun

4 -Meningkatkan tirah baring atau duduk dan


memberikan obat sesuai dengan indikasi
H/ meningkatnya stamina dan tubuh pasien dapat
beraktivitas kembali
4 -Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman
H/ pola istirahat pasien membaik
4 -Mengajarkan pasien metode penghematan energy
untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada berdiri
saat melakukan aktivitas)
H/ pasien dapat beraktivitas secara bertahap dan
kelemahan berkurang

5 -Menentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan


untuk belajar
H/ pengetahuan dan kesiapan pasien untuk belajar
baik
5 -Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit. Memberikan kesempatan pasien
atau keluarga untuk bertanya tentang obat-obatan
untuk kesembuhan pasien
H/ pengetahuan pasien dan keluarga pasien
tentang penyakit gastritis dan obat-obatannya
meningkat
5 -Mengevaluasi tingkat pengetahuan pasien
H/ pengetahuan pasien mengenai penyakitnya
cukup dalam

24
6 -Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi pada
tangan kanan
H/ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tangan
kanan yang terpasang infuse Rubor (-), Kalor (-),
Dolor (-), Tumor (-)
6 -Mengobservasi nilai lab
H/ -Hb : 23 g/dL

-Ht : 41%

-Eritrosit : 4, 9 10^/uL

- Leukosit : 6.200/uL

- Trombosit : 179.000/Ul

25
7, EVALUASI
( CP.5 )

NAMA PASIEN : Tn. A NAMA SISWA :


NO.REKAM MEDIK : RUANG RAWAT :

KODE
TGL JAM EVALUASI / SOAP PARAF
Dx
1 S: -Klien mengatakan sudah tidak pusing
-Klien mengatakan sudah tidak lemas
-Klien mengatakan nafsu makan meningkat
O: -Klien sudah tidak terlihat lemas
-Klien terlihat makan habis 1 porsi
TTV:TD: 120/80 N: 75x/menit RR; 22x/menit
S: 36,9℃
BB: 50 kg
TB: 159 cm
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

2 S: -Klien mengatakan sudah tidak muntah-


muntah
O: TTV:TD: 120/80 N: 75x/menit RR; 22x/menit
S: 36,9℃
BB: 50 kg
TB: 159 cm
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

3 S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri


O: -Klien mengatakan nyeri ulu hati
-Klien terlihat kesakitan
Skala nyeri: 3
TTV:TD: 120/80 N: 75x/menit RR; 22x/menit
S: 36,9℃

26
BB: 50 kg
TB: 159 cm
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

4 S: klien mengatakan sudah tidak lemas


O: Klien terlihat segar dan tidak lemas
A: Masalah teratasi
P: Intervensi Dihentikan

5 S: Klien mengatakan kurang mengetahui


tentang penyakitnya
O:-
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

6 S:Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda


infeksi pada pemasangan infuse di tangan
kanan
O: Tidak terlihat adanya infeksi pada tangan
kanan yang terpasang infuse
Rubor (-)
Kalor (-)
Dolor (-)
Tumor (-)
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang


disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya
asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi
yaitu perut terasa perih dan mulas. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis
akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering
diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi.
Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung
jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.
Manifestasi klinis gastritis antara lain nyeri terbakar di epigastrium atau
rasa tidak enak yang bertambah berat dengan makan, dispepsia, anoreksia,
nausea / muntah, dapat terjadi pedarahan yang mengakibatkan hematemesis,
melena. Penatalaksanaan dari penyakit adalah Mengurangi paparan obat-obat
yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa
lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat.
Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu
(misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin; bismuth, metronidazole,
dan ampisilin/tetrasiklin). Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada
sebagian besar pasien yang sangat kritis. Pedarahan berat pada kasus gastritis
stres dapat diterapi melalui endoskopi ; pada kasus yang jarang, pedarahan
yang refrakter kemungkinan memerlukan tindakan gastrektomi.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah


pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis. Kami selaku

28
pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk
kebaikan makalah kami.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made, dkk.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta
: EGC.

Diane C. Baughman, 2000, Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Grace, Pierce & Borley Neil. 2007. At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta :
Erlangga.

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag),
Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-
Keperawatan%20Pencernaan-Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Media Action.
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

PERTANYAAN

1. Apakah maag dan gastritis itu sama? (Selvia Kelompok 3)

2. Pengobatan apa yang diberikan pada penderita gastritis akut? Apakah penyakit
tersebut bisa kambuh kembali? (Ela Kelompok 3)

3. Apakah gastritis dapat menyebabkan kanker? Mengapa gastritis dapat


menimbulkan yeri dada dan apakah dapat menimbulkan kematian sel otak?
(Putri Kelompok 6)

JAWABAN

1. Sama. Maag berarti lambung. Maag adalah sebutan gastritis untuk orang-orang
awam, sedangkan gastritis adalah bahasa medis.
2. Untuk mengobati gastritis akut yang disebabkan oleh meningkatnya produksi
zat asam, Anda dapat menggunakan obat-obatan seperti berikut ini:

1. Obat-obatan penghambat pompa proton (PPP),


seperti esomeprazole, lansoprazole,dan omeprazole. PPP mampu
menghambat sel-sel penghasil asam yang terdapat pada lapisan
lambung. Dengan begitu, kadar asam di dalam lambung bisa turun. Obat
ini pada umunya memerlukan resep dari dokter.
2. Obat-obatan antasida, yaitu obat yang mampu menetralkan kandungan
asam di dalam lambung. Efek samping obat ini masih tergolong ringan,
misalnya diare dankonstipasi. Obat ini dapat dibeli tanpa memerlukan
resep dokter.
3. Obat-obatan antihistamin H-2
seperti cimetidine, famotidine, dan ranitidin. Sama seperti penghambat
pompa proton, antihistamin H-2 mampu menurunkan kadar asam di
dalam saluran pencernaan. Obat ini memerlukan resep dokter.
Untuk mengatasi gastritis akut yang disebabkan oleh jadwal makan
yang tidak teratur dan konsumi makanan yang terlalu pedas, Anda bisa lakukan
dengan cara menghentikan kedua kebiasaan buruk tersebut. Namun jika
gastritis akut Anda disebabkan oleh efek samping obat-obatan pereda rasa
sakit yang Anda konsumsi, sebaiknya tanyakan dahulu pada dokter sebelum
Anda menghentikannya dan mencari obat alternatif.

Jika gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori, kombinasi 3 obat


akan digunakan untuk mengatasinya, yaitu 2 antibiotik dan 1 PPI. Antibiotik
yang umum digunakan adalah clarithromycin, amoxicillin dan metronidazole.
Kombinasi obat-obat ini diberikan selama seminggu.

3. Komplikasi dari gastritis cukup berat apabila tidak diobati. Akibatnya antara lain
adalah Peptic Ulcer dan perdarahan pada lambung. Pendarahan yang kronik
dapat menyebabkan anemia. Bahkan, Gastritis kronik meningkatkan resiko
kanker lambung terutama bila terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel lambung.

Gastritis dapat mempengaruhi dada dengan menguapnya HCl dalam lambung


yang menembus mukosa lambung, akibat mukosa lambung menipis, kemudian
gas HCl menguap dan mengenai diafragma dan paru-paru, sehingga terjadilah
nyeri akibat reaksi dari asam yg menguap tersebut.

Kematian sel otak mungkin dapat terjadi, disebabkan oleh otak yang
kekurangan oksigen yang diawali dari nyeri dada yang menganggu proses
pernafasan sehingga oksigen tidak dapat mengalir ke otak dengan baik.
Apabila hal ini tidak ditangani dengan baik, maka akan terjadi kematian sel otak.

Anda mungkin juga menyukai