Kelompok 2
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
penulisan makalah ini penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini. Meskipun banyak hambatan yang dialami dalam proses
pembuatan makalah ini, tapi penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dalam hal ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Siti Nurhayati, S.Kep. Ns. selaku pembimbing mata kuliah IKD III telah
membimbing kami dengan penuh kesabaran
2. Kedua orang tua yang telah memberikan support
3. Teman-teman yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini.
Berkat dorongan dari merekalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan atau
kekurangan yang kurang jelas dalam makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................................. 3
B. Etiologi.............................................................................................................. 4
C. Patofisiologi ...................................................................................................... 5
E. Penatalaksanaan .............................................................................................. 6
F. Komplikasi ........................................................................................................ 7
A. Kesimpulan..................................................................................................... 28
B. Saran .............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari gastritis?
2. Apakah etiologi dari gastritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4. Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?
1
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada gastritis?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada gastritis?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Gastritis Akut
Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh
kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain
termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Gastritis
dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis
akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi.
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini
berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang pekat. Gastritis kronis
diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A berkaitan dengan penyakit
autoimunmis., anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada fundus atau
korpus lambung. Tipe B (H. pylori) mengenai antrum dan pylorus. Berkaitan
dengan H.pylori. factor diit sepert iminum panas, bumbu penyedap,
penggunaan obat, alcohol, merokok, atau refluksisi usus ke dalam lambung.
3
B. Etiologi
1. Gastritis akut
a. Gastritis akut tanpa perdarahan
b. Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis haemoragic atau gastritis
erosiva)
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol,
aspirin, NSAID,lisol, serta bahan korosit lain, lefluks empedu atau
cairan pancreas.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus beningna
atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh
lefluks dari duodenum.
4
C. Patofisiologi
Menghancurkan
Menurunkan kemampuan proteksi
mukosa lambung
terhadap asam
Menyebabkan difusi
Menurunkan barrier lambung
kembali asam
terhadap asam dan pepsin
lambung dan pepsin
Kekurangan volume
Muntah
Ketidak seimbangan nutrisi kurang cairan
dari kebutuhan tubuh
5
E. Manifestasi Klinis
1. Gastritis akut
Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, lemas, mual
dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa
pasien asimtomatik Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri
setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan
intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi
mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien
sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun selama
2 atau 3 hari kemudian.
2. Gastritis kronik
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati, mual dan muntah.
F. Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
a. Kurangi minum alkohol dan makan teratur dan sehat sampai gejala-
gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
sukralfat (untuk sitoprotektor).
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
6
f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
g. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi
rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat
seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil.
Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. Pylori.
c. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-
sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi
asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang
termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,
rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.
d. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory.Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam
mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak
selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam,
7
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari
tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi
dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan
dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk
memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai
untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah
akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau
bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah
hilang.
G. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory,
sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan
dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
8
H. Pemeriksaan Penunjang
Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. IDENTITAS
9
Nama : Tn. A
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Kesatuan : Jawa
Bahasa yang di gunakan : Bahasa Indonesia
Status perkawinan : Sudah menikah
Alamat : JL. Pinang rt 001/003 , pamulang barat
Tidak ada
Gastritis
1. Nutrisi.
10
Pola kebiasaan Sebelum masuk RS Sewaktu di RS
1. Eliminasi
Frekuensi 2x sehari -
Menggunakan
11
Keluhan shampo -
Keluhan sikat gigi dan pasta gigi sikat gigi dan pasta gigi
Keluhan 1x seminggu -
Spiritual
-Odancentron 3x1
-Propepsa 3x1
-Omoprazol 3x1
Pengkaji
(.....................)
2. DATA FOKUS
( CP.1 A )
12
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
3. ANALISA DATA
( CP.1 B )
13
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS:
-Klien mengatakan Gangguan kebutuhan Dikarenakan mual
pusing nutrisi kurang dari
-Klien mengatakan nafsu kebutuhan tubuh
makan menurun
DO:
-Klien terlihat lemas
-Klien terlihat makan
habis ½ porsi
TTV:
- S: 37,1℃
- N: 78x/menit
- RR: 24x/menit
- TD: 110/70mmHg
BB: 47 kg
TB: 159 cm
KU: sakit sedang
KS: Composmentis
2 DS: Gangguan kebutuhan Output cairan berlebih
-Klien mengatakan cairan tubuh kurang dari (muntah-muntah)
muntah-muntah kebutuhan tubuh
DO:
TTV:
- S: 37,1℃
- N: 78x/menit
- RR: 24x/menit
- TD: 110/70mmHg
BB: 47 kg
TB: 159 cm
KU: sakit sedang
14
KS: Composmentis
3 DS: Gangguan rasa nyeri Karena adanya inflamasi
-Klien mengatakan nyeri pada mukosa lambung
ulu hati
DO:
-Klien terlihat kesakitan
TTV:
- S: 37,1℃
- N: 78x/menit
- RR: 24x/menit
- TD: 110/70mmHg
BB: 47 kg
TB: 159 cm
Skala nyeri: 6
KU: sakit sedang
KS: Composmentis
15
6. DS:- Resiko terjadinya infeksi Pemasangan infuse di tangan
DO: kanan
-Klien terlihat terpasang
infuse RL ditangan kanan
-Tidak terlihat adanya
tanda-tanda infeksi pada
tangan kanan yang
terpasang infuse
Rubor (-)
Kalor (-)
Dolor (-)
Tumor (-)
- Hb : 22,9 g/dL
- Ht : 41%
- Eritrosit : 4, 9 10^/uL
- Leukosit : 6.300/uL
- Trombosit : 179.000/uL
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP.2 )
16
NO.REKAM MEDIK : RUANG RAWAT :
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
( CP.3 )
17
NO.REKAM MEDIK : DIAGNOSA MEDIK :
18
berhubungan diharapkan R/ untuk memenuhi kebutuhan
dengan output kebutuhan cairan tubuh
cairan yang cairan 3. Pasang cairan infus
berlebih terpenuhi R/untuk membantu memenuhi
(muntah) kebutuhan cairan tubuh
19
5. Kolaborasi pemberian
obat Propepsa 3x1
4. Intoleransi Setelah
aktivitas dilakukan 1. Ukur TTV setiap 8 jam
berhubungan tindakan sekali
dengan keperawatan R/ untuk mengetahui kondisi
kelemahan fisik. selama 3x24 klien
jam
diharapkan 2. Tingkatkan tirah baring
intoleransi atau duduk dan berikan
aktifitas obat sesuai dengan
teratasi. indikasi.
20
duduk dari pada berdiri
saat melakukan aktifitas).
5. Kurang Setelah
pengetahuan dilakukan
tentang kondisi, tindakan 1. Ukur TTV setiap 8 jam
prognosis, dan keperawatan sekali
kebutuhan selama 3x24 R/ untuk mengetahui kondisi
pengobatan jam klien
berhubungan diharapkan
dengan tak pasien dapat 2. Tentukan tingkat
mengenal mengetahui pengetahuan dan
informasi informasi kesiapan untuk belajar.
tentang tentang
penyakitnya kondisinya. R/ Belajar lebih mudah bila mulai
dari pengetahuan peserta
belajar.
3. Beri pendidikan
kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit. Beri
kesempatan pasien atau
keluarga untuk bertanya
tentang obat-obatan
untuk kesembuhan
pasien.
21
R/ untuk meningkatkan
pengetahuan pasien atau
keluarganya tentang penyakit
gastritis dan obat-obatannya
4. Evaluasi tingkat
pengetahuan pasien.
R/ untuk mengetahui seberapa
dalam pengetahuan pasien dan
6. Resiko Setelah keluarga pasien mengenai
terjadinya dilakukan penyekitnya
infeksi tindakan
berhubungan keperawatan 1. Ukur TTV setiap 8 jam sekali
dengan selama 3x24 R/ untuk mengetahui kondisi
pemasangan jam klien
infuse pada diharapkan
tangan kanan tidak terjadi 2. Observasi adanya tanda-
infeksi pada tanda infeksi
pemasangan R/ Untuk mengetahui adanya
infus tanda-tanda infeksi
3. Observasi nilai lab
R/ peningkatan leukosit
menandai adanya infeksi
22
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
( CP.4 )
23
H/ tegangan otot menurun, relaksasi, rasa control
dan kemampuan koping meningkat
3 -Melakukan kolaborasi pemberian obat propepsa
3x1
H/ rasa nyeri dan asam lambung menurun
24
6 -Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi pada
tangan kanan
H/ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tangan
kanan yang terpasang infuse Rubor (-), Kalor (-),
Dolor (-), Tumor (-)
6 -Mengobservasi nilai lab
H/ -Hb : 23 g/dL
-Ht : 41%
-Eritrosit : 4, 9 10^/uL
- Leukosit : 6.200/uL
- Trombosit : 179.000/Ul
25
7, EVALUASI
( CP.5 )
KODE
TGL JAM EVALUASI / SOAP PARAF
Dx
1 S: -Klien mengatakan sudah tidak pusing
-Klien mengatakan sudah tidak lemas
-Klien mengatakan nafsu makan meningkat
O: -Klien sudah tidak terlihat lemas
-Klien terlihat makan habis 1 porsi
TTV:TD: 120/80 N: 75x/menit RR; 22x/menit
S: 36,9℃
BB: 50 kg
TB: 159 cm
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
26
BB: 50 kg
TB: 159 cm
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
28
pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk
kebaikan makalah kami.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made, dkk.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Grace, Pierce & Borley Neil. 2007. At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta :
Erlangga.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag),
Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-
Keperawatan%20Pencernaan-Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html
PERTANYAAN
2. Pengobatan apa yang diberikan pada penderita gastritis akut? Apakah penyakit
tersebut bisa kambuh kembali? (Ela Kelompok 3)
JAWABAN
1. Sama. Maag berarti lambung. Maag adalah sebutan gastritis untuk orang-orang
awam, sedangkan gastritis adalah bahasa medis.
2. Untuk mengobati gastritis akut yang disebabkan oleh meningkatnya produksi
zat asam, Anda dapat menggunakan obat-obatan seperti berikut ini:
3. Komplikasi dari gastritis cukup berat apabila tidak diobati. Akibatnya antara lain
adalah Peptic Ulcer dan perdarahan pada lambung. Pendarahan yang kronik
dapat menyebabkan anemia. Bahkan, Gastritis kronik meningkatkan resiko
kanker lambung terutama bila terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel lambung.
Kematian sel otak mungkin dapat terjadi, disebabkan oleh otak yang
kekurangan oksigen yang diawali dari nyeri dada yang menganggu proses
pernafasan sehingga oksigen tidak dapat mengalir ke otak dengan baik.
Apabila hal ini tidak ditangani dengan baik, maka akan terjadi kematian sel otak.