Anda di halaman 1dari 7

Futur dan Insilakh1

Oleh: Robby KS
“kembali menyusun tulisan ini yang terinspirasi
oleh badai yang sedang menerjang jiwa ini dan barisan ini........”

A. Pendahuluan
Pada tahun 80-an, dakwah mulai bersemi di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Dengan berbagai lika-likunya sehingga dakwah yang dulu dibangun dengan cucuran
keringat dan darah itu dapat dinikmati semua kalangan saat ini.
Perkembangan dakwah yang cukup pesat, sebagaimana hukum natural, tentunya
akan diikuti dengan pertambahan medan dan objek dakwah. Perluasan tersebut
menyebabkan metode yang digunakan oleh pergerakan dakwah ini harus mampu
berkembang pula. Fungsi pembinaan tentunya berbeda jika dibandingkan dengan pada
saat dakwah mulai dirintis. Ada hal-hal yang sifatnya harus dinamis dalam suatu gerakan
dakwah.
Dengan terjadinya hal di atas, ada konsekuensi yang harus dipenuhi oleh seorang
kader dakwah. Pertama, dakwah islam harus senakin terbuka dan memasyarakat. Kedua,
kader dakwah harus mampu mentransformasikan peran-perannya secara luas, baik dalam
lingkup internal maupun eksternal. Sehingga kedua tuntutan tersebut mengharuskan
setiap kader memiliki dua karakter dasar, yaitu matanah dan intajiyah. Keduanya mutlak
harus dimiliki oleh setiap kader, karena matanah tanpa intajiyah akan menyebabkan
kejumudan (istikanah), sementara intajiyah tanpa matanah akan menjadikan gerakan yang
ngawur (‘afawiyah).
Ketika dakwah telah mengalami perluasan ranah adalah munculnya resiko-resiko,
baik yang berasal dari eksternal maupun internal gerakan tersebut. Resiko eksternal
kemudian akan dapat diatasi ketika di dalam internal jamaah telah memiliki imunitas.
Namun resiko internal biasanya lebih sulit diatasi, karena secara natural, resiko internal
muncul karena penyakit yang dimiliki oleh setiap personal dalam jamaah. Tergelincirnya
sebagian kader dalam sikap wahn, dha’f, istikanah, futur, hingga insilakh, merupakan
akibat dari faktor internal, yakni melalaikan dirinya dari langkah-langkah konsolidasi
gerakan, termasuk lemahnya tarbiyah nukhbawiyah.

1
Mahfuz Sidik, Agar Futur Tak Makin Mewabah (2004)

1
Sebuah aksioma mengatakan : Bila ada seribu orang membangun, cukuplah
dihancurkan oleh satu orang saja. Suatu penghancuran dapat timbul dari dalam maupun
dari luar, sedangkan penghancuran dari dalam adalah lebih dahsyat. Fitnah ini pula yang
senantiasa mengintai para du’at sebagai pelopor kebangkitan Islam2.

B. Pengertian Futur dan Insilakh


1. Secara Bahasa
a. Futur
Secara bahasa, dalam bahasa arab kata futur dipergunakan dalam konteks kalimat
yang menunjukkan makna : diam setelah bersungguh-sungguh dan lemah, atau
melempem setelah keras. Atau dalam konteks kalimat lain, futur dapat berarti berlalu,
lemah/lemas.
Sehingga secara bahasa dapat disimpulkan bahwa futur berarti perubahan mendasar
yang terjadi baik secara juziyyah atau kulliyyah/sibhu kulliy, dari semangat, panas, keras,
menjadi kondisi sebaliknya.
b. Insilakh
Dalam kamus bahasa arab, kata insilakh dipergunakan untuk menunjukkan makna
keluar, melepaskan, atau menanggalkan, seperti contoh siang hari insilakh dari malam,
tertanggalnya kulit ular, dari berpakaian menjadi telanjang.
2. Secara Syar’i
a. Futur dan insilakh dalam Al Quran
Di dalam Al Quran, futur dalam segala bentuk variannya disebutkan sebanyak tiga
kali. Kata fatrah pada surat al Maidah : 19, kata laa yafturuun dalam surat Al Anbiya : 20,
dan kata laa yufattar pada surat Az Zukhruf : 75.
Sementara insilakh, disebutkan dalam al Quran sebanyak tiga kali pula, yaitu kata
insalakha pada surat Al A’raaf : 175, pada surat At Taubah : 5, dan kata naslakhu pada
surat Yaasin : 37.
b. Futur dan insilakh dalam sunnah
Diceritakan dalam hadits yang panjang dari Abu Umamah, tentang kisah Utsman
bin Mazh’un ra, yang sekian lama dia tidak tidur malam dan siang harinya berpuasa dan
tidak berbuka, dia melakukannya untuk mendapatkan kebaikan. Akan tetapi Rasulullah
menegurnya karena perbuatannya tersebut.

2
Jasim Al Yasin, Waspada Terhadap Futur (1989)

2
Sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi : “segala sesuatu ada
masa rakus dan semangatnya, dan setiap rakus dan semangat itu ada lesunya, jika
pemilik kerakusan itu mengambil jalan tengah dan mendekati tengah, maka berharaplah
kepadanya, dan jika orang itu mendapatkan acungan jempol karena semangat dan
rakusnya, maka jangan hitung dia”.

c. Futur dan insilakh dalam sirah


Pada masa Rasulullah ada dua macam futur, dha’ful iltizam, dan insilakh ;
 Pertama futur, dha’ful iltizam, dan insilakh dalam tataran personal
 Kedua futur, dha’ful iltizam, dan insilakh dalam tataran komunal atau massal
Add 1. contoh kasus ;
1) Kasus Ka’ab bin Malik ra ketika tidak mengikuti perang Tabuk,
2) Kasus Hathib bin Abi Balta’ah ra ketika akan terjadinya fathu Makkah.
Add 2. contoh kasus ;
1) Kasus pasukan panah pada perang Uhud yang tergiur harta rampasan
perang,
2) Kasus kemurtadan suku-suku arab.

C. Potret Gejala Futur dan Insilakh


Ada satu pandangan sama tentang kasus futur dan insilakh yang terjadi di kalangan
aktivis dakwah, bahwa kasus tersebut bukanlah hal yang baru yang tidak pernah terjadi
pada masa sebelumnya. Tetapi di era jahriyah jamahiriyah ini ada kecenderungan mulai
menggejala dengan keragaman bentuk dan bobotnya.
Sebagaimana disinyalir sebelumnya, ada beberapa kesulitan tentang batasan futur
dan insilakh. Kapan dan dalam kondisi apakah seseorang dikatakan futur dan kapan
seseorang resmi dinyatakan insilakh.
Gejala futur dan insilakh umumnya terjadi di dua kalangan kader inti. Pertama,
kalangan kader inti baru yang mengalami ketidaksiapan memasuki kehidupan berjamaah.
Kedua, kalangan kader inti lama yang mengalami kejumudan dalam kehidupan
berjamaah. Karakteristiknya, kasus-kasus futur lebih banyak terjadi si kalangan kader inti
lama. Sementara kasus insilakh lebih banyak terjadi di kalangan kader inti baru.
Jenis kasus futur umumnya muncul dalam bentuk melemahnya indhibath dan
iltizam terhadap nilai-nilai syar’i dan da’awi. Sementara kasus insilakh umumnya muncul

3
dalam bentuk melemahnya isti’dad dan mana’ah terhadap nilai syar’i dan da’awi.
Umumnya terlihat adanya hubungan multi variable antara kasus futur dan insilakh.
Pertama, latar belakang yang menyebabkan munculnya potensi futur dan insilakh. Kedua,
penyebab yang secara dominan menciptakan situasi futur dan insilakh, ketiga, ada factor
pemicu yang mematangkan kondisi futur dan insilakh.
Berdasarkan dimensi masalah, potret kasus futur dan insilakh dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. futur dalam dimensi aqidah, yaitu berkaitan dengan itijatul
alhayyaa. Seperti melemahnya keyakinan akan rezeki dari Allah swt dan bergesernya
itijatulhayyaa dari dakwah kepada kepentingan materil duniawi.
2. futur dalam dimensi ibadah, yaitu terjadi dalam bentuk lemahnya
indhibath terhadap amaliyah ‘ubudiyah dalam hal nawafil
3. futur dalam dimensi fikrah, yaitu melemahnya pemahaman dan
komitmen fikrah. Ini dimulai dari melemahnya semangat mencari ilmu hingga
penyimpangan pemikiran yang keluar dari fikrah jamaah. Missal pemikiran yang
menolak politik dalam dakwah.
4. futur dala dimensi akhlaq, yaitu perubahan perilaku sebagian kader
yang dinilai bergeser dari kebiasaan adab jamaah sampai bergeser dari adab islam
5. futur dalam dimensi muamalah, yaitu perubahan sikap perilaku
yang mengabaikan atau bahkan melanggar norma dalam muamalah sehari-hari,
khususnya dalam muamalah tijariyah dan muamalah zaujiyah
6. futur dalam dimensi tarbiyah, yaitu melemahnya indhibath dalam
menunaikan wajibat tarbawiyah, mulai dari menghadiri liqa’at tarbawiyah,
menurunnya atha’ tarbawiy sampai pada melemahnya semangat untuk mencapai
muwashafat tarbawiyah
7. futur pada dimensi tanzhimi atau kejamaahan, yaitu melemahnya
kualitas dan bentuk intima’ tanzhimi yang tercermin dari melemahnya ruhul al
istijabah terhadap amr dan qararat jamaah, dha’f ats tsiqah terhadap jajaran qiyadah,
kecenderungan sebagian kader untu menolak wazhifah tanzhimiyah sampai pada
melemahnya tingkat musyarakah dalam aktivitas keorganisasian.
Factor penyebab kasus futur dan insilakh setidaknya ada tujuh kategori penyebab,
diantaranya dalah :

4
1) aspek tarbiyah, 2) aspek struktural, 3) aspek kepemimpinan, 4) aspek iklim dakwah, 5)
aspek pribadi kader, 6) aspek keluarga, 7) aspek lingkungan
Faktor pemicu munculnya kasus futur dan insilakh dapat diintisarikan ke dalam
enam aspek, yaitu :
1) struktural, 2) kepemimpinan, 3) tarbiyah, 4) iklim/budaya dakwah, 5) sikap diri, 6)
lingkungan.
Sementara itu, dampak yang dirasakan dari munculnya fenomena futur dan insilakh
diantaranya adalah :
1. menurunnya daya rekrutmen dakwah
2. menurunnya kualitas tarbiyah dan dakwah kader
3. stagnannya produktivitas dakwah
4. terjadinya kasus-kasus pelanggaran syar’i
5. tidak optimalnya pendayagunaan potensi kader
6. lemahnya kepemimpinan dan kualitas hubungan qiyadah - jundiyah
7. tidak efektifnya fungsi-fungsi kerja struktural
8. lemahnya kredibilitas struktur dan jajaran pengambil kebijakan
9. terganggunya citra dakwah di masyarakat
10. terbukanya aurat jamaah

D. Poin-Poin Kritis
1. Poin kritis masalah
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa poin pokok yang menjadi titik kritis
dari munculnya fenomena futur dan insilakh.
Pertama : munculnya situasi dimana tingkat kesiapan dan kemampuan untuk menjalani
kehidupan berjamaah menjadi lemah
Kedua : munculnya situasi jumud dan terasing dalam menjalani kehidupan berjamaah
Ketiga : melemahnya quwah al harakah dalam unsur utamanya, yaitu quwah al
nukbawiyyah
2. Poin kritis gagasan solusi
Masalah futur dan insilakh merupakan masalah integratif yang tidak bias dipisahkan
dari satu factor dengan factor lain, sehingga solusi yang diambil haruslah mencakup
berbagai sisi.

5
Dari berbagai aspek solutif yang harus diambil tersebut, merujuk kepada akar
permasalahan mengenai penyebab munculnya gejala dan fenomena futur dan insilakh.
Secara structural, solusi yang diambil dapat disederhanakan menjadi empat kategori.
Pertama, struktur memberi perhatian lebih besar terhadap personil. Kedua, penempatan
personil yang sesuai denga kemampuan kerjanya. Ketiga, penguatan fungsi control
struktur terhadap kader adan aktivitasnya. Keempat, perumusan mekanisme penanganan
masalah yang standar, dan bila perlu dibentuk lajnah khusus yang menangani
permasalahan kader dakwah.
Dalam aspek kepemimpinan, solusi yang diambil diantaranya adalah : pertama,
penguatan kembali kepeloporan dan keteladanan para mas’ulin dan masyayikh. Kedua,
pengembangan hubungan dan komunikasi yang lebih terbuka dan dua arah antara jajaran
qiyadah dan kader dakwah. Ketiga, memperkuat khitab qiyadiy dalam aspek dakwah.
Keempat, penyelenggaraan program up grading (tarqiyah) untuk standarisasi dan
peningkatan kafa’ah jajaran mas’ulin. Kelima, mengembangkan bi’tsah masyayikh ke
daerah-daerah.
Dari segi tarbiyah, solusi yang penting untuk dilakukan diantaranya adalah :
pertama, pelengkapan manhaj tarbiyah dengan berbagai instrumen pendukungnya. Kedua,
melakukan upaya-upaya untuk mencapai standar mutu kader yang diinginkan. Ketiga,
konsolidasi usrah dan peningkatan peran-peran dakwahnya. Keempat, pengembangan
tarbiyah dzatiyah di kalangan kader. Kelima, program peningkatan mutu untuk para
nuqaba, khususnya terkait dengan kemampuan keterampilan. Keenam, mengembangkan
pendekatan tarbiyah yang bersifat antisifatif.
Dalam literatur lain3 dituliskan beberapa gagasan tentang solusi penanganan
terhadap futur, diantaranya adalah :
1. memusatkan pemahaman akan kewajiban berdakwah
2. menghidupkan kembali mental kesungguhan
3. menyusun program aktivitas pribadi dan jamaah
4. membangkitkan semangat dan nasihat yang lemah lembut
5. kehati-hatian para pemimpin untuk menangkal timbulnya fitnah
6. mengetahui sejarah orang-orang yang gugur dalam jalan dakwah
dan akibat yang mereka alami
7. meluruskan pemahaman tentang konsep ketenangan yang benar

3
Jasim Al Yasin, Waspada Terhadap Futur (1989)

6
8. mendidik jiwa pemaaf atas kesalahan orang lain dan membina
mental toleran
9. selalu berzikir kepada Allah
10. menumbuhkan mental bertaubat
11. mengoperasikan para aktivis pada lapangan yang baik dan disukai
oleh mereka

E. Penutup
Dikatakan Abdullah ‘azzam dalam memorandumnya : berapa banyak jiwa yang
diselubungi kegelapan, padahal dia berada dalam alam yang penuh cahaya. Demikianlah
seandainya kita mau bermuhasabah dan segera bertaubat. Kesalahan adalah insaniyyah
basyariyyah, namun pintu taubat senantiasa dibukakan hingga nafas telah sampai di
tenggorokan. Wallahu a’lam bish-showab.

Anda mungkin juga menyukai