KOMUNIKASI EFEKTIF
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
KEPUTUSAN
DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
NOMOR : 086/RSPWDC/SK.01/VI/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
DI RS. PANTI WILASA "Dr. CIPTO" SEMARANG REVISI 1
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
AHU-AH.01.06-00341 tanggal 22 Juli 2016 dan Nomor :
AHU-AH.01.06-0002017 tanggal 06 April 2017;
9. Surat Keputusan Pengurus Yakkum nomor: 2295-Ps/PUK.RSPWDC / I /
2014 tentang pengangkatan dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes sebagai
Direktur RS. Panti Wilasa ”Dr. Cipto” periode 2014 – 2019;
MEMUTUSKAN
Ketiga : Panduan Komunikasi Efektif Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
Revisi 1 yang dimaksud sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa
segala sesuatunya akan ditinjau lagi dan diperbaiki kembali sebagaimana
mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 6 Juni 2018
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR
RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
Nomor : 086/RSPWDC/SK.01/VI/2018
Tanggal : 6 Juni 2018
BAB I
DEFINISI
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini
juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen
internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik
hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar
tim multidisplin termasuk unsur medis dan non medis, unsur penunjang, unsur adminitrasi
sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen
eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara
individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali
hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah
buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi tidak akan efektif apabila interaksi diantara orang-
orang yang tergabung di dalamnya tidak pernah ada komunikasi. Komunikasi menjadi
sangat penting karena merupakan aktifitas tempat pimpinan mencurahkan waktunya untuk
menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu kepada staf atau unit-unit dibawahnya.
Dengan komunikasi maka fungsi menejerial yang berawal dari fungsi perencanaan,
implementasi dan pengawasan dapat dicapai.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah adanya saluran komunikasi formal yang
diketahui secara pasti dimana jalur komunikasi tersebut sebaiknya bersifat langsung dan
sependek mungkin. Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara
komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal
ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena
itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada orang lain.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
BAB II
RUANG LINGKUP
Komunikasi mencakup proses penyampaian dan atau penerimaan informasi serta pemberian
respon/tanggapan atas informasi tersebut. Dengan demikian, komunikasi mengandung
makna aliran dua arah (penyampaian dan respon).
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
organisasi Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
c.1. Memperbaiki koordinasi tugas
c.2. Upaya pemecahan masalah
c.3. Saling berbagi informas
c.4. Upaya pemecahan konflik
c.5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama
d. Interline communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas
fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-
saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan
jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang
dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan
dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk
membimbing komunikasi lintas-saluran.
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi
lintas-saluran:
d.1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus
meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung
d.2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus
memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya
2. Komunikasi eksternal
Mencakup komunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan di luar
organisasi. Untuk itu organisasi sebaiknya mendefinisikan dengan tegas siapa
saja pihak-pihak berkepentingan yang harus memperoleh tanggapan dari
organisasi. Komunikasi eksternal mencakup dialog, menerima,
mendokumentasikan, dan memberikan respon/tanggapan kepada pihak esternal
yang berkepentingan tentang kinerja dan dampak lingkungan organisasi
1. Pemilik Rumah Sakit
2. Dewan Pengawas
3. Tokoh masyarakat
3. Rekam Medis
Semua keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas
pasien, anamnesa, pemeriksaan, penunjang, diagnosa sampai dengan segala
penyelesaian dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan
baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
darurat. Jadi rekam medis merupakan alat komunikasi antar pemberi pelayanan
pasien dan menyimpan informasi penting tentang kesehatan pasien.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
Asuransi Kesehatan, serta perusahaan-perusahaan swasta yang bekerjasama
(PKS) dalam pelayanan kesehatan bagi karyawan.
2. Strategi Komunikasi dilakukan melalui Internet, radio, banner, spanduk dan
komunikasi langsung ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan.
3. Isi informasi Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat
di rumah sakit, jam pelayanan dan bagaimana akses pelayanan dari masyarakat
ke rumah sakit termasuk kualitas pelayanan yang diberikan.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
BAB III
TATA LAKSANA
Komunikasi efektif adalah : tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
Prosesnya adalah:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap
isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
d. Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alphabet
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
(gerakan tubuh, intonasi suara, dll) disampaikannya pesan secara tepat, dan
memungkinkan umpan balik diperoleh. Sedangkan komunikasi terulis dapat
disampaikan melalui media seperti :memo, surat, laporan, catatan, bulletin, surat
kabar dsb. Komunikasi tulisan mempunyai kelebihan dalam penyediaan laporan
atau dokumen untuk kepenting masa mendatang. Yang tidak kalah penting
adalah komunikasi lewat media sosial seperti Whatsapp, dimana komunikasi
lewat media ini dapat disebarkan secara cepat ke seluruh rumah sakit disusul
dengan edaran tertulis secara resmi.
4. Langkah keempat adalah penerimaan pesan oleh pihak penerima. Pada
umumnya penerima menerima pesan melalu panca indera mereka.. banyak
pesan penting yang tidak diterima oleh seseorang karena mereka tidak
menerima pesan karena kesalahan dalam mememilih media yang tepat.
5. Langkah kelima adalah decoding. Hal ini menyangkut memahami simbol-simbol
yang dipergunakan oleh pengirim (sumber). Ini amat dipengaruhi oleh latar
belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga dan gangguan
disekitarnya. Dalam komunikasi dua arah antara pimpinan dan stafnya (atasan
dan bawahan) kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi menjadi faktor
penentu berhasil tidaknya orang lain memahami ide, gagasan yang ia
sampaikan.
6. Langkah terakhir adalah umpan balik. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan,
penerima memberikan respon, jadi komunikasi adalah proses yang
berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Inilah yang disebut bahwa
komunikasi yang efektif itu akan menimbulkan interaksi yang baik pula dalam
melaksanakan tujuan organisasi.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
C. Supervisi dan Ronde Keperawatan
1. Kepala bagian atau coordinator keperawatan / kepala ruangan keliling ke
unit-unit menjadi tanggungjawabnya.
2. Menanyakan dan melihat situasi jalannya pelayanan.
3. Apabila ada permasalahan yang harus segera menyelesaikannya dan
melaporkannya pada manajemen
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus
diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya.
6. Ada Kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang
perlu dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
c. Hasil pemeriksaan sebelumnya : pemeriksaan fisik, laboratoris,
radiologis, dan lain-lain.
d. Terapi (obat-obatan dan tindakan) yang diberikan sebelumnya.
e. Riwayat alergi obat (bila ada)
6. Sebutkan Assesment (penilaian atas kondisi) terkait dengan situasi
tersebut:
a. Kemungkinan-kemungkinan yang tejadi pada pasien terkait
perubahan kondisi yang ditemukan pada pasien menurut anda
sebagai petugas medis saat itu.
b. Tindakan-tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat itu.
7. Sebutkan Recommendation (rekomendasi tindak lanjut) yang
dianjurkan sebagai petugas medis saat itu, rekomendasi yang
dianjurkan bisa antara lain :
a. Permintaan untuk : melihat pasien sesegera mungkin,
rujuk atau mentransfer pasien, konsultasi ke dokter lain, atau
menjelaskan pada pasien atau keluarganya tentang perubahan
kondisi yang terjadi.
b. Permintaan untuk : advis pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan.
c. Permintaan untuk : advis perubahan terapi atau tindakan
lain yang diperlukan.
8. Setelah diberikan advis untuk melakukan tindak lanjut, lakukan
prosedur Write back – read back – repead back terhadap advis
tersebut sebelum dilakukan.
9. Ucapkan terima kasih dan salam penutup.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
sedangkan untuk pasien rawat jalan S-O-A-P di tulis di dalam status rawat
jalan pasien.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
3. Code Pink (Merah muda)
Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan
bayi/ anak atau kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah
sakit.Secara universal, pengumuman ini seharusnya diikuti dengan
lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara
serentak.Bahkan menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan
pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan terhadap bayi korban
penculikan.
4. Code Black (Hitam)
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
orang yang membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak
bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai
diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom
di lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.
5. Code Brown (Coklat)
Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi
pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang
telah ditentukan. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk
melaksanakan tugasnya.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
hadir (tugas), maka Kepala SMF wajib mendelegasikan tugas-
tugas pelayanan kesehatan kepada dokter umum (asisten),
sesuai dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter
spesialis yang bersangkutan
b.3. Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap
yang memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu
DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan kewenangan klinisnya,
DPJP utama wajib melalukan konsul dalam hal:
i. Konsul Minta Pendapat: Apabila hanya diperlukan untuk
memperoleh informasi dan pertimbangan dari SMF lain
tanpa mendapat penanganan lanjutan dari SMF tersebut.
ii. Konsul Alih Rawat: Dilakukan apabila suatu kasus yang
awalnya dirawat oleh suatu SMF dan ternyata sudah tidak
perlu mendapatkan perawatan dari SMF tersebut,
sedangkan lebih tepat dirawat oleh SMF lain.
iii. Konsul Rawat Bersama: Apabila terdapat kasus yang
bersifat komplek dan harus mendapat penanganan lebih
dari satu bidang ilmu/SMF dengan DPJP Utama adalah
bidang SMF yang tingkat kegawatannya paling tinggi.
b.4. Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form
konsul yang tersedia dan diletakan dalam rekam medis pasien
b.5. Segala perihal keperluan konsul antar DPJP harus dijelaskan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuannya
c. Antar DPJP dengan perawat
c.1. Perawat UGD, Poliklinik dan Ruangan wajib melaksanakan
instruksi dari DPJP dalam pemberian pelayanan medis pasien
yang ditulis form perkembangan penyakit pasien.
c.2. Segala tindakan yang dilakukan oleh perawat atas instruksi
DPJP harus tercatat dalam form tindakan keperawatan dan
apabila terjadi sesuatu pada pasien setelah diberikan tindakan
segera dan perawat harus wajib melaporkan ke DPJP yang
merawat.
d. Antar dokter jaga dan antar perawat jaga (shift jaga)
d.1. Diinformasikan jumlah pasien.
d.2. Permasalahan yang ada
d.3. Keadaan pasien-pasien yang bermasalah
e. Antar shift FO, shift Kasir
e.1. Shift sebelumnya menjelaskan keadaan secara umum
e.2. Menjelaskan permasalahan selama jaga
e.3. Instruksi yang terbaru dari atasannya
E. REKAM MEDIS
1. Isi Rekam Medis
a. Isi rekam medís untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan
kesehatan sekurang-kurangnya memuat:
a.1. Identitas pasien;
a.2. Tanggal dan waktu;
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
a.3. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
a.4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
a.5. Diagnosis;
a.6. Rencana penatalaksanaan;
a.7. Pengobatan dan / atau tindakan;
a.8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
a.9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik;
a.10. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
a.11. Nama dan tanda tangán dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
b. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu dari
sekurang-kurangnya memuat :
b.1. Identitas pasien;
b.2. Tanggal dan waktu;
b.3. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
b.4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
b.5. Diagnosis;
b.6. Rencana penatalaksanaan;
b.7. Pengobatan dan / atau tindakan;
b.8. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
b.9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
b.10. Ringkasan pulang atau resume medis (discharge summary);
b.11. Nama dan tanda tangán dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
b.12. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;
b.13. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik;
c. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya
memuat :
c.1. Identitas pasien;
c.2. Kondísi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c.3. Identitas pengantar pasien;
c.4. Tanggal dan waktu;
c.5. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
c.6. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
c.7. Diagnosis;
c.8. Pengobatan dan/atau tindakan;
c.9. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan
unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut;
c.10. Nama dan tanda tangán dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
c.11. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain;
c.12. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
d. Isi rekam medís pasien dalam keadaan bencana selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud isi rekam medis untuk gawat
darurat, ditambah dengan :
d.1. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien dítemukan;
d.2. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal;
d.3. Identitas yang menemukan pasien;
3. Ketentuan pengisian RM
Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah
pasien menerima pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien,
selambat-lambatnya dalam waktu 1 X 24 jam harus ditulis dalam
lembaran medis.
b. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/ tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama
terangnya serta diberi tanggal.
c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
lainnya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang
merawat atau oleh dokter pembimbingnya.
d. Catatan yang dibuat oleh Residen harus diketahui oleh dokter
pembimbingnya.
e. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.
f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
dokter yang wajib dilindungi dari kebocoran sesuai dengan kode etik
kedokteran dan perundang-undangan yang berlaku. Permintaan informasi
mengenai data medis tertentu seorang pasien oleh pihak ketiga, dapat
diberikan kepada:
a. Asuransi.
b. Perusahaan yang pegawainya mendapat tunjangan perwatan
kesehatan.
c. Riset dokter
d. Pengadilan
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang
merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan-peraturan yang tersebut diatas, maka setiap
petugas yang dalam pekerjaannya berurusan dengan pasien atau yang
mengetahui keadaan pasien, yang telah mengucapkan sumpah jabatan
ataupun tidak, wajib menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan pasien.
Dengan demikian yang wajib menyimpan rahasia kedokteran adalah :
a. Dokter yang merawat
b. Ahli farmasi
c. Ahli laboratorium, ahli radiologi, bidan, para pegawai, para medis dan
mahasiswa di lingkungan RS
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
permintaan
a.4. Berkas rekam medis yang diinginkan dan sudah tersedia dapat
dipergunakan dan berkas yang telah diambil dari tempat
penyimpanan diberi tracer untuk reference dan mempermudah
pengambilan
a.5. Peminjaman harus menggunakan berkas rekam medis didalam
ruangan yang tersedia dan tidak diizinkan membawa keluar
berkas rekam medis
b. Peminjaman berkas rekam medis untuk menyuguhkan informasi
sebagai bukti keperluan pengadilan, dengan cara :
Atas permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari
direktur Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr Cipto”, salinan berkas rekam
medis dapat diberikan.
c. Peminjaman berkas rekam medis Individual Pasien Rawat Inap.
Dengan pemesanan secara tertulis
Dasar : PERMENKES No 269/MENKES/PER/III/ 2008 tentang
Rekam Medis.
Tata laksana:
c.1. Dokter yang merawat pasien atau perawat membuat surat
permohonan tertulis dan ditanda tangani pada buku ekspedisi
yang telah disediakan di ruang rekam medis.
c.2. Kepala Instalasi rekam medis mendisposisikan ke petugas filing
untuk melayani peminjaman berkas rekam medis.
c.3. Dalam waktu paling lama 1x24 jam dokumen rekam medis
yang di pinjam harus sudah dikembalikan ke bagian rekam
medis dengan dicatat pengembaliannya di buku ekspedisi
sebagai bukti pengembalian dan dibubuhi tanda tangan oleh
petugas rekam medis yang menerima
d. Petunjuk keluar / tracer adalah suatu alat penting untuk mengganti
berkas rekam medis yang dikeluarkan dari rak penyimpanan. Pada
tracer memuat informasi tentang
d.1. Nomor rekam medis
d.2. Nama pasien
d.3. Tanggal dikeluarkan
d.4. Peminjam
Cara ini harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap petugas rekam
medis dalam rangka membina ketelitian kerja, serta disiplin dalam
rangka memudahkan pengawasan terhadap berkas rekam medis
yang keluar dari penyimpanan
10. Pemusnahan RM
a. Membentuk tim pemusnah berkas dengan surat keputusan dari
Direktur Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr Cipto” dengan beranggotakan
sekurangkurangnya 4 orang yang terdiri dari : 1) Petugas Rekam
Medis. 2) Dokter. 3) Komite Medik. 4) Unit Pelayanan Lain
(Keperawatan)
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
b. Tim pemusnahan berkas RM membuat surat berita acara kepada
Direktur RS dan DirJen YanMed DepKes RI.
c. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada Direktur
Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr Cipto” dan DirJen YanMed DepKes RI.
d. Berkas RM yang non aktif selama 5 tahun diseleksi menjadi 2
kelompok seperti berkas RM umum dan berkas RM dengan diagnosa
kanker & psikiatri
e. Berkas RM yang akan dimusnahkan dipilah kembali untuk disimpan
pada rak penyimpanan non aktif, seperti ringkasan masuk dan keluar,
inform consent, resume medik, laporan operasi/tindakan, catatan
anestesi, identitas bayi baru lahir, surat kematian
f. Petugas menulis nomor RM, nama pasien, diagnosa akhir, tahun
terakhir dilayanipada buku khusus pencatatan berkas yang akan
dihapus.
g. Petugas melakukan penghapusan dengan cara menghancurkan
berkas pada mesin penghancur kertas
h. Tim pemusnahan membuat berita acara penghapusan berkas RM
rangkap lima setelah ditandatangani semua anggota diserahkan ke
unit rekam medis. Kemudian berita acara tersebut akan diserahkan
kepada direktur RS, DirJen YanMed DepKes RI, panitia RM, Komite
RM, dan arsip.
i. Formulir penghapusan berkas RM harus diisi menurut kebutuhan
informasi
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
2003)
2. Unsur Komunikasi
a. Sumber atau komunikator (dokter, perawat, admission, administrasi, unit
rawat inap, unit rawat jalan, kasir dan lain-lain).
Sumber (yang menyampaikan informasi) adalah orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab
pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang
sesuai, meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima dengan
baik (Konsil Kedokteran Indonesia, halaman 8).
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh
penerima pesan (komunikan).
b. Isi pesan (apa yang disampaikan).
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian dan penerimanya.
c. Media atau saluran (Elektronik, lisan dan tulisan)
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita
dapat berupa berita lisan, tertulis atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan
tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi
berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap (Konsil Kedokteran, hal 8)
Media yang dapat yang dapat digunakan : melalui telepon, menggunakan
lembar lipat, bukled, VCD (peraga).
d. Penerima atau komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
admission, administrasi, unit rawat jalan, unit rawat inap).
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantia sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim, Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah (Konsil Kedokteran
Indonesia, hal 8)
Pemberi atau komunikator yang baik adalah pada saat melakukan proses
umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (Konsil Kedokteran
Indonesia, hal 42) :
a.1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, parafrase, intonasi.
a.2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat
a.3. Cara mengamati (observation) agar dapat mamhami yang tersirat di
balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata atau
kalimatnya, gerak tubuh)
a.4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa
tubuh) agar tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
keliru mengartikan gerak tubuh raut tubuh, raut muka dan sikap
komunikator.
3. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi):
a. Komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah :
a.1. Jam Pelayanan.
a.2. Pelayanan yang tersedia.
a.3. Cara mendapatkan pelayanan.
a.4. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan
ketika kebutuhan asuhan pasien melalui kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Customer Servis, informasi,
admission (TPP : Tempat Penerimaan Pasien) dan Website
b. Komunikasi yang bersifat edukasi (pelayanan promosi)
b.1. Edukasi tentang obat
b.2. Edukasi tentang keamanan dan efektivitas penggunaaan alat medis
b.3. Edukasi tentang penyakit
b.4. Edukasi tentang manajemen nyeri
b.5. Edukasi pasien tentang Rehabilitasi
b.6. Edukasi tentang gizi (lihat pedoman Gizi)
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information yang
diberikan oleh PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit)
4. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah memberikan edukasi kepada pasien atau keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya :
a. Tahap pengumpulan informasi pasien (assesmen pasien).
Sebelum melakukan edukasi petugas menilai dulu kebutuhan edukasi
pasien dan keluarganya.
a.1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
a.2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan.
a.3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan
marah)
a.4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
a.5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.
Setelah tahap assesmen pasien, kemungkinan ditemukan :
b.1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang.
b.2. Hambatan fisik pasien (tuna rungu dan tuna wicara), maka komuniksi
yang efektif adalah membrikan leaflet kepada pasien dan keluarga
sekandung (istri, anak, ayah, ibu dan saudara sekandung) dan
menjelaskan kepada mereka.
c. Hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka
komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan
menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
d. Kendala bahasa, maka segera menghubungi humas yang bertugas (nomor
telepon 126.) humas akan menghubungi penerjemah.
e. Tahap verifikasi ( memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi
yang diberikan ).
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien
mengikuti arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk
mengisi formulir edukasi dan informasi dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti
bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
4. Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
b.6. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginfomasikan kepada keluarga pasien.
BAB IV
PENUTUP
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi penuntun bagi edukator dan unsur terkait dalam
pelaksanaan komunikasi efektif di dalam maupun di luar RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”. Kami
berharap panduan ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di
RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”. Namun demikian, kami tetap terbuka untuk menerima kritik
dan saran demi penyempurnaan panduan ini di masa mendatang. Kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan dan penerbitannya, kami mengucapkan banyak terima
kasih.
Direktur,
RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
3
PAN.PWDC.WM.01.R.01.T.06.06.18