Anda di halaman 1dari 9

A.

Topik
GAYA PADA BIDANG MIRING I
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyelidiki sifat gaya-gaya mekanis pada bidang miring?
C. Tujuan
1. Mahasiswa Mampu menyelidiki sifat gaya-gaya mekanis pada bidang miring.
D. Hipotesis
Pada saat katrol diletakkan dibidang miring maka banyak gaya yang
mempengaruhi katrol tersebut salah satunya adalah gaya gesek.
E. Dasar Teori
Gaya-gaya yang bekerja pada bidang miring
1. gaya mekanik
gaya mekanik adalah gaya yang dihasilkan oleh benda karena sifat geraknya
energy mekanik merupakan jumlah dari energy potensial dan energy kinetik yang
dimiliki oleh benda atau energy total yang dimiliki oleh suatu benda.
Dan dapat dituliskan .

Em = Ep + Ek
Jumlah total energy kinetic dan energy potensial disebut energy mekanik. Ketika
perubahan energy dari Ep menjadi Ek dan Ek menjadi Ep, walaupun salah satunya
berkurang, banyak energy lainnya bertambah. Misalnya ketika Ep berkurang besar Ek
bertambah demikian juga jika Ek bertambah dan Ep berkurang, pada saat yang sama
besar Ep bertambah. Total energinya tetap sama yakni energy mekanik.
Energy mekanik suatu benda bersipat kekal artinya energy mekanik tidak dapat
dimusnahkan, namun dapat berubah bentuk energy dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lain dan dipindahkan darisatu benda ke benda yang lain tetapi jumlahnya
selalu tetap
2. gaya gesek
gaya gesek adalah gaya yang berarah berlawanan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud disini tidak harus berbentuk padat melainkan
dapat pula berbentuk cairan maupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat adalah
misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetic, sedangkan gaya antara benda padat dengan
cairan atau gas adalah gaya stokes dimana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal
sebagai gaya gesek statis dan kinetis sedangkan suku pertama dan kedua dan ketiga
adalah gaya gesek pada benda dan fluida (giancoli,2001).
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada poros putar, engsel
pada pintu, dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya
gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena
gerakan kakinya hanya akan tergelincir diatas permukaan tanah. Tanpa adanya gaya
gesek antara ban mobil dan jalan, mobil hanya akan slip dan tidak membuat mobil dapat
bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut (giancoli,2001).

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relative sama satu sama lain. Seperti contoh gesekan statis dapat mencegah benda
meluncur kebawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya di notasikan μs
dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek kinetis (halliday dan resnick,1991)
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum
benda tersebut bergerak gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan
terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya normal f = μs.fs.
ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga
gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang
berusaha untuk menggerakan salah satu benda akan dibawa oleh gaya gesekan yang
setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar
dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi setelah gerakan terjadi,
gaya gesek statis tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda
sehingga digunakan gaya gesek kinetis (halliday dan resnick ,1991)
Gaya gesek kinetis atau dinamis terjadi ketika dua benda bergerak reatif satu sama
lain dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan dengan μk dan
pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama.
(halliday dan resnick,1991).
Hubungan antara gaya gesek (fges) dan gaya F yang sejajar bidang pada sebuah
benda ditunjukkan pada gambar 1. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa saat benda
belum diberi gaya atau F = 0, gaya gesek belum bekerja atau fges = 0. Ketika besar
gaya F dinaikkan secara perlahan , benda tetap diam hingga dicapai keadaan di mana
benda tepat akan bergerak. Pada keadaan ini gaya gesekan selalu sama dengan gaya yang
diberikan atau secara matematis fges = F. Gaya gesek yang bekerja pada saat benda
dalam keadaan diam disebut gaya gesek statis. Pada keadaaan benda tepat akan bergerak,
besar gaya F tepat sama dengan gaya gesek statis maksimum. Besar gaya gesekan statis
maksimum sebanding dengan gaya normal antara benda dan bidang. Konstanta
kesebandingan antara besar gaya gesek statis maksimum dan gaya normal disebut
koefisien gesek statis. Dengan demikian, secara matematis besar gaya gesek statis
maksimum memenuhi persamaan:

fs,maks = µs N..............................................................................(1)
dengan, µs = koefisien gesek statis
N = gaya normal.
Persamaan 1 hanya berlaku ketika benda tepat akan bergerak. Persamaan ini juga
menunjukkan bahwa selama gaya F yang diberikan pada benda lebih kecil dari pada atau
sama dengan gaya gesek statis (F ≤ fs,maks), benda tetap dalam keadaan diam. Pada
keadaan ini berlaku :
fges ≤ µs N...................................................................................(2)
ketika gaya Fyang diberikan lebih besar daripada besar gaya gesek statis
maksimum, F > fs,maks, benda akan bergerak. Pada keadaan bergerak, gaya gesek yang
bekerja disebut gaya gesek kinetik. Gaya gesek kinetik memenuhi persamaan:
fges = fk = µk N........................................................................(3)
dengan, µk = koefisien gesek kinetik,
N = gaya normal.
Persamaan 3 memperlihatkan bahwa gaya gesek kinetik besarnya lebih kecil
daripada gaya gesek statis. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien gesek kinetik selalu
lebih kecil daripada koefisien gesek statis ( µk > µs ). Benda yang dikerahkan bergantung
pada keadaan dua buah permukaan bidang yang bergesekan. Hal ini disebabkan besarnya
koefisien gesekan bergantung pada sifat alamiah kedua benda yang bergesekan,
diantaranya kering atau basahnya dan kasar atau halusnya permukaan benda yang
bergesekan. ( Tipler, 1991 )
Referensi :
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
Giancoli, douglas C.2001.fisika jilid 1 (terjemahan).jakarta :erlangga.
Halliday dan resnick.1991.fisika jilid 1 (terjemahan). Jakarta : erlangga.

F. Variabel-Variabel
1) Variable Bebas : Tinggi (h), Sin α=h/1
2) Variable Kontrol : Gaya Berat (w)
3) Variabel Terikat : Gaya (Fr), Fr/w

G. Alat dan Bahan


Dasar Statif
Kaki Statif
Batang Statif Pendek
Batang Statif Panjang
Balok Penahan
Pengait Beban
Balok Bertingkat
Jepit Penahan
Katrol Besar
Steker Perangkai
Beban 50 gr
Bidang Miring
Dinamometer
H. Prosedur Percobaan
1. Menentukkan berat gabungan katrol (w=mg) dengan menggunakan dynamometer.
2. Memasang dynamometer pada pengait beban dan balok penahan melalui jepit
penahan bidang miring dan letakkan katrol pada bidang miring tersebut.
3. Mengatur ketinggian (h) balok penahan sesuai dengan tabel dibawah.
4. Pada setiap ketinggian (h) tertentu bacalah gaya (FR) pada dynamometer dan isikan
pada tabel dibawah
5. Memasang beban pada steker dikiri dan kanan katrol gabungan.
6. Mengulangi langkah 2-5 dan mengisi hasil pengamatan kedalam tabel.
Ket : percepatan gravitasi = 9.8 ms-2
Panjang Bidang Miring (1) = 50 cm.
I. Hasil Pengamatan
Isikan hasil pengamatan FR, nilai 𝛼 perbandingan Fr dengan w dan harga sinus sudut
kemiringan bidang (h/1) pada tabel dibawah :
a. Tanpa tambahan b. Dengan tambahan
beban Beban
Gaya Berat w = 1,0 N Gaya Berat = 1,5 N
Tinggi (h) Gaya (Fr) Fr/w Gaya Fr/w Sin 𝜶 = h/1
(Fr)
10 cm 0.2 N 0.2 0.48 0.32 10
20 cm 0.3 N 0.3 0.75 0.5 20
30 cm 0.5 N 0.5 1.2 0.8 30
40 cm 0.7 N 0.7 1.38 0.92 40

Bagaimanakan Hubungan Fr/w dengan Sin 𝜶?

Hubungan Antara Fr/w dengan Sin α


45
40
35
30
25
Fr/w

20
15
10
5
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Sin α = h/1

Interpretasi Grafik:
Berdasarkan grafik diatas dapat diinterpretasikan bahwa nilai Fr/w berbanding lurus
dengan nilai sin α = h/1. Dimana semakin besar nilai dari Fr/w maka semakin besar pula
nilai dari sin α = h/1. Begitupun sebaliknya jika semakin kecil nilai Fr/w maka nilai sin α =
h/1 juga akan semakin kecil.

J. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum gerak pada bidang miring ini adalah
1. Panjang pendeknya sebuah lintasan mempengaruhi koefisien gesek dan massa
2. Besarnya sudut kemiringan juga mempengaruhi besarnya gaya gesekan, sebab
semakin besar sudut kemiringan atau sudut bidang, maka semakin kecil gaya gesek
yang terjadi. Dan sebaliknya semakin kecil sudut kemiringan suatu bidang, maka
semakin besar gaya gesekan yang terjadi
3. Setiap penambahan beban, maka beban benda pun akan bertambah. Maka pada saat
itu akan terjadi gaya gesek dari katrol dan bidang miring.

K. Kemungkinan Kesalahan
1. Kurang telitinya praktikan dalam
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai