Anda di halaman 1dari 17

1. Tinjau bola konduktor berjejari R yang dibumikan.

Jika suatu muatan titik Q


ditempatkan di luar konduktor pada jarak y dari pusat bola,
(a) tentukanlah potensial listrik di sebarang titik di luar konduktor, dan
tentukan pula muatan pada permukaan konduktor,
(b) pertanyaan yang sama dengan (a) tetapi jika hubungan dengan bumi
diputuskan dan konduktor diset berpotensial V0.

JAWAB

(a) Potensial listrik di sebarang titik di luar konduktor (misalnya di titik P)

1  Q Q'  P
 (r )        
4 0  | r  y | | r  y '| 
r
1  Q Q'  Q’

 
4 0  | rnˆ  ynˆ '| | rnˆ  y ' nˆ '| 
 O y’ y Q




R
1  Q Q' 

4 0  y

r  (1)
ˆ
 rn ˆ'
n ˆ '
y' n ˆ '|
n 
 r y' 

Pada r = R,
 
 
1  Q Q' 
 ( R)  
4 0  y R 
 R ˆ
n  ˆ
n ' ˆ '
y' n ˆ
n |
 R y' 

Q Q' y R
 ( R )  0 jika  dan  . Dari kedua syarat ini diperoleh
R y' R y'
RQ R2
Q'   dan y'  (2)
y y

Selanjutnya, dengan memasukkan (2) ke (1) diperoleh


 
 
1  Q RQ 
 (r )   (3)
4 0  ˆ  yn
rn ˆ' R2 
 ˆ
y rn ˆ '| 
n
 y 

Jika sudut antara garis hubung OP dan OQ maka


 | rnˆ  ynˆ '| 1  (r 2  y 2  2ry cos )
1
2
(4)
dan
1  12
 2
  4
rR 2 
 rnˆ  R nˆ '  2 R
  r  2  2 cos  (5)
 y  y y
   
Dengan memasukkan (4) dan (5) ke (3), potensial di titik P dapat ditulis sebagai

 RQ  2 R 4 
 12

 (r ) 
1
4 0

 Q r 2  y 2  2ry cos    12
  r  2  2
rR 2
cos  
 y  y y  
Selanjutnya, rapat muatan induksi pada permukaan bola konduktor adalah
d ( r )
   0
dr rR

 2 2

 Q r  y  2ry cos (2r  2 y cos )
 32



1
 0   RQ  R4 rR2   2  R2   3

40    r2   2 cos   2r  2 cos  


 y  y y   y   rR
 2

 Q R  y  2Ry cos  (2R  2 y cos ) 


2 2  32

1 
   RQ  R4 R3   2  R2   3

4    R2   2 cos   2R  2 cos  
   2   
y y y  y  
 Q R2  y2  2Ry cos  2 (R  y cos ) 
3

1 
   R2Q  R4 R3   32  R  
2    R2   2 cos   1  cos  
 2   y 
  y y y   
Dengan demikian, muatan pada permukaan bola konduktor adalah
 2 2

 Q R  y  2Ry cos (R  y cos ) 
 32


Q' A  4R  2R  R2Q  R4 R3 
2 2  32
 R 
   R2  2  2 cos   1 cos  
 y  y y   y  

(b) Pada kasus (a), muatan induksi Q’ terdistribusi merata pada permukaan bola.
Hubungan dengan bumi diputuskan, muatan sebesar  - Q’ ditambahkan sehingga
muatan total pada bola menjadi . Muatan  - Q’ terdistribusi merata pada
  Qenc
permukaan bola. Dengan menerapkan Hukum Gauss:  E  dA  , medan
0
d ( r )
listrik di dalam bola konduktor (r < R): E    0 . Dengan demikian,
dr
potensial listrik di dalam bola (termasuk di permukaan) adalah konstan. Besarnya
ekivalen dengan potensial pada jarak R dari muatan titik sebesar  - Q’ yang
terletak di pusat bola, yaitu
1   Q'
V  .
4 0 R
Karena bola konduktor diset pada potensial V0, maka
1   Q'   Q'
V0  →  V0 R
4 0 R 4 0
Sementara itu, potensial di luar bola konduktor yang dihasilkan oleh muatan  -
Q’ adalah
1   Q ' V0 R
V   .
4 0 r r
Dengan demikian, potensial listrik di luar bola sama dengan potensial yang
dihasilkan oleh muatan Q ditambah potensial yang dihasilkan bola konduktor,
yaitu

1  
 12
RQ  2 R 4 
 (r ) 
4 0 

 Q r 2  y 2  2ry cos   12
  r  2  2
rR 2
cos   
V0 R
y  y y   r

 
2. Dua muatan titik q1 dan q2 masing-masing terletak pada posisi y1 dan y2
terhadap terhadap pusat konduktor (dengan jejari a) yang dibumikan, di mana q1 = -
 
q2 = Q dan y1   y2   R ( y1 dan y2 segaris, dan R >> a). Tinjau keadaan di
mana R dan Q → ∞ sedemikian rupa sehingga Q/R2 = konstan.
(a) Buktikanlah bahwa potensial listrik di setiap titik di luar bola konduktor
tersebut dapat dinyatakan sebagai
2Q  a3 
 (r )    r   cos
R 2  r 2 
di mana  adalah sudut antara r dan garis yang menghubungkan kedua muatan
tersebut.
(b) Tentukanlah kuat medan listrik di luar bola tersebut.
(c) Tentukan pula rapat muatan induksi yang terjadi pada permukaan bola
tersebut.

JAWAB

P
 
r  y1   
r r  y2

 q1’ O q2’
q1 = Q  q2 = -Q
y1   Rnˆ ' -y1’a y2’ y2  Rnˆ '

(a) Potensial di luar bola (titik P) dalam Gaussian unit:


q q' q q '
 (r )   1    1    2    2 
r  y1 r  y1 ' r  y2 r  y2 '
Q q1 ' Q q2 '
   
rnˆ  Rnˆ rnˆ  y1 ' nˆ ' rnˆ  Rnˆ ' rnˆ  y2 ' nˆ '
Q q1 ' Q q2 '
   
R r R r
r nˆ  nˆ y1 ' nˆ ' nˆ r nˆ  nˆ ' y2 ' nˆ ' nˆ
r y1 ' r y2 '
Pada r = a,
Q q1 ' Q q2 '
 (a )    
R a R a
a nˆ  nˆ y1 ' nˆ ' nˆ a nˆ  nˆ ' y2 ' nˆ ' nˆ
a y1 ' a y2 '
 ( a )  0 jika
Q q' R a aQ a2
(1)   1 dan  → q1 '   dan y1 ' 
a y1 ' a y1 ' R R
Q q2 ' R a aQ a 2
(2)  dan a  y ' → q2 '  dan y2 '
a y2 ' 2 R R

Masukkan hasil ini ke persamaan potensial di titik P maka diperoleh


Q aQ Q aQ
 (r )    
rnˆ  Rnˆ a 2
rnˆ  Rnˆ ' a2
R rnˆ  nˆ ' R rnˆ  nˆ '
R R
 12
aQ  2 a 4 

 Q r  R  2rR cos
2 2
  12

R 
 r  2  2
R
ra 2
R
cos 

 12
aQ  2 a 4 

 Q r  R  2rR cos
2 2
  12

R 
 r  2  2
R
ra 2
R
cos 

 12  12
Q r2 r  aQ  a4 a2 
  1  2  2 cos    1  2 2  2 cos 
R R R  Rr  r R rR 
 12  12
Q r2 r  aQ  a4 a2 
  1  2  2 cos    1  2 2  2 cos 
R R R  Rr  r R rR 

r2 r a4 a2
Misalnya x   2 cos  dan z   2 cos
R2 R r 2 R2 rR
Untuk R >> r dan R >> a maka x << 1 dan z << 1. Dari deret Binomial,
n(n  1) 2 n(n  1)(n  2) 3
(1  x) n  1  nx  x  x  ....
2! 3!
dan untuk x << 1, suku-suku yang mengandung polinom pangkat 2 atau lebih
dapat diabaikan sehingga
(1  x ) n  1  nx.
Maka
 12
 r2 r  1  r2 r  r2 r
  1  2  2 cos   1  2  2 cos    1  2
 cos 
 R R  2 R R  2R R
 12
 r2 r  1  r2 r  r2 r
  1  2  2 cos    1  2  2 cos   1  2
 cos 
 R R  2 R R  2 R R
 12
 a4 a2  1  a4 a2  a4 a2
  1  2 2  2 cos  1  2 2  2 cos   1  2 2  cos
 r R rR  2 r R rR  2r R rR
 12
 a4 a2  1  a4 a2  a4 a2
  1  2 2  2 cos  1  2 2  2 cos    1  2 2  cos
 r R rR  2 r R rR  2r R rR

sehingga potensialnya dapat ditulis


Q r2 r  aQ  a4 a2 
 (r )   1  2
 cos       1  2 2
 cos 
R 2R R  Rr  2r R rR 
Q r2 r  aQ  a4 a2 
  1  2
 cos       1  2 2
 cos 
R 2R R  Rr  2r R rR 
Q r  aQ  a 2 
   2 cos    2 cos  
R R  Rr  rR 
2Q 2Q a 3
  2 r cos  2 2 cos
R R r

atau
2Q  a3 
 (r )    r   cos (TERBUKTI)
R 2  r 2 

(b) Kuat medan listrik di luar bola,

d 2Q  a3 
E  2  1  2 3  cos
dr R  r 

(c) Rapat muatan induksi yang terjadi pada permukaan bola,

1 d 2Q  a3  3Q
    1  2  cos 
4 dr r a 4R 2  r 3  r a
2R 2

3. Tinjau gelombang monokromatik yang datang pada bidang batas antara dua
medium, dengan indeks bias masing-masing n1 dan n2, di mana μ1  μ2  μ0. Jika
gelombang datang dengan polarisasi medan listrik tegak lurus bidang datang,
(a) dapatkanlah persamaan Fresnel untuk gelombang pantul maupun
gelombang bias, dan sketsalah amplitudo-amplitudo gelombang tersebut relatif
terhadap gelombang datang sebagai fungsi dari sudut datang untuk kasus di mana
n2/n1 = 1,5,
(b) dapatkanlah koefisien-koefisien reflektansi (R) dan transmitansi (T), dan
tunjukkan pula bahwa R + T = 1.
(c) Selidiki apakah pada kasus di atas dapat terjadi sudut Brewster. Jika dapat,
tentukanlah sudut tersebut. Sebaliknya, jika tidak dapat, jelaskanlah jawaban
Saudara.

JAWAB

(a) Persamaan Fresnel


Gelombang datang dengan polarisasi medan listrik tegak lurus bidang datang
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
y
 
k
 1'H
E2 2
k1 '  
E1 ' 2 H2
 1 x
 k1 1
E1 
H1
medium 1 (μ1, ε1) medium 2 (μ2, ε2)

Syarat

batas yang berlaku adalah kontinuitas komponen tangensial dari E dan
H (komponen yang sejajar bidang batas) pada bidang batas. Sesuai dengan
gambar di atas, diperoleh
E10  E10 '  E20 (1)
dan
 H10 cos1  H10 ' cos 1   H 20 cos 2
1 1
 ( E10  E10 ' ) cos 1   E cos  2
1 1  2 v2 20
1v1 cos 2
E10  E10 '  E20
 2v2 cos1
E10  E10 '   E20 (2)
dengan:
cos 2 v v n
 dan  11  1 2 (3)
cos1  2v2 v2 n1
(karena μ1  μ2  μ0)
Pemecahan persamaan (1) dan (2) sebagai berikut. Gantikan E20 pada persamaan
(2) oleh E20 dari persamaan (1) maka:
E10  E10 '   E20   ( E10  E10 ' )
E10 (1   )  E10 ' (1   )
sehingga diperoleh
 1   
E10 '  E10   (4)
 1   
Selanjutnya, masukkan hasil ini ke persamaan (1) maka
 1     1   
E20  E10  E10 '  E10  E10    E10  1  
 1     1   
sehingga diperoleh
 2 
E20  E10   (5)
 1   
Dari persamaan (3) dan hukum Snellius diperoleh
n cos 2 sin 1 cos 2
    2 
n1 cos1 sin  2 cos1
maka
sin 1 cos  2 cos1 sin  2  sin 1 cos  2 sin(1   2 )
1    1    (6)
sin  2 cos1 cos 1 sin  2 cos 1 sin  2
sin 1 cos 2 cos 1 sin  2  sin 1 cos 2 sin(1   2 )
1    1   
sin  2 cos1 cos1 sin  2 cos1 sin  2
(7)
Dengan menggunakan persamaan (4), (5), (6), dan (7) diperoleh koefisien refleksi
dan koefisien transmisi untuk medan listrik tegak lurus bidang datang berturut-
turut sebagai berikut.

E10 '  1    sin(1   2 )


r     (8)
E10  1    sin(1   2 )
dan

E20  2  2 cos1 sin  2


t     (9)
E10  1    sin(1   2 )

Persamaan (8) dan (9) disebut Persamaan Fresnel.

Plot grafik koefisien refleksi dan transmisi terhadap sudut datang 1 seperti pada
gambar berikut (menggunakan bantuan software Excell).

Plot dan sebagai fungsi 1

1 (o)

(b) Reflektansi dan Transmitansi


Intensitas gelombang datang
1
I1  1v1E10
2
cos 1
2
Intensitas gelombang pantul (refleksi)
1
I1 '  1v1  E10 ' 2 cos1
2
Intensitas gelombang bias (transmisi)
1
I2   2v2 E20
2
cos 2
2

Reflektansi (R)
2 2
I '  E '  1    sin 2 (1   2 )
R  1   10   r  
2
  
I1  E10   1    sin 2 (1   2 )
Transmitansi (T)
2 2 2
I  v cos 2  E20   v cos 2  2   2 
T 2  2 2    11      
I1 1v1 cos1  E10   2v2 cos1  1   

 1   
atau
4 sin 1 cos  2
T    t 2 
(1   ) 2
sin  2 cos 1
Selanjutnya,
2
 1    4 1   2  2  2  4
R  T      1
 1    1    2
1   2  2  2
Dengan demikian diperoleh
R T 1 (TERBUKTI)
(c) Sudut Brewster
Sudut Brewster terjadi jika r  0 . Dari persamaan (8):
E '  1    sin(1   2 )
r  10    
E10  1    sin(1   2 )
r  0 → 1   2 → sin 1  sin  2 → n1  n2 .
Dengan kata lain, syarat di atas hanya mungkin terjadi jika kedua medium sama
secara optik (memiliki indeks bias yang sama). Di lain pihak, persoalan yang
sedang dibahas adalah untuk n1  n2 . Dengan demikian, untuk kasus μ1  μ2  μ0,
tidak terjadi sudut Brewster.

4. Seperti soal nomor 3, tetapi untuk μ1  μ2  μ0.

JAWAB

Pada soal nomor 3 telah diperoleh:


E10  E10 '  E20 (1)
E10  E10 '   E20 (2)
Dengan memisalkan
cos 2 1v1
 dan  (3)
cos1  2v2

Persamaan Fresnelnya (dalam serupa  dan β) telah diperoleh pada soal nomor 3,
yakni:
E '  1    E  2 
r  10    dan t  20    (4)
E10  1    E10  1   

Syarat terjadinya sudut Brewster:   1 maka


1 cos  2  2v2 1  sin 2  2  2 n1
 →  → 
 cos1 1v1 cos1 1n2
2 2 2
 n   n   n 
→ 1  sin  2   2 1  cos 2 1 → 1   1  sin 2 1   2 1  cos 2 1
2

 1n2   n2   1n2 
 n1   
2 2 2 2
 n   n   2 
→ 1   1  sin 2 1   2 1  cos 2 1 →    sin 1    cos 2 1   1
2

 n2   1n2   n2    1  
2 2 2 2
    n      n 
→ sin 1   2  cos 2 1   2 
2
→ 1  cos 1   2  cos 2 1   2 
2

 1   n1   1   n1 
   2
  n2 
2

→     1 cos 1     1
2 2

  1    n1 

Dengan demikian diperoleh sudut Brewster (B) yang memenuhi persamaan:

2
 n2 
   1
cos  B   n1  (5)
2
 2 
   1
 1 

Plot koefisien refleksi dan koefisien transmisi sebagai fungsi sudut datang untuk
 2  2 1 dan n2  1,5n1 :

Plot dan untuk dan sebagai fungsi 1

t

B r

Dari grafik terlihat bahwa sudut Brewster terjadi pada B  50o. Nilai yang sama juga
diperoleh dengan menggunakan persamaan (5):
2
 n2 
   1
cos B   n1  
1,5 2  1  0,6455
→  B  50o .
 2 
2
2 1
2

   1
 1 

5. Tinjau gelombang EM yang menjalar dalam pandu gelombang (PG) berdinding


konduktor yang memiliki penampang siku-siku dengan rusuk a dan b (a > b).
(a) Dapatkah gelombang EM dengan modus TEM menjalar dalam PG
tersebut? Jelaskan jawaban Saudara.
(b) Jika a = 2,0 cm dan b = 1,0 cm, dan gelombang yang disalurkan memiliki
frekuensi 2,0 × 1010 Hz, tentukanlah modus-modus TE maupun TM yang dapat
menjalar dalam pandu gelombang tersebut.
(c) Jika kita hanya ingin menyalurkan satu modus tunggal, berapakah range
frekuensi yang harus digunakan?

JAWAB x

a
(a) Modus TEM: Ez = 0 dan Bz = 0.
Dari Pers.
 
Maxwell I (Hukum Gauss):
E  0
O z
Ex E y Ez
  0
x y z b
E z E x E y   y
Ez  0   0 maka   0 →   E0  0 (1)
z x y

Dari Pers. Maxwell III (Hukum Faraday):


  B
 E  
t
   
E  E0 exp ikz  it  dan B  B0 exp ikz  it 
dengan 
E0  E x xˆ  E y yˆ  E z zˆ dan B0  Bx xˆ  B y y
ˆ  Bz zˆ
maka 
  B
 E  
t
    
 xˆ  yˆ  zˆ    xˆE x  yˆE y  zˆE z   i ( xˆBx  yˆ By  zˆBz )
 x y z 
sehingga diperoleh (dalam hal ini, untuk komponen z saja)
E y E x
  i  Bz
x y
E y Ex  
Bz  0    0 →   E0  0 (2)
x y
Persamaan
 
(2) menunjukkan bahwa ada potensial skalar  sedemikian sehingga
E0   . Jika hasil ini dimasukkan ke (1) maka
   
  E0    ( )   2  0 .

 2  0 tidak lain adalah persamaan Laplace. Syarat batas pada E
mengharuskan bahwa permukaannya memiliki potensial yang sama (permukaan
ekipotensial), dan karena persamaan Laplace tidak memiliki nilai maksimum atau
minimum lokal, ini berarti bahwa potensialnya konstan di mana-mana (di seluruh
PG). Selanjutnya, 
  konstan → E    0 .
Dengan kata lain, medan listriknya nol di dalam PG. Jadi, gelombang EM
dengan modus TEM tidak dapat menjalar dalam PG tersebut.

(b) Persamaan Hemholtz dalam koordinat Cartesian:


 2 2 2   2 2 2 
    mn   E z ( x , y )  0 dan      mn  Bz ( x, y )  0
 x y  x y
2 2 2 2
 

 Modus TE

E z ( x, y )  0 maka persamaan Hemholtz yang harus dipecahkan adalah
 2 2 2 
    mn  Bz ( x, y )  0
 x y
2 2

Dengan metode pemisahan variabel: Bz ( x, y )  Bz ( x ) Bz ( y ) maka
d 2 Bz ( x) d 2 Bz ( y )
Bz ( y ) 2
 Bz ( x ) 2
  mn
2
Bz ( x) Bz ( y )  0
dx dy
atau (dibagi dengan Bz ( x, y )  Bz ( x ) Bz ( y ) ):
1 d 2 Bz ( x ) 1 d 2 Bz ( y )
   mn
2
0
Bz ( x) dx 2 Bz ( y ) dy 2
Karena kedua variabelnya saling bebas, persamaan di atas dipenuhi jika
1 d 2 Bz ( x ) 1 d 2 Bz ( y )
2
  k x dan
2
2
  k y2
Bz ( x ) dx Bz ( y ) dy
sehingga  k x  k y   mn  0 .
2 2 2

Solusi umum untuk Bz (x ) adalah


Bz ( x )  A sin( k x x )  B cos( k x x )
Syarat batas:
dBz ( x ) dBz ( x )
0 dan 0
dx x 0 dx xa

Maka
dBz ( x)
 Ak x cos(k x x)  Bk x sin( k x x)
dx
dBz ( x )
 0 → A= 0
dx x 0

sehingga solusinya tereduksi menjadi


Bz ( x )  B cos( k x x )
dBz ( x )
 0 →  Bk x sin( k x a )  0
dx xa

dipenuhi jika
m
kx  (m = 0, 1, 2, ...)
a
Hal serupa juga pada Bz ( y ) dengan syarat batas
dBz ( y ) dBz ( y )
0 dan 0
dy y 0 dy x b

akan diperoleh
n
ky  (n = 0, 1, 2, ...)
b
Dengan demikian solusi untuk modus TE adalah
 m   n 
Bz ( x, y )  Bmn cos x  cos y  , m, n ≥ 0 kecuali m = n = 0.
a    b 
Dari persamaan:  k  k y   mn  0
22
x
2
diperoleh
  m 
2
n
2

 mn
2
 k x2  k y2   2      
  a   b 
mn2   m 2
 n
2

2
  n2   2      
v   a   b 
mn
2   m 2
 n 
2

n  2
 2     
v   a   b  
Gelombang akan tersalurkan jika βn bernilai real. Dengan kata lain,
mn
2   m 2
 n
2

2
 2      0
v   a   b 
Frekuensi sudut mn minimum disebut frekuensi pancung (cut-off).
Gelombang EM akan tersalurkan dalam PG jika   mn dengan
2 2
 m  n
mn  v    
 a  b
Frekuensi pandu gelombang yang bersangkutan memenuhi persamaan:

2 2
v  m  n
f mn     
2  a  b

Diketahui a = 2,0 cm, b = 1,0 cm, f = 2,0 × 1010 Hz, dan v = 3 × 1010 cm/s.
Karena a > b, frekuensi minimum yang dapat disalurkan PG adalah
2
3  108  1
f10     0,75  1010 Hz.
2  2
Modus lainnya:
2
3  108  1
f 01     1,50  1010 Hz.
2  1
2 2
3  108  1  1
f11       1,68  1010 Hz.
2  2  1
2 2
3  108  1  2
f12       3,09  1010 Hz.
2  2  1
2 2
3  108  2  1
f 21       2,12  1010 Hz.
2  2  1
2
3  108  1
f 02     1,50  1010 Hz.
2  1
2
3  108  2
f 20     1,50  1010 Hz.
2  2
Jadi, untuk frekuensi pandu gelombang f = 2,0 × 1010 Hz, modus TE yang
terjadi adalah TE10, TE01, TE02, TE20, TE11.

 Modus TM:

Bz ( x, y )  0 maka persamaan Hemholtz yang harus dipecahkan adalah
 2 2 2 
    mn  E z ( x, y )  0
 x y
2 2

Dengan menerapkan syarat batas:
E z ( x, y ) x  0 , a  0
y  0,b

diperoleh solusi modus TM:


 m   n 
E z ( x, y )  Emn sin  x  sin  y , m, n ≥ 1.
 a   b 
dan frekuensi pandu gelombang yang bersangkutan memenuhi persamaan:

2 2
v  m  n
f mn     
2  a  b

Maka
2 2
3  108  1  1
f11       1,68  1010 Hz.
2  2  1
2 2
3  108  1  2
f12       3,09  1010 Hz.
2  2  1
2 2
3  108  2  1
f 21       2,12  1010 Hz.
2  2  1
Jadi, modus TM yang terjadi hanya TM11.

(c) Jika hanya ingin menyalurkan modus tunggal, range frekuensi pandu gelombang
yang dipilih adalah f10 < f < f01, yakni 0,75 × 1010 Hz < f < 1,50 × 1010 Hz. Modus
tunggal yang terjadi adalah TE10.
6. Jelaskanlah:
(a) Prinsip kerja Rhombus Fresnel sebagai polarisator/analisator.
(b) Prinsip kerja jendela LASER untuk memurnikan polarisasi cahaya.
(c) Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi propagasi gelombang EM dalam PG
dielektrik.
(d) Mengapa pada malam hari, kita lebih mudah menangkap siaran dari
pemancar radio yang lokasinya sangat jauh.

JAWAB

(a) Prinsip Kerja Rhombus Fresnel


Pada pemantulan internal total, beda fase antara komponen gelombang TM dan
komponen gelombang TE memenuhi persamaan:
 cos sin 2   n 2 
  2 tan 1  1 1 
 sin 1
2

 
n2
dengan n  . Jika:
n1
(i)   0, ,.... , gelombang terpolariasi linear.
(ii)  sebarang, gelombang terpolarisasi eliptik.
(iii)    2 , 32 ,.... , gelombang terpolarisasi lingkaran.

Rhombus Fresnel sebagai polarisator/analisator memanfaatkan sifat pemantulan


internal total untuk menghasilkan gelombang terpolarisasi. Peristiwanya
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
54o
54o
54o

ng = 1,5

54o
54o

(1) Gelombang terpolarisasi linear mengenai permukaan


polarisator dengan sudut datang 1 = 90o maka beda fase antara komponen
gelombang TM dan komponen gelombang TE: ( cos 90o  0)
 cos sin 2   n 2 
  2 tan 1  1 1   2 tan 1 (0)  0o
 sin 1
2

 
Karena tidak ada beda fase (    0 ) maka, sesuai (i), gelombang yang
ditransmisikan akan tetap terpolarisasi linear.

(2) Gelombang yang ditransmisikan (berada dalam polarisator)


kemudian mengenai bidang batas antara polarisator dan udara luar dengan
sudut datang 1 = 54o. Sudut kritis polarisator (asumsi indeks bias ng = 1,5):
 1 
 C  sin 1    sin 1  1   41,8o .

 ng   1,5 
Dengan demikian, 1 > C → gelombang mengalami pemantulan internal total.
Beda fase antara komponen gelombang TM dan komponen gelombang TE:
 cos 54o sin 2 54o 
   1 2 

  2 tan 
1 1, 5 1
  2 tan (0,4116 )  45 .
o

 sin 2 54o 
 
Karena   45o , sesuai (ii), gelombang pantul akan terpolarisasi eliptik.

(3) Gelombang pantul yang tepolarisasi eliptik kemudian


mengenai bidang batas polarisator dan udara luar di sisi bagian lainnya.
Karena sudut datangnya lebih besar dari sudut kritis, gelombang ini
mengalami pemantulan internal total. Kasus ini sama dengan (2), beda fasenya
45o. Dengan demikian, beda fase total antara gelombang datang pada
polarisator dan yang dipantulkan terakhir kali adalah 45o + 45o = 90o. Dengan
demikian, sesuai (iii), gelombang akan terpolarisasi lingkaran.

(4) Gelombang yang sudah terpolarisasi lingkaran keluar tegak


lurus dari polarisator ke udara → 1 = 90o sehingga beda fasenya 0. Ini berarti
gelombang yang keluar dari polarisator akan tetap terpolarisasi lingkaran.

(b) Prinsip Kerja Jendela LASER


 
 E// E 
E 1 E 
1’ E//
2
ng = n 2’
nu
nu
tan(1   2 )
Untuk TM, dari rumus Fresnel: r// 
tan(1   2 )
transmisi total terjadi jika r//  0 atau
 
1   2  → 2   1
2 2
Dari hukum Snellius:
sin 1 n2 sin 1 n2 sin 1 n2 n2
      tan  
sin  2 n1 sin( 2  1 ) n1 cos1 n1
1
n1
Untuk kasus ini, 1   B maka
 n2 
 B  1  tan 1  
 n1 
 ng 
Pada jendela LASER, jika 1   B  tan    tan 1 (n) . Dari gambar diperoleh
1

 nu 
     1
1 '   2   1    B → tan 1 '  tan   B   cot  B 
2 2  2  n
 1
atau 1 '  tan 1     B ' .
 n
Dari hasil di atas, jelas bahwa akibat 1   B berlaku 1 '   B ' . Pada kasus ini,
 
komponen E mengalami pemantulan dua kali, sedangkan komponen E// tidak
mengalami pemantulan pada kedua permukaan batas (semuanya ditransmisikan).
Dengan mengatur nilai n, jendela Brewster (jendela LASER) dapat memurnikan
polarisasi cahaya yang melaluinya.

(c) Syarat-syarat propagasi gelombang EM dalam PG dielektrik


(1) PG berdinding konduktor, rongganya berisi bahan dielektrik nonabsortif.

(2) Bebas dari sumber muatan maupun sumber arus:   0 ,   0 , dan J 0 .
(3) Tidak

ada medan listrik dan medan magnet di dalam konduktor ( E  0
dan H  0) → merupakan konduktor sempurna.
(4) Memenuhi

syarat

kontinuitas
ˆE 0; n
n ˆ  H  0 ; dengan S = permukaan batas.
S S

(5) Untuk menjamin keberadaan gelombang, di dalam tabung  2  0 dan di


luar tabung  2  0 .

(d) Mengapa siaran radio yang lokasinya sangat jauh lebih mudah ditangkap
pada malam hari?
Pada malam hari, lapisan ionosfer memiliki indeks bias yang lebih kecil daripada
lapisan di bawahnya. Akibatnya, untuk gelombang radio dari bumi yang datang ke
permukaan ionosfer dengan sudut datang lebih besar daripada sudut kritis akan
mengalami pemantulan internal total. Sudut datang gelombang radio akan
semakin besar ketika lokasi radio penerima semakin jauh.
Berbeda dengan siang hari, lapisan atmosfer di bawah lapisan ionosfer memiliki
indeks bias yang lebih kecil sehingga gelombang radio akan lebih banyak yang
diteruskan menembus lapisan ionosfer.

Anda mungkin juga menyukai