Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN STASE FARMASI KLINIS DI RUANG C

KASUS 3 : URINARY TRACT INFECTION

Disusun oleh :
Monica Praditya Puji Astari, S.Farm.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER
2018
Urinary Tract Infenction (UTI) / Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. Definisi
ISK didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme yang ditemukan di saluran
kencing yang memiliki potensi untuk menyerang jaringan saluran kemih dan struktur yang
berdekatan. ISK diklasifikasikan menjadi saluran kemih bawah dan atas. Infeksi saluran
bawah meliputi sistitis atau kandung kemih sedangkan infeksi saluran atas adalah
pielonefritis (melibatkan ginjal) (Dipiro et al., 2015).

2. Etiologi
Bakteri yang menyebabkan terjadinya ISK sebagian besar berasal dari flora normal
pada usus. Penyebab paling umum ISK tanpa komplikasi adalah Escherichia coli (80-
90%0. Organisme penyebab tambahan pada infeksi tanpa komplikasi adalah
Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella pneumoniae, Proteus spp., Pseudomonas
aeruginosa, dan Enterococcus (Dipiro et al., 2015).

3. Epidemiologi
Prevalensi dari ISK bervariasi dengan usia dan jenis kelamin. Tetapi kejadian ISK
lebih banyak diderita oleh wanita (5%) daripada laki – laki (1%) (Dipiro et al., 2015).

4. Patofisiologi

5. Komplikasi
a. Sepsis
b. Kerusakan ginjal
c. Adanya nanah disekitar ginjal dan prostat

6. Tujuan Terapi
a. Mengeradikasi organisme yang menginfeksi
b. Mencegah atau mengobati konsekuensi sistemik
c. Mencegah keterulangan infeksi (Dipiro et al., 2015).
7. Manajemen Terapi

(Grabe et al., 2008).

8. Kasus
8.1.Data Pasien
Ruang/No. Kamar C/3D
Nama dokter dr.M
Nama pasien Bp. M
Jenis kelamin L
RM 02067XXX
Penanggung JKN
Umur (tahun) 40 tahun
Tanggal lahir 07 – 08 – 1978
TB : 160 cm
BB : 60 kg
Asal pasien IGD
Tanggal masuk 22 September 2018
Tanggal keluar 24 September 2018
Keluhan utama Pusing sejak ± 1 minggu yang lalu, nyeri
pada tengkuk dan mual, tidak muntah,
sudah cek lab tanggal 19 September 2018.
Diagnosis sementara Febris hari ke-8
Diagnosis kerja Febris Suspected ISK
Masalah keperawatan Tidak ada
Riwayat penyakit sekarang Demam sejak 8 hari yang lalu
Riwayat penyakit dahulu Maag
Riwayat penyakit keluarga Tidak ada
Riwayat pengobatan Tidak ada
Alergi obat/makanan/ESO Tidak ada
Kondisi sosial Bekerja sebagai pedagang
Gaya hidup Sebelum mengeluhkan pusing dan
demam, pasien mengaku kecapekan dan
sedikit minum air putih.
Riwayat merokok Disangkal
Riwayat minum alkohol Disangkal

8.2.Tanda Vital
Tanggal
Tanda Vital Nilai Normal
22/09 23/09 24/09
Tekanan P 110/70 150/90 110/80
Darah 90/60 – 140/90 Si 140/80 - Pulang
(mmHg) M - 130/70 Pulang
P 36,6 36,7 36,2
Suhu
36,8±0,7 Si 36,7 36 Pulang
(oC)
M 36,7 36,3 Pulang
Denyut P 63 80 80
Nadi 60-100 Si 64 84 Pulang
(x/menit) M 68 80 Pulang
P 20 20 20
Pernafasan
16-24 Si 20 20 Pulang
(x/menit)
M 20 20 Pulang

8.3.Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Nilai Normal 19/9 22/9
Hemoglobin 13,2 – 17,3 14,6 13,3
Leukosit 4,5 – 11,5 10,74 17,38 ↑
Eosinofil 2–4 0,2 0,01 ↓
Basofil 0–1 0,4 0,3
Segment Neutrofil 50 – 70 68,0 51,0
Limfosit 18 – 42 26,8 36,1
Monosit 2–8 4,6 12,5 ↑
Hematokrit 40 – 50 42,3 38,3 ↓
Eritrosit 4,5 – 6,2 4,89 4,45 ↓
RDW 11,5 – 14,5 11,7 11,9
MCV 80 – 94 86,5 86,1
MCH 26 – 32 29,9 29,9
MCHC 32 – 36 34,5 34,7
Trombosit 150 – 450 145 ↓ 291
MPV 7,2 – 11,1 11,1 9,9
PDW 9 – 13 13,4 10,6
GDS 70 – 140 - 111,4
SGPT 0 – 55 - -
Ureum 19 – 44 - 26,8
Creatinin 0,73 – 1,18 - 1,11
Salmonella Typhi <2 : (-) 0,0 (-) -
3– 5 : border line
>6 : (+)
Pemeriksaan Urin
Warna Kuning
Berat Jenis <=1,005
pH 4,5 – 8,0 6,50
Glukosa Negatif Negatif
Protein Sedimen Negatif Trace
Leukosit Pucat Negatif
Sel Gliter Negatif
Leukosit Gelap 5 – 9 sel/LPB 2+
Eritrosit Negatif
Epitel <4 sel/LPB 1+
Ca Oxalat Negatif
Asam Urat Negatif
Triple Fosfat Negatif
Bacteria Banyak/LPK 2+
Jamur Negatif
Sil. Hyalin Negatif
Sil. Granula Negatif
Sil. Epitel Negatif
Sil. Eritrosit Negatif
Sil. Leukosit Negatif
Lain – Lain Negatif

8.4.Catatan Perkembangan Pasien


Kondisi Klinis
Tanggal
Subjective Objective Assessment Plan
Intervensi
Kesadaran lanjut
umum pemeriksaan
Keluhan pasien :
22/09/2018 sedang, CM, Susp ISK urin
pusing.
suhu 36oC, Pamol dan
mual (-) domperidone
dihentikan.
Kesadaran
umum
Keluhan pasien :
23/09/2018 sedang, CM, Susp ISK Terapi lanjut
pusing.
suhu 36oC,
mual (-)
Kesadaran
Keluhan pasien :
umum
pusing sudah
24/09/2018 sedang, CM, Susp ISK Pasien pulang
berkurang, tidak
suhu 36oC,
demam.
mual (-)
8.5.Daftar Penggunaan Obat
Obat Non Parenteral
No. Nama Obat Aturan 22/9/2018 23/9/2018 24/9/2018
Pakai P Si So M P Si So M P Si So M
1 Pamol 500 mg 3x1 1 1 Stop
2 Domperidone 10 mg 3 x 1 ½ ac 1 1 Stop
3 Analsik (500 mg + 2 mg) 3x1 1 1 1 1 1 1 1 Pulang
4 Levofloxacin 500 mg 1x1 1 1 Pulang

Obat pulang:
a. Analsik (500 mg + 2 mg) No. XV
S 3 dd 1
b. Levofloxacin 500 mg No. III
S 1 dd1 (dihabiskan)

8.6.Informasi Obat
Dosis Profil Efek Samping
Nama Obat Indikasi Mekanisme Aksi Kontra Indikasi
Literatur Farmakokinetika Obat
a. Onset : 1 jam
Bekerja pada hipotalamus
325-650 mg b.Ikatan protein : 10 –
untuk menghasilkan Hipersensitif,
Analgesik, 4x/hari, 25% Hepatotoksik,
Parasetamol antipiretik dan menghambat kerusakan berat
antipiretik maksimal c. Metabolisme : hati hipersensitif
sintesis prostaglandin pada hati
3.250 mg/hari d.T ½ : 2-3 jam
sistem saraf pusat
Ekskresi L urin
10-20 mg, tiap Mem-block reseptor dopamin a.Peak plasma time:- Kadar prolaktin
Gangguan
Domperidone 4-8 jam, perifer, mencegah mual dan b.Ikatan protein:91- naik
Anti mual hepatik parah,
10 mg tab periode mempercepat waktu 93% (kemungkinan
prolongasi
pengobatan pengosongan lambung c. T½: 7 jam galaktore dan
maksimal 12 interval jantung, d.Metabolisme:hati ginekomasti),
minggu. hipersensitivitas Ekskresi: - penurunan
libido, ruam
dan reaksi
alergi lain,
reaksi distonia
akut (frequency
not defined).
a. Peak plasma
Hipersensitivitas,
1 kaplet tiap Memodulasi efek post time:30- 90 menit Diare (4%),
Analsik (500 intoksisitas
6- 8 jam, dosis sinapsis transmisi GABA-A b.Ikatan protein:98% atax (3%),
mg + 2 mg) Anti nyeri alkohol akut,
maksimal 4 dan menimbulkan efek c. T½: 20-70 jam somnolence
tab depresi berat,
kaplet/ hari penenang d.Metabolisme:hati (>1%)
sleep apnea
e/Ekskresi: Urin
a. Peak plasma
time:1- 2 jam
b.Ikatan protein: Mual (7%),
Menghambat aktifitas DNA
Levofloxacin 500- 750 mg c. T½: 6- 8 jam sakit
Antibiotik gyrase yang menyebabkan Hipersensitifitas
500 mg tab 1x 1 tab/ hari d.Metabolisme: kepala,(6%),
pemutusan rantai DNA
limited metabolism diare (5%)
in human
e.Ekskresi: Urin ()

8.7.Analisis SOAP
Problem Medis S/O Terapi Analisa
Febris S : Keluhan demam Pamol 500 mg 3 x 1 Penggunaan Pamol (Parasetamol) 500 mg pada tanggal 22/09 kurang tepat.
(21/09), pusing (21- (21-22/09) Parasetamol bekerja pada hipotalamus untuk menghasilkan efek antipiretik dan
24/09), lemas (21- menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf pusat sehingga memiliki
24/09) efek analgesik (Blough and Wu, 2011). Dosis yang disarankan adalah 500-1000
O : suhu tubuh mg setiap 4-6 jam dan maksimal 4000 mg/hari (Pionas, 2018). Dosis yang
(21/9): 37,2oC diberikan pada pasien adalah 3 x 500 mg sehingga dosis sudah tepat. Pada tanggal
22/09 pasien sudah tidak demam dan untuk mengatasi nyeri, pasien sudah
menerima analsik sehingga sebaiknya pada tanggal 22/09 pasien tidak menerima
parasetamol.
Analsik 3 x 1 (21- Pemberian Analsik untuk mengatasi nyeri sudah tepat.
24/09) dengan skala Analsik mengandung 500 mg antalgin dan 2 mg diazepam (Pionas, 2018).
nyeri 4 5. Antalgin merupakan golongan NSAID merupakan first line untuk mengatasi
nyeri ringan sampai sedang degan level evidence A (Blondell et al., 2013).
Berdasarkan pelaporan meta-analysis menunjukkan bahwa diazepam secara
signifikan memberikan efek anti-anxiety (Inada et al., 2003).
S : mual (22/09) Domperidon 10 mg Pemberian Domperidone untuk mengatasi mual sudah tepat.
O:- tab 3 x 1 (22/09) Domperidone merupakan salah satu agen prokinetik yang potensial
digunakan untuk mengatasi gejala mual muntah (Singh et al., 2016).
UTI S : demam (21/09) Lefovloxacin 500 Pemberian dosis Levofloxacin kurang tepat
O: Pemeriksaan urin: mg 1x1 (mulai 22- Menurut Guidelines on The Management of Urinary and Male Genital
Bakteria 2+, Lekosit 26/09) Tract Infections (2008), first line therapy pada ISK dengan tanda dan gejala
gelap 2+ demam, sakit kepala, pyuria dan leukositosis adalah antibiotik golongan
floroquionolon dan digunakan secara oral. Levofloxacin merupakan golongan
floroquinolon. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mospan and Wargo
(2016) menyatakan bahwa pasien pria dengan ISK yang menerima levofloxacin
750 mg selama 5 hari memiliki kesuksesan terapi yang lebih tinggi daripada
penggunaan ciprofloxacin 500 mg selama 10 hari. Studi yang lain juga
menunjukkan pada penggunaan short therm levofloxacin dengan regimen dosis
750 mg/hari selama 5 hari menunjukkan efikasi, microbiological efficacy dan
tolerance dibandingkan dengan penggunaan levofloxacin 500 mg/hari selama 7-
14 hari (Ren et al., 2017).
8.8.Drug Therapy Problem
Problem DTP Pasien Plan
Terdapat indikasi yang tidak - -
tertangani
Penggunaan obat tanpa indikasi Penggunaan pamol Merekomendasikan untuk
(parasetamol) pada tanggal penghentian penggunaan parasetanol
22/09 saat pasien sudah tidak jika demam yang dialami pasien
demam. sudah teratasi agar tidak terulang
pada pasien yang lain.
Pemilihan obat kurang tepat - -
Dosis obat terlalu kecil Penggunaan levofloxacin 500 Merekomendasikan untuk dilakukan
mg 1x1 dengan durasi 5 hari peningkatan dosis levofloxacin
kurang efektif. menjadi 750 mg 1x1 dengan durasi 5
hari.
Dosis obat terlalu besar - -
Munculnya efek samping yang - -
merugikan
Ada interaksi obat - -
Ketaatan - -

a. Penggunaan Analsik untuk mengatasi nyeri

(Inada et al., 2003).

(Blondell et al., 2013).


b. Penggunaan Levofloxacin 750 mg dengan durasi 5 hari untuk ISK pada pria

(Ren et al., 2017).

(Mospan and Wargo, 2016).

c. Penggunaan Domperidone sebagai anti emetic

(Singh et al., 2016).

8.9.Planning
a. Menyarankan agar penghentian parasetamol jika demam sudah teratasi jika terjadi
pada kasus yang serupa.
b. Meningkatkan dosis levofloxacin menjadi 750 mg per oral dengan durasi 5 hari

8.10. Monitoring
a. Tanda vital : suhu tubuh
b. Hasil pemerikasaan laboratorium : pemeriksaan darah (monosit dan leukosit) serta
pemeriksaan urin (protein, bacteria, leukosit).
c. Keluhan pasien : pusing.
d. Kemungkinan ESO Obat: hepatotoksik (parasetamol), gastric bleeding (antalgin)
8.11. KIE
a. Mengedukasi mengkonsumsi obat secara rutin dan aturan yang telah diberikan
terlebih cara penggunaan antibiotik levofloxacin.
b. Memonitoring pusing yang dialami pasien.
c. Menganjurkan pada pasien agar beristirahat dengan cukup.
d. Menyarankan kepada pasien agar mengonsumsi air putih 2 liter per hari dan tidak
menahan buang air kecil.

8.12. Monitoring
Efikasi : tidak timbul demam setelah 5 hari mengonsumsi obat pulang
ESO : muncul rasa nyeri pada perut atau ulu hati, diare setelah mengonsumsi
obat pulang. Bila timbul ESO yang sangat mengganggu disarankan untuk kembali ke
dokter.

8.13. Outcome
Outcome yang ingin dicapai pada pasien ini yaitu resolved, dimana pasien tidak
mengalami lagi gejala yang dirasakan.

8.14. Assessment (Tgl 22 September 2018)


a. Bagaimana keadaan pasien saat ini? Apa keluhan yang dirasakan?
b. Bagaimana keluhan yang dirasakan pasien? Keluhannya sudah berapa lama?
c. Apakah pasien memiliki alergi obat?
d. Apakah pasien memiliki riwayat penggunaan obat rutin?
e. Bagaimana riwayat penyakit terdahulu?
f. Bagaimana gaya hidup pasien dan pola makan sehari-hari? Berapa banyak air
yang dikonsumsi tiap harinya?
g. Bagaimana aktivitas rutin sehari-hari?

Jawaban pasien saat assessment:


a. Pasien mengeluh pusing, sedikit mual tetapi sudah tidak demam.
b. Pasien mengeluh demam dan pusin sudah sejak 8 hari yang lalu dan sudah ketiga
kalinya pergi ke IGD tetapi tidak kunjung membaik dan pada tanggal 19/09 yaitu
ketiga kalinya ke IGD pasien disarankan untuk cek lab dan opname.
c. Pasien tidak memiliki alergi obat.
d. Pasien tidak memiliki penggunaan obat rutin.
e. Pasien mengatakan kepalanya pernah terbentur saat SD dan masih merasa sedikit
nyeri sampai saat ini.
f. Sebelum mengeluhkan pusing dan demam, pasien mengaku kecapekan dan
sedikit minum air putih. Pasien tidak merokok dan tidak menyukai makanan asam
dan pedas.
g. Bekerja sebagai pedagang.
Daftar Pustaka
Blondell et al., 2013. Pharmacologic Therapy for Acute Pain.
Blough and Wu, 2011. Acetaminophen: Beyond Pain and Fever-Relieving. Mini Review
Article, 2(72), 1-6.
Grabe et al., 2008. Guidelines on The Management of Urinary and Male Genital Tract
Infections.
Inada et al., 2003. Efficacy of Diazepam as an Anti-Anxiety Agent: Meta-Analysis of Double-
Blind, Randomized Controlled Trials Carried Out in Japan. Hum Psychopharmacol
Clin Exp., 18, 483-487.
Mospan et al., 2016. 5-Day versus 10-Day Course of Fluoroquinolones in Outpatient Males
with a Urinary Tract Infection (UTI). J Am Board fam Med, 29, 654-662.
Non‑Inferiority Clinical Trial, Int Urol Nephrol, 49, 499-507.
Ren et al., 2017. Treatment of Complicated Urinary Tract Infection and Acute Pyelonephritis
by Short‑Course Intravenous Levofloxacin (750 mg/day) or Conventional
Intravenous/Oral Levofloxacin (500 mg/day): Prospective, Open‑label, Randomized,
Controlled, Multicenter,

Anda mungkin juga menyukai