Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN

STORY & DISCOURSE:


NARRATIVE STRUCTURE IN FICTION AND FILM by Seymour Chatman

- INTRODUCTION –

Narative dan Poetic


Cara kerja (jabaran) dalam teori struktur naratif Seymour Chatman bertujuan untuk memperoleh
mengetahui secara rinci tentang struktur naratif Seymour Chatman.

Pada dasarnya teori Chatman merupakan pengembangandari teori Aristoteles, dengan tambahan
beberapa tokoh lain yang menjadi acuan seperti Henry James, Percy Lubbock, Wayne booth, yang
merupakan kaum formalis russia yang menerangkan jenis benuk dari simple narrative (naratif sederhana)
ke dalam (dongeng, mitologi, romansa), salah satu karakter dari simple narrative adalah sifat
homogenitas dari plot yang cenderung kaku dan pembentukan tokoh yang sederhana, sedangkan dalam
bentuk modern narrative fiction memerlukan penambahan struktur yang lebih complex seperti perbedaan
pada plot, dalam hal ini Chatman membahas teori plot dan pentingnya struktur dari naratif yang dipelajari
secara terpisah yang merupakan bentuk dar perwujutan struktur, dalam hal ini beberapa pengecualian dari
hal hal yang merugikan harus dipertimbangkan, seperti halnya konstituen apakah dapat diterapkan pada
bentuk modern narrative poetry.

Menurut kaum formalis dan strukturalis berpendapat bahwa subjek dari karya sastra bukan lah
teks atau tulisan tersebut, melainkan kandungan seni (literariness) yang terdapat di dalamnyalah yang
merupakan subjek sebenarnya dari karya sastra. Dalam teori satra memiliki kejelasan yang sama dengan
ilmu pengetahuan lain nya, dimana karya sastra itu sendiri merupakan usaha penerapan teori-teori
pemikiran,yang merupakan bentuk merasionalan sesuatu atau objek pembelajaran, dan harus dilakukan
dengan beberapa sifat yang tetap, karna setiap bentuk naratif memiliki sense tersendiri dimana dalam
setiap naratif memiliki sifat yang pasti ada dan sulit untuk dijabarkan, disaat kita tidak merasa puas akan
hasil pendeskripsian, itu menunjjukkan bahwa dasar dasar yang kita terapkan memiiki perbedaan yang
terlalu kontras.

Perkembangan dari teknik yang ada dapat dlihat dari waktu ke waktu yang kita alami sendiri,
semua koonstituen dan hal yang bersangkutandsalam puisi misalnya dapat mengidentifikasi pembagian
bentuk relative yang nantinya mengantarkan kita kepada pemahaman yang lebih mendalam dalam
terhadap makna, dalam proses pendiskripsian hanya akan membantu kita mengilustrasikan objek tetapi
tidak dapat dapat mengubah dasar pemikiran.

1
Dalam buku Chatman juga dijelaskan bahwa objek yang dituju pada teori karya sastra bukanlah bentuk
dari karya trsebut melainkan hal yang terkandung di dalamnya (literary discourse), dalam penerapan teori
literature tidak dapat mengabaikan bentuk karya sastra lain dalam mewujudkan tujuannya mengenai
tujuan yang tidak memiliki hubungan mengenai apapun jenis dari karya sastra. Pada dasarnya apa yang
disorot dari teori sastra adalah ilmu tentang sifat dasar, yang tidak menjelaskan secara rinci mengenai
penilaian dan pendiskripsian dari kekhususan untuk kepentingan bentuk karya sastra, hal ini bukan
mengenai mengkritisi seuatu tetapi lebih kepada bagaimana pempelajari cara memberikan sebuah analisis
melalui peng kritisian. Dalam teori ini lebih memperhatikan dari bentuk naratif sebagai objek yang
memiliki estetika dan dapat dikaji.

Elemen/Unsur Pembentuk Teori Naratif

Dalam bukunya Chatman menjelaskan bahwa teori strukturalis mengatakan bahwa setiap naratif
memiliki dua bagian utama yang meliputi dari story atau cerita itu sendiri dan discourse (tekstual),
dimana story memiliki konstituen berisi event (peristiwa) dan existent (keberadaan) dan dari event beserta
existenst memiliki konstuen di bawahnya meliputi action, happening, character, dan setting yang
semuanya masuk dalam unsur unsur dari story. Disisi lain discourse yang merupakan ekspresi yang
menunjukkan makna yang disampaikan oleh konten yang terkantung dalam teks naratif untuk
disampaikan pada pembaca, dalam kata lain story merupakan apa yang tergambar dalam teks naratif
sedangan discourse adalah bagaimana cra agar gambaran tersebut di sampaikan.

Dalam penjelasan Aristoteles menerangkan bentuk dari imitation (peniruan dari perbuatan: act)
menciptakan logos yang merupakan unit yang membantu pembentukan plot, kaum formalis menciptakan
perbedaan antara fable dan plot, dimana fable (basic story or stuff) adalah urutan dari peristiwa yang
terikat, dan saling berhubungan yang nantinya saling berkomunikasi dalam jalan nya sebuah cerita,
sedangkan dalam plot keseluruhan dari eventpasti berhubungan atara satu dengan yang lain. Bagi kaum
formalis fable disebut sebagai kejadian yang saling bergantung dan sebagai penghubung komunikasi
sebagai pembaca pada jalan nya cerita, sedangkan plot adalah apa yang akan terjadi dan menjadikan
pembaca sadar dan mengetahui apa yang terjadi, dan menentukan apakah cerita menceritakan alur
normal, mundur atau diawali di pertengahan cerita.

Strukturalis Prancis memiliki penalaran berbeda mengenai plot yaitu sebagai lapisan yang dengan
sendirinya bermakna serta memiliki struktur yang nantinya dapat tersisihkan dari keseluruhan pesan
cerita, dalam penerapan nya sendiri banyak bentuk dari cerita pendek atau simple narrative yang tidak
memperhatikan proses pembentukan plot dan hanya menempatkan element tingkatan yang sama dengan
cara yang sama, yang menerapkan kebebasan pada penerapan teknik yang membawa sebuah cerita hingga

2
akhir, dalam hal ini mungkin menyebabkan pengubahan urutan yang tidak urut tapi tidak menghilangkan
sifat sifat yang mendasar pada cerita.

Dalam perkembangannya novel dapat diubah menjadi pementasan atau layar, di dalamnya
memiliki bebereapa adegan yang menceritakan sesuatu dengan bentuk tulisan yang tidak dapat terlihat
dalam pementasan atau layar, tulisan di sini bermaksud adalah kata yang kita baca, penggambaran yag
kita bayangkan dan gerak isyarat yang diuraikan oleh pembaca. Sebuah narasi (reconte) memiliki elemen
penting yang mencakup word (kata), yang di ekspresikan bukan melalui penggambaran atau
pengisyaratan tetapi dari event (peristiwa, situasi, kondisi dan tndak tanduk yang diekspresikan melalui
kata.

Naratif memiliki kemampuan mengubah atau menciptakan sebuah cerita, naratif memiliki
kemandirian dalam penstrukturan cerita dengan berbagai macam metode. Dalam buku ini juga
menjelaskan bahwa Jean Piaget telah menunjjukkan disiplin ilmu lain, yang memanfaatkan konsep dari
sebuah struktur dan bagaimana penerapannya, dalam naratif terdapat tiga gagasan pemikiran yang
meliputi kesatuan, perubahan dan penerapan peraturan peraturan pada sebuah karya, jika menemukan
objek naratif yang tidak mengaplikasikan ketiga hal tersebut makan akan maka hanya akan disebut
sekedar sebuah karya yang berbentuk kumpulan elemen tanpa memiliki sebuah struktur.

Naratif disebut sebagai satu kesatuan karna didasari oleh beberapa element event (kejadian) dan
kehadiran yang membedakan tentang apa yang mendasari, berbeda hal nya dalam sebuah event dan
existent yang memiliki sifat tunggal dan memiliki ciri khas tersendiri sedangkan naratif merupakan
gabungan event yang dilakukan secara sequent dalam penjelasan lain event dalam naratif merupakan
percontohan dalam pembentukan himpunan yang harus berhubungan dan memerlukan antara satu dengan
yang lain, jika dalam sebuah cerita adasebuah peristiwa yang terjadi dalam waktu, temat dan orang yang
berbeda dapat dipastikan itu bukan bentuk dari sebuah naratif (ada pengecualian), event dalam naratif
muncul dalam bentuk scene hanya ketika memang ditetepkan dan diperintahkan seperti itu.

Transformation and self-regulation (perubahan) di sini bermaksud bahwa stuktur dapat


mempertahankan atau mengembangkan serta meberikan batasan sehingga proses dari perubahan dan self-
regulation tersebut dapat terjadi dan dapat menempatkan sebuah objek dari naratif sebagai ill-formed
sehingga penganilisisan dapat terjadi. Sedangkan dalam penerapan peraturan peraturan dalam karya yang
dibagi menjadi dua sub komponen yaitu mengenai bentuk naratif itu sendiri, struktur dari penyebaran
naratif, serta bentuk perwujudan dan kehadirannya dalam bentuk spesifik dari metode, verbal, cinema,
ballet, musical atau pantomim. Persebaran dari naratif sendiri memerhatikan tentang hubungan antara
waktu. Hubungan antar cerita, hubungan dengan cara menceritakan cerita tersebut, dalam hal ini sumber

3
atau kewewenangan dalam cerita meliputi voice dari naratif (sudut pandang), pada dasarnya, metode
sangat berpengaruh dalam proses penyebaran, namun perlu untuk membedakan antara elemen-elemennya
berlandaskan dengan teori.

Apakah Naratif adalah Sebuah Struktur Semiotik?

Naratif adalah sebuah struktur: kita dapat terus bertanya apakah itu bermakna secara
independen, yaitu menyampaikan makna dalam dan dari sendirinya, terpisah dari cerita yang
diceritakannya. Linguistik dan semiotik, ilmu umum tanda-tanda/lambang-lambang, mengajari
kita bahwa perbedaan sederhana antara ungkapan dan isi tidaklah cukup untuk menangkap
semua elemen dari situasi komunikatif.

Dalam narrative discourse, cerita adalah konten dari ekspresi naratif, sedangkan discourse
adalah bentuk dari ekspresi tersebut. Kita harus membedakan antara discourse dan manifestasi
materialnya—dalam kata, gambaran, atau apapun yang terakhir ini jelas substansi dari expresi
naratif, bahkan pada manifestasinya secara independen merupakan sebuah kode semiotik.

Sedangkan untuk konten naratif, itu juga memiliki substansi dan bentuk. Substansi event
(kejadian) dan eksistensi adalah keseluruhan bidang, atau lebih baik, kumpulan objek yang
memungkinkan, kejadian, abstraksi, dan begitulah yang bisa “ditiru” oleh seorang pengarang
(direktur film, dll.)

Expression Content

Media sejauh mereka bisa Representasi objek dan


mengkomunikasikan cerita. tindakan yang nyata dan
(beberapa media adalah sistem dunia imajinasi yang bisa
Substance
semiotik dengan sendirinya.) ditiru dalam media naratif,
disaring melalui kode-kode
lingkungan sosial penulis.
Form Narrative discourse (struktur Komponen cerita naratif:
transmisi naratif) terdiri dari kejadian, events, dan
unsur-unsur yang dibagikan oleh hubungannya.
narasi dalam medium apa pun
4
yang pernah ada.

Manifestasi dan Objek Fisik

Cerita, wacana, dan manifestasi selanjutnya harus dibedakan dari sekadar disposisi fisik
narasi cetak aktual buku, gerakan aktor atau penari atau boneka, garis di atas kertas atau kanvas,
atau apalah. Masalah ini dipecahkan oleh estetika fenomenologis, terutama oleh Roman
Ingarden, yang telah membentuk fundamental perbedaan antara "benda nyata" yang disajikan
kepada kita museum, perpustakaan, teater, dan sebagainya, dan "estetika obyek.

Objek estetika sebuah narasi adalah cerita yang diartikulasikan oleh wacana, apa yang
Susanne Langer sebut sebagai "virtual" objek narasi. Bahasa, musik, batu, cat dan kanvas, atau
apa pun-mengaktualisasikan narasi tersebut menjadi sebuah karya nyata, sebuah buku, sebuah
komposisi musik (bergetar gelombang suara di audltonum atau di cakram), patung, lukisan: Tapi
pembaca harus menggali narasi virtual dengan cara menembus Permukaan medialnya.

5
Narrative Inference, Selection, and Coherence
Naratif adalah sebuah komunikasi, dimana membutuhkan dua unsur yaitu sender
(penutur) dan receiver (pendengar).
Sender: Receiver
1. Real author 1. Real audience
2. Implied author 2. Implied audience
3. Narrator (jika ada) 3. Naratee
Dalam discourse juga menyatakan bahwa tidak perlu informasi mendalam pada
pengenalan karakter seperti kapan dan lahir, berapa usianya, dsb. Sedangkan story yaitu sebuah
rangkaian peristiwa yang akan memberikan detail dari setiap set.
Naratif membutuhkan dua indra untuk dapat dipahami, yaitu dengan Visual (penglihatan)
dan Auditory (pendengaran). Pada visual sense terdapat nonverbal narrative seperti lukisan,
pahatan, serial komik, dan pantomim. Sedangkan auditory sense ada suara radio, dan segala
pertunjukan pengucapan seperti musik. Tapi pembagian ini bisa menyembunyikan penggunaan
yang penting antara written dan oral text, yaitu semua text bisa dijadikan oral sense. Mereka
tidak untuk dipertunjukkan tapi bisa saja terjadi pada suatu ketika.
Naratif dapat dirasakan melalui sebuah pertunjukan atau teks yang harus direspon oleh
penonton dengan sebuah penafsiran. Mereka tidak bisa menghindari hal tersebut karena ini
sangat penting bagi penonton /pembaca dalam penafsiran peristiwa-peristiwa yang tidak
diterangkan pada text. Contohnya John terburu-buru menuju bandara. Dalam kalimat tersebut,
pembaca akan menafsirkan jika ada peristiwa-peristiwa yang tidak dijelaskan pada text seperti
saat John memakai baju, keluar untuk mencari taxi, membuka pintu taxi dan masuk, terjebak di
tengah kemacetan jalan, dan akhirnya sampai bandara untuk boarding check. Naratif tidak
memiliki ukuran pasti dalam kemungkinan penafsiran sebuah hasil dari sebuah cerita. Seperti
dalam serial komik dan film yang bisa menampilkan cerita dalam runtutan yang panjang atau
pendek. Dalam hal ini penulislah yang memilih peristiwa mana yang perlu disampaikan dan
peristiwa mana yang tidak perlu disampaikan, maka penonton akan mengaitkan peristiwa
tersebut sesuai pengetahuan mereka.
Dalam naratif ada sebuah ketidakpastian penggambaran karakter yang disebut
“Unbestimmthelten.” yang muncul secara khas melalui media. Contohnya disebuah bioskop
yang dengan rutin menyajikan sebuah karakter yang tidak menuturkan isi pikiran mereka. Hal ini
sangat perlu untuk menebak isi pikiran mereka melalui apa yang dikatakan. Ada juga
“converesly” yaitu verbal narrative yang tidak menonjolkan aspek visual, perkataan, dan pakaian
yang dipakai.
Coherence yaitu runtutan satu peristiwa dari satu ke yang lain. Jika tidak ada coherence,
harus ada penjelasan dalam cerita tersebut. Contoh: "Peter fell ill. Peter died. Peter was buried,"
Hal ini sangat penting untuk mengingatkan kepada pembaca yang sering lupa pada urutan
peristiwa pada suatu cerita.
6
Sketch of Narrative Structure
Naratif terdiri dari alur cerita yang berhubungan dan ada “statement” yang bersifat
independen dalam media penggambaran yang khusus. Statemen terdiri dari dance statement,
linguistic statement, graphic statement. Narrative statement digunakan untuk istilah menyatakan
bagian naratif. Contohnya narrative statement akan digolongkan sebagai bentuk pertanyaan atau
declarative.
Narrative statement digunakan sebagai teknik mengungkapkan ekspresi dari unsur pokok
narative. Narrative sebagai komunikasi dibedakan menjadi dua yaitu process dan statis
Proses statement dibedakan menjadi dua yaitu recount (menceritakan) dan enact
(memerankan)
Contoh: "John said that he was tired“ (recount)
“I’m tired [kata John]” (enact)
Static statement yaitu penggambaran karakter pada sebuah cerita Pada dasarnya, semua
statement saling terhubung sejak ditulis oleh penulis. Narrator sangat diperlukan dalam unsur
narative. Kehadirannya ditentukan oleh sang penulis. Naratif yang tidak memiliki kehadiran rasa
yang dihilangkan disebut “unnarated” narative. Sebuah narative harus memiliki orang yang
memerankan adegan.

A Comic Stip Example


Contoh Gambar naratif dapat dibagi menjadi bingkai dan teknologi dari strip komik
modern. Komik strip tanpa dialog, caption, atau balon adalah contoh cerita yang relatif murni
(jika dangkal) dalam bentuk gambar dan dengan mudah menggambarkan diagram situasi naratif.
Strip komik muncul pada tahun 1970 di suplemen Sunday of San Francisco Chronicle.
Ceritanya bisa diucapkan secara verbal seperti berikut: Pernah ada seorang raja. Berdiri
di menara kastilnya, ia melihat sesuatu "yang tampak asyik" melalui teropongnya. Dia bergegas
turun dan keluar dari istana dan segera sampai di Royal Casino. Dia bermain dadu dan hilang.
Dengan putus asa, dia kebetulan terjadi pada Royal Loan Company. Pikiran licik datang
kepadanya. Dia menggadaikan mahkotanya untuk seikat uang. sehingga dia bisa kembali ke
Royal Casino untuk berjudi lagi. Contoh dari cerita tersebut adalah pernyataan naratif abstrak.
Cerita, menurut pengertian teknis hanya ada pada tingkat abstrak, Setiap manifestasi sudah
memerlukan pemilihan dan pengaturan yang dilakukan oleh wacana sebagaimana
diaktualisasikan oleh media tertentu. Tidak ada manifestasi istimewa. Lebih jauh lagi, meskipun
di atas, penggambaran yang cukup lengkap tentang "apa yang terjadi" dalam cerita, hanya
menyebutkan beberapa di antara tak terhingga kejadian yang mungkin terjadi. Misalnya,
eksistensi raja mengandaikan kejadian kelahirannya, royalti-nya mengandaikan adanya seorang
ayah (atau beberapa leluhur) yang adalah seorang raja, peristiwa penobatannya, dan seterusnya.

7
Setelah membacakan ceritanya tersebut dapat akan dapat ditafsirkan lebih banyak. 1
karakter raja, bahwa dia konyol atau sejenisnya, paling tidak dia menganggapnya sebagai
penghormatan royalti. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sifat karakter dari keseluruhan tindakan,
yaitu, himpunan peristiwa telah mengindeks karakter raja. Kita dapat menyimpulkan bahwa
keseluruhan kinerja raja adalah sebuah latihan dalam kesia-siaan, karena, jika "Royal" berarti apa
yang dikatakannya, ia memiliki kasino dan perusahaan pinjaman. Dia adalah satu-satunya figur
manusia dalam keseluruhan narasi, Seluruh kerajaan itu miliknya sendiri, dan dia tampaknya
satu-satunya penghuninya. Dia kehilangan uang untuk dirinya sendiri dan kemudian mengasah
mahkotanya untuk mendapatkan lebih banyak uangnya sendiri sehingga ia bisa kehilangannya
lagi. Untuk dirinya sendiri Tapi kemudian kami diperingatkan bahwa dia adalah dunia yang
sangat kaya. Mereka yang merasa diminta untuk mencari tambang penafsiran yang lebih dalam -
katakanlah Freudian atau Marxis - pasti datang untuk melakukannya.

Reading and Reading out


Dalam bab ini telah telah diketahui bahwa cerita sebagai sebuah objek. Terpisah dari
proses itu, Ia muncul dalam kesadaran seorang "pembaca" (dengan menggunakan itu istilah
untuk memasukkan tidak hanya pembaca di kursi mereka, tapi juga penonton di rumah film,
balet, pertunjukan boneka, dan sebagainya). Dan telah ditunjukkan bahwa proses yang dengan
seseorang membaca fitur naratif yang relevan dari atau melalui satu jenis manifestasi nonverbal,
yaitu strip komik. . Jenis "pembacaan" ini secara kualitatif berbeda dari bacaan biasa, meskipun
sangat akrab hingga tampak sama sekali "natural” Tapi konvensi ada di sana dan bersifat curiga,
bahkan bahkan jika benar-benar terbukti dan diawetkan sendiri - gambar sewenang-wenang ures,
seperti bingkai, embusan asap untuk menunjukkan kecepatan, dan gelembung untuk dialog atau
pemikiran mudah dipelajari oleh anak-anak yang sangat kecil. Tapi konvensi itu cukup jelas.
Dari tingkat permukaan atau manifestasi pembacaan, seseorang bekerja sampai ke tingkat
narasi yang lebih dalam. Itulah proses yang dinamakan teknis membaca. Membaca dengan
demikian merupakan istilah "interlevel", sementara sekadar "membaca" adalah "intralevel."
Dengan mencoba untuk menghindari kosa kata teknis sedapat mungkin, Tampaknya ini
merupakan perbedaan yang nyata, dan membacakan sebuah istilah yang relatif transparan dari
permukaan ke struktur narasi yang dalam.
Narrative translation dari satu medium ke medium lainnya dimungkinkan karena kira-kira
sama kumpulan peristiwa dan eksistensi yang terbaca. Jelas buku ini lebih memperhatikan
membaca narasi daripada sekadar membaca permukaannya. Saya tidak memikirkan masalah
yang ada dalam pembacaan permukaan, itu sendiri. tidak berarti proses "alami”. witness laporan
antropolog mengalami kesulitan melihat bahkan melihat citra video dan sinematik apa yang
nyata, tapi jelas pada diri sendiri, pada tingkat "membaca-keluar" problem dari kelas sastra dasar,
di mana siswa berada di bawah makna setiap kalimat dalam isolasi, namun tidak dapat masuk
akal (atau akal memuaskan) dari teks naratif keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai