BAP FishCrustaceanFarm Issue2 Rev Sep2014 Indonesian PDF
BAP FishCrustaceanFarm Issue2 Rev Sep2014 Indonesian PDF
Budidaya Perairan
Budidaya Ikan dan Krustasea
Best Aquaculture Practices
Pedoman, Standar Sertifikasi
BAP Finfish and Crustacean Farm Standards – Issue 2 – Revision September 2014
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
DISCLAIMER:
Dokumen ini dimaksudkan semata-mata sebagai bantuan untuk
kenyamanan klien yang tidak fasih berbahasa Inggris.
Terjemahan ini berasal dari versi asli berbahasa Inggris. Jika
terdapat perbedaan penafsiran antara versi bahasa Inggris dan
terjemahannya, versi bahasa Inggris tetap menjadi versi resmi
sebagai dasar audit dan kesesuaian persyaratan.
2
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
SERTIFIKASI BEST AQUACULTURE PRACTICES
Standar dan pedoman Best Aquaculture Practices berikut ini berlaku untuk budidaya
seluruh spesies krustasea dan ikan bersirip kecuali salmonid yang dipelihara di
keramba dan tambak ikan (mengacu pada Standar Salmon BAP). Standar dan
pedoman ini meliputi seluruh metode produksi, termasuk mengaliri, pertukaran parsial,
dan tertutup atau sistem sirkulasi air di kolam, keramba, tambak, tangki, kanal,
atau wadah tertutup.
Standar BAP yang dapat dicapai, berbasis ilmu pengetahuan, dan senantiasa
ditingkatkan standar kinerja globalnya bagi rantai pasokan budidaya perairan yang
menjamin diproduksinya makanan sehat dengan tetap bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sosial. Standar dan pedoman ini dirancang untuk membantu pelaku
program dalam melakukan penilaian sendiri terhadap dampak lingkungan dan sosial,
serta kendali keamanan pangan pada fasilitas mereka, dan untuk mengarah ke
sertifikasi kepatuhan dari pihak ketiga, sehingga dapat mengeliminasi dampak-dampak
negatif yang paling berpengaruh. Untuk informasi lebih lanjut, harap mengacu pada
sumber-sumber tambahan yang terdaftar dalam dokumen ini.
Standar BAP menuntut kepatuhan, dengan peraturan lokal sebagai langkah awal
menuju sertifikasi. Namun, tidak semua peraturan sama ketatnya. Untuk alasan ini,
standar BAP menetapkan persyaratan untuk dokumentasi dan prosedur harus berada
dalam rencana pengelolaan, baik yang terdapat dalam peraturan lokal atau lainnya.
Dengan demikian, mereka mencari di mana kemungkinan untuk menerapkan
konsistensi dalam pelaksanaan di fasilitas-fasilitas di berbagai daerah produksi yang
berbeda dan untuk mengikutsertakan industri ini secara menyeluruh dalam proses
peningkatan yang berkelanjutan.
Sebagaimana penggunaan dalam standar ISO, standar ini menggunakan kata “harus”
untuk menyatakan kewajiban pemenuhan, dan “sebaiknya” untuk merekomendasikan
pemenuhan. Poin-poin yang dapat diaudit adalah pernyataan-pernyataan “harus” yang
terdaftar di bawah masing masing standar.
Untuk mendapat sertifikasi BAP, pemohon harus diaudit oleh badan sertifikasi yang
independen, yang telah diakui oleh BAP. Untuk mengajukan permohonan sertifikasi,
3
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
harap menghubungi:
Audit terdiri dari pertemuan pembuka, penilaian tempat, pengumpulan sampel yang
diperlukan, peninjauan catatan dan prosedur manajemen, serta pertemuan penutup.
Semua poin dalam standar harus disebutkan. Bila ada ketidaksesuaian selama
evaluasi, akan dicatat oleh auditor dalam laporan formal sebagai:
Kritis – Ketika terdapat kegagalan dalam pemenuhan keamaan makanan atau masalah
hukum yang kritis, atau berisiko terhadap integritas program, auditor secepatnya
memberi informasi ke badan sertifikasi, yang kemudian akan memberi informasi ke
Manajemen BAP. Klarifikasi yang tertunda, dapat mengakibatkan kegagalan untuk
sertifikasi, atau penangguhan sementara langsung.
Mayor – Ketika terdapat kegagalan penting dalam memenuhi persyaratan standar, tapi
tidak berisiko pada keamanan makanan atau berisiko langsung pada integritas
program, auditor memberi tahu badan sertifikasi, dan mencatatnya dalam laporan.
Verifikasi pelaksanaan perbaikan harus diserahkan ke badan sertifikasi dalam 28 hari
masa evaluasi. (Ketidaksesuaian dalam kategori ini biasanya berupa masalah dengan
kebijakan umum.)
Minor – Ketika kepatuhan sepenuhnya terhadap tujuan standar belum terlihat, auditor
memberi tahu badan sertifikasi dan mencatatnya di laporan. Verifikasi pelaksanaan
perbaikan harus diserahkan ke badan sertifikasi dalam 28 hari masa evaluasi.
(Ketidaksesuaian dalam kategori ini biasanya berupa masalah umum manajemen.)
Standar BAP dikembangkan oleh komite ahli teknik diikuti proses yang disesuaikan
dengan FAO Pedoman Teknik Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, dalam
sertifikasi
budidaya hewan/tumbuhan air. Lihat ww.gaalliance.org/bap/standardsdevelopment.php.
4
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
4. Lingkungan: Konservasi Bakau dan Hanya kolam dan sistem berbasis daratan
Lahan Basah lainnya
6. Lingkungan: Kontrol Kualitas Air Hanya keramba dan tambak di air tawar
atau air payau
8. Lingkungan: Konservasi Tanah dan Hanya kolam dan sistem berbasis daratan
Air, Manajemen Endapan Kolam lainnya
5
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
6
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Beberapa tempat budidaya air telah dijalankan di perairan atau di lahan pesisir, tapi
pemiliknya tidak punya hak hukum atasnya. Budidaya semacam ini biasanya ditemukan
di area milik pemerintah yang tidak dikembangkan, dengan penggunaan lahan yang
kurang terawasi. Lahan ini mungkin digunakan oleh orang yang tidak punya lahan, atau
digunakan oleh komunitas pesisir untuk berburu, memancing, dan berkumpul. Perairan
dengan keramba yang terpasang di dalamnya bisa menjadi usaha perikanan penting
bagi penduduk lokal. Perairan-perairan ini juga bisa memiliki kegunaan penting lain
seperti penyedia air domestik, irigasi, rekreasi, atau pariwisata.
Pelaksanaan
Peraturan mengenai pelaksanaan dan penggunaan sumber daya dari budidaya,
bervariasi antara satu tempat dengan tempat lain. Di antara persyaratan lainnya,
undang-undang semacam ini bisa digunakan untuk:
• lisensi bisnis
• lisensi budidaya air
• akta tanah, perjanjian konsesi atau penyewaan
• pajak penggunaan lahan
• izin mendirikan bangunan
• izin penggunaan air
• perlindungan hutan bakau atau habitat sensitif lainnya
• izin pembuangan
• kepatuhan pada peraturan kesehatan hewan
• penggunaan untuk therapeutik
• izin berkaitan dengan spesies non asli
7
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
• izin kendali predator
• izin operasi sumur
• izin operasi timbun sampah
• kepatuhan kepada peraturan lingkungan
• penilaian dampak terhadap lingkungan.
Auditor individual tidak bisa mengetahui semua undang-undang yang berlaku pada
budidaya air di seluruh negara. Tempat budidaya yang berpartisipasi bertanggung
jawab untuk mendapatkan semua dokumen yang dibutuhkan untuk penempatan,
pembangunan, dan pengoperasian fasilitas mereka.
Bantuan dalam menentukan izin dan lisensi yang diperlukan dapat dicari di instansi
pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perlindungan lingkungan,
perikanan, budidaya air, manajemen dan transportasi air, serta persatuan budidaya air
setempat. Auditor juga harus mengetahui persyaratan hukum dalam wilayah kerja
mereka.
Program BAP mengharuskan audit lingkungan yang berulang kali pada fasilitas yang
berpartisipasi. Program itu mengukuhkan peraturan yang sudah ada, yang mungkin
membutuhkan fasilitas budidaya air untuk melakukan penilaian dampak lingkungan
sebelum mulai membangun dan untuk memenuhi standar pembuangan atau peraturan
lain selama pelaksanaan.
Standar
1.1: Dokumen terkini harus ada untuk membuktikan lahan dan penggunaan air yang
sah oleh pemohon.
1.2: Dokumen terkini harus ada untuk membuktikan semua lisensi bisnis dan
pengoperasian telah didapat.
1.3: Dokumen terkini harus ada untuk membuktikan kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku yang berhubungan dengan lingkungan dalam pembangunan dan
pengoperasian.
8
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Tempat budidaya harus berupaya untuk hubungan yang baik, dan tidak menutup
akses ke area publik, lahan umum, area penangkapan ikan, atau sumber daya
alam tradisional lainnya yang digunakan oleh penduduk setempat.
Pelaksanaan
Manajemen tambak budidaya harus mencoba mengakomodasi cara tradisional atas
penggunaan sumber daya pesisir melalui sikap bekerja sama dengan kepentingan lokal
yang telah terbentuk dan kepedulian terhadap lingkungan. Fasilitas harus menjaga agar
tidak menutup koridor akses tradisional ke area hutan bakau umum dan lahan
penangkapan ikan. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu disediakan rute akses dalam
melewati pertambakan.
Pertambakan harus mempertahankan penampakan yang rapi dan menarik agar tidak
menjadi sesuatu yang buruk dilihat bagi penduduk setempat. Tindakan sanitasi harus
dikerjakan untuk mencegah bau sehingga mengganggu area sekitar. (Lihat Bagian 13.)
Mesin harus dipelihara dengan baik untuk mencegah suara bising yang tidak
diperlukan, yang dapat mengganggu penduduk sekitar.
Standar
2.1: Pemohon harus mendukung penduduk setempat dengan tidak menutup rute akses
tradisional ke tempat penangkapan ikan, lahan basah, dan sumber daya publik
lainnya.
2.2: Pemohon harus mengatur penggunaan air untuk mencegah terbatasnya air yang
9
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
tersedia bagi pengguna lainnya.
2.3: Pemohon harus menunjukkan interaksi dengan komunitas lokal untuk mencegah
atau menyelesaikan masalah melalui pertemuan, komite, koresponden, proyek
pelayanan, atau kegiatan lain yang dilakukan secara rutin atau lebih sering.
Tempat budidaya harus patuh pada hukum perburuhan baik lokal maupun
nasional, termasuk yang berhubungan dengan pekerja di bawah umur,
untuk memastikan keamanan pekerja yang memadai, kompensasi, dan jika ada,
kondisi kehidupan di lapangan.
Banyak budidaya air berlokasi di negara berkembang dengan tarif gaji yang rendah,
dan undang-undang perburuhan tidak diterapkan secara konsisten. Pertambakan besar
yang mempekerjakan beberapa ratus pekerja biasanya menyediakan tempat tinggal di
lapangan, yang harus menyediakan kondisi hidup yang baik.
Pelaksanaan
Minimal, pertambakan yang sudah memiliki sertifikat harus memberi upah yang sesuai
hukum, lingkungan kerja yang aman, dan tempat tinggal yang layak, jika disediakan.
Pengaudit harus memperhitungkan peraturan nasional dan standar lokal dalam
mengevaluasi aspek ini. Harus diupayakan untuk melebihi persyaratan minimum,
karena pertambakan yang memiliki sertifikat harus progresif dan bertanggung jawab
secara sosial. Ketika mempekerjakan pekerja asing, peternakan membutuhkan
dokumentasi status legal.
Peralatan keamanan seperti kacamata pelindung, sarung tangan, topi pengaman, jaket
pengaman, dan pelindung telinga, harus disediakan jika diperlukan. Mesin-mesin harus
memiliki pelindung atau penutup jika diperlukan, dan peralatan listrik harus tersambung
secara benar dan aman. Traktor harus mempunyai konstruksi pelindung, pelindung
10
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
untuk pengendali daya, dan alat keamanan yang layak lainnya.
Pegawai dan pekerja harus mendapat pelatihan awal serta pelatihan ulangan tentang
keamanan di seluruh area operasi pertambakan. Pekerja juga harus dilatih tentang
pertolongan pertama untuk sengatan listrik, pendarahan yang banyak, tenggelam, dan
kemungkinan kemungkinan darurat medis lainnya. Harus tersedia sebuah rencana
untuk memperoleh bantuan medis bagi pekerja yang terluka atau sakit.
Tempat tinggal harus berventilasi cukup dan memiliki fasilitas kamar mandi serta toilet
yang memadai. Layanan makanan, jika disediakan, harus menyediakan makanan yang
sehat untuk pekerja, dengan penyimpanan dan persiapan makanan dilakukan secara
bertanggung jawab. Sampah dan tempat sampah tidak boleh menumpuk di tempat
tinggal, tempat persiapan makanan, atau tempat makan. (Lihat Bagian 13.)
Standar
3.1: Pemohon harus memenuhi atau melewati standar gaji minimum, termasuk
tunjangan, yang ditentukan oleh undang-undang perburuhan lokal dan nasional.
3.3: Mempekerjakan pekerja muda di atas usia minimal tapi masih di bawah 18 tahun,
harus sesuai dengan undang-undang lokal, termasuk akses yang dibutuhkan
untuk kehadiran di sekolah wajib dan pembatasan jam dan waktu tertentu dalam
11
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
satu hari.
3.4: Pekerja muda di atas usia minimal tapi masih di bawah 18 tahun tidak boleh
ditempatkan pada pekerjaan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan
dan keamanan mereka.
3.6: Pemohon harus mematuhi jumlah jam/hari kerja nasional yang disepakati apabila
ada.
3.8: Fasilitas tidak boleh mengharuskan pembayaran simpanan, pengurangan dari gaji,
atau menahan gaji yang tidak termasuk persetujuan kontrak yang sah dengan
pekerja, dan/atau yang tidak diberikan atau diizinkan oleh hukum nasional.
3.9: Fasilitas tidak boleh mengurangi gaji sebagai bagian dari proses pendisiplinan.
3.10:Pemohon hanya boleh mempekerjakan pekerja dengan dokumen yang sah, baik
nasional atau migran.
3.11:Fasilitas harus menjaga semua dokumen relevan yang memastikan semua pekerja
kontrak/subkontrak, baik dikontrak melalui layanan buruh atau lainnya, dibayar
sesuai dengan semua undang-undang gaji, jam kerja, dan lembur setempat.
3.12:Semua layanan perekrutan dan pemekerjaan buruh yang digunakan oleh fasilitas
harus memiliki lisensi lokal atau nasional untuk dapat beroperasi sebagai penyedia
buruh.
12
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
3.14:Fasilitas harus menyediakan pada seluruh pekerja, baik per jam, mendapat gaji,
borongan, sementara, musiman, atau per jangka waktu khusus, sebelum
mempekerjakan dan selama mempekerjakan, informasi tertulis dan dapat
dimengerti mengenai persyaratan pemekerjaan, hak pekerja, tunjangan,
kompensasi, jam kerja yang diharapkan, perincian gaji dari setiap periode
pembayaran dan kebijakan fasilitas, terkait tindakan disiplin, prosedur keluhan,
pengurangan gaji yang sah dan masalah terkait buruh lainnya. Informasi ini harus
disediakan dalam bahasa umum dari mayoritas pekerja.
3.20:Harus ada proses keluhan pekerja secara tertulis, diperbolehkan untuk semua
pekerja, agar memungkinkan dilakukannya pelaporan anonim (tanpa nama)
kepada manajemen tanpa ketakutan akan adanya pembalasan.
3.22:Fasilitas harus memperlakukan pekerja dengan hormat, dan tidak ikut serta dalam
atau memperbolehkan pelecehan fisik, lisan, atau seksual, intimidasi atau
gangguan.
3.23:Jika disediakan, tempat tinggal pegawai harus memenuhi standar lokal dan
nasional (misalnya, struktur kedap air, ruang yang memadai,
pemanas/ventilasi/pendingin), dan harus bebas dari tumpukan sampah.
3.24:Air minum yang aman harus siap tersedia untuk para pegawai. Jika disediakan
13
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
makanan, harus berupa makanan yang sehat dan sepadan dengan kebiasaan
makan lokal.
3.25:Fasilitas air bersih, toilet, dan tempat cuci tangan harus disediakan untuk para
pegawai.
3.28:Rencana tanggap darurat harus disiapkan untuk kecelakaan atau penyakit serius.
3.29:Pekerja terpilih harus terbiasa dengan perincian dari rencana tanggap darurat, dan
dilatih dalam pertolongan pertama tersengat listrik, pendarahan yang banyak,
tenggelam, dan keadaan darurat medis lainnya.
3.31:Pompa elektrik dan aerator harus terhubung sesuai dengan standar prosedur
keamanan. Mesin-mesin harus memiliki poros penggerak roda dan/atau pelindung
sabuk penggerak yang sesuai.
14
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Fasilitas budidaya air tidak boleh berlokasi di hutan bakau atau lahan basah
lainnya di mana mereka dapat menggantikan habitat alami yang penting.
Operasional budidaya air tidak boleh merusak lahan basah kecuali untuk tujuan
yang diizinkan, yang tetap harus diminimalkan.
Hutan bakau dan lahan basah lainnya adalah komponen penting dari ekosistem pesisir
dan ekosistem darat di negara-negara produsen budidaya air. Komponen-komponen ini
mewakili lahan-lahan penting dalam pembiakan dan pembibitan untuk kebanyakan
spesies air, serta menyediakan habitat untuk burung dan kehidupan liar lainnya. Lahan
basah sering disebut “ginjal” dari bentang alam, karena ia berperan penting dalam
meningkatkan kualitas air permukaan tanah sebelum memasuki sungai, danau, atau
muara. Lahan basah dan hutan bakau, secara khusus, melindungi area pesisir dari
angin kencang, ombak, dan badai. Baik lahan basah pesisir maupun daratan,
merupakan sumber daya penting bagi penduduk lokal.
Pelaksanaan
Untuk tujuan standar ini, lahan basah didefiniskan sebagai area yang terendam air
permukaan atau air tanah, dengan frekuensi dan durasi yang cukup untuk mendukung
– dalam keadaan normal mendukung – kelangsungan hidup tumbuhan tahunan yang
biasanya beradaptasi dengan kehidupan dalam kondisi lahan basah. Standar ini tidak
berlaku pada bekas habitat lahan basah yang diubah atau hilang sebelum publikasi
Global Aquaculture Alliance’s Codes of Practices for Responsible Shrimp Farming
(Kode Praktik untuk Budidaya Udang yang Bertanggung Jawab dari Aliansi Global
Budidaya Air), serta penandatanganan perjanjian Ramsar tahun 1999.
Dalam beberapa kasus, penggunaan lahan basah yang telah dibangun dapat memberi
penanganan yang efektif untuk pembuangan air, sebelum dialirkan ke perairan umum.
Lahan basah yang dibangun harus sepenuhnya berada di dalam area budidaya, atau
pertambakan harus mempunyai izin untuk penggunaan lahan di luar area budidaya.
Konstruksi kolam yang berlebihan pada dataran yang mengalami banjir dapat
15
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
mengurangi area perlintasan aliran serta meningkatkan tingkat keparahan banjir dan
kecepatan air. Hal ini dapat menyebabkan tanggul kolam dilampaui oleh air, erosi lahan
pekerjaan tanah, dan merusak lahan lain di limpasan banjir. Masalah tersebut biasanya
dapat dicegah jika tidak lebih dari 40% limpasan yang diblok oleh tanggul kolam.
Tempat budidaya yang dibangun di area bekas hutan bakau atau lahan basah
dianjurkan untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dengan membangun
kembali hutan bakau atau vegetasi lahan basah, atau dengan berkontribusi pada
proyek-proyek rehabilitasi hutan bakau atau lahan basah. Ketika kolam-kolam yang
dibangun di bekas area hutan bakau atau lahan basah ditutup, tanggul harus
dihancurkan agar aliran air alami dapat mengalir, dan vegetasi lahan basah dapat
dibentuk kembali.
Prosedur peringanan yang paling dapat diandalkan adalah dengan memberi kontribusi
pada program-program pemulihan hutan bakau dan lahan basah, untuk pelaku
budidaya yang tidak memiliki cukup pengalaman dalam membuat area lahan basah.
Donasi harus sesuai dengan biaya pemulihan hutan bakau atau lahan basah yang
berukuran sama.
Baik pemulihan yang dilakukan oleh pengelola budidaya atau melalui program
pemulihan mandiri, pengaudit akan memastikan bahwa lahan basah layak dengan
menegaskan bahwa lahan tersebut sehat pada awalnya, memiliki ragam yang tepat,
dan tetap sehat saat audit rutin tahunan berikutnya. Jika pengaudit belum bisa
memeriksa lahan basah yang telah dipulihkan secara langsung, peternakan harus
memberikan bukti ke pengaudit (misalnya, peta, koordinat GPS, foto terkini dan foto
udara) dari kelayakan lahan basah.
Selama pemeriksaan awal, pengaudit akan mencatat area budidaya yang memiliki area
hutan bakau atau lahan basah. Jika terdapat vegetasi yang hampir mati di sekitar
peternakan, pengaudit akan menentukan apakah hal ini disebabkan oleh
pengoperasian budidaya atau bukan. Jika karena pengoperasian budidaya, akan diberi
peringatan dan kekurangan ini harus diperbaiki untuk kelanjutan sertifikasi.
Penghilangan lahan basah dengan tujuan yang tidak disetujui atau gagal mengurangi
penghilangan yang diizinkan akan menyebabkan hilangnya serifikasi.
16
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Standar
4.1: Jika hilangnya habitat lahan basah (digambarkan oleh evaluasi kondisi hidrologi,
dan adanya vegetasi lahan basah) terjadi di properti fasilitas sejak tahun 1999,
kehilangan tersebut adalah karena tujuan yang diizinkan.
4.2: Jika hilangnya habitat lahan basah terjadi di lahan fasilitas sejak tahun 1999,
kehilangan tersebut harus diatasi dengan memulihkan area dengan luas tiga kali
lipatnya atau dengan donasi yang sesuai ke proyek-proyek pemulihan.
4.3: Aktifitas budidaya tidak boleh mengganti kondisi hidrologi dari sekitar batas air,
dan aliran normal air payau ke hutan bakau, atau air tawar ke lahan basah tidak
boleh diubah, kecuali jika berlaku izin khusus.
4.4: Jika telah dilakukan pemulihan lahan basah, vegetasi yang telah pulih harus
dirawat dalam keadaan sehat, layak, dan dengan keragaman yang tepat.
Budidaya yang berbasis daratan membuang limbah selama pertukaran air atau ketika
unit yang sudah cukup tumbuh dibersihkan atau dikeringkan untuk panen. Limbah bisa
mengandung nitrogen, fosfor, zat padat tersuspensi, dan bahan organik yang
konsentrasinya lebih dari area sekitar.
Zat-zat dalam limbah dapat memberikan kontribusi pada eutrofikasi, sedimentasi, dan
permintaan oksigen yang tinggi dalam air penerima. Limbah dengan konsentrasi
oksigen terlarut rendah atau pH yang tinggi dapat berefek buruk pada organisme air di
air penerima limbah.
Pelaksanaan
17
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Standar ini dirancang untuk menunjukkan kepatuhan terhadap standar BAP lainnya
melalui penerapan praktik manajemen yang baik, yang efektif dalam mengurangi
volume dan meningkatkan kualitas limbah budidaya. Kriteria kualitas air juga
memastikan limbah dari fasilitas budidaya air tidak memiiliki konsentrasi polutan yang
lebih besar dari konsentrasi yang umumnya diizinkan pada limbah dari titik sumber
lainnya.
Pada budidaya yang dipasok oleh air tanah yang mengandung garam alami dengan
kadar klorida lebih dari 550mg/L, limbah kolam harus ditampung di penampungan dan
digunakan kembali. Ketika limbah dibuang secara teratur, pemohon program BAP harus
menjaga catatan data limbah. (Lihat contoh dalam Lampiran B). Untuk mengurangi
pembuangan polutan ke perairan alami, budidaya yang membuang limbah ditekankan
untuk menggunakan air ini pada irigasi atau, jika mungkin, tujuan yang menguntungkan
lainnya.
Untuk memastikan pemenuhan kriteria kualitas air BAP di budidaya, pengaudit akan
melihat sampel pembuangan limbah selama proses pemeriksaan dan persiapan
analisis oleh laboratorium mandiri.
Analisis sampel yang dikumpulkan pengaudit harus dilakukan oleh laboratorium swasta
atau pemerintah, dengan mengikuti standar metode yang dipublikasikan oleh Asosiasi
Kesehatan Publik Amerika (American Public Health Association), Asosiasi Pekerjaan
Air Amerika (American Water Works Association), dan Federasi Lingkungan Air (Water
Environment Federation) – http://www.standardmethods.org.
Pengambilan Sampel
• Sampel harus diambil dari dekat tempat limbah masuk ke perairan atau keluar
dari lahan budidaya. Struktur pengendali air pada tempat pengambilan sampel,
atau metode pengambilan sampel yang tepat harus digunakan untuk mencegah
bercampurnya limbah dan air dari perairan alami.
• Untuk budidaya dengan banyak pembuangan limbah, semua atau beberapa
pembuangan harus diambil sampelnya, untuk membuat analisis gabungan. Jika
terdapat lebih dari 4 pembuangan limbah, 3 pembuangan harus dipilih sebagai
tempat pengambilan sampel.
• Air harus diambil langsung dari arus yang keluar dari pipa, atau dicelupkan dari
permukaan parit atau kanal dengan botol plastik bersih. Sampel tersebut akan
ditempatkan dalam es di kemasan terisolasi, sehingga tidak terpapar sinar.
• Sampel atau pengukuran langsung untuk oksigen terlarut dan pH, harus
dilakukan antara pukul 5 sampai 7 pagi, serta pukul 1 sampai 3 siang, pada hari
yang sama. Rata-rata dari dua pengukuran masing-masing variabel tadi akan
digunakan untuk memastikan pemenuhan.
• Sampel untuk variabel lain harus diambil antara pukul 5 sampai 7 pagi.
18
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
• Jumlah kolam atau unit yang sudah cukup tumbuh yang dikeringkan untuk panen
pada saat pengambilan sampel, harus dicatat.
• Sampel sumber air harus diambil per tiga bulan langsung di depan stasiun
pompa atau dari keluaran pompa, namun sebelum air yang dipompa bercampur
dengan kanal penyedia. Sampel-sampel ini memungkinkan penghitungan
muatan tahunan (lihat Lampiran C) dan menetapkan apakah Pilihan Terbatas
dapat berlaku.
Analisis
• Perlengkapan analisis air Hach dan Merck telah disetujui untuk analisis total
amonia nitrogen, fosfor larut, dan klorida. Namun, pengaudit bisa menolak hasil
analisis sampel, jika pengukuran asli atau protokol laboratoriumnya memadai.
• Pengukuran untuk oksigen terlarut dan pH harus dilakukan di lingkungan asli
dengan pengukur portabel. Pengaudit harus memastikan penerapan yang benar
pada prosedur kalibrasi.
• Kadar garam harus diukur oleh pengukur konduktifitas dengan skala kadar
garam, dan tidak diukur dengan pengukur kadar garam yang digenggam tangan,
dengan tipe refraktometer. Alternatifnya, konduktansi spesifik dapat diukur.
Asumsikan air dengan konduktansi spesifik di atas 2.000 mmhos/cm melewati
kadar garam 1,5 ppt, dan air dengan konduktansi spesifik melebihi 1.500
mmhos/cm melewati kadar garam 1,0 ppt. Catatan: 1 mS/m = 10 mmhos/cm,
dan 1mmhos/cm = 1mS/cm.
Pilihan Terbatas: Penyimpangan yang Diizinkan Dari Kriteria Standar Kualitas Air
Pilihan Terbatas: Sumber air untuk budidaya air dapat memiliki konsentrasi kualitas
variabel air lebih tinggi dari yang diizinkan oleh kriteria awal. Dalam kasus ini,
pembuktian bahwa konsentrasi variabel tidak meningkat (atau, dalam kasus oksigen
terlarut, menurun) antara sumber air dan limbah peternakan adalah alternatif yang
diizinkan untuk memenuhi kriteria. Pilihan ini tidak berlaku pada pH dan klorida.
19
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Untuk memenuhi persyaratan pada Pilihan Terbatas, peternakan harus mengumpulkan
sampel pemasukan dan pembuangan air sesuai dengan frekuensi yang dinyatakan
pada Lampiran A.
Sistem Pertukaran-Terbatas
Ketika budidaya mempertahankan tingkat pertukaran air di bawah 1% setiap hari
selama setahun, termasuk pembuangan panen, pengoperasian harus dibebaskan dari
pemantauan kualitas air dan pembatasan zat pembuangan. Pembebasan ini mungkin
tidak berlaku bagi budidaya dengan kolam produksi lebih dari 50 ha
Budidaya yang memenuhi kualifikasi untuk pembebasan ini, harus melaporkan volume
pembuangan per tahun.
Praktik paling utama untuk meningkatkan kualitas air adalah penggunaan tingkat
penyebaran dan pemberian pakan yang tidak melebihi kapasitas asimilasi dari kolam,
penerapan dari pemberian pakan berkualitas baik, dan manajemen pemberian pakan,
pemasangan aerasi mekanis, pengapuran kolam asam serta pengendalian erosi.
Jika pemakaian praktik-praktik ini tidak cukup untuk memenuhi kriteria kualitas air BAP,
bak pengendapan harus dipasang untuk tempat pengolahan air sebelum pembuangan
20
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
akhir. Jika bak pengendapan dipasang, kriteria kualitas air akan berlaku pada
pembuangan akhirnya.
Ketika sumber air memiliki konsentrasi zat padat tersuspensi yang tinggi, bak pra-
pengendapan untuk meningkatkan kualitas air sebelum air mencapai kolam produksi
dapat mengurangi akumulasi endapan di kolam dan mungkin menghasilkan kualitas
pembuangan yang bagus.
Dalam beberapa kasus, penggunaan “bilah penyaring” alami atau buatan dapat
memberi penanganan yang efektif untuk pembuangan air, sebelum dialirkan ke perairan
umum. Air limbah mengalir pada lembaran tipis di seluruh bilah-bilah, yang
mengakibatkan penangkapan sedimen, bahan organik, dan polutan lain melalui
penumpukan, infiltrasi, penyerapan, dekomposisi, dan penguapan.
Cara lain adalah dengan menggunakan kolam penyimpanan, evaporasi, atau rembesan
di area dengan tanah yang sangat berpori. Untuk pembuangan air tawar,
penggunaannya untuk keperluan irigasi pada ladang dengan penutupan vegetasi
berkelanjutan, dengan laju di bawah tingkat yang menyebabkan limpasan ke perairan
alami merupakan suatu pilihan.
Sistem Pengaliran
Budidaya ikan di sistem pengaliran harus memenuhi kriteria pembuangan BAP.
Pengecualian hanya diizinkan untuk budidaya dengan sistem irigasi yang
pembuangannya dilepas kembali ke sistem irigasi, dan air irigasi tidak memiliki
kegunaan selain untuk diterapkan pada tanaman. Pengoperasian budidaya semacam
ini harus bebas dari pemantauan kualitas air dan pembatasan pembuangan.
Sampel limbah harus diambil selama pelepasan dan harus memenuhi kriteria limbah
BAP. Sistem pengolahan air di dalam ruangan dari unit budidaya untuk daur ulang
dengan cara mekanis dan biologis, kemudian dibuang ketika konsentrasi zat padat
terlarut perlu dikurangi. Pembilasan dilakukan dengan menukar air dari budidaya
dengan air yang lebih segar, atau ketika bagian dari sistem sedang dibersihkan.
Standar
5.1: Jika fasilitas mengklaim bahwa Pilihan Terbatas sebagai pembenaran untuk
menyimpang dari standar kriteria kualitas air, fasilitas harus mengumpulkan data
21
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
kualitas air masuk dan air keluar.
5.2: Jika pengoperasian fasilitas pemohon ada dalam sistem irigasi, pembuangan air
semacam ini secara eksklusif ditujukan untuk mengirigasi tanaman pertanian,
Standar 5 tidak berlaku. Harus diverifikasi oleh pengaudit.
5.3: Standar 5 tidak berlaku pada budidaya dengan luas kurang dari 50 ha yang
menghindari pembuangan limbah reguler ke perairan alami, sehingga kurang dari
1% air budidaya yang ditukar setiap harinya dalam setahun – contohnya, dengan
mendaur ulang semua air atau lebih jarang mempraktikan, pertukaran air dibatasi.
5.4: Pencatatan asupan air dan pemantauan limbah harus dikelola dan disediakan,
sebagaimana dijelaskan pada Pedoman Pelaksanaan.
5.5: Konsentrasi kualitas air limbah harus memenuhi kriteria kualitas air BAP atau
peraturan yang berlaku, jika mereka setara atau lebih ketat, atau jika ini tidak bisa
dilakukan akibat tingginya konsentrasi asupan air, konsentrasinya akan
mencerminkan bahwa tidak ada kerusakan antara asupan dengan pembuangan.
5.6: Pertambakan harus terus mematuhi kriteria ini untuk menjaga sertifikasi dan
memenuhi kriteria final BAP dalam 5 tahun.
6. Lingkungan (Hanya Keramba atau Tambak di Air Tawar atau Air Payau)
Kendali Kualitas Air
Fasilitas budidaya air dengan keramba atau tambak harus memantau kualitas air
untuk memastikan terpenuhinya kriteria kualitas air BAP. Di danau, waduk dan
muara, pengoperasian harus mematuhi batas tingkat pemberian pakan.
Pengukuran kualitas air yang diambil selama inspeksi sertifikasi harus memenuhi
kriteria BAP serta peraturan pemerintah yang berlaku. Fasilitas harus mematuhi
kriteria final BAP dalam waktu 5 tahun.
Data tambahan
Setelah tahun pertama pemantauan kualitas air, pengaudit akan menggunakan data
yang ada pada formulir permohonan fasilitas untuk menghitung indeks muatan tahunan
untuk total zat padat tersuspensi, fosfor terlarut, total amonia nitrogen, dan permintaan
oksigen biokimia selama 5 hari, ditentukan sebagaimana dijelaskan di bawah.
22
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Indeks muatan untuk nitrogen dan fosfor akan diestimasi untuk keramba dan tambak
operasi budidaya air di danau serta waduk.
Pelaksanaan
Pemohon program BAP harus mengelola catatan data kualitas air seperti yang
dijelaskan dalam Lampiran D. Untuk memastikan dipenuhinya kriteria kualitas air BAP,
selama proses inspeksi, pengaudit akan menyaksikan pengambilan sampel dan
persiapan untuk analisis oleh laboratorium mandiri.
Analisis
• Analisis sampel yang dikumpulkan pengaudit harus dilakukan oleh laboratorium
swasta atau pemerintah, dengan mengikuti standar metode yang dipublikasikan
oleh Asosiasi Kesehatan Publik Amerika (American Public Health Association),
Asosiasi Pekerjaan Air Amerika (American Water Works Association), dan
Federasi Lingkungan Air (Water Environment Federation) –
www.standardmethods.org.
• Perlengkapan analisis air Hach dan Merck telah disetujui untuk analisis total
nitrogen amonia, fosfor larut, dan klorida. Namun, pengaudit bisa menolak hasil
analisis sampel, jika pengukuran asli atau protokol laboratoriumnya kurang.
• Pengukuran untuk oksigen terlarut dan pH harus dilakukan di lingkungan asli
dengan pengukur portabel. Pengaudit harus memastikan penerapan yang benar
pada prosedur kalibrasi.
23
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Keramba, Tambak
Keramba dan tambak untuk pertumbuhan yang cukup bisa dipasang di danau, waduk,
sungai, kali, sistem irigasi, kolam, muara, dan teluk. Keramba dan tambak ini tidak
membuang sumber limbah, tapi sisa pakan, kotoran ikan, dan sisa metabolisme ikan
memasuki badan perairan yang ditempati keramba atau tambak tersebut.
Badan perairan alami bisa saja sudah memiliki nutrisi yang banyak ketika dilakukan
pengupayaan sertifikasi. Tempat yang menampung keramba atau tambak ini, yang
kualitas airnya tidak memenuhi pedoman pembuangan BAP, tidak memenuhi syarat
untuk sertifikasi.
Keramba atau tambak yang ditempatkan di area dengan sirkulasi air terbatas, seperti
teluk yang sempit, dapat menyebabkan kelebihan nutrisi tanpa mengakibatkan masalah
kualitas air lebih luas, di perairan tersebut. Kapasitas asimilasi tidak mudah diukur untuk
tujuan sertifikasi budidaya air, tapi faktor utama yang mengatur kemampuan perairan
melakukan asimilasi dengan limbah adalah ukuran dan volumenya.
Nutrisi dan zat organik dihilangkan dari perairan melalui aliran keluar, dan sistem
dengan waktu retensi hidrolik (HRT) sedikit memiliki lebih kecil kemungkinan kelebihan
nutrisi karena pengoperasian budidaya air, dibandingkan dengan sistem yang memiliki
HRT lebih panjang. Tentu saja, nutrisi dan zat organik yang dibilas dari danau dan
waduk masuk ke aliran bawah air sehingga dapat berdampak buruk.
Danau dan waduk yang terdapat budidaya keramba dan tambak di dalamnya akan
dikelompokkan menurut HRT sebagai berikut:
Pemohon sertifikasi dapat memilih cara menghitung HRT dari pilihan teknik di bawah
ini.
24
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pembuangan danau tahunan diukur dan dicatat.
HRT = Volume danau (m3) ÷ Pembuangan danau (m3/thn)
Dengan penguapan danau = Tingkat penguapan (m/thn) x 0,7 x Area permukaan danau
(m2) dan curah hujan = Curah hujan tahunan (m/thn) x Area permukaan danau (m2).
Daerah tangkapan air diketahui, tapi debit atau aliran sungai diukur:
HRT = Volume danau (m3) ÷ [Limpasan tangkapan (m3/thn) + Curah hujan (m3/thn)] –
Penguapan danau (m3/thn)
Dengan limpasan tangkapan = Area tangkapan air (m2) x Curah hujan tahunan (m/thn)
x 0,3.
Gunakan metode-metode curah hujan dan penguapan danau di atas, jika tidak,
pengaudit dan pemohon sertifikasi akan menyetujui tingkat penyimpanan hidrolik
berdasarkan indikator berikut.
HRT panjang: Iklim kering, area tangkapan air: rasio area permukaan air 5 atau
kurang, pembuangan hanya dilakukan setelah periode hujan lebat, fluktuasi tinggi air
per tahunnya 2 m atau lebih.
HRT sedang: Iklim lembab, area tangkapan air: rasio area permukaan air 5 sampai 15,
pembuangan berlanjut atau sering, fluktuasi tinggi permukaan air per tahunnya 2 m
atau kurang.
HRT pendek: Iklim lembab, area tangkapan air: rasio area permukaan air lebih dari 15,
pembuangan berlanjut, fluktuasi tinggi permukaan air per tahunnya 0,5 m atau kurang.
Catatan: Beberapa danau dan waduk yang terhubung dengan sungai di iklim kering
memiliki waktu penyimpanan hidrolik pendek.
Maksimal pemberian pakan per hari yang dimasukkan ke keramba dan tambak di danau
serta waduk, diatur oleh BAP berdasarkan HRT sebagai berikut.
Jika keramba atau tambak dipasang di teluk dengan pertukaran air terbatas, pemberian
pakan maksimal per hari harus dikurangi 50%. Jika terdapat banyak keramba dan
tambak di sebuah perairan, total pemberian pakan per hari untuk seluruhnya tidak boleh
melewati batas maksimal pemberian pakan berdasarkan HRT.
25
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Setiap 3 bulan sekali, sampel air harus diambil dan dikaji persentase ganggang biru-
hijaunya atau jenis lain yang berpotensi berbahaya. Lihat panduan metode fitoplankton
di http://npsi.gov.au/files/products/national-river-health-program/pr990300/pr990300.pdf.
Pemberian pakan harus dikurangi sampai kualitas air meningkat, yaitu ketika:
Konsentrasi oksigen terlarut tetap di bawah 5 mg/L di pagi hari di semua tempat
pengambilan sampel.
Rata-rata hasil pengamatan dengan Secchi disk per tahun menurun 25% setelah
sertifikasi tercapai.
Ganggang biru-hijau atau jenis lain yang berpotensi bahaya mencakup lebih dari
60% fitoplankton.
Termoklin menjadi lebih dangkal 25% setelah sertifikasi tercapai.
Pembuangan dari perairan yang terdapat keramba atau tambak dapat menyebabkan
polusi air ke bagian hilir. Jadi, jika pemasukan pakan ke perairan harus dikurangi karena
terdapat tanda meningkatnya kelebihan nutrisi, pembuangan air danau harus dipantau.
Pengoperasian budidaya air tidak akan memenuhi syarat sertifikasi kecuali
pembuangan sudah memenuhi kriteria pembuangan BAP.
Fosfor terlarut dan total nitrogen amonia harus diukur setiap bulan tepat pada hulu
keramba di kedalaman 50 cm, serta 200 m dari hilir di kedalaman yang sama.
Konsentrasi di hilir tidak boleh melebihi konsentrasi di hulu lebih dari 25%. Pemasukan
pakan harus disesuaikan ke bawah ketika syarat tidak bisa dipenuhi.
26
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Keramba, Tambak di Muara
Sebagai peraturan umum, keramba dan tambak di muara dibilas dengan baik. Jadi,
diperbolehkan pemasukan pakan 7,5 kg/ha pada area permukaan muara. Pemantauan
harus sama seperti pengoperasian di danau atau waduk dengan dua pengecualian:
Tidak ada termoklin di muara, sedangkan di danau atau waduk ada, dan tidak
dibutuhkan pemantauan pembuangan muara dalam memenuhi kriteria kualitas air BAP.
Jadi, ikan harus memiliki akses ke pakan untuk waktu yang cukup sehingga mereka
dapat mengonsumsi pakan tersebut sebelum butiran-butiran pakan keluar dari keramba
atau tambak. Dan juga, frekuensi pemberian pakan harus dipantau untuk menghindari
pemberian yang terlalu banyak. Pengamatan terhadap kegiatan pemberian pakan ikan
ditingkatkan dengan menggunakan pakan yang mengapung untuk spesies tertentu.
Untuk perairan dengan kedalaman kurang dari 30 m, penyelam harus memeriksa
bagian bawah keramba untuk memastikan jika ada sisa pakan yang terakumulasi di
bagian bawah.
Ikan yang mati harus segera dipindahkan dan dibuang di darat sesuai prosedur yang
tepat. Bangkai tidak boleh dibuang di perairan yang digunakan sebagai tempat
melakukan budidaya air.
Jaring dari keramba dan tambak sering dikeluarkan dan dibersihkan di pantai. Hasil
pembersihan tadi harus diubah menjadi kolam sedimentasi, selokan, atau sistem
pemeliharaan lainnya.
Tidak memungkinkan untuk mengelola limbah dari keramba dan tambak. Tindakan
pencegahan yang utama terhadap polusi adalah dengan menempatkan unit budidaya di
daerah terbuka dengan sirkulasi air yang cukup tinggi untuk mengangkut limbah dari
keramba, dan dicampur dengan cepat sehingga limbah larut. Jarak antara dasar
keramba dengan dasar perairan harus 1 hingga 2 m, sehingga dapat meningkatkan
gerakan air di bawah keramba.
27
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Biomassa yang tinggi di lokasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan pencemaran.
Meskipun tidak terdapat pedoman khusus biomassa yang dapat dipertahankan tetap
aman pada lokasi keramba tertentu, pemantauan harus dilakukan untuk melacak status
kualitas air.
Dalam perairan yang terbagi atas tingkatan-tingkatan termal, biomassa tinggi dapat
mengakibatkan pengayaan organik yang hebat serta penipisan oksigen terlarut di
lapisan hipolimnion (lapisan paling dalam). Selanjutnya percampuran antara lapisan
lapisan termal bisa berakibat penipisan oksigen terlarut pada seluruh kolom air.
Fenomena ini telah mengakibatkan kematian ikan secara fatal baik di dalam maupun di
luar keramba.
Standar
6.2: Fasilitas harus mengelola pencatatan yang akurat dari pemberian pakan, yang
menunjukkan pemenuhan terhadap syarat maksimal pemberian pakan per hari
BAP.
6.3: Total pemberian pakan untuk semua budidaya di danau atau waduk tidak boleh
melebihi pemberian pakan maksimum per hari yang diizinkan BAP.
6.4: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi
pemberian pakan saat tingkat oksigen terlarut tetap dibawah 5 mg/L pada pagi
hari.
6.5: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi
pemberian pakan, ketika hasil rata-rata pengukuran dengan piringan Secchi
menurun 25% dari sertifikasi awal.
6.6: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi
pemberian pakan ketika ganggang biru-hijau atau jenis lain yang berpotensi
membahayakan meliputi lebih dari 60% dari total fitoplankton.
28
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
6.7: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi
pemberian pakan, ketika termoklin menjadi 25% lebih dangkal dari sertifikasi awal.
6.9: Frekuensi maksimal pemberian pakan harus dikelola sehingga konsentrasi nutrisi
di hilir tidak melebihi konsentrasi nutrisi di hulu sebanyak lebih dari 25%.
Budidaya keramba laut harus diletakan dan dioperasikan pada tempat yang
membuat mereka bisa meminimalkan dampak negatif pada kualitas endapan di
luar zona dampak endapan yang ditentukan.
Pelaksanaan
Di beberapa negara dan wilayah, budidaya dengan keramba terkendali oleh peraturan
khusus tentang dampak bentik, tapi di tempat lain, peraturannya mungkin tidak
memadai atau tidak ada. Standar ini memaksa semua peraturan yang ada dan
menjelaskan persyaratan minimal ketika peraturan efektif belum ada.
29
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
sampel endapan yang diambil dari lokasi budidaya.
Siklus produksi dan pengosongan harus terkoordinasi dengan pemohon BAP lain yang
berdekatan atau budidaya yang sudah bersertifikat BAP, atau dengan anggota dari
Perjanjian Manajemen Area (Area Management Agreement/AMA) yang telah ada. Para
tetangga harus ikut dalam pembuatan dan pelaksanaan Perjanjian Manajemen Area
untuk menangani dampak bersama yang terkait dengan beberapa budidaya.
Pengoperasian yang bersertifikat BAP, yang beroperasi di area terpisah harus memiliki
pernyataan keinginan masuk ke AMA, dan operasi harus pindah ke dalam area.
Izin dan/atau peraturan lokal budidaya biasanya menetapkan “zona dampak endapan,”
“zona efek yang diizinkan” atau “tapak pengendapan”, dan menentukan protokol
pemantauan untuk memeriksanya. Karena pengambilan sampel biologis dari endapan
membutuhkan keahlian khusus serta memakan waktu dan mahal, properti endapan
kimia biasanya digunakan sebagai indikator utama kondisi endapan. Pengambilan
sampel biologis hanya diperlukan dalam beberapa wilayah hukum, jika batas pada
indikator terlewati.
Indikator kimia yang digunakan untuk tujuan ini mencakup konsentrasi oksigen pada
endapan, sulfida, potensi REDOKS, total karbon organik atau total zat padat volatil,
atau inspeksi visual dengan dokumentasi video. Beberapa metode lebih baik pada
beberapa lingkungan dibandingkan dengan lainnya.
Misalnya, penentuan sulfida berjalan baik dalam endapan lumpur atau tanah liat yang
mengandung sampai dengan 50% pasir, sebagaimana penentuan total karbon organik.
Di atas tingkat pasir ini, suatu indikator seperti total karbon organik bekerja dengan
lebih baik. Di bagian bawah yang keras dengan lebih dari 10% kerikil, perekaman visual
dengan video paling baik dilakukan, karena tidak mungkin mengambil sampel, dan
banyak dari bagian dasar laut tersebut yang mengalami erosi secara alami, sehingga
tidak terjadi pengendapan.
Jika pemantauan endapan merupakan persyaratan hukum dan zona dampak endapan
ditentukan, semua pemohon sertifikasi BAP harus:
30
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
• Budidaya yang sudah ada harus menyediakan data pemantauan sedikitnya tiga
tahun untuk menunjukkan bahwa budidaya memenuhi atau melewati standar
bentik yang diperlukan dalam izin operasi pada tingkat produksi sekarang.
• Budidaya baru harus menyelesaikan studi dasar, dengan ulasan dari ahli yang
mandiri, yang menjelaskan kondisi hidrografik dan bentik di tempat budidaya,
dan dengan penilaian ahli (diberikan tanpa kewajiban), budidaya dapat
memenuhi atau melampaui standar bentik yang diperlukan oleh perizinan
operasional pada tingkat produksi sekarang atau yang diajukan. Penilaian ini
harus diverifikasi dengan hasil sampel pada audit selanjutnya.
• Menyediakan dokumen untuk menunjukkan bahwa kualitas endapan ditentukan
dengan menggunakan pengumpulan sampel dan metode analisis yang diterima
secara umum.
• Mengumpulkan dan menyimpan data tempat pembuangan karbon dan nitrogen
yang berdasar dari pemberian pakan dapat dihitung. Ini berarti mencatat konten
karbon dan nitrogen pada pakan yang diberikan, berat semua ikan yang dipanen
ditambah ikan mati yang dibuang selama budidaya, dikurangi berat ikan remaja
yang ditebar.
31
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
jarak 1 km di budidaya yang memiliki kemiripan kedalaman dan karakteristik
endapan, sebagaimana terjadi di tempat budidaya dan di tempat yang tidak
memproduksi ikan.
• Menunjukkan secara statistik analisis hasil yang tidak memiliki penumpukan
organik karena aktifitas budidaya pada batas dari zona dampak endapan yang
diizinkan, dibandingkan tempat referensi, sebagaimana diatur oleh metode
pemantauan yang dipilih.
• Mengumpulkan dan menyimpan data tempat asal pembuangan karbon dan
nitrogen yang berbasis pemberian pakan yang dapat dihitung.
Informasi Tambahan
32
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Standar
7.1: Pemohon harus menyediakan dokumen yang menjelaskan standar lokal untuk
dampak bentik di bawah budidaya keramba, yang harus mencakup "tingkat
pemicu" indikator bentik supaya diketahui, ketika budidaya tidak sepenuhnya bisa
mematuhi standar lokal, ketika hal ini dijelaskan secara terperinci, atau dengan
tujuannya ketika hal ini tidak dijelaskan secara terperinci.
7.2: Untuk budidaya yang sudah berjalan, pemohon harus menyediakan data
pemantauan selama 3 tahun untuk menunjukkan bahwa budidaya memenuhi atau
melampaui kriteria kualitas endapan yang dijelaskan dalam izin operasi dan/atau
rencana pemantauannya sendiri pada tingkat operasi terkini.
7.3: Untuk budidaya yang baru saja berjalan, atau budidaya yang diperluas, dan belum
memiliki data pemantauan yang cukup, pemohon harus menyediakan studi mandiri
yang mencirikan karakteristik hidrografik dan bentik di areanya, serta menyediakan
penilaian konsultan (tanpa kewajiban) yang menyatakan bahwa budidaya tersebut
memenuhi atau melampaui kriteria kualitas air dan endapan jika dioperasikan
dengan benar. Penilaian ini harus diverifikasi dengan hasil sampel pada audit
selanjutnya.
7.4: Pemantauan kondisi endapan harus dilakukan pada saat puncak pemberian pakan
selama siklus produksi dan harus dilakukan berdasarkan persyaratan izin
pengoperasian budidaya atau rencana budidaya itu sendiri di negara atau wilayah
tempat pemantauan endapan tidak dibutuhkan, dan sebagaimana dijelaskan
dalam persyaratan pelaksanaan.
7.5: Pengambilan sampel dan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari program
pemantauan harus menerapkan metode internasional yang diterima secara umum
dan dapat diadaptasi ke kondisi hidrografik atau bentik lokal.
7.6: Hasil pemantauan endapan harus dilaporkan, diulas, dan diterima oleh regulator
yang tepat. Walaupun persetujuan regulator bersifat kondisional, pada saat
pelaksanaan program perbaikan, hal ini sudah harus dilakukan dan diselesaikan.
7.7: Data yang memungkinkan pembuangan nitrogen dan karbon berbasis pemberian
pakan peternakan dapat dihitung, harus diambil dan dicatat.
7.8: Siklus produksi dan pengosongan harus terkoordinasi dengan pemohon BAP lain
yang berdekatan atau peternakan yang sudah bersertifikat BAP, atau dengan
bagian dari Perjanjian Manajemen Area yang telah dibuat.
33
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
hewan, dan keamanan hayati dengan peternakan bersertifikat BAP dalam jarak 2
kali jarak minimal peraturan pemisahan untuk batas radius 5 km.
Endapan yang terakumulasi di kanal, kolam air deras, kolam, dan bak pengendapan
bisa berdampak negatif ke pergerakan air, dan berefek pada tanah kolam, serta kondisi
air, membutuhkan pengerukan dan penghapusan berkala. Endapan paling banyak
adalah tanah mineral yang diperkaya dengan material organik, tapi pada beberapa
budidaya, tanah mineral juga mengandung garam larut dari air garam. Pembuangan
endapan yang sarat garam secara tidak tepat dari kolam, dapat menyebabkan salinisasi
pada tanah dan air.
Pelaksanaan
Ketika kolam air payau dikeringkan ke aliran air tawar, air harus dibuang ketika aliran
sungai deras. Air harus dibuang perlahan untuk menghindari meningkatnya konsentrasi
klorida lebih dari 250 mg/L di perairan yang menerima.
Beberapa praktik bisa dilakukan untuk mengurangi risiko salinisasi. Salah satu yang
paling penting adalah menghindari membangun kolam di tanah berpasir dan berdaya
serap tinggi, atau dengan menyediakan tanah liat atau pembebat plastik untuk
meminimalkan rembesan. Praktik lainnya yang berguna:
34
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
pertumbuhannya cukup.
Pantau konsentrasi klorida di sumur air tawar dekat budidaya untuk mengetahui
apakah terjadi salinisasi.
Dalam kolam air tawar, gunakan metode isi-tetes untuk menangkap air hujan dan
limpasan, serta mengurangi penggunaan air dari sumber lain. Dalam menerapkan
metode ini, air tidak boleh ditambah ke kolam selama cuaca kering, hingga tingkat air
berada di 15-20 cm di bawah tingkat melimpah. Kemudian air harus ditambah untuk
meningkatkan tingkat permukaan air hingga tidak lebih dari 7,5 - 10 cm. Praktik ini
menyediakan volume simpanan yang cukup untuk menangkap air hujan normal dan
limpasan.
Kolam budidaya harus dikelilingi dengan parit untuk mencegah rembesan. Parit ini
harus cukup untuk menangkap limpahan dari kolam jika hujan. Ketika kolam
dikeringkan untuk panen, air harus disimpan di penampungan atau dipindahkan ke
kolam lain untuk digunakan lagi. Pembatas vegetatif untuk vegetasi yang sensitif
terhadap garam di sekitar budidaya bisa membantu mendeteksi pergerakan garam ke
daerah sekitarnya.
Ketika air tawar di sumur digunakan untuk memasok kolam atau fasilitas produksi
lainnya, tingkat air di kolam lain harus dipantau oleh instansi yang tepat, untuk
menentukan apakah penggunaan untuk budidaya air berkontribusi pada menurunnya
tingkat permukaan air tanah. Penggunaan air dari sistem irigasi harus sesuai dengan
peraturan, dan pembuangan harus dikembalikan ke sistem irigasi.
Jika mungkin, tangkap ikan dengan jala dan jangan keringkan kolam untuk beberapa
tahun. Praktik ini sangat disarankan, karena menjaga air, dan mengurangi volume
pembuangan serta biaya pompa.
Pembuangan residu mungkin bukan masalah untuk kolam dengan produksi kurang dari
20 mt/ha/siklus, tapi di atas ukuran ini, dibutuhkan penggunaan bak pengendapan untuk
pembuangan residu. Jika endapan dibuang di luar struktur penahan air, perawatan
harus disiapkan untuk mencegah penumpukan material yang bisa mengganggu proses
ekologi lokal melalui erosi dan perpindahan ke area sekitar. Perpindahan dari tumpukan
35
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
material tadi ke tanah tidak bergaram atau ke air tawar bisa menyebabkan peningkatan
kadar garam. Rembesan ke bawah bisa menghasilkan peningkatan kadar garam di
sumber air tawar.
Pelaksanaan
Prinsip pertama manajemen endapan pada budidaya adalah mencegah pengendapan
berlebih melalui praktik manajemen yang baik dan pembatasan pengendapan pada
bagian tertentu budidaya. Ketika suplai air di budidaya memiliki banyak muatan
endapan, penampungan untuk menampung pra-endapan bisa menghapus banyak
material tersuspensi sehingga mereka tidak berkumpul di kanal suplai dan kolam
produksi.
Di dalam fasilitas besar, endapan yang dihilangkan dengan pengerukan harus dibuang ke
area penampungan, tidak dibuang langsung ke aliran air atau area muara lainnya.
Penampung ini bisa dipasang di sepanjang tepi kanal atau di dataran garam di atas air
pasang tinggi. Endapan kolam dari bantaran erosi biasanya bisa ditempatkan kembali
ke area yang terkikis.
Pertambakan tidak boleh mengeruk atau mengisi lahan basah sensitif, atau lahan
basah penyangga, untuk menambah area yang tersedia untuk pembangunan kolam.
Ketika endapan dibuang ke luar area peternakan secara langsung, hal ini hanya dapat
dilakukan pada tempat penampungan dari tanah yang tanahnya mengandung garam,
untuk mencegah limpasan. Limpahan atau rembesan dari tanah dan air yang bergaram
dari penampungan tidak boleh merusak area.
36
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pada budidaya udang di darat, endapan garam larut harus dibatasi untuk mencegah
banjir setelah hujan. Struktur pengurungan harus cukup besar untuk menahan curah
hujan terbanyak dalam periode 24 jam selama 25 tahun. Jika tanahnya mudah
ditembus, area penampungan harus dirapatkan untuk mencegah rembesan. Setelah
endapan tercuci garamnya oleh air hujan, endapan ini dapat digunakan untuk pengisian
tanah atau kegunaan lain.
Ketika endapan disimpan, endapan harus dibatasi dalam area tanggul sehingga zat
padat tersuspensi oleh air hujan bisa ditahan. Ketika endapan harus dihilangkan,
endapan seharusnya digunakan kembali untuk memperbaiki kolam tanah atau
diterapkan sebagai material pengisian lahan. Endapan ini juga dapat disebarkan
sebagai lapisan tipis di atas lahan dan pelindung vegetasi yang telah ada.
Bak Pengendapan
Persyaratan minimal volume bak pengendapan bisa dihitung menggunakan cara
berikut:
Volume bak pengendapan = 37,5 x [Produksi ikan (MT) ÷ Perpindahan endapan (kali
per siklus)] + [Produksi ikan (MT) ÷ 0,6]
Pada persamaan di atas, produksi ikan adalah total produksi dari ikan yang diproduksi
di semua kolam yang membuang ke bak pengendapan, dan perpindahan endapan
adalah frekuensi rata-rata ketika endapan dipindahkan dari kolam ke bak pengendapan.
Juga diasumsikan sebagai berikut:
Catatan: Jika lumpur dibuang lebih sering dari kolam, ukuran bak pengendapan yang
diperlukan akan lebih kecil.
Operator budidaya harus menyediakan nilai rata-rata produksi ikan dan frekuensi
transfer residu kepada pengaudit, sehingga volume bak pengendapan dapat dihitung.
Pengaudit akan memverifikasi bahwa budidaya tersebut memiliki volume bak yang
dipersyaratkan untuk digunakan dan tersedia sebagai penampungan residu.
Bak harus dikonfigurasi agar residu kasar masuk dari atas bak dan memberikan jalan
37
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
keluar pembuangan di atas sisi lain bak. Lima atau enam tiang yang dikalibrasi harus
dipasang pada bak, sehingga zat padat terlarut dapat menumpuk untuk dipantau dan
dipastikan kapasitas tersisanya mendukung waktu penyimpanan hidrolik minimal 6 jam.
Endapan yang dibuang dari bak residu harus dibatasi hanya di area budidaya, atau
digunakan untuk pengisian tanah atau budidaya air.
Kolam aliran atau sistem aliran langsung lainnya memiliki waktu penyimpanan yang
singkat, dan dalam pengoperasian berintensitas tinggi, muatan endapan dapat melewati
batasan yang diterima. Oleh karena itu, budidaya semacam ini harus menggabungkan
zona pengendapan sesuai ukuran atau solusi teknik lainnya, yang memastikan
pembuangan mayoritas zat padat terlarut. Zat padat yang terakumulasi harus dipompa
atau disedot secara berkala dari bak, tempat zat padat ini dapat dikeringkan dan
kemudian dibuang agar digunakan sebagai pupuk pada tanaman pertanian yang
ditanam di lahan.
Standar
8.1: Jika kolam dibangun di tanah berdaya serap tinggi, pengukuran seperti
penggunaan pelapis kolam harus dilakukan untuk mengendalikan rembesan dan
mencegah kontaminasi sumber air, sungai, kali, serta perairan air tawar lainnya.
8.2: Untuk kolam air payau, pemantauan per 3 bulan atas sumur tetangga dan
permukaan air tidak boleh menunjukkan tingkat klorida meningkat karena
operasional budidaya.
8.3: Jika budidaya menggunakan air tanah, tingkat air di sumur tetangga harus
dipantau setidaknya setahun sekali, ketika musim kering untuk menentukan
budidaya air tidak menurunkan permukaan air tanah.
8.4: Penggunaan air dari sumur, danau, sungai, kali, dan mata air, atau sumber daya
alami lainnya tidak menyebabkan masalah ekologi atau penurunan di area sekitar.
8.5: Operasional budidaya tidak boleh mematikan vegetasi lahan basah di sekeliling
fasilitas.
8.6: Aktifitas pengerukan dan pengisian tidak boleh dilakukan di lahan basah sensitif
atau lahan basah penyangga, untuk menambah area yang tersedia untuk
pembangunan kolam.
8.7: Residu yang terakumulasi dari kolam, penampungan, atau bak pengendapan
harus dibatasi di dalam properti atau digabung dan digunakan sendiri untuk
mengisi tanah atau budidaya.
8.8: Endapan yang dibuang harus ditampung dan diletakkan dengan benar, untuk
mencegah salinisasi tanah dan air tanah, dan tidak menyebabkan gangguan
38
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
terhadap ekologi lain.
8.9: Fasilitas harus menghindari perusakan area seperti lubang pinjaman dan
tumpukan tanah.
8.10:Material pengerukan harus disimpan dengan baik, dan tidak ditempatkan di area
hutan bakau atau habitat sensitif lainnya.
Karena itu program BAP mendukung penggunaan protein dalam bahan makanan yang
berasal dari sumber daratan, serta juga tepung ikan dan minyak ikan yang dihasilkan
dari pengolahan ikan dan produk-produk perikanan. Kandungan berbahan dasar ikan
yang berasal dari sumber alam harus berasal dari pengelola perikanan yang
bertanggung jawab.
Selain itu, dengan meningkatkan efisiensi makanan yang diubah menjadi biomassa
ikan, petani dapat mengurangi jumlah tepung ikan dan minyak ikan yang digunakan.
Konversi pakan yang lebih efisien juga memiliki dampak langsung yang
menguntungkan pada kualitas air serta membatasi pelepasan kelebihan nutrisi
terhadap lingkungan.
39
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pelaksanaan
Pakan budidaya air biasanya diproduksi di fasilitas komersial dan dikirim ke
pertambakan. Petani harus mendapat pakan dari pemasok yang menyediakan
informasi terpercaya mengenai protein kasar, tepung ikan, dan kandungan minyak
dalam pakan. Petambak harus mencatat karakteristik dari semua pakan yang
digunakan, jumlah tiap pakan yang digunakan setiap tahun, dan jumlah produksi ikan per
tahun. Meskipun kriteria BAP untuk rasio konversi pakan belum diterapkan, produsen
harus berusaha untuk mengurangi rasio fasilitas konversi pakan serendah mungkin.
Pertambakan bersertifikat juga harus mempertahankan atau menekan konversi pakan
pada tahun-tahun setelah sertifikasi awal mereka. Ukuran panen harus
dipertimbangkan ketika menilai evolusi konversi pakan.
Untuk mempromosikan sumber yang bertanggung jawab atas bahan kelautan, pemohon
harus mendapat pakan dari pabrik pakan bersertifikat BAP atau pabrik pakan yang
menyatakan dokumen sesuai dengan standar pabrik pakan BAP 3.1 dan 3.3. Standar
ini membahas kebijakan sumber kandungan makanan yang berasal dari laut, meliputi
ketertelusuran untuk spesies dan asalnya, dan pengecualian dari spesies yang ditunjuk
IUCN Redlist (Daftar Merah IUCN) sebagai yang terancam punah atau kritis.
Standar BAP Pabrik Pakan mengharuskan: Setelah Juni 2015, tepung ikan dan minyak
ikan yang berasal dari pengurangan perikanan, setidaknya 50% (perhitungan
berdasarkan neraca massa) akan berasal dari sumber yang disertifikasi oleh Dewan
Pengelolaan Kelautan (Marine Stewardship Council/MSC) atau dari Organisasi Standar
Pemasok Bertanggung Jawab untuk Tepung Ikan dan Minyak Ikan (International
Fishmeal and Fish Oil Organization Responsible Supply standards/IFFO RS).
Atau, apabila tepung ikan dan minyak ikan bersertifikat MSC atau IFFO RS tidak
diproduksi lagi secara nasional, presentase minimum seperti di atas dapat meliputi
bahan dari program yang aktif disetujui dan diverifikasi oleh IFFO
(http://www.iffo.net/node/493), Kemitraan Perikanan Berkelanjutan (Sustainable
Fisheries Partnership/SFP, http://fisheryimprovementprojects.org/view-fips/) atau World
Wildlife Fund (WWF, https://sites.google.com/site/fisheryimprovementprojects/home).
Target 50% ini akan dinilai kembali secara berkala dengan tujuan akhir bahwa semua
tepung ikan dan minyak ikan berasal dari sumber bersertifikat.
Data Tambahan
40
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Persamaan 1
Rasio konversi pakan = Penggunaan pakan per tahun (mt) ÷ berat total ikan atau
krustasea yang dipanen (mt)
Rasio konversi pakan juga dikenal sebagai FCR ekonomi. Perhatikan bahwa FCR
ekonomi sangat sensitif terhadap tingkat kelangsungan hidup, meningkat tajam jika
tingkat kelangsungan hidup menurun secara signifikan. Untuk perhitungan yang tepat,
berat total stok juvenil dikurangi dari berat total ikan yang dipanen.
Produsen budidaya harus berusaha untuk mendapatkan rasio ikan masuk : ikan keluar
terendah yang dapat diterapkan untuk melestarikan sumber daya industri ikan. Banyak
budidaya yang hanya memasukkan sejumlah kecil tepung ikan dan minyak ikan dalam
pemberian makannya, dan penggunaan cara ini dapat membuat budidaya memiliki
rasio ikan masuk:ikan keluar kurang dari 1, yang menunjukkan bahwa mereka benar-
benar memberikan kontribusi bersih pada pasokan ikan global.
Budidaya akan menghitung dan mencatat hasil akhir perbandingan tahunan ikan
masuk:ikan keluar menggunakan Persamaan 2 di bawah ini. Dengan tidak adanya data
spesifik dan lebih baik dari pemasok pakan, hasil transformasi untuk industri ikan ke
tepung ikan dan minyak ikan yang akan digunakan adalah masing-masing 22,5% dan
5%.
Standar metrik untuk beberapa spesies budidaya perairan telah diatur, dan tanpa nama,
pengumpulan data ikan masuk : ikan keluar akan digunakan di masa depan untuk
menetapkan standar metrik untuk spesies lain.
Persamaan 2
Rasio ikan masuk : ikan keluar = faktor inklusi pakan yang dimakan ikan (didapat dari
pabrik) x rasio konversi pakan
Dimana faktor inklusi pakan yang dimakan ikan = [Level tepung ikan dalam pakan (%) +
Tingkat minyak ikan dalam pakan (%)] ÷ [Hasil tepung ikan dari ikan liar (%) + Hasil
minyak ikan dari ikan liar (%)]
Level inklusi di Persamaan 2 meliputi setiap makanan atau minyak yang berasal dari
ikan liar tertangkap, cumi-cumi, udang kecil, moluska, atau hewan laut liar lainnya.
Namun, harus diberikan pengecualian turunan makanan atau minyak yang berasal dari
41
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
produk perikanan seperti trimming, jeroan, dan bubuk hati cumi-cumi serta produk
budidaya seperti shrimp head meal.
Standar
9.1: Fasilitas pemohon harus menggunakan pakan dengan data yang sudah
disediakan oleh produsen, tepung ikan dan kandungan minyak ikan, atau faktor
inklusi pakan yang dimakan ikan.
9.2: Fasilitas harus mencatat karakteristik semua pakan yang digunakan, jumlah total
tiap pakan yang digunakan setiap tahun dan total produksi ikan atau krustasea per
tahun.
9.3: Fasilitas akan menghitung dan mencatat rasio konversi pakan tahunan untuk
semua yang dipanen.
9.4: Fasilitas akan menghitung dan mencatat rasio akhir ikan masuk : ikan keluar
tahunan untuk semua yang dipanen.
9.5: Rasio ikan masuk : ikan keluar tidak boleh melebihi nilai berikut: Litopenaeus
vannamei – 1,2, Penaeus monodon – 1,7, tilapia – 0,7, Pangasius – 0,5. Batasan
belum ditetapkan untuk spesies yang lain, dan akan ditambahkan setelah data
yang memadai telah diakumulasi. Untuk spesies lain, nilai harus dicatat hanya
sebagai informasi.
9.6: Pemohon harus mendapatkan pakan dari pabrik pakan bersertifikat BAP atau
pabrik pakan yang menyatakan dan mendokumentasikan kesesuaian dengan
standar 3.1 dan 3.3 pada standar pabrik pakan BAP.
(Catatan: Referensi Standar Pabrik Pakan BAP adalah FM 3.1: Pemohon harus
mendapatkan pernyataan dari pemasok ikan dan spesies mengenai asal-usul tepung
ikan dan minyak ikan di setiap batch. FM3.3: Pemohon harus mengembangkan dan
menerapkan rencana yang jelas secara tertulis mengenai tindakan mendefinisikan
kebijakan untuk sumber tepung ikan dan minyak ikan yang bertanggung jawab.)
Ikan juvenil yang liar tidak akan ditebar. Budidaya bersertifikat harus mematuhi
peraturan pemerintah berkaitan dengan penggunaan spesies asli dan non-asli
(non-native), spesies budidaya perairan hasil rekayasa genetika.
42
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Latar Belakang Standar
Banyak negara mengizinkan impor spesies asli, dan beberapa mengizinkan impor non-
asli tertentu. Di antara faktor-faktor lain, peraturan dibutuhkan karena penyakit dapat
berpindah antar negara dan spesies melalui impor telur, bayi ikan, dan induk. Peraturan
biasanya mensyaratkan sertifikat kesehatan dan karantina.
GMO
Organisme dengan modifikasi genetik (GMO atau organisme transgenik) didefinisikan
sebagai organisme yang telah dimodifikasi secara genetik dengan pemindahan material
genetik buatan dari spesies lain. Organisme steril atau seks reversal beserta
keturunannya, dibuat dengan cara hibridisasi atau poliploidi yaitu bukan GMO.
Ikan atau krustasea modifikasi genetik akan dikomersialkan di masa depan, sehingga
produsen harus mematuhi semua peraturan di negara produksi maupun konsumsi
organisme tersebut. Beberapa konsumen tidak menginginkan makanan modifikasi
genetik, sehingga mereka harus diberikan informasi yang dapat diandalkan.
Pelaksanaan
Budidaya yang berpartisipasi harus mencatat sumber dan pembelian bibit, dan
mencatat jumlah bibit di setiap unit budidaya untuk setiap kali panen. Contoh Formulir
Ketertelusuran yang mencatat data ini disediakan pada Lampiran F. Nantinya, budidaya
yang memiliki stok spesies GMO harus juga mencatat informasi ini. Selama
pemeriksaan lokasi, dokumentasi kesesuaian dengan peraturan pemerintah berkaitan
dengan impor bayi ikan atau post larva harus tersedia. Pemohon harus membangun
link kepada pihak domestik kompeten yang berwenang (kedokteran hewan yang
berwenang atau badan pemerintahan lain) untuk memeriksa persyaratan impor
internasional dan mengikuti protokol Sertifikat Kesehatan Internasional (International
Health Certificate) yang didefinsikan oleh OIE.
Peraturan berbeda-beda di setiap negara, dan badan sertifikasi tidak dapat memelihara
catatan lengkap mengenai persyaratan di setiap negara. Pengaudit harus kenal dengan
peraturan terkait di negara yang dilayaninya.
Spesies Non-Asli
Perkenalan spesies ke negara dimana spesies tersebut bukan asalnya, bukan asli, dan
belum dibudidayakan, harus tunduk pada ketentuan ICES Code of Practice on the
Introductions and Transfers of Marine Organisms tahun 2005, atau, dalam kasus
spesies air tawar, FAO 1988: Codes of Practice and Manual of Procedures for
Consideration of Introduction and Transfers of Marine and Freshwater Organisms.
Untuk mengurangi dampak potensial pelepasan, dianjurkan penggunaan teknologi
seperti sterilisasi, ploidy, dan monoseks.
43
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Informasi Tambahan
Standar
10.1:Fasilitas harus memelihara catatan yang akurat mengenai spesies yang
dibudidayakan, dan jika relevan, setiap karakteristik benih yang signifikan,
termasuk tapi tidak terbatas pada non-asli, bebas pathogen tertentu, tahan
patogen tertentu, hibrid, triploid, sex reversal, atau modifikasi genetik (GMO).
10.2:Jika peraturan pemerintah mengontrol penggunaan atau impor salah satu spesies
atau benih budidaya, izin relevan harus tersedia untuk inspeksi, bahkan jika bayi
ikan impor ini dibeli dari perantara.
10.3:Failitas harus mencatat sumber dan pembelian stok, dan mencatat jumlahnya di
setiap unit budidaya untuk setiap panen.
10.4:Juvenil yang liar tidak boleh ditebar, selain sebagai perkenalan insidental ketika
kolam pertama kali diisi.
10.5: Jika spesies budidaya bukan asalnya, bukan asli, dan belum dibudidayakan,
dokumen lebih lanjut harus tersedia untuk menunjukkan bahwa persetujuan
peraturan untuk budidaya berdasarkan pada ICES Code of Practice on
Introductions and Transfers of Marine Organisms tahun 2005, atau untuk spesies
air tawar, Codes of Practice and Manual of Procedures for Consideration of
Introduction and Transfers of Marine and Freshwater Organisms, FAO 1988.
44
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
11. Lingkungan (Semua Sistem Produksi, beberapa bagian hanya untuk keramba)
Kontrol Pelepasan
Biasanya pelepasan terjadi ketika ada lubang di jaring karena aus, tabrakan dengan
kapal, kesalahan manusia, atau diserang oleh predator besar. Kerusakan juga bisa
terjadi selama cuaca buruk, yang dapat merobek jala dan menyebabkan kehilangan
yang cukup banyak. Pelepasan kadang-kadang terjadi saat ikan dikeluarkan dari air
untuk penilaian atau panen, atau jika mata jaring terlalu besar untuk stok terkecil ikan di
dalam keramba.
Pelaksanaan
Semua insiden yang melibatkan lolosnya hewan harus didokumentasikan secara
akurat. Budidaya harus menunjukkan penurunan pelepasan dari waktu ke waktu.
Semua sistem harus dirancang untuk meminimalkan pelepasan hewan budidaya.
Misalnya, kolam dan sistem budidaya lainnya harus memiliki lapisan yang utuh pada
saluran air masuk dan keluar. Perangkat filter yang dapat diterima termasuk
serangkaian lapisan berjala yang dapat menyaring semua air, filter alas kering yang
dibangun dengan kerikil dan pasir, filter solid lapisan mikro, dan kolam jebakan dengan
saringan pembuangan. Fasilitas produksi harus dibangun untuk mencegah limpasan
karena badai, gelombang, atau banjir. Jika diperkirakan akan hujan deras, level kolam
harus diturunkan untuk mencegah kenaikan level air dan tanggul jebol.
Setiap upaya harus dilakukan untuk menjamin ikan tidak melarikan diri dari kurungan di
badan air. Keramba dan kandang jaring harus terbuat dari bahan yang kokoh dan
dipertahankan dalam kondisi baik untuk meminimalkan kemungkinan berlubang dan
45
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
robek yang membuat ikan dapat melarikan diri. Hal ini sangat penting untuk
menggunakan bahan yang tidak menimbulkan korosi, karena lubang bisa tiba-tiba
muncul tanpa peringatan di jaring yang terbuat dari kawat yang bisa berkorosi.
Keramba dan jaring harus ditempatkan di daerah-daerah di mana hanya ada sedikit
bahaya tabrakan dengan kapal atau puing-puing yang mengambang, dan di mana
gelombang besar tidak mungkin merusaknya. Penempatan keramba dan kandang di
perairan yang dilayari mungkin memerlukan persetujuan dari otoritas pemerintah.
Penyelam atau kamera bawah air akan memeriksa lubang, robekan, dan koyakan pada
keramba secara berkala.
Pencegahan Pelolosan
Dokumen harus menunjukkan tambatan budidaya yang dipasang sesuai dengan
spesifikasi produsen dan/atau teknik kelautan.
Analisis risiko di lokasi diperbarui setidaknya setiap tahun dan harus
mengidentifikasi penyebab potensial dan aktual pelolosan ikan, menentukan
kemungkinan relatif terjadinya atau kekambuhan di lokasi budidaya, dan
mengidentifikasi titik kontrol kritis untuk peninjauan risiko pelolosan yang efektif,
pengurangan dan respon oleh staf budidaya.
Prosedur berdasarkan analisis risiko harus mencakup protokol manajemen dan
tindakan yang dirancang untuk memantau risiko pelolosan, mengurangi mereka
ketika diidentifikasi dan menanggapi peristiwa pelolosan pada waktu yang tepat
dan efektif. Keberhasilan langkah-langkah ini harus diverifikasi dan
didokumentasikan sepanjang tahun.
Prosedur harus mensyaratkan komponen permukaan utama dari sistem yang
akan diperiksa setidaknya setiap tahun, serta memperbaiki atau mengganti
sesuai kebutuhan. Komponen sub-permukaan harus diperiksa dan diganti sesuai
kebutuhan setidaknya setiap dua tahun atau di antara setiap siklus panen,
mana yang lebih pendek. Peralatan harus diganti jika diperlukan.
Prosedur manajemen persediaan jaring akan melacak usia semua jaring di
budidaya, atau di penyimpanan, dan melakukan tes kekuatan pada semua jaring
di antara masa panen atau setiap dua tahun, mana yang lebih pendek. Jaring
akan pensiun ketika kekuatannya di bawah tingkat yang ditentukan dalam
peraturan lokal, atau jika tidak ada, di bawah rekomendasi pabrik atau pemasok.
Prosedur inspeksi keramba harus memastikan semua operasional jaring telah
diperiksa permukaannya untuk keberadaan lubang setidaknya setiap minggu dan
46
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
diperiksa sub-permukaannya setidaknya setiap empat minggu. Jaring dan
suprasturuktur keramba harus diperiksa untuk lubang dan indikasi lain dari
kerusakan struktural setelah ada kejadian berisiko, seperti badai atau pasang
besar.
Prosedur pencegahan predator harus meminimalkan risiko predator dapat
membuat lubang di jaring.
Peralatan kapal termasuk pelindung baling-baling dan prosedur pelatihan staf
yang meminimalkan risiko kontak antara kapal dan jaring budidaya.
Pada lokasi kelautan, prosedur dan peralatan yang konsisten dengan aturan
Coast Guard lokal harus memperingatkan lalu lintas non budidaya pada
keberadaan budidaya.
Prosedur untuk penanganan ikan hidup akan mencegah "tumpahan".
Sebagai bagian dari pelatihan awal mereka, semua staf akan menerima
pelatihan pada semua prosedur dalam kendali Rencana Penahanan Ikan.
Standar
11.2: Lapisan atau ukuran jaring untuk mempertahankan keberadaan hewan budidaya
yang terkecil harus dipasang di pompa saluran pengeluaran air, pipa, atau pintu
air. Lapisan, jaring, atau kontrol lainnya harus dipasang pada atau dekat pompa
pemasukan untuk meminimalkan pengenalan fauna akuatik lokal.
11.3: Selama pemanenan dan operasi pemindahan stok, tindakan penahanan sekunder
yang efektif harus diaplikasikan untuk mengontrol pelolosan hewan.
47
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
11.4: Semua kejadian yang melibatkan pelolosan hewan budidaya harus dicatat dengan
akurat.
Keramba
11.5:Keramba, jaring, dan kandang harus ditandai dan dipertahankan dalam kondisi
baik, dan catatan perbaikan harus dijaga. Inspeksi berkala dari baris tambat harus
didokumentasikan. Jaring apung yang berada di sepanjang garis atas air harus
mengelilingi perimeter dari kandang jaring.
11.6:Pemohon harus mematuhi setiap desain keramba dan konstruksi standar lokal
yang disetujui oleh asosiasi produsen lokal.
11.9: Jika pelolosan dicurigai atau telah terjadi sejak audit terakhir, pemohon harus
memberikan laporan dan catatan budidaya untuk menunjukkan bahwa insiden itu
ditangani dengan cara yang konsisten dengan Rencana Penahanan Ikan.
12. Lingkungan (Semua Sistem Produksi, beberapa standar hanya untuk keramba)
Perlindungan Keragaman Hayati dan Satwa Liar
Budidaya bersertifikat harus mengelola interaksi fisik dengan satwa liar.
Pelaksanaan
Budidaya harus mencatat semua kematian predator (spesies dan jumlah). Selain itu,
semua spesies yang terdaftar sebagai "terancam punah" dan "sangat terancam" oleh
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (the International Union for
Conservation of Nature/IUCN) Daftar Merah, atau dilindungi oleh undang-undang lokal
atau nasional, harus dikenai metode pencegahan pasif saja, dan itu artinya tindakan
tidak aktif atau mematikan harus digunakan.
48
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Keramba – Rencana Interaksi Satwa Liar
Pemohon yang mengoperasikan keramba harus memiliki Rencana Interaksi Satwa Liar
(Wildlife Interaction Plan/WIP) tertulis yang mencakup ketentuan yang diatur dalam
undang-undang lokal dan izin operasi budidaya, sebagaimana persyaratan berikut, jika
tidak begitu ditetapkan.
• Daftar hukum lokal yang relevan dan kondisi spesifik izin operasi budidaya yang
berlaku untuk manajemen satwa liar dan perlindungan.
• Daftar spesies lokal diklasifikasikan sebagai terancam punah atau terancam di
bawah undang-undang setempat dan/atau terdaftar pada IUCN Daftar Merah.
• Pada lokasi kelautan, peta mengidentifikasi secara resmi laut dan habitat pesisir
yang "kritis" dan/atau "sensitif" di wilayah tersebut. Jika budidaya berada di
daerah yang ditetapkan, daftar spesies menetap yang diklasifikasikan terancam
punah dalam jarak 2 km dari budidaya dan spesies pesisir yang tidak menetap di
kawasan ini, diperbarui jika diperlukan untuk menunjukkan keberadaan satwa liar
setelah budidaya dimulai, juga harus disertakan.
• Pelatihan untuk staf budidaya dalam mengenali spesies terancam punah,
terancam, dan dilindungi yang mereka mungkin lihat dari budidaya, dan sistem
pencatatan dan pelaporan observasi tersebut untuk manajemen pertanian dan
anggota masyarakat yang telah menyatakan minatnya.
• Penunjukan salah satu anggota staf untuk melaksanakan langkah-langkah
pengendalian mematikan, jika diperlukan, dan untuk pelatihan individu dalam
metode penyembelihan yang berperikemanusiaan.
• Deskripsi langkah pasif budidaya untuk mencegah masuk ke kandang burung
pemangsa atau mamalia kecil.
• Pada lokasi laut dengan mamalia laut karnivora, deskripsi tindakan pasif
budidaya untuk melindungi keramba dari serangan bawah air.
• Prosedur untuk pemeriksaan rutin keramba untuk memeriksa dan melaporkan
integritas tindakan pasif.
• Dokumentasi untuk menunjukkan bahwa langkah-langkah pencegahan aktif
tetapi non-mematikan yang digunakan telah disetujui oleh regulator melalui
review dampak lingkungan dengan referensi khusus untuk spesies langka,
dilindungi, terancam, atau bangsa ikan paus di area. Perangkat tersebut tidak
akan digunakan jika peninjauannya menunjukkan mereka dapat mempengaruhi
spesies ini.
• Prosedur pelaporan dalam hal mengontrol tindakan yang menyebabkan
kematian satwa liar dan tindakan yang diajukan untuk mencegah hal yang sama
terjadi lagi.
• Prosedur yang menyatakan metode mematikan hanya dapat digunakan setelah
49
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
semua metode non-mematikan diusahakan dan harus disetujui secara hukum.
• Prosedur yang membuatnya jelas bahwa kontrol mematikan yang disengaja
pada spesies diklasifikasikan sebagai terancam punah atau secara kritis
terancam punah, tidak akan digunakan kecuali dalam keadaan luar biasa, seperti
risiko bagi kehidupan manusia, dan hanya setelah ada izin tertulis tertentu yang
diperoleh dari regulator.
• Prosedur untuk otorisasi peraturan, pelaksanaan, dan pelaporan tindakan
pengendalian mematikan ketika hal ini dianggap perlu.
Standar
12.2: Fasilitas harus mencatat, dan melaporkan jika diperlukan, spesies dan jumlah
semua kematian burung, mamalia, dan reptil.
Keramba
12.3: Pemohon harus memiliki Rencana Interaksi Satwa Liar tertulis sesuai dengan
persyaratan pelaksanaan yang tercantum di atas dan yang sesuai dengan
prosedur, kinerja, dan persyaratan pelaporan di dalamnya.
12.4: Karyawan budidaya harus kenal dengan ketentuan WIP dan terlatih dalam aspek
itu yang mereka dapat diminta untuk menerapkannya.
Bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia budidaya harus disimpan dan dibuang
dengan cara yang aman dan bertanggung jawab. Kertas dan sampah plastik
harus dibuang dengan cara yang cepat, sanitasi, dan bertanggung jawab.
Akumulasi berlebihan limbah dan/atau pembuangan persediaan dan peralatan
budidaya harus dilakukan secara bertanggung jawab.
Bahan bakar dan beberapa pupuk sangat mudah terbakar dan/atau meledak, dan
pestisida, herbisida, dan algisida beracun. Oleh karena itu, harus dianggap sebagai
potensi bahaya bagi pekerja.
Tumpahan atau ceceran produk minyak bumi dan bahan kimia budidaya juga dapat
mempengaruhi organisme air dan satwa liar lainnya di sekitarnya, dan mengakibatkan
pencemaran air di daerah yang lebih luas.
Budidaya menghasilkan limbah yang cukup untuk dapat menyebabkan polusi, bau, dan
bahaya kesehatan manusia di budidaya dan daerah sekitarnya bila tidak dibuang
dengan benar. Sisa makanan manusia, pakan basi, sampah organik lainnya, dan
peralatan atau perlengkapan yang dibuang dapat menarik hama dan pemulung.
Limpasan dari tumpukan sampah dapat menyebabkan polusi dan mencemari air tanah.
Kantong plastik kosong dan wadah lainnya yang digunakan untuk pakan, pupuk, dan
bahan pengapuran tidak terurai dengan cepat. Mereka bisa menjadi bahaya untuk
hewan.
Pelaksanaan
Bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia budidaya harus diberi label dan disimpan
dengan aman. Bahan kimia yang digunakan harus dibuang secara bertanggung jawab.
Penahanan sekunder harus disediakan untuk satu atau beberapa tangki penyimpanan
bahan bakar. Volume penahanan harus setara dengan total volume yang disimpan
ditambah 10%.
Kebocoran minyak dari traktor, truk, dan peralatan lainnya harus dicegah melalui
perawatan yang baik. Perubahan minyak dan pengisian bahan bakar harus
menghindari tumpahan, dan minyak yang digunakan dikirim ke pusat daur ulang.
Bahan kimia seperti insektisida, herbisida, algisida, sodium metabisulfit yang digunakan
dalam udang, dan deterjen harus disimpan dalam bangunan terkunci, kedap air, dan
berventilasi baik. Lantai beton bangunan harus miring menuju pusat cekungan untuk
mengumpulkan tumpahan. Tanda peringatan harus dipasang.
Pakan harus disimpan dengan benar di lantai dan jauh dari dinding, dan terlindung dari
kelembaban, hama, dan kontaminan lainnya.
51
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pupuk, bahan pengapuran, garam, dan bahan lainnya yang kurang berbahaya seperti
bahan kimia pertanian harus disimpan di bawah atap atau kontainer yang tahan hujan,
di mana curah hujan tidak akan melarutkan mereka ke perairan. Perhatian khusus
harus diberikan kepada pupuk nitrat yang bersifat oksidan kuat dan sangat berbahaya
ketika terkontaminasi dengan bahan bakar solar atau minyak lainnya.
Prosedur harus dikembangkan untuk mengelola tumpahan bahan kimia dan produk
lainnya, dan persediaan yang dibutuhkan untuk membersihkan tumpahan harus
tersedia. Pekerja harus dilatih untuk menggunakan peralatan dengan benar dan
menangani muatan sampah.
Material yang tidak berguna, sampah, dan limbah lainnya, termasuk mesin dan
peralatan yang dibuang, tidak boleh dibuang di kawasan hutan bakau, lahan basah,
atau lahan kosong, atau dibiarkan menumpuk di fasilitas properti. Limbah tersebut
harus dibuang secara bertanggung jawab. Membuat kompos harus dilakukan dengan
prosedur yang tidak menimbulkan bau atau menarik satwa liar.
Kertas dan plastik harus didaur ulang, jika memungkinkan. Pengumpulan sampah
untuk daur ulang membutuhkan akses langsung ke kontainer penyimpanan sampah
yang dilayani secara berkala. Semua wadah harus diberi label dengan tepat beserta
indikator risiko (beracun/mudah meledak, dll).
Standar
13.1:Bahan bakar, pelumas, pakan, dan bahan kimia yang digunakan di fasilitas harus
diberi label, disimpan, digunakan, dan dibuang di tempat yang aman dan
bertanggung jawab.
13.2:Bahan bakar, pelumas, bahan kimia budidaya tidak boleh disimpan dekat pakan, di
daerah perumahan atau dapur karyawan, atau dekat peralatan panen dan
persediaan.
13.3:Penyimpanan bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia harus diberi tanda
peringatan.
13.4:Tindakan harus diambil untuk mencegah tumpahan, kebakaran, dan ledakan, serta
prosedur dan perlengkapan harus tersedia untuk mengelola tumpahan atau
kebocoran bahan kimia dan bahan bakar. Staf yang ditunjuk harus dilatih untuk
mengelola tumpahan dan kebocoran tersebut.
13.5:Sampah dari penampungan dan sisa makanan harus disimpan dalam wadah
kedap air dengan penutup untuk melindunginya dari serangga, tikus, dan hewan
lainnya.
52
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
13.6:Sampah dan limbah padat lainnya harus dibuang dengan mematuhi peraturan
lokal dan menghindari kontaminasi lingkungan dan masalah bau (misalnya, daur
ulang, pembakaran, pengomposan atau membuangnya ke tempat pembuangan
sampah yang legal).
13.7:Sampah rumah tangga dan limbah fasilitas lainnya tidak boleh dibuang di kawasan
hutan bakau, lahan basah atau lahan kosong lainnya, dan harus dibuang secara
teratur dan semestinya untuk menghindari akumulasi.
13.8:Pasokan dan peralatan budidayan yang dibuang (misalnya, ban, palet, tas,
gentong, dayung aerasi, atau mesin) harus disimpan rapi, tidak dibuang di
kawasan hutan bakau, lahan basah atau lahan kosong lainnya, dan dibuang
dengan cara semestinya untuk menghindari akumulasi yang berlebihan.
13.10:Pengamanan sekunder bahan bakar harus sesuai dengan pedoman BAP untuk
penyimpanan bahan bakar.
Ketika hewan ternak mengalami tekanan yang terus-menerus, konsumsi pakan dan
tingkat pertumbuhan mereka bisa menurun. Hewan yang tertekan juga kurang tahan
terhadap penyakit, dan kematian biasanya meningkat.
53
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pelaksanaan
Pertambakan harus menyediakan fasilitas yang dirancang untuk menjaga dan
membesarkan krustasea dan ikan dengan ruangan dan naungan yang memadai.
Komposisi suhu dan kimia dari air budidaya harus dipertahankan agar tepat, dan
perubahan kualitas air harus dilakukan perlahan-lahan sehingga spesies yang
dibudidayakan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. Tingkat oksigen terlarut
yang memadai harus dipelihara.
Pakan yang tepat untuk spesies budidaya harus diberikan secara berkala. Meskipun
periode puasa mungkin diperlukan untuk panen dalam kondisi higienis, hal ini harus
diminimalkan.
Hewan mati yang bias diambil harus dikeluarkan dari kolam atau keramba setidaknya
setiap hari dan dibuang dengan benar. Spesimen ikan sakit dan tidak diinginkan akan
dieliminasi secara manusiawi, misalnya mematikannya dengan pukulan di kepala.
Staf budidaya harus memeriksa secara teratur fasilitas budidaya, mencatat kualitas air
serta penampakan (misalnya, kondisi ikan) dan perilaku (misalnya, kehilangan nafsu
makan) dari hewan yang menjadi tanggung jawab mereka. Tindakan cepat harus
diambil untuk memperbaiki kekurangan atau gejala.
Meskipun data ilmiah yang dapat diandalkan tentang efek padat penebaran pada
kesejahteraan hewan akuatik terbatas, dan banyak faktor yang mempengaruhi
hubungan ini, standar BAP memerlukan operator untuk membangun dan menerapkan
batas mereka sendiri.
Ketika hewan akuakultur yang sensitif, atau kegiatan fisiologis mereka sangat
berkurang selama pengangkutan, proses tersebut harus dilakukan dengan metode
yang manusiawi.
Hewan yang tidak sengaja jatuh ke tanah saat panen tidak boleh dibiarkan kekurangan
air hingga mati tercekik. Transportasi langsung hewan harus menjaga kualitas air yang
memadai selama transportasi. Hal ini biasanya membutuhkan penerapan aerasi
mekanis atau oksigenasi dalam wadah transportasi. Kontrol suhu juga mungkin
54
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
diperlukan.
Standar
14.1:Fasilitas pemohon harus menerapkan batasan biomassa maksimum berdasarkan
ukuran kinerja untuk kesehatan dan usia harapan hidup hewan air, dan setiap
peraturan nasional yang berlaku.
14.2:Pakan harus dikelola untuk menghindari stres yang disebabkan oleh kekurangan
makan.
14.3:Fasilitas harus mendefiniskan batas atas untuk periode waktu puasa, berkerumun,
dan waktu keluar dari air untuk memastikan praktik kesejahteraan yang terbaik dan
menyediakan catatan akurat yang menunjukkan bahwa batas tersebut dipatuhi.
14.4:Staf di fasilitas harus membuat inspeksi regular pada fasilitas budidaya, kualitas
air, serta perilaku dan kondisi krustasea dan ikan.
14.5: Wabah penyakit harus dikelola melalui diagnosis dan pengobatan yang cepat, dan
jika diperlukan, penyembelihan yang manusiawi.
14.7:Pembuangan spesimen yang sakit, cacat, atau tidak dapat dipasarkan, harus
didokumentasikan dan dibunuh dengan teknik manusiawi, dan bangkai dibuang
secara bertanggung jawab sesuai dengan peraturan local dan negara yang
berlaku.
14.9:Kecukupan dan durasi metode transportasi angkut hidup harus dinilai melalui
dokumentasi tingkat kematian selama transportasi.
55
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Manajemen Obat dan Kimia
Antibiotik yang dilarang, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya tidak boleh
digunakan. Agen therapeutic lainnya harus digunakan secara langsung pada
label produk untuk mengontrol diagnosis penyakit atau pengelolaan kolam yang
dibutuhkan, dan bukan untuk tujuan penangkal tanpa pengawasan dari dokter
hewan.
Beberapa pertambakan yang dibangun di atas lahan yang sebelumnya digunakan untuk
tujuan pertanian atau lainnya. Pestisida, logam berat, dan bahan kimia lainnya yang
diterapkan penggunaannya selama ini bisa menetap di tanah dan air tanah dalam
jumlah kecil dan diambil oleh ikan di kolam produksi. Senyawa-senyawa tersebut
menimbulkan risiko kesehatan potensial untuk beberapa elemen populasi manusia. Hal
ini juga penting untuk memastikan bahwa pakan dan bahan pakan tidak mengandung
tingkat yang tidak aman dari ini atau kontaminan lainnya.
Penggunaan bahan antifouling tertentu pada fasilitas budidaya dan struktur penahanan
dapat mendatangkan potensi kontaminan lingkungan. Penerapan bahan aditif makanan
makanan tertentu yang disetujui untuk menjaga kualitas produk atau penampilan saat
panen, transportasi, dan berbagai tahapan pengolahan pasca panen dapat melebihi
tingkat yang direkomendasikan atau durasi paparan dan memberikan tingkat residu
yang melebihi batas keamanan pangan yang legal atau persyaratan pelabelan produk
mengenai penggunaan sebelumnya.
56
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Ketika antibiotik tidak dilarang secara proaktif penggunaannya baik di lokal maupun
negara pengimpor yang menggunakannya untuk tujuan terapeutik, tes residu antibiotik
harus dilakukan setelah periode penarikan untuk memastikan batas peraturan tentang
residu terpenuhi. Jika tersedia, peternakan dapat menggunakan data pengujian residu
dari pengawasan pemerintah atau program skrining pra panen pabrik pengolahan.
Pelaksanaan
Ketika mempertimbangkan lokasi untuk konstruksi kolam baru, contoh tanah harus
diambil di daerah kontaminasi berisiko tinggi, seperti daerah rendah di mana limpasan
berkumpul, area yang sebelumnya digunakan sebagai penyimpanan pestisida atau
lokasi pembuangan, serta lokasi pembersihan dan pemuatan untuk aplikator semprot
dan pesawat pertanian.
Setiap penggunaan bahan aditif makanan yang disetujui harus melibatkan pemantauan
mengenai jumlah dan metode aplikasi untuk mencegah residu ilegal di bagian yang
dapat dimakan dari produk dan menjamin pelabelan produk yang menunjuk
penggunaan sebelumnya.
57
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Rencana pengelolaan kesehatan akan menjelaskan langkah-langkah yang harus
diambil ketika penyakit yang didiagnosis akan diperlakukan dengan bahan kimia yang
disetujui. Daftar bahan kimia yang disetujui biasanya dapat diperoleh dari pabrik
pengolahan, lembaga pertanian, atau program ekstensi atau lembaga penelitian
universitas perikanan.
Selama inspeksi, auditor harus memiliki akses penuh ke catatan seperti dijelaskan di
atas untuk semua aplikasi obat, antibiotik, dan hormon. Contoh Formulir Ketertelusuran
untuk penggunaan di kolam, tangki, atau keramba disediakan pada Lampiran F.
Standar
15.1:Fasilitas ini akan melakukan penilaian terhadap DAS di sekitar fasilitas untuk
mengidentifikasi potensi risiko kontaminasi DAS. Ini termasuk pemantauan
perubahan praktik penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Potensi risiko
kontaminasi DAS mungkin melibatkan hal-hal seperti pestisida, PCB, dan
penerapan logam berat yang berasal dari operasional industri atau pertanian di
dekatnya.
15.3:Catatan harus dipelihara untuk setiap penggunaan obat dan bahan kimia lain,
termasuk tanggal, senyawa yang digunakan, alasan digunakan, dosis, dan tanggal
panen untuk lot produksi yang mendapat perlakukan pengobatan. Lihat
persyaratan Ketertelusuran. Pengujian verifikasi periodik efektivitas periode
penarikan harus dilakukan.
15.5:Setiap penggunaan bahan aditif makanan harus melibatkan bahan yang disetujui
dan dimonitor untuk waktu dan metode aplikasinya.
15.6:Antibiotik atau bahan kimia yang dilarang secara proaktif di negara yang
memproduksi atau mengimpor tidak akan digunakan dalam pakan, aditif kolam,
atau perawatan lainnya.
15.7:Diperlukan pernyataan dari pemasok bayi ikan, fingerling, atau post larva bahwa
obat atau bahan kimia lain yang digunakan untuk benih tidak dilarang secara
proaktif.
58
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
15.8:Untuk pemasok pakan yang tidak bersertifikat BAP, diperlukan pernyataan untuk
membuktikan penerapan prosedur produksi yang mengecualikan obat yang
dilarang secara proaktif, produk dari spesies yang sama, logam berat dengan
tingkat yang tidak aman, dan kontaminan fisik atau lainnya.
15.9:Penggunaan pakan, suplemen, atau bahan aditif kolam yang diproduksi atau
dipersiapkan di budidaya meliputi prosedur untuk memastikan zat ini tidak
mengandung level yang tidak aman dari kontaminan dan hanya berisi zat yang
diizinkan oleh otoritas nasional yang sesuai.
Kotoran manusia dan kotoran hewan yang tidak dirawat harus dicegah dari
mengontaminasi perairan tambak. Limbah domestik harus dikelola agar tidak
mencemari daerah sekitarnya. Produk akuakultur akan dipanen dan diangkut ke
pabrik pengolahan atau pasar lain dengan cara mempertahankan kontrol suhu
dan mencegah kerusakan fisik atau kontaminasi.
Pupuk organik telah digunakan secara luas di kolam budidaya untuk meningkatkan
perkembangan fitoplankton. Bahan-bahannya termasuk kotoran hewan, rumput, hasil
produk dari panen atau pengolahan produk pertanian, serta limbah pabrik pengolahan
perikanan dan akuakultur. Ikan sampah dan limbah yang diolah juga digunakan sebagai
pakan.
Ada kemungkinan bahaya kesehatan pada manusia yang mengonsumsi ikan yang tidak
cukup dimasak atau krustasea yang tumbuh di perairan yang menerima limbah
manusia, kotoran hewan yang tidak diobati, atau pupuk organik yang mengandung
Salmonella atau patogen dalam makanan lainnya.
Kotoran dari fasilitas produksi hewan dapat terkontaminasi dengan obat yang
ditambahkan ke pakan ternak untuk pencegahan atau pengobatan penyakit. Zat-zat ini
berpotensi dapat berjalan keluar dari kotoran hewan ke dalam hewan akuatik dan
59
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
menyebabkan masalah keamanan pangan.
Penggunaan organisme mentah dan produknya, atau ikan sampah sebagai pakan di
kolam ikan mendorong penyebaran penyakit ikan. Makanan mentah juga memiliki
kebutuhan oksigen tinggi yang dapat memburuk kualitas air tambak.
Pelaksanaan
Perumahan bagi pemilik atau pekerja kadang-kadang terletak di dekat kolam produksi.
Limbah dari kamar mandi, dapur, dan fasilitas lainnya harus dikelola di septic tank.
Laguna oksidasi limbah juga merupakan metode pengelolaan yang dapat diterima di
pertambakan besar. Dalam semua kasus, limbah mentah dan limpasan dari peternakan
dan fasilitas lainnya untuk memelihara ternak tidak akan masuk ke dalam kolam.
Hewan domestik selain hewan peliharaan keluarga atau anjing tidak akan beredar
secara bebas di dalam peternakan. Ternak diizinkan di padang rumput yang berfungsi
sebagai daerah aliran sungai tambak, namun pagar harus dipasang untuk mencegah
hewan minum atau berendam di kolam.
Dalam hal tidak mungkin bahwa air budidaya diambil dari badan air yang dapat
menerima kotoran manusia yang tidak dikelola secara langsung di peternakan, menjaga
air atau pretreatment dianjurkan. Beberapa peternakan dapat memiliki toilet yang
terletak di dekat kanal atau sistem pengolahan limbah yang pembuangannya atau
bocor ke kolam atau kanal pertanian. Situasi tersebut harus dikoreksi.
Industri akuakultur sangat tertarik untuk menggunakan pelet atau pakan ekstrusi, dan di
kolam menggunakan pupuk kimia atau pupuk organik yang telah diolah untuk
membunuh potensi patogen dalam makanan.
Transpor
Air dan wadah transpor yang tidak bersih dapat menyebabkan kontaminasi ikan selama
transit dari kolam ke pabrik atau pasar. Untuk ikan atau krustasea yang ditempatkan di
atas es atau berada di dalam air es saat di peternakan, direkomendasikan untuk
membolak-balik lapisan es dan produk untuk menghindari fluktuasi suhu.
60
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Standar
16.1: Limbah domestik harus diperlakukan dan dibuang dengan benar untuk
menghindari kontaminasi sekitarnya (misalnya, sistem saluran pembuangan,
sistem septik, toilet portabel, atau kakus).
16.2: Hewan ternak dan hewan peliharaan domestik tidak diizinkan untuk mengakses
kolam produksi.
16.3: Kotoran manusia dan kotoran hewan yang tidak diobati tidak akan digunakan
untuk menyuburkan kolam.
16.4: Organisme mentah dan produknya tidak boleh digunakan sebagai pakan di kolam
pertumbuhan.
16.5: Ikan dan krustasea harus dipanen dan diangkut dengan cara yang
mempertahankan kontrol suhu.
16.6: Es harus dibuat dari air yang sesuai dengan batas mikroba untuk air minum.
16.7: Peralatan dan wadah yang digunakan untuk memanen dan transportasi ikan atau
krustasea harus dibersihkan, disanitasi, dan bebas dari pelumas, bahan bakar,
fragmen logam, dan bahan asing lainnya.
16.8: Bahan kimia yang tidak disetujui tidak akan diterapkan secara langsung atau tidak
langsung untuk produk akuakultur selama transportasi.
16.9: Pekerja dengan luka, luka terbuka, atau infeksi kulit dilarang menangani produk
panen.
16.10: Pekerja harus dilatih dalam praktik higienis yang baik untuk memastikan mereka
menyadari peran dan tanggung jawabnya untuk melindungi produk akuakultur dari
risiko keamanan pangan seperti kontaminasi dan kerusakan.
61
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Latar Belakang Standar
Penyakit hewan akuakultur dianggap oleh banyak orang sebagai ancaman tunggal
terbesar terhadap pertumbuhan dan stabilitas industri global akuakultur. Penyebaran
penyakit yang mempengaruhi panen budidaya telah dilacak, dalam banyak kasus,
untuk Pertambakan dengan biosekuriti yang buruk.
Pelaksanaan
Langkah-langkah harus diambil untuk menghindari penyebaran penyakit dalam
pertambakan BAP atau pertamabakan tetangga atau pertambakan klien di mana hewan
dipindahkan untuk pembesaran lebih lanjut. Untuk budidaya kelautan dengan keramba,
lihat juga persyaratan pengelolaan kawasan, Standar 7.
Kontrol biosekuriti yang tepat akan mencegah masuknya atau penyebaran agen
penyakit dalam budidaya. Kemungkinan vektor untuk risiko ini harus diidentifikasi dalam
rencana biosekuriti yang tertulis secara rinci, yang mengidentifikasi staf budidaya yang
khusus bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, termasuk langkah-langkah
pengendalian khusus minimalnya:
62
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
dan/atau pengendalian penyakit jika terjadi.
Karena pergerakan peralatan dan personil dari daerah yang sakit atau terduga sakit ke
daerah lain tidak dapat dihindari, langkah-langkah pembersihan dan sanitasi harus
digunakan untuk mendesinfeksi semua peralatan dan personil sebelum masuk ke
daerah yang tidak sakit.
Jika penyembelihan dilakukan di peternakan, cairan darah dan limbah lainnya yang
dihasilkan melalui pengolahan harus disimpan atau dikelola sehingga tidak mencemari
lingkungan atau menimbulkan risiko biosekuriti.
Standar
17.1:Pemohon harus memiliki kontrol biosekuriti yang berusaha untuk mencegah
pemaparan dan penyebaran agen penyakit dan penyakit di budidaya, termasuk
sanitasi peralatan dan personil ketika penyakit dicurigai atau dikonfirmasi di lokasi
budidaya, dan hal ini harus dirinci dalam rencana biosekuriti seperti yang
dijelaskan dalam pedoman Pelaksanaan di atas.
17.2:Staf budidaya harus dilatih dalam prosedur biosekuriti dan harus, bersama dengan
semua pengunjung, mematuhinya.
17.3:Rencana untuk pembuangan yang segera dan bertanggung jawab untuk kematian
yang berlebihan pada hewan budidaya dengan cara pembakaran, penguburan,
membuat kompos, atau pemindahan oleh kontraktor yang kompeten, harus
tersedia untuk inspeksi dan diterapkan.
17.4:Jika penyembelihan dilakukan di peternakan, cairan darah dan limbah lain yang
dihasilkan melalui pengolahan dituangkan atau diperlakukan sedemikian sehingga
tidak mencemari lingkungan atau menimbulkan risiko biosekuriti.
Untuk membangun ketertelusuran produk, data berikut harus dicatat untuk setiap
unit budidaya dan setiap siklus produksi:
63
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
sumber fingerling atau post larva (pembenihan)
penggunaan obat dan vaksin
penggunaan sulfit pada udang
penggunaan herbisida, algisida, dan pestisida lainnya
produsen dan nomor lot untuk setiap pakan yang digunakan
tanggal panen
kuantitas panen
nomor dokumen perpindahan (jika ada)
pabrik pengolah atau pembeli (mengidentifikasi semua jika kuantitas panen pergi
ke lebih dari satu pabrik atau pembeli)
Pelaksanaan
Budidaya dapat menggunakan sistem ketertelusuran yang memenuhi persyaratan BAP.
Ini bisa menjadi sistem online; budidaya memiliki sendiri database-nya, kertas catatan,
file, dan dokumen; atau kombinasi keduanya.
Jika kertas catatan, dokumen, atau buku catatan yang digunakan, jika memungkinkan,
informasi juga harus dipindahkan ke database di komputer untuk memungkinkan
penyebaran elektronik. File atau kertas catatan asli harus disimpan untuk verifikasi dari
data elektronik.
Data yang dirujuk dalam standar BAP terhadap sumber induk, telur, post larva dan
fingerling (bayi ikan berukuran satu jari) , manajemen kimia, dll, diperlukan untuk dapat
ditelusuri. Informasi ini dan catatan lainnya terkait tangki, kolam atau keramba dapat
digambarkan pada Formulir Ketertelusuran Produk pada Lampiran F. Setiap formulir
sesuai dengan pemanenan pada hari tertentu dari unit budidaya tertentu.
64
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pelestarian Identitas Produk
Untuk menjamin integritas sistem “bintang” Best Aquaculture Practices, kontrol
ketertelusuran harus memungkinkan verifikasi semua fasilitas yang berkontribusi
terhadap klaim status multiple-star sertifikat BAP.
Untuk memastikan pemisahan yang tepat dan ketertelusuran semua input dan output
budidaya, komponen-komponen berikut harus ada:
Budidaya yang membeli semua post larva udang, fish fry (bayi ikan) atau
fingerling, dan pakan dari sumber bersertifikat BAP harus menjaga catatan
mengenai sumber material stok dan pakan yang digunakan.
Budidaya yang membeli bahan stok dan pakan dari dua sumber yang
bersertifikat BAP dan tidak bersertifikat BAP, harus mengidentifikasi semua
sumber dan memiliki sistem yang memadai untuk mencegah pencampuran lot
produksi BAP dan non-BAP.
Untuk memungkinkan verifikasi keseimbangan massa produk multiple–star,
budidaya yang bersertifikat harus mengelola daftar, termasuk tanggal dan
volume panen dari budidaya, fasilitas dimana mereka menjual atau mengirim
produk.
Sejumlah penelusuran ke belakang dan ke depan dilakukan oleh auditor akan
menetapkan volume budidaya.
Keluhan Pelanggan
Pemohon harus mempersiapkan dan melaksanakan sistem yang efektif untuk
pengelolaan atas pengaduan dan keluhan data untuk mengontrol dan memperbaiki
kekurangan yang berkaitan dengan kesesuaian produk terhadap standar BAP.
Standar
18.1:Fasilitas harus mengoperasikan sebuah sistem pencatatan yang efektif, yang
tersedia tepat waktu, terorganisir, akurat, dilakukan dan diawasi oleh orang terlatih
yang telah ditunjuk atau tim yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan data,
memastikannya lengkap dan akurat, dan bahwa persyaratan ketertelusuran telah
terpenuhi.
18.2:Fasilitas harus menyimpan catatan lengkap dan akurat untuk setiap unit budidaya
dan siklus produksi, termasuk nomor identifikasi unit budidaya, satuan luas dan
volume, spesies, dan, jika tersedia, spesifikasi spesies seperti triploid atau GMO.
65
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
18.3:Fasilitas harus menyimpan catatan lengkap dan akurat mengenai penggunaan
antibiotik atau obat lainnya di fasilitas itu.
18.4:Catatan yang lengkap dan akurat harus dipelihara tentang penggunaan sulfit dan
bahan tambahan/bantuan pengolahan pangan yang disetujui pada udang,
sebagaimana penggunaan herbisida, algisida, dan pestisida lainnya.
18.5:Catatan lengkap dan akurat mengenai produsen dan jumlah lot untuk setiap pakan
yang digunakan harus dipelihara.
18.6:Fasilitas harus memelihara catatan lengkap dan akurat mengenai sumber dan
jumlah post larva atau stok fingerling; tanggal stok dan semua pakan yang
digunakan untuk setiap unitkultur.
18.7:Catatan lengkap dan akurat mengenai tanggal panen, kuantitas panen, nomor
dokumen perpindahan (jika ada), dan fasilitas penerima atau pembeli, harus
dikelola. Jika lot produk ditentukan untuk lebih dari satu fasilitas atau pembeli,
setiap lot harus diidentifikasi secara terpisah.
18.8:Untuk menggunakan logo BAP, fasilitas harus memiliki persetujuan dan telah
terdaftar sebelumnya dengan Manajemen BAP.
18.9:Fasilitas harus menyimpan catatan dari setiap keluhan pelanggan terkait dengan
kesesuaian produknya terhadap standar BAP.
18.10: Fasilitas harus menyimpan catatan investigasi mengenai keluhan tersebut dan
tindakan yang diambil untuk mengatasi/memperbaikinya.
Keamanan Pangan
66
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Jika udang diperlakukan dengan sulfit di peternakan pada saat panen, protokol untuk
praktik ini harus disediakan. Karena sulfit larut yang digunakan dapat menyebabkan
penipisan lokal konsentrasi oksigen terlarut dalam pembuangan badan air, yang
solusinya adalah dengan menahannya di tangki atau kolam kecil sampai sulfit telah
teroksidasi sepenuhnya, setidaknya selama 48 jam. Aerasi mekanis akan mempercepat
oksidasi.
Ketika konsentrasi oksigen terlarut pada larutan mencapai 4 atau 5 mg/L, sulfit telah
sepenuhnya dikonversi ke sulfat. Contoh: Larutan sulfit dapat diobati dengan 0,4 kg
kapur/L untuk menetralkan keasaman sebelum terakhir dilepaskan ke perairan alami.
Standar
19.1:Laju pertukaran air rata-rata tidak melebihi 10% per hari (yaitu, secara tahunan, 36
x total volume kolam). Batas ini tidak berlaku untuk tambak udang di padang pasir.
19.2:Jika digunakan, sulfit harus diterapkan dengan cara yang akan menghasilkan
konsentrasi jaringan dalam batas regulasi.
19.3:Larutan sulfit akan dinonaktifkan atau dinetralisir, misalnya dengan retensi 48 jam,
sebelum dilepaskan ke badan air alami.
Pelaksanaan
Analisis fillet ikan nila telah menunjukkan bahwa penggunaan metil testosteron atau
hormon terkait untuk memproduksi semua benih laki-laki tidak menghasilkan residu
testosteron lebih tinggi daripada yang ditemukan secara alami pada ikan kontrol.
Namun demikian, produsen didorong untuk menggunakan metode lain untuk
mendapatkan semua benih laki-laki. Untuk meminimalkan dampak lingkungan,
biofiltrasi/bioremediasi di lokasi, seperti filter menetes atau membangun lahan basah,
dapat digunakan.
67
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Standar
20.1:Jika hormon digunakan selama produksi benih, pekerja harus dilatih dalam
penanganan hormon dan memakai pakaian pelindung dan masker dengan filter
udara.
68
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran A
Kriteria Kualitas Air Limbah BAP – Semua Budidaya Kolam
Akhir Frekuensi
Variabel (unit) Nilai Awal (setelah 5 tahun) Pengumpulan
pH (unit pH standar) 6.0 - 9,5 6.0 - 9.0 Bulanan
Total padatan tersuspensi (mg/L) 50 atau kurang 25 atau kurang 3 bulanan
Fosfor terlarut (mg/L) 0.5 atau kurang 0.3 atau kurang Bulanan
Total nitrogen amonia (mg/L) 5 atau kurang 3 atau kurang Bulanan
Permintaan oksigen biokimia 5 hari (mg/L) 50 atau kurang 30 atau kurang 3 bulanan
Oksigen terlarut (mg/L) 4 atau lebih 5 atau lebih Bulanan
Klorida Tidak ada Tidak ada Bulanan
pembuangan pembuangan
800 mg/L klorida di 550 mg/L klorida di
Air dengan kadar garam kurang dari 1 ppt,
dalam air tawar dalam air tawar
konduktansi spesifik di bawah 1.500
mmhos/cm atau klorida kurang dari
550mg/L dipertimbangkan sebagai air
tawar.
69
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran B
Formulir Pemantauan Sampel Limbah – pH dan Oksigen Terlarut
____/01/____
____/02/____
____/03/____
____/04/____
____/05/____
____/06/____
____/07/____
____/08/____
____/09/____
____/10/____
____/11/____
____/12/____
Rata-Rata
Tahunan
____/01/____
____/02/____
____/03/____
____/04/____
____/05/____
____/06/____
____/07/____
____/08/____
____/09/____
____/10/____
____/11/____
____/12/____
Rata-Rata
Tahunan
71
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Rata-Rata
Tahunan
Lampiran C
Perhitungan Tahunan Volume Limbah
Estimasi volume limbah tahunan ditentukan menggunakan salah satu persamaan
berikut.
72
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Perhitungan Pembuangan Budidaya
Tambahan air (m3) = kapasitas pompa (m3/jam) x Operasional pompa (jam/th) atau
metode lain yang sesuai
Curah hujan (m3) = Curah hujan tahunan (m) x Luas permukaan air budidaya (m2)
Penguapan (m3) = Panci penguapan Klas A (Class A pan evaporation) (m/th) x 0,8 x
Luas permukaan air di pembenihan (m2)
Volume Budidaya = Kedalaman rata-rata [dari kolam (m) – Jarak rata-rata level air di
bawah struktur banjir (m)] x Luas permukaan air di budidaya (m2)
Data tambahan
Program BAP akan menggunakan data yang disediakan oleh formulir aplikasi fasilitas
untuk menghitung:
indeks beban tahunan untuk total padatan tersuspensi, fosfor larut, jumlah
nitrogen amonia, dan kebutuhan oksigen biokimia 5 hari, ditentukan seperti yang
dijelaskan di bawah ini.
Dikumpulkan, data anonim untuk beban dan indeks yang akan digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan standar metrik pada Juni 2015.
73
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Beban Limbah Tahunan
Variabel beban kualitas air lebih menunjukkan potensi pencemaran pada limbah
fasilitas daripada pengukuran terpisah konsentrasi variabel dan volume limbah. Setelah
tahun pertama pemantauan limbah, beban tahunan untuk total padatan tersuspensi,
fosfor larut, jumlah nitrogen amonia, dan kebutuhan oksigen biokimia 5 hari dihitung
sebagai berikut:
Persamaan 4
Beban variabel (kg/th) = Pembuangan di budidaya (m3/th) x [Rata-rata konsentrasi
variabel tahunan pada limbah – Rata-rata konsentrasi variabel tahunan pada sumber air
(mg/L, sama seperti g/m3)] x 10-3kg/g
Setelah tahun pertama pemantauan limbah, penggunaan air dan indeks beban harus
diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut.
Persamaan 5
Indeks penggunaan air (m3/kg ikan atau krustasea) = Volume limbah tahunan (m3) ÷
Produksi ikan atau krustasea tahunan (kg)
Persamaan 6
Indeks beban (kg variabel/mt ikan atau krustasea) = Variabel beban tahunan variabel
(kg/tahun) ÷ Produksi ikan atau krustasea tahunan (mt/th)
Contoh: Penggunaan Air, Indeks Beban untuk Estimasi Limbah Tahunan dengan
Metode Pertukaran Air - Volume Kolam
Budidaya memiliki kolam seluas 100 ha dengan kedalaman rata-rata 1 m, dengan rata-
rata pertukaran air sebanyak 2.5% volume kolam/hari. Ada 2,3 panen/tahun, dan rata-
rata jarak antar panen 120 hari. Sumber air di fasilitas mengandung rata-rata 10 mg/L
74
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
total padatan tersuspensi (TSS), 0.03 mg/L fosfor larut (S.P.), 0.15 mg/L total nitrogen
amonia (TAN), dan 1.5 mg/L kebutuhan okigen biokimia (BOD).
Limbah budidaya rata-rata mengandung 45 mg/L TSS, 0.19 mg/L S.P., 0.87mg/L TAN
dan 9.6 mg/L BOD. Produksi tahun sebelumnya adala 230.000 kg (230 mt).
Perhitungan
Volume kolam = 100 ha x 10,000 m2/ha x 1 m = 1,000.000 m3
Volume limbah tahunan = [1.000.000 m3/panen x 2,3 panen/th] + [1.000.000 m3
x 0.025 volume kolam/hari x 120 hari/panen x 2,3 panen/th] = 9.200.000 m3/th
Kandungan TSS = (45 – 10 g/m3)(9.200.000m3/th)10-3 = 322.000 kg/th
Kandungan S.P. = (0.19 – 0.03 g/m3)(9,200,000m3/th)10-3 = 1.472 kg/th
Kandungan TAN = (0.87 – 0.15 g/m3)(9,200,000m3/th)10-3 = 6.624 kg/th
Kandungan BOD = (9.6 – 1.5 g/m3)(9,200,000m3/th)10-3 = 74.520 kg/th
Indeks penggunaan air = (9.2000.000 m3/th)/ (230.000 kg ikan atau
krustasea/th) = 40 m3/kg ikan atau krustasea
Indeks TSS = (322.000 kg/th)/(230 mt ikan atau krustasea) = 1.400 kg TSS/mt ikan atau
krustasea
Indeks S.P. = (1.472 kg/th)/(230 mt ikan atau krustasea) = 6,4 kg S.P./mt ikan atau
krustasea
Indeks TAN = (6.624 kg/th)/(230 mt ikan atau krustasea) = 28,8 kg TAN/mt ikan atau
krustasea
Indeks BOD =(74.520kg/yr)/(230 mt ikan atau krustasea) = 324 kg BOD/mt ikan atau
krustasea
Contoh: Penggunaan Air, Indeks Beban untuk Estimasi Limbah Tahunan dengan
Metode Operasional Pompa
Budidaya memiliki dua pompa yang membuang volume gabungan 136 m3/min.
Pompa beroperasi rata-rata 8 jam/hari. Sumber air di budidaya rata-rata
75
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
mengandung 10 mg/L total padatan tersuspensi (TSS), 0,03mg/L fosfor larut (S.P.),
0,15 mg/L total nitrogen amonia (TAN), dan 1,5 mg/L permintaan oksigen biokimia
(BOD).
Limbah budidaya mengandung 91 mg/L total padatan tersuspensi, 0,23 mg/L fosfor
larut, 1,20 mg/L total nitrogen amonia, dan 12,7 mg/L permintaan oksigen biokimia.
Produksi pada tahun sebelumnya adalah 378.000 kg (378 mt).
Perhitungan
Volume limbah tahunan = 136 m3/min x 60 min/jam x 8 jam/hari x 365 hari/th =
23.827.200 m3/th
Kandungan TSS = (23.827.200 m3/th)(91 – 10g/m3)10-3 = 1.930.000 kg/th
Kandungan S.P. = (23.827,200 m3/th)(0,23 – 0,03 g/m3)10-3 = 4.765 kg/th
Kandungan TAN = (23.827.200 m3/th)(1,20 – 0,15 g/m3)10-3 = 25.018 kg/th
Kandungan BOD = (23.827.200 m3/yr)(12,7 – 1.5 g/m3)10-3 = 266.865 kg/th
Indeks penggunaan air = (23.827,200 m3/th)/ (378.000 kg ikan atau
krustasea/th) = 63,0 m3/kg udang atau ikan
Indeks TSS = (1.930.000 kg/th)/378 mt udang atau ikan) = 5.106 kg TSS/mt udang
atau ikan
Indeks S.P. = (4.765 kg/th)/(378 mt udang atau ikan) = 12,6 kg S.P./mt udang atau
ikan
Indeks TAN = (25.018 kg/th)/(378 mt udang atau ikan) = 66,2 kg TAN/mt udang atau
ikan
Indeks BOD = (266.865 kg/th)/(378 mt udang atau ikan) = 706 kg BOD/mt udang atau
ikan
Indeks TAN = (6.624 kg/th)/(230 mt udang atau ikan) = 28,8 kg TAN/mt udang atau ikan
Indeks BOD = (74.520 kg/th)/(230 mt udang atau ikan) = 324 kg BOD/mt udang atau
ikan
76
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran D
77
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran E
Indeks Beban untuk Keramba, Kandang Jaring
Indeks penggunaan air tidak dapat diterapkan pada keramba dan jaring. Beban nitrogen
dan fosfor yang diberlakukan pada keramba dan kandang jaring pada badan air
Persamaan 1
Beban nitrogen (kg/tahun) = [Jumlah pakan (kg) x Nitrogen (% dalam pakan) ÷ 100] -
[Ikan Panen (kg) x Nitrogen (% dalam ikan) ÷ 100]
Persamaan 2
Beban fosfor (kg/tahun) = [Jumlah pakan (kg) x Nitrogen (% dalam pakan) ÷ 100] - [Ikan
Panen (kg) x Nitrogen (% dalam ikan) ÷ 100]
* Dalam persamaan 1 dan 2, massa ikan dipanen juga dapat mencakup massa setiap
ikan mati yang dikeluarkan dari keramba sebelum panen.
Persamaan 3
Beban indeks nitrogen (kg/MT ikan) = beban nitrogen (kg/tahun) ÷ produksi ikan
(MT/tahun)
Persamaan 4
Indeks beban fosfor (kg/MT ikan) = beban fosfor (kg/tahun) ÷ produksi ikan (MT / tahun)
Persentase nitrogen dalam pakan adalah persentase protein kasar dibagi dengan 6,25.
Kandungan fosfor dalam pakan ikan nila adalah sekitar 1%, tetapi nilai yang tepat harus
diukur atau diperoleh dari produsen pakan. Misalnya, ikan nila hidup biasanya
mengandung 2,2% nitrogen dan fosfor 0,72%.
78
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran F
Konfirmasi: Tidak Menggunakan Bahan Kimia yang Dilarang Konfirmasi: Tidak Menggunakan Bahan Kimia yang Dilarang
Secara Proaktif Yes No Secara Proaktif Yes No
Senyawa 2 Senyawa 2
79