Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memperhatikan arsitektur Indonesia masa kini sering menimbulkan kesan bahwa
proyek tersebut dipindahkan dari jauh (Amerika Utara, Eropa), dari daerah beriklim sedang ke
daerah tropis panas lembap (Indonesia). Perencanaan tersebut menghasilkan konstruksi,
pengaturan jendela berkaca, penempatan massa, dan konsep yang meniru gedung dari iklim
dingin yang seolah-olah terletak diantara bangunan tropis. Suatu desain yang baik adalah
desain yang dapat beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, khususnya di Indonesia yang
memiliki iklim tropis.Membangun di iklim tropis lembap hanya dapat dilakukan dengan baik
jika memperhatikan pengaruh iklim tersebut.Berbeda dengan daerah lainnya di belahan dunia,
baik rumah maupun bangunan dengan fungsi publik pada daerah beriklim tropis memiliki
bentuk dan desain yang berbeda, hal ini dikarenakan curah hujan dan kemarau yang sama
panjang.
Bangunan terpengaruh iklim yang nyaman bagi penghuni mendasarkan pada cara
pembentukan gedung dan konstruksi struktur. Dalam hal ini yang diutamakan adalah
pengaruh iklim dan ilmu termodinamika.Di samping itu, makin lama makin banyak tibul
masalah energy yang perlu dilestarikan.Indonesia terletak di 23.50 LU – 23.5 0 LS
menyebabkan Indonesia beriklim wet tropic sehingga memerlukan strategi dalam
bangunannya, seperti menghalangi radiasi matahari, isolasi radiasi panas dengan ruang udara,
antar bangunan memiliki jarak yang cukup jauh, dan kenyamanan thermal. Namun, kali ini
sangat sulit rasanya menemukan bangunan yang menerapkan arsitektur tropis khususnya di
Bali. Hal ini tentunya karena pengaruh globalisasi yang menyebabkan masuknya beberapa
budaya asing hingga pada gaya arsitektur.
Terkadang untuk mengejar estetika bangunan, banyak arsitek yang justru mengabaikan
strategi bangunan arsitektur tropis, akibatnya banyak bangunan yang tidak dapat bertahan
lama yang berujung pada kerusakan bangunan tersebut. Maka dari itu, penulis disini akan
mencoba untuk menjelaskan arsitektur tropis, pengaplikasiannya pada bangunan hingga kasus
yang biasa ditemukan pada rumah tinggal dengan desain arsitektur tropis. Sehingga, dengan
adanya makalah ini, mahasiswa arsitektur akan memperoleh pengetahuan yang cukup
mengenai arsitektur tropis.

ARSITEKTUR TROPIS 1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Bagaimana pengaruh iklim terhadap bangunan?
2) Apa pengertian dari arsitektur tropis?
3) Bagaimana strategi desain arsitektur tropis pada bangunan rumah tinggal?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan pada rumusan masalah yang dijabarkan di atas, tujuan penyusunan
makalah ini diantaranya:
1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh iklim terhadap bangunan
2) Untuk mengetahui pengertian dari arsitektur tropis
3) Untuk mengetahui bagaimana strategi desain arsitektur tropis pada bangunan rumah
tinggal

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini antara lain :
a Mahasiswa
 Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai arsitektur tropis beserta strategi
pengaplikasiannya pada bangunan rumah tinggal.
 Menambah wawasan mahasiswa arsitektur sehingga dapat menjadi acuan dalam
merancang bangunan tropis di masa depan.
b Masyarakat
 Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai arsitektur tropis sehingga
nantinya dapat menjadi acuan dalam merencanakan bangunan tempat tinggal bagi
masyarakat itu sendiri.
c Tim Pengajar
 Mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai arsitektur tropis.
 Mengetahui sejauh mana efektifitas system SCL (Student Centre Learning) pada
mahasiswa.
 Sebagai referensi kedepannya dalam memberikan mata kuliah ekologi arsitektur.
 Mengetahui arah tugas apakah sudah tepat sasaran atau sebaliknya.

1.5 Metode Penelitian


Dalam suatu penelitian diperlukan adanya validasi data, dengan disertai bukti-bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Guna mendapatkan data yang valid
tersebut, pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian yaitu:
1. Studi Literatur dan Perbandingan
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan data dari studi literatur mengenai
strategi desain arsitektur tropis khususnya pada bangunan rumah tinggal dengan data hasil
observasi langsung yang disertai dengan gambar. Berikut adalah literature – literatur yang
kami gunakan sebagai referensi yaitu, antara lain: Eco Resorts:Planning and Design For
The Tropics karya Zbigniew Bromberek, Bangunan Tropis karya Lippsmeier, Dasar –
ARSITEKTUR TROPIS 2
Dasar Arsitektur Ekologis Volume 1 dan Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS
karya Heinz Frick dan Manual of Tropical Housing & Building karya Otto H
Koenigsberger. Selain dari literatur buku, kami juga menggunakan beberapa sumber yang
diambil dari internet sebagai referensi tambahan terkait strategi desain arsitektur tropis.
2. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan penelitian langsung
terhadap strategi desain yang diterapkan dalam bangunan rumah tinggal dengan
menggunakan alat pengukuran berupa meteran. Selain itu kami juga melakukan teknik
pengumpulan data dengan cara mengambil foto. Foto juga salah satu cara yang efektif
dalam melakukan penelitian. Dengan bantuan kamera atau alat digital lainnya, objek yang
diamati akan dapat didokumentasikan dengan baik, jelas, dan lebih nyata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaruh Iklim


Kata iklim berasal dari bahasa Yunani yang berdasarkan kamus Oxford
berarti region (daerah) dengan kondisi tertentu dari suhu yang kering (Dryness), angin,
cahaya dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu waktu
(integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik kondisi
geografis kawasan tertentu.Sedangkan cuaca adalah kondisi sementara lingkungan atmosfer
pada suatu kawasan tertentu.Secara keseluruhan, iklim diartikan sebagai integrasi dalam suatu
waktu mengenai keadaan cuaca. (Koenigsberger, 1975:3).

ARSITEKTUR TROPIS 3
Menurut Lippsmeier (1994: 30) menyatakan bahwa iklim digolongkan menjadi iklim
makro dan mikro. Iklim makro merupakan iklim suatu negara, benua, atau daerah tertentu.
Iklim tersebut menurut sifat digolongkan menjadi tiga, yaitu daerah tropis lembab, daerah
tropis kering, dan daerah pegunungan. Sedangkan iklim mikro adalah iklim di lapisan udara
dekat permukaan bumi. Iklim makro di Indonesia sendiri yaitu daerah tropis lembab. Iklim
tropis Indonesia mempunyai kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadang-kadang
mencapai 90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya
berkisar 230C dan dapat naik sampai 380C pada musim panas. Iklim Tropis terjadi sedikit
sekali perubahan musim dalam satu tahun, satu-satunya tanda terjadi pergantian musim adalah
banyak atau sedikitnya hujan, dan terjadinya angin besar. Iklim tropis dapat digambarkan
dengan hujan dan kelembaban yang tinggi seta suhu yang hampir selalu tinggi. Angin sedikit
bertiup dengan arah yang berlawanan pada musim hujan dan musim kemarau.Radiasi
matahari sedang dan pertukaran panas kecil karena tingginya kelembapan.Suhu dan
kelembapan yang tinggi sangat tidak menyenangkan karena penguapan sedikit dan gerak
udara biasanya kurang, kecuali di pesisir. Gedung membutuhkan perlindungan terhadap
radiasi matahari, hujan, serangga, dan di pesisir, perlindungan terhadap angin keras.
Pengaruh iklim terhadapa manusia secara fisiologis, iklim memperngaruhi
kenyamanan termal manusia.Suhu inti manusia + 37 derajat celcius.Dengan mentabolisme
energy dalam tubuh, maka badan manusia melepaskan kalor sebesar + 100 watt.Pertukaran
kalor manusia dengan lingkungannya tergantung dari suhu udara, suhu permukaan di
sekelilingnya, penyalur panas oleh permukaan tersebut, kelembapan, dan gerak udara (angin).
Ada empat cara pertukaran kalor yaitu:
- Penyaluran panas secara langsung lewat telapak kaki
- Pertukaran kalor konveksi kepada udara di sekeliling 25% - 30%
- Radiasi panas kepada udara di sekeliling yang lebih sejuk 40-60%
- Penguapan oleh keringat dan pemapasan 25-30%

2.2 Pengertian Arsitektur Tropis


Pengertian secara umum arsitektur tropis adalah sebuah konsep desain yang
beradaptasi dengan lingkungan atau iklim tropis. Arsitektur tropis juga tetap mempertahankan
sisi estetika pada bangunan. Hal yang paling penting dalam Arsitektur Tropis adalah sebuah
respon positif dari efek iklim tropis itu sendiri atau dapat juga dikatakan pemanfaatan hal-hal
positif dalam iklim yang tropis. Salah satunya letak geografis Indonesia yang berada di garis
khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada
musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam

ARSITEKTUR TROPIS 4
kondisi ikim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur
bangunan gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Arsitektur Tropis sebenarnya tidak ada kaitannya dengan konteks budaya yang
biasanya dikaitkan dengan rumah tradisional atau kebudayaan di Indonesia. Arsitektur Tropis
sebenarnya tidak hanya ada di Indonesia tetapi banyak merambah di Negara lain yang
beriklim tropis seperti Brazil, Singapura, Malaysia dan lainnya yang memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda. Kekeliruan pendapat tersebut terjadi karena pengertian arsitektur tropis
sering dicampur adukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang
memang sebenarnya menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Dalam Arsitektur Tropis juga
sangat perlu diperhatikan mengenai segi material, pencahayaan alami dan sirkulasi udara
karena lingkungan tropis memiliki iklim panas yang cukup menyengat, pergerakan udara dan
curah hujan yang cukup tinggi sehingga dalam konsep arsitektur tropis ini juga ada upaya atau
solusi yang harus dicegah dari timbulnya efek iklim tropis. Kesehatan udara, perubahan suhu
dan kelembaban menjadi factor yang harus dapat diselesaikan dengan baik untuk memperoleh
kenyamanan pada bangunan maupun civitasnya.

2.3 Strategi Desain Arsitektur Tropis pada Bangunan Rumah Tinggal


Kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab
adalah, yaitu :

1. Kenyamanan Thermal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi
perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar
bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari
permukaan dalam yang panas. Cara untuk memperkecil panas yang masuk antara lain
yaitu :

a. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang
mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan
tersebut akan terhambat.Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap.
Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang
lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak
sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat
diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul
panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas.
b. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.
ARSITEKTUR TROPIS 5
c. Melindungi dinding dengan alat peneduh seperti kerai atau sun shading.

d. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap
adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur
permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara. (Himaartra.
2012. Arsitektur Tropis. https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/ diakses
tanggal 6 Desember 2016)

Menurut Bromberek (2009:70) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
mengontrol kenyamanan thermal :
1. Heat Flows (aliran panas)
a. Heat Gain Minimisation
Produksi panas dapat diminimalisir dengan menghindari radiasi secara langsung,
misalnya dengan shading. Ada 3 tipe shading yaitu horizontal jika sinar matahari
dari atas, vertikal jika sinar matahari jatuh dari samping, dan kombinasi. Shading
bisa diterapkan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dan topografi pada site.
Overstek, juga merupakan salah satu contoh shading yang dapat diterapkan pada
bangunan rumah tinggal. Gambar dibawah merupakan cara untuk menghitung lebar
overstek yang tepat.

Gambar 2.8
Perbandingan antara tinggi jendela dengan lebar overstek
Sumber : Bromberek (2009:70)

b. Heat Loss Maximisation


Produksi panas sudah di minimalisir, kemudian dapat digunakan beberapa metode
pasif untuk mekanisme pendinginan. Metode tersebut dikelompokan menjadi empat
yaitu radiant cooling, evaporative cooling, storage cooling, dan convective
cooling.
2. Air Movement (Pergerakan Udara)
ARSITEKTUR TROPIS 6
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan jika ventilasi dimanfaatkan
sepenuhnya yaitu arah angin, pengaruh daerah disekitarnya, desain dan lokasi bukaan,
dan layout dalam bangunan dan hasil dari pergerakan angin yang melewatinya.
Tekanan udara mempengaruhi pergerakan udara pada suatu site yaitu dari area yang
bertekanan tinggi menuju ke area yang bertekanan rendah. Pemasangan screen yang
berfungsi untuk mencegah serangga juga mempengaruhi pergerakan udara. Memasang
screen pada balkon atau teras lebih baik dibandingkan memasangnya pada jendela atau
pintu
3. Humidity (kelembaban)
Menghindari penempatan bangunan yang dekat dengan daerah lembab.
Menggunakan bahan yang alami untuk mengontrol kelembaban. Ventilasi yang baik
merupakan cara yang paling baik untuk mengatasi kelembaban yang berlebihan.
Menurut Frick (2007:24) Curah hujan yang tinggi dapat membuat kondisi di rumah
terasa lembab sehingga jamur dan lumut akan mudah tumbuh. Untuk menghindari hal
tersebut kita perlu menghindari ruang-ruang gelap yang tidak terkena sinar matahari.
Curah hujan yang tinggi dapat membuat dinding mudah basah sehingga untuk ruang-
ruang basah, seperti kamar mandi, sebaiknya diberi lapisan kedap air (trassram).Untuk
lokasi yang kondisi air tanahnya tinggi, sloof dibuat setinggi 30 cm dari tanah. Dinding
eksterior dicat khusus dengan waterproof.
pengaruh iklim terhadap bangunan adalah bangunan sebaiknya dibuat secara
terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.
Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi
antara letak gedung berarah dari timur ke barat dan yang tegak lurus terhadap angin.
Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi
silang.

Gambar 2.1
Pengaruh Iklim terhadap Bangunan
Sumber: Frick (2007:40)

ARSITEKTUR TROPIS 7
Selain itu ruang disekitar bangunan sebaiknya dilengkapi dengan pohon peneduh
tanpa mengganggu gerak udara dan juga perlu dipersiapkan saluran dan peresapan air
hujan dari atap dan halaman yang diperkeras.Meskipun demikian, harus menyisakan
minimal 30% lahan bangunan terbuka untuk penghijauan.

Gambar 2.2
Pohon sebagai Peneduh
Sumber: Frick (2007:41)

Gambar 2.3
Peresapan Air Hujan
Sumber: Frick (2007:41)

Kenyamanan dalam suatu ruang tergantung pada kebudayaan dan adat istiadat
masing-masing manusia, terutama iklim dan kelembapan, bau dan pencemaran udara,
radiasi alam dan radiasi buatan, bahan bangunan, bentuk dan struktur bangunan, serta
warna dan pencahayaan.

Gambar 2.4
Kenyamanan Ruang Berdasarkan Hubungan antara Suhu, Kelembapan dan Gerakan Angin
Sumber: Frick (2007:41)

ARSITEKTUR TROPIS 8
Pencahayaan dan warna memberi pengalaman ruang melalui mata dan
hubungannya dengan pengalaman perasaan. Pencahayaan dan pembayangan
mempengaruhi orientasi di dalam ruang.bagian ruang yang tersinari dan yang dalam
keadaan gelap menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang. cahaya matahari
memberi kesan vital dalam ruang terutama jika cahaya tersebut masuk dari jendela yang
orientasinya ke Timur. Warna adalah salah satu cara untuk mempengaruhi ciri khas suatu
ruang atau gedung. Warna yang agak terang seperti merah, oranye, kuning, hijau
kekuningan, hijau serta warna yang agak gelap seperti merah, merah bungur, ungu, biru
mengandung efek psikologis tertentu.

Gambar 2.5
Pencahayaan terhadap Orientasi Ruang
Sumber: Frick (2007:42)

Gambar 2.6
Pengaruh Warna terhadap Efek Psikologis
Sumber: Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS. 2007

Pengaruh suhu terhadap bangunan dapat diatur juga dengan memperhatikan letak,
bentuk dan lapisan permukaan gedung. Bidang yang kurang panas selalu akan menerima
panas dari bidang yang lebih panas seperti terlihat pada gambar berikut.

ARSITEKTUR TROPIS 9
Gambar 2.7
Pengaruh Suhu Ruang Berdasarkan Letak dan Bentuk Benda
Sumber: Frick (2007:42)

Hal yang sama juga terjadi antara dua benda (lewat udara) maupun antara dua
permukaan dinding (lewat tembok), dimana benda hangat berupa udara yang hangat
akibat radiasi matahari dan benda dingin berupa udara didalam rumah. Penukaran panas
pada lapisan bidang permukaan luar gedung dapat juga dipengaruhi oleh factor pantulan
dan penyerapan sinar panas.
Tabel 2.1 Faktor Bahan Permukaan terhadap Penyerapan dan Pemantulan

Sumber : Frick (2007:43)

Karena panas diserap oleh bagian dinding luar, maka akan menghangatkan juga
permukaan dinding dalam sesudah beberapa waktu menurut daya panas dan tebalnya

1
ARSITEKTUR TROPIS
0
dinding. Menurut jenis bahan dan tebalnya dinding dapat ditentukan perbedaan waktu
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Situasi Panas dalam Ruang Berdasarkan Lamanya Penyinaran

Sumber : Frick (2007:43)

2. Aliran Udara Melalui Bangunan


Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar
ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau dan untuk
memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu
mendinginkan bagian dalam bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan
temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang
ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah
aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan
thermal.Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu
terbuka.Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang
bukaannya dapat diatur.
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam
bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu
dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu
permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda
temperatur udara melebihi 400C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari
langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

1
ARSITEKTUR TROPIS
1
Gambar 2.9
Beberapa jenis shading device
Sumber: Himaartra.2012 Arsitektur Tropis.
https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751akses tanggal 6 November 2016

Cahaya alami siang hari yang terdiri dari cahaya matahari langsung dan cahaya
matahari difus.Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini
untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi, cahaya matahari langsung tidak
dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan
penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan
untuk penerangan adalah cahaya langit. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja
dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1 Komponen langit.
2 Komponen refleksi luar
3 Komponen refleksi dalam
Berdasarkan pada paparan diatas maka dapat disimpulkan strategi desain arsitektur
tropis pada bangunan rumah tinggal dapat ditinjau dari kenyamanan thermal, aliran udara
dalam bangunan dan radiasi panas. Berikut adalah penjelasannya:
a) Kenyamanan Thermal adalah usaha untuk mengurangi perolehan panas yang masuk
ke dalam bangunan dapat dibagi menjadi beberapa strategi yaitu:

1. Penggunaan material yang tahan panas pada elemen-elemen bangunan


terutama pada elemen atas yaitu atap karena area tersebut adalah area yang
paling banyak dikenai panas sinar matahari secara langsung.
2. Orientasi bangunan

3. Jumlah dan perletakan bukaan

4. Warna permukaan bangunan


5. Ketinggian bangunan

1
ARSITEKTUR TROPIS
2
b) Aliran Udara pada Bangunan terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat
perbedaan temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi
antara lubang ventilasi. Aliran udara pada bangunan dapat ditinjau dari beberapa
strategi yaitu sebagai berikut:
1. Sistem bukaan dan perletakannya di dalam bangunan
2. Tinggi bangunan
3. Perletakan ruang dalam dan taman
4. Penataan taman
c) Radiasi Panas terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan
dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat
digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device).

BAB III
OBJEK OBSERVASI

LOKASI OBJEK

1
ARSITEKTUR TROPIS
3
Gambar 3.1
Lokasi Objek
Sumber: Google Earth, 2016

Nama pemilik objek : Anak Agung Gde Agung Dharmawisata


Nama proyek/fungsi bangunan : Rumah Tinggal Pribadi

Lokasi dan alamat proyek/bangunan : Jalan Jayagiri 15 No 9, Renon, Denpasar Timur


Jumlah civitas : 3 orang yang terdiri dari pemilik, istri pemilik,
Dan anak dari pemilik

1
ARSITEKTUR TROPIS 4
Gambar 3.3
Lay Out Plan

Gambar 3.4
Tampak Depan

Gambar 3.2
Perspektif Rumah (Objek Observasi)
Sumber: Observasi, 20 Oktober 2016

1
ARSITEKTUR TROPIS
5
Objek ini merupakan bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh sepasang suami istri
dan 1 orang anak. Bangunan rumah tinggal ini berorientasi ke arah Utara dan merupakan
bangunan 1 lantai. Luas bangunan ini adalah 1.68 m2 sedangkan luas lahannya adalah 9.9 m2.
Alasan pemilihan bangunan ini sebagai objek observasi kami adalah karena bangunan ini
memiliki bentuk teritisan yang lebar, mengoptimalkan bukaan untuk sirkulasi udara dan
perletakan objek di dalam site yang tidak menempel pada tembok pembatas untuk
memperlancar sirkulasi udara. Bukaan pada bangunan rumah tinggal ini terdapat hampir di
setiap ruangan dengan beragam variasi ukuran maupun bentuknya sehingga bangunan
tersebut dapat dikatakan memanfaatkan penghawaan alami di dalam ruang. Selain itu di
sekitar bangunan juga menggunakan beberapa jenis vegetasi seperti kamboja, cemara, dan
lain-lain sebagai ruang terbuka hijau di areal bangunan. Berikut adalah gambar denah dan
tampak bangunan rumah tinggal.
Pada gambar layout di atas terdapat beberapa perubahan pada bangunan tersebut yaitu
ruangan di samping ruang makan yang terletak di bagian Selatan yaitu ruang pembantu.
Ruang tersebut dipindahkan ke samping garasi di bagian Barat bangunan. tujuannya adalah
agar tidak ada ruang yang menempel pada tembok pembatas sehingga ruang di dalam
bangunan terkesan lebih luas. Ruang disamping ruang makan dijadikan sebagai teras belakang
sebagai tempat bersantai.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai strategi-strategi desain arsitektur
tropis yang sudah diterapkan pada objek observasi sebagaimana fungsinya adalah sebagai
bangunan rumah tinggal. Berikut adalah pembahasannya.
4. 1 Kenyamanan Thermal
Dalam memenuhi kenyamanan thermal pada bangunan ini maka diterapkan beberapa
strategi untuk mengurangi perolehan panas yang masuk ke dalam bangunan.
1. Material bangunan yang bersifat tahan terhadap cuaca
Elemen – elemen yang digunakan dalam bangunan rumah tinggal ini sudah
menggunakan material yang bersifat isolator terhadap panas matahari. Material atap pada
objek menggunakan material genteng tanah liat yang bersifat isolator terhadap panas dan
dingin sehingga berpotensi mengurangi penerimaan panas ke dalam bangunan dan cukup

1
ARSITEKTUR TROPIS
6
ideal untuk iklim tropis. Jenis atap yang digunakan adalah jenis limasan dengan kemiringan
atap lebih dari 30 derajat untuk mengalirkan air hujan ke bawah sebelum merembes ke dalam
bangunan. Selain itu, objek juga menggunakan teritisan yang lebar yaitu sejauh 1 meter untuk
mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin dan untuk menahan sinar matahari
langsung yang masuk ke dalam bangunan. Kemudian pada elemen dinding menggunakan
material dinding bata yang sudah difinishing cat sebagaimana lapisan cat juga memiliki
karakteristik penyerapan panas yang sedikit sehingga tahan terhadap panas. Sedangkan,
elemen lantai tidak menggunakan lantai kayu melainkan keramik karena lebih tahan terhadap
panas maupun lembab sehingga tidak mudah lapuk.
2. Orientasi bangunan
Bangunan rumah tinggal ini memiliki orientasi bangunan menghadap Utara – Selatan,
sehingga tidak terlalu banyak cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah yang dapat
menimbulkan suhu ruangan menjadi panas. Hal ini tentu tidak akan mengganggu aktifitas di
dalam rumah tersebut mengingat orientasi sudah sesuai dengan karakteristik rumah tropis.
Ruang – ruang yang merupakan pusat aktifitas seperti ruang tamu dan ruang keluarga pada
objek sudah cukup banyak mendapat sinar matahari langsung terutama sinar matahari pagi
sehingga penghuni rumah bisa menghemat penggunaan lampu pada saat pagi hingga sore hari.
Selain itu, orientasi bangunan yang menghadap Utara tentunya memberikan view yang baik
karena pada bagian Utara bangunan terdapat taman yang luas sehingga penghuni dapat
merasa sejuk dan asri.
S

Gambar 4.1
Orientasi Massa
Bangunan

1
ARSITEKTUR TROPIS
7
Gambar 4.2
Sinar matahari sore yang
tertutup atap garasi

3. Jumlah dan perletakan bukaan


Sistem bukaan pada sisi Barat dan Timur bangunan dibuat lebih kecil dibanding
dengan bukaan pada sisi Utara dan Selatan. Hal tersebut untuk menanggulangi panas matahari
yang masuk dari arah Timur dan Barat bangunan. Jumlah sistem bukaan yang mengarah Utara
– Selatan lebih banyak yaitu 16 buah jendela dibandingkan dengan jumlah bukaan pada arah
Timur – Barat yang hanya 7 buah jendela. Dengan jumlah bukaan yang sedemikian banyak,
sepertinya telah disiasati oleh perancangnya dengan menerapkan permainan fasad bangunan
yang maju mundur pada sisi Timur, dan pada sisi Barat bukaannya terhalangi oleh atap garasi
seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3
Perletakan sistem bukaan
4. Warna permukaan bangunan pada objek

Warna yang digunakan pada eksterior bangunan rumah ini didominasi oleh warna
yang terang yaitu warna putih dan cream pada dinding dan lantai termasuk pada penggunaan
1
ARSITEKTUR TROPIS
8
elemen kayu yang berwarna terang pada pintu maupun jendela, sehingga penyerapan panas
matahari kecil dan tentu ini berimplikasi pada udara panas yang dirasakan di dalam rumah
yang tidak terlalu mengganggu civitas.

Warna kayu natural pada pintu


adalah cara lain untuk
mengurangi penyerapan panas

Cat eksterior berwarna terang


untuk mengurangi penyerapan
panas

Gambar 4.4
Pemilihan warna eksterior objek
5. Ketinggian Bangunan Sumber : Observasi, 20 Oktober 2016

Indonesia sebagai daerah beriklim tropis menglami musim panas dan musin hujan
yang sama panjang. Namun, karena pemeliharaan fasilitas umum yang kurang memadai dan
potensi alam yang belum mampu diolah secara baik, maka ketika musim hujan datang tidak
dapat dipungkiri akan terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi banjir tersebut, masyarakat pada
umumnya akan membangun rumah yang lebih tinggi dari jalan utama. Seperti pada objek
observasi, bangunan tersebut didesain memiliki ketinggian dari tanah yaitu 60 cm. Sehingga,
civitas yang tinggal di dalam rumah tersebut tidak perlu khawatir soal banjir. Selain sebagai
antisipasi banjir, ketinggian bangunan dari tanah ini juga untuk menghindari kelembapan udara
di dalam rumah.

Gambar 4.5
Ketinggian bangunan dari tanah

4. 2 Aliran Udara Pada Bangunan

1
ARSITEKTUR TROPIS
9
Sesuai dengan lingkungan objek ini berada, yaitu di tengah kota Denpasar, sangat sulit
kini untuk mendapatkan udara yang bersih dan sehat akibat dari merebaknya polusi udara.
Berikut adalah strategi desain terkait dengan aliran udara pada bangunan :
1. Sistem bukaan di Dalam Bangunan
Aliran udara atau ventilasi yang saat ini ada pada objek berjumlah 37 buah dengan
bentuk dan dimensi yang bervariasi, antara lain 40 cm x 15 cm (32 buah) dan 40 cm x 40 cm
(4 buah). Penempatan bukaan pada keempat sisi bangunan memungkinkan terjadinya cross
ventilation pada ruangan. Bentuk massa bangunan yang persegi panjang juga memudahkan
penerapan cross ventilation. Keadaan ventilasi pada objek sangat baik dan dibiarkan terbuka.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan thermal. Untuk
sistem bukaan pada objek menggunakan sistem jendela jungkit bawah. Sistem bukaan jenis
ini cenderung menyebabkan kapasitas udara yang masuk kedalam bangunan lebih sedikit.
Keuntungan menggunakan sistem ini adalah ketika cuaca sedang dalam keadaan panas, kita
tetap dapat membuka jendela agar udara/angin dari luar dapat masuk ke dalam ruangan,
namun panas matahari masih dapat ditahan oleh kaca.

Gambar 4.6
Sistem bukaan pada objek

2. Tinggi plafond
Ketinggian plafond dari lantai yaitu 3.5 m. Dengan ketinggian tersebut bisa
memperlancar sirkulasi udara sehingga tidak lembab dan sangat sesuai dengan iklim tropis.
Plafond yang tinggi dapat membuat sirkulasi udara dalam ruangan menjadi lebih baik. Udara
panas akan bergerak ke atas, maka plafond yang tinggi memungkinkan ruangan tidak terasa
lembab. Selain itu, desain plafond yang tinggi akan memungkinkan cahaya matahari dapat
masuk lebih mendalam ke dalam ruangan.

A A

2
ARSITEKTUR TROPIS 0
POTONGAN B-B

POTONGAN A-A
Gambar 4.7
Ketinggian bangunan untuk sirkulasi
udara

3. Perletakan ruang dalam dan taman


Selain konsep perletakan bukaan, juga terdapat konsep perletakan ruangan, dimana
ruangan yang ada di dalam bangunan agar memiliki konsep terbuka. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah penataan tiap – tiap ruangan agar memiliki hubungan dengan ruang luar.
Adanya hubungan tiap ruang dengan ruang luar mempengaruhi perletakan bukaan sehingga
aliran udara menjadi lebih maksimal. Masing – masing ruang pada objek rumah tinggal ini
sudah menggunakan konsep ruang terbuka. Berikut ilustrasinya.

Gambar 4.8
Orientasi ruang pada bangunan
terhadap taman

Setiap ruangan pada objek ditata agar semua ruang memiliki hubungan dengan ruang
luar dan memiliki bukaan ke arah taman sehingga udara dapat masuk ke setiap ruangan yang

2
ARSITEKTUR TROPIS
1
ada di dalam objek rumah tinggal. Hasilnya objek rumah tinggal ini sangat mengutamakan
penghawaan alami di dalam ruangan.
4. Penataan taman
Selain penataan sirkulasi udara di dalam bangunan berupa ventilasi atau bukaan dalam
bangunan juga perlu diperhatikan penataan ruang luar untuk sirkulasi udara dalam hal ini
adalah penataan taman. Berdasarkan pada pengamatan, angin pada objek dominan datang dari
arah Tenggara dan Barat Laut sehingga peletakan tanaman diletakkan di sebelah Utara
bangunan sebagai pereduksi angin terhadap bangunan sedangkan di bagian Selatan sudah
diantisipasi dengan dinding pembatas.Tanaman yang digunakan pada objek adalah pohon
cemara dan pohon kamboja dengan karakteristik daun yang rindang dan sedikit rapat serta
batang yang tinggi untuk mengalirkan angin ke arah bawah. Penataan taman selain di bagian
utara juga dilakukan di semua sisi agar penghawaan menjadi lebih optimal di dalam dan luar
bangunan.
Selain penataan taman, antara bangunan dengan tembok pembatas juga harus memiliki
jarak agar memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dan memudahkan udara masuk ke dalam
bangunan. sirkulasi udara pada objek di sisi Utara, Timur dan Barat cukup optimal sedangkan
pada bagian Selatan tidak terlalu optimal dikarenakan jarak antara bangunan dengan tembok
pembatas cukup dekat yaitu berkisar 1 – 1.5m. Oleh karena itu pemilik mengubah desain
denah tersebut dengan menghilangkan ruangan di dekat meja makan agar tidak ada ruangan
yang menempel pada tembok pembatas untuk memperlancar sirkulasi udara di sisi Selatan.

Gambar 4.9
Area sirkulasi udara di luar
bangunan

2
ARSITEKTUR TROPIS
2
Gambar 4.10
Vegetasi sebagai pereduksi
udara
4. 3 Radiasi Panas
Pada objek penggunaan sun shading device adalah untuk mengurangi radiasi panas
yang masuk ke dalam rumah, oleh sebab itu pada sebagian besar ruang yang memiliki jendela
dilengkapi dengan gorden. Warna gorden yang digunakan pun merupakan warna yang natural
dan lembut, sehingga penyerapan panasnya relatif kecil.

Gambar 4.11
Pemakaian gorden sebagai
sun shading device

2
ARSITEKTUR TROPIS
3
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Objek rumah yang dipilih sudah menerapkan strategi desain dari arsitektur tropis yaitu
dari segi kenyamanan thermal, aliran udara melalui bangunan, dan radiasi panas. Dari segi
kenyaman thermal terlihat dari penggunaan material bangunan yang tahan terhadap cuaca,
orientasi bangunan yang menghadap Utara-Selatan, Jumlah bukaan yang banyak, perletakan
bukaan yang ada di setiap sisi bangunan serta warna permukaan bangunan yang menggunakan
warna-warna cerah. Kemudian dari aspek aliran udara pada bangunan terlihat dari sistem
bukaan di dalam bangunan yang menggunakan sistem cross ventilation, tinggi plafond dari
lantai yang cukup tinggi sehingga aliran udara menjadi optimal, perletakan orientasi ruang
yang menghadap ke ruang luar / taman serta penataan vegetasi sebagai pereduksi angin.
Kemudian dari aspek radiasi matahari terlihat dari penggunaan gorden untuk mereduksi
radiasi panas matahari ke dalam bangunan. Bangunan rumah tinggal ini tentunya memiliki
kekurangan dalam desainnya yaitu sistem bukaan pada bangunan yang menggunakan sistem
jungkit bawah yang menyebabkan sedikitnya udara yang dapat masuk ke dalam bangunan.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan terkait desain arsitektur tropis pada objek observasi
adalah sebaiknya untuk penggunaan sistem bukaan diganti dengan penggunaan sistem bukaan
pivot atas bawah karena sistem jendela tersebut dapat memasukan udara dengan lebih optimal
dan tentunya tidak menghalangi pandangan ke luar.

2
ARSITEKTUR TROPIS
4
DAFTAR PUSTAKA

AB, Architect. 2013. Arsitektur Tropis. (Tersedia di


http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/arsitektur-tropis.html diakses tanggal 04
November 2016 pukul 23.26)
Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco Resorts:Planning and Design For The Tropics. United
Kingdom : Architectural Press.
CV. Yufa Karya Mandiri. 2012. Pengertian dan Konsep Arsitektur Tropis. (Tersedia di
http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-dan-konsep-
arsitektur-tropis.html diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.30)
Etterie. 2015. Arsitektur Tropis. (Tersedia di http://dokumen.tips/documents/arsitektur-tropis-
559ca10d1c7aa.html diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.00)
Frick, Heinz. 2007. Dasar – Dasar Arsitektur Ekologis Volume 1 dari Seri Eko-Arsitektur.
Yogyakarta : Kanisius.
Frick, Heinz. 2007. Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS. Yogyakarta : Kanisius.
Koenigsberger, Otto H. 1975. Manual of Tropical Housing & Building. California : Orient
Longman Private Limited.
Kreasi, Griya. 2009. 21 Desain Rumah Tropis Modern. Jakarta : Penebar Swadaya.
Larasati, Presty. 2009. Regionalisme Dalam Arsitektur. (Tersedia di
https://prestylarasati.wordpress.com/2009/02/02/regionalisme-dalam-arsitektur/
diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.18)
Lippsmeier, George. 1994. Bangunan Tropis. Jakarta : Erlangga.
Nidlom, Ahmad. 2001. Arsitektur Tropis. (Tersedia di
https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/ diakses tanggal 04 November
2016 pukul 23:48)

2
ARSITEKTUR TROPIS
5

Anda mungkin juga menyukai