Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan

Disusun oleh :
Kelompok 10 / Perikanan A

Dealitabela 230110170024
Vany Aulia P 230110170025
Ernita Anastasia 230110170039
Riva Hafidah 230110170042
Siti Ainun Nisah 230110170059

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Parasit dan Penyakit Ikan dengan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Parasit
dan Penyakit Ikan. Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan yang telah menyampaikan
materi dengan baik.
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi kelompok dan
juga pembaca. Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutya sangat dihargai, kami ucapkan terima kasih.

Jatinangor, Maret 2019

Kelompok 10

i
ii

DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Klasifikasi ........................................................................ 3
2.1.1 Cammallanus sp. ................................................................................. 3
2.1.2 Acantocephala sp. ............................................................................... 3
2.1.3 Echinorhynchus sp. ............................................................................ 4
2.2 Ciri Morfologi .......................................................................................... 4
2.2.1 Cammallanus sp. ................................................................................. 6
2.2.2 Acantocephala sp. ............................................................................... 7
2.2.3 Echinorhynchus sp. ............................................................................ 7
2.3 Siklus Hidup ............................................................................................. 7
2.3.1 Cammallanus sp. ................................................................................. 7
2.3.2 Acantocephala sp. .............................................................................. 8
2.3.3 Echinorhynchus sp. ............................................................................ 9
2.4 Gejala Klinis Pada Inang .......................................................................... 9
2.4.1 Cammallanus sp. ................................................................................ 9
2.4.2 Acantocephala sp. .............................................................................. 9
2.4.3 Echinorhynchus sp. ........................................................................... 10
2.5 Penanggulangan ...................................................................................... 10

III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau di permukaan tubuh
organisme lain (berbeda jenis), baik selamanya maupun sementara waktu, dengan
maksud memperoleh makanan untuk kelangsungan hidupnya (Ristiyanto et al
2004). Parasit merupakan organisme yang hidup untuk sementara dan menetap di
dalam atau pada permukaan organisme lain dengan maksud untuk mengambil
sebagian atau seluruh kebutuhan makanannya serta mendapat perlindungan dari
organisme lain tersebut.
Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan
yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat
penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan
misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat
baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan
menderita stress, salah satu Penyebab penyakit pada ikan ialah parasit yang hidup
di dalam tubuh ikan, karena semakin banyaknya ikan yang terkena berbagai macam
penyakit yang di sesabkan oleh parasit kita harus lebih mengetahui tentang parasit-
parasit yang dapat menyerang ikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari spesies parasit Camallanus Sp., Acantocephala
sp dan Echinorhynchus sp.
2. Mengetahui ciri-ciri dari gejala yang di timbulkan dari spesies parasit
Camallanus Sp., Acantocephala sp dan Echinorhynchus sp.
3. Mengetahui cara prnanggulangan dari spesies parasit Camallanus Sp.,
Acantocephala sp dan Echinorhynchus sp.

1
2

1.3 Tujuan
Memahami pengertian dari spesies parasit Camallanus Sp., Acantocephala sp
dan Echinorhynchus sp. Juga memahami tentang gejala yang ditimbulkan serta cara
penanggulannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pegertian dan Klasifikasi

2.1.1 Cammallanus sp.

Menurut Subandi (2010), cacing Camallanus merupakan cacing nematode yang


berukuran panjang 16,5 mm untuk cacing jantan dan 18,1 mm untuk cacing betika
serta memiliki bentuk tubuh silindris memanjang. mereka memiliki ciri khas yakni
adanya rongga kapsul yang terbuat dari dua katup lateral, cincin basal dan dua trident.
Betina gravid berisikan larva motil kira-kira panjangnya 0,5 mm. Camallanus sp. ini
memiliki kebiasaan menghisap darah sehingga menyebabkan anemia. Perlekatan
dengan rongga kapsulnya menyebabkan erosi pada mukosa.

Filum : Nemahelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Camallanoidea
Subordo : Camallanidae
Famili : Camallaninae
Genus : Camallanus
Spesies : Camallanus sp.

2.1.2 Acantocephala sp.

Acanthocephala berasal dari bahasa yunan Acanthos “duri” dan Kephale


“kepala” merupakan invertebrate sepanjang hidupnya sebagai parasit. Acanthocephala
disebut juga sebagai cacing kepala duri, bagian kepala cacing tersebut disebut
probiscus, kemudian bagian leher dan tubuh (Arios 2014).

Filum : Acanthocephala
Kelas : Palaeacanthocephala
Ordo : Echinorhynchidea
Famili : Rhadinorhynchidae
Genus : Acanthocephalus
Spesies : Acanthocephalus sp. (Kabata, 1985)

3
4

2.1.3 Echinorhynchus sp.

Sobecka (2012) menerangkan bahwa E. gadi merupakan cacing


acanthocephalan yang pada awalnya menginfeksi ikan laut di daerah Atlantik Utara
dan Pasifik Utara. Cacing ini paling sering ditemukan pada ikan laut khususnya
Atlantik cod, tetapi juga dapat menginfeksi ikan air payau dan air tawar (Bauer, 1987
dalam Sobecka, 2012).

Klasifikasi Echinorhynchus menurut Grabda (1991) :

Filum : Acanthocephala
Kelas : Palaeconthocephala
Ordo : Echinorhyncida
Famili : Echinorhyncidae
Genus : Echinorhynchus
Spesies : Echinorhynchus sp.

2.2 Ciri Morfologi

2.2.1 Cammallanus sp.

Gambar 1. Camallanus emydidius

Camallanus Sp. tubuhnya ditutupi oleh lapisan kutikula halus yang melintang
mulai dari ujung anterior sampai ujung ekor berwarna oranye sampai coklat. Bagian
5

ujung kepalanya membulat sedangkan bagian akhir ekor meruncing. Bagian


mulut terdapat celah sempit yang terbuka dengan sudut yang membulat. Terdapat
delapan papilla cephatic yaitu empat bagian papilla terletak lebih dekat dengan mulut
dan empat bagian papilla lainnya terletak dibagian luar mulut dan berbentuk bulat besar
(Irianto 2007).

Parasit ini memiliki ciri khas yaitu memiliki suatu buccal kapsul yang dilapisi
kutikula yang tebal dan sepasang lekukan pada buccal kapsul. Mulutnya seperti
penjepit yang kuat, berbingkai yang dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk.
Bentuk seperti ini akan membuat parasit ini dapat memegang dengan kuat ke dinding
usus dan tidak dapat lepas. Tempat berkaitnya cacing ini pada usus dapat terjadi
pendarahan. Mulut sampai esofagus memiliki dinding otot yang tebal, biasanya
esofagus dilapisi kutikula (Yolanda 2013).

Camallanus banyak menyerang Poecilidae dan jenis ikan ovipar lain sebagai
inang akhir (Yolanda 2013). Parasit ini akan kelihatan keluar dari anus dan berwarna
merah jika ikan diam tidak bergerak. Saat ikan mulai bergerak cacing masuk lagi ke
dalam usus sehingga anus akan terlihat menonjol. Cacing betina panjangnya dapat
mencapai 10 mm, sementara cacing jantan mencapai 3 mm. Infeksi Camallanus sering
diakibatkan oleh inang perantara lain seperti burung, krustasea atau larva serangga.
Namun kemungkinan besar infeksi terjadi melalui pakan alami. Camallanus sp
menginfeksi saluran pencernaan cychlids, guppies dan swordtails serta spesies lain ikan
air tawar. Biasanya infeksi pertama ditandai warna merah dan cacing menonjol dari
anus ikan.
6

2.2.2 Acantocephala sp.

Gambar 2. Bagian Tubuh Acantocephala sp.

Bentuk tubuh Acanthocephala ini adalah silindris memanjang ukuran kurang


lebih 1-2 cm, kecuali jenis Gigantorhynhus figas 10-65 cm. Jumlah spesies 1.150 telah
diuraikan. Jenis host (inang) Acanthocephala sebagai medium di antaranya adalah
invertebrate, vertebrata, burung dan mamalia. Duri yang terdapat pada proboscis
merupakan senjata yang terbentuk seperti mata kail berfungsi sebagai pengait dan
menempelkan dirinya pada bagian usus host atau inangnya. Parasit ini mampu hidup
dalam jaringan fisiologi hostnya serta mempunyai kemampuan hidup tanpa oksigen
atau anaerob (Grabda 2000).
Acanthocephala merupakan salah satu filum parasit yaitu dengan ciri - ciri
bentuk tubuh luar disebut proboscis, leher dan trunk. Filum cacing ini disebut juga
cacing kepala berduri karena ada kaitnya mirip duri pada proboscis. Acanthocephala
merupakan cacing yang berbentuk silinder, agak pipih, dan mempunyai proboscis yang
dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari tubuhnya yang beradadi ujung anterior tubuh.
Untuk mengidentifikasi spesies dari Acanthocephala adalah jumlah dan susunan kait
pada proboscis. Proboscis berbentuk bulat atau silindris dan dilengkapi baris-baris
kaitatau spina yang membengkakyang berguna untuk melekatkan tubuh cacing
tersebut pada usus inangnya (Noble 1989).
7

2.2.3 Echinorhynchus sp.

Gambar 2.3 Echinorhynchus gadi


Keterangan :
A. Tubuh E. gadi (skala bar 0,5 mm)
B. Proboscis E. gadi (skala bar 50 µm)

Echinorhynchus gadi jantan berukuran 7-9 mm, pada betina umumnnya lebih
panjang dari jantan dengan ukuran 14-18 mm. Bentuk tubuhnya pipih dan silindris,
serta terdapat rongga di dalam tubuhnya. Terdapat proboscis pada bagian anterior
(Gambar. 2.3) yang berupa kait-kait sejumlah 26-32 buah. Proboscis mempunyai
lapisan yang berdinding ganda. Kait-kait pada proboscis sangat tajam dengan akar yang
sederhana dan bulat. Pada rongga tubuh cacing betina terdapat telur yang telah matang.
Mempunyai uterus dan uterine bell pada bagian posterior tubuh (Bayoumy, et al. 2008).

2.3 Siklus Hidup

2.3.1 Camallanus sp.

Siklus hidup parasit ini yakni cacing dewasa Rongga kapsul Kelenjar esofagus
Usus Otot esofagus berkopulasi di ikan kemudian betinanya membawa larva menuju
lumen usus. Camallanus sp. ini merupakan cacing vivipar. Larva akhirnya berada di
air. Larva akan termakan kopepoda yang akan terinfeksi pada hemocoelnya. Kopepoda
sebagai inang antara yang berisi larva stadium ketiga (L3) dari Camallanus sp. tersebut
8

akan dimakan oleh inang akhir yakni ikan. Melalui ingesti dan digesti kopepoda, larva
cacing melekat pada mukosa dan berkembang menuju stadium dewasa pada ikan
sebagai inang akhir. Inang paratenik mungkin termasuk dalam siklus parasit ini, dengan
cara ini beberapa ikan membawa sejumlah besar larva dan akan berakhir pada saluran
pencernaan ikan.

Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu kematian, cacat dan anemia pada ikan
(Buchmann & Bresciani 2001). Camalanus sp. berkembang melalui keberadaan inang
antara. Kebanyakan larvanya dapat hidup bebas di air selama 12 hari. Larva parasit ini
menjadi makanan oleh cyclop krustasea dan berkembang dalam saluran pencernaan,
cyclop ini menjadi inang antara bagi camallanus sp., kemudian cyclop akan termakan
oleh ikan. Disini ikan akan menjadi inang definitif bagi camallanus jika ikan ini tidak
dimakan oleh ikan karnivor lebih besar. Parasit ini juga dapat berkembang tanpa inang
antara. Pada inang parasit ini dapat berkembang dan mencapai kematangan seksual
untuk kemudian melepaskan larvanya dan berkembang disana (Untergasser, 1989).

2.3.2 Acantocephala sp.

Acanthocephala memiliki siklus hidup yang kompleks, melibatkan beberapa


host pada tahap perkembangannya. Hospes awal pertama adalah moluska. Dalam
hospes perantara Acanthocephala bergek masuk melalui rogga tuguh ke dalam usus,
kemudian pada tahap ini akan melakukan transformasi infektif. Parasit kemudian
dilepaskan pada tahap dewasa oleh hospes pertama ketika dilepaskan parasit ini akan
membentuk dirinya seperti bulatan sehingga host berikutnya menelannya sebagai
makanan hingga ke usus, dalam usus parasit ini akan berkembang hingga dewasa.
belalai atau duri yang terdapat pada proboscis akan berkembang hingga menancap
diding usus host lebih lama semakin kuat.Pada tahap ini semua organ siap untuk
bereproduksi sebab kecapatan tumbuh dan berkembang lebih matang, kemudian
tumbuh dan berkembang pula organ seksnya. Cacing jantan akan melakukan hubungan
9

seks menggunakan eksresi kelenjar ke alat kelamin betina, kemudian perkembangan


embrio pada seekor betina dan terjadilah siklus kehidupan baru. (Grabda, 1991).

2.3.3 Echinorhynchus sp.

Siklus hidup E. Gadi melibatkan arthropoda sebagai inang antara di mana


perkembangan larva berlangsung dan vertebrata (inang definitif) sebagai tempat
pematangan cacing dan proses reproduksi terjadi. Telur dilepaskan dari rongga tubuh
cacing betina pada usus dari inang definitif dan dikeluarkan melalui feses ke perairan
bebas. Telur yang mengandung larva acanthor dimakan oleh amphipod (Corophium
spinicorne) dan berkembang menjadi larva acanthella. Kemudian acanthella
berkembang menjadi cystacanth yang merupakan fase infektif dari cacing. Inang
definitif yang memakan arthropoda menyebabkan cystacanth berkembang dalam tubuh
inang definitif menjadi cacing dewasa (Miller, 1977) Cara penularan Echinorhynchus
gadi melalui termakannya crustacea air yang mengandung acanthella oleh ikan (inang
definitif). Selama masa itu acanthella akan meletakkan dirinya kepada dinding usus
dengan proboscis dan akan tumbuh sampai dewasa (Sobecka, 2012). Cacing dewasa
yang menempel dengan bantuan proboscis yang berduri, jika dalam jumlah besar
Echinorhynchus gadi dapat merusak dinding usus dan menyebabkan terjadinya
pembesaran perut pada ikan (Mahasri dkk., 2008).

2.4 Gejala Klinis pada Inang

2.4.1 Camallanus sp.

Infeksi cacing Callamanus tidak menunjukkan gejala klinis, namun apabila


terinfeksi berat dapat menyebabkan ikan menjadi lemah, terdapat luka pada usus,
anemia, dan emasiasi (tubuh kurus dan kering) (Rigby 1997).

2.4.2 Acanthocepala sp.

Menurut Wahyuniati (2014) Cacing Acanthocepala dapat menimbulkan gejala


pendarahan pada usus. Apabila terinfeksi berat akan mengakibatkan pendarahan berat,
10

dan dapat menimbulkan kematian. Gejala yang terlihat adalah menurunnya nafsu
makan dan mukosa sekitar kulit ikan terlihat pudar dan pucat.

2.4.3 Echinorynchus sp.

Jika dalam jumlah besar Echinorhynchus dapat merusak dinding usus dan
menyebabkan terjadinya pembesaran perut pada ikan (Mahasri et al., 2008).

2.5 Penanggualangan Acanthocepala sp., Echinorynchus sp., Camallanus sp.

Upaya pencegahan menurut Afrianto et al. (2015) dapat dilakukan dengan cara
membersihkan dan mensterilkan media budidaya untuk mencegah tumbuhnya inang
perantara misalnya cacing tubifex. Pencegahan dan pengobatan juga dilakan pada
induk dan anak ikan. lakukan pengamatan secara berkelanjutan terhadap feses ikan,
necropsies dari ikan sampel, dan pengurangan inang perantara seperti burung pemakan
ikan dan cacing tubifex.

Pengobatan untuk mengatasi infeksi usus menurut Afrianto et al. (2015) dengan
menggunakan Fenbendazole dan Levamisol. Fenbendazole digunakan sebagai aditif
dalam pakan ikan dengan dosis 2,28 g/kg pakan dan diberikanan selama tiga hari.
Pengobatan dapat diulang hingga 2-3 minggu. Penggunaan Levamisol digunakan
sebagai aditif pakan atau dibuat larutan untuk merendam ikan yang terinfeksi. Dosis
yang digunakan sebagai aditif pakan adalah 3,6 g/kg pakan, diberikan sekali dalam
seminggu, dan berlangsung selama tiga minggu. Dosis Levamisol untuk merendam
ikan adalah 2 ppm (mg/l) dan perendaman ikan terinfeksi dilakukan selama 24 jam,
perendaman dapat diulang sampai tiga minggu.

Pengobatan terhadap nematoda yang menginfeksi selain dari saluran


pencernaan dengan cara melakukan tindakan operasi pengambilan cacing yang
menginfeksi organ dalam seperti otot atau hati. Prosedur ini tidak praktik dan sebaiknya
ikan yang terinfeksi segera dimusnahkan.
BAB III
PENTUTUP

3.1 Simpulan
1. Subandi (2010), cacing Camallanus merupakan cacing nematode yang
berukuran panjang 16,5 mm untuk cacing jantan dan 18,1 mm untuk cacing
betika serta memiliki bentuk tubuh silindris memanjang. Acanthocephala
berasal dari bahasa yunan Acanthos “duri” dan Kephale “kepala”
merupakan invertebrate sepanjang hidupnya sebagai parasit.
Acanthocephala disebut juga sebagai cacing kepala duri, bagian kepala
cacing tersebut disebut probiscus, kemudian bagian leher dan tubuh (Arios
2014).Enhinorhyncus sp. Adalah genus ccing parasitacanthocephalan,
mereka menyerang berbagai macam ikan air laur dan air tawar inng pertama
dari parasit tersebut biasanya adalah krustasea.
2. Infeksi cacing Callamanus tidak menunjukkan gejala klinis, namun apabila
terinfeksi berat dapat menyebabkan ikan menjadi lemah, terdapat luka pada
usus, anemia, dan emasiasi (tubuh kurus dan kering) (Rigby 1997). Menurut
Wahyuniati (2014) Cacing Acanthocepala dapat menimbulkan gejala
pendarahan pada usus. Apabila terinfeksi berat akan mengakibatkan
pendarahan berat, dan dapat menimbulkan kematian. Gejala yang terlihat
adalah menurunnya nafsu makan dan mukosa sekitar kulit ikan terlihat
pudar dan pucat. Jika dalam jumlah besar Echinorhynchus dapat merusak
dinding usus dan menyebabkan terjadinya pembesaran perut pada ikan
(Mahasri et al., 2008).
3. Upaya pencegahan menurut Afrianto et al. (2015) dapat dilakukan dengan
cara membersihkan dan mensterilkan media budidaya untuk mencegah
tumbuhnya inang perantara misalnya cacing tubifex. Pencegahan dan
pengobatan juga dilakan pada induk dan anak ikan. lakukan pengamatan
secara berkelanjutan terhadap feses ikan, necropsies dari ikan sampel, dan

11
12

4. pengurangan inang perantara seperti burung pemakan ikan dan cacing


tubifex.

3.2 Saran
Informasi mengenai parasit dan penyakit ikan dari berbagai filum masih
kurang, sehingga diperlukan banyak pengetahuan dan penelitian yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, et al. 2015. Penyakit Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Arios, Y.P. 2014. Identifikasi Cacing Parasit pada Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio
Linn).Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Bayoumy. E. M., S. A. El-Monem., K. A. E. Ammar. 2008. Ultrastructural Study of


Some Helminth Parasites Infecting The Goatfish, Mullus surmuletus
(Osteichthyes: Mullidae) from Syrt coast, Libya. Parasitic Dis. 12(6): 7-8.

Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. VHC and PWN-Polish Scientific


Publishers, New York. hal. 5-27.

Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology: An Outline. Weinheim. New York. PWN-
Polish Scientific Publisher. Warszawa

Grabda, J. 2000. Marine Fish Parasitology. Warszawa Polish Scientific Pub: New
York.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases Of Fish Cultured In The Tropics. Taylor and
Frances. London and Philadelphia. 318 hal.

Mahasri, G., S. Koesdarto, S. Subekti, dan Kismiyati. 2008. Parasit dan Penyakit Ikan
II. Buku Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya. hal. 26-63.

Mahasri, G., S. Koesdarto, S. Subekti, dan Kismiyati. 2008. Parasit dan Penyakit Ikan
II. Buku Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya. hal. 26-63.

Miller, R. L. 1977. The Biology of Two Species of Echinorhynchus (Acanthocephala)


from Marine Fishes in Oregon. Thesis. Oregon State University. US. 109 pp.

Noble, E.R. and G.A Noble. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan. (Diterjemahkan
Ardianto). Edisi 5. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

13
14

Rigby, M. C. 1997. The Camallanidae (Nematoda) of Indo-Pasific Fishes Taxonomy,


Ecology and Host-Parasite Coevolution. Proc. 5th Indo-Pac. FishConf.
633:644.

Sobecka, E. 2012. Genetic and Morphological Variation in Echinorhynchus gadi Zoega


in Muller, 1776 (Acanthocephala: Echinorhynchidae) from Atlantic Cod Gadus
morhua L. Journal of Helminthology, 86 : 16-25.

Sobecka, E. 2012. Genetic and Morphological Variation in Echinorhynchus gadi Zoega


in Muller, 1776 (Acanthocephala: Echinorhynchidae) from Atlantic Cod Gadus
morhua L. Journal of Helminthology, 86 : 16-25

Subandi. 2010. Mikrobiologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal 91.

Untergasser, D. 1989. Hand Book of Fish. Disease. TFH. Publications. Inc

Wahyuniati, Ismi. 2014. Bakteri Dan Cacing Parasitik Pada Hati Dan Saluran
Pencernaan Ikan Belut (Monopterus albus). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.

Yolanda Y. 2013. Komunitas Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Riau: Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai