Disusun oleh :
Kelompok 10 / Perikanan A
Dealitabela 230110170024
Vany Aulia P 230110170025
Ernita Anastasia 230110170039
Riva Hafidah 230110170042
Siti Ainun Nisah 230110170059
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Parasit dan Penyakit Ikan dengan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Parasit
dan Penyakit Ikan. Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan yang telah menyampaikan
materi dengan baik.
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi kelompok dan
juga pembaca. Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutya sangat dihargai, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 10
i
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Klasifikasi ........................................................................ 3
2.1.1 Cammallanus sp. ................................................................................. 3
2.1.2 Acantocephala sp. ............................................................................... 3
2.1.3 Echinorhynchus sp. ............................................................................ 4
2.2 Ciri Morfologi .......................................................................................... 4
2.2.1 Cammallanus sp. ................................................................................. 6
2.2.2 Acantocephala sp. ............................................................................... 7
2.2.3 Echinorhynchus sp. ............................................................................ 7
2.3 Siklus Hidup ............................................................................................. 7
2.3.1 Cammallanus sp. ................................................................................. 7
2.3.2 Acantocephala sp. .............................................................................. 8
2.3.3 Echinorhynchus sp. ............................................................................ 9
2.4 Gejala Klinis Pada Inang .......................................................................... 9
2.4.1 Cammallanus sp. ................................................................................ 9
2.4.2 Acantocephala sp. .............................................................................. 9
2.4.3 Echinorhynchus sp. ........................................................................... 10
2.5 Penanggulangan ...................................................................................... 10
III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Memahami pengertian dari spesies parasit Camallanus Sp., Acantocephala sp
dan Echinorhynchus sp. Juga memahami tentang gejala yang ditimbulkan serta cara
penanggulannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Filum : Nemahelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Camallanoidea
Subordo : Camallanidae
Famili : Camallaninae
Genus : Camallanus
Spesies : Camallanus sp.
Filum : Acanthocephala
Kelas : Palaeacanthocephala
Ordo : Echinorhynchidea
Famili : Rhadinorhynchidae
Genus : Acanthocephalus
Spesies : Acanthocephalus sp. (Kabata, 1985)
3
4
Filum : Acanthocephala
Kelas : Palaeconthocephala
Ordo : Echinorhyncida
Famili : Echinorhyncidae
Genus : Echinorhynchus
Spesies : Echinorhynchus sp.
Camallanus Sp. tubuhnya ditutupi oleh lapisan kutikula halus yang melintang
mulai dari ujung anterior sampai ujung ekor berwarna oranye sampai coklat. Bagian
5
Parasit ini memiliki ciri khas yaitu memiliki suatu buccal kapsul yang dilapisi
kutikula yang tebal dan sepasang lekukan pada buccal kapsul. Mulutnya seperti
penjepit yang kuat, berbingkai yang dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk.
Bentuk seperti ini akan membuat parasit ini dapat memegang dengan kuat ke dinding
usus dan tidak dapat lepas. Tempat berkaitnya cacing ini pada usus dapat terjadi
pendarahan. Mulut sampai esofagus memiliki dinding otot yang tebal, biasanya
esofagus dilapisi kutikula (Yolanda 2013).
Camallanus banyak menyerang Poecilidae dan jenis ikan ovipar lain sebagai
inang akhir (Yolanda 2013). Parasit ini akan kelihatan keluar dari anus dan berwarna
merah jika ikan diam tidak bergerak. Saat ikan mulai bergerak cacing masuk lagi ke
dalam usus sehingga anus akan terlihat menonjol. Cacing betina panjangnya dapat
mencapai 10 mm, sementara cacing jantan mencapai 3 mm. Infeksi Camallanus sering
diakibatkan oleh inang perantara lain seperti burung, krustasea atau larva serangga.
Namun kemungkinan besar infeksi terjadi melalui pakan alami. Camallanus sp
menginfeksi saluran pencernaan cychlids, guppies dan swordtails serta spesies lain ikan
air tawar. Biasanya infeksi pertama ditandai warna merah dan cacing menonjol dari
anus ikan.
6
Echinorhynchus gadi jantan berukuran 7-9 mm, pada betina umumnnya lebih
panjang dari jantan dengan ukuran 14-18 mm. Bentuk tubuhnya pipih dan silindris,
serta terdapat rongga di dalam tubuhnya. Terdapat proboscis pada bagian anterior
(Gambar. 2.3) yang berupa kait-kait sejumlah 26-32 buah. Proboscis mempunyai
lapisan yang berdinding ganda. Kait-kait pada proboscis sangat tajam dengan akar yang
sederhana dan bulat. Pada rongga tubuh cacing betina terdapat telur yang telah matang.
Mempunyai uterus dan uterine bell pada bagian posterior tubuh (Bayoumy, et al. 2008).
Siklus hidup parasit ini yakni cacing dewasa Rongga kapsul Kelenjar esofagus
Usus Otot esofagus berkopulasi di ikan kemudian betinanya membawa larva menuju
lumen usus. Camallanus sp. ini merupakan cacing vivipar. Larva akhirnya berada di
air. Larva akan termakan kopepoda yang akan terinfeksi pada hemocoelnya. Kopepoda
sebagai inang antara yang berisi larva stadium ketiga (L3) dari Camallanus sp. tersebut
8
akan dimakan oleh inang akhir yakni ikan. Melalui ingesti dan digesti kopepoda, larva
cacing melekat pada mukosa dan berkembang menuju stadium dewasa pada ikan
sebagai inang akhir. Inang paratenik mungkin termasuk dalam siklus parasit ini, dengan
cara ini beberapa ikan membawa sejumlah besar larva dan akan berakhir pada saluran
pencernaan ikan.
Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu kematian, cacat dan anemia pada ikan
(Buchmann & Bresciani 2001). Camalanus sp. berkembang melalui keberadaan inang
antara. Kebanyakan larvanya dapat hidup bebas di air selama 12 hari. Larva parasit ini
menjadi makanan oleh cyclop krustasea dan berkembang dalam saluran pencernaan,
cyclop ini menjadi inang antara bagi camallanus sp., kemudian cyclop akan termakan
oleh ikan. Disini ikan akan menjadi inang definitif bagi camallanus jika ikan ini tidak
dimakan oleh ikan karnivor lebih besar. Parasit ini juga dapat berkembang tanpa inang
antara. Pada inang parasit ini dapat berkembang dan mencapai kematangan seksual
untuk kemudian melepaskan larvanya dan berkembang disana (Untergasser, 1989).
dan dapat menimbulkan kematian. Gejala yang terlihat adalah menurunnya nafsu
makan dan mukosa sekitar kulit ikan terlihat pudar dan pucat.
Jika dalam jumlah besar Echinorhynchus dapat merusak dinding usus dan
menyebabkan terjadinya pembesaran perut pada ikan (Mahasri et al., 2008).
Upaya pencegahan menurut Afrianto et al. (2015) dapat dilakukan dengan cara
membersihkan dan mensterilkan media budidaya untuk mencegah tumbuhnya inang
perantara misalnya cacing tubifex. Pencegahan dan pengobatan juga dilakan pada
induk dan anak ikan. lakukan pengamatan secara berkelanjutan terhadap feses ikan,
necropsies dari ikan sampel, dan pengurangan inang perantara seperti burung pemakan
ikan dan cacing tubifex.
Pengobatan untuk mengatasi infeksi usus menurut Afrianto et al. (2015) dengan
menggunakan Fenbendazole dan Levamisol. Fenbendazole digunakan sebagai aditif
dalam pakan ikan dengan dosis 2,28 g/kg pakan dan diberikanan selama tiga hari.
Pengobatan dapat diulang hingga 2-3 minggu. Penggunaan Levamisol digunakan
sebagai aditif pakan atau dibuat larutan untuk merendam ikan yang terinfeksi. Dosis
yang digunakan sebagai aditif pakan adalah 3,6 g/kg pakan, diberikan sekali dalam
seminggu, dan berlangsung selama tiga minggu. Dosis Levamisol untuk merendam
ikan adalah 2 ppm (mg/l) dan perendaman ikan terinfeksi dilakukan selama 24 jam,
perendaman dapat diulang sampai tiga minggu.
3.1 Simpulan
1. Subandi (2010), cacing Camallanus merupakan cacing nematode yang
berukuran panjang 16,5 mm untuk cacing jantan dan 18,1 mm untuk cacing
betika serta memiliki bentuk tubuh silindris memanjang. Acanthocephala
berasal dari bahasa yunan Acanthos “duri” dan Kephale “kepala”
merupakan invertebrate sepanjang hidupnya sebagai parasit.
Acanthocephala disebut juga sebagai cacing kepala duri, bagian kepala
cacing tersebut disebut probiscus, kemudian bagian leher dan tubuh (Arios
2014).Enhinorhyncus sp. Adalah genus ccing parasitacanthocephalan,
mereka menyerang berbagai macam ikan air laur dan air tawar inng pertama
dari parasit tersebut biasanya adalah krustasea.
2. Infeksi cacing Callamanus tidak menunjukkan gejala klinis, namun apabila
terinfeksi berat dapat menyebabkan ikan menjadi lemah, terdapat luka pada
usus, anemia, dan emasiasi (tubuh kurus dan kering) (Rigby 1997). Menurut
Wahyuniati (2014) Cacing Acanthocepala dapat menimbulkan gejala
pendarahan pada usus. Apabila terinfeksi berat akan mengakibatkan
pendarahan berat, dan dapat menimbulkan kematian. Gejala yang terlihat
adalah menurunnya nafsu makan dan mukosa sekitar kulit ikan terlihat
pudar dan pucat. Jika dalam jumlah besar Echinorhynchus dapat merusak
dinding usus dan menyebabkan terjadinya pembesaran perut pada ikan
(Mahasri et al., 2008).
3. Upaya pencegahan menurut Afrianto et al. (2015) dapat dilakukan dengan
cara membersihkan dan mensterilkan media budidaya untuk mencegah
tumbuhnya inang perantara misalnya cacing tubifex. Pencegahan dan
pengobatan juga dilakan pada induk dan anak ikan. lakukan pengamatan
secara berkelanjutan terhadap feses ikan, necropsies dari ikan sampel, dan
11
12
3.2 Saran
Informasi mengenai parasit dan penyakit ikan dari berbagai filum masih
kurang, sehingga diperlukan banyak pengetahuan dan penelitian yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arios, Y.P. 2014. Identifikasi Cacing Parasit pada Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio
Linn).Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology: An Outline. Weinheim. New York. PWN-
Polish Scientific Publisher. Warszawa
Grabda, J. 2000. Marine Fish Parasitology. Warszawa Polish Scientific Pub: New
York.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases Of Fish Cultured In The Tropics. Taylor and
Frances. London and Philadelphia. 318 hal.
Mahasri, G., S. Koesdarto, S. Subekti, dan Kismiyati. 2008. Parasit dan Penyakit Ikan
II. Buku Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya. hal. 26-63.
Mahasri, G., S. Koesdarto, S. Subekti, dan Kismiyati. 2008. Parasit dan Penyakit Ikan
II. Buku Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya. hal. 26-63.
Noble, E.R. and G.A Noble. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan. (Diterjemahkan
Ardianto). Edisi 5. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
13
14
Wahyuniati, Ismi. 2014. Bakteri Dan Cacing Parasitik Pada Hati Dan Saluran
Pencernaan Ikan Belut (Monopterus albus). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.