Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Oleh :
D07160033
2018/2019
DAFTAR ISI
MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENELITIAN
i
MASALAH
1
Matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri dan dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam
Murniati, 2003:46). Peranan matematika sangat penting dalam kehidupan dan
pengembangan pengetahuan. Mengingat hal tersebut, sudah seharusnya konsep-
konsep yang ada dalam matematika dapat dipelajari dengan baik oleh siswa.
2
(Azzumarito, 2014: 75). Sejalan dengan itu, hasil PISA tahun 2015 menunjukkan
bahwa Indonesia berada pada peringkat 63 dari 70 negara, (Larasati, N. dkk,
2017: 36). Ini membuktikan bahwa kemampuan peserta didik di Indonesia masih
sangat rendah dibandingkan dengan negara maju dan negara berkembang lainnya.
Masalah adalah situasi yang mana siswa memperoleh tujuan dan harus
menemukan makna untuk mencapainya, (Prabawanto, 2009). Secara umum,
masalah adalah suatu ketidakmampuan seseorang untuk mengatasi masalah yang
sedang dihadapi. Sebagian ahli pendidikan matematika menyatakan masalah
adalah pertanayaan yang harus dijawab dan direspon. Akan tetapi, tidak semua
jenis pertanyaan dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk masalah. Suatu
pertanyaan dapat dikategorikan sebagai masalah apabila pertanyaan tersebut
menunjukkan tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur secara rutin
yang diketahui oleh pelaku.
3
Sementara itu, NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)
menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa,
yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan
koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Sedangkan
menurut Posamentier dan Stepelmen, sebagaimana dikutip oleh Dewanti (2011:
36), NCSM (National Council of Science Museum) menempatkan pemecahan
masalah sebagai urutan pertama dari 12 komponen esensial matematika.
Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan aspek yang sangat penting dalam matematika. Akan tetapi,
kebanyakan siswa di Indonesia masih memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis yang lemah. Terbukti dari hasil studi TIMSS (Trends International
Mathematics and Science Study) pada tahun 1998 Indonesia menduduki peringkat
34 dari 38 negara, pada tahun 2003 Indonesia menduduki peringkat 34 dari 45
negara, dan pada tahun 2007 Indonesia menduduki peringkat 36 dari 49 negara.
Indonesia mengikuti studi TIMSS dari tahun 1999, 2003, dan 2007 akan tetapi,
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia relatif konstan,
tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kemudian, hasil studi TIMSS
pada tahun 2011 pun tidak menunjukkan perkembangan terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa di Indonesia. Pada tahun 2011 Indonesia menduduki
peringkat 38 dari 42 negara, (Nina, V.Y, 2016: 21).
4
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Cikedal yang bernama Ade
Rukiyah, S.Pd. menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa di SMP Negeri 1 Cikedal tergolong masih rendah. Masalah yang paling
menonjol di sekolah tersebut adalah kurangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan soal-soal yang diberikan oleh guru. Hal ini ditandai dengan siswa
kesulitan dalam menyususun jawaban terhadap soal-soal matematika yang
biasanya terstruktur dan eksplisit, yaitu mulai dari apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, dan konsep apa yang digunakan untuk memecahkan masalah itu, serta
strategi dan teknik yang akan digunakan sehingga siswa bisa dengan mudah
menemukan solusinya.
5
model pembelajaran yang lebih bervariatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sumartini (2016) bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa, perlu didukung oleh metode pembelajaran yang tepat, (Cahyani, H. dan
Wahyu, R.S, 2016: 151).
6
diharapkan agar kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat lebih
baik lagi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Implementasi Model Pembelajaran Kumon Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Negeri 1 Cikedal”.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
7
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui apakah impementasi model pembelajaran kumon dapat
meningkatkan kemampuan pemechan masalah matematis siswa SMP Negeri 1
Cikedal”.
F. Manfaat Penelitian
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah
Masalah atau dalam bahasa Inggris disebut dengan “Problem”,
didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai
dengan yang diharapkan. Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan
yang harus diselesaikan. Umumnya, masalah disadari ada saat seorang individu
menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang
diinginkan. Akan tetapi, setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai masalah. Menurut
Newell dan Simon, sebagaimana dikutip oleh Rofiqoh, Z. (2015: 18), masalah
adalah suatu situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu
cara atau tindakan yang diperlukan untuk memperoleh apa yang dia inginkan.
Hudojo, sebagaimana dikutip oleh Yuwono(2010: 35), menyatakan
bahwa sesuatu disebut masalah bagi siswa jika: (1) pertanyaan yang
dihadapkan kepada peserta didik harus dapat dimengerti oleh peserta didik
tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk
menjawab, dan (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur
rutin yang telah diketahui peserta didik. Sejalan dengan itu Labibah, U. (2016:
11) menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika
pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak
dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah
diketahui si pelaku.
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Setiap masalah yang datang pada diri
seseorang pasti mengakibatkan orang tersebut agar setidaknya mau berusaha
untuk menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi sesuai dengan
kemampuan dirinya. Sehingga pada akhirnya ia harus menggunakan berbagai
9
cara seperti berpikir, mencoba dan bertanya agar masalah yang ia hadapi bisa
terselesaikan. Bahkan dalam hal ini, proses penyelesaian masalah antara satu
orang dengan orang yang lain kemungkinan berbeda. Karena setiap orang
memiliki cara tersendiri untuk dapat menyelesaikan masalahnya.
Pemecahan masalah merupakan proses menerima masalah dan berusaha
memecahkan masalah tersebut. Menurut Saad & Ghani (2008: 120),
pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan
agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin
tidak didapat dengan segera. Sedangkan menurut Polya (1973: 3)
mendefinisikan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan.
Pemecahan masalah merupakan salah satu aspek yang penting dalam
pembelajaran matematika. pemecahan masalah juga merupakan kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan pemecahan masalah
menjadi salah satu kompetensi yang harus dikembangkan pada pembelajaran
matematika. pentingnya kemampuan pemecahan masalah juga diperjelas oleh
Branca (Labibah U, 2016: 12) sebagai berikut:
a. Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika.
b. Pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi
merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
c. Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar
matematika.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan kapasitas seseorang dalam
melakukan beragam cara yang dilakukan untuk memperoleh solusi dari suatu
permasalahan yang sedang ia hadapi baik dengan cara berpikir, mencoba
ataupun bertanya.
Setiap kali siswa memecahkan suatu masalah, itu berarti bahwa ia
sedang mempelajari sesuatu yang baru, karena memecahkan masalah adalah
suatu bentuk belajar. Cara yang terbaik yang bisa guru lakukan dalam
10
membimbing siswa untuk melakukan pemecahan masalah dari suatu soal
khususnya dalam pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah.
b. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Berdasarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Nasional (KTSP) oleh
Departemen Pendidikan Nasional (Khalidah, N, 2016: 19) menyebutkan
langkah-langkah pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut:
1) Memahami soal, yaitu memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau
informasi yang diberikan, apa yang ditanya, diminta untuk dicari, atau
dibuktikan.
2) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan masalah yaitu misalkan
menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan
menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang
relevan untuk membuat model atau kalimat matematika.
3) Menyelesaikan model, yaitu melakukan operasi hitung secara benar dalam
menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah.
4) Menafsirkan solusi yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran
jawaban serta apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula.
Langkah-langkah penyelesaian soal di atas tercakup dalam empat
langkah yang dikemukakan oleh Polya, yaitu memahami masalah,
melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan meninjau kembali hasil
pemecahan. Empat tahap pemecahan masalah menurut Polya (1973: 5) adalah
sebagai berikut:
Memahami Masalah
Gambar 2.1
Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah Polya
11
Menurut Polya (1973: 5-17) sebagaimana dikutip oleh Rofiqoh,
Z(2015: 21), empat tahap pemecahan masalah Polya dirinci sebagai berikut:
1) Memahami Masalah (understand the problem)
Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah memahami soal.
Siswa perlu mengidentifikasi apa yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah,
hubungan dan nilai-nilai yang terkait serta apa yang sedang mereka cari.
Beberapa saran yang dapat membantu siswa dalam memahami masalah yang
kompleks:
a) Memberikan pertanyaan mengenai apa yang diketahui dan dicari
b) Menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat sendiri
c) Menghubungkannya dengan masalah lain yang serupa
d) Fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut
e) Mengembangkan model
f) Menggambar diagram
2) Membuat Rencana (devise a plan)
Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini bisa
dilakukan siswa dengan cara seperti:
a) Menebak
b) Mengembangkan sebuah model
c) Mensketsa diagram
d) Menyederhanakan masalah
e) Mengidentifikasi pola
f) Membuat tabel
g) Eksperimen dan simulasi
h) Bekerja terbalik
i) Menguji semua kemungkinan
j) Mengidentifikasi sub-tujuan
k) Membuat analogi
l) Mengurutkan data atau informasi
12
3) Melaksanakan rencana penyelesaian (carry out the plan)
Apa yang diterapkan jelaslah tergantung pada apa yang telah
direncanakan sebelumnya dan juga termasuk hal-hal berikut:
a) Mengartikan informasi yang diberikan ke dalam bentuk matematika.
b) Melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan yang
berlangsung. Secara umum pada tahap ini siswa perlu mempertahankan
rencana yang sudah dipilih. Jika semisal rencana tersebut tidak bisa
terlaksana, maka siswa dapat memilih cara atau rencana lain.
4) Melihat Kembali (looking back)
Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali
langkah-langkah yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah,
yaitu:
a) Mengecek kembali semua informasi yang penting yang telah
teridentifikasi
b) Mengecek semua penghitungan yang sudah terlibat
c) Mempertimbangkan apakah solusinya logis
d) Melihat alternatif penyelesaian yang lain
e) Membaca pertanyaan kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah
pertanyaannya sudah benar-benar terjawab
13
c) Faktor kognitif, seperti kemampuan membaca, berwawasan (spatial
ability), kemampuan menganalisis, keterampilan menghitung dan
sebagainya.
14
c) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan
masalah baru) dalam atau diluar matematika.
d) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal.
e) Menggunakan matematika secara bermakna.
Selanjutnya, penelitian ini akan menggunakan indikator yang diukur
berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah Polya yang meliputi: 1)
Memahami masalah (understand the problem); 2) Membuat Rencana (devise a
plan); 3) melaksanakan rencana penyelesaian(carry out the plan); 4) melihat
kembali (looking back). Hal ini dimaksudkan supaya siswa lebih terampil
dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu terampil dalam menjalankan
prosedur-prosedur dalam menyelesaikan masalah secara cepat dan cermat.
Selain itu, menurut Saad & Ghani (2008: 121), tahap pemecahan masalah
menurut Polya juga digunakan secara luas di kurikulum matematika di dunia
dan merupakan tahap pemecahan masalah yang jelas.
Sementara itu, indikator dari tahap pemecahan masalah menurut Polya
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Indikator Pemecahan Masalah
No Tahap Pemecahan Masalah Indikator
a) Mengetahui apa saja yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah;
1 Memahami masalah
dan b) menjelaskan masalah sesuai
dengan kalimat sendiri.
a) Menyederhanakan masalah; b)
mampu membuat eksperimen dan
simulasi; c) mampu mencari sub-tujuan
2 Membuat rencana
(hal-hal yang perlu dicari sebelum
menyelesaikan masalah); d)
mengurutkan informasi.
3 Melaksanakan Rencana a) Mengartikan masalah yang
15
Penyelesaian diberikan dalam bentuk kalimat
matematika, dan b) melaksanakan
strategi selama proses dan
penghitungan berlangsung.
a) Mengecek semua informasi dan
penghitungan yang terlibat; b)
mempertimbangkan apakah solusinya
logis ; c) melihat alternatif penyelesaian
4 Melihat Kembali
yang lain; d) membaca pertanyaa
kembali; e) bertanya kepada diri
sendiriapakah pertanyaan sudah
terjawab.
16
SMA atau sederajat dan bahkan dapat digunakan diluar dari sistem pendidikan
formal.
Adapun prinsip dasar metode kumon yang telah disebarluaskan ke
Indonesia pada Oktober 1993 ini adalah pengakuan tentang potensi dan
kemampuan individu setiap siswa. Sesuai dengan misi yang telah ditetapkan
pada metode Kumon yaitu dengan menggali potensi yang ada pada setiap
individu dan dengan mengembangkan kemampuan secara maksimal, maka
akan terbentuk manusia yang sehat dan berbakat yag dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi masyarakat, (Nanda, M.S, 2015: 24).
17
Dengan menggali potensi setiap individu, kumon mendorong setiap siswa
untuk menjadi yang terbaik dengan kemampuan sendiri.
Model pembelajaran kumon merupakan model pembelajaran
perseorangan dengan level tertentu. Siswa dituntun untuk mengerjakan dengan
kemampuannya sendiri. Jadi, model pembelajaran kumon adalah model
pembelajaran yang mementingkan cara belajar perseorangan. Di dalam model
pembelajaran kumon ini juga menuntut pendekatan sang guru agar dapat
mengetahui pada level mana kemampuan siswa tersebut, sehingga guru dapat
memberikan bimbingan dengan efektif dan tepat.
18
yang tepat untuknya. Langkah-langkah model pembelajaran kumon yang telah
dipaparkan di atas adalah langkah-langkah yang diterapkan dalam program
kumon, bukan untuk di sekolah. Karena model pembelajaran kumon yang
diterapkan di sekolah yaitu sebatas penyajian konsep dan materi, kemudian
memberikan latihan pada peserta didik, setelah peserta didik selesai
mengerjakan latihan langsung diperiksa dan dinilai oleh guru.
19
e. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran Kumon
1) Bimbingan Perseorangan
2) Step-step kecil
3) Kemandirian belajar
20
mengeluarkan yang terbaik sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri
untuk mencoba soal yang lebih sulit.
21
Peneliti ingin menekankan bahwa model pembelajaran kumon
berbeda dengan model kumon pada kursus kumon, karena dalam kursus
kumon yang dihadapi pendidik dalam satu kelas adalah peserta didik yang
tingkat kemampuannya berbeda-beda dan level yang dipelajarinya juga
berbeda-beda. Yang menyebabkan materi yang diterima oleh peserta didik di
kelas kumon pasti berbeda-beda. Akan tetapi dalam model pembelajaran
kumon yang peneliti maksud yaitu materi pelajaran yang dibahas sama untuk
satu kelas, akan tetapi latihan yang diberikan pada peserta didik secara
bertahap berbeda tingkat kesukarannya dan dikerjakan oleh masing-masing
peserta didik disesuaikan dengan kemampuan mereka. Di sini penerapan
model kumon lebih menekankan pada potensi dan kemampuan yang berbeda
pada tiap siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa yang ditetapkan dalam
model pembelajaran kumon lebih menekankan pada belajar perseorangan.
22
B. Penelitian yang Relevan
23
C. Kerangka Berpikir
24
yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student oriented). Salah satu
cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara guru mengusahakan
agar dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dan menempatkan siswa
sebagai pusat dari pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah
model pembelajaran kumon.
D. Hipotesis Penelitian
25
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Rincian Kegiatan Penelitian
Waktu Penelitian
N Jenis
November Desember Januari Februari Maret
o Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1
Judul
Penyusun
2 an
Proposal
Selesai
3
Proposal
Seminar
4
Proposal
26
B. Profil Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Cikedal
Alamat : Jl. Stasiun Babakanlor
Kode Pos : 42271
Kecamatan : Cikedal
Kabupaten/Kota : Pandeglang
Provinsi : Banten
Waktu Penyelenggaraan : Pagi
NPSN : 20600582
Akreditas : B
Status : Negeri
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
SK Pendirian Sekolah : Kemendikbud RI/0216/0/1992
Tanggal SK Pendirian : 1992-05-05
SK Izin Operasional : Kemendikbud RI/0216/0/1992
Tanggal SK Izin Operasional : 1992-05-05
C. Metode Penelitian
27
Desain eksperimen semu (Quasy-Eksperiment design) yaitu desain yang
memiliki kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini
mempunyai dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kumon, sedangkan pada kelompok
kontrol mendapat perlakukan pembelajaran matematika dengan metode ceramah.
Rancangan yang digunakan dalam penelitia ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
2. Sampel
28
Tabel 3.3
Data Siswa Kelas VIII A dan VIII B yang Menjadi Sampel Penelitian
Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
VIII A 13 16 29
VIII B 14 14 28
Jumlah 27 30 57
29
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Metode Tes
30
mengetahui apakah soal tersebut memenuhi syarat soal tes yang baik yaitu
dengan menghitunga validitas tiap butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan
indeks kesukaran tiap butir soal.
3. Dokumentasi
F. Instrumen Penelitian
31
butir soal. Nilai kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
diperoleh secara terintegral dengan melihat tingkat solusi. Cara ini dikemukakan
oleh Malone (1980: 204) dengan memberikan rubrik skoring untuk soal soal
pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Pada penelitian ini digunakan standar mutlak untuk menentukan nilai yang
diperoleh peserta didik, yaitu dengan menggunakan formula sebagai berikut:
32
Keterangan:
Uji instrumen yang baik dan dapat dipercaya adalah instrumen yang
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji coba tes
kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa bertujuan untuk
mengukur validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keadaan
atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk mengukur kevalidan soal, peneliti
mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus korelasi Pearson
product moment (Arikunto, 2013: 213).
Rumus korelasi pearson product moment adalah sebagai berikut:
Keterangan:
:Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan
: Skor Butir Soal
: Skor Total tiap butir soal
: Jumlah siswa uji coba (testee)
Berdasarkan pengujian ini soal dinyatakan valid atau tidaknya jika
hasil perhitungan nilai koefisien korelasi ( lebih dari nilai atau
untuk mengklasifikasikan koefisien korelasi dapat digunakan pedoman
kategori seperti pada tabel dibawah (Suherman, 2003).
33
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Validitas
Batasan Kategori
Validitas sangat tinggi
Validitas tinggi
Validitas sedang
Validitas rendah
Validitas sangat rendah
Tidak valid
(Diana, P., 2018: 52)
b. Uji Reliabilitas
Keterangan:
1 : bilangan konstanta
34
Jumlah varians skor setiap item dan varians total, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Suherman, 2003: 154) sebagai berikut:
n : jumlah siswa
Tabel 3.6
Kriteria Reliabilitas
Pengujian indeks kesukaran dari setiap item soal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah soal tersebut mudah, sedang atau sukar. Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya,
sebaiknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa
35
dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauan
(Arikunto, 2005). Indeks kesukaran diberi simbol yang dapat dihitung
dengan rumus: (Lestari, 2015)
Keterangan:
: Indeks kesukaran
: Rata-rata skor
36
Keterangan:
: Daya pembeda
Tabel 3.8
2. Uji N-Gain
37
Tabel 3.9
Kriteria N-Gain
Nilai N-Gain Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
3. Uji Prasyarat
Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal
dari tes awal dan tes akhir yang diberikan terhadap kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Setelah data terkumpul kemudian data tersebut diolah
dan dianalisis guna menjawab hipotesis yang telah diajukan. Uji prasyarat
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
(Rumus Sturgess)
38
5. Menentukan rata-rata atau Mean
Keterangan:
² = Chi-kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
39
fe = Frekuensiyang diharapkan
g) Membandingkan ( dengan (
Kaidah keputusan:
2 2
Jika jika hitung tabel maka distribusi data normal.
2 2
jika hitung tabel maka distribusi data tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama atau tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Untuk menguji homogenitas
variansi digunakan langkah-langkah sebagai berikut: (Riduwan, 2010: 186)
1. Menghitung varians terbesar dan varians terkecil
atau
40
Pasangan dan yang telah dirumuskan dan yang telah kita isi
akan dituliskan dalam bentuk :
4) Berikan Kesimpulan
b. Rumus-rumus pengujian hipotesis
1) Jika data bersifat normal dan kedua variansnya homogen, maka uji
hipotesis dengan menggunakan rumus:
2) Jika data normal tetapi variansnya tidak homogen maka rumus yang
digunakan adalah:
3) Jika data bersifat tidak normal dan tidak homogen serta data tidak normal
dan homogen maka pengujian bisa dilakukan dengan uji tanda atau
wilcoxon.
H. Hipotesis Statistik
41
Hipotesis statistik adalah pernyataan statistik tentang populasi yang
diteliti, (Riduwan, 2010: 174). Hipotesis statistik ini dirumuskan untuk
menjelaskan gambaran dan parameter apa dari populasi.
Keterangan :
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Hidayati, F. (2010). Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16
Yogyakarta Dalam Mempelajari Aljabar. Skripsi Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta:
http://core.ac.uk/download/pdf/110600082.pdf
Indrawan, R. dan Yaniawati, P. (2016). Metodologi Penelitian. Bandung: Refika
Aditama.
Khalidah, N. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII MTsN Cot Gleumpang.
Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN AR-Raniry Darussalam
Banda Aceh
Karyanti (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kumon Terhadap Pemahaman
Matematis Ditinjau dari Gaya Kognitif Peserta Didik pada Mata
Pelajaran Matematika Kelas VIII SMP Negeri Satu Atap 4 Pesawaran.
Skripsi pada Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung :
http://repository.radenintan.ac.id/752/1/Skripsi_Lengkap_Karyanti_2222.p
df
Labibah, U. (2016). “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) Pada Materi Himpunan Siswa Kelas Vii MTs Tanbihul
Ghofilin Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Walisongo Semarang:
http://eprints.walisongo.ac.id/5914/1/123511078.pdf
Larasati, N. dkk. (2017) “Literasi Matematika pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Pancasakti Tegal”. Jurnal pendidikan MIPA Pancasakti. Vol.
1. No. 1
Nina, V.Y. (2016). “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Melalui Metode Pembelajaran Metode Inkuiri Berbantu Software
Algebrator”. JPPM. Vo.. 9, No. 1
44
Novianti, R. Wahyuni, R. (2018). “Pengaruh Model Pembelajaran Kumon
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi persamaan
Kuadrat yang Berbantuan Software Algebrator di Kelas X IPA SMA
Negeri 2 Peusangan”. Majalah Ilmiah Universitas Almuslim. Vol. 10.No. 3
Nurkholis. (2013). “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi”. Jurnal
Kependidikan. Vol. 1. No. 1
Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rofiqoh, Z (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas X dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya
Belajar Siswa. Skripsi pada Prodi Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang :
http://lib.unnes.ac.id/22322/1/410141105-s.pdf
Saad, N.S. & Ghani, A. S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:
Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiman. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP
Problematika dan Cara Melatihkannya. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Belajar Mengajar Kontemporer. Bandung :
Depdikbud.
Sutrisno, E. dkk. (2015). “Keefektivan Penggabungan Model Pembelajaran
Kumon dan Teams Games Turnament Berbasis Pendidikan Karakter
Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik pada Materi Statistika Kelas VII”.
JKPM. Vol. 2. No. 2
Syaharuddin. (2016). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
dalam Hubungannya dengan Pemahaman Konsep Ditinjau dari Gaya
Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto. Tesis
Prodi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Makassar: http://eprints.unm.ac.id/4405/1/SYAHARUDDIN.pdf
45