Anda di halaman 1dari 101

MODUL

HIDROLIKA

OLEH :
ZULIS ERWANTO, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
BANYUWANGI
2015
Daftar Isi

DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup .................................................................... 1
1.2 Sifat-sifat Fluida ...................................................................................... 1
1.3 Dimensi dan Satuan ............................................................................... 2
1.3.1 Dimensi.......................................................................................... 2
1.3.2 Satuan ........................................................................................... 3
1.4 Massa dan Berat Fluida ......................................................................... 7
1.5 Tegangan Permukaan ........................................................................... 10
1.6 Kapilaritas .............................................................................................. 11
1.7 Tekanan Uap ......................................................................................... 12

BAB II HIDROSTATIKA
2.1 Tekanan Air pada Sebuah Titik............................................................... 14
2.2 Persamaan Dasar Tekanan pada Sebuah Bidang ................................ 15
2.3 Pengukuran Tekanan.............................................................................. 17
2.3.1 Satuan dan Skala.............................................................. ............. 17
2.4 Manometer.............................................................................................. 17
2.5 Tekanan Hidrostatika Pada Bidang Sebuah Bidang Permukaan Yang Datar 20
2.5.1 Gaya Hidrostatika Yag Bekerja Pada Bidang datar horizontal ..... 20
2.5.2 Gaya Hidrostatika Yag Bekerja Pada Bidang datar Yang
Terletak Miring di Dalam Cairan..................................................... 21
2.5.3 Gaya Hidrostatika Yag Bekerja Pada Bidang datar Yang
Terletak Vertikal di Dalam Cairan .................................................. 22
2.6 Prisma Tekanan...................................................................................... 24
2.7 Tekanan Hidrostatik Pada Sebuah Bidang Permukaan Yang Melengkung 24
2.8 Gaya Apung, Mengapung dan Kestabilan .............................................. 25
2.8.1 Gaya Apung................................................................................... 25
2.8.2 Kestabilan Benda Melayang .......................................................... 26
ii
Hidrolika ii
Daftar Isi

2.8.3 Kestabilan Benda Mengapug......................................................... 27

BAB III HIDRODINAMIKA


3.1 Hukum Newton II ................................................................................... 30
3.2 Persamaan Kontinuitas........................................................................... 31
3.3 Persamaan Bernoulli .............................................................................. 36
3.4 Persamaan Energi dan Garis Energi ...................................................... 40
3.5 Alat Ukur Venturi dan Pipa Pitot ............................................................. 45
3.5.1 Alat Ukur Venturi............................................................................ 45
3.5.2 Pipa Pitot ....................................................................................... 47

BAB IV HIDROLIKA ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA


4.1 Karakteristik Umum dari Aliran Pada Saluran Terbuka .......................... 51
4.2 Klasifikasi Aliran...................................................................................... 51
4.3 Sifat-Sifat Aliran ..................................................................................... 53
4.4 Efek Angka Froude ................................................................................ 54
4.5 Jenis Aliran ............................................................................................ 55
4.6 Pembagian Kecepatan dan Pembagian Tekanan Dalam Penampang Saluran 55
4.6.1 Pembagian Kecepatan di dalam Penampang Saluran.................. 55
4.6.2 Pembagian Tekanan di dalam Penampang Saluran..................... 57
4.7 Bentuk Geometri Saluran ....................................................................... 59

BAB V ALIRAN SERAGAM


5.1 Kriteria Aliran Seragam........................................................................... 67
5.2 Terjadinya Aliran Seragam dan Persamaan-Persamaannya ................. 67
5.2.1 Kualifikasi Untuk Aliran Seragam .............................................. 67
5.2.2 Terjadinya Aliran Seragam ....................................................... 68
5.2.3 Persamaan Kecepatan dari Aliran Seragam.............................. 71
5.2.4 Persamaan / Rumus Chezy ....................................................... 71
5.2.5 Persamaan Manning.................................................................. 72
5.2.6 Perhitungan Aliran Seragam...................................................... 73
5.2.7 Aliran Dalam Suatu Penampang dengan Kekasaran Komposit. 81

iii
Hidrolika iii
Daftar Isi

5.2.8 Penampang Gabungan.............................................................. 81


5.3 Perencanaan Dimensi Saluran ............................................................... 67
5.3.1 Penentuan Dimensi Penampang Saluran Tahan Erosi.............. 85
5.3.2 Penentuan Dimensi Penampang Saluran Mudah Erosi............. 88
5.4 Perhitungan Debit Banjir ......................................................................... 92

iv
Hidrolika iv
 
   Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI DAN RUANG LINGKUP
Hidrolika adalah bagian dari mekanika terapan yang merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan dasar bagi teknik sipil. Hidrolika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat-
sifat dan hukum-hukum serta perilaku zat cair dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak atau
mengalir.
Hidrolika dapat dibedakan dalam dua bidang yaitu hidrostatika yang mempelajari zat cair dalam
keadaan diam, dan hidrodinamika yang mempelajari zat cair dalam keadaan bergerak. Di dalam
hidrodinamika dipelajari zat cair ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak termampatkan.
Sebenarnya zat cair ideal tidak ada di alam. Tetapi anggapan zat cair ideal perlu dilakukan terutama untuk
memudahkan analisis perilaku gerak zat cair. Air mempunyai kekentalan dan pemampatan (Pengurangan
volume karena pertambahan tekanan) yang sangat kecil, sehingga pada kondisi tertentu dapat dianggap
sebagai zat cair ideal.

1.2 SIFAT-SIFAT FLUIDA


Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah
bentuk. Tahanan Fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruangan / tempat yang membatasinya. Fluida akan berubah bentuk apabila terkena
tegangan geser atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil apapun. Di dalam
keseimbangannya, fluida tidak mampu menahan gaya-gaya tangensial atau gaya-gaya geser yang bekerja
padanya, oleh karena itu fluida mudah berubah-ubah bentuknya tanpa pemisahan massa.
Fluida dapat dibagi menjadi dua macam yaitu gas dan zat cair yang mempunyai perbedaan sifat
sebagai berikut :
• Gas tidak mempunyai permukaan bebas, dan massanya akan selalu berkembang mengisi seluruh
volume ruangan, serta dapat dimampatkan (compressible).
• Zat Cair mempunyai permukaan bebas, dan massanya akan mengisi volume ruangan tertentu sesuai
dengan volumenya, serta tidak termampatkan (incompressible).

Hidrolika 1
 
   Pendahuluan

1.3 DIMENSI DAN SATUAN


1.3.1 Dimensi
Dimensi adalah besaran terukur yang menunjukkan karakteristik suatu obyek seperti massa,
panjang, waktu, temperatur dan sebagainya.
Dimensi-dimensi dari pengukuran yang biasa dipakai dalam ilmu gaya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Dimensi dari Pengukuran Dalam Ilmu Gaya


Nama Ukuran Cara Pengukuran Dimensi
Panjang Pengukuran Linear L
Luas Panjang x panjang L2
Isi Luas x panjang L3
Momen luas Luas x panjang L3
Momen kelembaman Luas x (panjang)2 L4
Sudut Busur/jari-jari 1
Regangan (Strain) Suatu perbandingan 1
Waktu T
Kecepatan Jarak/waktu LT-1
Kecepatan sudut Sudut/waktu T-1
Percepatan Kecepatan/waktu LT-2
Percepatan sudut Kecepatan sudut/waktu T-2
Debit Volume/waktu L3 T-1
Kekentalan kinematis Kekentalan dinamis/kerapatan massa L2 T-1
Massa M
Gaya Massa x percepatan M L T-2
Berat Gaya M L T-2
Kerapatan massa Massa/isi M L-3
Berat jenis Berat/isi M L-2 T-2
Tekanan Gaya/luas M L-1 T-2
Gaya geser Gaya/luas M L-1 T-2
Modulus Elastisitas Gaya/regangan M L-1 T-2
Impuls Gaya x waktu M L T-1
Momentum Massa x kecepatan M L T-1
Kerja(Energy) Gaya x jarak M L2 T-2
Tenaga Kerja/waktu M L2 T-3
Momen Gaya x jarak M L2 T-2
Kekentalan dinamis Gaya geser/kecepatan gradient M L-1 T-1
Tegangan Permukaan Energy/luas M T-2

Hidrolika 2
 
   Pendahuluan

1.3.2 Satuan
Satuan adalah suatu standar untuk mengukur dimensi yang penggunaannya harus konsisten
menurut sistem satuan yang digunakan, misalnya satuan untuk massa, panjang dan waktu adalah kilogram
(kg), meter (m), dan detik (d) untuk satuan SI; atau kilogram massa (kgm), meter(m) dan detik (d) dalam
satuan MKS. Sistem satuan yang sering digunakan adalah SI akan tetapi ada juga beberapa system
satuan lain yang biasa digunakan dibeberapa Negara. Berikut adalah beberapa sistem satuan yang biasa
digunakan dalam Ilmu hidrolika.

a) Sistem satuan
• Susunan satuan metric

Tabel 1.2 Susunan Satuan Metrik


Susunan Teknis (Statis) Susunan Dinamis (Absolut)
Statis besar Statis kecil Dinamis Dinamis kecil
Jenis
MKS cgs Besar
(giorgi)

Gaya (F) Kg (f) Gram (f) Newton Dyne


Massa (M) Kg (m) Gram Kg (m) Gram (m)
Panjang (L) Meter Cm Meter Cm
Waktu (T) Detik Detik Detik Detik

• Susunan Satuan Inggris

Tabel 1.3 Susunan Satuan Inggris


Satuan Susunan Teknis Susunan Absolut

Gaya Lb force Lb force


Massa Slug Slug
Panjang Foot Foot
Waktu second second
1lb = 1 pound

Hidrolika 3
 
   Pendahuluan

b) Turunan dari satuan-satuan


• Metrik

Tabel 1.4 Turunan dari Satuan Metrik


Susunan Teknis (Statis) Susunan Dinamis (Absolut)
Statis besar Statis kecil Dinamis Besar Dinamis
Jenis
MKS cgs (giorgi) kecil
Kecepatan m/det cm/dt m/det cm/dt
Percepatan m/det2 cm/dt2 m/det2 cm/dt2
Kerja kgm cm/dt Nm (Joule) dyne cm
Tenaga kg m/det cm/dt N m/det (Watt) dyne
Tenaga Kuda 75 kg m/det 75 x 105 75 g Watt cm/det
(HP) grcm/det

• Satuan Inggris

Tabel 1.5 Turunan dari Satuan Inggris


Satuan Susunan Teknis Susunan Absolut

Kecepatan ft/sec ft/sec


Percepatan ft/sec2 ft/sec2
Kerja lb force ft poundal ft
Tenaga lb force ft/sec poundal ft/sec

c) Hubungan dari satuan-satuan


• Metrik
1 kg gaya dikerjakan pada benda dengan 1 kg massa, memberi percepatan sebesar 9,81
m/det2 .
1 Newton dikerjakan pada benda dengan 1 kg massa, memberi percepatan sebesar 1
m/det2.
Jadi 1 kg gaya = g Newton = 9,81 Newton
Susunan Absolut kesusunan teknis:
1 1
1 Newton = kg gaya = kg
9,81 9,81

Hidrolika 4
 
   Pendahuluan

1
1 Joule = m
9,81
1 1 1
1 Watt = kgm/det = . HP
9,81 9,81 75
Sebaliknya : 1 kg gaya = 9,81 Newton
1 kg m = 9,81 Joule
1 kg m/det = 9,81 Watt
1 HP = 75.9,81 Watt

• Satuan Inggris
1 lb force dikerjakan pada benda dengan massa 1 lb mass akan member percepatan
sebesar 32,2 ft/sec2 .
1 poundal dikerjakan pada benda dengan massa 1 lb mass akan memberi percepatan
sebesar ft/sec2 .
Jadi : 1 lb force = 32,2 poundal
1 slug = 32,2 lb mass

• Hubungan satuan metric dan satuan Inggris


1 pound weight = 453,6 gram
1 pound mass = 453,6 gram massa
1 foot = 30,48 cm

d) Susunan satuan Internasional


Susunan satuan internasional ditetapkan di Paris pada tahun 1960. Pada dasarnya ada enam
satuan pokok, yaitu:
panjang : meter (m)
massa : kilogram (kg)
waktu : detik (sec atau s)
aliran listrik : ampere (A)
temperatur absolute : Kelvin (K)
besaran luminasi : candela (cd)

Hidrolika 5
 
   Pendahuluan

Satuan-satuan yang biasa terdapat dalam hidrolika dalam SI Unit dan MKS.

Tabel 1.6 Satuan Dalam SI Unit


Besaran Satuan Dalam SI Satuan Dalam MKS

Panjang m m
Massa kg kgm
Waktu s s
Debit m 3/s m 3/s
Kecepatan Sudut rad/s rad/s
Gravitasi m/s2 m/s2
Berat Jenis N/ m 3 kgf/ m 3
Gaya Newton = N = kg m/s2 kgf
Kerja Joule = J = Nm = kg m2/s2 kgfm
Luas m2 m2
Isi m3 m3
Rapat Massa kg/ m 3 kgm/ m 3
Kecepatan m/s m/s
Percepatan m/s2 m/s2
Tekanan N/m2 kgf/m2
Kekentalan dinamis Ns/m2 Poise
Kekentalan kinematis m2/s Stokes

Tabel 1.7. Prefiks untuk Perkalian Desimal

Prefiks Simbol Faktor Prefiks Simbol Faktor


Pengali Pengali
Giga G 109 Deci d 10-1
Mega M 106 Centi c 10-2
Kilo K 103 Milli m 10-3
Heto h 102 Micro µ 10-6
Deca da 101 Nano n 10-9

Berikut ini diberikan beberapa faktor konversi yang penting.


Daya : 1 daya kuda (Horse Power) = 0.746 kW
Tekanan : 1 bar = 105 Pa (Pascal)
Kekentalan dinamis : 1 Poise = 10-1 Pa detik
Kekentalan kinematis : 1 Stoke = 10-4 m2 /s

Hidrolika 6
 
   Pendahuluan

1.4 MASSA DAN BERAT FLUIDA


a. Berat (Weight), W
Berat dari suatu benda adalah hasil kali antara massa dan percepatan gravitasi

ω = mxg ……………………………………………………..……… ……….(1.1)

dengan M adalah massa yang satuannya adalah kilogram (kg) dan g adalah percepatan gravitasi
dalam meter per detik kuadrat (m/det2). Maka berat satuannya adalah Kilogram meter per detik
kuadrat (Kg . m/det2 )

b. Rapat Massa ρ ( rho ),


Rapat massa adalah suatu ukuran dari konsentrasi massa dan dinyatakan dalam bentuk massa
tiap satuan volume. Oleh karena temperatur dan tekanan mempunyai pengaruh (walaupun sedikit)
maka rapat massa dapat didefinisikan sebagai massa zat cair tiap satuan volume pada suatu
temperatur dan tekanan tertentu.
m
ρ= ……………………………………………………………………..…. (1.2)

dengan M adalah massa yang menempati volume V. Dalam satuan SI apabila massa diberikan
dalam kilogram (kg), maka rapat massa adalah dalam kilogram per meter kubik (kg/m3 ).
Rapat massa dari air pada tekanan standard / tekanan atmosfer (760 mm Hg) dan temperatur 4oC
adalah 1000 kg/m3.
 
c. Berat Jenis γ, (Gamma)
Berat Jenis dari suatu benda adalah besarnya gaya gravitasi yang bekerja pada suatu massa dari
suatu satuan volume, oleh karena itu berat jenis dapat didefinisikan sebagai berat benda tiap
satuan volume pada temperature dan tekanan tertentu.

γ = ρ g ……………………………………………………………………..…. (1.3)
dimana :
γ = berat jenis dengan satuan N/m3 untuk sistem SI atau kgf/m3 untuk sistem MKS
ρ = kerapatan zat, dalam kg/m3 untuk sistem SI, atau kg m (kilogram massa) untuk sistem
MKS
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

Hidrolika 7
 
   Pendahuluan

d. Rapat Relatif, S
Rapat Relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara rapat massa suatu zat dan rapat massa
air. Karena γ = ρ g maka rapat relatif juga dapat di definisikan sebagai perbandingan antara berat
jenis suatu zat dan berat jenis air pada 4oC dan tekanan atmosfir (760 mm Hg). Bilangan ini tak
berdimensi dan diberi notasi S,

ρZatCair γZatCair
S= = ……………………………..…………..…. (1.4)
ρAir γAir

Perubahan rapat massa dan berat jenis zat cair terhadap temperature dan tekanan adalah sangat
kecil sehingga dalam praktek perubahan tersebut diabaikan.
Tabel 1.8. memberikan beberapa sifat air pada tekanan atmosfer dan pada beberapa temperature.

Tabel 1.8 Sifat-Sifat Air


Rapat Viscositas Viscositas Tegangan Modulus
Temp
oC Massa ρ dinamis kinematis permukaan elastisitas
(kg/m3) µ (m2/det) υ (m2/det) τ (N/m) K (N/m2)
0 999,87 1,787x10-3 1,787x10-6 0,0757 2040
5 999,99 1,519 x10-3 1,159 x10-6 0,0748 2060
10 999,73 1,307 x10-3 1,307 x10-6 0,0742 2110
20 998,23 1,000 x10-3 1,002 x10-6 0,0728 2200
30 995,68 0,795 x10-3 0,798 x10-6 0,0712 2230
40 992,25 0,648 x10-3 0,653 x10-6 0,0696 2270
50 988,07 0,540 x10-3 0,547 x10-6 0,0680 2300
60 983,24 0,459 x10-3 0,467 x10-6 0,0661 2280
70 977,81 0,395 x10-3 0,404 x10-6 0,0643 2250
80 971,83 0,345 x10-3 0,355 x10-6 0,0626 2210
90 965,34 0,304 x10-3 0,315 x10-6 0,0607 2160
100 958,38 0,270 x10-3 0,282 x10-6 0,0589 2070

Hidrolika 8
 
   Pendahuluan

e. Kekentalan (Viscocity)
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan
besarnya perlawanan terhadap gaya geser. F
y b b' c c' u
F

- Tebal fluida :y u du
dy
- Luas plat :A y u
Fluida α
t
x

a d o

Fluida terletak di antara 2 buah plat, dimana plat atas diberi gaya F, plat bawah diam.
Akibat Gaya F Æ Plat atas bergerak dengan kecepatan tertentu u, sehingga fluida mengalir /
bergerak pula. Partikel-partikel fluida bergerak pararel dengan plat dengan
kecepatan u dari 0 s/d u
F berbanding lurus dengan luas plat (A) dan kecepatan plat (u), dan berbanding terbalik dengan
tebal fluida (y)
Au ⎫ F u ⎫
F= µ =µ ⎪
y ⎪⎪ A y ⎪ du
F= ⎬ ⎬ tg α =
F ⎪ u ⎪ dy
τ= τ=µ
A ⎪⎭ y ⎭⎪
Persamaan Viscositas Newton = τ ……………………….(1.5)
µ=
du
dy

™ Viscositas dinamis = µ
Viscositas dinamis adalah gaya gesek persatuan luas yang dibutuhkan untuk menggeser
lapisan zat cair dengan satu satuan kecepatan terhadap lapisan yang berlekatan didalam zat
cair itu.
N
m2
µ = = N det/m 2 Î kg m/dt2 . det/m2 = kg/m det
m
dt
m
du
Catatan : F=µA Æ untuk F selang ∆ t
dy

µ = faktor pembanding fluida Æ Viscositas dinamis


du/dy = gradient kecepatan (Rad/dt)
τ = tegangan geser (N/m2 , kg/m2)

Hidrolika 9
 
   Pendahuluan

™ Viscositas Kinematis (ν)


Viscositas Kinematis adalah Viscositas dinamis dibagi dengan kerapatan massa
Vis cos itas dinamis µ kg / m det 2
υ= = Î = m dt (SI)
ker apa tan ρ kg / m 3

1.5 TEGANGAN PERMUKAAN


Molekul-molekul cairan yang berada di bawah permukaan saling memberikan gaya-gaya yang
bekerja yang sama besarnya di semua arah, atau saling tarik menarik diantara sesamanya dengan gaya
tarik menarik yang seimbang. Tetapi molekul-molekul yang berada di dekat permukaan atau batas-batas
antara cairan dengan udara, atau antara cairan dengan cairan lain tidak seimbang. Suatu akibat dari
perbedaan dalam tarik menarik antara molekul-molekul cairan tersebut di dekat suatu permukaan
dibanding dengan yang berada lebih jauh di dalam massa cairan, adalah tegangan permukaan (surface
tension). Untuk suatu tetesan cairan dengan diameter D, tekanan internal p diperlukan untuk mengimbangi
gaya tarik karena tegangan permukaan σ, dihitung berdasarkan gaya yang bekerja pada suatu belahan
tetesan cairan seperti pada Gb.(1.1)

σ σ
Gambar 1.1. Gaya-gaya yang bekerja pada tetesan air

1
π dσ = πd 2 p
4

p= ……………………………………………………………………………….(1.6)
d

dimana :
p = tekanan, dalam (N/m2)
σ = tegangan permukaan dalam (N/m)
D = diameter tetesan dalam (m)

Hidrolika 10
 
   Pendahuluan

1.6 KAPILARITAS
Kapilaritas terjadi disebabkan oleh tegangan permukaan oleh gaya kohesi dan adhesi. Hal ini
dapat dilihat pada suatu pipa vertikal diameter kecil (pipa kapiler) yang dimasukkan ke dalam suatu cairan.
Cairan akan naik atau turun ke dalam pipa kecil tersebut dengan tinggi yang tergantung pada harga relatif
adhesi antara cairan dan zat padat terhadap harga kohesi dari cairan. Suatu cairan yang membasahi zat
padat mempunyai adhesi lebih besar dari pada kohesi. Dalam hal ini cairan di dalam pipa yang terletak
vertikal di dalam cairan akan naik (lihat Gb.1.2 a). Sedangkan apabila adhesi lebih kecil dari pada kohesi
maka cairan di dalam pipa akan turun (Gb.1.2 b)

θ h
h
d
d
(
Air H 2O ) Air Raksa (H g )

(a) (b)

Gambar 1.2. Kenaikan dan penurunan kapilaritas


σ σ
θ

h
d

Gambar 1.3. Kenaikan Kapilaritas


Keseimbangan tercapai apabila :
π
π d cos θ σ = ρ g h d2
4
Sehingga kenaikan kapilaritas dapat dihitung yaitu :
4 σ cos θ
h= ……………………………………………………………………………….(1.7)
ρ gd
dimana :
h = tinggi kenaikan kapilaritas (m)
σ = tegangan permukaan (N/m2)
ρ = kerapatan cairan (kg/m3)
g = gaya gravitasi (m/det2)
d = diameter pipa kapilar (m)
θ = sudut antara tegangan permukaan dan dinding pipa vertikal

Hidrolika 11
 
   Pendahuluan

1.7 TEKANAN UAP


Apabila tekanan di dalam ciaran yang terbuka pada udara mengalami penurunan sampai satu
tingkat yang cukup rendah, cairan akan menguap. Cairan tersebut menguap karena molekul-molekulnya
melepaskan diri dari permukaan cairan. Salah satu cara untuk menjelaskan besarnya tekanan uap, diambil
suatu pipa diameter kecil berisi cairan yang ditutup di salah satu ujungnya (tube). Ujung yang satu lagi
terbuka dan dibenamkan di dalam suatu bak berisi cairan yang sama dengan cairan di dalam pipa, seperti
pada Gb.(1.4).
pu A
uap

tube h (γ h A )
Tekanan
atmosfer

( p atm A)
Keseimbangan gaya

Gambar 1.4 Penjelasan terjadinya Tekanan Uap

Tekanan atmosfer menahan kolom cairan di dalam pipa, tetapi apabila pipa di tarik lebih tinggi,
tekanan di ujung atas pipa menurun sampai di bawah tekanan uap. Dalam hal ini cairan akan melepaskan
diri dari ujung pipa. Dengan tekanan pada permukaan dasar pipa sama dengan tekanan atmosfir,
keseimbangan gaya dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara tekanan uap, tekanan
atmosfer dan panjang dari kolom cairan :

P u A = Patm Aγ (hA) ……………………………………………………………………………….(1.8)

dimana :
Pu = tekanan uap dalam Pa (Pascal)
Patm = tekanan atmosfer
A = luas penampang pipa
γ = berat jenis cairan

Tekanan uap jenuh cairan pada temperatur 20oC ditunjukkan di dalam tabel (1.9) dan untuk air pada
temperatur berbeda ditunjukkan di dalam tabel (1.10).

Hidrolika 12
 
   Pendahuluan

Tabel 1.9. Tekanan uap jenuh cairan pada temperatur


Tekanan uap jenuh
Zat cair
kgf / cm2 N / m2
Air Raksa 1,63 x 10-6 0,160
Minyak Tanah 3,36 x 10-2 3,300
Alkohol 5,95 x 10-2 5,900
Bensin 10,10 x 10-2 10,000

Tabel 1.10. Tekanan uap jenuh air (dalam satuan absolut)


Tekanan uap jenuh
Temperatur
kgf / cm2 N / m2
0 0,632 x 10-2 623
10 1,246 x 10 -2 1,230
20 2,373 x 10 -2 2,340
40 7,490 x 10 -2 7,400
60 20,300 x 10 -2 20,000
80 48,300 x 10 -2 47,400
100 1,03 x 10 -2 101,500

Hidrolika 13
 
      Hidrostatika

BAB II
HIDROSTATIKA

2.1 TEKANAN AIR PADA SEBUAH TITIK


Didalam zat cair diam tidak terjadi tegangan geser dan gaya yang bekerja pada suatu bidang
adalah gaya tekanan yang bekerja tegak lurus pada bidang tersebut. Hukum Pascal menyatakan tekanan
pada suatu titik di dalam suatu cairan dalam keadaan diam adalah sama di semua arah. Dalam hal ini
besarnya tekanan tidak tergantung pada arah garis gaya tekan tersebut. Untuk menjelaskan hal ini, diambil
suatu elemen cairan kecil sekali berbentuk prisma segitiga sangat kecil dengan lebar satu satuan panjang
(tegak lurus bidang gambar), panjang dan tinggi adalah dx dan dy dan yang berada dalam keadaan diam
seperti pada Gb.2.1 berikut ini.

p n dy dA

ds
p x dy dz
dz
G
dy
dx

Gambar 2.1. Suatu elemen cairan berbentuk baji

Gaya-gaya yang bekerja pada elemen cairan adalah gaya-gaya tekan tegak lurus pada bidang dari
elemen tersebut dan gaya berat G. Jadi persamaan gerak diarah x dan z adalah sebagai berikut :

∑F x = p x dy dz − p n dy ds sin θ = m.a x = 0
dx dy dz
∑F z = p z dx dy − p n dy ds cos θ − ρ g
2
=0

dimana p x , p y , dan p n adalah tekanan rata-rata pada tiga sisi dari elemen cairan tersebut.

Gaya-gaya tekan diarah y saling menghapus satu sama lain, hal ini karena gaya-gaya sama besar
tetapi berlawanan arah. Apabila batas diambil dengan memperkecil satu sisi tersebut menuju nol tanpa
merubah sudut θ, dan dengan menggunakan hubungan geometrik maka diperoleh persamaan berikut :
ds sin θ = dz dan ds cos θ = dx

Hidrolika 14
 
      Hidrostatika

Dengan menggunakan ketentuan geometri tersebut maka persamaan-persamaan tersebut diatas


dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut :
p x dy dz − p n dy dz = 0
dx dy dz
p z dx dy − p n dy dz − ρ g =0
2
Karena elemen cairan tersebut kecil sekali dan sisi-sisinya diperkecil menjadi mendekati nol maka
dx dy dz
komponen gaya berat ρ g mendekati nol dan dapat diabaikan sehingga apabila persamaan-
2
persamaan tersebut dibagi dy dz akan di dapat persamaan :
p x = p n = p z ........................................................................................................... (2.1)

Pers.(2.1) tersebut menunjukkan bahwa besarnya tekanan pada suatu titik didalam cairan diam
adalah sama besar di semua arah.

2.2 PERSAMAAN DASAR TEKANAN PADA SEBUAH BIDANG


Di dalam suatu cairan dalam keadaan diam perubahan tekanan atau distribusi tekanan tergantung
pada elevasinya di dalam cairan (diukur dari permukaan cairan). Hal ini dapat ditunjukkan dengan
penurunan persamaan sebagai berikut :

⎛ p + ∂p dz ⎞ dx dy ⎛ ∂p dy ⎞
⎜ ∂z 2 ⎟ ⎜⎜ p − ∂y 2 ⎟⎟ dx dz
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

⎛ p − ∂p dx ⎞ dy dz ⎛ p + ∂p dx ⎞ dy dz
⎜ ∂x 2 ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ dz ⎝ ∂x 2 ⎠
dy G
⎛ ∂p dy ⎞ dx
⎜⎜ p + ⎟⎟ dx dz ⎛ ∂p dz ⎞
⎝ ∂y 2 ⎠ ⎜ p − ∂z 2 ⎟ dx dy
⎝ ⎠
y x

Gambar. 2.2.Elemen cairan berbentuk parallel eppipedum kecil sekali

Dengan mengambil asumsi sumbu z vertikal positif ke atas dan hanya bekerja gaya berat, maka
persamaan gerak di arah x, y dan z dapat ditentukan sebagai berikut :

Hidrolika 15
 
      Hidrostatika

⎛ ∂p dx ⎞ ⎛ ∂p dx ⎞
Fx = −⎜ p + ⎟ dy dz + ⎜ p − ⎟ dy dz = m a x = 0
⎝ ∂x 2 ⎠ ⎝ ∂x 2 ⎠

⎛ ∂p dy ⎞ ⎛ ∂p dy ⎞
Fy = −⎜⎜ p + ⎟⎟ dx dz + ⎜⎜ p − ⎟ dx dz = m a y = 0
⎝ ∂y 2 ⎠ ⎝ ∂y 2 ⎟⎠

⎛ ∂p dz ⎞ ⎛ ∂p dz ⎞
Fz = −⎜ p + ⎟ dxdy + ⎜ p − ⎟ dx dy − ρ g dx dy dz = m a z = 0
⎝ ∂z 2 ⎠ ⎝ ∂z 2 ⎠
Dibagi dengan d x , d y , d z persamaan-persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:

∂p ∂p ∂p
=0 ; = 0 ; dan = − ρ g .......................................................... (2.2)
∂x ∂y ∂z
Dari persamaan-persamaan tersebut tampak bahwa p hanya merupakan fungsi z saja, sehingga
integrasi dari Pers.(2.2) sebagai berikut :
dp
= − ρ g ...................................................................................................... (2.3)
dz
Untuk cairan yang dianggap homogen dan tidak termampatkan (incompressible), kerapatan cairan
ρ dianggap konstan, sehingga Pers.(2.3) menghasilkan persamaan sebagai berikut :
p = − ρ g z + C .............................................................................................. (2.4)
Untuk mencari harga C (konstanta) diambil kondisi batas sebagai berikut :
Untuk z = 0 yaitu dipermukaan tekanan adalah sama dengan tekanan atmosfer P = P0 = 0 sehingga C = 0.
Dengan demikian maka Pers.(2.4) dapat dinyatakan sebagai berikut :
p = − ρ g z atau
p = ρ g h ....................................................................................................... (2.5)
dimana :
p = tekanan pada kedalaman h dari permukaaan (N/m2 )
h = jarak vertikal (-z) diukur dari permukaan cairan ( m )
ρ = kerapatan cairan ( kg/m3 )
g = gaya gravitasi ( m/det2 )

Pers.(2.5) dikenal dengan persamaan hidrostatik dan tekanan p disebut tekanan hidrostatik.
Dari Pers.(2.5) tersebut tampak bahwa besarnya tekanan cairan pada suatu benda yang berada di
dalamnya hanya tergantung pada kedalaman cairan h maka untuk kedalaman yang sama akan terdapat
tekanan yang sama.

Hidrolika 16
 
      Hidrostatika

2.3 PENGUKURAN TEKANAN


2.3.1 Satuan dan Skala
Tekanan absolut adalah tekanan yang diukur terhadap tekanan nol absolut atau Vakum absolute
(Absolute Zero), sedang tekanan relatif atau tekanan terukur (gage pressure) adalah tekanan yang
diukur terhadap tekanan atmosfer setempat. Ini berarti bahwa tekanan absolut merupakan jumlah dari
tekanan atmosfer setempat dan tekanan terukur. Tekanan terukur dapat lebih besar atau lebih kecil dari
pada tekanan atmosfer setempat. Satuan dan skala pengukuran tekanan dapat dilihat pada Gb.2.3 berikut
ini.
2

Tekanan
terukur
Tekanan atmosfer standar

positif
Tekanan atmosfer setempat

14,7 psi
2 Tekanan
2166 lb / ft (vakum)
terukur
30 in air raksa negatif
Tekanan

1
absolut

34 ft air Bacaan
1 atmosphere barometer
setempat Tekanan
760 mm air raksa
absolut
101,325 Pa
10,34 m air
Nol Absolut (Complete vacuum)

Gambar 2.3. Satuan dan skala pengukuran tekanan

2.4 MANOMETER
Monometer adalah suatu alat pengukur tekanan yang menggunakan kolom cairan untuk mengukur
perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan tekanan atmosfer (tekanan terukur), atau perbedaan
tekanan antara dua titik. Prinsip manometer adalah apabila zat cair dalam kondisi keseimbangan maka
tekanan di setiap titik pada bidang horizontal untuk zat cair homogen adalah sama.
Monometer yang paling sederhana adalah piezometer, kemudian monometer pipa U, dan yang
lebih rumit adalah monometer deferensial.

a. Piezometer
Suatu piezometer adalah jenis monometer yang paling sederhana terdiri dari tabung gelas vertical
dengan ujung terbuka yang dihubungkan dengan ruangan (pipa) yang akan diukur tekanannya, dalam hal
ini cairan naik kedalam tube (pipa tegak) tetapi tidak sampai tumpah. Karena adanya perbedaan tekanan
antara ruangan dan udara luar, maka zat cair di dalam tabung gelas naik sampai dicapai suatu

Hidrolika 17
 
      Hidrostatika

keseimbangan. Tekanan diberikan oleh jarak vertical h dari permukaan zat cair ( di dalam tabung ) ke titik
yang diukur tekanannya, yang dinyatakan dalam tinggi zat cair.
Tinggi cairan yang naik dalam tube merupakan tinggi tekanan yaitu : h = p/ρ g [lihat Gb.2.4]
Piezometer tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan negatif, oleh karena itu dikembangkan
monometer dengan menggunakan pipa U agar tekanan positif atau negatif dapat terukur.

h= p/ ρ g

Gambar 2.4.Piezometer

b. Monometer berbentuk pipa U (simple monometer)


Monometer ini tidak banyak bedanya dengan tabung piezometer, hanya saja monometer ini
berbentuk pipa U (U tube) dimana ujung yang satu melekat pada titik yang diukur tekanannya sedang
ujung yang lain berhubungan langsung dengan udara luar (atmosfer).
Cairan yang digunakan dalam monometer dapat berbeda dengan cairan dalam pipa yang diukur.
Monometer ini mengukur tekanan positif atau negatif. Gb.2.5 menunjukkan bentuk monometer pipa U yang
dihubungkan yang dihubungkan dengan suatu pipa yang akan diukur tekanan aliran. Pipa U tersebut diisi
dengan cairan yang berbeda dengan cairan yang mengalir di dalam pipa yang akan diukur tekanannya.
Misalnya berat jenis cairan di dalam pipa mempunyai γ 1 dan berat jenis cairan di dalam monometer
adalah γ n dimana γ 2 > γ 1 .

+A +A

h1 h1
γ1 γ1

h2 h2
z z z z

γ2 γ2
(a) Tekanan positip (b) Tekanan negatip

Gambar 2.5.Monometer pipa U

Hidrolika 18
 
      Hidrostatika

Perbedaan tinggi cairan di dalam monometer adalah h2. Untuk menghitung besarnya tekanan di
dalam pipa A ditarik garis horizontal z-z.

Tekanan pada bidang z − z → dari dua kali pipa U adalah sama besar, yaitu :
PA + h1γ 1 = Patm + h2 γ 2

atau :
PA = Patm + h2 γ 2 − h1γ 1 ................................................................................ (2.6)

dimana Patm = tekanan atmosfer.

Pada Gb.(2.5.a) tampak bahwa tekanan di dalam pipa A lebih besar dari pada tekanan atmosfer
dimana kondisi ini tekanan di dalam adalah positif. Sebaliknya pada Gb.(2.5.b) tekanan di dalam pipa lebih
kecil daripada tekanan atmosfer, dalam hal ini tekanan di dalam pipa adalah negatif.

c. Monometer Deferensial
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur tekanan antara dua tempat pada satu pipa atau dalam
dua pipa. Monometer diferensial terdiri dari pipa U dimana kedua ujungnya terletak pada tempat yang
diukur, seperti pada Gb.2.6.

+B

γ3
h3
+A
γ1
h1
z z h2

γ2

Gambar 2.6. Monometer deferensial pada dua pipa

Dengan mengikuti prosedur yang diuraikan untuk monometer sederhana persamaan untuk
perbedaan tekanan antara pipa A dan pipa B adalah:
PA + h1γ 1 = h2 γ 2 + h3γ 3 + PB

atau :
PA − PB = h2 γ 2 + h3γ 3 − h1γ 1 ....................................................................... (2.7)

Hidrolika 19
 
      Hidrostatika

Monometer deferensial tersebut juga dapat dipasang diatara dua penampang pada satu aliran
saluran tertutup seperti tampak pada Gb.2.7.

∆Ζ
1

γ1
h1 − h 2
h1
γ1
h1
h2

γ2

Gambar 2.7.Monometer deferensial pada satu pipa

Persamaan untuk perbedaan tekanan antara penampang 1 dan penampang 2 adalah :


P1 + h1γ 1 = h2 γ 2 + (h1 − h2 + ∆z )γ 1 + P2
P1 − P2 = γ 1 (∆z − h2 ) + γ 1 h2
atau : P1 − P2 = γ 2 h2 − γ 1 (h2 − ∆z ) (2.8)

2.5 TEKANAN HIDROSTATIKA PADA SEBUAH BIDANG


PERMUKAAN YANG DATAR
2.5.1 Gaya hidrostatik yang bekerja pada bidang datar horizontal

h
FA
d
FB Luas A

Gambar 2.8 Sebuah bidang datar terletak horizontal di dalam cairan

Dari Gb.2.8 dapat dilihat bahwa besarnya gaya-gaya yang bekerja pada sisi atas bidang adalah :
FA = p A A = ρ g h A .................................................................................... (2.9)
Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada sisi bawah :

Hidrolika 20
 
      Hidrostatika

FB = p B A = ρ g (h + d ) A ........................................................................... (2.10)
Jumlah gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut adalah :
FB − FA = ρ g (h + d ) A − ρ g h A = ρ g A d ............................................. (2.11)
dimana :
ρ g d A = G, adalah berat cairan yang dipindahkan oleh bidang datar tersebut.
Dari pers.(2.11) tersebut dapat dinyatakan bahwa besarnya gaya-gaya cairan yang bekerja pada
benda yang berada di dalamnya adalah sama dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda tersebut
(Hukum Archimedes).

2.5.2. Gaya hidrostatik yang bekerja pada bidang datar yang terletak miring di dalam
cairan
Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak miring membentuk sudut
θo dengan sumbu horizontal tergantung pada luas bidang dan letak titik berat bidang terhadap permukaan
cairan. Untuk menjelaskan hal ini diambil suatu bidang datar seperti pada Gb.2.9.
Tampak Samping O
θ
h
F
dF
cairan

•G X
dA
P•
Atas
pak
Tam

Gambar 2.9 Bidang datar yang terletak miring di dalam cairan

Garis perpotongan antara bidang yang miring dengan permukaan cairan diambil sebagai sumbu X
sedang sumbu y diambil pada bidang miring dengan perpotongan salib sumbu di titik O yang terletak pada
permukaan cairan. Dengan system x y tersebut besarnya gaya dF yang bekerja tegak lurus pada suatu
penampang kecil sekali seluas dA pada bidang, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
dF = p dA = ρ g h dA = ρ g y sin θ dA ...................................................... (2.12)
Besarnya seluruh gaya yang bekerja pada bidang adalah :
F = ∫ p dA = ∫ ρ g y sin θ dA = ρ g sin θ ∫ y dA
A A A

F = ρ g sin θ y A = ρ g h A ........................................................................ (2.13)

Hidrolika 21
 
      Hidrostatika

Dari pers(2.13) tersebut tampak bahwa beberapa pun besarnya sudut kemiringan bidang, besarnya
gaya hidrostatik F yang bekerja pada bidang oleh cairan ditentukan dari hasil perkalian luas bidang dan
tekanan pada titik berat bidang. Tidak seperti pada bidang yang terletak horizontal di dalam cairan, titik
tangkap resultante gaya pada bidang miring ini tidak terletak atau tidak melalui titik berat bidang.
Letak titik tangkap resultante gaya :
I xy
xp = + x ................................................................................................. (2.14)
yA

IG
yp = + y .................................................................................................. (2.15)
yA
dimana :
IG = momen inersia bidang A terhadap sumbu yang melalui titik berat bidang tersebut.

2.5.3. Gaya hidrostatik yang bekerja pada bidang datar yang terletak vertikal di
dalam cairan
Besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak di dalam cairan pada dasarnya
sama dengan gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak miring dengan sudut θ = 90 0 .

y x
y dA
yp dy
•G
x
xp • P

Tampak Samping Tampak Depan

Gambar 2.10 Bidang datar yang terletak vertikal di dalam cairan

Penerapan Pers.(2.12) pada bidang yang terletak vertikal seperti pada Gb.2.10 adalah sebagai berikut :
dF = p . dA = ρ g h dA = ρ g y sin θ dA ...................................................... (2.16)

Karena θ = 90 0 maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :


dF = ρ g y dA

F = ∫ ρ g y dA = ρ g y A ............................................................................. (2.17)
A

Letak titik tangkap garis kerja gaya :

Hidrolika 22
 
      Hidrostatika

I xy I xy
xp = = +x
yA yA

I xy IG
yp = = +y
yA yA
Dua persamaan tersebut adalah Pers.(2.14) dan Pers.(2.15).
Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya pada tabel 2.1 disajikan letak titik berat dan besarnya
momen kelambaman untuk beberapa bentuk bidang datar yang sering digunakan.

Tabel 2.1.Letak titik berat dan momen enersia melalui titik berat
Titik Berat Enersia
Luas
No. Bentuk Bidang Luas (dari dasar melalui
Titik
momen) titik berat IG
1.

•G h
h b h3
y bh y= IG =
2 12
b
Persegi empat
2.

h bh h b h3
•G y= IG =
y 2 3 36
b
Segitiga
3.
π D4
π D2 D IG =
G
• D y= 64
4 2
y

Lingkaran
4.
π D4
D π D2 y=
2D IG =
y G

2
8 3π 456

Setengah lingkaran

Hidrolika 23
 
      Hidrostatika

2.6 PRISMA TEKANAN


Prisma Tekanan adalah volume yang berbentuk prisma dengan permukaan yang dibahas sebagai
alasnya dan dengan ketinggian disetiap titik pada alas tersebut yang diberikan oleh P=γh. h adalah jarak
vertical ke permukaan bebas bebas). (Kita dapat mempergunakan permukaan bebas khayal guna
mendefinisikan h jika tidak terdapat permukaan bebas yang sebenarnya). Dalam gambar, γh dapat
dilukiskan dengan skala yang mudah dipakai sehingga trasenya adalah OM. Gaya yang beraksi terhadap
luas bidang elemental δA adalah
δF = γh δA = δV
yang merupakan elemen volume prisma tekanan. Setelah Integrasi maka F = V, volume prisma tekanan
sama dengan besar gaya resultante yang beraksi pada satu sisi permukaan yang menunjukkan bahwa xp,
xy adalah jarak-jarak ke sentroid prisma tekanan, maka garis aksi tersebut melalui sentroid prisma
tekanan. Untuk beberapa luas bidang yang sederhana prisma tekanan lebih memudahkan daripada
integrasi ataupun rumus. Sebagai contoh, suatu bidang segi empat dengan satu tepinya pada permukaan
bebas mempunyai prisma berbentuk baji. Sentroidnya terletak pada sepertiga ketinggian dari alas, maka
dari itu pusat tekan terletak pada sepertiga ketinggian dari tepi bawahnya.

2.7 GAYA HIDROSTATIKA PADA SEBUAH BIDANG PERMUKAAN


YANG MELENGKUNG
Selain tergantung pada kedalaman yang berbeda-beda tekanan hidrostatik yang bekerja pada tiap
titik yang berbeda pada bidang lengkung juga mempunyai arah yang berbeda-beda. Resultante gaya tekan
dapat dicari dari resultante komponen gaya arah vertikal dan komponen gaya arah horizontal.
A. Komponen Horizontal
Komponen horizontal dari gaya tekan cairan yang bekerja pada bidang lengkung adalah sama dengan
gaya tekan cairan yang bekerja pada suatu proyeksi bidang lengkung tersebut pada bidang vertikal .

Bidang vertikal

Gambar 2.11 Komponen horizontal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung

Hidrolika 24
 
      Hidrostatika

B. Komponen Vertikal
Jarak garis kerja komponen vertikal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung melalui titik berat
dari volume cairan diatas bidang lengkung tersebut dan besarnya gaya tekan tersebut adalah sama
dengan berat cairan diatas bidang lengkung tersebut.

Gambar 2.12 Komponen Vertikal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung

C. Resultante Gaya Tekan Hidrostatik


Apabila dua komponen vertikal dan horizontal tersebut diatas terletak pada suatu bidang maka dua
komponen tersebut dapat digabung menjadi suatu resultante gaya yang besarnya dapat dicari dengan
persamaan :

F = FH + Fv ...................................................................................... ..... (2.18)


2 2

dengan arah yang membentuk sudut :


Fv
θ = tan −1 ................................................................................................. (2.19)
FH

2.8 GAYA APUNG, MENGAPUNG DAN KESTABILAN


2.8.1 Gaya apung
uatu benda yang seluruhnya atau sebagian terbenam di dalam suatu cairan menerima suatu gaya
keatas oleh cairan, karena menurut hukum hidrostatika tekanan di dalam cairan diam akan bertambah
menurut kedalamannya. Gaya yang bekerja keatas tersebut disebut gaya apung. Untuk menjelaskan arah
dan besarnya gaya apung (buoyancy) diambil contoh pada Gb.2.13 berikut ini :

Hidrolika 25
 
      Hidrostatika

M N P Q
FB
Q B •C
FB G
P R
B •C

G
S
(a) melayang (b) mengapung
Gambar 2.13 Benda yang melayang (a) dan mengapung (b) di dalam cairan

Gaya-gaya yang bekerja keatas pada permukaan bawah benda (PSR) adalah sama dengan berat
cairan di dalam volume P S R N M. Resultante gaya yang bekerja ke atas (gaya apung) adalah sama
dengan berat cairan di dalam volume P S R N M dikurangi berat cairan di dalam volume P Q R N M, yaitu
berat cairan di dalam volume P Q R S.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa benda yang melayang (terendam seluruhnya) atau
mengapung (terendam sebagian) di dalam cairan akan mengalami gaya apung yang besarnya sama
dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda tersebut. Pernyataan ini dikenal dengan Hukum
Archimedes.
Secara umum besarnya gaya apung tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :
FB = ρ g V ...................................................................................................... (2.20)
dimana :
FB = gaya apung (N)
ρ = kerapatan cairan (kg/m3)
g = gaya gravitasi (m/det2)
V = volume cairan yang dipindahkan oleh benda (m3)
Garis kerja gaya apung tersebut melalui titik berat cairan yang dipindahkan.

2.8.2 Kestabilan benda yang melayang


Kestabilan benda yang melayang di dalam cairan tergantung pada posisi relatif dari titik berat
benda dan titik berat cairan yang dipindahkan oleh benda tersebut yang dinamakan gaya apung. Dari
posisi relative tersebut dapat dibedakaan tiga tipe keseimbangan,

Hidrolika 26
 
      Hidrostatika

B B B

• •
• • Zm ZV • Z m
ZV

G G G
(a) (b) (c)

Gambar 2.14 Kondisi kestabilan dari benda yang melayang di dalam cairan

a) Keseimbangan Mantap (gambar 2.14.a) adalah suatu keseimbangan dimana titik berat gaya
apung (zv) berada tegak diatas titik berat benda. Dalam hal ini setiap penggulingan benda akan
membuat suatu kopel.

b) Keseimbangan Label (gambar 2.14.b)


Dalam kondisi ini titik berat gaya apung zv berada dibawah titik berat benda zm. Setiap
penggulingan benda akan menghasilkan suatu perubahan momen putar yang menyebabkan
benda berputar 180o.

c) Keseimbangan Netral (gambar 2.14.c)


Dalam kondisi ini titik berat gaya apung zv berimpit mempunyai kecenderungan untuk tidak
berputar maupun meluruskan posisinya.

2.8.3 Kestabilan benda yang mengapung


Dalam hal suatu benda tidak seluruhnya terendam (terapung) tidak perlu stabil, titik pusat gravitasi
zm harus terletak di bawah titik berat gaya apung zv.

Hidrolika 27
 
      Hidrostatika

M

•Z m A •G θ E
FB

ZV B 1• •B
D
C

Gambar 2.15. Kestabilan dari benda prismatik yang mengapung


Pada Gb.2.15 ditunjukkan suatu penampang dari suatu benda dengan semua penampang paralelnya
identik. Apabila benda tersebut digulingkan seperti pada Gb.(2.15b), titik pusat gaya apung ZV terletak
pada titik berat trapezium A C D E yaitu titik B. Gaya apung bekerja keatas melalui titik berat B1 tersebut,
sedang gaya berat benda bekerja kebawah melaui titik berat benda yaitu titik G. Titik perpotongan antara
garis vertikal keatas melalui B1 dan garis tengah benda yang melalui titik B disebut titik metacentrum M.
Dengan didapatkannya titik M tersebut maka keseimbangan benda yang mengapung tersebut dapat
dibedakan dalam tiga tipe yaitu :
a. Benda dalam keseimbangan stabil apabila titik M berada diatas titik G.
b. Benda dalam keseimbangan tidak stabil (labil) apabila titik M berada dibawah titik G.
c. Benda dalam keseimbangan netral apabila titik M tepat berada pada titik G.
Panjang G M disebut tinggi metacentrum.

Hubungan kuantitatif yang melibatkan prinsip-prinsip dasar kestabilan ini dapat di tunjukkan sebagai
berikut :
Z
M

x B1

Tampak Atas
Tampak Depan
Gambar 2.16.Tampak atas (a) dan penampang melintang (b)
Suatu perahu yang merupakan benda dengan penampang bervariasi

Hidrolika 28
 
      Hidrostatika

I
BM = ....................................................................................................... (2.21)
V
GM = BM ± BG sehingga
I
GM = ± BG .............................................................................................. (2.22)
V
Tanda plus (positif) digunakan apabila posisi titik G berada di bawah titik B, sedang tanda minus
(negatif) digunakan apabila titik G berada diatas titik B. Pers.(2.22) juga digunakan untuk menentukan
kestabilan benda yang mengapung, yaitu :
a. Benda dalam keseimbangan stabil apabila GM > O
b. Benda dalam keseimbangan labil apabila GM < O
c. Benda dalam keseimbangan netral apabila GM = O

Hidrolika 29
 
    Hidrodinamika

BAB III
HIDRODINAMIKA
Hidrodinamika adalah bagian dari hidrolika yang mempelajari tentang sifat-sifat dan perilaku cairan
dalam keadaan bergerak. Dinamika zat cair tersebut tergantung dari gravitasi, gaya tekan, viscositas, tegangan
permukaan dan compressibility dari zat cair itu sendiri. Pada benda cair yang diam, tidak terdapat gaya-gaya geser,
akan tetapi apabila cairan itu bergerak maka timbullah gaya-gaya geser yang disebabkan karena kekentalan dan
turbulensi cairan yang akan melawan gerak tersebut dan menimbulkan gesekan.
Tidak seperti gerak benda padat, gerak cairan cukup komplek dan tidak selalu dapat diselesaikan /
dengan pasti dengan analisa matematis. Hal ini karena elemen dari cairan yang mengalir dapat bergerak
dengan kecepatan dan percepatan yang berbeda baik menurut tempat maupun menurut waktu. Namun
demikian tidak berarti bahwa masalahnya tidak dapat dipecahkan. Ada tiga konsep yang penting dalam
aliran benda cair, yaitu : 
a. Hukum ketetapan massa, dimana dengan menggunakan hukum ini dapat diturunkan persamaan
kontinuitas.
b. Hukum ketetapan energi, dimana dengan prinsip ini dapat diturunkan persamaan energi dengan
melibatkan energi kinetik, energi potensial dan energi internal dan persamaan-persamaan lainnya.
c. Hukum momentum, dimana dapat diturunkan persamaan-persamaan untuk gaya dinamis.
Pada bab hidrodinamika ini akan diuraikan konsep aliran dan persamaan dasar yang diperlukan
untuk menganalisa gerak aliran yaitu persamaan-persamaan yang diturunkan dari hukum-hukum tersebut
diatas.

3.1 HUKUM NEWTON II


Hukum Newton II atau yang biasa dikenal dengan hukum ketetapan massa merupakan konsep
penting dalam aliran benda cair, dimana dengan hukum ini dapat diturunkan persamaan Euler, Persamaan
Kontinuitas dan persamaan Bernoulli.
Dalam hukum Newton kedua, dinyatakan adanya hubungan antara gaya-gaya yang bekerja
dengan percepatan yang diberikan pada suatu massa cairan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
apabila cairan mengalami percepatan konstan maka akan terjadi gaya yang ditimbulkan oleh percepatan,
yang akan memberi tambahan terhadap gaya hidrostatis. Percepatan konstan yang dimaksud dapat
ditimbulkan oleh suatu gerak yang berupa translasi atau rotasi.

Hidrolika 30
 
    Hidrodinamika

Pada gambar 3.1 berikut ini ditunjukkan suatu bentuk prismatis dari partikel cairan dengan masa
m = ρ dA ds , yang bergerak sepanjang garis arus dalam arah s.

⎛ dp ⎞
⎜ p + ds ⎟ dA
⎝ ds ⎠ S

ds
dz

p dA
ρ g dA ds
Gambar 3.1.Komponen gaya-gaya yang bekerja pada suatu partikel cairan di arah aliran

Untuk memudahkan penurunan persamaan gerak cairan tersebut, diambil asumsi bahwa cairan
tidak berkekentalan atau tidak terdapat “geseran dalam” sehingga yang bekerja hanya gaya berat saja.
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada penampang hulu (upstream face) besarnya gaya tekan adalah
p dA dalam arah + s sedang pada penampang hilir (downstream face) besarnya gaya tekan adalah

⎛ ∂p ⎞
⎜ p + ds ⎟ dA dalam arah –s. Adapun semua gaya yang bekerja diarah tegak lurus arah s tidak
⎝ ∂s ⎠
diperhitungkan dalam penurunan persamaan ini.

Komponen gaya berat diarah s adalah :


− G sin θ = − ρ g dA ds cos θ ……………………………………………….….(3.1.1)

Dengan menggunakan hukum Newton kedua :

∑f s = dm a s …………………………………………………………….………..(3.1.2)

⎛ ∂p ⎞
p dA − ⎜ p + ds ⎟ dA − ρ g dA ds cos θ = ρ dA ds a s
⎝ ∂s ⎠
∂p
− ds dA − ρ g ds dA cos θ = ρ dA ds a s …………………………….…(3.1.3)
∂s
Dibagi dengan ρ ds dA persamaan (3.1.3) menjadi :
1 ∂p
+ g cos θ + a s = 0 …………………………………………...…..…(3.1.4)
ρ ∂s

Hidrolika 31
 
    Hidrodinamika

Apabila dz adalah selisih tinggi titik berat penampang hilir dan penampang hulu :
dz ∂z
= cos θ = …………………………………………………….......…(3.1.5)
ds ∂s
Kemudian percepatan aliran dapat dinyatakan :
du
as = ………………………………………………………........…...…..(3.1.6)
dt

dimana u = kecepatan aliran diarah s . Karena u merupakan fungsi tempat (s ) dan waktu (t),
atau u = f ( s, t ) , maka :
∂u ∂u
du = ds + dt
∂s ∂t
du ∂u ds ∂u dt
= +
dt ∂s dt ∂t dt
du ∂u ∂u
=u + …………………………………………………..……….(3.1.7)
dt ∂s ∂t

Dengan memasukkan persamaan (3.1.5), (3.1.6) dan persamaan (3.1.7) ke dalam persamaan
(3.1.4) akan didapat :

1 ∂p ∂z ∂u ∂u
+ g +u + =0 …………………………………………...…..(3.1.8)
ρ ∂s ∂s ∂s ∂t
∂u
Untuk aliran tetap = 0 , maka persamaan (3.1.8) menjadi :
∂t
1 ∂p ∂z ∂u
+ g +u =0 ……………………………………………….(3.1.9)
ρ ∂s ∂s ∂s

Oleh karena parameter aliran hanya berubah di arah s saja maka persamaan (3.1.9) dapat
dinyatakan dalam bentuk :

1 dp dz du
+ g +u =0 …………………………………………..….(3.1.10)
ρ ds ds ds
atau :
dp
+ g dz + u du = 0 …………………………………………………..….(3.1.11)
ρ
Persamaan (3.1.10) atau persamaan (3.1.11) dikenal denga persamaan gerak dari Euler.

Hidrolika 32
 
    Hidrodinamika

3.2. Persamaan kontinuitas


Salah satu penerapan konsep volume kontrol yang paling sederhana adalah penurunan
persamaan kontinuitas, yaitu persamaan yang menyatakan bahwa di dalam aliran cairan termampatkan
(compressible) jumlah aliran tiap satuan waktu adalah sama di semua penampang di sepanjang aliran.
Penurunan persamaan kontinuitas dapat dilakukan dengan menerapkan “hukum ketetapan massa” pada
konsep volume kontrol. Hukum ketetapan massa menyatakan bahwa massa di dalam suatu sistem aliran
akan tetap menurut waktu, yaitu :
dm
=0 …………………………………………………………...…..(3.2.1)
dt
dimana m adalah jumlah massa di dalam sistem. Misalkan H adalah jumlah massa di dalam
dH dm
sistem dan h adalah = = 1 maka dengan persamaan
dm dm
dH ∂ ⎛→ →⎞
= ∫ ρ h dV + ∫ ρ h ⎜ V d A ⎟
dt ∂t CV CA ⎝ ⎠
Kita akan mendapatkan persamaan sebagai berikut:
dm ∂ ⎛→ →⎞
= ∫ ρ . 1. dV + ∫ ρ .1⎜ V d A ⎟ = 0 ……………………………….(3.2.2)
dt ∂t CA ⎝ ⎠

⎛ → →

Kemudian, untuk mencari harga ∫ ρ ⎜⎝ V d A ⎟⎠ dapat
CA
digunakan suatu volume kontrol yang

berbentuk suatu pipa arus seperti pada gambar 3.2 berikut ini :


V2
VK

dA2
V1
VK = Volume kontrol (control volume/CV)
PK
PK = Permukaan kontrol (control area/CA)

dA1
Gambar 3.2.Aliran tetap melalui suatu pipa arus

Volume kontrol dari pipa arus tersebut adalah bagian yang dibatasi oleh tepi pipa diantara
penampang 1 dan penampang 2 yang ditunjukkan oleh garis putus-putus. Luas penampang 1 adalah dA ,
dan kecepatan rata-rata penampang ini adalah V1 , sedang luas penampang 2 adalah dA2 dengan
kecepatan rata-rata V2 .

Hidrolika 33
 
    Hidrodinamika

Oleh karena aliran merupakan aliran tetap atau tidak berubah menurut waktu, maka penurunan
terhadap waktu adalah nol. Dengan demikian suku pertama dari ruas kanan persamaan 3.2.2 dapat
dinyatakan sebagai berikut :

∫ ρ dV = 0 ……………………………………………………………….(3.2.3)
∂t CA

Dengan demikian persamaan (3.2.2) dapat disederhanakan menjadi :


⎛ →
⎞ →

∫ ρ ⎜ V d A ⎟=0
CA ⎝ ⎠
……………………………………………………….(3.2.4)

Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah netto massa yang masuk kedalam dan keluar
dari volume kontrol adalah sama. Pada penampang 1 inflow dari masa cairan adalah :
→ →
ρ1 V1 d A1 = − ρ1 u1 dA1 ……………………………………………….(3.2.5)

dan outflownya adalah :


→ →
ρ 2 V2 d A2 = − ρ 2 u 2 dA2 ……………………………………………….(3.2.6)

Selama tidak terdapat masa cairan yang masuk atau keluar melalui tepi pipa maka jumlah cairan
yang mengalir melalui pipa arus diarah s (di arah arus) adalah :
− ρ u1 dA1 + ρ u 2 dA2 = 0 atau
ρ u1 dA1 = ρ u 2 dA2 …………………………………………………….…(3.2.7)

Persamaan (3.2.7) tersebut dikenal sebagai “persamaan kontinuitas” yang berlaku untuk dua
penampang dari satu pipa arus pada aliran tetap (steady flow).
Untuk sekumpulan pipa-pipa arus seperti pada gambar 3.3, apabila ρ1 adalah kerapatan rata-rata
pada penampang 1 dan ρ 2 adalah kerapatan rata-rata penampang 2, maka :
m = ρ1 u1 A1 = ρ 2 u 2 A2 …………………………………………...…..(3.2.8)

dimana u1 dan u 2 adalah kecepatan rata-rata pada penampang 1 dan penampang 2.

Hidrolika 34
 
    Hidrodinamika

A2

S
A1

Gambar 3.3.Sekumpulan pipa arus dalam batas tertentu

Diketahui bahwa besarnya debit aliran Q adalah :


Q = ∫ u dA
A

1
A ∫A
atau : Q = u A dimana u = u dA

maka persamaan (3.2.8) dapat dinyatakan sebagai berikut :


ρ1 Q1 = ρ 2 Q2 ……………………………………………………………….(3.2.9)
Untuk aliran cairan tak termampatkan (incompressible) ρ adalah tetap, dengan demikian
persamaan (3.2.9) dapat disederhanakan menjadi :
Q1 = Q2 = Q
atau
Q = u1 A1 = u 2 A2 …………………………………………………..….(3.2.10)

Persamaan (3.2.10) merupakan persamaan yang banyak digunakan di dalam perhitungan hidrolika
selanjutnya.
Untuk penggunaan yang lebih luas yaitu di dalam hal aliran satu, dua dan tiga dimensi perlu
diturunkan persamaan diferensial dari persamaan kontinuitas tersebut.
Dalam penurunan ini, persamaan (3.2.2) di terapkan pada suatu elemen volume kontrol kecil sekali
yang berbentuk parallel epipedum di dalam suatu koordinat kartesian, seperti pada gambar 3.4.

Hidrolika 35
 
    Hidrodinamika

z
dx dx
2 2
⎛ ∂ dx ⎞
⎜ρu− ( ρu ) ⎟ ⎛ ∂ dx ⎞
⎝ ∂x 2 ⎠ ⎜ρu+ ( ρu ) ⎟
P ⎝ ∂x 2 ⎠
ρ dx dy dz

dz dy

dx

x
y

Gambar 3.4.Suatu volume kontrol di dalam koordinat kartesian

Titik pusat dari volume kontrol dx dy dz tersebut terletak pada titik P ( x, y, z ) Komponen
kecepatan di arah x, y dan z adalah u, v dan w. Aliran yang masuk ke dalam volume kontrol melalui sisi
kiri adalah :
⎡ ∂ ⎤
⎢⎣ ρ u − ∂x ( ρ u ) 2
dx
⎥⎦ dy dz

Sedang yang keluar dari volume kontrol melalui sisi kanan adalah :
⎡ ∂ ⎤
⎢⎣ ρ u + ∂x ( ρ u ) 2
dx
⎥⎦ dy dz

Dalam hal ini harga ρ dan u diasumsikan berubah secara kontinyu di seluruh aliran (bukan
bilangan tetap).
Dengan demikian selisih aliran yang keluar dari dan yang masuk ke volume kontrol adalah :
⎡ ∂ ⎤ ⎡ ∂ ⎤ ∂
⎢⎣ ρ u + ∂x ( ρ u ) 2 ⎥⎦ dy dz − ⎢⎣ ρ u − ∂x ( ρ u ) 2 ⎥⎦ dy dz = ∂x ( ρ u ) dx dy dz
dx dx

Dengan cara yang sama (analog) didapat :



( ρ v ) dx dy dz diarah y dan
∂y

( ρ w ) dx dy dz diarah z
∂z
Sehingga jumlah seluruh masa aliran keluar adalah :
⎡ ∂ ∂ ∂ ⎤
⎢ ∂x ( ρ u ) + ∂y ( ρ v ) + ∂z ( ρ w ) ⎥ dx dy dz
⎣ ⎦

Hidrolika 36
 
    Hidrodinamika

dan persamaan (3.2.2.) dapat dinyatakan :


∂ ⎡ ∂ ∂ ∂ ⎤
∫ ρ dV + ⎢ ( ρ u ) + ( ρ v ) + ( ρ w ) ⎥ dx dy dz = 0
∂t CV ⎣ ∂x ∂y ∂z ⎦
atau :
∂ρ ⎡ ∂ ∂ ∂ ⎤
dx dy dz + ⎢ ( ρ u ) + ( ρ v ) + ( ρ w ) ⎥ dx dy dz = 0
∂t ⎣ ∂x ∂y ∂z ⎦

dibagi dengan dx dy dz persamaan tersebut menjadi :



( ρ u ) + ∂ ( ρ v ) + ∂ ( ρ w ) = − ∂ρ ………………………….…..(3.2.11)
∂x ∂y ∂z ∂t

Persamaan (3.2.11) adalah persamaan kontinuitas yang berlaku umum baik untuk aliran tetap,
aliran tidak tetap, dari cairan termampatkan maupun tidak termampatkan. Untuk aliran tetap dan cairan tak
termampatkan persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
∂u ∂v ∂w
+ + =0 ………………………………………………….…..(3.2.12)
∂x ∂y ∂z

Untuk aliran dua dimensi, misalnya aliran tidak berubah diarah y maka persamaan kontinuitas
menjadi :
∂u ∂w
+ =0 ……………………………………………………………...(3.2.13)
∂x ∂z

Sedang untuk persamaan aliran tetap satu dimensi, persamaan kontinuitas menjadi :
∂u
= 0 …………………………………………………………………..….(3.2.14)
∂x

Karena di dalam aliran satu dimensi ini, aliran hanya berubah menurut x maka persamaan (3.3.14)
dapat dinyatakan sebagai berikut :
du
…………………………………………………………………..….(3.2.15)
dx

untuk suatu pipa seperti pada gambar 3.4 dimana aliran merupakan aliran satu dimensi diarah s,
persamaan kontinuitas secara umum dapat dinyatakan :

Hidrolika 37
 
    Hidrodinamika


( ρ u A )= − ∂ ( ρ A )
∂s ∂t

tau
∂ ( ρ A ) ∂ ( ρ Au )
+ =0 ………………………………………….…..(3.2.16)
∂t ∂s

untuk aliran tak termampatkan ρ tetap, maka persamaan (3.3.15) dapat disederhanakan menjadi
:
∂A ∂ ( ρ A u )
+ =0 …………………………………………………..….(3.2.17)
∂t ∂s

∂A
untuk aliran tetap = 0 maka :
∂t
∂ ( ρ Au )
= 0 …………………………………………………………...…(3.2.18)
∂s
Karena hanya berubah diarah s maka persamaan (3.3.16) dapat dinyatakan menjadi :
d ( ρ Au )
=0
ds
atau A u = tetap …………………………………………………………...…(3.2.19)

Q = A u = A1 u1 = A2 u 2 ………………………………………………….…..(3.2.20)

3.3 PERSAMAAN BERNOULLI


Integrasi dari persamaan Euler untuk aliran tetap tak termampatkan dan bebas rotasi
menghasilkan suatu persamaan yang dikenal dengan “persamaan Bernoulli”. Persamaan ini
menghubungkan perubahan tinggi kecepatan, tinggi tekanan dan tinggi letak dari aliran cairan tak
berkekentalan. Persamaan Euler untuk aliran tetap diarah x adalah Persamaan (3.1.11).
Integrasi dari persamaan tersebut menghasilkan persamaan sebagai berikut :
u2 p
+ + g z = konstan …………………………………………..….(3.3.1)
2 ρ
atau :
u2 p
+ + z = H = konstan …………………………………………...…(3.3.2)
2g ρ g

Hidrolika 38
 
    Hidrodinamika

u2
dimana : = tinggi kecepatan dalam m
2g
p
= tinggi tekanan dalam m
ρg
z = tinggi letak dalam m
H = tinggi energi dalam m
Persamaan (3.3.2) disebut “persamaan Bernoulli” (1700-1782). Penggunaan persamaan tersebut
dapat dijelaskan dengan gambar 3.5 berikut ini :

H
uA 2 u12 u2 2
2g uA 2g 2g
1
A
p2 Permukaan air
Z1 ρg
ZA
2
Z2
Z = 0 = Datum

Gambar 3.5.Hukum Bernoulli untuk aliran saluran terbuka

2 2
u p u
H = z1 + 1 = z 2 + 2 + 2 ………………………………………….…..(3.3.3)
2g ρ g 2g

Tiap-tiap suku dari ruas kiri persamaan (3.2.2) dinyatakan sebagai tinggi energi kinetik, tinggi
tekanan dan tinggi energi potensial yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tinggi energi kinetik


Tinggi energi kinetik atau tinggi kecepatan diartikan sebagai energi kinetik tiap satuan berat.
Apabila jumlah energi kinetik cairan yang melalui suatu penampang aliran seluas ∆A adalah
γ u 3 ∆A
maka tinggi kecepatan adalah :
2g

γ u 3 ∆A u 2
= dalam (m) …………………………………..….(3.3.4)
2 g γ u ∆A 2 g

Hidrolika 39
 
    Hidrodinamika

b. Tinggi tekanan
Tinggi tekanan diartikan sebagai jumlah kerja aliran tiap satuan berat. Kerja aliran adalah
suatu kerja yang dilakukan oleh elemen cairan pada sekitarnya selama cairan tersebut mengalir.
Dengan demikian tinggi tekanan adalah sama dengan w f / G atau :

wf p Au p
= = dalam (m) …………………………..….(3.3.5)
G ρ g Au ρ g

c. Tinggi energi potensial


Tinggi energi potensial atau tinggi letak diartikan sebagai energi potensial tiap satuan berat. Hal
ini dapat dijelaskan dengan mengambil contoh perhitungan jumlah kerja yang diperlukan untuk
mengangkat suatu elemen cair seberat G ke suatu posisi setinggi z. Besarnya energi potensial
tersebut adalah :

wp = m g z

dengan demikian tinggi energi potensial adalah :


wp mg z
= = z dalam (m) …………………………………..….(3.3.6)
G mg

Ruas kanan dari persamaan (3.2.2) adalah “tinggi energi total” (total head) H. Selanjutnya untuk
menunjukkan penerapan hukum Bernoulli pada suatu sistem aliran digunakan contoh pada gambar 3.6
berikut ini :

Penampang 1 Penampang 2
2
u1 2
u2
2g
2g
p1
p2
ρg
1 2 ρg
Z = 0 Datum

Gambar 3.6.Penerapan Hukum Bernoulli untuk suatu garis arus dari aliran di dalam saluran terbuka

Hidrolika 40
 
    Hidrodinamika

Untuk suatu garis arus diantara penampang 1 dan penampang 2 seperti pada gambar 3.3 dapat
diterapkan persamaan Bernoulli antara penampang 1 dan penampang 2.
2 2
p1 u1 p u
H = z1 + + = z2 + 2 + 2 ………………………………….…..(3.3.7)
ρ g 2g ρ g 2g
atau :
2 2
p1 − p 2 u1 − u 2
z1 − z 2 + + =0 …………………………………...…(3.3.8)
ρg 2g
dimana :
z1 − z 2 = selisih tinggi letak antara titik 1 dan titik 2
p1 − p 2
= selisih tinggi tekanan antara titik 1 dan titik 2
ρg
2
u1 − u 2
= selisih tinggi kecepatan antara titik 1 dan titik 2
2g

semua diukur dari dataran

Seperti dijelaskan dimuka bahwa Hukum Bernoulli diturunkan dengan beberapa asumsi yang
dalam keadaan sebenarnya jarang terjadi. Oleh karena itu penggunaan Hukum Bernoulli mempunyai
batas-batas yang disebut “batas berlakunya Hukum Bernoulli”, yaitu :
1. Hukum Bernoulli diturunkan dengan asumsi bahwa kecepatan aliran pada suatu penampang
adalah sama karena yang diambil adalah penampang kecil sekali yaitu ∆A . Dalam persoalan
sesungguhnya kecepatan aliran di tiap titik di suatu penampang tidak sama, oleh karena itu dalam
1
A∫
penggunaan persamaan Bernoulli yang dicantumkan adalah kecepatan rata-rata u = u dA .

Kemudian, karena besarnya energi kinetik tergantung pada u 3 dimana u 3 ≠ u 3


maka apabila
yang digunakan di dalam persamaan Bernoulli adalah u besarnya energi kinetik harus dikalikan
dengan suatu koefisien yaitu “koefisien energi” α (Penjelasan mengenai α akan disajikan di
dalam sub bab tersendiri).
2. Hukum Bernoulli diasumsikan dengan asumsi bahwa tidak terdapat gaya-gaya luar yang bekerja
pada aliran kecuali gaya berat. Di dalam kenyataan aliran selalu terdapat gaya geser, baik gaya
geser antara lapisan-lapisan cairan itu sendiri, maupun antara cairan dan dinding saluran. Dengan
demikian, persamaan Bernoulli dapat digunakan apabila gaya-gaya geser tersebut dan gaya-gaya
luar lainnya kecil sekali dan dapat diabaikan.

Hidrolika 41
 
    Hidrodinamika

3. Hukum Bernoulli diturunkan dengan asumsi bahwa tidak terdapat kehilangan energi di dalam
aliran. Di dalam kenyataan aliran akan terjadi kehilangan energi akibat geseran, apabila yang
mengalir adalah cairan berkekentalan. Dengan demikian persamaan Bernoulli baru dapat
digunakan apabila cairan yang mengalir dianggap tidak berkekentalan sehingga kehilangan energi
karena geseran dapat diabaikan.
4. Hukum Bernoulli diturunkan dengan asumsi bahwa kerapatan cairan di dalam aliran adalah
konstan ( ρ = konstan). Dengan demikian persamaan Bernoulli dapat digunakan apabila
kerapatan cairan ρ dianggap konstan.

3.4 PERSAMAAN ENERGI DAN GARIS ENERGI
Penurunan persamaan energi dapat dilakukan dengan menerapkan hukum ketetapan energi
dalam konsep volume kontrol dengan bantuan hukum dari thermodinamika.
Apabila H dari persamaan (3.2.2) adalah energi total dari suatu sistem, maka persamaan energi
dapat diturunkan dari persamaan tersebut, namun harus dibantu dengan hukum pertama thermodinamika,
yaitu :
∆E = Q − W ……………………………………………………………….(3.4.1)

dimana :
∆E = total energi
Q H = pemindahan panas pada sistem
W = kerja yang dilakukan pada atau oleh sistem

E = E k + E p + Eu ……………………………………………………….(3.4.2)

dimana :
E k = energi kinetik

E p = energi potensial

E u = energi internal

E
Apabila H = E , maka k = = e dimana e terdiri dari ek , e p dan eu .
m
Kemudian apabila harga-harga tersebut dimasukkan ke dalam persamaan (3.4.2) di dapat persamaan :
dE ∂
( )
= ∫ ρ ( ek + e p + eu )dV + ∫ ρ ( ek + e p + eu ) v N dA ………….……(3.4.3)
dt ∂t CV CA

Hidrolika 42
 
    Hidrodinamika

Dengan memasukkan persamaan (3.4.1) kedalam persamaan (3.4.3) dan mengambil asumsi
bahwa aliran adalah aliran tetap maka didapat persamaan :

= ∫ ρ ( ek + e p + eu )⎜ V d A ⎟
dE dQH dW ⎛→ →⎞
= − ………………….……(3.4.4)
dt dt dt CA ⎝ ⎠
1 →2
mV
1 →
ek = energi kinetik tiap satuan masa, yaitu : ek = 2 = V 2

m 2
mg z
e p = energi potensial tiap satuan masa, yaitu : e p = =g z
m
dengan demikian maka persamaan (3.8.4) dapat dinyatakan sebagai berikut :
⎛ →2 ⎞ → →
dQH dW ⎜V ⎟⎛ ⎞
− = ∫ρ⎜ + g z + eu ⎟ ⎜ V d A ⎟ ……………………………….(3.4.5)
dt dt CA ⎜ 2 ⎟⎝ ⎠
⎝ ⎠

Selanjutnya besarnya kerja yang dilakukan pada atau oleh sistem dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Kerja aliran (flow work) w f , yaitu kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya tekan selama sistem

bergerak di dalam ruang. Misalnya suatu sistem bergerak melalui suatu pipa tertutup seperti pada
gambar 3.7.

2

N 2 V 2

1

V 1
N1 A2

A1

Gambar 3.7.Sistem aliran bergerak melalui suatu saluran tertutup

Pada penampang 2 gaya yang bekerja pada cairan adalah p 2 A2 dan jarak yang tempuh oleh

penampang ini dalam waktu ∆t adalah ∆L = V 2 ∆t .
Dengan demikian kerja yang dilakukan oleh sistem pada cairan di dalam waktu ∆t adalah :

∆w f , 2 = p 2 A2 V 2 ∆t

Jumlah kerja w f , 2 = p 2 A2 V 2 …………………………………..….(3.4.6a)

Sama halnya dengan di penampang 1.

Hidrolika 43
 
    Hidrodinamika


w f ,1 = − p1 A1 V 1 ……………………………………………...(3.4.6b)

Tanda negatif disini menunjukkan bahwa gaya normal yang bekerja pada cairan berlawanan arah
dengan arah aliran.
Di dalam bentuk vektor produk dari persamaan (3.4.6) adalah :
⎛→ →⎞
wf = p⎜ V d A ⎟ …………………………………………...…..(3.4.7)
⎝ ⎠

2. Kerja baris(shaft work) ws , yaitu kerja yang dilakukan oleh cairan pada mesin (turbine) dimana

energi dikeluarkan dari sistem, atau kerja yang dilakukan pada cairan oleh mesin (poma) dimana
energi diberikan pada sistem.
3. Kerja geseran (shear work) yaitu kerja yang dilakukan oleh gaya geser. Karena gaya geser
bekerja pada dinding dimana kecepatan gerak cairan sama dengan nol maka kerja geseran ini
juga sama dengan nol.
Dengan ketentuan-ketentuan tersebut maka persamaan (3.4.5) dapat dinyatakan sebagai berikut :
⎛ →2 ⎞ → →
dQH dws ⎜ p V ⎟⎛ ⎞
− = ∫ρ⎜ + + g z + eu ⎟ ⎜ V d A⎟ ………………….……(3.4.8)
dt dt CA ⎜ ρ 2 ⎟⎝ ⎠
⎝ ⎠

Apabila persamaan (3.3.8) diterapkan untuk suatu sistem aliran dimana terdapat satu pompa dan
satu turbin seperti pada gambar 3.8 akan didapat :
N 3 p3
τs

Pompa

V3
Turbin



V1
V2
N1 N2
p1 τs p2
Z1 Z2
datum

Gambar 3.8.Suatu sistem aliran melalui satu pompa dan satu turbin

Hidrolika 44
 
    Hidrodinamika

⎛ →
2 ⎞ → →
dQH dw p dwT ⎜ p V1 ⎟⎛ ⎞
+ − = ∫ ρ1 ⎜ + + g z1 + eu ⎟ ⎜ V d A1 ⎟ +
dt dt dt CA 1 ⎜ ρ 2 ⎟⎝ ⎠
⎝ ⎠
⎛ →
2 ⎞ → →
⎜ p V2 ⎟⎛ ⎞
∫ ρ 2⎜
⎜ ρ
+
2
+ g z 2 + eu ⎟ ⎜ V d A 2 ⎟ +
⎟⎝ ⎠
……….(3.4.9)
CA 2
⎝ ⎠
⎛ →
2 ⎞ → →
⎜ p V3 ⎟⎛ ⎞
∫ ρ 3⎜
⎜ ρ
+
2
+ g z 3 + e u ⎟ ⎜ V d A3 ⎟
⎟⎝ ⎠
CA 3
⎝ ⎠

Apabila diambil asumsi bahwa ρ , z, p dan eu konstan diseluruh penampang maka suku
pertama ruas kanan persamaan (3.3.9) dapat diuraikan sebagai berikut :

→ 3 → →
p1
∫(
CA 1
) = − ρ1 ∫ V1 dA1 − ρ1 ∫ V 2 dA1 − ρ1 g z1 ∫ V 1 dA1 − ρ1 eu 1 ∫ V 1 dA1 …(3.4.10)
ρ1 2

untuk selanjutnya diambil :


→ →
V 2 V 2
α ρV A= ρ ∫
3
dA = dQm …………………………………...…(3.4.11)
A
2 2

dimana α = faktor koreksi pembagian kecepatan (akan dijelaskan kemudian) pada suatu
penampang yang ditambahkan pada penggunaan kecepatan rata-rata pangkat 3 ( V 3 ). Sedangkan Qm

adalah sama dengan ρ A u , atau


Qm = ρ A u = ρ ∫ V dA …………………………………………………......….(3.4.12)
A

Analog untuk penampang 2 dan 3 maka persamaan (3.3.9) dapat disederhanakan menjadi:

dQ H dw p dwT ⎛ α u 2 p ⎞ ⎛ αu2 p ⎞
+ − = ⎜⎜ + + g z ⎟⎟ Qm 2 − ⎜⎜ + +gz ⎟⎟ Qm 1 +
dt dt dt ⎝ 2 ρ ⎠2 ⎝ 2 ρ ⎠1
+ eu 2 Qm 2 − eu 1 Qm 1 …………………………..….(3.4.13)

Apabila :

Hidrolika 45
 
    Hidrodinamika

dQH
1. + eu 1 Q m 1 − eu 2 Q m 2 = g Q m k f …………………………………..….(3.4.14)
dt

Yaitu jumlah panas yang disebabkan oleh geseran dan menyebabkan kehilangan tinggi energi
sebesar k f .

dw p
2. = g Qm k p …………………………………………………..….(3.4.15)
dt

Yaitu jumlah kerja yang dilakukan oleh pompa pada sistem aliran yang menyebabkan tambahan
tinggi energi sebesar k p .

dwT
3. = g Qm k T …………………………………………………..….(3.4.16)
dt

Yaitu jumlah kerja yang dilakukan oleh sistem aliran pada turbin yang menyebabkan kehilangan
energi sebesar k T .

Maka persamaan (3.4.12) dapat dinyatakan sebagai berikut :


⎛ αu2 p ⎞
g Qm k f + g Qm k T − g Qm k p = ⎜⎜ + +gz ⎟⎟ Qm 2 +
⎝ 2 ρ ⎠2
…………...…(3.4.17)
⎛ αu2 p ⎞
− ⎜⎜ + +gz ⎟⎟ Qm 1
⎝ 2 ρ ⎠1

Karena debit aliran konstan maka apabila persamaan (3.4.17) dibagi dengan g Qm dimana

Qm = Qm1 = Qm 2 , akan didapat :

⎛α u 2 p ⎞ ⎛α u 2 p ⎞
− k f + k p − k T = ⎜⎜ + + z ⎟⎟ − ⎜⎜ + +z ⎟⎟ ………….…..(3.4.18)
⎝ 2g ρ g ⎠2 ⎝ 2 g ρ g ⎠1

atau :
α u1 2 p1 α u2 2 p2
+ + z1 + k p = + + z 2 + k f + kT …………………..….(3.4.19)
2g ρ 2g ρ

Hidrolika 46
 
    Hidrodinamika

Persamaan (3.4.18) atau Persamaan (3.4.19) dikenal sebagai bentuk umum persamaan energi
⎛ LF ⎞
(mechanical energy balance) dalam dimensi tinggi energi ⎜ = L ⎟ , dimana :
⎝ F ⎠
αu2
= tinggi kecepatan dalam m
2g
p
= tinggi tekanan dalam m
ρg
z = tinggi letak dalam m

3.5 ALAT UKUR VENTURI DAN PIPA PITOT


3.5.1 Alat Ukur Venturi
Alat ukur venturi digunakan untuk mengukur laju aliran dalam di dalam pipa. Alat ukur ini pada
umumnya berupa benda tuangan (Gambar 3.9) yang terdiri dari bagian hulu yang berukuran sama dengan
pipa, mempunyai lapisan perunggu dan mempunyai cincin piezometer guna mengukur tekanan statik,
daerah kerucut konvergen, leher yang berbentuk silinder dengan lapisan perunggu yang mempunyai cincin
piezometer dan daerah kerucut yang berdivergensi secara berangsur-angsur menjadi bagian yang
berbentuk silinder yang berukuran sama dengan pipa. Sebuah manometer diferensial dipasang pada
kedua cincin pizometer. Ukuran alat ukur venturi dispesifikasikan dengan garis tengah pipa dan leher,
misalnya alat ukur venturi 6 kali 4 inch cocok dengan pipa yang bergaris tengah 6 inch dan mempunyai
leher yang bergaris tengah 4 inch. Agar hasilnya tepat maka alat ukur venturi hendaknya didahului dengan
sekurang-kurangnya 10 garis-tengah pipa lurus. Dalam cairan dari pipa ke leher, kecepatan sangat
meningkat dan sesuai dengan hal itu tekanan sangat berkurang. Akan dibuktikan bahwa banyaknya debit
dalam hal aliran takmampumampat (inkompresibel) merupakan fungsi penunjukan manometer.

Gambar 3.9.Alat Ukur Venturi

Hidrolika 47
 
    Hidrodinamika

Tekanan di penampang hulu dan leher adalah tekanan nyata, dan kecepatan-kecepatan dari
persamaan Bernoulli adalah kecepatan teoritis. Terlebih dahulu, dengan persamaan Bernoulli (yaitu tanpa
suku kerugian tinggi-tekan) kita memperoleh kecepatan teoritik di leher. Dengan mengalikan kecepatan ini
dengan koefisien kecepatan Cv, Kita mendapat kecepatan nyata. Maka kecepatan-kecepatan kali luas
nyata leher menentukan debit nyata.
V 2 lt P1 V 2 2t P 2
+ +h= + ……………………………………………..(3.5.1)
2g γ 2g γ

Disini datum ketinggian diambil melalui titik 2. V1 dan V2 masing-masing ialah kecepatan rata-rata
di penampang 1 dan 2; maka dari itu , α1 dan α2 diasumsikan satu. Dengan persamaan kontinuitas V1D12 =
V2D22 ,
2 4
V1 V
2
⎛ D2 ⎞
= 2 ⎜⎜ ⎟⎟ …………………………………………………………….(3.5.2)
2g 2g ⎝ D1 ⎠
Yang berlaku baik untuk kecepatan-kecepatan nyata maupun untuk kecepatan-kecepatan teoritik.
Persamaan dapat diselesaikan untuk V2t,

V2 t
2 ⎡ ⎛D ⎞
4
⎤ P P
= ⎢1 − ⎜⎜ 2 ⎟⎟ ⎥ = 1− 2 +h
2g ⎢⎣ ⎝ D1 ⎠ ⎥⎦ γ

Maka
2 g [h + ( p1 − p 2 ) / γ ]
V2t = 4
…………………………………………………….(3.5.3)
1 − ( D2 / D1 )

Dengan menggunakan koefisien kecepatan V2a = CvV2t kita mendapat

2 g [h + ( p1 − p 2 ) / γ ]
V2a = Cv 4
……………………………………………….(3.5.4)
1 − ( D2 / D1 )

Pengalian dengan A2, menghasilkan debit nyata Q sebagai


2 g [h + ( p1 − p 2 ) / γ ]
Q = CvA2 4
…………………………………………….. (3.5.5)
1 − ( D2 / D1 )

Kini kita dapat menghubungkan beda relative R dengan beda tekanan dengan jalan meneruskan
persamaan unutuk monometer. Dalam satuan panjang air (S1 ialah gravitasi jenis fluida yang mengalir dari
S0 pravitasi jenis cairan manometer)
P1 P2
S1 + (h + k + R`)S1 – R`So – kS1 = S1
γ γ

Hidrolika 48
 
    Hidrodinamika

Penyederhanaan menghasilkan
P1 − P2 So
H+ S1 =R` ( − 1) ………………………………………………….….. (3.5.6)
γ S1
Dengan memasukkannya kedalam persamaan (3.5.5)
2 g [S0 / S1 − 1]
Q = CvA2 4
……………………………………………… …….. (3.5.7)
1 − ( D2 / D1 )

Yang merupakan persamaan alat venturi untuk aliran tak mampu mampat. Besarnya koefisien kontraksi
adalah satu; maka Cv =Cd . Perlu kiranya dicatat bahwa h telah lenyap dari persamaan. Debit bergantug
pada beda relative R’ bagaimanapun orientasi meteran-venturinya, apakah meteran venturi tersebut
horizontal, vertical atau miring berlaku persamaan yang tepat sama.
Cv ditentukan dengan kalibrasi, yaitu dengan mengukur debit serta beda relative dan
menyelesaikan persamaan untuk memperoleh Cv, yang biasanya digambar secara grafik terhadap
bilangan Reynolds. Bagi alat ukur venture yang sangat licin disebelah dalam, koefisien tersebut dapat lebih
besar daripada satu. Hal ini bukan berarti tidak terdapat kerugian tetapi merupakan akibat diabaikannya
factor koreksi energi kinetik α 1, α 2 dalam persamaan Bernoulli. Pada umumnya α 1,lebih besar dari α 2 ,
karena daerah yang menyempit membuat seragamnya distribusi kecepatan di penampang 2.
Alat ukur venturi mempunyai kerugian menyeluruh rendah yang disebabkan oleh daerah berbentuk
kerucut yang membesar secara berangsur-angsur, yang membantu mengubah energi kinetik yang tinggi
tekanan kembali. Besarnya kerugian tersebut adalah kurang lebih 10-15 persen dari perubahan tinggi
tekan antara penampang 1 dan 2.

3.5.2 Pipa Pitot


Pipa Pitot adalah suatu alat pengukur kecepatan aliran yang sering digunakan untuk mengukur
kecepatan aliran saluran terbuka terutama di laboratorium. Alat ini berbentuk suatu pipa bengkok diameter
kecil yang diletakkan di dalam aliran saluran terbuka seperti pada gambar 3.10 Dengan posisi alat tersebut
cairan akan masuk kedalam pipa dan naik setinggi H diatas permukaan air.

 
Gambar 3.10.Pipa Pitot

Hidrolika 49
 
    Hidrodinamika

Kecepatan di titik 2 adalah nol (titik stagnasi). Dengan menggunakan persamaan Bernoulli kecepatan dititik
1 dapat dihitung :
2 2
u1 p u p
+ 1 + z1 = 2 + 2 + z 2
2g ρ g 2g ρ g

z1 =  z 2 = 0 (pada bidang persamaan)


P1 = ρgh, P2 = ρg(h+H), dan u2 =0
2
u1 p p pg (h + H − h)
= 2 − 1 = =H
2g ρ g ρ g ρg

U12 = 2gH, atau U1 = 2 gh

Dengan mengukur tinggi H kecepatan di hulu pipa yaitu u1 dapat ditentukan. Pipa tersebut
dinamakan pipa Pitot. Untuk ketelitian pengukuran, pipa ini digunakan untuk u1 > 0,2 m/det, karena untuk
u1 > 0,2 m/det maka H=2mm, sehingga terlalu kecil untuk pembaca. Didalam praktek biasanya digunakan
pipa Pitot kombinasi yang terdiri dari dua pipa. Satu pipa mempunyai bukaan pada ujung aliran seperti
gambar 3.10 , sedang pipa yang lain mempunyai bukaan pada dua sisi bagian horizontal dan mengukur
tinggi piezometrik h.

Hidrolika 50
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

BAB IV
HIDROLIKA ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

4.1 KARAKTERISTIK UMUM DARI ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA


Aliran saluran terbuka dapat terjadi dalam bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari aliran diatas
permukaan tanah yang terjadi pada waktu hujan, sampai aliran dengan kedalaman air konstan dalam
saluran prismatis. Masalah aliran saluran terbuka banyak dijumpai dalam aliran sungai, aliran saluran-
saluran irigasi, aliran saluran pembuangan dan saluran-saluran lain yang bentuk dan kondisi geometrinya
bermacam-macam.
Pada aliran saluran terbuka terdapat permukaan bebas yang berhubungan dengan atmosfer
dimana permukaan bebas tersebut merupakan suatu batas antara dua fluida yang berbeda kerapatannya
yaitu cairan dan udara dan pada permukaan ini terdapat tekanan atmosfer. Dalam hal hubungannya
dengan atmosfir perlu adanya pertimbangan bahwa kerapatan udara jauh lebih rendah daripada kerapatan
air.
Aliran pada saluran terbuka dapat digolongkan menjadi aliran seragam (Uniform Flow) apabila
kecepatan aliran disepanjang saluran adalah tetap, dalam hal kecepatan aliran tidak tergantung pada
tempat atau tidak berubah menurut tempat (δv/ δs = 0), sebaliknya apabila kecepatan berubah
menurut tempat (δv/ δs ≠ 0) aliran disebut aliran tidak seragam (Nonuniform flow). Aliran tidak seragam
dapat dibagi menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) dan aliran berubah dengan cepat
(rapidly varied flow). Aliran disebut berubah lambat laun apabila perubahan kecepatan terjadi secara
lambat laun dalam jarak yang panjang, sedangkan aliran disebut berubah dengan apabila perubahan
terjadi pada jarak yang pendek.

4.2 KRITERIA ALIRAN


Aliran saluran terbuka dapat digolongkan dalam banyak tipe. Penggolongan tipe aliran yang terjadi
dalam saluran terbuka dapat di dasarkan pada bermacam-macam kriteria.
Aliran tetap (steady flow) merupakan salah satu jenis aliran; kata “tetap” menunjukkan bahwa di
seluruh analisis aliran diambil asumsi bahwa debit alirannya tetap. Apabila aliran melalui saluran prismatis
∂V
maka kecepatan aliran V juga tetap, atau kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu ( = 0),
∂t

Hidrolika 51
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

∂V
sebaliknya apabila kecepatan aliran berubah menurut waktu ( ≠ 0 ) aliran disebut aliran tidak tetap
∂t
(unsteady flow).

Aliran seragam (uniform flow) merupakan jenis aliran yang lain; kata “seragam” menunjukkan
bahwa kecepatan aliran disepanjang saluran adalah tetap, dalam hal kecepatan aliran tidak tergantung
∂V
pada tempat atau tidak berubah menurut tempat ( = 0), sebaliknya apabila kecepatan berubah
∂s
∂V
menurut tempat ( ≠ 0 ) aliran disebut aliran tidak seragam (nonuniform flow). Aliran seragam dan tetap
∂s
∂V ∂V
disebut aliran beraturan ( = 0 dan = 0 ). Aliran tidak seragam dapat dibagi menjadi aliran berubah
∂t ∂s
lambat laun (gradually varied flow) dan aliran berubah dengan cepat (rapidly varied flow). Aliran disebut
berubah lambat laun apabila perubahan kecepatan terjadi secara lambat laun dalam jarak yang panjang,
sedangkan aliran disebut berubah dengan apabila perubahan terjadi pada jarak yang pendek.

Untuk saluran prismatis jenis aliran tersebut diatas juga dapat dinyatakan dalan perubahan
kedalaman aliran seperti ditunjukkan dalam persamaan-persamaan sebagai berikut :

∂h ∂h
Aliran tetap : =0 ; aliran tidak tetap : ≠0
∂t ∂t

∂h ∂h
Aliran seragam : =0; aliran tidak seragam : ≠0
∂s ∂s

Contoh dari perubahan kedalaman air disepanjang aliran dapat dilihat pada Gb.4.1 dibawah ini.

Terjunan

Air balik (backwater)


  h1 
    h2 

Laut

(a) (b) (c) Laut

Gambar 4.1 Perubahan kedalaman air (a. aliran seragam; b. aliran berubah lambat laun;
c. aliran berubah dengan cepat) disepanjang aliran

Hidrolika 52
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

4.3 SIFAT-SIFAT ALIRAN


Seperti beberapa kondisi geometri aliran, saluran terbuka dapat dibedakan menjadi aliran laminar, aliran
transisi atau aliran turbulen tergantung berbagai macam kondisi yang mempengaruhinya.
Aliran laminer adalah suatu tipe aliran yang ditunjukkan oleh gerak partikel-partikel cairan
menurut garis-garis arusnya yang halus dan sejajar. Sebaliknya aliran turbulen tidak mempunyai garis-
garis arus yang halus dan sejajar sama sekali. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya
pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel
cairan di seluruh penampang aliran.
Parameter yang dipakai sebagai dasar untuk membedakan sifat aliran tersebut adalah suatu
parameter tidak berdimensi yang disebut angka Reynold (Re). Reynold menetapkan analisa dimensi pada
hasil percobaannya dan menyimpulkan bahwa perubahan dari aliran laminair ke aliran turbulen terjadi
pada satu harga, yang sekarang dikenal dengan angka Reynold (Re). Angka ini menyatakan angka
perbandingan antara gaya-gaya kelembaman dan gaya-gaya kekentalan. Angka ini di hitung dengan
persamaan sebagai berikut :
uL
Re = ……………………………………………………………………….……………(4.1)
ν
Dimana :
Re = angka Reynold
u = kecepatan rata-rata aliran (m/det)
L = Panjang karakteristik (m)
ν = Viskositas kinematis cairan (m2 /det)
Panjang karakteristik yang dimaksud dari percobaan Reynold adalah diameter pipa saluran tertutup (D).
Sedangkan untuk saluran terbuka panjang karakteristik diambil sama dengan jari-jari hidraulik (R).
Berdasarkan percobaan aliran laminar saluran tertutup terjadi untuk harga
uD
Re = < 2400
ν
Besarnya harga kritis tersebut sebenarnya tidak terlalu teliti karena masih tergantung pada kondisi aliran
awal di hulu dari pipa percobaan yang dapat di pengaruhi oleh getaran dalam lingkungan percobaan atau
gangguan lain. Dalam hal situasi alirannya stabil sekali ternyata aliran dapat tetap laminar sampai angka
Re = 10000.
Apabila jari-jari hidraulik ( R ) yang diambil sebagai panjang karakteristik maka angka Reynold kritis adalah
600 (2400 dibagi 4), karena diameter pipa sama dengan 4 kali jari-jari hidraulik (D = 4R). Angka Reynold
untuk saluran terbuka menurut perhitungan tersebut adalah 600. Kemudian dari berbagai percobaan
disimpulkan bahwa untuk aliran saluran terbuka:

Hidrolika 53
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

Re < 500 aliran laminar


500 < Re < 12.500 aliran transisi
Re > 12.500 aliran turbulen
Dalam praktek aliran saluran terbuka yang dijumpai pada umumnya adalah aliran turbulen. Sedangkan
alilran laminar pada umumnya banyak dijumpai pada percobaan-percobaan di laboratorium.

4.4 EFEK ANGKA FROUDE


Parameter tidak berdimensi yang membedakan tipe aliran berdasarkan besarnya perbandingan
antara gaya-gaya kelembaman dan gaya-gaya gravitasi adalah angka Froude (FR). Rasio antara gaya-
gaya tersebut dinyatakan dalam persamaan :
u
FR = ……………………………………………………………………..…………(4.2)
gL

Dimana:

FR = angka Froude (tidak berdimensi/ tidak mempunyai satuan)


u = kecepatan rata-rata aliran (m/det)
L = Panjang karakteristik (m)
g = gaya gravitasi (m/det2)

Dalam aliran saluran terbuka panjang karakteristik disamakan dengan kedalaman hydraulik D.
Dengan demikian untuk aliran saluran terbuka angka Froude adalah:
u
FR = ………………………………………………………………………………(4.3)
gD
Dimana:
FR = angka Froude (tidak berdimensi/ tidak mempunyai satuan)
u = kecepatan rata-rata aliran (m/det)
D = Panjang kedalaman hidraulik (m)
g = gaya gravitasi (m/det2)

Apabila angka F sama dengan satu maka Pers.3.10 menjadi:


F= gD ……………………………………………………………………..…………(4.4)

Dimana:

gD = kecepatan rambat gelombang (celerity), dari gelombang gravitasi yang terjadi dalam aliran

dangkal.

Hidrolika 54
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

4.5 TIPE ALIRAN


Sehubungan dengan harga bilangan Froude yaitu dengan memperbandingkan gaya-gaya
kelembaman dan gaya-gaya gravitasi maka aliran dibedakan dalam :
1. Aliran kritis (critical flow), apabila harga FR sama dengan satu.
2. Aliran sub-kritis (subcritical flow) Apabila harga angka FR lebih kecil daripada satu, dalam kondisi
ini gaya gravitasi memegang peran lebih besar; dalam hal ini kecepatan aliran lebih kecil daripada
kecepatan rambat gelombang dan hal ini ditunjukkan dengan lairannya yang tenang.
3. Aliran super-kritis (supercritical flow) apabila harga FR lebih besar daripada satu, dalam hal ini
gaya-gaya inersia menjadi dominan, jadi aliran mempunyai kecepatan besar; kecepatan aliran
lebih besar daripada kecepatan rambat gelombang yang ditandai dengan alirannya yang deras.

Suatu kombinasi dari efek viskositas dan Gravitasi menghasilkan salah satu dari empat regime
aliran, yang disebut:
(a) subkritis-laminer (subcritical-laminer), apabila FR lebih kecil daripada satu dan Re berada
dalam rentang laminer;
(b) superkritis-laminer (supercritical-laminer), apabila FR lebih besar daripada satu dan Re
berada dalam rentang laminer;
(c) superkritis-turbulent (supercritical-turbulent), apabila FR lebih besar daripada satu dan Re
berada dalam rentang turbulen;
(d) subkritis-turbulen (subcritical-turbulent), apabila FR lebih kecil daripada satu dan Re berada
dalam rentang turbulen.

4.6 PEMBAGIAN KECEPATAN DAN PEMBAGIAN TEKANAN DALAM PENAMPANG


SALURAN
4.6.1 Pembagian kecepatan di dalam penampang saluran
Adanya permukaan bebas dan geseran sepanjang dinding dan dasar saluran, maka kecepatan di
penampang saluran tidak merata. Kecepatan maksimun terjadi di dekat permukaan air sekitar 0,05 sampai
0,25 dari kedalaman aliran. Makin dekat dengan dinding saluran makin dalam letak kecepatan maksimum.
Pola umum pembagian kecepatan di arah vertikal dan horisontal untuk suatu penampang saluran
dapat dijelaskan dengan gambar berikut :

Hidrolika 55
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

0 0

Gambar.4.2. Pembagian kecepatan dalam saluran berpenampang persegi empat

Tipikal garis dengan kecepatan sama di dalam aliran saluran terbuka dapat digambar sebagai berikut :

2 2
1,5
1,5
 1 1
0,5

(a) Penampang segitiga (b) Penampang trapesium

2,5 0,5
2 1,5
2
1
1,5

(c) Penampang lingkaran (d) Penampang dangkal (parit)

Hidrolika 56
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

2,5 
2,5
2
2  1
0,5
1,5

(f) Penampang alam tidak teratur 


1

(e) Penampang persegi empat yang sempit

Gambar.4.3 Tipe garis-garis dimana kecepatan alirannya sama dalam berbagai jenis penampang saluran
terbuka

Dari gambar tersebut tampak bahwa penampang lingkaran yang mempunyai pembagian
kecepatan yang lebih teratur sesuai lengkung dinding saluran.
Karena pembagian kecepatan yang tidak merata tersebut maka kecepatan di setiap tidak sama.
Dengan demikian apabila Hukum Bernoulli, Hukum Energi dan Hukum Momentum akan diterapkan untuk
suatu penampang aliran diperlukan harga kecepatan rata – rata. Karena kecepatan rata – rata tidak sama
dengan kecepatan di tiap – tiap garis arus maka perlu ada koreksi dari kecepatan rata – rata V .
Apabila akan diterapkan Hukum Energi maka besarnya tinggi kecepatan perlu dikoreksi dengan
2
αV
suatu koefisien α. Sehingga tinggi kecepatan menjadi . Koefisien α dikenal dengan koefisien energi
2g
atau koefisien Coriolis.

4.6.2 Pembagian Tekanan di dalam suatu Penampang Saluran


Seperti halnya kecepatan, besarnya tekanan di setiap kedalaman air di suatu penampang tidak
sama. Diagram tekanan di suatu penampang saluran dapat digambar menurut Hukum Hidrostatika
dimana :
P=ρgh

Untuk suatu saluran dengan kemiringan kecil tekanan si suatu titik di dalam aliran air dapat diukur
dari tinggi permukaan air di suatu kolom piezometrik yang dipasang pada titik yang diukur, seperti tampak
pada gambar di bawah ini.

Hidrolika 57
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

Gambar 4.4 Pembagian tekanan pada saluran dengan kemiringan kecil

Apabila piezometrik dipasang maka air di kolam naik sampai ke garis hidrolik yang berimpit
dengan permukaan air. Oleh karena itu tekanan di setiap titik akan berbanding lurus (proporsional) dengan
kedalaman titik tersebut.
Diagram pembagian tekanan dalam kondisi ini disebut : pembagian tekanan hidrostatik. Hal ini
terjadi pada kondisi aliran dimana garis– garis arusnya lurus dan paralel serta mempunyai kemiringan kecil.
Apabila kemiringan saluran diperbesar kemiringan tersebut mempunyai dampak pada pembagian
tekanan.
Apabila dasar saluran berbentuk lengkung (cembung atau cekung) maka garis – garis arusnya
juga melengkung yang dikenal dengan aliran curvilinier.
Efek dari lengkung akan terdapat komponen percepatan atau gaya centrifugal tegak lurus arah
aliran yang menyebabkan perubahan pada diagram pembagian kecepatan.
Pada dasar cembung seperti tampak pada gambar di bawah ini, gaya centrifugal bekerja vertikal
ke arah atas berlawanan arah dengan gaya gravitasi sehingga menyebabkan tinggi tekanan lebih rendah
dari pada tekanan hidrostatik.
Pipa piezometer 

Gambar 4.5. Pembagian kecepatan pada aliran melengkung (cembung)

Hidrolika 58
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

h = hs – c .................................................................................. (4.5)
Pada dasar cekung, gaya centrifugal bekerja vertikal ke arah bawah searah gaya gravitasi
sehingga menambah besarnya tinggi tekan melebihi tekanan hidrostatik.

Pipa piezometer 

Gambar 4.6. Pembagian kecepatan pada aliran melengkung (cekung)

Dari gambar tersebut diatas tampak bahwa tinggi tekanan lebih besar dari pada tekanan hidrostatik
dengan selisih tinggi sebesar c.
h = hs + c .................................................................................. (4.6)
Harga c pada persamaan (3.13) dan diatas dapat dicari dengan menggunakan Hukum Newton.
ρd V 2
P = m .a = +
g n

V2
Dimana : a= = percepatan centrifugal
i
ρ d V2
c= = = koreksi tinggi energi
γ g n
d = kedalaman aliran

4.7 BENTUK GEOMETRI SALURAN


Penampang saluran (channel cross section) adalah penampang yang diambil tegak lurus arah
aliran, sedang penampang yang diambil vertical disebut penampang vertikal (vertical section). Dengan
demikian apabila dasar saluran terletak horizontal maka penampang saluran akan sama dengan
penampang vertikal.
Saluran buatan biasanya direncanakan dengan penampang beraturan menurut bentuk geometri
yang biasa digunakan di dalam praktek yaitu bentuk-bentuk: trapesium, persegi empat (dengan sudut
tajam atau lengkung), segitiga (dengan sudut dasar tajam atau lengkung), lingkaran, parabol.

Hidrolika 59
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

Bentuk penampang trapesium adalah bentuk yang biasa digunakan untuk saluran-saluran irigasi
atau saluran-saluran drainase karena menyerupai bentuk saluran alam, dimana kemiringan tebingnya
menyesuaikan dengan sudut lereng alam dari tanah yang digunakan untuk saluran tersebut. Bentuk
penampang persegi empat atau segitiga merupakan penyederhanaan dari bentuk trapesium yang
biasanya digunakan untuk saluran-saluran drainase yang melalui lahan-lahan yang sempit. Bentuk
penampang lingkaran biasanya digunakan pada perlintasan dengan jalan; saluran ini disebut gorong-
gorong (culvert).
Elemen geometri penampang memanjang saluran terbuka dapat dilihat pada Gb.4.7 berikut ini:

   y  d

Penampang melintang 
Datum θ                       Datum 

Gambar 4.7 Penampang memanjang dan penampang melintang aliran saluran terbuka

• Kedalaman aliran (hydraulic depth) dengan notasi d adalah kedalaman dari penampang aliran,
sedang kedalaman y adalah kedalaman vertikal (lihat Gb.4.7), dalam hal sudut kemiringan dasar
saluran sama dengan θ maka :
d = y cos θ .......................................................................................... (4.7)

• Duga (stage) adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan air di atas suatu datum (bidang
persamaan).

• Lebar permukaan (top width) adalah lebar penampang saluran pada permukaan bebas (lihat
Gb.4.8). Notasi atau simbol yang digunakan untuk lebar permukaan adalah T, dan satuannya
adalah satuan panjang.

• Luas penampang (area) mengacu pada luas penampang melintang dari aliran di dalam saluran.
Notasi atau simbol yang digunakan untuk luas penampang ini adalah A, dan satuannya adalah
satuan luas.

• Keliling basah (wetted parimeter) suatu penampang aliran didefinisikan sebagai bagian/porsi
dari parameter penampang aliran yang bersentuhan (kontak) dengan batas benda padat yaitu

Hidrolika 60
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

dasar dan/atau dinding saluran. Dalam hal aliran di dalam saluran terbuka batas tersebut adalah
dasar dan dinding/tebing saluran seperti yang tampak pada Gb. 4.8 di bawah ini. Notasi atau
simbol yang digunakan untuk keliling basah ini adalah P, dan satuannya adalah satuan panjang.

Luas 
penampang
Keliling basah 

Gambar 4.8 Parameter Lebar Permukaan (T), Lebar Dasar (B), Luas Penampang dan Keliling basah
suatu aliran

• Jari-jari hydraulik (hydraulic radius) dari suatu penampang aliran bukan merupakan karakteristik
yang dapat diukur langsung, tetapi sering sekali digunakan didalam perhitungan. Definisi dari jari
jari hydraulik adalah luas penampang dibagi keliling basah, dan oleh karena itu mempunyai satuan
panjang; notasi atau simbul yang digunakan adalah R, dan satuannya adalah satuan panjang.
Untuk kondisi aliran yang spesifik, jari-jari hydraulik sering kali dapat dihubungkan langsung
dengan parameter geometrik dari saluran. Misalnya, jari-jari hydraulik dari suatu aliran penuh di
dalam pipa (penampang lingkaran dengan diameter D) dapat dihitung besarnya jari-jari hydraulik
sebagai berikut:

A ΠD 2 / 4 D
R= , Rlingkaran = = ……………………………………………………. (4.8)
Pw ΠD 4

Dimana:
R = Jari-jari hydraulik (ft/m)
A = Luas penampang (ft2 atau m2)
Pw = Keliling basah (ft atau m)
D = Diameter pipa (ft atau m)

• Kedalaman hydraulik (hydraulic depth) dari suatu penampang aliran adalah luas penampang
dibagi lebar permukaan, dan oleh karena itu mempunyai satuan panjang. Simbul atau notasi yang
digunakan adalah D.

Hidrolika 61
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

A
D= ................................................................................................. (4.9)
T

• Faktor Penampang untuk perhitungan aliran kritis (section factor for critical-flow
computation) adalah perkalian dari luas penampang aliran A dan akar dari kedalaman hydraulik
D. Simbol atau notasi yang digunakan adalah Z.

A
Z=A D =A ............................................................................... (4.10)
T

• Faktor Penampang untuk perhitungan aliran seragam (section factor for uniform-flow
computation) adalah perkalian dari luas penampang aliran A dan pangkat 2/3 dari jari-jari
hydraulik : AR2/3
Persamaan / rumus elemen geometri dari berbagai bentuk penampang aliran dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1. Unsur-unsur geometris penampang saluran

• Penampang saluran lebar sekali (wide open channel) adalah suatu penampang saluran terbuka
yang lebar sekali dimana berlaku pendekatan sebagai saluran terbuka berpenampang persegi
empat dengan lebar yang jauh lebih besar daripada kedalaman aliran B >> y, dan keliling basah P
disamakan dengan lebar saluran B. Dengan demikian maka luas penampang A = B . y; P = B ,
sehingga R = A/P = B.y/B = y.

Hidrolika 62
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

Contoh Soal

T

y
y  1

z
B
    B  (b) Persegi empat
(a) Trapesium

T
T

  d0
y y
1
z

(d) Lingkaran
(c) Segitiga

Gambar 4.9. Beberapa bentuk penampang aliran saluran terbuka

a) Suatu saluran berpenampang persegi empat seperti pada Gb.4.9 (a) mempunyai lebar dasar B = 6 m
dan kedalaman aliran y = 0,80 m, digunakan untuk saluran drainase kota (karena pertimbangan
keterbatasan lahan), tentukan besarnya faktor geometri yang lain yaitu: A,P,T,R,D,dan Z.

Jawaban:
Kemiringan tebing : 1 (vertikal) : 0 (horizontal)
Luas Penampang : A = B x y = 6m x 0,80m = 4,80 m2
Keliling basah : P = B + 2y = 6m + 2 x 0,80m = 7,60 m
Lebar permukaan :T=B=6m
A 4,80 m 2
Jari-jari hydraulik :R= = = 0,6316 m
P 7,6 m

A 4,8 m 2
Kedalaman hydraulik : D = = = 0,80 m
T 6m
Faktor Penampang aliran kritis : Z = A D = 4,80 m2 0,80 m = 4,29 m2,5

Hidrolika 63
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

b) Suatu saluran berpenampang trapesium seperti pada Gb.4.9 (b) mempunyai lebar dasar B = 6 m,
kemiringan tebing z = 2 , kedalaman air y = 0,80 m, digunakan untuk saluran irigasi, tentukan besarnya
faktor geometri yang lain yaitu: A,P,T,R,D dan Z.

Jawaban :
Kemiringan tebing : 1 (vertikal) : 2 (horisontal)
Luas penampang : A = (B+zy) y = (6 m + 2 x 0,80 m) 0,8 m
= 6,08 m2

Keliling basah : P = B + 2y 1 + z 2 = 6 + 2 x 0,80 1 + 2 2


= 9,57 m
Lebar permukaan : T = B + 2zy = 6 m + 2 x 2 x 0,80 m
= 9,20 m
A 6,08
Jari-jari hydraulik :R = = = 0,635 m
P 9,57
A 6,08
Kedalaman hydraulik :D = = = 0,661 m
T 9,20

Faktor penampang :Z = A D = 6,08 0,661 = 4,94 m2,5

c) Suatu saluran berpenampang segitiga seperti pada Gb.4.9 (c) mempunyai tebing kiri vertikal dan
kemiringan tebing kanan dengan z = 1.5 , kedalaman aliran y = 0,80 m, digunakan untuk saluran tepi
jalan, tentukan besarnya faktor geometri yang lain yaitu: A,P,T,R,D dan Z.

Jawaban :
Kemiringan tebing kanan : 1(vertikal) : 2(horisontal)
Kemiringan tebing kiri : 1(vertikal) : 0(horisontal)
zy. y 1,5 × 0,80 × 0,80
Luas penampang :A = = = 0,48 m2
2 2
Keliling basah : P = y + zy = 0,80 + 1,5 x 0,80
= 2,00 m
Lebar permukaan : T = zy = 1,5 x 0,80 = 1,20 m
A 0,48
Jari-jari hydraulik :R= = = 0,24 m
P 2,00
A 0,48
Kedalaman hydraulik : D = = = 0,40 m
T 1,20

Hidrolika 64
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

Faktor penampang :Z=A D = 0,48 0,40 = 0,304 m2,5

d) Suatu saluran berpenampang lingkaran seperti pada Gb.4.9 (d) digunakan untuk gorong-gorong yang
melintasi jalan raya, mempunyai diameter d0 = 1,50 m, kedalaman aliran y = 1,20 m, tentukan besarnya
faktor geometri yang lain yaitu: A.P,T,R,D,dan Z.

Jawaban :
Langkah pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah mencari besarnya sudut θ dengan
menggunakan persamaan geometri sebagai berikut:

1 / 2d 0 − y
cos ½ θ = = 1 – 2(y/d0)
1 / 2d 0

½ θ = cos-1 { 1- 2 (y/d0) }
θ = 2 cos-1 { 1-2 (y/d0) = 2 cos-1 { 1 – 2 ( 1,20/1,50)}
= 253,74º = 1,41 π

Selanjutnya lihat Tabel 4.1 untuk mencari faktor geometri yang lain yaitu:
• Luas penampang :
1
A= ( θ - sin θ ) (d0) 2 = 0,125 ( 1,41π - sin 253,74º)(1,50) 2 = 0,125 { 1,41 x 3,1416 – (-0,96)}x
8
2,25= 1,516 m2
• Keliling basah :
1 1,41π
P= θ d0= x 1,50 = 3,32 m
2 2
• Lebar permukaan :
T=2 y (d 0 − y = 2 1,20(1,50 − 1,20) = 1.20 m

A 1,516
• Jari-jari hydraulik :R = = = 0,457 m
P 3,32
A 1,516
• Kedalaman hydraulik :D = = = 1,263 m
T 1,20

• Faktor penampang :Z =A D = 1,516 1,263 = 1,704 m2,5

Hidrolika 65
 
Hidrolika Aliran Pada Saluran Terbuka

Contoh Soal
Suatu saluran berpenampang persegi empat mempunyai lebar 3 meter dan tinggi 2 meter. Kedalaman
air di dalam saluran adalah 1,5 meter, dan mengalirkan air sebesar Q = 30 m3/s. Tentukan luas
penampang, keliling basah, dan jari-jari hydraulik. Apakah aliran merupakan aliran laminer atau turbulen.

Jawaban :
Dari bentuk penampang saluran (persegi empat), dapat dihitung dengan mudah :
A = 3 m x 1,5 m = 4,5 m
Pw = 3 m + 2 x 1,5 m = 6,0 m
A 4,5
R = = = 0,75 m
PW 6
Untuk mengetahui apakah aliran laminer atau turbulen, harus dihitung dulu besarnya Angka Reynold
dengan langkah sebagai berikut:
Q 30
V= = = 6,67 m/s
A 4,5

Re= ( 4 x 6,67 m/s x 0,75 m )/(1.00 x 10-6m2/s) = 20.000.0000


Angka tersebut lebih besar daripada 4000 maka aliran adalah aliran turbulen.

Hidrolika 66
 
Aliran Seragam
 

BAB V
ALIRAN SERAGAM
5.1. KRITERIA ALIRAN SERAGAM
Aliran seragam adalah suatu aliran didalam suatu saluran terbuka dimana kedalaman aliran, luas
penampang basah, dan kecepatan aliran adalah tetap sama di sepanjang aliran. Hal ini dapat dikatakan
bahwa aliran seragam merupakan aliran yang tidak berubah menurut tempat di sepanjang aliran, atau
δh/δs = 0 dan δu/δs = 0 .
Menurut kriteria aliran yang dinyatakan oleh perubahan kedalaman dan kecepatan aliran terhadap
waktu, aliran seragam dapat berupa aliran tetap yaitu aliran seragam tetap (Steady Uniform Flow), atau
aliran tidak tetap atau aliran seragam tidak tetap (Steady Uniform Flow). Namun demikian kenyataan di
dalam praktrk menunjukkan bahwa aliran seragam tidak tetap hampir tidak pernah terjadi. Oleh karena itu
yang dinaksud aliran seragam di dalam modul ini adalah aliran seragam tetap, yang berarti kecepatan di
setiap titik di dalam aliran tidak berubah meurut waktu δu/δt = 0.
Ditinjau dari sifat aliran yang ditentukan oleh pengaruh kekentalan (viscosity) aliran seragam dapat
bersifat laminar atau turbulen. Selain adanya pegaruh kekentalan, sifat aliran seragam laminar atau
turbulen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti: debit aliran, kemiringan dasar saluran dan
derajat kekasaran permukaan dasar dan dinding saluran.
Konsep aliran seragam dan aliran kritis sangat diperlukan dalam peninjauan aliran berubah
dengan cepat atau berubah lambat laun. Perhitungan kedalaman kritis dan kedalaman normal sangat
penting untuk menentukan perubahan permukaan aliran akibat gangguan pada aliran. Gangguan tersebut
dapat merupakan bangunan-bangunan air yang memotong aliran sungai.

5.2. TERJADINYA ALIRAN SERAGAM DAN PERSAMAAN-PERSAMAANNYA


5.2.1. Kualifikasi untuk Aliran Seragam
Secara umum dapat dinyatakan bahwa aliran seragam dapat terjadi hanya di dalam saluran
prismatis, lurus dan panjang, dimana suatu kecepatan aliran yang tetap dapat benar-benar terjadi.
Terdapat dua kriteria utama untuk aliran seragam yaitu :
1.Kedalaman aliran, luas penampang, penampang basah, dan debit aliran pada setiap penampang dari
suatu panjang aliran adalah tetap.
2.Garis energi, garis permukaan aliran, dan sasar saluran sejajar, ini berarti bahwa kemiringan garis energi
(if), garis permukaan air (iw) dan dasar saluran (ib) adalah sama atau : if = iw = ib.
 
Hidrolika 67
 
 
Aliran Seragam
 
Ditinjau dari perubahan terhadap waktu maka aliran dapat berupa aliran tetap dimana :
∂y ∂y ∂V ∂V
= 0 dan =0; = 0 dan =0
∂S ∂t ∂S ∂t
atau aliran tidak tetap dimana :
∂y ∂y ∂V ∂V
= 0 tetapi ≠0; = 0 tetapi ≠0
∂S ∂t ∂S ∂t
Tetapi di dalam kenyataannya aliran seragam tidak tetap tidak pernah terjadi, maka yang
dimaksud disini aliran seragam adalah aliran seragam tetap.

5.2.2. Terjadinya Aliran Seragam


Apabila aliran terjadi di dalam suatu saluran, hambatan akan menghadang aliran air dari hulu ke
hilir. Hambatan tersebut berlawanan dengan komponen gaya gravitasi di arah aliran.
Aliran seragam terbentuk apabila hambatan diimbangi oleh gaya gravitasi. Hal ini dapat dijelaskan
dengan gambar 5.1 sebagai berikut :

∆x 

        P1 

G sinθ 
  P2 

   τz 

z V
x  G

θ 

DATUM

Gambar 5.1. Sket keseimbangan gaya – gaya di dalam aliran seragam


Keseimbangan gaya – gaya yang bekerja pada bagian kecil aliran sepanjang ∆x dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Σ Fx = 0
P1 – P2 + G sin θ - τz ∆x ∆y = 0 .......................................................... (5.1)
1
Karena kedalaman air (y – z) tetap maka besarnya gaya – gaya hidrostatik P1 – P2 = γ (y – z)2
2
hanya berlawanan arah maka gaya – gaya tersebut saling menghapus satu sama lain, sehingga
persamaan (5.1) menjadi :

 
Hidrolika 68
 
 
Aliran Seragam
 
G sin θ - τz ∆x ∆y = 0 .......................................................................... (5.2)
karena G = ρ g ∆x ∆y (y – z)
maka persamaan (5.2) menjadi :
ρ g ∆x ∆y (y – z) sin θ - τz ∆x ∆y = 0 .................................................. (5.3)

Apabila dibagi ∆x ∆y persamaan (5.3) menjadi :


τz = ρ g (y – z) sin θ
atau :
τz = ρ g ib (y – z) .................................................................................. (5.4)
dimana :
sin θ = ib
τz = tegangan geser pada elevasi (y-z) dari permukaan air
Apabila pada elevasi (y-z) besarnya tegangan geser τz = ρ g ib (y – z), maka tegangan geser pada
dasar saluran dapat dicari dengan menggunakan persamaan tersebut untuk harga z = 0, sehingga :
τb = ρ g ib h atau
τb = ρ g h ib ...................................................................................... (5.5)
dimana :
τb = tegangan geser pada dasar saluran (kg/m.det2)
h = kedalaman air (m)
ib = kemiringan dasar saluran (m/m)
ρ = berapa tan air (kg/cm3)
g = gaya gravitasi (m/det2)
Untuk aliran di dalam saluran lebar sekali (wide channel) dimana R = h, maka tegangan geser
pada dasar saluran dapat dinyatakan sebagai berikut :
τb = ρ g R ib ........................................................................................ (5.6)
Untuk aliran seragam dimana ib = if persamaan (5.6) dapat diubah menjadi :
τb = ρ g R if ........................................................................................ (5.7)
atau :

g R if =
τ b

g R if = U* =
2 τ b

 
Hidrolika 69
 
 
Aliran Seragam
 
dimana :
U* = kecepatan geser aliran

U*2 = g R if

τb = ρ U*2 ....................................................................................... (5.8)

Dari persamaan (5.7) dan (5.8) tampak bahwa besarnya hambatan (tegangan geser) tergantung
pada kecepatan aliran. Untuk melihat lebih jelas terjadinya aliran seragam dapat diambil contoh suatu
aliran dari suatu tandon (reservoir) yang memasuki suatu saluran panjang dengan kemiringan tertentu
seperti tampak pada Gb. 5.2.
zona   zona  
transisi transisi 
Aliran 
Seragam 

Reservoir 

Kemiringan landai (mild slope)
io < ic 
(a)

zona 
transisi

Reservoir 

Kemiringan kritis (critical slope)
io = ic 
(b) 
 zona  
transisi

Reservoir 

Kemiringan curam (steep slope)
io > ic 
(c)

Gambar 5.2. Terjadinya aliran seragam di dalam saluran dengan kondisi kemiringan yang berbeda - beda

 
Hidrolika 70
 
 
Aliran Seragam
 
Pada waktu air memasuki saluran secara perlahan – lahan, kecepatan aliran berkurang dan oleh
karenanya besarnya tahanan juga berkurang. Pada saat tahanan menjadi lebih kecil daripada komponen
gaya berat maka akan terjadi percepatan di saat memasuki saluran atau di bagian hulu saluran. Sesudah
itu secara lambat laun kecepatan dan tahanan bertambah besar sampai terjadi keseimbangan antara
tahanan dan gaya berat. Pada keadaan ini aliran seragam terjadi.
Pada bagian hulu dimana terjadi percepatan disebut zona transisi (Gb. 5.2.)

5.2.3. Persamaan Kecepatan dari Aliran Seragam


Untuk perhitungan hidrolik kecepatan rata – rata dari aliran turbulen di dalam saluran terbuka
biasanya dinyatakan oleh suatu rumus aliran seragam. Persamaan yang paling praktis dapat dinyatakan
dalam bentuk sebagai berikut:
V = C Rx iy ........................................................................................(5.9)
dimana :
V = kecepatan rata – rata
C = faktor hambatan aliran
R = jari –jari hidrolik
if = kemiringan garis energi
Untuk aliran seragam if = iw = i0
iw = kimiringan permukaan air
i0 = kemiringan dasar saluran
Persamaan tersebut menyatakan bahwa kecepatan aliran tergantung pada jenis hambatan (C),
∆H
geometri saluran (R) dan kemiringan aliran (i = ) dimana ∆H adalah perbedaan tinggi energi di hulu
L
dan di hilir. Persamaan tersebut dikembangkan melalui penelitian di lapangan.

5.2.4. Persamaan / Rumus Chezy


Pada awal tahun 1769 seorang insinyur Perancis bernama Antonius Chezy mengembangkan
mungkin untuk pertama kali perumusan kecepatan aliran yang kemudian dikenal dengan rumus Chezy
yaitu :
V = C Rif .....................................................................................(5.10)

dimana :
V = kecepatan rata – rata (m/det)
R = jari – jari hidrolik (m)

 
Hidrolika 71
 
 
Aliran Seragam
 
if = kemiringan garis energi (m/m)
C = suatu faktor tahanan aliran yang disebut koefisien Chezy (m2/det)
Harga C tergantung pada kekasaran dasar saluran dan kedalaman aliran atau jari – jari hidrolik.
Berbagai rumus dikembangkan untuk memperoleh harga C antara lain :
Ganguitlef aunt Kutter (1869)
0, 00281 1,811
41,65 + +
C= 3 n …………………………………………..(5.11)
n
0 ,0281
1 + ( 41,65 + ) R
s
dimana :
n = koefisien kekasaran dasar dan dinding saluran
R = jari – jari hidrolik
S = kemiringan dasar saluran

Bazin pada tahun 1897 melalui penelitiannya menetapkan harga C sebagai berikut :
157 ,6
C = …………………………………………………………………………… (5.12)
m
1+
R
dimana, m = koefisien Bazin
R = jari-jari hidrolik
Masih banyak rumus-rumus yang lain untuk menetapkan harga koefisien C melalui penelitian-
penelitian di lapangan dimana semua menyatakan bahwa besarnya hambatan ditentukan oleh bentuk
kekasaran dinding dan dasar saluran, faktor geometri dan kecepatan aliran.

5.2.5 Persamaan Manning


Manning mengembangkan rumus :

1 2/3 ½
V= R if (SI) ........................................................................................(5.13)
n

dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka kekasaran Manning
R = Jari – jari hidrolik (m)
if = kemiringan garis energi (m/m)

 
Hidrolika 72
 
 
Aliran Seragam
 
Apabila dihubungkan Persamaan Chezy dan Persamaan Manning akan diperoleh hubungan
antara koefisien Chezy (C) dan koefisien Manning (n) sebagai berikut :

1 2/3 ½
V = C Rif = R if
n
1 1/6
C= R ..................................................................................(5.14)
n

Faktor –faktor yang mempengaruhi harga kekasaran manning n adalah :


a. Kekasaran permukaan dasar dan dinding saluran
b. Tumbuh – tumbuhan
c. Ketidak teraturan bentuk penampang
d. Alignment dari saluran
e. Sedimentasi dan erosi
f. Penyempitan (adanya pilar-pilar jembatan)
g. Bentuk dan ukuran saluran
h. Elevasi permukaan air dan debit aliran
Dari hasil penelitiannya Manning membuat suatu tabel angka kekasaran (n) untuk berbagai jenis
bahan yang membentuk saluran antara lain sebagai berikut :

Tabel 5.1.Contoh Harga n untuk tipe dasar dan dinding saluran


Tipe Saluran Harga n
1. Saluran dari pasangan batu dengan plesteran 0,013
2. Saluran dari pasangan batu tanpa plesteran 0,015
3. Saluran dari beton 0,017
4. Saluran alam dengan rumput 0,020
5. Saluran dari batu 0,025

Pengambilan harga n tersebut tergantung pula pada pengalaman perencana.

5.2.6. Perhitungan Aliran Seragam


Kedalaman air untuk aliran seragam ditulis dengan notasi yn yaitu kedalaman normal. Salah satu
cara perhitungan untuk menentukan kedalaman normal suatu aliran dengan debit tertetu dapat digunakan
beberapa cara seperti pada contoh soal berikut ini :
 
Hidrolika 73
 
 
Aliran Seragam
 
Contoh Soal
Suatu trapesium terbuka berpenampang trapesium, mempunyai lebar dasar B = 6 m; kemiringan tebing 1 :
z = 1 : 2. Kemiringan longitudinal ib = 0,0016 dan faktor kekasaran Manning n = 0,025. Tentukan
kedalaman normal, dengan cara aljabar apabila Q = 11 m3/det.

Jawab :
A. Cara Aljabar

A = (B + zy)y = (6 + 2y)y

P = B + 2y 1 + 2 2 = 6 + 2y 5
A (6 + 2 y ) y 2(3 + y ) y (3 + y )y
R = = = =
P 6 + 2y 5 2 3+ y 5 ( 3+ y 5 ) ( )
1
Q = A R2/3 ib1/2
n
nQ
= A R2/3
ib1 / 2

0,025 ×11
= [2(3 + y ) y ]
[(3 + y )y ] = 2/3

(0,0016)1/ 2
(
3+ y 5
2/3
)
6,875 (3 + y 5 )2/3 = 2 [(3 + y )y] 5/3
3
Ruas kiri dan ruas kanan dipangkatkan persamaan tersebut menjadi :
2
6,8753/2 (3 + y 5 ) = 23/2 [(3 + y)y] 2,5

6.373 (3 + y 5 ) = [(3 + y)y]2,5


Untuk mencari harga dari persamaan tersebut diperlukan cara coba-coba (trial and error) sebagai berikut :
Y Ruas kiri Ruas kanan
0,80 30,519 ≠ 16,113
0,90 31,944 ≠ 23,082
1,00 33,369 ≠ 32,00
yang paling
mendekati 1,015 33,583 ≠ 33,525
1,02 33,654 ≠ 34,046
1,10 34,794 ≠ 43,196
berarti yn = 1,015 m

 
Hidrolika 74
 
 
Aliran Seragam
 
B. Cara coba – coba
Cara coba-coba juga sering dilakukan dengan cara langsung menggunakan data “kedalaman air”
sampai ditemukan harga AR2/3 yang paling mendekati. Dalam hal contoh soal tersebut diatas ditentukan
beberapa kedalaman normal yn , kemudian dicari harga A dan R dan AR2/3 seperti pada tabel sebagai
berikut :
nQ 0,025 × 11
A R2/3 = = = 6,875 ............................................................ (i)
i 0,0016
A = (B + zy)y = (6 + 2y)y

P = B + 2y 1 + 2 2 = 6 + 2y 5
A (6 + 2 y ) y 2(3 + y ) y (3 + y )y
R = = = =
P 6 + 2y 5 2 3+ y 5 ( 3+ y 5 ) ( )

Tabel 5.2 Perhitungan harga yn contoh soal 5.1


y A R R2/3 A R2/3 Remark
0,80 6,080 0,635 0,739 4,492 y terlalu
0,90 7,080 0,700 0,788 5,532 kecil
1,00 8,000 0,764 0,836 6,686
1,015 8,150 0,773 0,842 6,864 paling mendekati
1,02 8,200 0,776 0,844 6,934
1,10 9,020 0,826 0,880 7,941 y terlalu besar

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa harga AR2/3 yang paling mendekati perhitungan tersebut
diatas (i) adalah pada kedalaman y = 1,015. Ini berarti yn = 1,015.

C. Cara Grafis
Cara grafis seringkali digunakan dalam hal penampang saluran yang sulit. Di dalam prosedur ini
dibuat suatu grafik hubungan antara y dan AR2/3. Setelah grafik selesai maka hasil perhitungan : AR2/3 =
nQ
diplot pada grafik dan dicari harga y yang sesuai.
i
Dengan menggunakan perhitungan pada tabel 5.2 dibuat suatu grafik suatu berikut :

 
Hidrolika 75
 
 
Aliran Seragam
 

y 1,2

1,1

1
1,015
0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 1 2 3 4 5 6 6,864
7 8 9
AR2/3

Gambar 5.3 Grafik hubungan antara kedalaman air y dan faktor penampang AR2/3

D. Cara perhitungan dengan menggunakan Design Chart (dari Ven Te Chow)


Pada sekumpulan kurva untuk menentukan kedalaman normal yang tersedia (Ven Te Chow) dapat
dicari harga y dengan menghitung lebih dulu harga AR2/3 dan persamaan Manning dimana :
nQ 0,025 × 11
AR2/3 = = = 6,875
i 0,0016

AR 2 / 3 6,875
= 8 / 3 = 0,058
B8 / 3 (6 )
Dari kurva didapat yn/B = 0,17
yn = 0,17 x 6 = 1,02 m

 
Hidrolika 76
 
 
Aliran Seragam
 
ALIRAN SERAGAM
10
8
6

)
ar
d0 ul
2 y ng
c ta
e 1.0
(R
0 z=
z
= 0.5
z=
1
z = 1.5
0.8
z = 2.0
0.6 z = 2.5
Values of y/b and y/do

z = 3.0
0.4 z = 4.0

r
cula
0.2 Cir
0.17

0.01
0.08
0.06

0.04
1 y
2
b
0.02

0.01
0.0001 0.001 0.01 0.058 0.1 1 10

2/3 8/3 2/3 8/3


Values of AR /b and AR /do

Gambar 5.4 Design Chart

 
Hidrolika 77
 
 
Aliran Seragam
 
Contoh Soal
Tentukan kedalaman normal dari suatu aliran di dalam gorong – gorong (culvert) yang mempunyai
diameter d0 = 0,90 m, kemiringan dasar ib = 0,016, kekasaran dinding dengan angka Manning n = 0,015
dan mengalirkan air sebesar Q = 540 l/det.
Jawaban :
a. Cara grafis
Buat suatu kurva hubungan antara y dan AR2/3 . Pembuatan kurva ini memerlukan bantuan kurva pada Gb.
5.4 dan menghitung harga AR2/3 untuk setiap harga y seperti di dalam tabel berikut ini :
A0 = 0,25π × 0,902 = 0,636
R0 = 0,25 × 0,90 = 0,225
A0 R02/3 = 0,636 × (0,225)2/3 = 0,235

Gambar 5.5. Flow characteristic s of a circular section (After T, R. Camp, [27] of Chap 5)

Dengan menggunakan kurva-kurva pada Gb. 5.5 dihitung harga AR2/3 untuk setiap harga y/d0
seperti yang tampak pada tabel 5.3.

 
Hidrolika 78
 
 
Aliran Seragam
 
Tabel 5.3. Perhitungan hubungan antara y dan AR2/3
2/3
y A R ⎛ R⎞ AR 2/3
y        ⎜⎜ ⎟⎟     AR2/3 
d0 A0 R0 A0R 0
2/3
⎝ R0 ⎠
0,09  0,10  0,05  0,25  0,397  0,020  0,005 
0,18  0,20  0,15  0,50  0,630  0,095  0,022 
0,27  0,30  0,25  0,70  0,788  0,197  0,049 
0,36  0,40  0,37  0,86  0,904  0,335  0,079 
0,45  0,50  0,50  1,00  1,00  0,500  0,118 
0,54  0,60  0,62  1,10  1,072  0,665  0,156 
0,63  0,70  0,75  1,18  1,117  0,838  0,198 
0,72  0,80  0,85  1,21  1,136  0,965  ,0227 
0,81  0,90  0,95  1,20  1,129  1,073  0,252 
0,90  1,00  1,00  1,00  1,00  1,00  0,235 
                     

Harga-harga di dalam tabel tersebut diplot pada kertas milimeter hubungan antara y/d0 dan AR2/3
didapat kurva seperti pada Gb. 5.5.
Persamaan Manning :
1
Q= A R⅔ i½
n
nQ 0,015× 0,540
A R⅔ = 1
= = 0,2025
i 2 0,0016

Dari grafik pada Gb. 5.6 dapat diperoleh angka yn = 0,64 m

Gambar 5.6. Kurva hubungan antara y dan AR2/3 untuk penampang lingkaran

 
Hidrolika 79
 
 
Aliran Seragam
 
b. Cara penentuan harga yn dengan menggunakan Design Chart
Dari persamaan manning didapat :
nQ 0,015 × 0,540
AR2/3 = = = 0,2025
i 0,0016

AR 2 / 3 0,2025
8/3
= = 0,27
B (0,908 / 3 )
Angka tersebut diplot pada design chart sehingga didapat yn = 0,64 (lihat Gb. 5.8).

10
8
6

r)
la
2 y
d0 gu
t an
ec
(R 1 .0
0 z=
z
= 0. 5
z=
1
z = 1.5
0.8
z = 2.0
0.64 z = 2.5
Values of y/b and y/d o

z = 3.0
0.4 z = 4.0

ar
cu l
0.2 Cir

0.01
0.08
0.06

0.04
1 y
2
b
0.02

0.01
0.0001 0.001 0.01 0.1 0.27 1 10

2/3 8/3 2/3 8/3


Values of AR /b and AR /d o

Gambar 5.7. Penggunaan “design chart” untuk penentuan yn contoh soal 5.2

 
Hidrolika 80
 
 
Aliran Seragam
 
5.2.7. Aliran Dalam Suatu Penampang dengan Kekasaran Komposit
Di dalam praktek sering dijumpai kondisi dimana kekasaran dinding tidak sama di sepanjang keliling
basah, misalnya saluran terbuka yang dasarnya dari tanah asli sedang dindingnya dari pasangan batu atau
saluran berbentuk persegi empat yang dasarnya dari pelat beton sedang dindingnya dari kayu.
- Untuk saluran yang mempunyai penampang sederhana dengan perbedaan kekasaran tersebut
perhitungan kecepatan rata – ratanya tidak perlu harus membagi luas penampang menurut harga n yang
berbeda – beda tersebut.
Dalam menerapkan Persamaan Manning untuk saluran seperti tersebut diatas perlu dihitung harga n
ekivalen untuk seluruh keliling basah, Ada beberapa cara untuk menghitung harga n ekivalen tersebut.
- Horton dan Einstein
Untuk mencari harga n diambil asumsi tiap bagian luas mempunyai kecepatan rata–rata sama, berarti V1
= V2 ; …= V2 = V. Dengan dasar asumsi ini harga n ekuivalen dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut :
2/3
⎡ n ⎤
⎢ ∑ ( Pn n n1, 5 ) ⎥ 1. 5
( P1 n1 + P2 n 2
1. 5 1.5
.......................Pn nn ) 2 / 3 .
n= ⎢ 1 ⎥ = ……………………… (5.15)
⎢ P ⎥ p2/3
⎢⎣ ⎥⎦

Parlovskii dan Miill Lofer dan Einstein serta Banks


Mengambil asumsi bahwa gaya yang menghambat aliran sama dengan jumlah gaya – gaya yang
menghambat aliran yang terbentuk dalam bagian – bagian penampang saluran. Dengan asumsi tersebut
angka n ekivalen dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
1/ 2
⎡ n 2 ⎤
⎢ ∑ ( Pn nn ) ⎥ 2 2
( P1 n1 + P2 n 2 .......................Pn n n ) 1 / 2 .
2

n= ⎢ 1 1/ 2 ⎥ = …………………………… (5.16)
⎢ P ⎥ p2/3
⎢⎣ ⎥⎦

5.2.8. Penampang Gabungan


Suatu penampang saluran dapat terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai angka kekasaran yang
berbeda–beda. Sebagai contoh yang paling mudah dikenali adalah saluran banjir. Saluran tersebut pada
umumnya terdiri saluran utama dan saluran samping sebagai penampang debit banjir. Penampang tersebut
adalah sebagai berikut :

Hidrolika 81
 
Aliran Seragam
 

             
n3      I  II       III n3 
n2       n2 

n1  n1 
n1 

Gambar 5.8. Penampang gabungan dari suatu saluran

Penampang tersebut mempunyai kekasaran yang berbeda – beda, pada umumnya harga n di
penampang samping lebih besar daripada di penampang utama. Untuk menghitung debit aliran penampang
tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penampang menurut jenis kekasarannya. Pembagian penampang
dapat dilakukan menurut garis –garis vertikal (garis putus –putus seperti pada gambar diatas) atau menurut
garis yang sejajar dengan kemiringan tebing (garis titik – titik seperti pada gambar).
Dengan menggunakan persamaan Manning debit aliran melalui setiap bagian penampang tersebut
dapat dihitung. Debit toatal adalah penjumlahan dari debit di setiap bagian penampang. Kemudian kecepatan
rata – rata aliran dihitung dari debit total aliran dibagi dengan luas seluruh penampang.
Misalnya kecepatan rata – rata setiap bagian penampang adalah : V1 , V2 , ….VN. Kemudian, apabila
luas penampang setiap bagian tersebut adalah ∆A1 , ∆A2 , …. ∆A N , maka :
1
AR 2 / 3i1 / 2
n K
V1 = = 1 i1 / 2 ……………………………………………………………. (5.17)
∆A1 ∆A1
1
dimana K1 = A R 2/3 = faktor penghantar (conveyence) untuk penampang 1.
n
dan :
K 2 1/ 2 K
V2 = i ………. VN = N i1 / 2
∆A2 ∆AN
Q = V A = V1 ∆A1 + V2 ∆A2 + ……… V3 ∆A3
⎛N ⎞
Q = (K1 + K2 + …….. KN) i½ = ⎜ ∑ K N ⎟i1 / 2
⎝1 ⎠

⎛N ⎞ 1/ 2
⎜ ∑ K ⎟i
Q ⎝ 1 N⎠
V= = ……………………………………………………………………… (5.18)
A A

Hidrolika 82
 
Aliran Seragam
 
Untuk memahami penerapan konsep penampang gabungan (compound section). Lihat contoh
sebagai berikut :

Contoh Soal
a. Suatu saluran berpenampang gabungan seperti pada gambar terdiri dari saluran utama dan dua sisi
saluran samping untuk penampang banjir, apabila dasar (longitudinal) ib = 0,0016 berapa besar
kecepatam rata – rata aliran di dalam saluran tersebut.

1  III 1  1,80 m
II
1,5 1,5 

n2 = 0,035
n2 = 0,035
2,40 m
n1 = 0,040 1 

3,6 m 12 m 2,4 m 6m 2,4 m 3m 3,6 m

Gambar 5.9. Penampang gabungan soal 5.3

Jawaban :
1
Persamaan Manning : Q = A R2/3 i1/2
n
1
K= A R2/3
n
Penampang 1 :

12 + 12 + (1,5 ×1,8)
A1 = × 1,80 = 24,03 m2
2

O1 = 12 + 1,8 1 + 1,5 2 = 15,245 m

A1
R1 = = 1,576 m
P1

R1⅔ = 1,354
1 1
K1 = A1 R1⅔ = × 24,03 × 1,354 = 929,92
n 0,035

Hidrolika 83
 
Aliran Seragam
 
Penampang 2 :
A2 = (6 + 2,4)2,4 + (6 + 2,4 + 2,4) × 1,80 = 39,60 m2

O2 = 6 + 2 × 2,4 2 = 12,79 m
A2 39,60
R2 = = = 3,10 m
O2 12,79
R22/3 = 3,102/3 = 2,12
1 1
K2 = A2 R22/3 = × 39,60 × 2,12 = 2103,33
n 0,040

Penampang 3 :
3 + 3 + (1,5 × 1,8)
A3 = × 1,80 = 7,83 m2
2

O3 = 3 + 1,8 1 + 1,5 2 = 6,245 m

7,83
R3 = = 1,254 m
6,245
R2/3 = 1,163
1 1
K3 = A3 R32/3 = × 7,83 × 1,163 = 260,125
n 0,035

⎛ 3 ⎞ 2/3
⎜ ∑K 3 ⎟ i
V= ⎝ 1 ⎠ =
(K 1 + K 2 + K 3 ) i2 / 3
A (A 1 + A 2 + A 3 )

=
(929,92 + 2103,33 + 260,125) 0,0016
24,03 + 39,60 + 7,83

3293,38 0,0016 131,735


V= = = 1,84 cm/det
71,46 71,46

Latihan
Suatu saluran berpenampang persegi empat mempunyai lebar dasar B = 6 m, kemiringan tebing z = 2, angka
kekasaran manning n = 0,025 dan kemiringan aliran i = 0,001. Q = 12 m3/det.
a) Hitung kedalaman kritis (yc)
b) Hitung kedalaman normal (yn)
c) Tentukan jenis alirannya
d) Apabila akan digunakan persamaan Chezy berapa besar angka chezy (C)

Hidrolika 84
 
Aliran Seragam
 
5.3. PERENCANAAN DIMENSI SALURAN
5.3.1. Penentuan dimensi Penampang Saluran Tahan Erosi
Penetapan dimensi penampang saluran tahan erosi memerlukan beberapa langkah sebagai berikut :
1.Kumpulkan semua informasi yang diperlukan, perkirakan besarnya angka kekasaran Manning (n),
kemiringan tebing saluran (z) dan kemiringan aliran (if)
2.Hitung faktor penampang AR2/3 dengan menggunakan persamaan Manning :

n
AR 2 / 3 =
if

3.Tentukan lebar dasar dan kemiringan tebing.


4.Tentukan kedalaman awal y1 dan hitung A, R, AR2/3, tentukan interval kenaikan y dan hitung y2, y3 dst.
5.Buat grafik hubungan antara y dan AR2/3 , kemudian plot nilai AR2/3 yang dihitung pada langkah ke 2 untuk
mendapatkan nilai y yang berhubungan. Nilai y tersebut adalah kedalaman aliran pada saluran.
6.Periksa kecepatan minimum yang diijinkan apabila aliran membawa lumpur atau tanaman air.
7.Perkirakan tinggi jagaan dan pelapisan yang diperlukan.
8.Simpulkan hasil perhitungan dengan sket berdimensi.

ContohSoal
Untuk mengalirkan air sebesar Q = 11 m3/det diperlukan suatu saluran tahan erosi yang mempunyai
kemiringan dasar ib = 0,0016 dan harga n = 0,025. Rencanakan penampang saluran !
Yang menjadi pertimbangan adalah tersedianya lahan dan jenis tanah. Dengan mempertimbangkan
ketersediaan lahan misalnya diambil :
- Lebar dasar saluran :B=6m
- Kemiringan tebing :z=2m
dengan menggunakan persamaan Manning :
nQ 0,025 × 11
AR2/3 = = = 6,785
i 0,0016
A = (B + zy)y = (6 + 2y)y = 2(3 + y)y

P = B + 2y 1 + z 2 = 6 + 2y 5 = 2 (3 + y 5 )
A
R=
P

Hidrolika 85
 
Aliran Seragam
 

Tabel 5.4 Hasil perhitungan persamaan Manning


Y A P R AR^(2/3)
0.10 0.62 6.45 0.10 0.13
0.20 1.28 6.89 0.19 0.42
0.30 1.98 7.34 0.27 0.83
0.40 2.72 7.79 0.35 1.35
0.50 3.50 8.24 0.42 1.98
0.60 4.32 8.68 0.50 2.71
0.70 5.18 9.13 0.57 3.55
0.80 6.08 9.58 0.63 4.49
0.90 7.02 10.02 0.70 5.54
1.00 8.00 10.47 0.76 6.69
1.10 9.02 10.92 0.83 7.94
1.20 10.08 11.37 0.89 9.30
1.30 11.18 11.81 0.95 10.78
1.40 12.32 12.26 1.00 12.36
1.50 13.50 12.71 1.06 14.06
1.60 14.72 13.16 1.12 15.87
1.70 15.98 13.60 1.17 17.79

Hidrolika 86
 
Aliran Seragam
 

Kurva y VS AR^(2/3)

15.00
14.00
13.00
12.00
Faktor AR^(2/3) 11.00
10.00
9.00
8.00
7.00 6.785
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00 1.01
1.00
0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40 1.50

Kedalaman Aliran (y)

Gambar 5.10 Grafik Kurva y vs AR2/3

Untuk AR2/3 = 6.785 dari grafik diperoleh terdekat adalah y = 1,01 m.


Dengan harga y = 1,01 m maka :
Luas penampang A = 2(3 + 1,01)1,01 = 8,10 m2
Q 11
Kecepatan aliran V = = = 1,358 m/det
A 8,10
(lebih besar daripada kecepatan minimum yang diijinkan).
Dengan menambah jagaan sebesar 0,45 m maka, dimensi saluran :

w= 0,40 m 

 y = 1,01 m

B = 6 m

Gambar 5.11 Penampang saluran hasil perhitungan

Hidrolika 87
 
Aliran Seragam
 
5.3.2. Perencanaan Dimensi Saluran Mudah Tererosi
a. Kecepatan aliran
Perencanaan saluran mudah tererosi mengacu pada kecepatan maksimum yang diijinkan.
Kecepatan maksimum yang diijinkan adalah kecepatan yang tidak menyebabkan erosi. Kecepatan ini
merupakan kecepatan rata-rata terbesar yang tidak menyebabkan erosi pada penampang saluran.
 
 
Tabel 5.5 Kecepatan maksimum yang diijinkan menurut Fortier dan Scoby berikut ini harga-harga gaya tarik satuan yang
diolah USBR (U.S. Bureau of Reclamation) untuk saluran, lurus, kemiringan kecil.

Air mengandung lanau


Air Jernih
koloidal
Jenis bahan dari saluran n
u τ0 u τ0
m/dt N/m2 m/dt N/m2
Pasir 0,020 0,457 1,29 0,762 3,59
Lanau berpasir, non kalloidal 0,020 0,533 1,77 0,762 3,59
Lanau halus, non kalloidal 0,020 0,610 2,30 0,914 5,27
Lanau alluvial, non kalloidal 0,020 0,610 2,30 1,07 7,18
Lanau kaku biasa 0,020 0,762 3,59 1,07 7,18
Abu Vulkanik 0,020 0,762 3,59 1,07 7,18
Lempung keras, sangat kalloidal 0,025 1,140 12,40 1,52 22,00
Lanau alluvial, kalloidal 0,025 1,140 12,40 1,52 22,00
Serpih dan pecahan keras 0,025 1,830 32,10 1,83 32,10
Kerikil halus 0,020 0,762 3,59 1,52 15,30

b. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan diperlukan untuk menampung gelombang karena angin dan fluktuasi permukaan air
agar tidak terjadi luapan (over topping).

Tabel 5.6. Besarnya tinggi jagaan minimum untuk saluran dari tanah dan dari pasangan batu
Besarnya debit Tinggi jagaan (m) Tinggi jagaan (m)
Q (m3/det) untuk pasangan batu saluran dari tanah
0,40
< 0,50 0,20
0,50
0,50 – 1,50 0,20
0,60
1,50 – 5,00 0,25
0,75
5,00 – 10,00 0,30
0,85
10,00 – 15,00 0,40
1,00
> 15,00 0,50

Hidrolika 88
 
Aliran Seragam
 
c. Kemiringan Tebing Saluran
Kemiringan tebing saluran (side slope) pada dasarnya ditetapkan berdasarkan sifat-sifat tanah
dimana saluran dibuat.
Tabel 5.7. Kemiringan tebing minimum untuk berbagai jenis tanah
Jenis tanah untuk saluran Kisaran kemiringan
- Batu bi
< 0,25
- Gambut kenyal
1–2
- Lempung kenyal geluh (loom), tanah
1–2
- Lempung pasiran, tanah pasiran
1,5 – 2,5
kohesif
2–3
- Pasir lanauan, kerikil halus
3–4
- Gambut tanah

Angka-angka di dalam tabel tersebut adalah kisaran kemiringan tebing untuk beberapa jenis tanah
untuk saluran tahan erosi yang pelapisn tebingnya mengikuti lereng alamnya. Sedang untuk saluran tidak
tahan erosi harus diadakan pemeriksaan terhadap kecepatan maksimum yang diijinkan agar tidak terjadi
erosi.
Dengan menggunakan harga-harga kecepatan maksimum seperti tersebut diatas maka prosedur
perencanaan saluran yang pada umumnya diasumsikan sebagai penampang trapesium dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Untuk jenis material yang membentuk tubuh saluran diperkirakan harga n dan kecepatan maksimum
yang diijinkan (Tabel 5.5) serta kemiringan tebing (Tabel 5.7).
2. Hitung jari-jari hidrolik R dari penerapan persamaan Manning.
1
V= . R2/3 . i1/2
n
nV
R2/3 =
i1 2
3. Hitung luas penampang basah dari persamaan kontinuitas.
Q=A.V
Q
A=
V
4. Hitung keliling basah dari harga A dan R yang telah diperoleh tersebut diatas.
A
P=
R

Hidrolika 89
 
Aliran Seragam
 
5. Dengan didapatnya harga A dan P maka dapat dihitung harga y.
6. Tentukan tinggi jagaan (Tabel 5.6)
7. Gambar dimensi saluran

Contoh Soal
Rencanakan sebuah saluran berpenampang trapesium mempunyai kemiringan dasar (longitudinal) sebagai ib
= 0,0016 mengalirkan air sebesar Q = 11 m3/det. Saluran di gali pada tanah non kalloidal yang terdiri dari
kerikil kasar dan serpihan batu.

Ikuti tahapan pengerjaan seperti dijelaskan diatas.


Untuk kondisi yang diketahui tersebut diperkirakan harga n dan kecepatan maksimum yang diijinkan. Untuk
tanah kerikil kasar non kalloidal harga n = 0,025 dan kecepatan maksimum yang diijinkan V = 1,22 m/det. Dari
Tabel 5.2 diperkirakan kemiringan tebing z = 2.
Perhitungan jari-jari hidrolik dari penerapan persamaan Manning.
1
V= . R2/3 . i1/2
n
nV 0,025 × 1,22
R2/3 = = = 0,7625
i 12
(0,0016)1 2
R= (0,7625)3/2 = 0,67 m
Perhitungan luas penampang basah dilakukan dengan menerapkan hukum kontinuitas.
Q = A . V atau,
Q 11
A= = = 9,016 m2
V 1,22
Hitung keliling basah dari harga A dan R yang telah diperoleh tersebut diatas.
A 9,016
P= = = 13,46 m
R 0,67
Dari harga A dan P dapat dihitung harga y sebagai berikut.
A = (B + zy)y = (B + 2y)y = 9,016
2
P = B + 2y 1 + z = B + 2y 5 = 13,46 atau

B = 13,46 – 2y 5
Apabila harga ini dimasukkan ke dalam persamaan luas :
A = (B + 2y)y = (13,46 – 2yc +2y)y = 9,016
13,46y – 4,472y2 + 2y2 = 9,016 atau

Hidrolika 90
 
Aliran Seragam
 
2,472y2 – 13,46y + 9,016 = 0
y2 – 5,44y + 3,65 = 0
Dengan menggunakan rumus ABC dicari harga y seperti berikut :

+ 5,44 ± 5,44 2 − 4(3,65)


y1,2 =
2
5,44 ± 3,87
=
2
5,44 + 3,87
y1 = = 4,66 m
2
5,44 − 3,87
y2 = = 0,79 m
2
Apabila diambil y1 = 4,66 m
Maka B = 13,46 – 2 x 4,66 5 = - 7,38 (tidak mungkin)
Apabila diambil y2 = 0,79 m
Maka B = 13,46 – 2 x 0,79 5 = 9,9 m ≈ 10 m
Di dalam praktek dimensi penampang dengan lebar B = 10 m dan kedalaman air hanya 0,80 m
dimensi yang kurang baik karena apabila sesuatu hal debit aliran berkurang maka kedalaman air menjadi
sangat dangkal, dan terjadi kecenderungan aliran berada di tengah dan berbelok-belok.
Karena lebar dasar saluran jauh lebih besar daripada kedalaman aliran maka perhitungan harus di
ulang dengan memperkirakan lebar menjadi B < 10 m, dengan kedalaman air y < 1,50 m. Dengan dimensi ini
hitung harga kecepatan aliran untuk y = 1,20 m.
A = (B + zy)y = (6 + 2 x 1,20)1,20
A = 10,00 m2
Q 11
V= = = 1,09 m/det < 1,20 m/det
A 10

Hidrolika 91
 
Aliran Seragam
 
5.4. Perhitungan Debit Banjir
Untuk suatu saluran yang mengalirkan banjir dimana kondisi geometri penampang hilir tidak sama
karena debit aliran yang sampai ke hilir tidak lagi sama dengan debit di hulu karena tambahan air banjir, perlu
pendekatan aliran seragam untuk perhitungan kemampuannya.
Suatu cara untuk menghitung besarnya debit banjir yang dapat dialirkan oleh suatu saluran adalah
cara Luas Kemiringan (Slope area method). Cara ini pada dasarnya menggunakan konsep aliran seragam
dengan persamaan manning.

d
F

Laut 
 L

Gambar 5.12. Suatu penampang memanjang saluran untuk penampang banjir


Misalnya suatu saluran digunakan untuk menampung dan mengalirkan debit banjir mempunyai
dimensi yang berbeda antara hulu (up stream) dan hilir (down stream).
Untuk menghitung debit banjir melalui saluran tersebut perlu dilakukan prosedur sebagai berikut :
1.Dari harga – harga A, R dan n yang diketahui, hitung faktor penghantar Ku dan Kd.
2.Hitung harga K rata – rata.
K= K u .K d

3.Diambil asumsi bahwa tinggi kecepatan dapat diabaikan, kemiringan garis energi sama dengan selisih
tinggi muka air di hulu dan di hilir F dibagi panjang saluran.
F
i=
L
4.Dengan asumsi tersebut hitung perkiraan pertama debit aliran.
Q=K i

Hidrolika 92
 
Aliran Seragam
 
αVu 2
5.Ambil asumsi bahwa debit aliran sama dengan perkiraan pertama Q dan hitung harga dan
2g

αVd 2
. Dengan harga – harga tersebut maka kemiringan garis energi
2g
hf
i=
L
dimana :
hf = F + k (αu Vu² / 2g – αd Vu² / 2g)
Vu < Vd ; k = 1,0
Vu > Vd ; k = 0,5
Ulangi perhitungan tersebut sampai diperoleh harga Q yang tetap.
Untuk memperdalam penguasaan materi ini lihat contoh soal sebagai berikut :

Contoh Soal

Perkirakan besarnya debit banjir melalui suatu sungai yang panjangnya 1300 m, apabila diketahui F = 2,08 m
; αu = 1,12 ; αd = 1,20 ; n = 0,035 ; Au = 110 m2 ; Ou = 76 m ; Ad = 133 m2 ; dan Od = 91 m (lihat Gb. 3.9)

Ad

Od 
 
garis horisontal
     F 
  
iw = 
Au 

 Ou  ib

Gambar 5.13. Penampang melintang dan memanjang saluran untuk banjir


Jawaban :
Penerapan konsep aliran seragam sebagai pendekatan penyelesaian soal dapat dilakukan sebagai berikut :
Step 1 : Dari harga A, O dan n yang diketahui, cari harga faktor Hantaran K di penampang hulu dan di
penampang hilir.

Hidrolika 93
 
Aliran Seragam
 
A U 110
Hulu : Au = 110 m2 Ru = = = 1,45 m
O U 76
Ou = 76 m Ru 2/3 = 1,281 m2/3
1 110 × 1,281
Ku = Au Ru2/3 = = 4026
n 0,035
A d 133
Hilir : Ad = 133 m2 Rd = = = 1,46 m
Od 91

Od = 91 m Rd ⅔ = 1,289 m
1 133 × 1,289
Kd = Ad Rd2/3 = = 4894
n 0,035
Step 2 : Harga rata – rata geometrik.
K= Ku × Kd = 4026 × 4894

= 4439
Step 3 : Diasumsikan bahwa tinggi kecepatan diabaikan atau sama dengan nol sehingga kemiringan garis
energi.
F 2,08 m
i= = = 0,0016
L 1300 m
Step 4 : Hitung harga Q (perkiraan pertama)
Q=K i f = 4439 0,0016 = 177,56 m3/det

Step 5 : Diasumsikan bahwa debit aliran sama dengan debit perkiraan dari hasil perhitungan step 4. Dengan
asumsi ini hitung tinggi kecepatan di hulu dan di hilir.
Q 177,56
Vu = = = 1,614 m/det
Au 110

α uVu 2 1,12 × 1,614 2


= = 0,149 m
2g 2 × 9,81
Q 177,56
Vd = = = 0,970 m/det
Ad 183

α d Vd 2 1,20 × 0,970 2
= = 0,057 m
2g 2 × 9,81
Step 6 : Dari harga – harga tersebut hitung kemiringan garis energi if dengan memperhitungkan tinggi
kecepatan.
hf
if =
L

Hidrolika 94
 
Aliran Seragam
 
⎛ Vu 2 Vd ⎞
2

hf = F + k ⎜ u
α − α ⎟
2 g
u
2 g ⎟
⎝ ⎠
karena Au < Ad Æ k = 0,5
Jadi hf = 2,08 + 0,5 (0,149 – 0,057) = 2,126
2,126 m
if = = 0,00164
1300m
Dengan harga i tersebut dihitung lagi harga Q sebagai berikut :
Q=k i f = 4438 0,00164 = 179,725 m3/det

Dengan harga Q ini hitung lagi harga Vu dan Vd


Q 179,725
Vu = = = 1,634 m/det
Au 110

α uVu 2 1,12 × 1,634 2


= = 0,152 m
2g 2 × 9,81
Q 179,725
Vd = = = 0,982 m/det
Ad 183
2
α d Vd 1,20 × 0,982 2
= = 0,059 m
2g 2 × 9,81

⎛ V2 V ⎞
2

hf = F + 0,50 ⎜⎜ αu u − αu d ⎟⎟
⎝ 2g 2g ⎠

= 2,08 + 0,50 (0,152 – 0,059) = 2,177


2,177 m
if = = 0,00167
1300m
Q=k i f = 4438 0,00167 = 181,600 m3/det

Karena masih belum sama diulangi lagi perhitungan dengan menggunakan Q yang terakhir.
Q 181,600
Vu = = = 1,651 m/det
Au 110

α uVu 2 1,12 × 1,6512


= = 0,156 m
2g 2 × 9,81

Q 181,600
Vd = = = 0,992 m/det
Ad 183

α d Vd 2 1,20 × 0,992 2
= = 0,060 m
2g 2 × 9,81

Hidrolika 95
 
Aliran Seragam
 
hf = 2,08 + 0,50 (0,156 – 0,060) = 2,128
2,128 m
if = = 0,00164
1300m
Q=k i f = 4438 0,00164 = 179,725 m3/det

Apabila diulang akan dihasilkan Q yang sama yaitu antara 179,725 m3/det sampai 181,600 m3/det.
Untuk itu dapat ditetapkan Q = 180 m3/det.

 
 

Hidrolika 96
 
Daftar Pustaka
 

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, “Hidrolika Saluran Terbuka”, Delta Pratama, Surabaya,1997


Anggrahini, ”Modul Ajar Hidrolika”, Surabaya, 2005
Anggrahini, ”Modul Ajar Mekanika Fluida”, Surabaya, 2005
Chow, VT, ”Open Channel Hydraulics”, McGraw Hill Book Company, New York, 1959
Dake, JMK, Tachyan, EP, Pangaribuan, YP, ”Hidrolika Teknik”, Erlangga, Jakarta, 1985
De Vries, M, “Fluid Mechanics”, Delft University, The Netherland, 1985
Streeter, “ Fluid Mechanics”, McGraw-Hill Book CompanyInc, Newyork, 1962
Streeter, V.L, Wylie, EB, Prijono, A, “ Mekanika Fluida”, Erlangga, Jakarta, 1992
Triatmojo, B,”Hidraulika I”, Beta Offset, Yogyakarta,1991
Triatmojo, B,”Hidraulika II”, Beta Offset, Yogyakarta,1993

Hidrolika

Anda mungkin juga menyukai