Anda di halaman 1dari 11

A.

PENGERTIAN PENILAIAN PORTOFOLIO


Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers,
pictures, or phamplets. Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa
kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri
riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya (Soewandi, 2005).
Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna tentang upaya,
kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah
portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan
guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang
pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio
merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan
ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001).
Senada dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006)
dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja)
siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan
penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai kompetensi, memperlihatkan
tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian integral dari proses pembelajaran, untuk
satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen
portofolio adalah koleksi kerja siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, atau kemampuan
siswa pada area yang ditentukan. Koleksi ini meliputi:
1. Partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio
2. Petunjuk bagaimana menyeleksinya
3. Kriteria untuk penilaian
4. Bukti refleksi-diri siswa (sesuai dengan pendapat Meyer et al., dalam Reckase, 1995).
Akan tetapi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio
“hanya kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan
oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau
mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum” (Depdiknas, 2004: 3). Ini pun
“difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang
dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan, atau tidak dapat dijawab,
atau tidak dapat dipecahkan oleh siswa” (Depdiknas, 2004: 3).
B. ALASAN DIBERLAKUKANNYA PENILAIAN PORTOFOLIO
Dalam studinya tentang praktik penilaian di lapangan, Pusat Kurikulum (2000)
menemukan kenyataan bahwa praktik penilaian di kelas kurang menggunakan cara dan alat
yang lebih bervariasi. Termasuk aspek yang dinilai pun, masih lebih menekankan aspek (ranah)
kognitif, dengan sedikit psikomotor, dan hampir tidak disentuh penilaian aspek afektif, itu pun
masih belum sampai pada taraf kognitif yang tinggi. Dari pihak penentu kebijakan, kenyataan
seperti itu, tentu saja, dipandang merugikan peserta didik. Itulah sebabnya mengapa diterbitkan
kebijakan yang dinamakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK), dengan tujuan supaya terjadi
keseimbangan penilaian pada ketiga ranah psikologis itu, dengan menggunakan berbagai
bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi, dan secara berkesinambungan
(Puskur, 2000).
Kebijakan yang tertuang dalam PBK mengamanatkan juga bahwa (1) yang dinilai
adalah kompetensi (bukan materi), dan (2) dilakukan dengan (a) tes tertulis, (b) tes perbuatan, (c)
pemberian tugas, (d) penilaian proyek, (e) penilaian produk, (f) penilaian sikap, dan (g) penilaian
portofolio (Surapranata dan Hatta, 2006: 18–21); dan (3) apa pun jenis penilaiannya harus
memungkinkan adanya kesempatan terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka
ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuan mereka. Dari kebijakan inilah
mulai dikenalkan penilaian dengan portofolio.
Dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian, Kurikulum
2004 SMA (Depdiknas, 2004: 2) dicatat adanya enam masalah yang berkaitan dengan
penilaian hasil belajar—yang memunculkan penilaian dengan portofolio—seperti dikatakan
berikut.
1. Tes baku biasanya tidak menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara
luas.
2. Tes tertutup (tes dengan jawaban tunggal) tidak memberikan gambaran yang memadai
tentang kemampuan siswa.
3. Penilaian tidak disesuaikan dengan cara belajar siswa yang biasanya bervariasi.
4. Penilaian tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya,
bukan ketidakmampuannya.
5. Penilaian kurang mempertimbangkan kemajuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
6. Penilaian tidak dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran.
Di dalam PBK juga diterapkan penilaian otentik, yaitu (1) penilaian yang “melibatkan
peserta didik secara realistis dalam menilai prestasi mereka sendiri” (2004: 71), (2) “penilaian
yang berbasis unjuk kerja, realistis, dan sesuai dengan pengajaran” (3) “… berisi informasi atau
data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, melalui berbagai metode, dan melalui berbagai
titik waktu” (2004: 71). Salah satu penilaian otentik yang efektif adalah penilaian dengan
portofolio (2004: 71).

C. TUJUAN PENILAIAN PORTOFOLIO


Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif dan sumatif. Portofolio sebagai alat
formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk
memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam
merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses
perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatik dan diagnostik. Penilaian
portofolio sumatif diselenggarakan pada akahir semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil
penilaian portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi rapor peserta didik,
yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Di samping itu tujuan
penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tuatentang perkembangan
peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004:76) mengemukakan bahwa penilaian
portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberap tujuan, yaitu :
1. Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik.
2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen.
5. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran
6. Bertukar informasi dengan orang tua atau wali peserta didik dan guru lain.
7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pda peserta didik.
8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
9. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan

D. FUNGSI PENILAIAN PORTOFOLIO


Adapun fungsi penilaian portofolio adalah sebagai berikut :
1. Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam
belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran.
2. Portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena portofolio
mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menujukkan hasil kerja mereka.
3. Portofolio sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment)
4. Portofolio sebgai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-assessment.

E. KARYA YANG DIKUMPULKAN DALAM PORTOFOLIO


Menurut Barton & Collins (dalam Surapranata dan Hatta, 2004), objek-objek portofolio
dibedakan menjadi empat macam yaitu: hasil karya peserta didik atau artifak, reproduksi,
pengesahan (attestation), dan produksi (production). Karya apa saja yang dapat dikumpulkan
dalam sebuah portofolio? Diberikan beberapa contoh berikut:
1. Hasil proyek penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis
2. Hasil kerja siswa dengan menggunakan alat rekam, atau komputer, atau disket
3. Gambar atau laporan hasil pengamatan
4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah
5. Laporan kerja kelompok
6. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran (Depdiknas, 2004: 4),
7. Penghargaan tertulis
8. Hasil karya berupa tulisan, ringkasan (Surapranata dan Hatta, 2004: 39).

F. JENIS PORTOFOLIO
Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung
jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya:
1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
Portofolio semua hal (atau portofolio perkembangan) merupakan suatu kumpulan karya
siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi karya
siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis ini bukan
merupakan tujuan utama. Guru menggunakan portofolio jenis ini untuk mengevaluasi
kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan informasi dalam portofolio jenis ini untuk
sebagai bahan pertemuan antara guru, siswa, dan orang tua atau antara guru dengan siswa.
Secara umum, portofolio ini dievaluasi sebagai contoh karya siswa dalam berbagai tingkat
pencapaian kompetensi, jadi cenderung sumatif.
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini menjadi
semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari, dan siswa
menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik tersebut, dan dibuktikan oleh
terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi portofolio ini berupa
pertemuan antara guru dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat memberikan umpan
balik sumatif, namun umpan balik ini sebagai informasi formatif bagi siswa. Guru memilih
karya terbaik siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan karya terbaiknya. Informasi
dari penjelasan guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan portofolio
selanjutnya.
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
Di dalam portofolio “pameran” atau protofolio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan alasan
rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan karya
yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan tujuan
portofolio itu. Di dalam evaluasi portofolio, guru melakukan pertemuan dengan siswa, dan
guru memberikan umpan balik sumatif terhadap produk siswa serta umpan balik formatif
tentang alasan siswa selama proses seleksi karyanya.
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan. Di dalam portofolio jenis ini, guru merumuskan
daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan
karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis
ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja
siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau
kualitas kinerja yang diminta. Portofolio jenis ini membutuhkan kemampuan siswa dalam
menganalisis tujuan, mereviu kemungkinan karya, menyeleksi contoh terbaik dari
keterampilan yang diminta dalam tujuan, serta memberikan alasan seleksi karyanya. Untuk
setiap tujuan yang telah dituntaskan, guru memberikan umpan balik kualitatif individual.
Untuk tujuan yang belum dituntaskan, guru memberikan umpan balik formatif yang
memungkinkan siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan tersebut.

G. PRINSIP PENILAIAN PORTOFOLIO


Direktorat PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003) mengemukakan pelaksanaan
penilaian potofolio hendaknya memperhatikan prinsip
1. Mutual Trust (saling mempercayai),
Jangan ada saling mencurigai antara guru dengan peserta didik maupun antar
peserta didik. Mereka harus saling percaya, saling membutuhkan, saling membantu,
terbuka, jujur, dan adil, sehingga dapat membangun suasana penilaian yang lebih
kondusif.
2. Confidentiality (kerahasiaan bersama),
Guru harus menjaga kerahasiaan semua hasil pekerjaan peserta didik dan
dokumen yang ada, baik perorangan maupun kelompok, tidak boleh diberikan atau
diperlihatkan kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Agar, peserta didik yang
mempunyai kelamahan tidak merasa dipermalukan. Menjaga kerahasiaan bersama ini
juga mempunyai arti lain, yaitu memotivasi peserta didik untuk memperbaiki hasil
pekerjaannya dan meningkatkan kepercayaan peserta didik kepada guru.
3. Joint Ownership (miliki bersama),
Semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik
bersama antara guru dan peserta didik, karena itu harus dijaga bersamabaik
penyimpanannya maupun penempatannya. Berikan kemudahan peserta didik untuk
melihat, menyimpan dan mengambil kembali portofolio mereka. Hal ini dimaksudkan
juga untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab peserta didik.
4. Satisfaction (kepuasaan),
Semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indiktor harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru, orang tua, maupun peserta
didik, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta didik sebagai hasil
pembinaan guru.
5. Relevance (kesesuaian),
Dokumen yang ada harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator yang diharapkan. Kesesuaian ini pada gilirannya berkaiatan dengan prinsip
kepuasan.

H. LANGKAH PENYUSUNAN PORTOFOLIO


Depdiknas (2004: 8-10) dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio
untuk Penilaian menyebutkan enam langkah penyusunan portofolio sebagai berikut
a) Langkah Pertama: Menentukan Maksud atau Fokus Portofolio, di dalam langkah ini guru
melakukan kegiatan
1. Menentukan tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses
pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau
keduanya
2. Menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio digunakan: apakah untuk
menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir
pembelajaran, atau pada akhir jenjang pendidikan
3. Menentukan relevansi (kaitan) antara evidence dan tujuan (kompetensi) yang akan
dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan
bersama (kelompok)
4. Menentukan seberapa banyak evidence yang ada di portofolio akan digunakan sebagai
bahan penilaian
5. Menentukan kompetensi (standar, dasar, dan indikator) apa yang ketercapaiannya hendak
dinilai dengan portofolio
6. Menentukan evidence yang dikumpulkan: apakah hanya karya terbaik, atau
pertumbuhan atau perkembangannya, atau keduanya
7. Menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk penilaian formatif, atau sumatif, atau
keduanya
8. Menetapkan siapa yang menentukan isi portofolio: apakah guru saja, guru dan siswa, atau
pihak lain (misalnya orang tua).

b) Langkah Kedua: Menentukan Aspek Isi yang Dinilai, di dalam lanagkah ini guru
melakukan kegiatan :
1. Menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya
2. Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama
untuk dinilai. Catatan: Jadi, tidak setiap kompetensi dasar merupakan isi portofolio.
3. Menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan penilaian.
c) Langkah Ketiga: Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio, di dalam
langkah ini guru melakukan kegiatan :
1. Menentukan bentuk portofolio
Catatan: Pada umumnya bentuk portofolio terdiri atas (a) daftar isi dokumen, (b) isi
dokumen, (c) batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen (misalnya dengan kertas
berwarna sebagai pembatas), dan (d) catatan guru dan orang tua.
2. Menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar dan indikator
apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang
3. mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain)
4. Memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/ orang tua
5. Menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio
6. Menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen.
d) Langkah Keempat: Menentukan Penggunaan Portofolio, dalam langkah ini guru
melakukan kegiatan
1. Menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala
sekolah, guru lain, dan siswa lain
2. Menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian lain dalam
rangka penentuan nilai akhir/rapor.
e) Langkah Kelima: Menentukan Cara Menilai Portofolio, dalam langkah ini guru
melakukan kegiatan
1. Menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio
2. Menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa
3. Menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih dahulu untuk
menentukan penilaian atas portofolio; (penilaian sebaiknya tidak hanya didasarkan pada
keberhasilan, tetapi juga atas prosesnya, kriteria yang sebaiknya dipakai:
 Bukti terjadinya proses.
 Mutu kegiatan: apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan melibatkan beberapa materi pokok, atau tidak.
 Keragaman pendekatan yang dipakai.
f) Langkah Keenam: Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik
Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor
saja dalam keseluruhan penilaian, atau tidak. Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru
membuat persiapan sebagai berikut :
1. Menentukan maksud portofolio: guru menetapkan apakah untuk menilai karya terbaik,
atau menilai kemajuan siswa.
2. Menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau menyesuaikan tugas dengan tujuan mata
pelajaran (kompetensi dan indikatornya).
3. Menentukan indikasi: guru menentukan butir-butir apa yang harus terdapat dalam
portofolio
4. Menentukan format portofolio
5. Menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu dibatasi supaya
tidak menjadi beban guru
6. Menentukan rubrik (pedoman penskoran)
Khusus penentuan rubrik penilaian dapat dipilih kriteria verbal, misalnya, kurang baik –
baik – baik sekali; atau jelek sekali – jelek – sedang – baik – baik sekali; atau dengan angka.
Level nilai yang ditetapkan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya, atau lengkap-tidaknya
persyaratan yang dipenuhi: makin lengkap, makin tinggi level nilainya.
I. KEUNTUNGAN PENILAIAN PORTOFOLIO
Freidman et al. (2001) memperinci manfaat portofolio, sebagai berikut:
1. Sumbangan portofolio terhadap asesmen
Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti
kinerja, penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu,
kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
2. Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa
Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan bukti-bukti personal dan profesional
dalam pembelajaran siswa, menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan
cara untuk penanganan sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.
3. Menguatkan hubungan antara guru dan siswa
Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan guru, mengingatkan siswa bahwa
pembelajaran adalah proses dua arah, cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan
harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswanya.
4. Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif
Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk pembelajaran dan mengenali
kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi
analisis dalam proses metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas
bukti dari kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut.
5. Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi profesional
Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan menumbuhkan
pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat
bernilai untuk siswa.
Hal lain yang bernilai adalah bahwa portofolio itu “nyata” (tangible), sehingga merupakan
sarana efektif untuk berkomunikasi dengan siswa, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah
tentang kemajuan siswa (Jones, 2001).

J. KELEMAHAN PENILAIAN PORTOFOLIO


Depdiknas (2004: 6) mengingatkan adanya dua kelemahan penggunaan portofolio
sebagai penilaian.
1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraiannya
secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis, penggunaan portofolio
merupakan beban tambahan yang memberatkan.
2. Bagi guru penggunaan portofolio sebagai alat penilaian memerlukan banyak waktu untuk
melakukan penskoran, apalagi kalau kelasnya besar.
Itulah sebabnya, Depdiknas (2004: 6) memberikan saran: “… portofolio yang ditugaskan
untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu
yang tersedia bagi guru untuk membacanya”.

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 73–74, 90–96), bahkan, menyebutkan
beberapa kelemahan, antara lain:
1. Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya kebiasaan guru yang
memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan
ini juga berlaku bagi sebagian besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya masih
juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang
benar, dan cara menilai hasil tes).
2. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian dengan
portofolio.
3. Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian-penilaian yang
menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian nasional yang menggunakan
tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam
portofolio.
4. Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini
terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian sewajarnya.
5. Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down: guru tahu
segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta
didik tidak berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua
hal itu.
6. Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan anaknya hanya
didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif.
Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa
angka. Bagi guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah.
7. Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence (dokumen) yang
memadai, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA
Cherian, M. & Mau, R.Y. (2003). Teaching Large Classes – Usable Practice from Around the
World. Singapore: McGrawHill.
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus Pengembangan
Portofolio untuk Penilaian.
Duffy, J., Jones, J., & Thomas, S. W. (1999). Using Portfolio to Foster Independent
Thinking.
Freidman B. M., Davis, M. H., Howie, P. W., Kerr, J. & Pippard, M. (2001). Portfolio as a
method of student assessment. AMEE Medical Education Guide, Medical Center 23.Intervention
ini School and Clinic 35 (1); 34-37. Tersedia: http://www.sagepub.com.
Jones, Bonnie. (2001). Using Student Portfolio Effectively. Intervention in School and Clinic
36 (4); 225-229. Tersedia http://www.sagepub.com.
Soewandi. 2005. “Penilaian Pembelajaran dengan Portofolio”. Makalah disampaikan
kepada guru-guru SMA Katolik Taruna Jaya, Sampit, Kalimantan Tengah, 28–30 November.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai