Makalah Portofolio
Makalah Portofolio
F. JENIS PORTOFOLIO
Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung
jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya:
1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)
Portofolio semua hal (atau portofolio perkembangan) merupakan suatu kumpulan karya
siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi karya
siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis ini bukan
merupakan tujuan utama. Guru menggunakan portofolio jenis ini untuk mengevaluasi
kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan informasi dalam portofolio jenis ini untuk
sebagai bahan pertemuan antara guru, siswa, dan orang tua atau antara guru dengan siswa.
Secara umum, portofolio ini dievaluasi sebagai contoh karya siswa dalam berbagai tingkat
pencapaian kompetensi, jadi cenderung sumatif.
2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)
Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini menjadi
semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari, dan siswa
menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik tersebut, dan dibuktikan oleh
terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi portofolio ini berupa
pertemuan antara guru dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat memberikan umpan
balik sumatif, namun umpan balik ini sebagai informasi formatif bagi siswa. Guru memilih
karya terbaik siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan karya terbaiknya. Informasi
dari penjelasan guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan portofolio
selanjutnya.
3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)
Di dalam portofolio “pameran” atau protofolio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan alasan
rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan karya
yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan tujuan
portofolio itu. Di dalam evaluasi portofolio, guru melakukan pertemuan dengan siswa, dan
guru memberikan umpan balik sumatif terhadap produk siswa serta umpan balik formatif
tentang alasan siswa selama proses seleksi karyanya.
4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)
Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan. Di dalam portofolio jenis ini, guru merumuskan
daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan
karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis
ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja
siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau
kualitas kinerja yang diminta. Portofolio jenis ini membutuhkan kemampuan siswa dalam
menganalisis tujuan, mereviu kemungkinan karya, menyeleksi contoh terbaik dari
keterampilan yang diminta dalam tujuan, serta memberikan alasan seleksi karyanya. Untuk
setiap tujuan yang telah dituntaskan, guru memberikan umpan balik kualitatif individual.
Untuk tujuan yang belum dituntaskan, guru memberikan umpan balik formatif yang
memungkinkan siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan tersebut.
b) Langkah Kedua: Menentukan Aspek Isi yang Dinilai, di dalam lanagkah ini guru
melakukan kegiatan :
1. Menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya
2. Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama
untuk dinilai. Catatan: Jadi, tidak setiap kompetensi dasar merupakan isi portofolio.
3. Menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan penilaian.
c) Langkah Ketiga: Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio, di dalam
langkah ini guru melakukan kegiatan :
1. Menentukan bentuk portofolio
Catatan: Pada umumnya bentuk portofolio terdiri atas (a) daftar isi dokumen, (b) isi
dokumen, (c) batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen (misalnya dengan kertas
berwarna sebagai pembatas), dan (d) catatan guru dan orang tua.
2. Menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar dan indikator
apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang
3. mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain)
4. Memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/ orang tua
5. Menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio
6. Menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen.
d) Langkah Keempat: Menentukan Penggunaan Portofolio, dalam langkah ini guru
melakukan kegiatan
1. Menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala
sekolah, guru lain, dan siswa lain
2. Menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian lain dalam
rangka penentuan nilai akhir/rapor.
e) Langkah Kelima: Menentukan Cara Menilai Portofolio, dalam langkah ini guru
melakukan kegiatan
1. Menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio
2. Menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa
3. Menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih dahulu untuk
menentukan penilaian atas portofolio; (penilaian sebaiknya tidak hanya didasarkan pada
keberhasilan, tetapi juga atas prosesnya, kriteria yang sebaiknya dipakai:
Bukti terjadinya proses.
Mutu kegiatan: apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan melibatkan beberapa materi pokok, atau tidak.
Keragaman pendekatan yang dipakai.
f) Langkah Keenam: Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik
Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor
saja dalam keseluruhan penilaian, atau tidak. Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru
membuat persiapan sebagai berikut :
1. Menentukan maksud portofolio: guru menetapkan apakah untuk menilai karya terbaik,
atau menilai kemajuan siswa.
2. Menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau menyesuaikan tugas dengan tujuan mata
pelajaran (kompetensi dan indikatornya).
3. Menentukan indikasi: guru menentukan butir-butir apa yang harus terdapat dalam
portofolio
4. Menentukan format portofolio
5. Menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu dibatasi supaya
tidak menjadi beban guru
6. Menentukan rubrik (pedoman penskoran)
Khusus penentuan rubrik penilaian dapat dipilih kriteria verbal, misalnya, kurang baik –
baik – baik sekali; atau jelek sekali – jelek – sedang – baik – baik sekali; atau dengan angka.
Level nilai yang ditetapkan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya, atau lengkap-tidaknya
persyaratan yang dipenuhi: makin lengkap, makin tinggi level nilainya.
I. KEUNTUNGAN PENILAIAN PORTOFOLIO
Freidman et al. (2001) memperinci manfaat portofolio, sebagai berikut:
1. Sumbangan portofolio terhadap asesmen
Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti
kinerja, penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu,
kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
2. Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa
Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan bukti-bukti personal dan profesional
dalam pembelajaran siswa, menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan
cara untuk penanganan sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.
3. Menguatkan hubungan antara guru dan siswa
Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan guru, mengingatkan siswa bahwa
pembelajaran adalah proses dua arah, cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan
harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswanya.
4. Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif
Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk pembelajaran dan mengenali
kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi
analisis dalam proses metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas
bukti dari kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut.
5. Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi profesional
Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan menumbuhkan
pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat
bernilai untuk siswa.
Hal lain yang bernilai adalah bahwa portofolio itu “nyata” (tangible), sehingga merupakan
sarana efektif untuk berkomunikasi dengan siswa, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah
tentang kemajuan siswa (Jones, 2001).
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 73–74, 90–96), bahkan, menyebutkan
beberapa kelemahan, antara lain:
1. Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya kebiasaan guru yang
memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan
ini juga berlaku bagi sebagian besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya masih
juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang
benar, dan cara menilai hasil tes).
2. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian dengan
portofolio.
3. Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian-penilaian yang
menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian nasional yang menggunakan
tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam
portofolio.
4. Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini
terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian sewajarnya.
5. Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down: guru tahu
segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta
didik tidak berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua
hal itu.
6. Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan anaknya hanya
didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif.
Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa
angka. Bagi guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah.
7. Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence (dokumen) yang
memadai, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Cherian, M. & Mau, R.Y. (2003). Teaching Large Classes – Usable Practice from Around the
World. Singapore: McGrawHill.
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus Pengembangan
Portofolio untuk Penilaian.
Duffy, J., Jones, J., & Thomas, S. W. (1999). Using Portfolio to Foster Independent
Thinking.
Freidman B. M., Davis, M. H., Howie, P. W., Kerr, J. & Pippard, M. (2001). Portfolio as a
method of student assessment. AMEE Medical Education Guide, Medical Center 23.Intervention
ini School and Clinic 35 (1); 34-37. Tersedia: http://www.sagepub.com.
Jones, Bonnie. (2001). Using Student Portfolio Effectively. Intervention in School and Clinic
36 (4); 225-229. Tersedia http://www.sagepub.com.
Soewandi. 2005. “Penilaian Pembelajaran dengan Portofolio”. Makalah disampaikan
kepada guru-guru SMA Katolik Taruna Jaya, Sampit, Kalimantan Tengah, 28–30 November.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.