Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“PNEUMOTORAKS”

DISUSUN OLEH :

NUR FATIKHATUL JANAH

1611020103

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
A. DEFINISI
Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang
terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi
paru. ( Corwin, 2009 : 550 ).
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial
antara pleuralvisceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada
rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. ( Punarbawa, I. W.
A., & Suarjaya, P. P.,2013).
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapat udara dalam rongga pleura
(Smeltzer et al,2008).
Pneumotorak merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi
udara ekstrapulmoner dalam rongga pleura, antara pleura visceral dan
parenteral, yang dapat menyebabkan timbulnya colaps paru (Nurarif .A.H. dan
Kusuma. H,2015)

B. ETIOLOGI
Pneumotoraks berdasarkan etiologi dan berdasarkan mekanismenya
adalah sebagai berikut ( Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P,2013) :
a. Berdasarkan etiologi
1. Pneumotoraks Spontan Primer ( primery spontaneous pneumothorax)
Dari kata “primer” ini dapat diketahui penyebab dari pneumotoraks
belum diketahui secara pasti, banyak penelitian dan terori telah di
kemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang apa sebenarnya
penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Ada teori yang
menyebutkan, disebabkan oleh factor konginetal, yaitu terdapatnya bula
pada subpleura viseral, yang suatu saat akan pecah akibat tingginya
tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya pneumotoraks.
Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat pada bagian apeks
paru dan juga pada percabangan trakeobronkial. Pendapat lain
mengatakan bahwa PSP ini bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Diduga merokok dapat menyebabkan ketidakseimbangan dari protease,
antioksidan ini menyebabkan degradasi dan lemahnya serat elastis dari
paru-paru, serta banyak penyebab lain yang kiranya dapat membuktikan
penyebab dari pneumotoraks spontan primer.
2. Pneumotoraks spontan skunder (Secondary Spontaneus Pneumothorax)
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan suatu pneumotoraks yang
penyebabnya sangat berhubungan dengan penyakit paru-paru, banyak
penyakit paru-paru yang dikatakan sebagai penyebab dasar terjadinya
pneumotoraks tipe ini. Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD), infeksi yang disebabkan oleh bakteri pneumocity carinii,
adanya keadaan immunocompremise yang disebabkan oleh infeksi 6
virus HIV, serta banyak penyebab lainnya, disebutkan penderita
pneumotoraks tipe ini berumur diantara 60-65 tahun.
3. Pneumotoraks Trauma
Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh
trauma yang secara langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan
oleh benda tajam seperti pisau,atau pedang, dan juga bisa disebabkan
oleh benda tumpul. Mekanisme terjadinya pneumotoraks trauma
tumpul, akibat terjadinya peningkatan tekanan pada alveolar secara
mendadak, sehingga menyebabkan alveolar menjadi ruptur akibat
kompresi yang ditimbulkan oleh trauma tumpul tersebut, pecahnya
alveolar akan menyebabkan udara menumpuk pada pleura visceral,
menumpuknya udara terus menerus akan menyebabkan pleura visceral
rupture atau robek sehingga menimbulkan pneumotorak. Jika pada
mekanisme terjadinya pneumotoraks pada trauma tajam disebabkan
oleh penetrasi benda tajam tersebut pada dinding dada dan merobek
pleura parietal dan udara masuk melalui luka tersebut ke dalam rongga
pleura sehingga terjadi pneumotoraks.
4. Iatrogenik Pneumotoraks
Banyak penyebab yang dilaporkan mendasari terjadinya pneumotoraks
iatrogenic, penyebab paling sering dikatakan pemasangan
thransthoracic needle biopsy. Dilaporkan juga kanalisasi sentral dapat
menjadi salah satu penyebabnya. Pada dasarnya dikatakan ada dua hal
yang menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya
pneumotoraks iatrogenic yaitu pertama adalah dalamnya pemasukan
jarum 7 pada saat memasukannya dan kedua, ukuran jarum yang kecil,
menurut sebuah penelitian kedua itu memiliki korelasi yang kuat
terjadinya pneumotoraks.
b. Berdasarkan mekanisme :
1. Pneumotoraks Terdesak (Tension Pneumothorax)
Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu kegawat daruratan
pada cedera dada. Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang
menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut
tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one –
way-valve). Akibat udara yang terjebak didalam rongga pleura
ssehingga menyebabkan tekanan intrapleura meningkat akibatnya
terjadi kolaps pada paru-paru, hingga menggeser mediastinum ke
bagian paru-paru kontralateral, penekanan pada aliran vena balik
sehingga terjadi hipoksia. Banyak literatur masih memperdebatkan efek
dari pneumotoraks dapat menyebabkan terjadinya kolaps pada sistem
kardiovaskular. Dikatakan adanya pergeseran pada mediastinum
menyebabkan juga penekanan pada vena kava anterior dan superior,
disebutkan juga hipoksia juga menjadi dasar penyebabnya, hipoksia
yang memburuk menyebabkan terjadinya resitensi terhadap vaskular
dari paru-paru yang diakibatkan oleh vasokonstriksi. Jika gejala
hipoksia tidak ditangani secepatnya, hipoksia ini akan mengarah pada
keadaan asidosis, kemudian disusul dengan menurunnya cardiac output
sampai akhirnya terjadi keadaan henti jantung.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothoraks)
Keadaan pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya
penetrasi langsung dari benda tajam pada dinding dada penderita
sehingga meninmbulkan luka atau defek pada dinding dada. Dengan
adanya defek tersebut yang merobek pleura parietal, sehingga udara
dapat masuk kedalam rongga pleura. Terjadinya hubungan antara udara
pada rongga pleura dan udara dilingkungan luar, sehingga
menyebabkan samanya tekanan pada rongga pleura dengan udara di
diatmosper. Jika ini didiamkan akan sangat membahayakan pada
penderita. Dikatakan pada beberapa literatur jika sebuah defek atau
perlukaan pada dinding dada lebih besar 2/3 dari diameter trakea ini
akan menyebabkan udara akan masuk melalui perlukaan ini, disebabkan
tekana yang lebih kecil dari trakea. Akibat masuknya udara lingkungan
luar kedalam rongga pleura ini, berlangsung lama kolaps paru tak
terhindarkan, dan berlanjut gangguan ventilasi dan perfusi oksigen
kejaringan berkurang sehingga menyebabkan sianosis sampai distress
respirasi.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Nyeri mendadak di daerah dada akibat trauma pleura
2. Pernafasan yang cepat dan dangkal (takipnea) serta dispnea umum terjadi
3. Apabila pnumothorax meluas, atau apabila yang terjadi adalah tension
pneumothorax dan ada udara menumpuk di ruang pleura, jantung dan
pembuluh besar dapat bergeser ke paru yang sehat sehingga dada
tampak asimetris
4. Deviasi trakea juga dapat terjadi (Corwin, 2009)
5. Sesak nafas (bernafas terasa berat), sesak sering mendadak dan makin lama
makin berat
6. Batuk
7. Nyeri berat, memburuk pada gerakan pernafasan
8. Dedas di balik kulit (emfisema subkutaneus)
9. Sianosis
10. Bunyi nafas melemah atau lenyap di paru-paru yang mengalami kolaps
11. Fremitus vokal menurun
12. Hiperresonansi di sisi yang diserang
13. Hipotensi dan takikardia dalam pneumotorax tensi
14. Overekspansi dan rigiditas sisi dada yang diserang
15. Pergeseran mediastinal dan distensi vena jugular dalam pneumotorax tensi
16. Pucat
17. Denyut nadi lemah dan cepat (Sarwiji, 2011).

D. PATOFISIOLOGI
Pneumotorax terjadi bila udara masuk ke dalam rongga pleura.
Akibatnya paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih
tepat kalau dikatakan paru kolaps (jaringan paru elastis).
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan
untuk melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang
– tulang yang menyusun struktur pernapasan seperti tulang klafikula, sternum,
scapula. Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat
berperan pada proses inspirasi dan ekspirasi 6 . Jika salah satu dari dua struktur
tersebut mengalami kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan
oksigenasi. contoh kasusnya, adanya fraktur pada tulang iga atau tulang rangka
akibat kecelakaan, sehingga bisa terjadi keadaaan flail chest atau kerusakan
pada otot pernapasan akibat trauma tumpul, serta adanya kerusakan pada organ
viseral pernapasan seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ
lainnyadi abdominal bagian atas, baik itu disebabkan oleh trauma tumpul,
tajam, akibat senapan atau gunshot. Tekanan intrapleura adalah negatif, pada
proses respirasi, udara tidak akan dapat masuk kedalam rongga pleura. Jumlah
dari keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh darah rata-
rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari kapiler pembuluh darah ke rongga
pleura, memerlukan tekanan pleura lebih rendah dari -54 mmHg (-36 cmH2O)
yang sangat sulit terjadi pada keadaan normal. Jadi yang menyebabkan
masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma yang mengenai
dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral, atau disebabkan
kelainan konginetal adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika terjadi
peningkatan tekanan pleura. ( Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P. ,2013)

Trauma tajam dan tumpul torak

Akumulasi cairan dalam pneumotorak Resiko infeksi


kavum pleura
Kerusakan
integritas kulit

Ekspansi paru Pemasangan wsd Diskontinuitas


jaringan

Ketidakefektifan Merangsang
Thorakdrains bergeser
pola napas reseptor nyeri
pada periver
kulit
Merangsan reseptor nyeri
pada pleura viseralis dan Nyeri akut
parietalis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto torak : devisiasi mediastinal menunjukkan adanya tegangan (tension)
Umumnya didapat garis penguncupan paru yang sangan lurus (pleural line).
Bila disertai darah atau cairan lainnya akan tampak garis mendatar yang
merupakan batas udara dan cairan (air fluid level)
2. Saturasi oksigen harus diukur biasanya normal kecuali ada penyakit paru
3. USG atau CT Scan Toraks baik dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan
biasanya digunakan biopsy paru percutan.(Nurarif .A.H. dan Kusuma.
H.,2015)

F. KOMPLIKASI
1. Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventil , komplikasi ini terjadi
karena tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis
lebih hebat,mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah
vena ke atrium kanan.Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum
terdorong kearah kontralateral dan diafragma tertekan kebawah sehingga
menimbulkan rasa sakit.Keadaan ini dapatmengakibatkan fungsi
pernafasan sangat terganggu yang harus segera ditangani kalautidak akan
berakibat fatal. Tension pneumotorax dapat menyebabkan pembuluh darah
kolaps, akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah
menurun. Paru yang sehat juga dapat terkena dampaknya
2. Pneumotorax dapat menyebabkan hipoksia dan dipsnea berat. Kematian
dapat terjadi (Corwin, 2009)
3. Pio-pneumothoraks terdapatnya pneumothoraks disertai empiema secara
bersamaanpada satu sisi paru. Infeksinya berasal dari mikro-organisme
yang membentuk gas ataudari robekan septik jaringan paru atau esofagus
kearah rongga pleura.
4. Hidro-pneumothoraks/hemo-pneumothoraks: pada kurang lebih 25%
penderitapneumothoraks ditemukan juga sedikit cairan dalam pleuranya.
Cairan ini biasanyabersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan
(berdarah). Hidrothorak dapat timbuldengan cepat setelah terjadinya
pneumothoraks pada kasus-kasus trauma/perdarahanintra pleura atau
perfosari esofagus (cairan lambung masuk kedalam rongga pleura).
5. Pneumomediastinum dan emfisema subkutan : Pneumomediastinum dapat
ditegakkandengan pemeriksaan foto dada. Insidennya adalah 15 dari
seluruh pneumothoraks.Kelainan ini dimulai robeknya alveoli kedalam
jaringan interstitium paru dankemungkinan diikuti oleh pergerakan udara
yang progresif ke arah mediastinum(menimbulkan pneumomediastinum)
dan kearah lapisan fasia otot-otot leher(menimbulkan emfisema subkutan).
6. Pneumothoraks simultan bilateral: Pneumothoraks yang terjadi pada kedua
paru secaraserentak ini terdapat pada 2% dari seluruh pneumothoraks.
Keadaan ini timbul sebagailanjutan pneumomediastinum yang secara
sekunder berasal dari emfisem jaringanenterstitiel paru. Sebab lain bisa juga
dari emfisem mediastinum yang berasal dariperforasi esofagus.
7. Pneumothoraks kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila
fistula bronko-pleura tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik
dengan fistula bronkopleura iniadalah 5 % dari seluruh pneumothoraks.
Faktor penyebab antara lain adanyaperlengketan pleura yang menyebabkan
robekan paru tetap terbuka, adanya fistulabronkopelura yang melalui bulla
atau kista, adanya fistula bronko-pleura yang melaluilesi penyakit seperti
nodul reumatoid atau tuberkuloma.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN / RENCANA
KRITERIA HASIL TINDAKAN
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas b.d 1. Status pernapasan Manajemn jalan napas
ekspansi paru yang : ventilasi 1. Buka jalan napas
tidak maksimal 2. Status pernapasan 2. Posisikan pasien
karena akumulasi : pertukaran gas untuk
udara / cairan 3. Status pernapasan memaksimalkan
: kepatenan jalan ventilasi
napas 3. Identifikasi pasien
4. Status tanda – perlunya
tanda vital
pemasangan alat
Kriteria Hasil : jalan napas bantu
1. Menunnjukkan 4. Auskultasi jalan
jalan napas yang napas, catat
paten adanya suara
2. Tanda – tanda tambahan
vital dalam 5. Monitor respirasi
rentang normal dan status O2
Monitor tanda vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu dan RR
2. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
2 Nyeri akut b.d NOC : NIC
trauma jaringan dan 1. Tingkat nyeri Manajemen nyeri
reflek spasme otot 2. Kontrol nyeri 1. Lakukan
sekunder 3. Tingkat pengkajian nyeri
kecemasan secara
4. Tanda – tanda komprehensif
vital 2. Observasi reaksi
nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
1. Mampu 3. Kaji kultur yang
mengontrol nyeri mempengaruhi
2. Mampu respon nyeri
mengenali nyeri 4. Evaluasi
pengalaman
nyeri masa lalu
3. Menyatakan rasa
nyama seetelah
nyeri berkurang
3 Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit b.d 1. Integritas jaringan Menejemen tekanan
trauma mekanik : kulit dan 1. Anjurkan pasien
terpasang bullow membrane menggunakan
drainage mukosa pakaian yang
2. Akses longgar
hemodialysis 2. Hindari keruan
Kriteria Hasil : pada tempat tidur
1. Integritas kulit 3. Jaga kebersihan
yang baik bisa kulit agar tetap
dipertahankan bersih dan kering
2. Perfusi jaringan
baik
4 Resiko infeksi b.d NOC : NIC :
tempat masuknya 1. Status imunitas Kontrol infeksi
organisme sekunder 2. Kontrol resiko 1. Bersihkan
terhadap trauma 3. Pengetahuan : lingkungan
kontrol infeksi setelah di pakai
Kriteria hasil : pasien.
1. Klien bebas dari 2. Cuci tangan
tanda dan gejala setiap sebelum
infeksi dan sesudah
2. Menunjukkan tindakan
kemampuan perawatan
untuk mencegah 3. Tingkatkan
timbulnya infeksi inteke nutrisi
3. Jumlah leukosit 4. Monitor tanda
dalam batas dan gejala
normal infeksi lokal
dan sistemik
5. Ajarkan cara
menghindari
infeksi

H. DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Ed.6. Ed
Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Moco Media
Bulechek, G.(2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed.6. Ed
Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Moco Media
Cowin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 3.
Jogjakarta: MediAction.
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P. (2013). EARLY IDENTIFICATION
AND BASIC LIFE SUPPORT FOR PNEUMOTHORAX. e-Jurnal
Medika Udayana, 2(5), 750-766.
Sarwiji, B. (2011). Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT
Indeks

Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai