Makalah Thaharah Dan Shalat
Makalah Thaharah Dan Shalat
Disusun Oleh :
Akhmad Khudori
Abdurrofiq Al. Ha
Muhammad Ilwan
0
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim
yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga
harus mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri
terhitung sah menurut ajaran ibadah syar’iah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
THAHARAH
A. Pengertian Thaharah
B. Thaharah menurut arti bahasa “suci dan lepas dari kotoran”, dan menurut
istilah syara’ ialah menghilangkan halangan yang berupa hadast atau najis. Kata
thaharah sama dengan “Nadlafah” artinya bersih atau suci, sedangkan jika dibaca
thuharah maka berarti “kelebihan dari air yang dipergunakan untuk bersuci”.
Dikalangan para ahli Fiqh, thaharah memiliki banyak pengertian yang antara lain
ialah suatu perkara yang menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan
shalat. Seperti wudlu, mandi tayamum, dan menghilangkan najis 1. Secara umum
thaharah adalah mengangkat kotoran dan najis yang dapat mencegah sahnya
shalat, baik najis atau kotoran yang menempel di badan, maupun yang ada pada
pakaian, atau tempat ibadah seorang muslim.
C.
B. Jenis-Jenis Thaharah
Taharah terbagi kepada 2 bagian:
1. Taharah daripada najis
Najis dari hukum syara' ialah segala benda yang kotor yang mencegah
kita dari melakukan solat, tawaf, memberi khutbah Juma'at dan sebagainya.
Akan tetapi, ini tidak bermakna semua benda yang kotor itu adalah najis tetapi
najis adalah kotor.
2. Taharah daripada hadas
Hadas pula terbahagi 2, hadas kecil dan hadas besar.
Berhadas kecil dikatakan sebagai perkara-perkara yang membatalkan
wudu dan boleh dihilangkan dengan sekadar mengambil wudu.
1 Abu Amar, Imron. Fha-hul Qarib jilid I. Kudus. Menara Kudus.1983, hal.2
2
Berhadas besar pula mencegah dari melakukan solat dsb dan ianya mewajibkan
seseorang itu mandi wajib.2
C.
Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan
(membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari
bumi dan masih tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air
sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata
air.
Zatnya suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu. Yang
termasuk dalam bagian ini ada tida macam air, yaitu :
a. Air yang sudah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan
sesuatu benda yang suci, selain dari perubahan yang tersebut diatas, seperti
air kopi, teh dan sebagainya.
b. Air sedikit, kurang dari dua kulah, sudah terpakai untuk menghilangkan
hadas atau menghilangkan hukum najis, sedangkan air itu tidak berubah
sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.
c. air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari
tekukan pohon kayu ( air nira ), air kelapa, dan sebagainya.
3
b. Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit,
berarti kurang dari dua kulah, tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya
sama seperti najis. Kalau air itu banyak, berarti dua kulah atau lebih,
hukumnya tetap suci dan menyucikan.
2. Air yang Makruh
Yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas
atau perak. Air ini makruh dipakai untuk badan, tetapi tidak makruh untuk
pakaian. Kecuali air yang terjemur ditanah, seperti air sawah, air kolam, dan
tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin berkarat.3
3 Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal 13-16.
4 http://halaqah.net/v10/index.php?topic=2395.0 diunduh : Rabu, 3 oktober 2013
4
1. Najis Mugallazah (berat), yaitu najis anjing. Benda yang terkena najis ini
hendaklah dibasuh tujuh kali, sau kali diantaranya hendaklah dibasuh dengan
air yang dicampur dengan tanah.
2. Najis Mutawassitah
Najis ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Najis Hukumiyah, yaitu yang kita yakini adanya, tetapi tidak nyata zat,
bau, rasa, dan warnanya, sepreti kencing yang sudah lama kering,
sehingga sifatnya telah hilang.
Cara mencuci najis ini cukup dengan mengalirkan air diatas benda yang
kena najis itu.
b. Najis ‘Ainiyah, yaitu najis yang masih ada zat, warna, rasa dan baunya,
kecuali warna atau bau yang sangat sukar untuk dihilangkan, sifat ini
dimaafkan.
Cara mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna, dan baunya.5
F. Wudu
1. Pengertian
5 Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal 21-22.
6 http://fajarnoverdi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-wudhu.html
5
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.
2. Syarat-syarat Wudu
a. Islam,
b. Mumayiz, karena wudu itu merupakan ibadat yang wajib diniati, sedengkan
orang yang tidak beragama Islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi
hak untuk berniat.
c. Tidak berhadas besar.
d. Dengan air yang suci dan menyucikan.
e. Tidak ada yang menghalang sampainya air ke kulit, seperti getah dan
sebagainya yang melekat diatas kulit anggota wudu.
6
1. Niat
Disetiap ibadah, kita diharuskan memulai dengan niat, begitu pula wudhu,
wudhu juga harus dimulai dengan niat.
Dan sebagaimana lazim niat wudhu’ orang-orang islam diseluruh dunia, inilah
bacaan niat ketika hendak memulai wudhu’ :
4. Sunah Wudu
7 http://syechanbaraqbah.wordpress.com/2012/02/17/wudhu-fardhu-dan-sunnah-wudhu/
7
a. Membaca “bismillah” pada permulaan wudu.
b. Membasuh kedua tangan hingga pergelangan.
c. Berkumur-kumur.
d. Memasukkan air kedalam hidung.
e. Membasahi seluruh kepala.
f. Membasuh telinga.
g. Menyela jari-jari tangan dan kaki.
h. Mendahulukan anggota kanan dari pada kiri.
i. Membasuh setiap anggota tiga kali.
j. Menggosok anggota wudu.
G. Tayamum
1. Pengertian
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur), yaitu;
a. Uzur karean sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah berpengalaman
tentang penyakit tersebut.
b. Karena dalam perjalanan.
c. Karena tidak ada air.
2. Syarat-syarat Tayamum
8
1. Sudah masuk waktu sholat. Jika seseorang akan melaksanakan sholat Zuhur,
misalnya, ia boleh melakukan tayamum jika waktu sholat Zuhur sudah tiba. Tidak
seperti wudhu, tayamum harus dilakukan pada saat waktu sholat telah tiba. Dan
tayamum hanya untuk sekali pelaksanaan sholat. Jika orang bertayamum untuk
sholat Zuhur maka jika ia ingin melaksanakan sholat Ashar, ia harus melakukan
tayamum kembali.
2. Telah berusaha mencari air tapi tidak mendapatkannya. Upaya pencarian ini
hanya dilakukan jika penyebab tayamum adalah tidak adanya air.
3. Ada alasan jelas, misalnya dari tenaga medis, bahwa ia tidak boleh
menggunakan air. Ini disyaratkan kepada mereka yang bertayamum karena takut
untuk menggunakan air. Misalnya, penyakitnya akan bertambah parah jika
menggunakan air. Cerita seorang sahabat yang terluka lalu meninggal karena
memaksakan diri mandi menggunakan air adalah salah satu dasar hukumnya.
4. Menggunakan debu atau tanah yang suci.
5. Menghilangkan najis.
4. Sunah Tayamum
a. Membaca basmalah
b. Menghadap ke arah kiblat
c. Membaca doa ketika selesai tayamum
d. Mendahulukan anggota kanan dari pada anggota kiri
9
e. Meniup debu yang ada di telapak tangan8
H. Mandi Wajib
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan
menggunakan air suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan
mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat.
Bagi mereka yang masuk dalam kategori di atas maka mereka berarti telah
mendapat hadas besar dengan najis yang harus dibersihkan. Jika tidak segera
8 http://organisasi.org/pengertian-tayamum-cara-syarat-rukun-sebab-sunat-tayammum-wudhu-
dengan-debu-tanah
10
disucikan dengan mandi wajib maka banyak ibadah orang tersebut yang tidak
akan diterima Allah SWT.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi karena
wajib untuk dilakukan :
1. Membaca niat : "Nawaitul ghusla lirof'il hadatsil akbari fardlol lillaahi ta'aalaa"
yang artinya "AKu niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardlu
karena Allah".
Berikut ini adalah hal-hal yang boleh-boleh saja dilakukan (tidak wajib
hukum islamnya) :
11
8. Dilakukan sekaligus selesai saat itu juga (muamalah)9
BAB III
SHALAT
A. Pengertian Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa Arab ialah “doa”, tetapi yang dimaksud
disini ialah “ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat
yang ditentukan.10
Firman Allah Swt.
1. Islam. Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak
dituntut untuk mengerjakannya didunia hingga ia masuk Islam, karena
meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah
2. Suci dari haid (kotoran) dan nifas
3. Berakal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan untuk shalat.
4. Balig (dewasa)
5. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. kepadanya).
9 http://organisasi.org/pengertian-mandi-wajib-besar-junub-tata-cara-dan-hukum-dalam-islam
10 Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal 53
12
4. Menutup aurat
5. Menghadap kiblat
D. Rukun Shalat
1. Niat
2. Berdiri bagi orang yang kuasa
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al fatihah
5. Rukuk serta tuma’ninah
6. Bangun dari rukuk (i’tidal) serta tuma’ninah
7. Sujud dua kali secara tuma’ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
9. Duduk tasyahud akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir
12. Membaca salam
13. Tertib ( melakukan rukun secara berurutan)11
E. Sunah-Sunah Shalat
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbirotil ihram, ruku’, dan i’tidal
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
3. Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram (tawajjuh)
4. Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah
5. Takmin (membaca amiin)
6. Membaca surat lain setelah membaca al fatihah
7. Takbir intiqal
8. Bertakbir ketika hendak rukuk dan sujud
9. Mengucapkan ()سمع ا لمن حمده ربنا لك الحمد
10. Membaca tasbih tiga kali dalam ruku’ dan sujud
11. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha ketika duduk
11 http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-shalat-dan-hukumnya.html
diunduh : hari rabu, 3 oktober 2013 jam 10.30
13
12. Menggenggam jari-jari tangan kanan, kecuali jari telunjuk dalam
bertasyahud, dan mengembangkan jari-jari tangan kiri
13. Duduk iftirasy dalam semua duduk
14. Duduk tawarruk pada saat duduk terakhir
15. Melakukan salam kedua
1. Shalat Isya. Waktunya mulai dari terbenam syafaq merah (sehabis waktu
maghrib) sampai terbit fajar kedau.
2. Shalat Subuh. Waktunya dari mulai terbit fajar kedua sampai terbit matahari.
3. Shalat Dzuhur. Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari
pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama
dengan panjangnya, selain dari bayang-bayang yang ketika matahari menonggak
(tepat diatas ubun-ubun.).
4. Shalat Ashar. Waktunya mulai dari habisnya waktu Dzuhur, bayang-bayang
sesuatu lebih daripada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika
matahari sedang menonggak, sampai terbenam matahari.
5. Shalat Maghrib. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq
(teja) merah.
14
H. Waktu yang Dilarang Untuk Shalat
I. Macam-Macam Shalat
a. Shalat fardhu
Shalat fardlu meliputi shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magh-rib, dan Isya.
b. Shalat Sunnah
1) Arti Shalat Sunnah
Shalat-shalat sunah/nawafil ialah shalat-shalat sunnah yang diluar dari
pada shalat-shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan oleh Nabi
Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
mengharapkan tambahan pahala.
2) Shalat Sunnah Rawatib.
Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan
sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini 22 raka'at.
2 raka'at sebelum shalat Subuh (sesudah shalat shubuh tidak ada
sunnat ba'diyah); 2 raka'at sebelum shalat Zhuhur; 2 atau 4 raka'at
sesudah shalat zhuhur.
2 raka'at 4 raka'at sebelum shalat `ashar, (sesudah shalat `ashar
tidak ada sunah ba'diyah).
2 raka'at sesudah shalat mahgrib.
2 raka'at sebelum shalat isya.
2 raka'at sesudah shalat isya.
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan
“Qabliyah” dan sesudahnya disebut "Ba’diyah".
15
3) Shalat Tahyatul Masjid
Shalat sunnah yang dikerjakan oleh jama'ah yang sedang masuk ke
masjid, baik pada hari Jum'at maupun lainya, diwaktu malam atau siang.
Sabda Rasulullah saw.
Doanya :
"Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, saya
mengaku bahwa tiada tuhan yang hidup terus selalu jaga. Saya
memohon taubat kepadanya, selaku taubatnya seorang hamba yang
banyak dosa, yang tidak mempunyai daya upaya untuk bertaubat
madlarat atau manfa'at, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
5) Shalat Sunnah Awwabin
Sesudah sunnah ba'da maghrib (ba'diyyah), disunnahkan pula bagi
siapa saja yang mengerjakan sunnah dua sampai dengan enam raka'at, yang
dinamakan shalat sunnah awwabin.
16
"Dari Ali .r.a berkata : "Shalat witir itu bukan wajib sebagaimana
shalat lima waktu, tetapi Rasulullah saw. telah mencontohkannya dan
bersabda: "sesungguhnya Allah itu witir (Esa) dan suka kepada witir,
maka shalat witirlah wahai ahli Qur'an". (H.R. Abu Daud dan At-
Tirmidzi).
Waktunya sesudah shalat isya sampai terbit fajar, biasanya shalat witir itu
dirangkaikan dengan shalat tarawih. Bilangan raka'at nya 1, raka'at 3, 5, 7, 9,
dan 11.
8) Shalat Id atau Shalat Hari Raya
Shalat Hari Raya ada dua, yaitu hari Raya Fitrah dan hari Raya Adha.
Waktu shalat id dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya.
Hukumnya sunnah muakkad bagi laki-laki dan perempuan mukim atau
musafir. Boleh dikerjakan sendirian dan sebaiknya dilakukan berjama'ah.
9) Shalat Istiqarah
Shalat istiqarah ialah shalat sunnah dua raka'at untuk memohon
kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua hal atau
lebih yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Shalat istiqarah lebih
utama dikerjakan seperti shalat tahajud yakni dimalam hari. Hukumnya
sunnah muakkad bagi yang sedang menghajatkan petunjuk itu.
Sabda Nabi Muhammad saw yang artinya : "Tidak akan kecewa bagi
orang yang melaksanakan shalat istiqarah, dan tidak akan menyesal
bagi orang yang suka bermusyawarah dan tidak akan kekurangan
bagi orang yang suka berhemat". (H.R.Thabrani).
10) Shalat Hajat.
Shalat hajat ialah shalat sunnah yang dikerjakan karena mempunyai
hajat agar diperkenankan hajatnya oleh Allah. Shalat hajat dikerjakan
dua raka'at, kemudian berdo'a memohon sesuatu yang menjadi hajatnya.
Shalat hajat dilaksanakan dua raka'at sampai dengan 12 raka'at dengan tiap-
tiap dua raka'at satu salam.
17
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah
dengan sabar dan shalat, karena sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar". (Q.S. Al-Baqarah. 153).
11) Shalat Tasbih.
Shalat sunnah tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah saw. Kepada pamannya Sayidina Abbas Ibnu Muthalib.
Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkan, kalau dapat tiap-tiap malam
kalau tidak dapat tiap malam maka sekali seminggu, kalau, juga tak
sanggup sekali seminggu, dapat juga dilakukan sebulan sekali atau
setahun sekali dan kalau tak dapat setahun, setidak-tidaknya sekali
seumur hidup.
12) Shalat Tahajjud
Shalat Tahjjud ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam,
sedikitnya dua raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas. Waktunya
sesudah shalat isya sampai terbit fajar. Shalat dapat disebut tahajjud,
dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur malam,
sekalipun tidur itu hanya sebentar. Hadits Rasulullah saw.
Hadist Rasulullah saw :
"Perintah Allah turun ke langit dunia diwaktu hingga sepertiga yang
akhir dari waktu malam, lalu berseru: adakah orang-orang yang
memohon (berdo'a, pasti akan Ku kabulkan, adakah orang yang meminta,
pasti akan Ku beri dan adakah yang menharap/memohon ampunan, pasti akan
Ku ampuni baginya. Sampai tiba waktu subuh.
13) Shalat Dhuha
Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik,
hukumnya sunnah. Permulaan shalat Dhuha ini kira-kira matahari
sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta dan berakhir diwaktu matahari
lingsir. Sekurang-kurangnya shalat ini dua raka'at, sebanyak-banyaknya 8
18
raka'at.
Dari Zaid bin Arqam r.a. berkata :
‘Abu Hurairah na berkata : " Kekasihku Rasulullah saw berpesan pada
saya supaya berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan dan shalat dhuha dua raka'at,
dan shalat witir sebelum tidur". (H.R. Bukhari dan Muslim).
J. Hikmah Shalat
a. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
b. Memberikan ketenangan dalam diri (lahir dan bathin).
c. Mendapatkan kecintaan kepada Allah.
d. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
e. Mendapatkan ridha Allah Swt.
19
PENUTUP
Kesimpulan
20
Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2010, Hal
21-22.
Abu Amar, Imron. Fha-hul Qarib jilid I. Kudus. Menara Kudus.1983, hal.2
http://fajarnoverdi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-wudhu.html
Diunduh : 05 Oktober 2013
http://syechanbaraqbah.wordpress.com/2012/02/17/wudhu-fardhu-dan-
sunnah-wudhu/ Diunduh : 05 Oktober 2013
http://organisasi.org/pengertian-tayamum-cara-syarat-rukun-sebab-sunat-
tayammum-wudhu-dengan-debu-tanah. Diunduh : 05 Oktober 2013
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-shalat-dan-
hukumnya.html Diunduh : 3 oktober 2013
http://hadirukiyah2.blogspot.com/2009/12/ibadah-sholat.html. Diunduh : 06
Oktober 2013
21