Anda di halaman 1dari 26

DINAMIKA STUDI ISLAM DI DUNIA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

Disusun oleh:
1. Alifa zaky ghozali (093111021)
2. Reti trianasari (123911092)
3. Rizka Fitriyani (123911095)
4. Sabrina Kartikawaty (123911099)
5. Hesti Fitri Umami (123911119)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
DINAMIKA STUDI ISLAM DI DUNIA

I. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama Allah yang diturunkan melalui Nabi
Muhammad SAW. Dengan Al-qur’an sebagai pedomannya untuk
mengarahkan kepada seluruh umat manusia ke jalan yang sebenarnya yang di
ridhoi oleh Allah SWT.
Islam mengajarkan kehidupanyang dinamis dan progresif, menghargai
akal pikiran dalam pengenbangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap
seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
mengembangkan kepedulian social, menghargai waktu, bersikap terbuka,
demokratis, berorientasi pada kualitas, mencintai kebersihan, mengutamakan
persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap-sikap positif lainnya.
Beberapa alasan tersebut di ataslah yang mungkin menyebabkan
orang-orang barat tertarik untuk mempelajari islam, baik budaya, maupun
ilmu pengetahuannya. Sehingga kebudayaan islam di dunia berkembang
menjadi pesat.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Bagaimana studi islam di Indonesia ?
B. Bagaimana studi islam di Barat ?
C. Bagaimana dinamika studi islam di Timur ?

III. PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam di Indonesia
Pendidikan Islam di Indonesia telah dimulai sejak masuknya Islam
ke Indonesia. Mengenai tentang dimulainya pendidikan islam di Indonesia
terdapat beberapa teori tentang ini. Pertama adalah “teori India” yang
berpendapat bahwa islam berasal dari India. Di antara sarjana Belanda
yang berpendapat bahwa kedatangan Islam barasal dari India, adalah
Pijnappel dari Universitas Leiden, yang mengatakan bahwa Islam di
Nusantara berasal dari Gujarat dan Malabar.

1
Pendapat berikutnya menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal
dari Arab. Teori ini disebut dengan “teori Arab”. Teori ini juga didukung
oleh sejumlah sarjana di antaranya Crawfurd, Niemann, de Hollander, dan
yang paling gigih mempertahankannya adalah Naquib Al Attas. Berkenaan
dengan “teori Arab” ini di Indonesia sudah beberapa kali diadakan tentang
seminar masuknya Islam ke Indonesia. Seminar Medan tahun 1963 dan
seminar Aceh tahun 1978. Kedua seminar itu menyimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah dan langsung dari Arab.
Semua teori itu masih dalam proses perkembangan dan bahkan
tidak mustahil ada teori lain yang muncul belakangan. Pembahasan
tentang teori masuknya Islam ke Indonesia dikemukakan hanya garis
besarnya saja, tidak terinci dan mendetail. Hal ini disebabkan karena fokus
utama adalah tentang pendidikan Islam yang telah dimulai sejak masuknya
Islam ke Indonesia. Karena pendidikan Islam itu telah dimulai sejak
masuknya Islam ke Indonesia, tidak boleh tidak mestilah disinggung
tentang masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini bermakna bahwa apabila
Islam itu telah masuk ke Indonesia pada abad ke-8 M, berarti pendidikan
Islam telah dimulai sejak saat itu.
Kaitannya dengan pendidikan Islam perlu dicari esensi tentang
pendidikan. Pendidikan adalah proses pembentukan manusia ke arah yang
dicita-citakan. Dengan demikian, pendidikan Islam itu adalah
pembentukan manusia sessuai dengan tuntutan Islam. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh para
mubaligh awal yang datang ke Indonesia baik sebagai mubaligh semata
maupun pedagang yang berperan sebagai mubaligh adalah kegiatan yang
terkait dengan kegiatan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan Islam di
Indonesia telah berlangsung sejak masuknya islam ke Indonesia, dan
dengan demikian pula pendidikan Islam telah memainkan peranannya
dalam proses Islamisasi di Indonesia.
Pada tahap awal pendidikan Islam di Indonesia berlangsung secara
informal. Kontak-kontak person antara mubaligh dan masyarakat sekitar

2
yang tidak terancang terstruktural secara jelas dan tegas. Dalam hal ini
tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada materi tertentu, dan tidak ada
tempat yang khusus. Pergaulan keseharian yang di dalamnya mengandung
unsur pendidikan, seperti keteladanan yang diberikan oleh para mubaligh
merupakan ketertarikan masyarakat sekitar untuk memeluk agama Islam.
Setelah pendidikan informal itu berlangsung, maka muncullah pendidikan
formal. Yaitu pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat, dan materi
tertentu.1
Kajian tentang pendidikan Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi
tiga fase. Fase pertama sejak mulai tumbuhnya pendidikan Islam padda
awal masuknya Islam ke Indonesia sampai munculnya zaman pembaruan
pendidikan Islam di Indonesia. Fase kedua sejak masuknya ide-ide
pembaruan pendidikan Islam di Indonesia, dan fase ketiga sejak
disahkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No.2
tahun 1989 dan dilanjutkan dengan UU No.20 tahun 2003).2
Pendidikan memiliki nilai yang strategis dan urgen dalam
pembentukan suatu bangsa. Pendidikan itu juga berupaya untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab lewat pendidikan akan
diwariskan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut, karena itu
pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to know, dan how to do,
tetapi yang amat terpenting adalah how to be, bagaimana supaya how to be
terwujud, maka diperlukan transfer budaya dan kultur.3
Berdasarkan kedudukan Islam di Indonesia, ada kajian historis
seperti yang diungkapkan terdahulu bahwa pendidikan Islam di Indonesia,
telah berlangsung sejak masuknnya Islam ke Indonesia.Pendidikan itu
pada tahap awal terlaksana atas adanya kontak antara pedagang atau
mubaligh dengan masyarakat sekitar, bentuknya lebih mengarah kepada

1
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2009), hlm. 10-13.
2
Ibid, hlm. 45
3
Ibid, hlm. 47

3
kependidikan informal.Setelah berdiri kerajaan-kerajaan Islam tersebut
berada di bawah tanggung jawab kerajaan Islam.
Masuknya kaum penjajah Barat, memisahkan pendidikan Islam,
dengan pendidikan Barat. Pendidikan Barat berada pada alur dan jalur
binaan pemerintah dengan fasilitas yang memadai, sedangkan pendidikan
Islam terlepas dari tanggung jawab pemerintah kolonial. Kenyataannya
membuat ada duagenerasi yang berbeda orientasinya. Pertama, pendidikan
Islam yang ketika itu dilaksanakan di pesantren orientasinya keakhiratan,
kedua, pendidikan Barat yang orientasinya adalah keduniaan.
Sebetulnya perbedaan yang mencolok bukan hanya terletak kepada
perbedaan kedua orientasi itu, tetapi lebih dari itu pemerintah kolonial
Belanda tidak menempatkan pendidikan Islam sebagai bagian dari
perhatian mereka. Tidak memasukkan pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan kolonial Belanda, bukan hanya itu bahkan pendidikan agama
pun tidak diberikan di sekolah-sekolah pemerintah.
Setelah Indonesia merdek, BPKNIP (Badan Persiapan Komite
Nasional Indonesia Pusat) mengusulkan kepada pemerintah agar
memasukkan mata pelajaran pendidikan agama ke sekolah-sekolah. Selain
dari itu badan ini juga mengusulkan agar madrash dan pesantren supaya
mendapat perhatian dan bantuan nyata dengan berupa tuntunan dan
bantuan material dari pemerintah.
Pendidikan Islam dalam uraian ini dapat dikemukakan
pengertiannya dalam tiga hal. Pertama, sebagai lembaga, kedua, sebagai
mata pelajaran, dan ketiga, sebagai value.4
Peranan kerajaan-kerajaan Islam dalam mendorong
berkembangnya pemikiran Islam dapat diambil contohnya kerajaan Islam
di Sumatera, yaitu Aceh dan kerajaan Islam di Jawa yaitu Mataram.
Peranan kerajaan Islam di Aceh dalam bidang pendidikan dapat
dilihat dalam tulisan Hasjmy “Kebudayaan Aceh dalam sejarah”. Beliau

4
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 159-160.

4
mengemukakan diantara lembaga-lembaga Negara yang tersebar dalam
Qanun meukuta Alam ada tiga lembaga yang bidsng tugaasnya meliputi
masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Balai Setia Hukama
Balai ini tempat berkumpulnya para sarjana, hukama (ahli piker) untuk
membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Balai Setia Ulama
Balai ini dapat disamakan dengan jawatan pendidikan yang membahas
masalah pendidikan.
3. Balai Jamaah Himpunan Ulama
Balai ini dapat disamakan dengan sebuah studi klub tempat para
ulama/sarjana berkumpul untuk bertukar pikiranmembahas masalah
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Kerajaan Islam lainnya yang juga menaruh perhatian terhadap
pendidikan Islam, adalah Mataram. Dalam bidang kebudayaan upaya yang
dilakukan oleh Sultan Agung adalah mensenyawakan unsure-unsur
budayanlama dengan islam, seperti:
1. Gerebeg, disesuaikan dengan hari raya idul fitri dan maulid nabi.
Terkenal ada gerebeg poso (puasa) dan gerebeg maulid.
2. Gamelan Sekaten, yang hanya dibunyikan pada gerebeg mauled, atas
kehendak Sultan Agung dipukul di halaman masjid besar.
3. Perhitungan tahun saka (Hindu) pada mulanya berdasarkan perjalanan
matahari, tahun saka yang telah kerangka 1555saka,tidak lagi ditambah
berdasarkan perhitungan matahari, melainkan dengan hitungan
perjalanan bulan, sesuai dengan tahun hijriah.

Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Awal Di Indonesia


Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di
Indonesia.

5
1. Masjid dan Langgar
Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat. Selain dari
fungsi utama masjid dan langgar difungsikan untuk tempat pendidikan.
2. Pesantren
Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap
beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata
pelajaran agama.
3. Meunasah, Rangkang, dan Dayah
Meunasah berasal dari kata madrasah, tempat belajar atau
sekolah. Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang di bangun di
sekitar masjid. Dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari bahasa Arab,
tauhid, tasawuf, dan llain-lain, tingkat pendidikannya sama dengan
SLTA.
4. Surau
Surau diartikan tempat umat islam melakukan ibadahnya
(bersembayang, mengaji, dan sebagainya).5
Pendidikan Islam Pada Zaman Penjajahan Jepang
Kehadiran jepang ke Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya
3,5 tahun. Namun waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa jepang tidak
member pengruh terhadap perkembangan pendidikan Islam. Lamanya
waktu, sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak
menjadi jaminan bangsa Belanda telah berbuat banyak terhadap
pendidikan Islam. Sebaliknya jepang yang berada di Indonesia dalam
waktu singkat telah memberikan pengaruh pendidikan Islam sebagai
berikut.
Pertama, umat Islam merasa lebih leluasa dalam mengembanhkan
pendidikannya, karena berbagai undang-undang dan peraturan yang dibuat
pemerintah Belanda yang sangat deskriminatif dan sangat membatasi itu
sudah tidak diberlakukan lagi. Umat Islam pada zaman kolonial Jepang

5
Ibid, hlm. 17-26.

6
pemperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah lebih luluasa
dalam bidang pendidikan.
Kedua, bahwa sistem pendidikan Islam yang terdapat pada zaman
Jepang pada dasarnya masih sama dengan system pendidikan Islam pada
zaman Belanda, yakni disamping sistem pendidikan pesantren yang
didirikan kaum ulama tradisional, juga terdapat system pendidikan klasikal
sebagai mana yang terlihat pada madrasah, yaitu system pendidikan
Belanda yang muatannya terdapat pelajaran agama.6
Pendidikan Islam Pada Zaman Orde Lama
Keadaan pendidikan iIslam pada zaman orde lama belum
mendapatkan perhatian yang sungguh-sumgguh dari pemerintah. Adanya
perlawanan ideologis politis dari sebagian elite Islam sebagai mana
tersebut diatas telah menimbulkan kecurigaan dan rasa tidak suka pada
pemerintah terhadap umat Islam. Namun demikian, adanya sebagian elite
muslim yang berpandangan progresif,, modern, dan nasionalis, terutama
kaum muslim yang telah tersentuh oleh pendidikan dan pengalaman dunia
modern, misalnya tokoh dan intelektual muslim yang mendapatkan
pendidikan dari negara maju telah mampu melakukan komunikasi yang
baik dengan pemerintah. Dengan duduknya elite muslim yang progresif
dan sejalan dengan visi, misi, dan tujuan pemerintah menyebabkan
adapula usaha-usaha yang dilakukan pemerintah orde lama terhadap
kepentingan pendidikan Islam, dengan penjelasan sebagai berikut.
Pertama, dengan mendirikan Departemen Agama. Penbinaan
pendidikan agama setelah kemerdekaan Indonesia dilakukan secara formal
institusional. Urusan keagamaan dan pendidikan agama yang sebelum
kemerdekaan ditangani oleh kantor agama yang pada masa penjajahan
Belanda bernama resmi kantor voor Inlandshe Zaken, dan pada pada masa
penjajahan Jepang bernama “shumuka”, setelah Indonesia merdeka
berubah nama menjadi Kementrian Agama dan diresmmikan pada 3

6
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 308-309.

7
Januari 1946. Kementrian Agama ini juga mengurusi bidang pendidikan
yang berhubungan dengan agama.
Kedua, dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan berupa peraturan
dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan pendidikan
agama. Dalam hal ini, pemerintah orde lama mengelurakan undang-
undang nomor 12 tahun 1950 yang didalamnya mengatur pendidikan
agama di sekolah negeri baik yang ada di Kementrian Agama, maupun
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada Bab XII pasal 20 undang-
undang ini misalnya dinyatakan bahwa dalam sekolah-sekolah negeri
diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah akan
mengikuti pelajaran tersebut atau tidak. Selain itu, dijelaskan pula tentang
cara menyelenggarakan pengajara agama di sekolah negeri yang diatur
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan bersama-sama dengan Menteri Agama.
Ketiga, memberikan perhatian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren.
Karena pesantren dan madrasah memberikan pendidikan agama, maka
pesantren dan madrasah diserahkan pembinaan dan pengembangannya
kepada Departemen Agama. Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab
ini, maka Departmen Agama menetapkan beberapa kebijakan sebagai
berikut: (1) member pelajaran agama di sekolah negeri dan partikulir; (2)
member pengetahuan umum di madrasah; dan (3) mendirikan Sekolah
Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri
(PHIN). Kebijakan Departemen Agama ini dimanfaatkan oleh masyarakat
Muslim Indonesia untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Keempat, dengan memberikan bantuan fasilitas dan sumbangan
material kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti
mengangkatguru agama, membantu biaya pembangunan madrasah,
bantuan buku-buku pelajaran, me-negeri-kan madrasah, dan bantuan

8
lainnya, walaupun jumlahnya masih amatterbatas sesuai dengan
kemampuan ekonomi pada waktu itu.7
Pendidikan Islam Pada Zaman Orde Baru
Faktor-faktor pendukung kemajuan pendidikan Islam adalah
sebagai berikut. Pertama, semakin membaiknya hubungan dan kerja sama
antara umat Islam dan pemerintah. Kedua, semakin membaiknya ekonomi
nasional. Pada zaman Pemerintah orde baru, usaha pembangunan ekonomi
menjadi primadona dan pilihan utama. Ketiga, semakin stabil dan
amannya pemerintahan. Pada zaman orde baru, Indonesia dikenal sebagai
Negara yang aman dan stabil di kawasan Asia Tenggara.8
Pendidikan Islam Pada Era Reformasi
Keadaan pendidikan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian
dari system pendidikan nasional. Kedua, kebijakan tentang peningkatan
anggaran pendidikan Islam. Ketiga, program wajib Sembilan tahun.
Keempat, penyelenggaraan sekolah bertaraf nasional (SBN), internasional
(SBI). Kelima, kebijakan sertifikasi guru dan dosen bagi semua guru dan
dosen baik negeri maupun swasta, baik guru umum maupun guru agama,
baik guru yang berada dibawah Kementerian Pendidikan Nasional maupun
guru yang berada di Kementerian Agama. Keenam, pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK/tahun 2004) dan Kurikulum tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP/2006). Ketujuh, pengembangan pendekatan
pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru (teacher centris)
melalui kegiatan teaching, melainkan juga berpusat pada murid (student
centris) melalui kegiatan learning (belajar) dan research (meneliti) dalam
suasana yang partisifatif, inofatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(paikem). Kedelapan, penerapan menejemen yang berorientasi pada
pemberian pelayanan yang baik dan memuaskan kepada para pelanggan
(to give good service and satisfaction for all custumers) sebagai mana

7
Ibid, hlm. 318-322.
8
Ibid, hlm. 337-340.

9
yang terdapat pada konsep Total Quality Menejement (TQM).
Kesembilan, kebijakan mengubah nomenklatur dan sifat madrasah
menjadi sekolah umum yang berciri khas keagamaan.9

B. Studi Islam Di Barat


Perkembangan studi Islam di dunia terutama di barat terjadi karena
adanya kontak dengan dunia muslim, salah satunya yakni lewat kontak
perguruan tinggi. Selain itu juga dengan adanya penyalinan karya-karya
ilmiah dari manuskrip-manuskrip Arab kedalam bahasa Latin. Berkat
penyalinan karya-karya manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan
bagi perkembangan cabang-cabang ilmiah di Barat. Dan masih banyak
faktor lain yang mendukung perkembangan studi Islam ke dunia Barat.
Pembahasan tentang bagaimana studi Islam di Negara non-Muslim
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. berdasarkan dosen yang mengajarkan studi Islam
2. berdasarkan perguruan tinggi, dan
3. berdasarkan pusat studi.
Berdasarkan dosen yang mengajar studi Islam di Barat, ada tenaga
pengajar yang menganut agama Islam (muslim), dan tenaga pengajar non-
Muslim. Mereka non-Muslim ini lebih dikenal dengan sebutan orientalist,
dari kata orient yang berarti timur, dan list berarti ahli. Maka secara bahasa
orientalist adalah ahli ketimuran. Maksud timur di sini adalah Islam. Maka
ringkasnya, orientalist adalah ahli keislaman. Para orientalist ini disebut
sebagai orang yang mengetahui Islam secara kognitif atau aqliyah
(understanding), tidak pernah sampai pada tingkat efektif atau qalbiyah
(merasakan), apalagi pada tingkat phsikomotorik atau fi’liyah/’amaliyah.
Sebelum muslim memasuki universitas-universitas di Barat, dan
belum ada muslim yang dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa Eropa,
ahli Islam di Barat didominasi para orientalis. Maka buku-buku dan
artikel-artikel tentang pemikiran-pemikiran dibidang Islam pun didominasi

9
Ibid, hlm. 352-359.

10
dan merupakan hasil pemikiran para orientalis. Seiring dengan adanya
sarjana muslim yang sekolah di Barat dan menulis dengan bahasa Barat
tentang Islam, maka alhi keIslaman pun muncul dari sejumlah muslim.
Pada akhirnya banyak diantara sarjana Muslim ini yang dalam bahasa
Barat (Inggris, Perancis, Jerman, Yunani, Belanda, dan bahasa barat
lain).10
Adapun dari sisi kelembagaan/institusi, studi Islam di negara-
negara non-Muslim tidak selalu dengan nama Islamic Studies, tetapi
dengan berbagai nama, semisal Middle East Studies, Near Eastern Studies,
Religious Studies, Comparative Religion dan lain-lain. Di samping itu ada
juga beberapa lembaga (pusat studi/center), baik yang berafiliasi dengan
universitas maupun tidak, yang menawarkan dan menyediakan studi Islam.
Diantaranya:
1. Islamic Society of North America
2. The Oxford Centre for Islamic Studies, Inggris
3. Centre for Islamic Law and Society di Melbourne Law School, the
University of Melbourne Australia.11
Selanjutnya pembahasan tentang sejarah dan dinamika
perkembangan studi Islam di negeri Barat yang dilakukan oleh para
mahasiswa Indonesia beserta beberapa tokoh yang memiliki peran penting.
Studi Islam dikembangkan di negara-negara Barat, dan juga di Timur
Tengah, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Justru karena
nilai lebih dan kekurangannya inilah, hal yang paling penting adalah
bagaimana persoalan ini tidak dipertentangkan secara dikotomis. Aspek
lebih produktif yang justru penting untuk dikembangkan adalah bagaimana
masing-masing lulusannya saling melengkapi satu sama lain. Dengan
mengedepankan persamaan dan saling melengkapi satu sama lain,
kombinasi keilmuan yang dihasilkan dari lulusan Barat dan Timur Tengah

10
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA,
2010), hlm. 93-94.
11
Ibid, hlm. 99.

11
tentu akan lebih baik dan menjanjikan dari pada saling menjelekkan dan
mencari kelemahan masing-masing.
Ditinjau dari perspektif sejarah, studi yang dilakukan orang
Indonesia di Barat sudah cukup lama. Namun demikian, fokus studi yang
dilakukan belum menyentuh secara langsung dalam bidang kajian Islam.
Studi di Barat pada masa itu lebih dilatar belakangi oleh kepentingan
politis kepentingan pemerintahan Belanda. Dengan studi di negara
Belanda, mereka diharapkan akan menjadi pengikut setia Belanda, dan
mengembangkan rasa kesetiaannya ini kepada masyarakat patronnya.
Sebab, kemajuan pendidikan yang mereka peroleh merupakan bentuk
kebaikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda, sehingga mereka tidak
akan menghianati pemerintahan yang tekah membiayai, lalu
mengangkatnya sebagai pegawai pemerintahan. Sebagai contoh Raden
Mas Ismangoen Danoewinoto, mahasiswa Indonesia pertama yang
melakukan studi di Barat, yaitu di Leiden Belanda.
Seiring dengan perkembangan zaman, studi ke negara-negara Barat
terus berkembang. Studi yang dilakukan oleh orang Indonesia mengambil
konsentrasi bidang ekonomi, politik, pemerintahan dan belum ada yang
mengambil fokus khusus studi Islam. Fokus studi Islam baru mulai
dilakukan setelah Indonesia merdeka. Orang Indonesia yang pertama kali
yang melakukan studi Islam di Barat adalah M.Rasjidi. menteri Agama
pertama Indonesia ini menamatkan program doktor di Universitas Sorbone
Prancis.
Tokoh penting lain yang menjadi generasi awal yang melakukan
studi Islam di Barat pasca Rasjidi adalah Harun Nasution. Harun
menempuh pendidikan tingginya di Kairo dan di Kanada. Jadi perpaduan
antara Timur Tengah dan Barat. Tokoh lain yang memiliki peranan
penting dalam studi Islam di Barat adalah A.Mukti Ali. Dalam perjalanan

12
intelektualnya, A.Mukti Ali pernah belajar di Pakistan.dan melanjutkan di
McGill University, Montreal, Kanada dengan beasiswa dari Foundation.12
Tiga tokoh diatas, yaitu Rajidi, Harun Nasution, dan Mukti Ali,
adalah generasi awal sarjana Islam Indonesia yang melakukan studi Islam
di Barat. Setelah generasi mereka, muncul puluhan intelektual yang juga
menempuh studi Islam di Barat.beberapa dianteranya adalah Nurcholish
Madjid, M. Dien Syamsuddin, Thoha Hamim, Akh. Minhaji, dan
sebagainya. Para alumni Barat ini mempunya pengaruh dan kontribusi
besar dalam studi Islam di Indonesia.
Selain orang-orang Indonesia yang melakukan studi Islam di
berbagai Universitas di Barat, aspek penting yang memerlukan perhatian
lebih adalah deskripsi studi Islam di negara-negara Barat. Di negara-
negara Barat, studi Islam berkembang dengan bervariasi. Misalnya di
Chicago University, studi Islam lebih menekankan pada pemikiran Islam,
bahasa Arab, naskah klasik dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.13
Sebenarnya, kajian Islam yang dilakukan di Barat sudah
berlangsung cukup lama. Jika mencermati pada dinamika dan
perkembangan yang terjadi, studi Islam di Barat semenjak abad ke-19
hingga sekarang ditandai oleh tiga model pendekatan.
1. Studi Islam dengan pendekatan fisiologis. Pendekatan ini biasa
dipergunakan oleh para orientalis generasi awal abad ke-19 dan masih
tetap memiliki pengaruh yang kuat diawal abad ke-20. Disini yang
mengkaji Islam lebih banyak berasal dari kalangan pakar bahasa dan
pakar-pakar ahli klasik. Nilai lebih dari kajian seperti ini adalah
keberhasilannya untuk membongkar khazanah pemikiran Islam klasik
yang berserakan. Namun pendekatan ini juga memiliki kelemahan,
yakni mendapatkan Islam hanya terbatas pada informasi teks saja,
sementara sisi-sisi lain Islamyang sesungguhnya jauh lebih luas dan
kaya tidak dapat diketahui.

12
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 26-27
13
Ibid, hlm. 31

13
2. Studi Islam dengan pendekatan ilmiah, pendekatan ini berkembang
setelah Perang Dunia kedua. Mereka yang menjadi pelopor adalah dari
kalangan ilmuwan sosial. Kalangan ini melihat Islam sebagai
masyarakat sistemik sebagaimana masyarakat barat, sehingga
kekhasan dan keunikannya yang bersifat kultural tidak tampak oleh
mereka.
3. Islam dengan pendekatan fenomenologi-interpretatif .Belajar dari
kelemahan pendekatan sebelumnya, penganjur pendekatan ini
memahami Islam,khususnya masyarakat Islam, sebagai sistem simbol
yang sarat dengan makna-makna sebagaimana yang dikehendaki oleh
dirinya sendiri, bukan dari persepsi orang barat atas diri mereka.
Munculnya pandangan yang kurang suka, kritis, atau bahkan sinis
terhadap fenomena studi Islam di Barat, dan banyaknya mahasiswa
Indonesia yang studi di pusat-pusat kajian Islam di Barat, sebagian dilatari
oleh kecurigaan, dan juga kekhawatiran terhadap berbagai dampak negatif
yang muncul terhadap umat Islam. Adapun aspek yang dikritik adalah :
Pertama, kajian-kajian tentang islam yang dilakukan di Barat
cenderung bersifat “esensialis”, yakni menjelaskan seluruh fenomena
masyarakat dan kebudayaan muslim dalam kerangka tunggal dan tidak
berubah. Kedua, kajian – kajian islam di barat dimotivasi oleh kepentingan
– kepentingan politis. Dan ketiga, kajian – kajian islam di barat
merupakan upaya untuk melestarikan “kebenaran – kebenaran” yang
dicapai atas nama kehidupan intelektual dan akademis, Padahal, hampir
tidak mempunyai kaitan dengan kenyataan yang hidup.
Namun demikian studi Islam yang dilakukan di Barat juga
memiliki berbagai kelebihan.Sebagaimana yamng dituturkan Yudian W
asmin, di Barat, mahasiswa menjadi pusat pengembangan, sedangkan
dosen hanya mengarahkan. Keseriusan ‘mengobrak abrik’ pustaka
merupakan lambang supremasi, yang tercermin dalam tulisan mahasiswa
yang memang dilatih untuk berpikir kritis, akurat, dan bertanggung jawab.
Kemampuan untuk menggali sumber – sumber di pustaka ini dilengkapi

14
dengan kemampuan empat bahasa: dua bahasa dunia Islam dan dua bahasa
Barat. Karena pendekatannya bersifat historis analitis, yang memandang
islam sebagai peradaban, bukan sebagai agama, maka hasil penelitian
seseorang dianggap relatif, bahkan al-riwayah bi al-lafdz dianggap sebagai
plagiat. Publikasi merupakan ukuran tinggi rendahnya pengetahuan
seseorang.
Studi Islam di Barat memang sarat dengan dinamika. Ada nilai
lebih, dan juga kekurangannya. Sebagaimana studi dalam bidang apapun
dan dimanapun juga, tidak ada yang sempurna. Semuanya tetap membuka
peluang untuk terus menerus diperbaiki dari waktu ke waktu. Namun
demikian, harus diakui bahwa studi Islam di Indonesia, khususnya di
PTAI, banyak dipengaruhi oleh model dan paradigma yang dikembangkan
oleh para alumni Barat.

C. Studi Islam di Timur


Studi islam di timur, tidak jauh berbeda dengan yang ada di Negara
Barat yaitu bervariasi dan memiliki karakter masing-masing. Karena
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor kebijakan politik,
dinamika sosial budaya, latar belakang pemegang kebijakan pendidikan
perkembangan ekonomi, dan berbagai faktor lainnya.
1. Teheran, Iran
Di Universitas Teheran, Iran ada ruangan khusus yang
menyimpan naskah-naskah kuno yang ditulis dalam bahasa Persia oleh
para pemikir klasik. Marshal Hudgson mengatakan dalam bukunya,
The Venture of Islam, bahwa dalam pemikiran Islam, ada Islam, ada
Islamicate, dan ada Islamdom, yaitu kebudayaan Islam setelah
berinteraksi dengan berbagai budaya dari negeri-negeri yang kemudian
disebut negeri-negeri muslim. Di Universitas Teheran ini, studi islam
dilakukan dalam satu fakultas yang disebut Kulliyat Ilahiyat (Fakultas
Agama). Di Teheran juga ada universitas Islam Sadiq yang
mempelajari Islam dan ilmu umum sekaligus.

15
2. Damaskus, Syria
Di Universitas Damaskus Syria, yang memiliki banyak fakultas
umum, studi Islam ditampung dalam Kulliatu al-Syari’ah (Fakultas
Syari’ah), yang didalamnya ada program studi Ushuludin, Tasawuf,
Tafsir, dll. Jadi, pengertian syari’ah disitu lebih luas daripada
pengertian syari’ah sebagai hukum Islam, seperti yang ada di IAIN
atau UIN.
3. India
Di Aligarch Universitas India, studi islam dibagi dua. Pertama,
Islam sebagai doktrin dikaji dalam Fakultas Ushuluddin yang
mempunyai dua jurusan: jurusan Madzhab Ahli Sunnah dan Syi’ah.
Kedua, Islam sebagai sejarah dikaji pada Fakultas Humaniora dalam
jurusan Islamic Studies yang berdiri sejajar dengan jurusan Politik,
Sejarah, dll. Di Jamiah Millia Islamia, New Delhi, Islamic Studies
Program berada pada Fakultas Humaniora, bersama dengan Arabic
Studies, Persian Studies, dan Politik Science. 14
4. Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan tinggi Nizhamiyah di Baghdad ini berdiri pada tahun
445 H/1063 M. [3] Perguruan tinggi ini dilengkapi dengan
perpustakaan yang terpandang kaya raya di baghdad, yakni Bait Al-
Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-833 M), salah
seorang ulama besar yang pernah mengajar di sana, adalah ahli pikir
islam terbesar, Abu Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M), yang kemudian
terkenal dengan sebutan Imam Ghazali.
Di lembaga ini ada empat unsur pokok, yakni seorang mudarris
(guru besar) yang bertanggung jawab terhadap pengajaran di lembaga
pendidikan, muqri’ (ahli Al-Qur’an) yang mengajar Al-Qur’an di
masjid, muhaddis (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga
pendidikan, dan seorang pustakawan (Bait Al-Maktub) yang

14
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 38-39

16
bertanggung jawab terhadap perpustakaan, mengajar bahasa dan hal-
hal yang terkait.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup
hampir dua abad. Yang akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa
Mongol di bawah pimpinan Hulaghu Khan pada tahun 1258 M.
5. Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian,
bahwa di tangan Daulat Ummayah, semenanjung Liberia yang
berabad-abad sebelumnya terpandang daerah minus, berubah bagaikan
disulap menjadi daerah yang makmur dan kaya raya akan
pembangunan bendungan-bendungan irigasi di sana sini menuruti
contoh lembah Nil dan lembah Ephrate. Bahkan pada masa berikutnya,
Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang
sepanjang zaman tengah. The Historians’ History of the World menulis
tentang peri keadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I
(756-788 M) itu, sebagai berikut, demikian tulis buku sejarah terbesar
tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu, yang merupakan
pusat intelektual di eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah
mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar
ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dituntunnya
adalah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremona
belajar di Toledo seperti halnya Aelhoud ke Cordova.
6. Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi Kairwan ini berada di kota Fez (Afrika Barat).
Perguruan tinggi ini bermula dibangun pada tahun 859 M oleh puteri
seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairawan
(Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan
kepada pemerintah dan sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi,
yang perluasan dan perkembangannya berada di bawah pengawasan
dan pembiayaan negara.

17
Seperti halnya perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi
Kairawan masih tetap hidup isampai sekarang. Di antara sekian banyak
alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal, diantaranya
adalah Allal Al-Fasi, dan Mahdi Ben Barka, yang berhasil mencapai
kemerdekaan Maroko dari penjajahan Perancis sehabis perang Dunia
kedua, lalu pejabat PM Maroko di bawah Sultan Muhammad V.
Sedangkan ilmuan termasyhur yang pernah menjadi maha gurunya
antara lain Ibnu Thufail (1106-1185 M) dan Ibnu Rusyd (1126-1198
M), pada masa Daulat Almuwahhidin dari Eropa, maka nama
Avenbacer (Abu bakar Ibnu Thufail) dan Averroes (Ibnu Rusyd) dan
Avempas (Ibnu Bajah) dan Alhazem (Imnu Hazmi) dan lainnya, amat
populer dan harum di Eropa.
Sebagai catatan, perguruan tinggi Al-Azhar (972 M) di Mesir,
dan perguruan tinggi Kairwan (859 M) di Maroko, adalah lebih tua
dibandingkan dengan perguruan tinggi Oxford (1163 M) dan
perguruan tinggi Cambridge (1209 M) di Inggris, dan perguruan tinggi
Sorbonne (1253 M) di Perancis, perguruan tinggi Tubingen (1477 M)
di Jerman, dan perguruan tinggi Edinburg (1582 M) di Skotlandia.
Penyebab utama kemunduruan dunia muslim, khususnya di
bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang
digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi
demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib.
Akhirnya, Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu
dihancurkan Hulaghu Khan tahun 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk
yang dihancurkan Hulaghu Khan
7. Mesir
Panglima besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M
membangun Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan kurikulum
berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-
Hakim Biamrillah (966-1020), khalifah keenam dari Daulat
Fathimiyah, ia pun membangun perpustakaan terbesar di Al-Qahirah

18
untuk mendampingi Perguruan Tinggi Al-Azhar, yang diberi nama
Bait Al-Hikmah (Balai ilmu pengetahuan), seperti nama perpustakaan
terbesar di Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M Daulat Fathimiyah di tumbangkan
oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan Daulat Ayyubiyah
(1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat
Abbasyiah di Baghdad. Kurikulum pada perguruan tinggi Al-Azhar
lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syi’ah kepada aliran
Sunni. Ternyata perguruan tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus
sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 M dan
tampaknya akan tetap selama hidupnya.
Di Universitas Al-Azhar Mesir, yang imam bagi seluruh
Universitas Islam dari segi metodologi mendekati Islam, paling
kurang pada awal-awalnya, studi islam telah berubah bentuk
pengorganisasiannya. Al-Azhar sampai tahun 1961 memiliki fakultas-
fakultas seperti yang dimiliki IAIN. Setelah tahun 1961, Al-Azhar
tidak lagi membatasi diri pada fakultas-fakultas agama, tetapi juga
membuka fakultas-fakultas lain Al-Azhar, disamping ada di Kairo,
juga ada di daerah-daerah dan mempunyai program khusus untuk
wanita dan laki-laki. Di Kairo sendiri ada beberapa fakultas, yakni
Fakultas Ushuluddin, Fakultas Hukum (Islamic Jurisprudence and
Law/ Kulliatu al-Syariah wa al-Hukm), Fakultas Bahasa Arab(Faculty
of Islamic and Arabic Studies/Kullayah al-Dirasah al-Islamiah)
Fakultas Dakwah, Fakultas Tarbiyah, Kulliah al-lughah wa al-
Tarjamah (Fakultas Bahasa dan Terjamah), Fakulty of Scince
(Fakultas Sains), Fakultas Kedokteran (Faculty of Medicine), Fakultas
Pertanian, Ekonomi, Tehnik. Pada fakultas sains terdapat jurusan-
jurusan Kimia, Geologi, Microbiologi, Anatomi, Astronomi, Fisika,
dan Zoology. Sedangkan pada Fakultas Peternakan terdapat jurusan
Peternakan, Ekonomi Pertanian, Industri, Makanan, Genetika,
Pertanahan, Insektisida, Holtikultura, dan Masyarakat Pedesaan.

19
Di daerah-daerah seperti Al-Suyut ada fakultas Ushuluddin,
Dakwah, Syari’ah wa al-Huquq, Bahasa Arab, Kedokteran Umum,
Kedokteran Gigi dan Farmasi. Di Zarkasyi ada Fakultas Ushuluddin,
Dakwah, dan Bahasa Arab. Di Tanta ada Fakultas Ushuluddin,
Dakwah, Bahasa Arab dan seterusnya.
Melihat paparan ini dapat kita simpulkan bahwasanya studi
Islam di Timur, sebagaimana studi Islam di Barat dan berbagai negara
lainnya, juga tidak seragam. Ada karakteristik yang khas dari masing-
masing negara, dan juga perguruan tinggi. Hal ini menjadikan
kekayaan warna dalam studi Islam di masing-masing lembaga dan
negara. Konstruksi semacam ini justru akan semakin memperkaya
warna studi Islam.15

IV. KESIMPULAN
Studi islam di dunia baik Indonesia, Negara Barat, maupun Negara
Timur terdapat banyak perbedaan. Perbedaan tersebut dikarenakan proses
awal masuknya Agama Islam ke berbagai negara islam di dunia yang berbeda.
Studi islam di Indonesia terdapat fase-fase tersendiri. Di antaranya :
1. Mulai tumbuhnya Islam
2. Masuknya ide-ide pembaruan
3. Disahkannya UU sistem pendidikan
Di Indonesia juga terdapat beberapa masa yang mempengaruhi proses
perkembangan studi Islam, di antaranya:
1. Masa penjajahan Jepang
2. Masa Orde Lama
3. Masa Orde Baru
Masa Reformasi Pembahasan tentang bagaimana studi Islam di Negara
non-Muslim dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. berdasarkan dosen yang mengajarkan studi Islam
2. berdasarkan perguruan tinggi, dan

15
Ibid, hlm. 40-41

20
3. berdasarkan pusat studi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan studi Islam di
Timur, antara lain: kebijakan politik, dinamika sosial dan budaya dan latar
belakang pemegang kebijakan pendidikan perkembangan ekonomi, dan
berbagai faktor lainnya.

V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi penyampaian maupun penyusunan
makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

21
DAFTAR PUSTAKA

Naim, Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta, Teras, 2009.

Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta,


ACAdeMIA+TAZZAF, 2010.

Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2011.

Putra Daulah, Haidar, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta, PT


Rineka Cipta, 2009.

Putra Daulah, Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di


Indonesia, Jakarta, Kencana, 2009.

22
BIODATA PEMAKALAH

Nama : Sabrina Kartikawaty


TTL : Purbalingga, 12 Mei 1994
Alamat : Baleraksa, RT 03 / RW 01, Karangmoncol, Purbalingga
53355
NIM : 123911099
Jurusan : PGMI
Cita-cita : Guru
E-mail : sabrinakartika12@gmail.com
Facebook : Sabrina Kartika Jazzmean
Twitter : @_sabrina_tika
Pendidikan :
1. SDN 1 Baleraksa
2. SMPN 1 Karang Moncol
3. SMAN 1 Bobotsari
4. IAIN Walisongo Semarang
Nama : Alifa zaky ghozali
TTL : Semarang, 23 juli 90
Alamat : Jl.masjid baiturrahim no 27 jerakah
NIM : 093111021
Jurusan : Pai
Facebook : isijaky isakuniku
Twitter : @a_buthun
a.buthun@yahoo.com
Pendidikan :
1. MI Walisongo
2. MTSN 1 Semarang
3. MAN 1 Semarang
4. IAIN Walisongo Semarang
HP : 089668642503

23
Nama : Reti Trianasari
TTL : Kendal, 27 maret 1994
Alamat : Ds. Caruban 6/4 Ringinarum, kab. Kendal
NIM : 123911092
Jurusan : PGMI
Cita-cita : Guru
E-mail : annarissa71@yahoo.com
Facebook : Reti trianasari
Twitter : @Reti Trianasari
Pendidikan :
1. SDN Jenarsari
2. SMP NU 01 Muallimin Weleri
3. MAN 1 Model Kendal
4. IAIN Walisongo Semarang
HP : 085741997996

Nama : Rizka Fitriyani


TTL : Brebes, 24 Maret 1994
Alamat : Karangsari RT/RW 07/03 Bulakamba-Brebes
NIM : 123911095
Jurusan : PGMI
Cita-cita : heheheheeee...^_^
E-mail : vie3anyriezcha@yahoo.co.id
Facebook : Rizka Fitriyani AR
Twitter : @mbul_rizka
Pendidikan :
1. SDN 01 Karangsari
2. MTs N Model Babakan-Lebaksiu-Tegal
3. MAN Babakan-Lebaksiu-Tegal
HP : 085741635613

24
Nama : Hesti Fitri Umami
TTL : Bojonegoro, 09 April 1994
Alamat : Ds. Semenpinggir kec. Kapas kab. bojonegoro
NIM : 123911119
Jurusan : PGMI
Cita-cita : Guru
E-mail : kitty_hesty@yahoo.com
Pendidikan :
1. MI Nurul Huda
2. MTs N Bojonegoro 1
3. MAN 1 Model Bojonegoro
4. IAIN Walisongo Semarang
HP : 085645238309

25

Anda mungkin juga menyukai