Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni{NH3}6]I2

KELOMPOK : 3

NAMA NIM

SRI DWIWATI 06111010023

FERI SETIAWAN 06111010018

ZULKANDRI 06111010019

APRIANSYAH 06111010020

AMALIAH AGUSTINA 06111010021

BERLY DWIKARYANI 06111010022

DITA DWI FEBRIANA 06111010024

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014
I. NOMOR PERCOBAAN : V
II. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI,
[Ni{NH3}6]I2
III. TUJUAN PERCOBAAN : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi
[Ni{NH3}6]I2
IV. DASAR TEORI

Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana


(kation maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat
membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam
transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation logam
transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi
asam-basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan
sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi
merupakan asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron.
Dengan demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan
kation logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam
transisi kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang
elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai
ligan adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam
transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah
dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan
koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang
sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas
(PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan
polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang
elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan
istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang elektron).
Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen chelat (mampu
mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam
transisi dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian,
bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion
[Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0
(nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu
ion kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa
ionik pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan
awalan di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan
Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran at. Nama kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan
negatif dapat dilihat pada Tabel Nama.

Kation pada Anion Kompleks.


Tabel Nama Ligan
Ligan Nama Ligan
Bromida, Br- Bromo
Klorida, Cl- Kloro
Sianida, CN- Siano
Hidroksida, OH- Hidrokso
Oksida, O2- Okso
Karbonat, CO32- Karbonato
Nitrit, NO2- Nitro
Oksalat, C2O42- Oksalato
Amonia, NH3 Amina
Karbon Monoksida, CO Karbonil
Air, H2O Akuo
Etilendiamin Etilendiamin (en)

Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks


Kation Nama Kation pada Anion Kompleks
Aluminium, Al Aluminat
Kromium, Cr Kromat
Kobalt, Co Kobaltat
Cuprum, Cu Cuprat
Aurum, Au Aurat
Ferrum, Fe Ferrat
Plumbum, Pb Plumbat
Mangan, Mn Manganat
Molibdenum, Mo Molibdat
Nikel, Ni Nikelat
Argentum, Ag Argentat
Stannum, Sn Stannat
Tungsten, W Tungstat
Zink, Zn Zinkat

Bentuk ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis
kation logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan
melalui bilangan koordinasi. Hubungan antara bilangan koordinasi terhadap
bentuk ion kompleks dapat dilihat pada tabel berikut :
Bilangan Koordinasi Bentuk Ion Kompleks
2 Linear
4 Tetrahedral atau Square Planar
6 Oktahedral

 Senyawa Nikel(II)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri
oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar.
Ion heksaakuanikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion
biru heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq)  [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II)
menghasilkan endapan gelatin hijau nikel(II) hidroksida menurut persamaan
reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH-  [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri
tertrahedron yaitu halide, misalnya ion tertrakloronikelat(II) yang berwarna biru.
Senyawa kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat kedalam larutan
garam nikel(II) dala air menurut persamaan reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq)  [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
Hijau biru
Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis
(dimetilglioksimato) nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink.
Warna yang karakteristik pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi
penguji terhadap ion nikel(II) ; senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari
penambahan larutan dimetilglikosim (C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan
nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan
reaksi: [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH-  [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)
a. Sifat-Sifat
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam
besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.

b. Kegunaan
Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat
dan alloy lain yang bersifat tahan korosi, seperti Invar®, Monel ®, Inconel ®, dan
Hastelloys ®. Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk
pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi
air segar.
Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi
senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan
sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat).
Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai
penyimpanan Edison ®.

 Senyawa Iodida
Ditemukan oleh Courtois ada tahun 1811. Iod tergolong unsur halogen,
terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,
sendawa Chili, tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen
kalsium karbonat yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam
air payau dari sumur minyak dan garam. Iod atau Yodium yang sangat murni
dapat diperoleh dengan mereaksikan kalium iodida dengan tembaga sulfat. Ada
pula metode lainnya yang sudah dikembangkan.

a. Sifat-sifat
Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap
pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk
senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang
kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod
mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau karbon disulfida yang
kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut
dalam air. Ada 30 isotop yang sudah dikenali. Tapi hanya satu isotop yang stabil,
127 131
I yang terdapat di alam. Isotop buatan I, memiliki masa paruh waktu 8 hari,
dan digunakan dalam proses penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling
umum adalah iodida dari natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya
(KIO3). Kekurangan iod dapat menyebabkan penyakit gondok.

b. Kegunaan
Senyawa iod sangat penting dalam kimia organik dan sangat berguna
dalam dunia pengobatan. Iodida dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan
sebagai obat, dan sebagai larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai
pembalut luar. Kalium iodida juga digunakan dalam fotografi. Warna biru tua
dengan larutan kanji merupakan karakteristik unsur bebas iod.

V. ALAT DAN BAHAN


 Beaker gelas 100 mL
 Batang pengaduk
 Corong Hirsch
 Kertas saring
 Silinder pengukur 10 mL
 H2O2 3%
 Ammonia 1 M
 Etanol
 Nikel klorida heksahidrat
 Potassium iodide
 Indikator amilum
 Tabung reaksi dengan label
VI. PROSEDUR KERJA

1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5 mL


air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL
larutan NH3 pekat (15 M)
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan
campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali dengan 2
mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.
5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa
menit.
6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau memampatkan
kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan
diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase
berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang
digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit sampel
(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan kemudian
tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan terbentuk endapan
merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
10. Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit sampel
(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5 M,
kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan
indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan
bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.
VII. HASIL PENGAMATAN

NO PROSEDUR HASIL PENGAMATAN

1. 1 gr nikel klorida + 5 mL air Nikel klorida (hijau) + air (tak berwarna) 


nikel larut dalam air dan larutan berwarna
hijau.

2. Campuran no.1 + 10 mL NH3 15 M Campuran (hijau) + NH3 (tak berwarna) 


larutan berubah menjadi berwarna biru.

3. Campuran no.2 + KI 2,6 gr Campuran (biru) + KI (s) (putih)  KI larut


dalam larutan dan larutan berwarna ungu
muda.
 Diamkan beberapa menit  Terdapat endapan berupa kristal berwarna
ungu dan larutan bening.

4. Kristal disaring dan dicuci dengan Kristal tetap berwarna ungu


etanol

5. Kristal dikeringkan beberapa menit Kristal mengering dan tetap berwarna ungu

6. Pindahkan kelebihan pelarut dengan Kristal menjadi lebih kering


menekan Kristal diantara 2 lembar
kertas saring lalu di oven.

7. Pindahkan kristal pada wadah dan Hasil timbangan:


ditimbang. - Wadah porselen = 11,7585 gr
- Porselen + kristal = 14,1142 gr
Berat kristal = 14,1142 gr - 11,7585 gr
= 2,3557 gr
8.
Uji ion nikel
0,1 gr kristal larutkan dalam 0,5 mL  Kristal (ungu) + air (tak berwarna) 
air + 2 tetes NH3 + 5 tetes dimetil kristal tidak larut, larutan berwarna putih
glioksim.  Campuran (putih keunguan) + NH3 (tak
berwarna)  kristal tidak larut, larutan
berwarna putih
 Campuran (putih keunguan) + dimetil
glioksim (tak berwarna)  kristal
berubah warna menjadi merah keunguan
9.
Uji ion iodin  Kristal (ungu) + air (tak berwarna) 
0,1 gr kristal larutkan dalam 0,5 mL kristal tidak larut, larutan berwarna putih
air + 2 tetes H2SO4 5 M + H2O2 3%  Campuran (putih keunguan) + H2SO4 (tak
berwarna)  larutan berwarna biru muda
dan kristal menjadi sedikit berkurang
 Campuran (biru) + H2O2 3% (tak
berwarna)  warna larutan menjadi lebih
pekat (biru pekat)

 Uji dengan indikator amilum  Campuran (biru) + 5 tetes indikator


amilum (tak berwarna)  larutan
berwarna biru, endapan tetap ungu.

VIII. MEKANISME REAKSI

 Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi


NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → NiCl3.6H2O (aq)
NiCl3.6 H2O (aq) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)
Ni 2+ (aq) + 2 NH3 (aq) + 2 H2O (aq) → Ni (OH)2 (s) ↓ + 2 NH3 (aq)
Ni (OH)2 (s) + 6 NH3 (aq) → [Ni{NH3}6] 2+ (aq) + 2 OH- (aq)
[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) → [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)

 Pengujian Ion Nikel


[Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 H2O (l) + NH3 (aq) → Ni 2+ (aq) + 7NH3 (aq) + 2 I- (aq)
+ 2 OH-(aq) + 2H+(aq)

CH3-C=N-OH
Ni 2+(aq) + 2 + 2 OH- (aq) → Ni(C4H7N2O2)2 (s) + 2H2O(l)
CH3-C=N-OH (aq)
(dimetil glioksim) (nikel dimetil glioksim)

 Pengujian Ion Iod


[Ni{NH3}6]I2(s) + H2O(l) + H2SO4(aq) → [Ni{NH3}6]2+(s) + 2I- (aq) +
H2SO4(aq) + H2O (aq)
H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) → I2 (aq) + 2 H2O (aq)

IX. ANALISA DATA

Dik : Massa NiCl3 = 1 gr


Mr NiCl3 = 129,69 gr/mol
1 gr
n NiCl3 = = 0,00771 mol
129,69 gr/mol

Massa H2O =ρ.V


= 0,996 gr/ml. 5 ml
= 4,98 gr

4,98 gr
n H2O = = 0,277 mol
18 gr/mol
n NH3 = V. M
= 0,01 L. 5 M
= 0,05 mol

Massa KI = 2,6 gr
2,6 gr
n KI = = 0,0157 mol
166 gr/mol
Reaksi Pembentukan :

NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)


M 0,00771 0,277 - - -
R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,026929 0,00771 0,00771 0,00771

Ni 2+ (aq) + 6 NH3 (aq) → [Ni{NH3}6] 2+ (aq)


M 0,00771 0,05 -
R 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,04229 0,00771

[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) → [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)
M 0,00771 0,0157 0,00771 - -
R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771
S - 0,00799 - 0,00771 0,00771

Massa [Ni{NH3}6]I2 secara teori = n . Mr


= 0.00771 mol . 414,69 gr/mol
= 3,19 gr
Massa [Ni{NH3}6]I2 secara praktek
Berat porselen = 11,7585 gr
Berat porselen + kristal [Ni{NH3}6]I2 = 14,1142 gr
Berat kristal = 14,1142 gr - 11,7585 gr = 2,3557 gr
% Kesalahan = produk secara teori – produk secara praktek x 100 %
Produk secara teori
= 3,19 gr – 2,3557 gr x 100 %
3,19 gr
= 26,15 %

X. PEMBAHASAN
Percobaan pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2 bertujuan untuk
mempelajari langkah-langkah pembuatan senyawa koordinasi. Selain itu, melalui
percobaan ini dilakukan pengujian nikel dan iodin pada senyawa koordinasi yang
akan dibuat. Pertama, melarutkan serbuk nikel klorida dilarutkan dalam aquadest
sehingga membentuk larutan NiCl3.6H2O, yang lama – kelamaan nikel klorida
tersebut terionisasi menjadi ion Ni 3+ dan Cl- dengan reaksi sebagai berikut :
NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → NiCl3.6H2O (aq)
NiCl3.6H2O (aq) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)
Nikel klorida larut dalam air yang menghasilkan larutan berwarna hijau.
Selanjutnya larutan tersebut di tambahkan dengan larutan NH3 pekat 15 M dan
menghasilkan larutan yang berwarna biru. Kemudian campuran ditambahkan lagi
dengan KI sebanyak 2,6 gram menghasilkan larutan yang berwarna ungu, lalu
didiamkan beberapa menit sehingga terlihat adanya endapan atau kristal yang
berwarna ungu sedangkan larutannya tidak berwarna. Kristal yang terbentuk
inilah yang merupakan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2. Setelah direaksikan,
ion heksa amin nikel (II) yang bermuatan +2 ini akan berikatan dengan ion iodide
yang berasal dari kalium iodide dan menghasilkan senyawa koordinasi
[Ni{NH3}6]I2 yang berupa kristal ungu. Dengan reaksi:
[Ni{NH3}6] 2+ (aq) + 2OH- + 2KI (s) → [Ni{NH3}6]I2 (s) ↓ + 2KOH (aq)
Karena produk utama yang inginkan adalah kristal [Ni{NH3}6]I2, maka dilakukan
penyaringan untuk memisahkan endapan tersebut dari filtratnya. Untuk
mendapatkan kristal yang lebih murni, dilakukan dua kali pencucian dengan
menggunakan etanol. Etanol disini befungsi sebagai pelarut. Etanol memiliki titik
didih rendah sehingga mudah menguap dan mengakibatkan mudah tebentuknya
kristal. Selain itu, etanol tidak bereaksi dengan endapan yang didapatkan. Larutan
etanol ini akan membersihkan kristal-kristal [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan
mengikat sisa-sisa air dan KOH yang tersisa pada endapan tersebut. Setelah itu,
kristal diangin-anginkan untuk menghilangan sisa-sisa air yang masih terkandung
dalam kristal. Karena kristal belum benar-benar kering, maka kristal dikeringkan
dengan menggunakan oven. Setelah benar-benar kering, didapat kristal
[Ni{NH3}6]I2 sebanyak 2,3557 gr . Massa Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang didapat
secara praktek ini, berbeda dengan hasil yang didapat menurut perhitungan secara
teori yang mana telah dihitung adalah 3,19 gr. Sehingga persentase kesalahan
yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebesar 26,15 %. Kesalahan yang
terjadi pada pembuatan kristal [Ni{NH3}6]I2 ini disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya adalah :
1. Kekurangtelitian praktikan dalm mnimbang massa bahan seperti NiCl3 dan
KI, atau kekurangtelitian dalam menukar volume larutan yang digunakan.
2. Terlalu lamanya waktu yang digunakan saat mendiamkan campuran
setelah penambahan KI, sehingga ada kemungkinan endapan [Ni{NH3}6]I2
yang sudah terbentuk melarut kembali.
3. Kurang maksimalnya proses penyaringan yang dilakukan, misalnya masih
terasa endapan dalam larutan sehingga jumlah endapan yang didapat
berkurang.
4. Ada kemungkinan kurang maksimalnya reaksi yang terjadi, sehingga
jumlah endapan atau produk yang dihasilkan tidak maksimal.
Kedua adalah uji ion nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 yang terlebih
dulu dilarutkan dalam air ditambahkan larutan ammonia dan dimetil glioksim.
Endapan yang dihasilkan dari reaksi ini adalah endapan berwarna merah
keunguan. Endapan merah ini menunjukkan adanya ion nikel dalam larutan itu.
Endapan merah ini terbentuk dari larutan yang tepat basa dengan ammonia. Jadi,
fungsi penambahan ammonia adalah agar larutan berada dalam suasana basa.
Endapan ini adalah nikel dimetilglioksim dengan rumus Ni(C4H7N2O2)3.
Terakhir adalah uji iodide, kristal [Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke
dalam air lalu ditambahkan dengan asam sulfat. Ketika ditambahkan dengan asam
sulfat endpan yang terbentuk sedikit larut. Fungsi asam sulfat disini sebagai
pemberi suasana asam pada larutan, sehingga akan mudah dioksidasi menjadi iod
bebas dengan sejumlah zat pengiksidasi. Kemudian ditambahkan larutan H2O2
3%, ketika ditambahkan dengan H2O2 3% perubahan warna biru yang dihasilkan
menjadi lebih pekat. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan amilum. Larutan
amilum berfungsi sebagai indikator. Setelah ditambahkan amilum, tidak tampak
adanya perubahan larutan tetap biru dan endapan tetap ungu. Seharusnya pada
literatur terjadi perubahan pada larutan, yaitu berubah warna menjadi biru
kehitaman. Warna inilah yang menunjukkan adanya ion iodide pada larutan.
Tidak adanya perubahan ini dapat terjadi karena kesalahan yang dapat berasal dari
praktikan maupun alat dan bahan yang digunakan.

XI. KESIMPULAN
1. Pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6]I2 adalah dengan proses
kristalisasi.
2. Etanol berfungsi untuk mengikat sisa air dan larutan lain yang masih
terkandung dalam kristal.
3. Endapan berwarna merah strawberry pada uji ion nikel menunjukkan
adanya ion nikel dalam larutan.
4. Ammonia pada uji nikel berfungsi sebagai pemberi suasana basa.
5. Larutan berwarna biru kehitaman setelah ditambahkan indikator amilum
pada uji iodide menunjukkan adanya ion iodide pada larutan tersebut.
6. Fungsi asam sulfat disini sebagai pemberi suasana asam pada larutan,
sehingga akan mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat
pengiksidasi.
7. Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang dihasilkan adalah sebanyak 2,3557 gr.
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Susilo Tri. 2011. Senyawa Kompleks Koordinasi, (Online).


(http://chemistry35.blogspot.com/2011/11/senyawa-kompleks-
koordinasi.html, dikases 13 Maret 2014).

Azzahra, Fleur. 2011. Pembuatan Senyawa Koordinasi, [Ni(NH3)6]I2, (Online).


(http://fleurazzahra.blogspot.com/2011/12/pembuatan-senyawa-
koordinasi-ninh36i2.html, dikases 13 Maret 2014).

Munika. 2011. Percobaan 4 Pembentukan Senyawa Koordinasi, (Online).


(http://www.scribd.com/document_downloads/direct/69964588?extensio
n=docx&ft=13947145, dikases 13 Maret 2014).

Zulaiha, Zila. 2011. Laporan Praktikum Kimia Anorganik 2 - Pembuatan


Senyawa Koordinasi, [Ni(NH3)6]I2, (Online).
(http://zilazulaiha.blogspot.com/2011/11/laporan -praktikum-kimia-
anorganik-2.html, dikases 13 Maret 2014).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai