KEBUTUHAN CAIRAN
NAMA: NURELIYATIN
NPM: 18180100130
B. Anatomi Fisiologi
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus
dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan
melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke
benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan
jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan
kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang
dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.
1. Usia : perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktifitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kebutuhan air berdasar umur dan berat badan
3. Iklim : individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau daerah dengan
tingkat kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit. Umumya orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan
cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada di tempat yang panas, sedangkan orang
yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan hingga dua liter perjam.
Secara umum pengeluaran cairan dalam tubuh
b. Insensible (keringat/kulit)
- Paru-paru 350 cc
6. Sakit : ketika sakit banyak sel yang rusak, sehingga untuk perbaikan sel
membutuhkan proses pemeuhan kebutuhan cairan yang cukup. Karena keadaan sakit
menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan
hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
F. Manifestasi Klinis
c. Hiponatremia suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah ditandai
dengan adanya rasa kehausan yang berlebihan, cemas, takut, bingung, kejang perut,
denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar natrium dalam
darah < 135 mEq/l. Bisa terjadi pada pasien diare atau yang mendapatkan obat
diuretik yang tak terkontrol.
d. Hipernatremia keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai
dengan adanya mukosa kering, haus, turgor kulit buruk, dan permukaan kulit
membangkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan
naik, kadar natrium dalam plasma > 145 mEq/l. Dapat terjadi pada pasien dehidrasi,
diare, pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam sedikit.
e. Hipokalemi keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah di tandai dengan denyut
nadi lemah, TD menurun, tidak nafsu makan, dan muntah-muntah, perut kembung,
otot lemah dan lunak, denyut jantung tak beraturan (aritmia), penurunan bising usus,
kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/l.
f. Hiperkalemia keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi yang ditandai dengan
adanya mual, hiperaktifitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine
sedikit sekali, diare, kecemasan dan irritable, kadar kalium dalam plasma > 5mEq/l.
g. Hipokalsemia kekurangan kadar kalsium dalam plasma yang di tandai dengan adanya
kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium plasma <4,3 mEq/l dan
kesemutan pada jarai dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok, kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
h. Hiperkalsemia keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah, yang ditandai dengan
adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar
kalsium plasma > 4,3 mEq/l. Biasanya pada pasien yang mengalami peningkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D yang berlebihan.
j. Hipermagnesia kadar magnesium yang berlebihan dalam darah yang ditandai dengan
adanya koma, gangguan napas dan kadar magnesium > 2,5 mEq/l.
D. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif, kegagalan mekanisme pengaturan.
E. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan
A. Aziz Alimul Hidayat. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health
Books publishing.
Tamsuri, A. (2008). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson,L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United states of America: Mosby Elseiver.