Anda di halaman 1dari 44

50

BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1. Sejarah PT. Prima Medika Laboratories(7)


PT. Prima Medika Laboratories merupakan industri farmasi di
Indonesia berbentuk swasta nasional, didirikan pada tahun 2006 oleh Bapak
Andre Lembong. Alamat di Jl. Raya Serang Desa Kadu RT.017/RW 04
Tangerang dengan luas area 5 hektar, komitmen untuk terus berupaya
menyediakan semua jenis produk yang dibutuhkan masyarakat yang bermutu
tinggi dengan menerapkan CPOB disemua lini produksi. PT. Prima Medika
Laboratories melakukan pendekatan sistematik untuk mendapatkan,
menganalisa menyimpan dan membagi pengetahuan tentang produk, proses
komponen, material dan lainnya.
PT. Prima Medika Laboratories memiliki 2 site yaitu PT. Prima
Medika Laboratories plant 1 dan plant 2. Plant 1 diperuntukan untuk sediaan
steril. Sediaan steril SVP (Small Volume Parenteral) seperti injeksi volume
kecil nonbetalactam, serbuk steril nonbetalactam untuk injeksi, dan LVP
(Large Volume Parenteral) seperti injeksi volume besar nonbetalactam. Plant
2 terdapat fasilitas kapsul keras antivirus, kapsul keras nonbetalactam,
semisolid nonbetalactam, tablet biasa dan tabet salut antivirus, tablet biasa
dan tablet salut non betalactam, serbuk oral non betalactam. Semua sarana
produksi yang digunakan telah memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik).
3.2. Visi, Misi dan Nilai Budaya PT. Prima Medika Laboratories(7)
A. Visi
Menjadi industri yang menghasilkan produk dengan efikasi yang
baik melalui platform bisnis yang baru.
B. Misi
1. Pembinaan dan pengembangan kemampuan SDM sehingga mampu
mendukung visi perusahaan.
2. Proses produksi yang efektif dan efisien berbasis teknologi dan
otomalisasi
3. Bekerjasama dengan chanel distribusi dan pemasaran produk yang
langsung bisa menjangkau pelanggan
50

4. Mampu menghasilkan produk-produk yang lengkap sesuai kebutuhan


pelanggan
5. Mengimbangi pengawasan mutu produk dengan kemajuan teknologi
C. Nilai Budaya
1. Mandiri
PT. Prima Medika Laboratories berusaha menjaga kemandirian
dalam penerapan CPOB dan sistem manajemen mutu dalam
aktifitasnya.
2. Kualitas
Dalam menjalankan bisnisnya selain menjalankan kebutuhan
pasar, PT Prima medika Laboratories tetap mengutamakan kualitas
produk yang dihasilkan.
3. Konsisten
PT. Prima Medika Laboratories berusaha secara konsisten
mengikuti perkembangan teknologi dalam formulasi dan proses
produksi, dan tetap menjaga kualitas yang baik
3.3. Struktur Organisasi PT. Prima Medika Laboratories(7)
Struktur organisasi PT. Prima Medika Laboratories dipimpin oleh
presiden direktur yang bernama bapak Andre Lembong yang membawahi 7
director yang membawahi 7 Departemen, masing-masing departemen
tersebut adalah:
1. Finance
2. Trining and engineering
3. Manufacturing 51
4. General Affair
5. NPD
6. Quality
7. Supply chain
3.4. Cara Pembuatan Obat yang Baik di PT. Prima Medika Laboratories(7)
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
50

produksi dan pengawasan mutu yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyartan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaanya.
3.4.1. Manajemen Mutu
Suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan dan
mengimplementasikan kebijakan mutu. Kebijakan mutu adalah
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi dan
menyatakan arahan serta komitmen terhadap mutu produk unsur dasar
manajemen mutu adalah :
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu,
untuk menjamin mutu produk.
Tidak hanya mengandalkan pelulusan dari serangkaian pengujian :
1) Dibangun sejak awal kedalam produk tersebut
2) Mutu obat sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan dan
pengawasan mutu, bangunan dan peralatan serta semua personil
yang terlibat.
3) Dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan
cermat agar obat yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan.
Pengakuan Mutu produk di tandai dengan kepemilikan sertifikat
mulai dari sertifikat pelaksanaan industri maupun sertifikat CPOB
dan CPOTB. PT. Prima Medica Laboratories memiliki sertifikat
pelaksanaan industri yang masih berlaku dan memiliki sertifikat
CPOB untuk sediaan injeksi volume besar nonbetalaktam, injeksi
volume kecil non betalaktam, kapsul keras antivirus, kapsul keras
nonbetalaktam, semisolid non betalaktam, serbuk steril nonbetalaktan
untuk injeksi, tablet biasa dan tablet salut antivirus. Sertifikat CPOB
berlaku selama 5 tahun dan jika masa sertifikat sudah habis maka
dilakukan resertifikasi.
52

50

3.4.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan
obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab
untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah
memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan termasuk instruksi mengenai
hygiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
PT. Prima Medika Laboratories memiliki 7 departemen dalam
menjalankan kegiatan perusahaan Setiap karyawan harus memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai untuk
menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Mereka harus
memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik dalam melaksanakan
tugasnya, hal ini dapat diketahui dari pemeriksaan kesehatan yang
rutin dilakukan. Mereka juga hendaknya memiliki sikap dan
kesadaran yang tinggi untuk menerapkan CPOB dalam melaksanakan
setiap pekerjaan.
Dalam menciptakan hubungan yang harmonis, sehat, efektif dan
efisien antara pengusaha dan karyawan serta meningkatkan kinerja
53
karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan
kesejahteraan karyawan, maka dibuat suatu peraturan perusahaan
yang bertujuan untuk:
1. Mempertegas hak-hak dan kewajiban pengusaha dan karyawan
serta timbal balik untuk membina hubungan kerja yang sehat
dalam PT. Prima Medika Laboratories Menetapkan syarat-syarat
kerja bagi karyawan
2. Mengatur tata kerja penyelesaian perselisihan antara pengusaha
dan karyawan baik yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat atau
50

penafsiran melalui suatu hal yang berkaitan dalam pelaksanaan


hak dan kewajiban maupun diakibatkan oleh hal yang lain
3. Memperbaiki, mempertahankan serta mengembangkan hubungan
kerja yang baik dan harmonis antara pengusaha dan karyawan. PT.
Prima Medika Laboratories mengikuti sistem 5 hari kerja setiap
minggunya yaitu senin sampai dengan jumat, dengan pembagian
shift bekerja selama 8 jam per hari. Bagian personalia berfungsi
dalam mengatur perencanaan dan pengadaan serta pengendalian
sumber daya manusia, koordinasi antar unit kerja dan sistem
pengkajian. Tugas bagian personalia secara umum dapat dirinci
sebagai berikut :
a. Mengkoordinir pelaksanaan pengadaan tenaga kerja yang
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
b. Mengatur pelaksanaan pengembangan kepegawaian
c. Melaksanakan pengkajian, pengupahan dan pemberian imbalan
jasa pegawai
d. Mengatur pelaksanaan administrasi kepegawaian perusahaan
e. Mengatur pelaksanaan program jaminan sosial dan
kesejahteraan pegawai
f. Melaksanakan hubungan kerja dan anggaran dibidang sumber
daya manusia
g. Menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan di bidang
54
sumber daya manusia
h. Memelihara terciptanya suasana kerja yang mendukung
operasional perusahaan.
i. Melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 6 bulan sekali dan
melakukan kualifikasi mata untuk personil visual setiap 6 bulan
sekali.
j. Melakukan pelatihan dan tes pengetahuan CPOB setiap 6 bulan
sekali di lakukan oleh tiap divisi.
3.4.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki
desain, konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
50

operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat. Secara umum persyaratan
bangunan menurut CPOB :
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti
pencemaran dari udara, tanah dan air, maupun dari kegiatan
industri lain yang berdekatan.
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi dilengkapi dan
dirawat agar memperoleh perlindungan maksimal. Bangunan dan
faslitas hendaklah dirawat, dibersihkan dan bila perlu didisinfeksi
susuai prosedur tertulis rinci.
c. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi,
laboratorium area penyimpanan koridor dan penyimpanan
koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapih. Kondisi bangunan hendaklah
ditinjau secara teratur dan diperbaiki dimana perlu perbaiakan
55
serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-
hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
d. Dalam menentukan rancang bangun dan tata letak hendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Kesesuaian dengan
dengan kegiatan lain yang mungkin dilakukan didalam sarana
yang sama atau sarana yang berdampingan.
e. Tata letak ruang yang sama sedemikian rupa untuk
memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan didaerah yang
letaknya diatur secara teratur dan berhubungan mengikuti urutan
tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang disyaratkan,
luasnya ruang kerja yang memungkinkan penempatan peralatan
dan bahan secara teratur serta terlaksananya kegiatan, kelancaran
alur kerja, komunikasi, dan pengawasan yang efektif pencegahan
penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum.
50

f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-


langit) hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan
yang terbuka secara mudah dibersihkan dan bila perlu mudah
didesinfeksi.
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak
control serta ventilasi yang baik.
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas
pengendali udara.
PT. Prima Medika Laboratories berlokasi di Jl. Raya Serang
Desa Kadu RT.017/RW 04 Tangerang.
Pada Plant 1 terdapat fasilitas sediaan steril pada Plant 2
terdapat fasilitas obat antivirus, solid, dan semi solid. Pada
departemen QC terdapat fasilitas Laboratorium Fisika Kimia,
Laboratorium Mikrobiologi, Ruang Retained sample, sedangkan
untuk gudang (Warehouse) terdapat Gudang Obat Jadi (GOJ),
Gudang Bahan Baku, (GBB) dan Gudang Bahan Kemas (GBK).
Fasilitas lain sumber listrik, sumber air, sumber uap panas,
sumber energi gas dan tata udara. Sumber listrik berasal dari PLN,
56
generator set dan solar, sumber air berasal dari Sumur, sumber uap
panas berasal dari boiler steam/ketel uap, tata udara berasal dari
Heating Ventilation and air conditioning (HVAC).
A. Desain Pabrik
Ruang penerimaan bahan karantina barang masuk,
penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan
penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan,
penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan,
pengemasan, karantina produk jadi sebelum pelulusan akhir,
pengiriman produk dan laboratorium pengawasan mutu di buat
dalam ruang terpisah satu sama lain. Didalam area produksi
terdapat beberapa ruang yaitu Black area, Grey area, dan White
area. Dimana ruangan-ruangan tersebut terpisah satu sama lain
50

sesuai dengan spesifikasi mutu produk yang dibuat. Jenis peralatan


yang digunakan di area produksi memiliki kapasitas yang berbeda-
beda, hal ini memungkinkan beberapa produk di produksi dalam
waktu yang bersamaan.
Untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi maka sudut
antara dinding dengan lantai berbentuk lengkungan, celah antara
rangka jendela dengan kaca dan celah pada pemasangan lampu
serta pipa harus dihindari, sehingga mengurangi resiko adanya
debu yang tersimpan. Penggunaan cat epoksi untuk melapisi
permukaan dinding dan lantai untuk area produksi bertujuan untuk
memperoleh permukaan yang rata dan tidak berpori, tahan
terhadap bahan kimia, serta mudah dibersihkan.
PT. Prima Medika Laboratories mempunyai ruangan dengan
klasifikasi berbeda-beda dipisahkan oleh ruangan antara. Tiap
ruangan diberi nama ruangan untuk identitas masing-masing
ruangan sesuai kegunaan dan untuk mapping pabrik sesuai RIP
(Rencana Induk Pembangunan).
B. Gudang/Warehouse 57
Penerimaan dan Penyimpanan Barang
Pada saat barang datang personil bertanggung jawab dalam
hal pemeriksaan kondisi fisik maupun dokumen barang atau
material agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan
disetujui. Pemeriksaan terhadap material meliputi :
1. Memastikan setiap material yang datang memiliki CoA
(Certificate of Analysis) yang dikeluarkan oleh supplier
2. Menyesuaikan barang yang ada dengan CoA yang didapatkan
meliputi : Jenis, nama suplier, no batch, tanggal, expired date.
3. Memeriksa surat jalan dan kondisi material (Sesuaian alamat\,
nama, nomor PO dan jumlah material).
4. Khusus untuk material API dan bulk personil harus memeriksa
kesesuaian jumlah secara acak antara actual dan surat jalan.
5. Memeriksa kondisi template dan mencatat no template
50

6. Pada form pemeriksaan dibuat nama barang, tanggal terima,


disertai tandatangan personil yang menerima.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penerimaan barang atau
material personil harus segera mengondisikan keadaan barang
dengan terlebih dahulu dilakukan karantina pada inhold staging
area. Personil harus memeriksa kondisi kebersihan dan
penempatan material. Apabila terdapat dua batch berbeda pada
satu material yang sama maka material harus diberi separator
sebagai pemisah yang bertujuan menghindari terjadinya kesalahan
pada proses pengambilan material.
PT. Prima Medika Laboratories memiliki beberapa gudang
yaitu Gudang Bahan Baku (GBB), Gudang Bahan Kemas (GBK)
dan Gudang Obat Jadi (GOJ) dan Gudang API. Secara umum
kegiatan yang dilakukan pada setiap gudang adalah sebagai
berikut:
58
1. Gudang Bahan Baku (GBB)
a. Menangani penerimaan bahan baku
b. Menangani penyerahan bahan baku untuk produksi sesuai
dengan jurnal permintaan bahan baku dari bagian produksi
c. Mencatat keluar masuk bahan baku pada kartu stock bahan
baku di gudang setiap ada bahan baku yang keluar.
Bahan baku yang disimpan di gudang bahan baku PT. Prima
Medika Laboratories yaitu bahan-bahan untuk memproduksi
produk-produk PT. Prima Medika Laboratories Kondisi
penyimpanan bahan baku di gudang PT. Prima Medika
Laboratories disesuaikan dengan bahan baku.
2. Gudang Bahan Kemas (GBK).
a. Menangani penerimaan Bahan Kemas untuk blister, strip,
ampul, vial, dan wadah
b. Menangani penyerahan bahan kemas untuk produksi sesuai
dengan jurnal permintaan bahan kemas dari bagian produksi
c. Mencatat keluar masuk bahan kemas pada kartu stock di
gudang setiap ada bahan kemas yang keluar. Kondisi
50

penyimpanan digudang ini menggunakan coolroom dengan


suhu kamar (≤ 250C)
3. Gudang Obat Jadi ( GOJ )
Kegiatan ini dilakukan di gudang finishing product antara lain :
a. Menangani proses penerimaan finishing product dari bagian
produksi
b. Menyiapkan dan mengirimkan finished good sesuai dengan
order penjualan dari bagian marketing
c. Proses penyimpanan dan penyiapan pengiriman finishing
Product
d. Menangani return finishing product dari customer
Di gudang finishing product (gudang Obat Jadi) PT. Prima
Medika Laboratories produk ditempatkan berdasarkan jenis
59
sediaan, dimana antara tablet, sirup, injeksi, salep disimpan secara
terpisah cara distribusi produk PT Prima Medika Laboratories
menggunakan metode FEFO (First Expired First Out).
Pada gudang bahan baku dan bahan kemas masing-masing
mempunyai:
a. Ruang karantina yaitu ruang tempat menyimpan bahan baku
sementara selama bahan tersebut dalam proses pengujian
laboratorium pengawasan mutu;
b. Ruang sampling yaitu ruang tempat dilakukan pengambilan
contoh bahan baku oleh bagian pengawasan mutu. Ruang
sampling PT. Prima Medika Laboratories di bagian grey area
tetapi untuk bahan baku sediaan steril pengambilan harus di
lakukan di dalam LAF;
c. Ruang diluluskan yaitu ruang tempat menyimpan bahan baku
setelah bahan baku tersebut diluluskan (released) oleh
pengawasan mutu;
d. Ruang ditolak untuk raw material yaitu ruangan tempat produk
kembalian yang tidak dapat diolah ulang atau harus
dimusnahkan.
4. Gudang API
50

Gudang ini merupakan gudang penyimpanan bahan-bahan


yang mudah terbakar, yaitu alcohol dan bahan lain yang mudah
terbakar. Gudang API terletak digedung terpisah dengan gedung
lainnya dibelakang gedung produksi. Pada gudang API
digunakan Exhaust untuk mengeluarkan uap yang dihasilkan
dari bahan-bahan yang tersimpan didalam gudang.
C. Pengolahan Air untuk Produksi
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam
pelaksanaan GMP. Hal tersebut disebabkan karena air
merupakan bahan baku dalam jumlah besar, terutama untuk
produk sirup dan injeksi dan lain-lain. Bila tercemar, beresiko
60
sangat fatal bagi pemakai (pasien). Tujuan dari sistem
pengolahan air untuk produksi adalah menghilangkan cemaran
sesuai dengan standar kualitas air yang telah ditetapkan.
Purified Water System merupakan suatu sistem pengolahan
air yang digunakan untuk proses produksi. Pada proses
pengolahan air ini, air yang digunakan adalah air yang terdapat
pada sumur penampungan air. Kemudian air tersebut diproses
dengan menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal
dengan Purified Water System. Adapun proses yang dilalui
dalam pengolahan air tersebut adalah:
a. Multi Media Filter (MMF)
MMF berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan
dan partikel partikel yang terdapat pada raw water.
b. Active Carbon Filter
Karbon aktif berfungsi sebagai pre-treatment sebelum
proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine,
chloramines, benzene, pestisida, bahan-bahan organik,
warna, bau dan rasa dalam air.
c. Water Softener Filter
Berisi resin anionik yang berfungsi untuk
menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air dengan
50

cara mengikat ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan


tingginya tingkat keasadahan air.
d. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis merupakan teknik pembuatan air
murni (purifed water) yang dapat menurunkan hingga 95%
Total Dissolve Solids (TDS) didalam air. Reverse osmosis
terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001
mikron).
e. Tangki Penampung untuk mengatur pH
Pada tangki ini dilakukan penambahan NaOH, dengan
61
tujuan untuk mengatur pH air. Selanjutnya, air akan difilter
dengan membran filter sebelum masuk kedalam tangki EDI
(Electonic De-Ionization).
f. EDI (Electonic De-Ionization)
EDI (Electonic De-Ionization) merupakan
perkembangan dari ion Exchange system dimana sebagai
pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping
resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah
sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus
menerus tanpa perlu regenarasi. Setelah melewati EDI,
selanjutnya purifed water yang dihasilkan ditampung dalam
tanki penampungan (storage tank).
g. Tangki RO/Tangki Penampungan
Setelah melewati EDI, selanjutnya purifed water yang
dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan (storage
tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan
looping system.
CPOB 2018 mensyaratkan bahwa air yang digunakan
untuk proses produksi harus disirkulasi selama 24 jam.
Untuk itu dalam Purifed Water System harus dilengkapi
dengan looping system sehingga memungkinkan air
disirkulasi selama 24 jam. Pada sistem ini harus dilengkapi
dengan TOC (Total Organic Carbon), conductivity dan
endotoksin monitoring untuk memantau jumlah senyawa
50

karbon yang terdapat dalam air. Senyawa-senyawa karbon


tersebut dapat berasal dari bangkai kuman (bakteri) yang
mati pada saat proses pengolahan air. Bangunan pengolahan
air harus terpisah dari bangunan untuk proses produksi
walaupun demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar
resiko pencemaran dapat ditekan seminimal mungkin selama
distribusi dalam pipa penyalur. 62
D. Pengolahan Limbah PT. Prima Medika Laboratories
Limbah industri farmasi merupakan bahan sisa suatu
kegiatan atau proses pada suatu industri yang dapat
mempengaruhi lingkungan sekitarnya sehingga pengolahannya
harus ditangani sedemikian rupa agar tidak menggangu
lingkungan.
Macam-macam limbah di PT. Prima Medika Laboratories dan
penanganannya :
1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan biasanya berupa sisa-sisa
buangan seperti kertas, plastik, dan kemasan bekas zat aktif
dan tambahan obat, dan hasil padatan lainnya serta limbah
padat yang terdapat pada filter di bak penampungan awal
limbah cair. Dalam pengolahan limbah padat, PT. Prima
Medika Laboratories bekerjasama dengan pihak ketiga.
2. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 yang dihasilkan, Dalam pengolahan limbah
B3, PT. Prima Medika Laboratories bekerjasama dengan
pihak ketiga yaitu Prasadha Pamunah Limbah Industri
(PPLI) untuk melakukan pengolahan limbah B3, tetapi
limbah yang dihasilkan dikumpulkan di tempat pembuangan
sementara (TPS) kemudian diserahkan ke pihak ketiga.
Untuk limbah gas seperti karbon oksida (CO) dilakukan oleh
pihak Enviroment Healty Safety (EHS) dengan membuat
50

laporan Plant Trip Report yang dilakukan setiap 6 (enam)


bulan sekali.
3. Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari laboratorium
dan Produksi, diantaranya :
a. Limbah cair laboratorium 63
Berupa reagen-reagen dan pengolahannya dengan dibawa
ke tempat pembuangan dan diolah.

b. Limbah cair produksi


Limbah cair yang diolah oleh IPAL di PT. Prima Medika
Laboratories adalah limbah cair selain dari produksi
antivirus dan injeksi.
E. Teknik dan Maintenance
Bagian ini berperan dalam pelaksanaan kegiatan operasional,
pemeliharaan serta perbaikan sarana produksi, bangunan dan
sarana penunjang lainnya. Bagian teknik dalam melakukan
perawatan/maintenance dibagi menjadi :
1. Listrik/ Electrical
Memelihara seluruh peralatan yang menggunakan listrik
antara lain:
a. Mesin/ Mechanical
b. Memelihara seluruh mesin- mesin produksi dan alat
penunjang lainnya seperti: boiler, compressor, chiller,
sistem tata udara (AHU/HVAC/ Heating Ventilating and
Air Conditioning), sistem pengolahan air meliputi water
system dan IPAL.
c. Air Handling Unit (AHU)/ HVAC
AHU merupakan persyaratan mutlak yang harus
dipenuhi untuk industri farmasi yaitu berfungsi sebagai
pengatur tekanan udara yang masuk ke ruang produksi.
Udara luar disaring dengan filter sebelum masuk ke ruang
produksi melalui pipa (ducting). AHU memiliki 2 filter
yaitu prefilter dengan efisiensi 25% dan medium filter
50

dengan efisiensi 95 %, bakteri filter 99,97%. AHU terdiri


dari beberapa alat yang memiliki fungsi berbeda-beda yang
terdiri dari : 64
 Cooling coil, berfungsi mengontrol suhu udara yang
akan didistribusikan ke ruangan produksi. Proses
pendinginan udara dilakukan dengan mengalirkan udara
yang berasal dari campuranudara balik dan udara luar
melalui kisi-kisi (coil) evaporator yang bersuhu rendah.
Proses tersebut menyebabkan terjadinya kontak antara
udara dan permukaan kisi evaporator yang akan
menghasilkan udara dengan suhu lebih rendah.
 Static Pressure Fan (Blower), berfungsi untuk
menggerakkan udara disepanjang sistem distribusi udara
yang terhubung dengannya.
 Blower berupa blower radial yang memiliki kisi-kisi
penggerak udara yang terhubung dengan motor
penggerak blower. Motor berfungsi mengubah energi
listrik menjadi energi gerak. Energi gerak inilah yang
disalurkan ke kisi-kisi penggerak udara hingga
kemudian dapat menggerakkan udara. Blower dapat
diatur agar menghasilkan frekuensi perputaran yang
tetap hingga menghasilkan output udara dengan debit
yang tetap.
 Filter, merupakan bagian AHU yang berfungsi untuk
mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan
mikroorganisme yang mengkontaminasi udara masuk ke
dalam ruang produksi. Filter yang digunakan dibagi
menjadi beberapa jenis, tergantung efisiensinya, yaitu
prefilter, medium filter, dan High Efficiency Particulate
Air (HEPA) filter. Penempatan filter diatur berdasarkan
jenis dan efisiensi penyaringan filter yang menentukan
kualitas udara yang dihasilkan.
50

 Ducting, berfungsi sebagai saluran tertutup tempat


mengalirnya udara. Secara umum, ducting merupakan
65
sebuah sistem saluran udara tertutup yang
menghubungkan blower dengan ruang produksi, yang
terdiri dari saluran udara yang masuk (ducting supply)
dan saluran udara yang keluar dari ruangan produksi dan
masuk kembali ke AHU (ducting return). Ducting
didesain hingga dapat mendistribusikan udara ke seluruh
ruangan produksi yang membutuhkan dengan hambatan
udara sekecil mungkin.
 Dumper, bagian dari ducting AHU berfungsi mengatur
jumlah udara yang dipindahkan ke dalam ruang
produksi. Besar kecilnya debit udara yang dipindahkan
dapat diatur sesuai dengan pengaturan tertentu pada
dumper. Hal ini berguna terutama untuk mengatur
besarnya debit udara yang sesuai dengan ukuran ruangan
yang akan menerima distribusi udara tersebut
selanjutnya dikirim ke tiap ruang produksi sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
HVAC (Heating, Ventilating and Air
Conditioning), merupakan salah satu sarana penunjang
kritis yang memegang peran penting dalam industri
farmasi. Hal ini antara lain disebabkan karena :
a. Untuk memberikan perlindungan terhadap
lingkungan pembuatan produk.
b. Memastikan produksi obat yang bermutu.
c. Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi
personil.
d. Memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana
terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem
pembuangan udara yang efektif dan aman dari bahan
tersebut.
50

Sistem HVAC adalah suatu sistem yang


66
mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu,
kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara –
termasuk pengendalian partikel dan pembuangan
kontaminan yang ada di udara (seperti ‘vapors’ dan
‘fumes’). Secara Umum fungsi HVAC sebagai fasilitas
tata udara adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan
tempat agar mememuhi semua persyaratan teknis bagi
dilaksanakannya kegiatan farmasi.
F. Sistem Tata Udara
Sebagai pusat pengendalian udara yang diperuntukkan
khusus untuk ruang produksi, berfungsi untuk mendinginkan
suhu di dalam ruangan, mengatur kelembaban serta mengatur
tekanan udara pada suatu ruangan. AHU (Air Handling Unit)
merupakan bagian dari HVAC yang diberi filter agar memenuhi
kriteria kelas ruangan. AHU di PT. Prima Medika Laboratories
terbagi dalam 11 sentral pada plant 1 dan plant 2 yaitu :

1. AHU Plant 1 (AHU 1)


AHU (Air Handling Unit) ini dikhususkan untuk white
area kelas A dan B. Biasanya digunakan untuk ruang
penimbangan, filling, mixing (ruang produksi steril). AHU 1
mempunyai 5 bagian yaitu A 01 (Untuk area LAF kelas A),
B01 semua bagian ruangan white area (All Area White) C01
(Semua area white), E01 (Area grey persiapan 1 dan persiapan
2), E02 Ruang penimbangan non steril.
2. AHU Plant 2
Terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu CPOB dan
CPOTB AHU CPOB terbagi menjadi 7 :
1) AHU 1 (Area zona keluar masuk)
2) AHU 2 (Area antivirus)
3) AHU 3 ( Area Semi solid)
4) AHU 4 (Area Line Halal)
5) AHU 6 (Area Produksi Solid)
50
67

6) AHU 6A (Area timbang)


7) AHU 11 (Area Inline)
Sedangkan CPOTB terbagi menjadi 5 bagian
8) AHU 5 (Area RH rendah)
9) AHU 7 (Area Solid)
10) AHU 9 (Area Solid)
11) AHU 10 (Ruang Timbang)
Relative Humidity (RH) Rendah digunakan untuk
membuat obat yang sensitif terhadap kelembaban contohnya
Obat tradisional.
Hepa filter untuk udara pada bangunan produksi diatur
melalui sistem Air Handling Unit (AHU) yang dikelola untuk
mencegah kontaminasi silang. Pada ruangan tertentu juga
dilengkapi dengan hepa filter, hepa filter yang dipakai yaitu
hepa filter H-14 dengan efficiency 99,997%, ruang LAF juga
menggunakan heap filter H-14.
Untuk mengontrol mengatur kelembaban udara
ruangan digunakan heater coil, dimana ketika kelembaban
udara tinggi makan heatler akan menyala. Untuk mengawasi
suhu dan kelembaban digunakan alat Termohygrometer,
sedangkan untuk melihat tekanan udara menggunakan alat
magnehelic.
Parameter kritis yang di kontrol oleh sistem HVAC adalah :
1) Suhu dan Kelembaban (RH)
Berkaitan dengan kenyamanan personil yang bekerja pada
ruangan, dan stabilitas dari material yang dikerjakan.
2) Partikel Udara
Sesuai dengan kelas kebersihan yang didukung oleh
HVAC. Pada Tabel 1 (dihalaman 15-16). Klasifikasi
Kebersihan Ruang Pembuatan obat.
a. Perbedaan tekanan antar ruang , mempengaruhi arah
aliran udara. Arah aliran udara bergerak dari kelas
kebersihan tinggi (A) ke kelas kebersihan yang lebih
68

50

rendah (B,C,D,E). Hal ini sangat berpengaruh untuk


mencegah adanya kontaminasi silang.
b. Jumlah pertukaran udara dalam ruangan perjam atau
ACH (Air Change Hour)
c. Sistem Filtrasi Udara
Pertimbangan dalam menentukan setiap parameter
kritis yang akan di kontrol oleh HVAC
a) Klasifikasi ruang
b) Produk/bahan yang digunakan
c) Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau steril
d) Proses terbuka atau tertutup
e) Rekomendasi Sistem Tata Udara
3) Tekanan ruang pengangga udara (Airlock)
Untuk mengentrol partikel udara, suhu dan kelembapan
yang masuk kedalam ruang produksi terdapat airlock. Tipe
airlock ada 3 , yaitu :
a. Airlock tipe kaskade
Tekanan lebih besar pada salah satu sisi ruangan
penyangga udara dan lebih rendah di sisi yang lain;
b. Airlock tipe bubble
Tekanan lebih tinggi didalam ruangan penyangga udara
dan tekanan lebih rendah di sekitarnya;
c. Airlock tipe sink
Tekanan lebih rendah didalam ruangan penyangga udara
dan tekanan lebih tinggi di sekitarnya.
3.4.4. Peralatan
Jenis peralatan di PT. Prima Medika Laboratories meliputi
yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan
obat atau obat jadi, dipilih yang terbuat dari stainless steel atau kaca
atau bahan inert lainnya untuk mencegah terjadinya reaksi kimia,
adisi atau absorbsi oleh bahan-bahan dari peralatan sesuai dengan
tabel spesifikasi peralatan sesuai pedoman CPOB Tabel 4. Sarana-
sarana yang diperlukan dalam menjalankan peralatan juga
diperhatikan dan diatur sedemikian rupa, seperti letak sambungan
listrik, saluran air dan gas.
69

50

Saat ini PT. Prima Medika Laboratories telah mempunyai


beberapa mesin yang canggih seperti mesin satu line (In line) yang
terdapat pada ruang produksi tablet, mulai dari pencucian hingga
capping dilakukan secara otomatis, mesin boiler, mesin mixing,
mesin filling dan lain sebagainya dengan kapasitas produksi tertentu.
Pemeliharaan kebersihan peralatan dilakukan menurut jadwal
dan cara yang tepat dan dibuat harian. Catatan mengenai pelaksanaan
pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama yang
mencantumkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap
bets yang diolah dengan peralatan tersebut. Pemeliharaan tiap
peralatan utama harus ditandai dengan pemberian label yang berisi
nomor pengenal untuk membedakan antara peralatan yang akan
dibersihkan atau sedang dalam proses produksi atau dipakai. Label
berwarna putih Clean tag menandakan bila mesin sudah dibersihkan
(bersih) label kuning menandakan bahwa ruangan sudah dilakukan
pembersihan oleh operator yang diparaf oleh supervisor dan IPC, hal
ini menandakan peralatan sudah bersih dan siap digunakan untuk
proses produksi. sedangkan label hijau menandakan jika sedang ada
proses produksi.
3.4.5. Sanitasi dan Hygiene
Usaha sanitasi dan hygiene di PT. Prima Medika Laboratories
dilakukan terhadap semua ruang lingkup sanitasi dan hygiene :
1. Personalia
Setiap personil yang berhubungan dengan pembuatan,
pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan pengawasan mutu
obat harus memperhatikan hygiene dengan memakai pakaian
kerja yang bersih dan memakai sepatu atau sandal yang telah
disediakan. Alat-alat pelindung diri (APD) seperti masker, ear
Phone, topi khusus dan sarung tangan yang digunakan untuk
mencegah kontaminasi produk dan menjaga kesehatan operator.
Pakaian kerja dan perlengkapan produksi yang kotor disimpan
70

50

dalam wadah tertutup di ruang antara sampai saat dilakukannya


pembersihan peralatan. pakaian kotor yang sudah digunakan
memiliki ruang pencucian (laundry) tersendiri yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan pakaian kerja
lainnya. Di PT. Prima Medika Laboratories juga menyediakan
pemeriksaan kesehatan sebelum karyawan diterima bekerja
berupa rontgen torax, buta warna, berbadan sehat dan
pemeriksaan TBC dan pemeriksaan selanjutnya dilakukan
medical check up secara berkala setiap satu tahun sekali
pemeriksaannya berupa pemeriksaan dan konseling kesehatan,
buta warna, ritme jantung dan tekanan darah. Personil yang
melakukan pemeriksaan visual dilakukan pemeriksaan kesehatan
mata dan setelah itu dilakukan kualifikasi mata yang dilakukan
setiap 6 bulan sekali. Setiap 6 bulan sekali personil di berikan
pelatihan CPOB. Setiap personil tidak diperbolehkan merokok,
makan, minum atau melakukan kegiatan yang dapat mengotori
daerah produksi, laboratorium, gudang dan daerah lain yang
mungkin merugikan mutu produk.
2. Bangunan
Bangunan dirancang dan dibangun sedemikian rupa
sehingga memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.
Penyediaan toilet dengan jumlah yang cukup dan berventilasi
71
baik. Tempat cuci tangan bagi karyawan yang letaknya sebelum
masuk area produksi. Sampah dikumpulkan dalam wadah yang
sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan diluar
bangunan. Pembersihan bangunan dilakukan berjadwal sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Peralatan
Kegiatan pemeliharaan kebersihan terbagi menjadi dua
antara lain pembersihan operasional dan non oprasional.
Pembersihan operasional dilakukan pada saat ada kegiatan atau
50

sedang produksi dan dilakukan pembersihan setiap hari pada pagi


hari. Pembersihan non operasional berhubungan dengan peralatan
dan mesin dilaksanakan pembersihan setiap satu minggu sekali.
Sanitasi ruangan dan peralatan dilakukan setiap sebelum produksi
menggunakan alkohol (untuk produk steril). Kegiatan
pemeliharaan kebersihan peralatan meliputi bagian luar dan
bagian dalam peralatan hingga terkecil sesuai dengan cara yang
telah ditentukan. Setiap dilakukan kegiatan pembersihan harus
dituliskan dan dilaporkan dalam buku catatan pembersihan
peralatan.
4. Tahapan Sebelum dilakukan Proses produksi
a. Proses Pembersihan dan Sanitasi
Pembersihan adalah proses penyingkiran atau
membersihkan partikel yang ada dipermukaan. Sedangkan
sanitasi adalah proses pengurangan kontaminasi mikroba
dengan menggunakan reagen atau desinfektan.
1) Persiapan ruangan
Ruangan yang akan digunakan untuk proses
produksi harus dalam keadaan bersih telah disanitasi dan
diberi label bersih. Sanitasi ruangan setelah proses
produksi dilakukan oleh operator. Sanitasi yang
dilakukan yaitu sanitasi lantai, kaca, dan meja, sebelum
ruang produksi digunakan kondisi ruangan harus
diperiksa kesesuaian dengan persyaratan tekanan, suhu
dan kelembaban, sebelum memulai produksi, harus
dipastikan bahwa sudah tercapai perbedaan tekanan
udara antar ruang. Untuk ruangan ruang granulasi dan
kompresi tablet tekanan udara didalam ruang lebih
rendah dari tekanan udara dalam koridor untuk mencegah
terjadinya kontaminasi akibat debu yang keluar dari
ruang granulasi dan kompresi, Sedangkan untuk ruang
72

50

produksi liquid dan cream tekanan udara didalam ruang


diatur lebih tinggi dari tekanan udara dalam koridor.
2) Persiapan Peralatan
Semua peralatan yang digunakan sebelum proses
produksi harus telah dibersihkan, disanitasi dan
dilengkapi dengan label bersih, setiap alat memiliki IKS
(Instruksi Kerja Sistem) tersendiri dalam proses
pembersihannya, setiap selesai digunakan untuk produksi
maka harus segera dibersihkan oleh operator. Setiap kali
selesai dibersihkan operator harus menempelkan label
bersih alat dan mencantumkan nama produk yang
diproduksi seblum pembersihan alat, no batch paraf
operator dan tanggal pembersihan.
b. Line Clereance
Memastikan bahwa ruangan, equipment dokumen,
personil, material yang akan digunakan untuk proses produksi
sudah siap digunakan dan tidak ada material yang tertinggal
dari proses sebelumnya. Parameternya :
1) Tidak ada sisa bulk atau packaging material dari produk
sebelumnya
2) Memastikan bahwa peralatan yang digunakan bersih dari
73
produk termasuk komponen kemasan
3) Tidak ada dokumen atau material lain dalam ruangan atau
line selain yang diperlukan
4) Personil yang terlihat sudah memakai Alat Pelindung Diri
(APD) yang lengkap.
3.4.6. Produksi
Produksi dilaksanakan berdasarkan permintaan pasaran yang
kemudian dibuat perencanaan produksi oleh kepala bagian yang
bekerja sama dengan Manajer Produksi, kemudian mulai menyiapkan
bahan baku untuk ditimbang dan diteruskan kepada bagian produksi
untuk di proses sampai packing tersier (dalam master box). Unit
produksi tersebut antara lain injeksi, kapsul, tablet, tablet salut
50

selaput.
1. Proses Produksi Injeksi
Serah terima bahan kemas sesuai dengan PO (Packaging
order) kemudian masuk ke proses Washing atau pencucian
(persiapan I) Washing dimulai setelah semua parameter
pemeriksaan IPC telah dilaksanakan, kemudian bahan kemas
disterilisasi di oven pharma dengan suhu 190 °C selama 3 jam 45
menit, kemudian sterilisasi peralatan (Baju, sarung tangan, dan
sepatu white, beker, sendok, dan peralatan lain) pada Autoklaf
Fedegari dengan suhu 121 °C selama 35 menit. Sedangkan untuk
Bahan baku diserah terima dari Gudang Bahan Baku (GBB)
sesuai dengan BPO (Bulk Production Order) Bahan baku
dimasukan ke ruang penimbangan (White area) melalui passbox,
IPC sampling Water For Injection (WFI) yang akan dipakai untuk
pemeriksaan endotoksin dan bioburden, kemudian masuk ke
proses timbang bahan baku, (Proses timbang dilakukan diruang
timbang steril oleh produksi didampingi IPC, Bahan Baku (BB)
yang ditimbang harus sesuai dengan BPO yang tertera pada
weight ticket. Sebelumnya dilakukan sanitasi ruangan, bagian
produksi persiapkan semua peralatan, change part mesin, filling
rota, sanitasi ruangan, alat dan mesin, Pengecekan Bahan Baku
(Laporan Sampling Analisa (LSA), Laporan Penerimaan Barang
(LPB), BB, Reassay, expired date (ED), kode BB), pengecekan
line clereance. Kemudian ke proses mixing, BB yang telah
ditimbang dimasukan kedalam ruang mixing dilakukan sesuai
yang tertera di BPO, kemudian bulk mixing difiltrasi dengan
filter 0,2 m, proses dapat dilanjutkan jika sudah mendapat
persetujuan IPC, kemudian produksi melakukan set mesin untuk
tinggi dan volume ampul , lalu masuk ke proses filling IPC
melakukan pengecekan mesin dan setting mesin dengan
parameter pengecekan tinggi, volume dan kebersihan ampul
74

50

sesuai yang dipersyaratkan yang tertera pada BPO. IPC


melakukan inspeksi filling setiap 15 menit sekali dengan jumlah
sampel yang diambil sesuai dengan syarat di Instruksi Kerja
Sistem (IKS), Kemudian hasil filling dibawa ke ruang sterilisasi
akhir (Untuk produk terminal sterlization) Sterilisasi dilakukan
oleh operator produksi pada mesin Autoclave systec dengan suhu
121°C selama 30 menit. Kemudian Produk disimpan di ruang
ruahan yang selanjutnya di uji visual inspection, dimana operator
melakukan visual 100% terhadap produk yang diproduksi,
kemudian IPC melakukan pemeriksaan visual (Verifikasi) produk
yang di cek operator produksi (metode sampling) sesuai jumlah
yang tertera pada IKS. Parameter pemeriksaan antara lain,
(beling, serat, partikel hitam pertikel putih). Jika produk
dinyatakan lulus uji visual maka dilanjutkan dengan proses
pengemasan terbagi menjadi 2 yaitu kemas sekunder dan tersier
yang telah di packing dan di cek keseragaman bobot tiap Unit
Box (UB) dan Master Box (MB) disimpan diruang staging obat
jadi dan diberi label hold / karantina kemudian dilakukan serah
terima Gudang Obat Jadi (GOJ) parameternya produksi harus
memastikan produk sudah release QA ditandai dengan
tertempelnya label release pada MB produk, Kemudian Produksi
dan GOJ melakukan serah terima obat jadi.
2. Produksi Solid Tablet
Pelaksanaan produksi tablet berdasarkan catatan produksi
batch record / Bulk Producton order. Hal ini berisi seluruh
kegiatan produksi meliputi formula, spesifikasi bahan baku dan
pengemas, spesifikasi obat jadi, alat yang digunakan, tahap-tahap
pengolahan meliputi pemeriksaan kebersihan alat, penimbangan
dan pembuatan, uji dalam proses, data deviasi dan pernyataan
serah terima produk ruahan ke bagian produksi. Catatan produksi
batch record juga berisi catatan pengemasan batch yang meliputi
75

50

daftar bahan pengemas, tahap-tahap pengemasan dan pernyataan


serah terima obat jadi dari bagian produksi ke bagian gudang.
Alur produksi tablet diawali dengan penimbangan bahan
baku. Setelah ditimbang bahan baku dikirim ke ruang
pencampuran larutan pengikat dan granulasi disini dilakukan
penghalusan dengan proses yang cocok. Semua bahan baku untuk
tablet yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam alat
pencampur (mixer) dan ditambahkan larutan pengikat sedikit
demi sedikit sambil dicampur terus menerus pada suhu dan waktu
tertentu hingga terbentuk masa yang dikehendaki (massa granul),
setelah proses pencampuran selesai dilanjutkan dengan proses
granulasi basah.
Proses granulasi menggunakan mesin granulator
(Oscilating Granulator/Power Mill) yang dilengkapi dengan
pengayak. Granul hasil proses granulasi basah ditampung dalam
oven pada suhu dan selama waktu tertentu sesuai dengan BPO.
Bila dalam proses pencampuran atau granulasi digunakan bahan
penolong berupa alkohol atau bahan pelarut lain yang mudah
menguap tetapi untuk produk pada line halal hanya digunakan
Purifed Water.
Pengeringan granulat basah di PT Prima Medika
Laboratories menggunakan mesin pengering Fluid Bed Dryer
(FBD). Granul yang kering kemudian diayak menggunakan
ayakan dengan nomor ayakan yang lebih kecil dari ayakan
pertama ayakan pertama menggunakan mesh 1 dan ayakan kedua
menggunakan mesh 0,8. Dicampur zat pelincir dan zat penolong
lainnya (Fase luar) dengan menggunakan drum Mixing dan hasil
dari pencampuran terakhir ini merupakan massa yang siap
dicetak, sebelum dicetak terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
atas distribusi partikel, homogenitas dan Fluid Bed Dryer (FBD).
massa cetak tersebut yang dilakukan oleh inspector di
76

50

Laboratorium In Proces Control setelah memenuhi persyaratan,


selanjutnya dilakukan pencetakan. Selama pencetakan tablet
berlangsung dilakukan pemeriksaan terhadap produk meliputi :
a. Keragaman bobot
b. Bobot rata-rata
c. Kekerasan tablet
d. Kerenyahan
e. Waktu hancur
f. Keseragaman kandungan
g. Ketebalan tablet
h. Diameter tablet
Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit dengan cara
mengambil 30 tablet secara acak sebagai sample dan diperiksa di
laboratorium quality control oleh petugas pengawas mutu.
Setelah proses pencetakan selesai, tablet dikemas menggunakan
mesin, diisikan ke dalam striping menggunakan mesin striping,
dilakukan stripping/blistering dengan menggunakan alumunium
foil atau blister. Selanjutnya dimasukkan ke dalam Unit box
(UB), yang kemudian dimasukan kedalalam Master box (MB)
Produk yang sudah dikemas dan memenuhi syarat dapat dikirim
ke gudang obat jadi.
3. Produksi Semi Solid
Pelaksanaan produksi semi solid berdasarkan catatan
produksi batch record / Bulk Producton order. Hal ini berisi
seluruh kegiatan produksi meliputi formula, spesifikasi bahan
baku dan pengemas, spesifikasi obat jadi, alat yang digunakan,
tahap-tahap pengolahan meliputi pemeriksaan kebersihan alat,
penimbangan dan pembuatan, uji dalam proses, data deviasi dan
pernyataan serah terima produk ruahan ke bagian produksi.
Catatan produksi batch record juga berisi catatan pengemasan
batch yang meliputi daftar bahan pengemas, tahap-tahap
77

50

pengemasan dan pernyataan serah terima obat jadi dari bagian


produksi ke bagian gudang.
Alur produksi diawali dengan penimbangan bahan baku.
Setelah ditimbang bahan baku dikirim ke ruang pencampuran
disini dilakukan penghalusan dengan proses yang cocok. Semua
bahan baku yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam alat
pencampur (mixer) dicampur terus menerus pada suhu dan waktu
tertentu hingga terbentuk masa yang dikehendaki setelah proses
pencampuran selesai dilanjutkan dengan proses pengemasan
primer dan pengecekan.
Pengecekan dilakukan oleh inspector di laboratorium In
Proses control. Pengambilan sampel sesuai dengan IKS yang telah
di tetapkan untuk masing-masing jenis produk. Setelah di realise
oleh inspector IPC kemudian di lanjutkan dengan proses
pengemasan sekunder dan pengemasan tersier.
Pengemasan sekunder dalam Unit Box (UB), yang
kemudian dilanjutkan ke kemasan tersier yaitu Master Box (MB)
untuk pemastian apakah isi setiap unit box dan Master box sama
dilakukan penimbangan yang terlebih dahulu sudah ditetapkan
standar bobot rata-rata UB dan MB berisi lengkap. Produk yang
sudah dikemas dan di pastikan isi dari setiap kemasan diberi
tanda hold, setelah memenuhi syarat dapat dikirim ke gudang
78
obat jadi.

3.4.7. Pemastian Mutu ( Quality Assurance)


Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup
semua hal baik secara tersendiri maupun secara secara kolektif, yang
akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu
adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
50

tujuan pemakaiannya.
Ruang lingkup QA mencakup:
a. Review & Release
Sebelum melakukan release produk, QA memastikan /
mereview melalui BPO yang telah di isi oleh operator produksi
terkait pengisian, waktu kerja dan penyimpangan, setelah
verifikasi selesai dan semua record sudah di review. Dikatakan
output release jika finishing Product sesuai dengan BPO.
b. Penanganan Deviasi
Deviasi merupakan semua kondisi yang tidak sesuai
dengan prosedur atau persyaratannya baik secara internal maupun
regulatory. Deviasi dibagi menjadi empat macam yaitu:
1. Minor Deviation adalah ketidak sesuaian CPOB yang tidak
berdampak pada kualitas produk tetapi harus dilakukan
perbaikan dan pencegahan sesuai dengan batas waktu yang
telah di tetapkan. Contoh : Kesalahan pencatatan informasi di
log book.
2. Mayor Deviation/ kemungkinan dapat berpengaruh ke
kualitas produk dan status registrasi, amaka harus di lakukan
kajian resiko beserta perbaikan dan pencegahan dengan cepat.
3. Kritikal (Pelanggaran berat) 79
Temuan yang berdampak kritis dan membahayakan pasien
pengguna obat. Memerlukan tindakan perbaikan dan
pencegahan segera dan dilaporkan bila tindakan perbaikan dan
pencegahan telah selesai di laksanakan. Dikategorikan kritikal
apabila mencakup :
 Bersifat sistemik yang berpengaruh kepada produk
sehingga mengancam kesehatan manusia
 Pola teridentifikasi dan Terkait proses utamanya pada
aspek system manajemen mutu validasi, tata udara dan
sistem pengolahan air.
c. Penanganan Customer Complain
50

Dibedakan menjadi dua PQC dan Pharmacovigilance


complaint. Site hanya melakukan investigasi PQC (Product
Quality Complain). Contohnya bocor kemasan, tablet pecah,
sirup berubah warna, expired date tidak jelas dll. Sedangkan
Pharmacovigilance complaint ditangani oleh Pharmacovigilance
team yang kemudian dievaluasi oleh pihak RnD. Contoh kasus
Pharmacovigilance yaitu efek samping yang tidak diharapkan.
Asal complaint yaitu dari distributor dan Customer. Semua
bentuk complaint harus didokumentasi dan diinvestigasi untuk
menemukan root cause serta menetapkan Corrective Action
Preventive Action (CAPA). Semua bentuk deviasi harus
didokumentasikan dan diinvestigasi untuk menetapkan akar
masalah (root cause) serta menetapkan CAPA. Root Cause
analysis yang digunakan adalah why analysis, fishbone dan lain
sebagainya.
1) Penanganan Product Recall
Recall merupakan produk yang ditarik setelah
didistribusikan ke distributor maupun customer. Recall dapat
berasal dari perintah regulatory agency maupun dari site80/
industri sendiri. Recall harus didokumentasikan dan
diinvestigasi untuk menemukan root cause serta menetapkan
CAPA. Bila dalam dua tahun tidak ada recall maka dapat
dilakukan mock recall (simulasi recall) untuk mengevaluasi
system recall yang ada.
Recall terbagi menjadi 3 class, yaitu :
 Recall class 1 penarikan sampai konsumen
 Recall class 2 penarikan sampai retailer
 Recall class 3 peenarikan sampai distributor
2) Pengendalian Perubahan
Semua perubahan baik temporary maupun permanen
harus dikendalikan dan didokumentasi. PT Prima Medika
Laboratories menggunakan sistem Change control untuk
50

mengendalikan perubahan. Semua perubahan harus dievaluasi


oleh regulatory team.
d. Internal Audit
Bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan dan kesesuaian
antara peraturan dengan aktualisai pelaksanaan quality sistem.
Laporan audit dan audit response didokumentasi dan
diinvestigasi untuk menemukan root cause serta menetapkan
CAPA. Lead auditor harus terkualifikasi/tersertifikasi sebagai
auditor. Auditor tidak boleh mengaudit area yang menjadi
responsibilitasnya agar hasil audit dapat objektif. Auditor
merupakan orang / tim yang mengaudit, sedangkan auditee
merupakan orang / tim yang sedang diaudit.
e. Audit Vendor
Berlaku untuk material dan vendor local baru, vendor
import baru, maupun yang mengalami perubahan,. Vendor dalam
hal ini manufacturing site maupun distributor. Proses pemilihan
dimulai dengan mengkualifikasi vendor yang sesuai dan
perjanjian kontrak dilakukan oleh Business Development (BD)
81
dan QA. Setelah vendor mengisi form maka Business
Development dan QA melakukan perhitungan nilai (Score)
vendor. Setelah itu vendor di minta untuk mengisi for sebagai
database jika vendor mendapat score ≥ 6 dan form database
telah dilengkapi maka vendor dapat di masukan kedalam master
supplier oleh purchasing manager
f. In Proses Control
Untuk memastikan keseragaman batch dan keutuhan
obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses
dari tiap batch produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen mutu
(Pemastian mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut
50

dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari


proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
karakteristik produk dalam proses.
Selama proses dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
lebih awal jika terjadi penyimpangan selama proses berlangsung,
untuk menjamin ketika ada penyimpangan bisa diidentifikasi
waktu dan kegiatan IPC tertulis di IKS, dan memastikan produk
masih sesuai dengan spesifikasinya.
3.4.8. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu (Quality control) merupakan departemen
yang bertanggung jawab dan bertugas memeriksa kualitas produk
selama proses produksi (In Process Control) meliputi pemeriksaan
raw material dan produk jadi. Pemeriksaan yang dilakukan oleh
laboratorium ini meliputi pengujian raw material, produk ruahan,
pengujian produk jadi dan uji stabilitas.
Pengawasan mutu di PT. Prima Medika Laboratories
dilakukan oleh QC yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
selama produksi agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
82
persyaratan mutu yang ditetapkan. Sesuai dengan tanggung jawabnya
QC melakukan pengujian yang meliputi semua fungsi analisis
termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan
baku, produk antara, produk ruahan, kemasan, obat jadi, program uji
stabilitas, dokumentasi dari suatu batch, penyimpanan contoh
pertinggal, penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku
bagi setiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya.
QC berhak menolak penggunaan bahan baku jika tidak
potensial dan tidak memenuhi sertifikat analisa bahan baku. Bahan
baku sebelum masuk gudang diperiksa terlebih dahulu oleh QC, jika
memenuhi syarat bahan baku diberi label berwarna hijau (lulus) dan
jika tidak memenuhi syarat diberi label warna merah (tidak lulus) dan
dikembalikan ke supplier.
50

Standar yang digunakan untuk pemeriksaan adalah


Farmakope Indonesia Edisi III, IV dan V serta standar PT. Prima
Medika Laboratories. Jika ada obat yang dikembalikan karena klaim
dari pemakai mengenai kualitas dan keefektifannya maka QC akan
melakukan analisis secara fisika, kimia maupun mikrobiologi dan
hasil analisis dicocokkan dengan sampel pertinggal. Ruang QC
letaknya terpisah dari ruang produksi, dengan tujuan agar
laboratorium bebas dari pencemaran yang bisa mempengaruhi hasil
pengujian.
QC PT. Prima Medika Laboratories dibagi menjadi tiga sub
Departemen, yaitu:
1. Departemen Fisika Kimia
Melakukan pemeriksaan zat didasarkan atas reaksi-reaksi fisika
kimia yang terjadi terhadap zat tersebut dengan menggunakan
reagen-reagen tertentu. Pengujian ini bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Selain itu juga pengujian terhadap proses produksi,
bahan obat, obat setengah jadi, sediaan jadi dan bahan pengemas
83
sediaan.
2. Departemen Mikrobiologi
Melakukan kegiatan yang dilaksanakan laboratorium untuk
mendapatkan pemeriksaan yang bermutu dan didapatkan hasil
yang konsisten sehingga produk yang dihasilkan berefikasi tinggi
dan aman untuk digunakan dan sesuai dengan pemakaiannya.
3. Pengujian Bahan Baku dan Bahan Kemas
Melakukan pengujian sterilitas bahan baku dan pengujian
kesesuaian kemasan yang masuk ke gudang sebelum dapat
digunakan untuk produksi.
Masing-masing Departemen tersebut terpisah satu dengan
yang lainnya dan memiliki penanggung jawab dengan fungsi dan
tugas tersendiri Pengawasan mutu PT. Prima Medika Laboratories
mencakup semua kegiatan analitis di laboratorium, antara lain:
a. Pengambilan sampel.
50

b. Pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk


ruahan, dan produk jadi.
c. Pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi.
d. Penanganan sampel pertinggal.
e. Menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk
serta metode pengujiannya.
3.4.9. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Jadwal tahunan pelaksanaan inspeksi diri disusun oleh bagian
QA PT. Prima Medika Laboratories setiap awal tahunnya. Inspeksi
diri dilakukan minimal 1 kali setiap tahun yang bertujuan untuk
mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
industri farmasi memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Penatalaksanaan inspeksi diri PT Prima Medika
Laboratories mencakup semua area yang terdapat dalam ruang
lingkup Instruksi Kerja Sistem (IKS) inspeksi diri.
Daftar pemeriksaan (checklist) dibuat sebagai panduan atau
garis besar dari suatu inspeksi dan dapat dikembangkan sesuai
84
dengan kondisi area yang diperiksa. Selain itu, pemeriksaan dapat
berkembang sesuai dengan kondisi dengan menganut prinsip-prinsip
dasar dari CPOB.
Pelaksanaan audit sesuai dengan jadwal yang telah disusun,
audit mendadak (apabila diperlukan) dapat dilakukan tanpa
pemberitahuan dengan tujuan untuk memastikan konsistensi
pelaksanaan CPOB.
Intruksi tertulis inspeksi diri menyajikan standar persyaratan
minimal dan seragam yang berisi pertanyaan mengenai ketentuan
CPOB, mencakup antara lain:
1. Personalia
2. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil
3. Perawatan bangunan dan peralatan
4. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi
5. Peralatan
6. Pengolahan dan pengawasan selama proses
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
9. Sanitasi dan hygiene
50

10. Program validasi dan revalidasi


Dalam pelaksanaannya dibentuk suatu tim yang ditunjuk oleh
pimpinan perusahaan PT. Prima Medika Laboratories yang sekurang-
kurangnya terdiri dari tiga personil kunci mewakili masing-masing
department yang terdiri dari Quality Assurance, Quality Control dan
Produksi yang ahli dibidangnya dan memahami CPOB. Inspeksi diri
dapat dilakukan bagian demi bagian dan dilakukan menyeluruh tiap
tahun sekali. Hasilnya disusun dalam suatu laporan yang mencakup
hasil inspeksi diri, penilaian dan kesimpulan, usul tindakan
perbaikan. Berdasarkan laporan inspeksi diri tersebut, pimpinan
perusahaan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. 85

3.4.10. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali


Produk dan Produk Kembalian
Produk dan Produk Kembalian Penarikan kembali obat jadi
dilakukan apabila ditemukan adanya keluhan dan laporan mengenai
produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar
adanya efek samping yang merugikan kesehatan atau masalah medis
lainnya.
1. Agar keluhan yang diterima dapat ditangani dengan cepat dan
tepat.
2. Sebagai dasar untuk perbaikan proses produksi atau perbaikan
formulasi.
3. Mencegah agar keluhan yang sama tidak teulang lagi di waktu
yang akan datang.
Jenis keluhan dan laporan yang terjadi di PT. Prima Medika
Laboratories mencakup 2 kategori:
1. Teknisi
Yaitu keluhan yang berkaitan dengan kualitas produk, seperti:
a. Kondisi Fisik
50

b. Kimiawi
c. Mikrobiawi
d. Penampilan Produk
2. Farmakologis dan Efek Samping
Yaitu keluhan yang berkaitan dengan reaksi produk yang
merugikan, seperti:
a. Reaksi Alergi
b. Reaksi Tidak Manjur
c. Reaksi Yang Membahayakan Kesehatan
Penanganan dilakukan dengan membuat catatan tertulis
86
mengenai semua keluhan dan ditangani oleh orang yang
bersangkutan kemudian dilakukan investigasi dan evaluasi dengan
meninjau seluruh informasi yang masuk, melakukan pengujian
terhadap bets produk tersebut dan bets lainnya serta meneliti kembali
data dan dokumentasi yang berkaitan. Tindak lanjut yang diambil
atas dasar hasil evaluasi dan penelitian tersebut berupa tindakan
perbaikan yang diperlukan, penarikan kembali bets obat jadi tersebut.
Hasil pelaksanaan penanganan keluhan, laporan, penelitian dan
tindak lanjut yang diambil dicatat dan dilapokan kepada pejabat
pemerintah yang berwenang. PT. Prima Medika Laboratories juga
menerima obat kembalian yang mengalami kerusakan, masalah
keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau
kemasan. Obat kembalian akan diperiksa untuk mengetahui faktor
penyebabnya. Obat kembalian dapat digolongkan menjadi:
1. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan dapat
digunakan
2. Obat kembalian yang masih dapat diolah kembali
3. Obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali.
Untuk obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali
hendaknya dimusnahkan. Pelaksanaan terhadap obat kembalian
dicatat, dilaporkan dan dibuat berita acara pemusnahan yang
ditandatangani oleh pelaksana pemusnahan dan saksi.
PT. Prima Medika Laboratories terdapat sampel pertinggal
yang dapat digunakan untuk pengujian produk kembalian dan
50

pengujuan stabilitas produk dengan jumlah sampel pertinggal yang


telah di tentukan yaitu retund sample sebanyak 30 sampel, stabilita
on going ED +1 tahun sebanyak 15 sampel, long term sebanyak 15
sampel pengujiannya setiap 3, 6, 9, 12, 24, 36 bulan.
3.4.11. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat di PT. Prima Medika
Laboratories merupakan bagian dari sistem informasi manjemen yang
meliputi metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan,
87
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan
obat. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap
petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang
tugas yang harus dilaksanakannya sehingga memperkecil risiko
terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Sistem dokumentasi PT
Prima Medica Laboratories menggunakan 4 tingkatan dokumen yaitu
Quality Manual (QM), Quality Prosedure (QP), Instruksi Kerja
Sistem (IKS) dan Instruksi Kerja Mesin (IKM), dan support
document. Setiap dokumen hendaklah menggambarkan riwayat
lengkap dari setiap bagian sesuai dengan standar yang telah di
tetapkan dalam suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan
serta penelusuran terhadap bets atau lot produk yang
bersangkutan. Sistem dokumentasi digunakan pula dalam
pemantauan dan pengendalian, misal control copy dan uncontrol
copy.
Sistem dokumentasi di PT. Prima Medika Laboratories telah
dilaksanakan dengan adanya log book atau log sheet masing-masing
bagian yang memuat dokumentasi dari seluruh proses produksi.
Dokumentasi dari masing-masing Departemen berbeda yang meliputi
dokumentasi produksi, dokumentasi QC, dan dokumentasi QA.
3.4.12. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
50

Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak PT Prima


Medika Laboratories tercantum dalam sebuah kontrak yang dibuat
sebagai acuan dalam penerimaan dan pembuatan kontrak kerjasama
dengan pihak lain dalam hal pembuatan obat / produksi maupun
analisa untuk menghindari kesalah pahaman sehingga produk jadi
atau teknis produksi maupun analisa sesuai kesepakatan bersama.
PT. Prima Medika Laboratories melakukan Pembuatan dan
Analisis Berdasarkan Kontrak untuk produknya, yang terdiri dari:
88
sediaan solid (dry syrup, tablet, kapsul) , sediaan steril (infus dan
injeksi), sediaan semi solid (krim), sediaan liquid (syrup), kosmetik.
Produk tersebut dikembangkan oleh Product Development (PD),
analytical Development dan Packing Development yang berpusat di
Head Office PT. Pharos.
PT Prima Medika Laboratories memberikan tanggung jawab ke
beberapa divisi dalam hal Pembuatan dan Analisis Berdasarkan
Kontrak, yang terdiri dari:
1. Product Development dan QA
a. Mengumpulkan literatur ilmiah untuk data perubahan
formula yang dikehendaki.
b. Merencanakan trial produk mengenai formula skala trial,
persiapan alat dan mesin.
2. Registrasi
Melakukan proses registrasi ke BPOM.
Tabel 5. Produk PT Prima Medika Laboratories
No. Nama Produk Jenis Sediaan Keterangan
1. Narfoz Injeksi Toll In
2. Tramal Injeksi Toll In
3. Gramed Injeksi Toll In
4. Arespin Injeksi Toll In
5. Cardiotone Injeksi Toll In
6. Zemyc Injeksi Produksi sendiri
7. Blistra Injeksi Produksi sendiri
8. Isorbid Injeksi Toll In
9. Polysilane Tablet Kunyah Toll In
50

10. Stop-x Semisolid Produksi Sendiri


11. Albusmin Obat Tradisional Toll out 89

3.4.13. Kualifikasi dan Validasi


a. Kualifikasi
Kualifikasi adalah bagian dari kegiatan validasi. validasi
untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang.
Kualifikasi ini merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan
validasi di industri farmasi. Seluruh kegiatan validasi di industri
farmasi diawali dengan pelaksanaan program kualifikasi.
Kualifikasi bertujuan untuk menjamin mesin, peralatan, fasilitas
suatu ruangan memenuhi spesifikasi dan kinerja operasional
yang diinginkan terutama dalam menghasilkan mutu yang baik.
(4)
Kegiatan kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Prima Medika
Laboratories dilakukan oleh departemen Quality Assurance
(QA) meliputi:
1. Kualifikasi Desain ( KD ) / Design Qualification ( DQ )
Kualifikasi desain adalah pemastian yang dilakukan
untuk memverifikasi bahwa desain dari fasilitas, sistem
atau peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
2. Kualifikasi Instalasi (KI) / Instalation Qualification (IQ)
Kualifikasi instalasi adalah penetapan komponen-
komponen kritis telah di instal dengan benar dan seluruh
spesifikasi telah sesuai dengan kualifikasi design.
3. Kualifikasi Operasional / Operational Qualification (OQ)
Kualifikasi Oprasional adalah untuk menyediakan bukti
yang terdokumentasi bahwa mesin / peralatan dan fasilitas
atau sistem beserta seluruh komponennya dapat beroprasi
sesuai dengan spesifikasi oprasionalnya.
50

4. Kualifikasi Kinerja ( KK ) / Performance Qualification


(PQ) 90
Kualifikasi kinerja adalah untuk menyediakan bukti
yang terdokumentasi bahwa mesin / peralatan dan
fasilitas / sistem beserta seluruh komponennya mempunyai
kinerja atau performance yang konsisten sesuai dengan
spesifikasi pada penggunaan rutin.
b. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam
produksi dan pengawasan mencapai hasil yang diinginkan secara
konsisten. Validasi telah dilakukan secara berkala. Validasi
PT. Prima Medika Laboratories dilakukan oleh departemen
Quality Assurance (QA) dan cara validasi yang dilakukan sudah
sesuai dengan pedoman pelaksanaan validasi menurut CPOB.
1. Validasi Metode Analisis
Validasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa semua
metode analisis yang digunakan dalam pengujian maupun
pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten dan kontinyu. Validasi metode
analisi dinilai dari beberapa parameter, yaitu :
‐ Spesifikasi/selektifitas (selectivity), yaitu kemampuan
suatu metode analisis untuk membedakan senyawa yang
diuji dengan derivate / metabolitnya.
‐ Linearitas (linearity), kemampuan suatu metode analisis
untuk menunjukan hubungan secara langsung atau
proporsional antara respon detektor dengan perubahan
konsentrasi analit.
‐ Akurasi (accuracy), yaitu kemampuan suatu metode
analisa untuk memperoleh nilai yang sebenarnya
50

(ketepatan pengukuran). Akurasi dinyatakan sebagai


persentasi (%) perolehan kembali (recovery).
‐ Presisi/ketelitian (precision), yaitu kemampuan suatu
91
metode analisis untuk menunjukan kedekatan dari suatu
seri pengukuran yang di peroleh dari sampel yang
homogen.
‐ Limit of Detection (LOD), yaitu jumlah analit terkecil dari
suatu sampel yang dapat dideteksi.
‐ Limit of quantification (LOQ), yaitu jumlah analit terkecil
dari suatu sampel yang dapat diukur dengan akurat dan
teliti.Ketegaran (robustness), merupakan kapasitas suatu
metode analisis untuk tidak terpengaruh oleh variasi kecil
dalam parameter metode.
Validasi metode analisis dilakukan oleh Head Office
(PT Pharos).
2. Validasi Proses Produksi
Validasi Proses Produksi bertujuan untuk memberikan
pembuktian yang terdokumentasi bahwa prosedur produksi
maupun pengemasan yang berlaku dan digunakan dalam
proses produksi (batch processing record) dan pengemasan,
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten.
Validasi proses produksi ada tiga macam, yaitu :
a. Prespective validation, validasi yang dilakukan pada
produkproduk baru pada tiga batch pertama secara
berurutan, dimanaketiga batch tersebut diproduksi untuk
dijual, bukan termasuk trial batch.
b. Concurrent validation, validasi yang dilakukan terhadap
produk yang sudah berjalan namun selama dalam proses
terjadi perubahan parameter kritis, seperti peralatan
yang digunakan, prosedur pembuatan, spesifikasi bahan
50

baku, cara pengujian, dan lain hal yang dapat


mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk.
c. Retrospektif validation, validasi yang dilakukan untuk
produk-produk yang sudah lama beredar dan belum
92
divalidasi. Data retrospektif dilakukan dengan cara
penelusuran batch record produk, minimal dari 10-30
batch record.
Proses produksi dapat dinyatakan memenuhi
persyaratan jika secara statistik menunjukkan
konsistensi hasil pada setiap batchnya dan seluruh
parameter uji memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan pada spesifikasi produk yang bersangkutan.
3. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan bertujuan untuk memberikan bukti
tertulis dan terdokumentasikan bahwa:
a. Cara pembersihan yang digunakan tepat dan dapat
dilakukan berulang-ulang (reliable dan reproducible).
b. Peralatan/mesin yang dicuci tidak terpengaruh oleh efek
negatif pencucian.
c. Operator/pelaksana yang melakukan pencucian
kompeten, mengikuti prosedur pembersihan yang telah
ditentukan.
d. Cara pencucian menghasilkan tingkat kebersihan yang
telah ditetapkan, misalnya sisa residu, kadar
kontaminan dan lain-lain.
Prosedur pembersihan harus divalidasi karena peralatan
digunakan untuk berbagai macam produk, meningkatnya kontak
permukaan antara bahan dengan alat / mesin dan tuntutan current
good Manufacturing practice (CGMP). Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam validasi ini antara lain desain peralatan,
metode pengambilan sampel, jumlah titik sampling, lokasi
50

sampling, kontaminasi sampling dan sebagainya. Metode validasi


yang dilakukan pada validasi pembersihan, dengan cara :
a. Metode apus / Swab test
b. Metode pembilasan akhir (rinse sampling methode) 93
c. Metode pembilasan akhir umumnya dilakukan untuk alat
yang sulit dijangkau dengan cara apus. Pelarut (bilasan akhir)
yang digunakan adalah pelarut organik atau hanya purifed
water, yang kemudian ditampung dan dianalisis. Kelebihan
metode ini adalah jika dilakukan dengan benar hasil
pemeriksaannya, maka akan mencerminkan kondisi seluruh
permukaan alat. Kekurangan metode ini adalah ada
kemungkinan tidak seluruh sisa bahan (residu) larut dalam
pelarut sehingga residu tidak bisa terdeteksi.
d. Metode dengan menggunakan plasebo
Metode ini dilakukan dengan cara pengolahan produk yang
bersangkutan tanpa bahan aktif dengan perlatan yang sudah
dibersihkan kemudian dianalisis. Namun, biasanya metode ini
tidak disarankan karena tidak reproducible.
4. Validasi Ulang
Validasi ulang dilakukan untuk mengecek apakah ada perubahan
yang signifikan dalam stastus validasi sebelumnya dan memastikan
apakah fasilitas, sistem, peralatan, dan proses termasuk proses
pembersihan masih memenuhi syarat. Validasi ulang biasanya
dilakukan setahun sekali.
3.4.14. Pembuatan Produk Steril
Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus
dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat
dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan, pelatihan dan
sikap personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan
pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat
metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama
50

dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi


tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin
sterilitas atau aspek mutu lain. Di PT. Prima Medika Laboratories
aspek tersebut mencakup pengembangan, proses pembuatan,
distribusi, inspeksi dan pendaftaran / pengkajian proses yang
94
mencakup sejak pembuatan sampai penggunaan bahan aktif obat,
produk jadi, produk biologi dan produk bioteknologi (termasuk
penggunaan bahan baku aktif, pelarut, bahan pengisi, bahan
pengemas dan label produk jadi, produk biologi dan produk
bioteknologi).
3.4.15. Manajemen Risiko Mutu
Manajemen resiko merupakan proses untuk menilai,
mengontrol mengkomunikasikan dan memeriksa risiko dari kualitas
suatu produk farmasi. Manajemen resiko mutu di PT Prima Medika
Laboratories dimulai dengan pembentukan suatu team untuk
pengkajian resiko, dimana team tersebut memeiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dibagiannya masing-masing. Perhitungan
terhadap resiko dapat dilakukan dengan mencari nilai RPN (Risk
Priority Number) berdasarkan tingkalitas tingkat keparahan (Severity
– S), Probabilitas (Probability – P) dan kemampuan deteksi
(Detectability – D), dengan rumus RPN = S X P X D, Untuk
memastikan bahwa :
a) Evaluasi risiko terhadap kualitas didasarkan pada pengetahuan
ilmiah, pengalaman dengan proses dan akhirnya berhubungan
dengan perlindungan terhadap pasien.
b) Tingkat upaya formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen
risiko sepadan dengan tingkatan risiko.

Anda mungkin juga menyukai