Anda di halaman 1dari 165

I.

KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI LALU LINTAS


DAN ANGKUTAN JALAN

K eberhaSilan pelaksanaan pembangunan yang


dimulai pada Pelita I tahun 1969 hingga sekarang
secara nyata telah berhasil mengangkat martabat bangsa
Pertumbuhan pcnduduk rata-rata tahunan di wilayah
pcrkotaan antara tahun 1980-2000 diperkirakan dapat
mencapai 30/0-5%, dimana angka tersebut jauh lebih
Indonesia dari lingkaran kemiskinan dan keterbe- tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
lakangan kepada tingkat hidup yang lebih baik secara penduduk rata-rata nasional per taboo yang hanya
material dan spiritual. 1,98%. Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk
yang disertai pula dengan peningkatan perekonomian,
Keberhasilan terscbut dapat dilihat dari semakin maka tingkat mobilitas baik orang maupun barang akan
meningkatnya pertumbuhan di scgala bidang, yang meningkat pula. Kedaan ini hams diimbangi dengan
temyata menuntut pula adanya peningkatan kebutuhan persediaan sarana dan prasarana transportasi yang
transportasi yang selaras, serasi dan seimbang dengan memadai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan pembangunan berikut hasil-hasilnya. pertumbuhan penduduk akan mempunyai dampak
langsung terhadap kebutuhan sarana dan prasarana
Pembangunan di segala bidang akan terus dilaksanakan,
transportasi.
bahkan ditingkatkan dan diperluas. Dengan demikian
maka peningkatan kebutuhan transportasi akan semakin Ditinjau dart besamya jumlah penduduk kota-kota di
tinggi pula. Indonesia, maka terdapat 14 (empat betas) kota besar
yang memiliki jumlah penduduk lebih ~ 500.~
Untuk dapat memenuhi setiap peningkatan kebutuhan orang sebagaimana terlihat pada larnpiran 1. Dan
transportasi tersebut dengan baik, diperlukan keem~t belas kota besar tersebut yang memiliki
keseimbangan antara penyediaan jasa transportasi penduduk lebih dari 1 (satu) juta orang penduduk
dcngan permintaan. Namun demikian rnenjaga sebanyak 8 (delapan) kota, yaitu ; Jakarta, Bandung,
keseimbangan antara keduanya tidaklah mudah; bahkan Surabaya, Medan, Semarang, Palembang, Ujung
diberbagai kota besar di Indonesia hal ini telah Pandang dan Bogor.
menimbulkan banyak masalah yang pemecahannya
memerlukan penanganan secara konseptual dan Dari sekian banyak kota besar tersebut, ternyata
terpadu.
transportasi rnelalui jalan merupakan moda transportasi
yang paling dominan dibandingkan dengan moda
Kebijaksanaan dan strategi transportasi jalan di transportasi Iainnya, Oleh karena itu, masalah yang
Indonesia yang disampaikan dalam buku dengan judul dihadapi oleh hampir semna kota besar di Indonesia
u Menu)u Lalu Limas dun Angkutan Julun yang adalah kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu
Tertib" ini menguraikan rumusan yang optimum bagi lintas, serta pencemaran udara. Penanganan masalah
pengembangan sistim transportasi kota di Indonesia, transportasi perkotaan yang kurang hati-hati dan kurang
dengan titik berat pembahasan masalah kebijaksanaan terpadu, tidak akan dapat memecahkan masalah tersebut
dan strategi nasional dalam pengembangan Ialu lintas secara tepat dan baik, Hal ini justru cenderung
dan angkutan kota di Indonesia. menimbulkan permasalahan bam yang dapat
menambah komplek serta rumitnya pennasalahan
Tingkat Pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan di transportasi yang telah ada.
Indonesia berjalan dengan cukup pesat.
Sejalan dengan itu, maka manusia sebagai salah satu
unsur dalam kegiatan transportasi merupakan indikator
terhadap terciptanya sistem transportasi yang aman,

1
Ii II
i1
I II it ~
.
. [
j:.. Ii
I!
II
II" lj'
sclamat, tertib, lancar, nyaman dan dengan biaya yang 4. Penggnnaan kend.araan PTibfd.i secara kurang II II'
II-
efisien. Pada sebagian besar lint san-lintasan dipusat I
terjangkau
kola Jakarta pacta jam sibuk t rlihat bahwa hanya I! .I[
Unmk Itu, pembicaraan dari sudut pandang manusia sekitar 4 % dari kendaraan p,ribadi yang dimuati Ii
ffII
I!' ,.
dalam kcgiatan transportasi (khusllsnya lalu lintas dan .
angkutan jalan) perlu 'mempcrhatikan ruanusia
dcngan lebih dari 4 orang penUl~lpang, sementara itu
sckitar 82 % dan kendaraan pribadi yang dimuati
Ii
IiI~.
Ii· ;
penyebab utama terjadinya kecelakaan lain lintas jalan
yakni sebesar 89,56 % (pengemudi 82,39% dan
dengan 1 - 2 orang saja. I
5. Kwalitas <L1.njumtah kendaraan angkutan umum
: . . Ii
I'.1
I:
l "!i'
pemakai jalan 1,17%), dan perlu disampalkan bahwa ii
yang belum memadai. SaranaJ prasarana, jaringan If II·
hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan
pelanggaran aturan lalu lintas. pelayanan, terminal dan sistem pengendalian
pelayanan angkutan umum belum bcrhasil ditata "~IiIi fit -
.II
; ! II
secara konscpsionai, Sistem !pelayanan angkutail II' ~
MASALAH-MASALAH TRANSPORTASI ; !: I'
umum yang ada belum mampu menarik minat , I'
DI DAERAH PERKOTAAN. pemakai kendaraan pribar. untuk beralih :d 11
II
Salah satu matriks kota sebagai ciri kola modem ialah keangkutan umum. I• i: Iiii 'Ii
u
tersedianya sarana transportasi yang mcmadai bagi .
; 1·
,
'!l -
6. Kurangnya pcmnan kercta ari schag.fIi angkutan.. I': I!
warga kota. Fungsi, peran serta masalah yang ,I

kota (massal), .
, Ii.
!

ditimbulkan oleh sarana transportasi ini semakin rowel J i!i :II!


sciring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan iii,
'1
Elemen problem Transponasi d~' Wilayah Perkotaan i j! Ii
penduduk. Meliputi : , Ii Ii
T'
Masalah lalu lintas dan angkutan semakin vital a, Performance (penampilau) ke idaraan umum : Ii .•

·1' .
Ii -
1

peranannya sejalan dengan kemajuan ekonomi dan . b. Tingkah laku pengemudi dan ~alan kaki , Ii II'
mobilitas masyarakatnya, Hal-hal yang bersangkut paut
dengan transportasi menyinggung langsung kepada
c. Polajaringanjalan I : Ii
1 :
: :
'11:
ji,
Ii:

d. Manajcmen lalu Jilllas


kebutuhan pribadi pribadi warga kota dan berkaitan
c. Fasilitas parkir dan manajcrncn .. :iIi'
! I·
'II1-
lansung dcngan ekonomikota. f Perlintasan jaringan jalan dali reI Kercta Api .
! i .Jj:
: Ii
g. Angkutan umum jalan ., . 111 f 11
Masalah lalu lintas dan 8ngkutan dikota-kota besar pada
,I,II
h. Koordinasi antar moda . . ;1 lii1
dasamya disebabkan oleh : i. Koordinasi antar tataguna tal \ dan transportasi ' I f •
, I
{ I~ I!
j, Sumber dana untuk sarana dan prasarana : I! II -
1. Pertambahan pendudnk kota-kota besar yang sangat transportasi I .. : 11 l' .
i/'
pcsat yaitu berkisar anima 30/0-5% per-tahunnya, ! Ii '11 .
']1

Melihat pada scbab-sebab timblllJa masalah dalam laIn i i jl.


2. Perkcmbangan kota tidak diikuti dengan struktur Iinlns dan angkutan jatan di ~rkotaan, issue-issue i i : I' :11
II
tata gnna tanah yang serasi, hal ini disebabkan oJch penting yang perlu dipecahkan ~'Iara lainadalah : ,Iii 'iI :
tidak konsistermya terbadap Rencana Dmum Tata
Ruang yang telah ditetapkan.
!
: !
j': II
'If
n. Bagaimana membuat angkt tan nmum semakin : i

: Ii 11

3. Tidak seimbangnya pcrtambahan jaringan jalan


menarik, ~I(
i
1i:
scrta fasilitas talu lintas dan angkutan bila !
II
h. Kcterpaduan antiua pengem angan tata kola dan II
dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah
sistem transportasi kola,
kel1daraan. Pertambahan jumlah kendaraan berkisar I)
II
antara 8 • 12 % per·tabun, sedangkan pcrtambahan c. Sebcrapa jauh slibsidi pcmerintah pada:!: Ii
panjangjalan berkisar antam 2 • 5 % per-tahun. Jika Iii :"
pengcmbangan sistem angku~n kota, .. : Ii I '
pertllmbuhan ini tidak dikendalikan, dikhawalirkan j)
tcrjadi kcmacetan lotal pada tatum 2000 dihampir
semlul kota-kota besar Indonesia.
d. Bagaimana merangsang pera~l SCrta swasta dalmn ! Ii '11
penyadiaan jasa angkutall k01d, : IJ )1 '
~, l'
j;
Ii
l
Ii II
if:I! ·!i 11

II
:!J
II
2
Ii - Ii
l;f! '
I- II
r
!
u'
:).1
.1\ .
u
,1/
II Ii0;
I I:
"n·
KEBlJAKSANAAN LALU LINTAS DAN dilembagakan danditangani seeara khusus dalam
ANGKUTAN. rangka pengembangan wilayah dan meningkatkan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan mengatasi
kebutuhan angkutan di daerah perkotaan dibutuhkan 5. Di wilayah pekotaan dikembangkan transpotrasi
fasilitas jaringan angkutan yang sating mengbubungkan massal yang tertib, Iancar.aman dan nyaman dan
antara wilayah kola, pemukiman, daerah komersial dan efisien agar memberikan daya tank bagi pemakai
rekreasi. Sasaran umum kebijaksanaan pemerintah di jasa transportasi serta dapat dihindari kemacetan
dalam lalu lintas dan angkulan kota adalah untuk dan gangguan lalu lintas dan memberikan kwalitas
menciptakan suatu sistem transportasi di daerah lingkungan hidup dapat dipertahankan.
perkotaan schingga mobiJitas orang dan barang dapat
menuniang pertwnbuhan ekonomi dan dapat memenuhi 6. Pembangunan tnasportasi darat diamhkan pada
kebutuhan sosiaJ, perniagaan dan rekreasi masyarakal. pengembangan secara terpadu antara transportasi
Sesuai dengan yang telah digariskan dalam Garis-Garis jalan raya, kereta api, sungai, danau dan
Besar Haluan Ncgara Tahun 1993, pokok-pokok penyebrangan melalui pembangunan sarana,
kebijaksanaan pengembangan sislem angkutan adaJah : prasarana dengan meningkatkan tnanajcmen dan
pelayanan serta pcmbinaan pemakai jalan dan
1. Pembangunan uansportasi diarahkan pada kejelasan informasi agar dapat memaeu
terwuiudnya sistim transportasi nasional yang andaJ, pembangunan di semua sektor.
berkernampuan tinggi dan diselenggarakan secara
terpadu dalam rangka perwujudan Wawasan 7. Pembangunan jalan raya perlu ditumbuh
Nuasantara, kembangkan dan diserasikan dengan perkembangan
transponasi jalan raya antara beban dan kepadatan
2. Mcningkatkan kebijaksanaan yang berkaitan laIu Jintas kcndaraan dengan kemampuan daya
dengan peningkatan kemampuan Sumber Daya dukung jalan, jaringan jalan ill pusat pertumbuhan,
Manusia sehingga terwujud baik keandalan pusat produksi dan menghubungkan antara pusat
pelayanan maupun keterpaduan antar dan intra produksi dengan daerah pemasaran.
moda tranportasi yang disesuaikan dengan
perkembangan ekonomi, teknologi, tata ruang, 8. Dalam rangka meningkatkan pelayanan angkutan
lingkungan hidup kebijaksanaan energi nasionaJ dan dalam kota dan antar kota diusahakan
tuntutan masyarakat dan kebutuhan perdagangan pengembangan sistem angkutan kereta api (massal).
baik nasional maupun internasional dengan
mempemaukan keandatan maupun 1<elalkan sarana
transportasi. Arab Kebijaksanaan Pengembangan Sistem Angkutan
Kola:
3. Peran serta pihak swasta dan koperasi dalam
penyelenggaraan transportasi perlu didorong dan I. Menyusun perencanaan pengembangan sistem
digalakkan melalui penciptaan iklim yang angkutan kota yang terpadu, sejaJan dengan
menumbuhkan kompetisi yang sehat dan saling kebijaksanaan pengembangan spasial dan daya
menghidupi, sesuai dengan peramran perundang- dukung lingkungan Rencana tersebut hams dapat
undangan yang berlaku dan mengabdi pada menghasilkan kerangka pengembangan yang
kepentingan nasional. konsisten daJam penggunaan sumber daya dan
sumber dana yang terbatas.
4. Pcmbangunan transportasi dipedesaan, pulau
terpencil, daerah transmigrasi, daerah terbelakang 2. Menjabarkan pelaksanaan pengembangan sistem
dan daerah perbatasaan terutama dikawasan timur angkutan kota yang terpadu untuk dapat
Indonesia perlu terus dibangun, dikembangkan, memberikan peJayanan yang sesuai dengan

3
I
I
[I
i
kebutuhan. Pengembangan dilaksanakan melalui STRATEGI PENGEMBAJGAN LALU
efisiensi investasi sumbcr dana pcmcrintah dan IJNTAS DAN ANGKUTAf'
masyarakat/ swasta dalam membiayai pembangunan
prasarana dan sarana angkutan yang optimal dan 1. MANAJEMEN KAPASITA
,; Ii'!:
tcrpadu I
Strategi jangka pendck yang dapat dilakukan dalam
3. Mewujudkan sistem pentaripan yang dapat rangka pcngcmbangan lalu linl~S dan augkutan di
menjamin dan mendorong penggunaan scgenap dalarn kola ialah dengan pcngaturan kelancaran lalu
sarana dan prasarana angkutan kota scmaksimal dan lintas (traffic management), Mcnihgkatkan pengaturan i
sccfektif mungkin dengan mempertimbangkan f
kelancaran lalu lintas agar dap~t memaksimumkan
kepentingan dan kemampuan masyarakat dan penggunaan ruang jalan yang ada dan kapasitas
kelangsungan penyelenggara perhubungan, ruas-ruas jalan yang ada, : II ,
r
[
-- ,
I

4, Mengarahkan tahapan pcngembangannya dengan Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain :
meletakkan prioritas pada usaha peningkatan . [
kualitas pclayanan angkutan kota dcngan • • I
a. Pcningkatan kapasltas pcrsimpangan, .
mempcrhatikan kepcntingan pemakai jasa angkutan
umum dan keseimbangan pcngembangan yang Persimpangan mcrupakan ten{pat rawan tcrjadinya
tcrpadu antar sub-sub sektor prasarana dan samoa kemacetan, karcna di I~Simpangan tcrjadi
angkutan kota, pertemuan antara dua atau lebi lams lalu Iintas, Bil~
arus lalu lintas yang berpoton 'an tcl~h melampa~1
5, Meningkatkan kemampuan angkutan kota yang kapasitas pcrsimpang~n, kel~1cctan Udak. dapat dl-
lebih luas, tcrtib, aman, teratur, lancar dan efisicn hindari: Olch karcna itu peningkatan pcrsllllpang~
dengan biaya tcrjangkau oleh masyarakat dan dengan mclakukan peibaikan geomctrik
rnampu melayani setiap kebutuhan masyarakat di persimpangan maupun ~nenelapk.1n cara
witayah pcrkotaan, pcngendalian yang sesuai apat meningkalkan
kapasitas persimpangan.
6, Memperhatikan pengcmbangan industri otomotif
kereta api dan sarana angkutan lainnya di dalam b. Peningkatan k'p",aa, ru as J~I.n. .
negeri dalam usaha menycdiakan prasarana dan
sarana angkutan kota, Ada beberapa langkah yaAg dilakukan untuk ; Ii
meningkatkan kapasitas mas j1alan yaitu antara lain ; Ii.
7. Mengendalikan dampak Iingkungan sebagai akibat dengan melakukan pencrtibm] pcnggunaan daerah . i

dari transportasi kota, terutama dikawasan pusat manfaat jalan, penge'idalian kecepatan, ,.
kota yang selalu dipadati dengan arus kendaraan, pengendalian jenis kcndllraa9 yang menggunakan !

serta mengupayakan agar penccmaran udara, jalan, melebarkanjalan. I


kebislngan dan getaran dikawasan pemukiman
sekccit mungkin. c. Pcningkatan kapasitas jalall.1
[
8. Mcningkatkan Sumber Daya Manusia, dcngan : Bebcrapa langkah dapatt. dilakukan untuk
rueningkatkan kapasitas ja 'n.gall, antara lain
a, Peningkatan keselarnatan para pemakai jalan dengan: .
dan masyarakat pada umumnya;
1) Pembangunan jalan-jalan tcrobosan, bila
,!!..
b. Peningkatan mutu I kualitas dalam penyediaan deraiat aksesibilitas jarh~gan antara dna zone
~. I
jasa angkutan umum; yang bcrdekatan/ utama rendah, sedang arus
diantara kedua zone ~erscbut tinggi dapat
c. Peningkatan kualitas petugas dalam dipertimbangkan permbangllllan jalan
pelaksanaan tugas dan mcmberikan pclayanan terobosan yang menglu bungkan kcdua zone
tcrhadap masyarakat, tcrscbut,

I
4

I
!
I
i
I
2) Sistem jalan satu arah, diterapkan bila sistcm c. Menyusun strategi tahapan-tahapan pengembangan
jaringan jalan satu arah yang diusulkan dapat sistem angkutan umumlmassaI perkotaan dalam
mcngakibatkan pcningkatan mobilitas bentuk sub-sub sistem teknologi angkutan yang
kendaraan, menurunkan angka keeelakaan dapat ditingkatkan kapasitasnya sesuai pertumbuhan
serta terjadi penghematan waktu perjalanan pernuntaau jasa angkutan umumlmassal perkotaan,
secara menyeluruh pada sistem jaringan jalan
satu arah tersebut. d. Melakukan tinjau ulang dan penyempumaan
terhsdap peraniran-peraturan pendukung opera-
3) Kawasan lalu lintas terkendaii atau yang lebih sional dan perijinan bagi penyelenggaraan angkutan
dikenal dengan istilah Area Traffic Control umum/massal di wilayah perkotaan dan mendorong
(ATC). Dalam kawasan uu lalu lintas peran . serta masyarakatlswasta dalam pe-
dikendaJikan secara utuh dengan pengaturan gembangannya.
pergerakan lalu lintas serta optimasi
penggunaan jaringan jalan. Metoda Traffic
Management dengan ATCS uu akan Langkah-langkah pelaksanaan pengembangan sistem
dilaksanakan di Jakarta dan Surabaya yang angkutan kota terpadu mencakup keglatan-kegiatan
saat ini sudah dalam proses pelaksanaan sebagai berikut :
pcmasangan peralatan ATCS serta akan
dilaniutkan di kota-kota bcsar seperti Bandung, a. Melakukan evaluasi terhadap rencana
Medan, Semarang dan Ujung Pandang, pengembangan angkutan umum kota yang terpadu
dilihat dari keefcktifan biaya dan kebutuhan
perjalanan termasuk pengelolaannya.
2. MANAJEMEN ANGKUTAN UMUM
b. Mengidentifikasi koridor-koridor utama angkutan
Untuk jangka mcncngah/panjang strategi pe- umum/massal dan jalur-ja1ur pengumpan (feeder
gembangan lalu lintas dan angkutan kota diarahkan line) berdasarkan pola perjalanan pemakai jasa
pada pengembangan sistem angkutan umum/massal, angkutan dan arab pengembangan spatial yang
direncanakan.
a. Peningkatan pelayanan angkutan umum merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada c. Memperluas jaringan pelayanan angkutan umum
masyarakat serta meningkatkan efisiensi terdiri dari jenis pelayanan serta route pelayanan
penggunaan prasarana Sebagai contoh Lajur sejalan dengan penumbuhan wilayah perkotaan
Khusus Bus merupakan tindakan pemberian yang direncanakan,
prioritas kepada bus dengan membatasi lalu 1intas
Iainnya pada suatu t'>agiim tertentu dan' mas jafan d. Meru'ngkalkan kemudahan dan kenyamanan dalam
dengan lujuan agar lajur tersebut selalu tersedia perpindahan antar moda angkutan umum atau yang
untuk bus tanpa mendapat gangguan dari pemakai sejenis, dan meningkatkan sarana pejalan kaki.
jalan lainnya Penerapan lajur khusus bus ini telah
mulai diperkenalkan pada beberapa mas [alan di e. Melakukan rancang bangun yang terinci dan
wilayah DKI Jakarta sejak bulan Maret 1990 kemudian melaksanakan pola angkutan
b. Mempersiapkan penyusunan keterpaduan program umum/massal yang tcrpadu, dan menyusun
pelayanan angkutan umumlmassal, dengan usulan-usulan konsepsional dengan melaksanakan
melakukan evaluasi terhadap kapasitas dan suatu studi kelayakan untuk pengembangan suatu
frekwensi yang tersedia dan mengembangkan sistem sistem angkutan kota.
angkutan umum/massal yang terpadu dan efisien
dengan kemudahan pindah layanan. f. Melaksanakan suatu program aksi (action plan)
urnuk meningkatkan pengelolaan pelayanan bus

5

II·
I
yang mcncakup kegiatan opcrasional, pcrbaikan Uutuk Il1cn~hindari teijadinya ek4s~kSCS ncgatif dalam
tingkat pelayanan, manajemen dan pembiayaan scrta pcngoperasian maka pcnataanl jcmbatan timbang
pengembangan sistcm angkutan umum yang terpadu diarahkan rncucakup hal-hal SCbnlai bcrikut :
baik oleh BUMN maupun pcrusahaan millk swasta
dan kopcrasi serta perbaikan tingkat pclayanan. 1) Program pcmbangunan, rclokasi, tata cam
pcngoperasian scrta ijin pen opcrasian merupakan
kcwenangan Pcmcrintah Pusal'; .
3. PENGENDALIAN ANGKUTAN BARANG
2) Pcmbukaan scrta pcnUlupaJ jcmbatan timbang
a. PcngcndaIian Pergerakan Mohil Barang di hams mcrupakan usulan scbdgai hasil kesepakatan
Dalam Kota Pemcrintah Dacrah, Kfmwil Departcmen
Perhubungan, Muspida dan Instansi terkait dibidang
engendalian pergcrakan mobil barang di dalmn kota Ialu lintas dan angkutan jalan;
umumnya ditujukan untuk mengendalikan waktu 3) Peningkatan pcngendalaiau dan pcngawasan
penggunaan ruang jalan agar tidak bersama-sama terhadap pctugas
dcngan pcrjalanan masyarakat kota pacta pcriode I
waktu sibuk, ataupun pcngendalian lintasan yang 4) Secara bcrtahap mcngura1ngi kemungkinan
dapat digunakan olch mobil barang yang terutama
ditujukan untuk mclindungi jalan-jalan kolcktor
ataupun lingkungan dad kerusakan, ataupun scbagai
awak kcndaraan
penggantian
dengan
pcralatan
l
tcrjadinya kontak langsung! antara petugas dan
pcmbangunan
da 'i pcralatan
dan
yang
alat untuk mcngcndalikan pusat-pusat distribusi dioperasikan secara mekallif mcnjadi peralatau
seperti halnya di Mcdan. elcktronis (komputcrisasi).

Dalam pengendalian mobil barang hams


dipertimbangkan bebcrapa aspek seperti : 4. TARlP ANGKUTAN I .
1. Perubahan ongkos angkut baraug sebagai akibat a. Pcnctapan tarip j1l5<1 transportasi dimaksudkan untuk
diambilnya tidakan pengcudalian. mcndorong tcrciptanya .pcn~ul1aan prasara.1I3 dan
sarana transportasi sccara ,1l1aksilllal, efisien dan
2. Alternatip lintasan yang hams ditcmpuh mobil efcktif, dengan mempcrti1l1blngkall jaringan atau
barang mcnuju pusat pcrdagangan maupun trayck yang ncb elfinbentuk pc sar yang tcrlibat pacta
pusat-pusat distribusi. masing-masing rnoda transpor asi. .

j
b. Untuk jaringan atau trayck yang padat, prinsip •. I,

b. Alat Pengawasan dan Pcngamanan Jalan persaingan dilaksanakau letilpi dcngan mcnjaga
berlakunya persaingan ynng fhat dan wajar, scrta
Alat pengawasan dan pengamanau jalan yang bcrfungsi tetap mcniamin kcsclamata 1 dan kenymnanan
untuk mcngawasi penggunaan jalan agar dapat dicegah transportasi.
kerusakan jalan yang diakibatkan olch pcngopcrasian
kendaraan di jalan yang mc!cbihi ketentuan berat c. Penetapan tarip jasa trallspo~si olch pemerintah
muatan maupun muatan sumbu terberat (MST) yang dimaksudkan untuk mcnjamin kclangsungan
diijinkan. penyelcnggaraan transportasi dengan multi jasa yang
scsuai dengan standar kcsclar,latan di satu pihak,
Fungsi jembatan timbang scbagi alat pengawasan dan dengan mcmpcrtimbangkan ~1ya bell masyarakat
pengamanan jalan sampai sant ini tetap akan ~rla pengaruhnya terhadap llnrga produksi di lain
dipcrtahankan mcngingat dampak dari kerusakan jaian plhal<.
dan jcmbatan untuk kclancaran pcnyelcnggamn 1
transportasi daral dan Hankam akan sangat memgikan d. Penelapan tarip olch pcmerilltah tidak mcmbatasi
sccam Nasiona\. berlakunya tnrip borongan I (charIer), pclayanan
lCm&1n(through service) dan lrin scbagainya. I
·• II
,
I ·I
I
I

6
e. Tarip jasa transportasi non-komersial seperti JenderaJ Perhubungan Darat yaitu clidasarkan pada
angkutan kota dan perimis, ditetapkan atas kepentingan Transportasi dan manajemen lalu
kemampuan membayar dari pemakai jasa lintas.
transportasi.
Salah satu hal yang menarik untuk disoroti lebih tajam
·5. PENGELOLAAN TERMINAL dari keberadaan terminal di dalam kota adalah
teljadinya kernacetan dan. kesemrawutan laIu lintas
a. Terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan disekitar terminal tersebut. Banyak hal yang dapat
transportasi jalan yang berfungsi pokok sebagai disaksikan dibalik kemacetan dan kesemrawutan terse-
pelayanan umum yaitu tempat untuk naik turon but, antara lain : adanya keeenderungan pergeseran
penumpang dan atau bongkar muat barang, untuk fungsi terminal dati fungsi transportasi menjadi fungsi
pengendalian laJu lintas dan angkutan kendaraan sumber pendapatan. Pergeseran fungsi terminal ini
umum, serta sebagai tempat perpindahan intra dan berdampak sangat luas dan mendasar, karena dapat
antar moda transportasi. merubah pola poor dan dasar pertimbangan penetapan
b. Sesuai dengan fungsi tersebut maka kebijaksanaan dari orientasi pelayanan transportasi
penyelenggaraan terminal berperan menunjang menjadi orientasi pendapatan.
tersedianya jasa transportasi yang sesuai dengan
tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan Dilihat dari karakteristik kebutuhan jasa transportasi
angkutan yang selamat, aman, cepat, tepat, teratur dan terminal di wilayah perkotaan yang lebih
dan dengan biaya yang tcrjangkau masyarakat. menghargai waktu, kiranya perlu dikaji lebih jauh
tentang perlu atau. tidaknya fasilitas terminal di datam
c. Kebijaksanaan pengembangan terminal di- kota. Bila ditinjau dari aspek pelayanan transportasi,
landaskan pada terwujudnya sistem transportasi yang perlu dipertimbangkan secara lebih mendalam
nasional secara terpadu, mengutamakan aspek adalah bagaimana mengatur trayek-trayek pelayanan
pelayanan masyarnkat serta dengan memberikan transportasi kota tersebut agar saling bersinggungan
kesempatan pada pihak swasta untuk ikut berperan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu jaringan
serta pelayanan transportasi perkotaan yang terpadu dan
cfisien. Pemikiran ini perlu dikaji dan dikembangkan
d. Untuk lebih meningkatkan efisiensi nasional dalam lebih jauh, karena sebenamya pelayanan jasa
penyelenggaran terminal, telah diatur dalam transportasi perkotaan dikatakan baik jika merupakan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1990 bahwa ban berjalan dan memiliki interval waktu pelayanan
kewenangan penyelenggaraan terminal sesuai yang rclatil'singkat dan temp.
fungsinya berada pada Pemerintah Daerah, serta
dipersyaratkan keterpaduan program pembangunan Sedangkan tempat untuk menurunkan dan rnenaikkan
terminal dengan pembangunan jalan dan penumpang, cukup memanfaatkan shelter yang sudah
perlengkapannya. banyak terpasang di sepanjangjalanlrute yang dilayani.

e. Sebagai pelaksanaan fungsi pembinaan dari Ada dua pendekatan yang digunakan daJam
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah pengembangan pelayanan angkutan dalam kaitannya
dikeluarkan Pedoman Teknis Pembangunan dengan terminal, yaitu :
Terminal Angkutan Jalan yang diharapkan dapat
membantu memecahkan masalah teknis a. Sistem angkutan bertingkat, yaitu sistem angkutan
pembangunan terminal serta telah ditentukan pu1a yang menggunakan prinsip Utama, Cabang dan
agar desain terminal mendapat pengcsahan terlebih Ranting dimana pada setiap tingkat harus dilakukan
dahulu dati Direktorat lenderal Perhubungan Darst; transfer, titik transfer merupakan terminal.
hal ini untuk menjaga agar pembangunan terminal
sesuai dengan arah kebijaksanaan Direktorat

7
b. Sistem minimal transfer, yaitu suatu sistem dimana j
2. Pembatasan penycdiaan llIang Parkir didaerah pusat
transfer dilakukan secara minimal, schingga akan kota baik parkir dipinggir ja an/on street maupnn
meningkatkan kemudahan bagi penumpang.
ataupun di bangunan parkir. l
parkir diluar jalan seperti di pclataran parkir

6. PEMDATASAN PEMAKAIAN KENDARAAN b. Kawasan Lalu Lintas Terhau S


PRIDADI
Kawasan Lalu Lintas TCrbatasl atau yang dikcual
Berdasarkan penelitian yang pemah dilakukan pada sebagai Area Licencing Schemd dimana kendaraan
bcbcrapa koridor utama tcmyata bahwa scbagian bcsar yang tidak cfisicn bcrmuatan pclnumpang dibawah 4 ,11
lalu lintas kendaraan dimuati oleh hanya I atau 2 orang orang bila memasuki kawasan te1rbatas ini diwaiibkan • II
saja. Dari data terscbut jclas .tcrlihat bahwa kalau untuk membayar suatu biaya pedgglUlrum ruang jalau :H
dilakukan pembatasan pcmakaian pribadi diperkirakan scperti yang diterapkan di Si~gapura,' pcnggunaan ,Ii
dapat mempcngaruhi mcngurangi arus lalu Iintas sistem ini telah dijajaki untuk ~'terapkail di J,aknrta. :!i
dengan demikian dapat meningkatkan kelancaran lalu Cara lain yang dapat diterap an adalah dcngan : I!j: ·li
lintas. mcnggunakan traffic scI scbagr imana direncanakan Ii II

Langkah yang ditempuh untuk membatasi lalu lintas di dalam Rencana UmuIH Tala nang kola Baudung
I!
if
ll:I' :
kota-kota besar adalah dengan : ataupun dengan menggunakau sti er tertentu atau yang : Ii 'III
belakangan ini banyak diungkap 0 ch media massa yaitu • Ii 11
:1
'

a. Kcbijaksanaan parklr, sistcm nomor kendaraan gcnap ga ljil.' ,i ]! -


~i
:li:
j! .
Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan c. Kcbljaksanaan FisJ<1l1 I ~i .
'11
(on-street parking) pada lokasi jalan terteutu baik di ~! :
badan jalan maupun dengan menggunakan sebagian Masih banyak pcluang yang ~isa digunakan olch -ll "
'I'
dati balm jalan, akan mcnyebabkan terhambatnya arus pc~ner~ntah untuk I~~ernbatnsi ~milikan. k~ndaraan I: -
lalu Iintas clan penggunaan prasarana jalan sesuai pribadi dcngan kcbijaksanaan fiskal, Prinsip yang
bcrlaku disini adalah mcngurangi/mcmbatasi pcmilikan '
'ii'
'I -
pcruntukkannya menjadi tidak efisicn. il -
kendaraan dengan meningkatkanl biaya pemilikan dan II
pcnggunaan kendaraan. Salah sal~ tindakanyang sudah 'I' .
Pada kondisi dimana pcncrapan larangan parkir eli jalan
semakin dibutuhkan maka sudah perlu dircncanakan diambil pcmerintah yaitu tidgginya, bea masuk
11:
l]
"
pcngaturan serta pengclolaau parklr di luar jalan
(off-street parking) berupa taman- taman parkir atau
kcndaraan di Indonesia padal saat ini. Scbagai
konsekucnsi pclaksauaan tindakan ini hams dibarcngi II,1 .
11.
gedung-gcdung parkir. dengan peningkatan pclayanan anlutan urnum ll:
·!I']. :
Kcbijaksanaan perparkiran ini sangat dipengaruhi oleh I! '
II;
kebljaksanaan-kebijaksanaan yang menyangkut Ren- 7. PENGENDALIAN DAN [ENATAAN TATA
cana Umum Tala Ruang Kota, Rcncana Detail Tata RUANG il
Ruang Kota dan Rencana Teknis Tala Rllang Kota yang II
'i! .
kesemuanya mengatur peruntukkan dan pembangunan a. PCnctalJan tata mang. I'
11
'

pusat-pusat kegiatan di pcrkotaan, scrta koordinasi antar :JI:


installSi terkait eli bidang Lalu Lintas dan Angkutan Penyusunan dan penetapan kcbiJaksanaan transportasi If
,I
Jalan. pcrkotaan, sangat berkailan erM dengan penetapan 11

Beberapa kebijaksanaan parkir dapat diterapkan dalam kebijaksanaan tala ntang kola da~ kota penyangga yang II
mengendalikan jumlah kendaraan menuju suatu daerah bersangkutan. Pcnalaan bcrbarai pusal kegialan, IIi!
!'
seperti pemllkiman dan kepcntingan masyarakal kola sccara Ii
tepat dan baik, akan membanltt Alcilludahkall pcrcnca- ii,
1. Peningkatan tarip parlor mcnurut (ltang dan waklu, naan dan pcngaturan transportasi[ pcrkotaan secara baik ~I ~
II'
scmakin dckat kcpusat kota semakin linggi tarip pula. I.' Ii'
yang dikenakan; I!
Konsislcnsi terhadap ketcntuan tata mang yang tclah !i
Ii:
j:
dilctapkan sccara baik terscb~t perlu dijaga dan
J ii' _

I ii' -
I -
I II:
I ,I:

II11-

I ii
.ll'
8 !
i
I
I
i
I
ditegakkan, karena setiap perubahan tata ruang secara b. Pcncgakan hukum lalu lintas angkutan jalan ;
tidak terencana dengan baik, dapat mcrusak sistem
perencanaan dan pengaturan transportasi yang pada • peningkatan pengawasan penggunaan .jalan melalui
akhirnya dapat menimbulkan permasalahan yang rumit tempat-tempat tertentu;
dan kompleks.
• menindak tegas setiap pelanggaran terhadap
Oleh karena itu, penyusunan tata ruang SU,1tU wilayah peraturan perundangan yang berlaku di bidang 1alu
perkotaan hendaknya mengikut sertakan seluruh pihak lintas jalan;
terkait, baik sektor swasta, masyarakat rnaupun
pemerintah Dcngan demikian diharapkan tercipta suatu e merealisasikan tetbentuknya penyidik pegawai
sistern tata ruang yang benar-benar mempcrhatikan negeri sipil (PPNS);
seluruh aspek kehidupan masyarakat perkotaan.

9. LINGKUNGAN
b. Penyebaran Pusat Kegiatan,
Berbagai masalah lingkungan dapat diakibaikan oleh
Pcnycbaran pusat kegiatan kc berbagai Iokasi di wilayah Sistcm Transportasi seperti polusi udara yang
perkotaan dapat ruembantu mcnghindarkan teriadinya diakibatkan olch gas buang kendaraan, polusi
pemusatan beban jalan pada suatu jaringan jalan kota kebisingan, polusi getaran yang kesemuanya merupakan
tertentu. Walaupun demikian, penyebaran pusat fungsi dari intensitas penggunaan kendaraan disuatu
kegiatan terscbut hendaknya disesuaikan dengan pola kawasan. untuk mengatasi masalah ini pemcrintah telah
tata ruang yang telah ditetapkan. menetapkan ambang batas gas buang kendaraan;
Mengurangi kadar timah (tetra ethyl lead) dalam bahan
Penyebaran pusat kegiatan juga dapat mendorong bakar minyak, dan di rahkan kepada penggunaan bahan
menurunnya panjang pcrjalanan. harian rata-rata bakar yang bebas timah, dan bila hal ini dilaksanakan
per-kapita, schingga kebutuhan penyediaan jasa maka dapat ditcrapkan kewajiban untuk menggunakan
transportasi akan menurun pula. Disamping itu, catalic converter untuk lebih mengurangi pencemaran
penyebaran pusat kegiatan juga memungkinkan udara; Menyebarluaskan penggunaan kendaraan
tetjadinya beban jalan yang relatif merata pada seluruh berbahan bakar gas yang kadar gas pencemarannya
jaringan jalan yang ada. Bcgitu pula bila hal ini rclatip lebih rendah,
dikaitkan dcngan rcncana pcngembangan sistem
jaringan transponasi kola. Tindakan-tindakan manajcmen laIu lintas yang
diterapkan umunmya juga mengakibatkan penurunan
penccmaran 8113 buang kcndaraan.
8. SUMBER DAYA MANUSJA

a. Pembcrian bimbingan, pendidikan dan


penyuluhan

Bimbingan, pendidikan dan penyuluhan diberikan


kepada masyarakat pcmakai transportasi maupun
kcpada petugas meliputi :
• keselamatan lalu lintas angkutanjalan;
• kualitas pengusahaan angkutan umum;
• kualitas pctugas opcrasional
• ketcrtiban, kesopanan, kcdisiplinan berlalu lintas;

9
II. ORGANISASI DINAS LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
DAERAH TINGKAT II

Pola Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


D inas Lalu Lintas Angkutan Jalan ada1ab unsur
pelaksana Daerah Tingkat J[ yang dibcntuk
berdasarkan Peraturan Pcmerintah Nomor 22 Tabun
Daerah Tingkat II tersebut disusun berdasarkan beban
kerja Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan dibidang Lalu Lintas dan Angkutan JaIan Susunan Organisasi Dinas Lalu Lintas dan
yang diserahkan kcpada Kabupaten/ Kotamadya Daerab Angkutan Jalan Daerah Tingkat n Pola Minimal
Tingkat II dan tugas pembantuan yang dibcrikan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat I. Organisasi Dinas Lalu Limas dan Angkutan JaIan
Daerab Tingkat II poIa minimal terdiri dari :
Dinas LaIu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat
II dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan a. Kepala Dinas ;
bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikotamadya b. Sub Bagian Tata Usaha ;
KepaIa Daerah Tingkat II. c. Seksi Lalu Lintas ;
d. Seksi Angkutan ;
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah e. Seksi Teknik Sarana dan Prasarana ;
Tingkat II mcmpunyai tugas pokok menyelenggarakan f. Unit Pelaksana Teknis Dinas ;
scbagian urusan rumah tangga Daerah dalam bidang g. Kelompok Jabatan Fungsional,
la1u Iintas dan angkutan jaIan, dan tugas pembantuan
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Bagan Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
Daerah Tingkat I. Jatan Daerah Tingkat IT Pola Minimal dapat dilihat
dalam gambar berikut:
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II
mempunyai fungsi :

a. Melaksanakan pembinaan umum berdasarkan


kebijaksanaan yang ditetapkan olch Gubemur
Kepala Daerah Tingkat I.

b. Melaksanakan pembinaan teknis berdasarkan


kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri
Perhubungan.

c. Melaksanakan pembinaan operasional sesuai


kebijaksanaan yang ditctapkan oleh Bupati /
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

Susunan Organisasi

Pola Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Daerah Tingkat II terdiri dari : .

a. Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Daerah Tingkat II Pola Minimal; G
b. Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jal~n Gombar 21 : Bagan organisasi Dtnas LLAJ
Daerah Tingkat II Pola MaksimaL Tingkat II pola minimal.

11
II
:11 :
11
:11
Sub Bagian Tata Usaha Kotamadya, jalan Propinsi da 1. [alan Nasional di 1/
Ibukota Kabupatcn/ Wilayah K tamadya, =lI .
:I :
/i,
Sub Bagian Tata Usaha rnempunyai mgas melakukan li
koordinasi pcnyusurum program kerja Dinas, Ii
pcngelolaan urusan Kepegawaian, Rumah Tangga,
Perlcngkapan, Hubungan Masyarakat dan Surat
r'II
:j ~

menyurat dinas, Protokol dan pembuatan laporan il!


Dinas, j

Untuk menyelcnggarakan tugas tcrseout, Sub Bagian lIi


Tata Usaha mempunyai fungsi : li·
I!
u
a. melaksanakan Koordinasi penyusunan Program !) .
Kerja Dinas, pcngumpulan dan pengolahan data !i
serta pelaporan ; "
ii
II
!I
II·
\: -
b. melaksanakan Pcngelolaan urusan kcuangan ; it
11·

c. melaksanakan Pengelolaan urusan kepcgawaian, a. Sub Seksi Manajemcn Lalli Lit las yang mcmpunyai ·11
urusan rumah tangga, perlcngkapan, protokol, tugas mcnyiapkan pcrencanaan dan pengaturan lalu '.u
1! :
·11
hubungan masyarakat dan surat menyurat dinas, lintas di jalan Kabupatcn/j Kotamadya, . jalau u
.!I'
'ii:
Propinsi dan jalan Nasional dl' Ibukola KabtiPIlICC.l/
•. II·
Sub Bagian Tata Usaha terdiri dan: Wilayah Kotamadya. . II
I
il
a. Urusan Program
mcngkoordinasikan
yang mempunyai mgas
penyusunan program kcija
b. Sub Seksi Rekayasa Lalu Lin s yang mempunyai
tugas menyiapkan perencanaa . kebutuhan, pcnga-
JIi
Dinas; pengumpulan dan pcngolahan data, dan daan, penempatan dan pcmeli~'lraan rarubu-rambu IiII,
pembuatan laporan lalu lintas, marka jalan dan alat pembcri isyarat lalu I! '
Hntas di jalan Kabupatcn/Kou$adya, jalan Propinsi Iii
Ii·
l! .
h. Urusan Keuangan yang mempunyai tugas dan jalan Nasional di Ibukota IKabupaten/ WiJayah
II-
melakukan pcngelolaan keuangan. Kotamadya, II1\ .
c. Urusan Kepegawaian dan Umum. yang mempunyai
tugas melakukan pengelolaan Kepegawaian,
c. Sub Seksi Bimbingan Keselat iatan dan Ketertiban
yang mempunyai tugas mcnyiapkau pembcrian
l
',I·
jJ:
11 .
pengelolaan urusan perlengkapan, surat menyurat, bimbingan keselarnatan dan Fnertiban di bidang /1
hubungan masyarakat dan protokol. lalu limas, 8nalisls daerah r~waJl kecelakaan lalu !I
lintas sesuai dengan k'ctentuan peraturan 'Iiil·:
I
I'
Scksi Lalu Llntas perundang-undangan yang her aku Ii
.~i .

ii
Seksi Lalu Lintas mcmpunyai tugas menyiapkan Scksi Angkutan ii
pembinaan manajemcn dan rekayasa lalu Iintas elijalan .1'·.1.
/1 -
:.:.
Kabupatenl Kotamadya, di jalan Propinsi dan Nasional Scksi Angkutan mcmpunyai tugas melakukan II
yang berada eli Ibukota Kabupaten/ Kotamadya dan mamuemcn angkulan orang, 8flgkutan. barang dan .!! •
dalam wilayah Kotamadya serta bimbingan Kese- angkutan khusus yang selumhnya berada di dalam .\'. jI:
lamatan dan penertiban dibidang Ialu lintas, anal isis wilayah Kabupaten/ Kotamadya' I Dacmh Tingkat II II
daerah rawan kecclakaan lalu lintas dan penyusunan berdasarkan peraturan pcnlHdrang-undangan yang III •
:j,
0),

program pcnanggulangan kccelakaan lalu Hntas sesuai berlaku, U


dengan kctcntuan peraluran pcmndang-undangan yang
""!i'
berlaku. Seksi Angkutan mempunyai fungii : r
Seksi Lalu Linlas mempunyai fungsi a. menyiapkan pcmbcrian bim~ingan, IJtn pclIgallg-
IIIIII
kutan orang, dan pcllgawasall pcnyclenggaraan H-
a. mcnyiapkan perencanaan, pcngaturan, pcngawasan
dan pengendalian laIn !iotas eli jalan Kabupatcnl
pengangkutan orang;
ilII
J;.
Ii .
. ,t,I .
12 Ii·
lIi
OJ!
oji
ill :
ji1!
li;
b. mcnyiapkan pemberian bimbingan, !Jill pengang- pengendatian susunan alat tambahan pada
kutan barang dan pengawasan pengangkutan; penumpang umum.;

c. menyiapkan pemberian bimbingan, ijin pengang- 2. Sub Seksi Terminal mempunyai tugas rnenyiapkan
kutan orang dan atau barang tertentu yang bersifat perencanaan penunjukan lokasi, pembangunan,
khusus. pengembangan, pengelolaan, pemeliharaan fisik
serta pengendatian ketertiban terminal dan halte.;
Seksi Angkutan terdiri dari
3. Sub Seksi Perparkiran. mempunyai tugas
a. Sub Seksi Angkutan Orang yang mempunyai tugas menyiapkan perencanaan penunjukan lokasi,
menyiapkan pemberian bimbingan, ijin pengang- pembangunan, pengembangan, pengelolaan,
kutan orang, dan pengawasan penyelenggaraan pemeliharaan fisik tempat parkir dan jembatan
pengangkutan orang ill dalam Daerah Tingkat II; penyeberangan dan pengendatian ketertiban
perparkiran.
b. Sub Seksi Angkutan Barang yang mcmpunyai tugas
menyiapkan pemberian bimbingan, ijin pengang- Susunan Organisasi Dinas Lalu Lintas dan
kutan barang dan pengawasan pengangkutan sesuai Angkutan Jalan Dacrah Tingkat D Pola Maksimal
dengan ketentuan peraturan pcrundang-undangan
yang bcrlaku; Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Daerah Tingkat II pola maksimal terdiri dari :
c. Sub Seksi Angkutan Khusus yang mempunyai tugas
menyiapkan pemberian bimbingan, ijin pengangkut- a. Kepala Dinas ;
an orang dan atau barang tertentu yang bersifat b. Sub Bagian Tata Usaha ;
khusus sesuai dengan ketentuan peraturan c. Seksi Lalu Lintas ;
perundang-undangan yang berlaku. d. Seksi Angkutan ;
e. Seksi Teknik Sarana dan Prasarana ;
Seksi Teknik Sarana dan Prasarana f. Seksi Pcngendatian Operasional ;
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas ;
Seksi Teknik Sarana dan Prasarana mempunyai tugas h. Kelompok Jabatan Fungsional.
menyiapkan bahan pembinaan inventarisasi, pembinaan
perbengkelan umum, penataan ijin pendirian bengkel Bagan Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
umum, , penunjukan, pengelolaan, pcmcliharaan, Jalan Daerah Tingkat II Pola Maksimal dapat dilihat
pengembangan terminal, halte, tempat pcnyeberangan .datam gambar 2.2 berikut :
dengan jembatan penyeberangan dan perparkiran.

Seksi Teknik Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi

a. menyiapkan bahan pcmberian bimbingan, perijinan


bengkel umum serta pengaturan dan pcngendalian
susunan alat tarnbahan pada kendaraan penurnpang
umum.

b. menyiapkan perencanaan penunjukan lokasi,


pembangunan, pcngembangan, pengelolaan, peme-
liharaan fisik serta pengendatian ketertiban
terminal, haIte dan tempat parkir serta jembatan
penyeberangan.

Seksi Teknik Sarana dan Prasarana terdiri alas

1. Sub Seksi Kendaraan dan Perbcngkelan mempunyai


tugas menyiapkan bahan pcmberian bimbingan,
perijinan bengkel umum serta pengaturan dan

1'3
b. Urusan Keuangan yang mcmpunyai tugas
melaksanakan pcngelolnan keuangan;

c. Urusan Kepegawaian yang I mempunyai tugas


mclakukan pcngelolaan KcpcgCfCliCln;

d. Urusan Umum. yang mempun ai tugas melakukan


pcngclolaan urusan perlcngkai n, surat menyurat,
hubungan masyarakat dan Pfotokol

Scksi Lalu Lintas I


Seksi Lalu Lintas mempunyai I tugas melakukan
rnanajemen dan rekayasa Ialu lintas di Jalan Kabupatcnl
Kotamadya, di jalan Propinsi dan 1'4asiol1alyang berada
di Ibukota Kabupaten/ Kotamadyal wilayah Kotamadya
serta bimbingan Keselamatan dibidang lalu lintas sesuai
I
dcngan ketentuan pcraturan pcrundang-undangan yang
bcrlaku. I
Scksi Lalli Lintas mempunyai HUl+
Gombar 22: Bagan organisasi Dinas LlAJ Tk II
Pola maksimal a. menyiapkan perencanaan, pen4aturan, pc. ngawasan.
Sub Bagian Tata Usaha dan pengendalian lalu lintas I di jalan Ksbupaten
/Kotamadya, jalan Propinsi dan jalan Nasional di
Sub Bagian Tala Usaha mempunyai uigas melakukan Ibukota Kabupaten/ Wilayah K4tamadya.
koordinasi penyusunan program kerja Dinas,
pcngclolaan urusan Kepcgawaian, Keuaugan, Rumah b. mcnyiapkan perencanaan kCbltuhnu, pcngadaan,
Tangga, Pcrlcngkapan, Hubungan Masyarakat dan pcnempatan dan pcmcliharaaI1 rambu-rambu lalu
Stunt mcnyurat dinas, Protokol dan Pcnyusunan lintas, marka jalan dan alat ~1l1bcri isyarat lalu
Laporan Dinas. lintas di jalan KabUPIltCn/Kotaradya, jalan Propinsi
dan jalan Nasional di Ibukota abupatcn/ Wilayah
Sub Bagian Tala Usaha mempunyai fungsi : Kotamadya,

a. melaksanakan Koordinasi penyusumm Program c. menyiapkan pcrnbcrian bjmbin~all keselamatan dan


Kerja Ohms, pcngumpulan dan pcngolahan data pencrtiban di bidang lalu lintas, analisis daerah
serta pelaporan ; rawan kecelakaan lalu lint'ls scsuai dengan
ketentuan peraturan pemndm!g- undangan yang
b. mclaksanakan Pengelolaan urusan keuangan ; berlaku.

c. mclaksanakan Pcngelolaan urusan kepcgawaian; Seksi Lalu Lintas tcrdiri dari :

d. mclaksanakan Pengelolaan umsan rumah tangga, a. Sub Seksi Manajemen lain I Lintas mcmpunyai
perlengkapan, protokol, hubungan masyarakat rum . tugas mcnyiapkan pcrencanaan dan pcngaturan lalu
surat mcnyurat dinas, lintas di jalan Kabupatenl I Kotamadya, jabUl
Propinsi dan jalan Nasional di Ibukota
Sub Bagian Tata Usaha tcrdiri dari : Kabupatcn/Wilayah Kotamadyal.;
, I,
a. Urusan Program yang mcmpunyai tugas b. Sub Seksi Rekayasa Lalu Lil1t~s mempunyai tugas • j'
mengkoordinasikan pcnyusunan program kcrja mcnyiapkan perencanaan kcb~tllhan, pcngadaan, , !'
I:
Dinas, pcngumpulan dan pengolahan data, dan penempatan dan pemcliharaan rambu-rambu lalu II'
pembuatan laporan. lintas, rnarka jalan dan ala: l)embed isyarat lalu . "i.
lin,", di jalan KnbupalCn/Ko",n~ndya. jalan Propinsi

14
dan jalan Nasional di Ibukota Kabupatenl Wilayah Seksl Tcknik Sarana dan Prasarana
Kotamadya.;
Seksi Teknik Sarana dan Prasarana mempunyai tugas
C. Sub Seksi Bimbingan Keselamatan. mempunyai menyiapkan bahan pembinaan invcntarisasi, pembinaan
tugas menyiapkan pemberian bimbingan dan perbengkelan umum, penilaian ijin· pendirian bengket
penyuluhan kepada masyarakat mengenai umum, penunjukan, pengelolaan, pemelihara an,
keselamatan lalu Hntas dan angkutan jalan sesuai pengembangan terminal, halte, tempat penye-berangan
dengan ketcntuan peraturan perundang- undangan dengan jembatan pcnyeberangan dan perparkiran.
yang berlaku
Seksi Teknik Sarana dan Prasarana mempunyai
Seksl Angkutan fungsi :

Seksi Angkutan mempunyai tugas menyiapkan a. menyiapkan bahan pemberian bimbingan, perijinan
pembinaan manajemen angkutan orang, angkutan bengkel umum serta pengaturan dan pengendalian
barang dan angkutan khusus yang scluruhnya berada di susunan alat tambahan pada kendaraan penumpang
dalam wilayah Kabupatenl Kotamadya Daerah Tingkat wnum.
II berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. b. menyiapkan perencanaan penunjukan lokasi,
pembangunan, pengembangan, pengelotaan, perne-
Seksi Angkutan mempunyai fungsi liharaan fisik serta pengendalian ketertiban
terminal, halte dan tempat parkir serta jembatan
a. menyiapkan pemberian bimbingan, IJIn pengang- penyeberangan.
kutan orang, dan pengawasan penyetenggaraan
pcngangkutan orang; Seksi Teknik Sarana dan Prasarana terdiri atas

b .. menyiapkan pemberian bimbingan, lJlO pengang- 1, Sub Seksi Kendaraan dan Perbengkelan yang
kutan barang dan pengawasan pengangkutan; mempunyai tugas menyiapkan bahan pemberian
bimbingan, penjman bengkcl umwn serta
c. menyiapkan pemberian bimbingan, ijin pengang- pengaturan dan pengendalian susunan alat
kutan orang dan atau barang tertentu yang bersifat tambahan pada pcnumpang wnum.
khusus.
2. Sub Seksi Terminal mcmpunyai tugas menyiapkan
Seksi Angkutan terdiri dari perencanaan penunjukan lokasi, pembangunan,
pengembangan, pengelolaan, pemeliharaan fisik
a. Sub Seksi Angkutan Orang yang mempunyai tugas serta pengendalian ketertiban terminal dan halte.
menyiapkan pemberian bimbingan, ijin pengang-
kutan orang, dan pengawasan penyelcnggaraan 3. Sub Seksi Perparkiran. mempunyai tugas
pengangkutan orang di dalam Daerah Tingkat II menyiapkan pcrencanaan penunjukan lokasi,
pembangunan, pengembangan, pengelolaan,
b. Sub Seksi Angkutan Barang yang mempunyai tugas pemeliharaan fisik tempat parkir dan jembatan
menyiapkan pembcrian bimbingan, IJIn penyeberangan dan pengendalian ketertiban.
pengangkutan barang dan pengawasan
pengangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan Seksi Pcngendalian Operaslonal
perundang-undangan yang berlaku
Seksi Pengendalian Operasional mempunyai tugas
C. Sub Seksi Angkutan KhUS1lSyang mempunyai tugas menyiapkan pembinaan pengumpulan data, analisis
menyiapkan pemberian bimbingan, IJIn dan evaluasi data bidang lalu lintas dan angkutan,
pcngarigkutan orang dan atau barang tertentu yang menyusun statistik, pengumpulan dan anal isis data
bersifat khusus sesuai dengan ketentuan peraturan kecelakaan, menyusun data daerah rawan kecelakaan,
perundang-undangan yang berlaku. menyiapkan program penanggulangan kecelakaan lalu
lintas serta melakukan pemantauan .hasil kegiatan
pcncrtiban, menyiapkan program penertiban dan
koordinasi penertiban lalu !intas dan angkutan.

15
!I'
I ,I
I ,
I ,
; !
1_

Pengendalian Operasional mempunyai fungsi : Kelompok Jabatan Fungsional tetdiri dari' sejumlah
tennga dalam jenjang jabatan fllng~Onal yang dipimpin
a. menyiapkan bahan pembinaan peugumpulan dan oleh scorang tennga Iungsional bior selaku Kctua
pengolahan data operasional dan data kecclakaan kclompok yang berada di bawah dat bertanggung jawab
lalulintas dan angkutanjaJan. kcpada Kcpala Dinas dan atau Kepala Unit Pelaksana
Teknis Dinas yang bersangkutan. I '!,
!:
b. mclaksanakan pemantauan dan analisis kecelakaan i.
!,
lalu lintas serta usulan penanggulangannya, Kelompok Jabatan Fungsional ~pat dibagi alas Ii
kelompok dan Sub kclnmpok sesuai dcngan kebutuhan. . H
c. mcnyiapkan penilaian dan penyusunan program
q
opcrasional pcnertiban lalu lintas serta pengen- Jumlah Jabatan Fungsional ditci tukan berdasarkan I:
ji
daliannya. sifat.jenis dan bcban kcrjanya.
I'I:
I
Seksi Pengendalian Operasional terdiri dari Pcmbinaan terhadap tennga Fung1ional dilaksanakan I.
I'
I,
sesuai dengan ketcntuan pcr~lUl"at1 perundang- i',
a. Sub Seksi Pengumpulan dan Pcngolahan Data yang undangan yang berlaku. I : I
I
mempunyai tugas menyiapkan bahan pcmbinaan . I"
pengumpulan dan pengolahan data operasional dan Pcngangkatan Dalam Jabatan I
data kecelakaan lalu lintas dan angkutanjalan. I
Kepala Dinas Lalli Lintas dan Angkutan Jalan Daerah
b. Sub Seksi Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas Tingkal I diangkat rum dibcrhenti~an oleh Gubernur
yang mempunyai tugas mclaksanakan pemantauan Kepala Daerah Tingkat I setclah mendapat pcrsetujuan
dan analisis kecclakaan lalu lintas serta usulan Mcnteri Dalam Ncgcri dengan mentmpnt pcrtimbangan
pcnanggulangannya dad Mcntcri Perhubungan. I
c. Sub Seksi Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Kepala Dinas dan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang mempunyai tugas menyiapkan penilaian dan Daerah Tingkat II diangkat dan [dibcrhcntikan oleh
penyusunan program operasional pcnertiban lalu Bupati/ Walikotamadya Daerah ffingkat II setclah
lintas serta pengendaliannya mcndapat persctujuan dari Gubernur Kopala Dacrah
Tingkat I, dengan mcndapat perti~bangan dati Kopala
Unit Pelaksana Teknls Dinas Lalu Lintas dan Kantor WiI<lyahDcpartemen perhu1 ungan. '
Angkutan JaJan Daerah Tingkat II
Kepala Unit Pclaksana Teknis ~Lalll Limas dan
Unit Pelaksana Teknis Dinas Lalli Lintas dan Angkutan Angkutan Jalan Daerah Tingka I diangkat dan
Jalan Dacrah Tingkat II adalah pelaksana teknis Dinas dibcrhentikan oleh Gubernur Kepa a Dacrah Tingkat I,
yang mempunyai tugas melaksanakan scbagian tugas alas usul KepalaDinas Lalli Limas an Angkutan Jalan
Dinas dibidang terminal dan perparkiran. Tingkat I,
I '
Unit Pelaksana Teknis Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Kepala Unit Pelaksana Tchnis Ditl'as Lalu Lintas dan
Jalan Daerah Tingkat II dipimpin oleh seorang Kepala Agkutan Jalan Dcrah Tingkat II diangkat dan
Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada di bawah dan diberhentikan olch Bupati/ Wal;kotam,adya Kepala
bcrtanggungjawab kepada Kepala Dinas, Dacrah Tingkat II atas usul Kepala Dinas Lalu Lintas
Angkutan Jalan Daerah Tingkat 11.1
Unit Pclaksana Teknis Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
I
Jalan Dacrah Tingkat J[ dapat dibentuk sctelah I
metnenuhi kriteria tcrtcnlu yang ditetapkan olch TATAKERJA I
Mcnteri Dalam Negeri.
Dalam mclaksanakan tugasnya DJas Lalu Lintas d.1n,
KcJompok Jahatan Fungsional Angkutan lalan Dacrah Tingkat I I dan Dinas, lalli
Lintas dan Angkutan Jalan Daenlh Tingkat II, Unit
Kelompok Jabalan Fungsiollal pada pola minimal dan Pclaksana T,eknis Dinas, Kclompo~ labatall F,ungSional.
maksimal mernpunyai tugas melakSAnakan kegiatan wajib menyelenggarakan koorditlasi, intcgmsi dan
teklmik lalu tintas dan Hllgkutan sesuai bidang kcahlian sinkroni.,si baik dalam IingkuT" masing-lIIasing
dan kcblltuhan.
, I
I
I
16 I
i
I
I
maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas
masing-masing.

Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan Daerah Tingkat I dan Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan Daerah Tingkat II wajib
menyelcnggarakan koordinasi secara fungsional dengan
cara yang sebaik-baiknya.

Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


melaksanakan tugasnya berdasarkan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Kepata Daerah.

Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jatan


berkewajiban mernberikan petunjuk, membina dan
membimbing dan mengawasi pekerjaan unsur-unsur
pembantu serta pelaksanaan yang berada dalam
lingkungan dinasnya.

17
III. KESELAMATAN LALU LINTAS JALAN

darnpak yang tcrjadi dari kejadian kecelakaan lalu


L atar belakang lahirnya Undang-undang Nomor
14 tahun 1992, antara lain disebabkan
tingginya jumlah kecelakaan yang terjadi di jaJan.
lintas.

Berkaitan dengan hal tersebut, bcrbagai program Tahapan sesudah kcjadian


penanganan kecelakaan lain Iintas di jalan telah
dilaksanakan oleh berbagai instansi baik pemerintah Dalam penanganan kejadian kecelakaan, diperlukan
maupun swasta, melalui kegiatan-kegiatan antara kejelian aparat/instansi yang berwenang untuk
lain penegakan hukum, perekayasaan baik sarana meneliti/melihat sebab-sebab kejadian agar dapat
maupun prasarananya, pendidikan dan penyuluhan, disusun suatu rencana perbaikan (remedial
informasi baik melalui media eetak maupun measures) guna meneegah terulangnya kejadian-
elektronik, dan kegiatan penelitian. kejadian berikutnya. Untuk ini perlu didukung
dengan data dan informasi yang lengkap peri hal
Upaya-upaya lain yang berkaitan dalam rangka kejadian kecelakaan.
penanganan kecelakaan lalu lintas jalan pada
berikutnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahapan Contoh upaya-upaya dimaksud diatas memberikan
yaitu sebelum kejadian, pada waktu kejadian dan kontribusi dalam peningkatan keselamatan lalu
sesudah kejadian. Iintas di jalan, namun masih dirasakan perlu
dilakukan upaya-upaya pemantapan lebih lanjut. Hal
Tahapan sebclum kejadlan ; tersebut perlu dilakukan mengingat beberapa hal,
antara lain pcrkernbangan jurnlah kendaraan
Pada umumnya kejadian kecelakaan lalu lintas tidak bermotor, perkembangan teknologi kendaraan
dapat diprediksi sejak dini, namun perlu kiranya bermotor, sehingga memungkinkan kendaraan
semua pihak baik instansi pemerintah maupun bermotor dapat melaju dengan kecepatan tinggi,
swasta serta pengguna jalan itu sendiri perlu perubahan tata nilai dan peritaku masyarakat dalam
mengantisipasi guna mencegah terjadinya kecela- bcrlalu lintas di jalan, yang keadaannya cukup
kaan yang tidak diinginkan terscbut. Maka untuk rawan, dan masih tingginya tingkat korban mati
mengatasinya ditempuh upaya berupa penggalakan akibat kecelakan lalu lintas di jalan.
kegiatan penyuluhan serta pendidikan pada
pengguna jalan baik mengenai tindakan-tindakan Hasil yang konkrit dan maksimal terhadap
pencegahan kecelakaan maupun mengenai peraturan beberapa hal pokok pembahasan yang berkaitan
perundangan yang berlaku serta tata tertib berlalu dengan keselarnatan lalu lintas jalan adalah :
Iintas. Dari sudut pemakai jalan upaya yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan kesadaran hukum 1. Sisteminformasi keeelakaan,
dan sopan santun dalam bcrlalu Iintas, misalnya
dengan melakukan penyuluhan khususnya tentang Di dalam pengelolaan sistem informasi
tatacara (sopan-santun) berlalu lintas yang baik di kecelakaan lalu lintas jalan, agar dapat
jalan. Di samping kendaraan yang digunakan dirumuskan seeara jelas, baik yang
haruslah memenuhi persyaratan laik jalan, menyangkut tentang sistem pendataan,
pelaporan, maupun kejelasan wewenang
Tahapan pada waktu kcjadian : dan tanggung jawab dari masing-masing
instansi yang terlibat didalam pengelolaan
Penanganan pada waktu kejadian kecelakaan sistem informasi, sehingga dapat memper-
merupakan bagian yang penting yang perlu mudah dan memperlancar di dalam pe-
mendapat perhatian. Disini dituntut kesigapan nanganan penanggulangan keselamatan,
aparat baik dari kepolisian maupun dari kesehatan
(rumah .sakit/ambulance) untuk mencapai lokasi
kejadian tepat pada waktunya guna menangani

19
!
I.
I

I I
· I

; I :
1 . .

2. Pendidikan. PENEGAKAN HUKUM SED1GAI SALAH :I


I

SATU UPAYA PENANGGUL.l\NGAN .• 1· ...


l
Untuk hal yang berkaitan dcngan aspek KECELAKAAN LALU L1NTAs
! .

pendidikan, kiranya dapat dirumuskan i

suatu metoda yang tepat sehingga Icbih 1. Metnde penanggulangan


I kecelakaan lulu
I
berdaya guna dan berhasil guna di datam lintas. I. i:
menumbuh kembangkan kesadaran rna- . I
syarakat pemakai jalan, agar mampu Mcngingat kompleksnya penf1lasatahan sebagai- J I
menyentuh segala lapisan masyarakat yang mana tclah diuralkan di muka maka apabila kita :! :
dimulai dari tingkat pendidikan dasar ingin mclakukan pcnaggulang n kccelakaan lalu ; I.

hingga tingkat pcndidikan lanjutan dan lintas secara komprchensif I sehingga dapat
seterusnya, mcngantisipasi faktor-faktor kontributif terhadap
I
masalah kccclakaan lalu lin1tas secara tuntas, !

3. Perekayasaan. dipcrlukan suatu metode penaggulangan yang • !

mcncakup bidang seperti pere~ayasaan prasarana · I


!

Perlunya dirumuskan pola pengembangan dan sarana lain liutas (Engineering), pcmbinaan I
!
rekayasa sarana dan prasarana yang tepat unsur manusia pemakai jalanl (Education), serta
I
namun tctap memperhatikan kondisi rekayasa dalam bidang tn)kum/pengaturannya i·
kemampuan pendanaan serta tanpa tcrmasuk penegakan hukumnya ~Enforccment).
meninggalkan berbagai ketentuan peraturan I

I
perundang-undangan yang berlaku. Luasnya bidang kegiatan ymJg hams ditempuh I
i
dalam upaya pcnanggulangan k~cclakaan Ialu Iinla.s ;! .
itu kiranya dapat mCIlambahl kcsadaran balm/a I
4. Penanganan korban. kesemuanya tidak mungkin tcrjrngkau olch bidang i
tugas dati satu aparat tertentu, misalnya Polri saja,
Dalam rangka peningkatan pelayanan Dephub saja atau Dcp, Pq saja, melainkan
J
!

korban kecclakaan, hal yang perlu diperlukan adanya keterlibatan dari berbagai pihak I
mendapatkan perhatian kita semua adalah baik aparat pemcrintah lalnnya] pihak swasta yang I

bagaimana sistem penanganan yang tcrkait maupun segenap warga tnasyarakat pemakai I·
i:
· i -
memadai dapat dibcrikan, sehingga si jalan sesuai dengan perannya myingMmaSing, ! •

i
korban mendapatkan pertolongan cepat, I
sedangkan terhadap korban yang meninggal Metode pcnanggulangan kecclakaan lalu lintas di · I·
i

dunia mendapatkan pclayanan asuransi Indonesia, pada dasarnya rnerupakan bagian dari
yang sesuai scbagaimana yang diharapakan subsistem Departemen pbrhubungan, Oleh ,
i
!

sehingga dapat meringankan beban bagi karenanya, upaya yang dltempiih juga didasarkan · i
: I
yang mendapatkan musibah. kepada pokok-pokok Kebijakdnaan Pcrhubungan,· I

Metodc penanggulangan keselamatan tersebut sccara I

J
5. Kegiatan pendukung.
garis besar meliputi :

a, Mctode pre-emptif (penang alan),


'.
; I

Untuk bidang yang berkaitan dengan b. Mctodc prcventif (pencegah~n), dan I·


kegiatan penunjang, salah satu sarana c. Metode repreSif(pcnanggUI1ngan)
pendukung yang memiliki peran yang tidak I
kalah pentingnya adalah peranan mass Pengelompokan riga jenis I metode tcrscbut
media baik cetak maupun elektronika, merupakan kerangka polar pcnariggulangan ' I
I.
Diharapkan peranan mass media datam keselamatan yang didasarkan kcpada pokok I
masa-masa mendatang dapat ikut andil pemikiran bahwa setiap kccclfkaan yang tcrjadi I

sepenuhnya dalam mendukung program (dalam bentuk apapun), pada harckatnya merupakan 'I I

penanggulangan keselamatan, dcngan tctap


berpegang kepada ctika jurnalistik.
resultantc dad adanya korelasi antara berbagai
faktor-faktor pcnyebabnya, secar~ eskalasi mulai dari
'!
'Ii I:
tingkatan ynng paling dini satnpai dcngan faktor : Ii 1


pcnyebab terjadinya peristiwa 1 kccelakaan, Seem'a I·
I
I

T
i
I'

20 : !
i -

I · !

II i-
I· i
I · I
I
sederhana, hal ini dapat digambarkan seperti bermasyarakat dan bernegara, terutama penataan
piramida atau gunung es. gatra-gatra dalam kchidupan tersebut, baik tri-gatra
maupun panca-gatra. Dengan rasionalitas dan
Pada tingkatan yang paling dini, faktor-faktor yang keseimbangan yang tinggi di dalam penataan gatra
dapat menyebabkan tcrjadinya kecelakaan kehidupan tcrsebut berarti benih-benih atau potensi
dikelompokkan sebagai faktor-faktor korelatif yang menjurus kepada timbulnya kecelakaan lalu
kriminogen (FKK). Faktor lni mencakup berbagai lintas dapat diantisipasi.
aspek yang terkandung dalam Astagatra. Dalam
bidang lalu lintas sebagaimana yang telah diuraikan Metode pre-emptif sebagai upaya penangkal di
terdahulu. dalam menanggulangi kecclakaan lalu lintas, pada
dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang
Faktor-faktor penyebab gangguan pada eskalasi yang yang berkaitan dengan masalah transportasi, yang
lebih tinggi daripada FKK disebut Police Hazard dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antar
(PH) yaitu suatu kondisi yang rawan dan sangat instansi terkait, maka kita akan lebih mampu
potensial untuk menimbulkan gangguan, sehingga mengantisipasi dan mengeliminir sccara dini
memerlukan kehadiran aparat pengaman. Dalam dampak-dampak negatifyang mungkin akan timbul.
konteks dengan bidang lalu lintas sebagaimana yang
telah didiskripsikan pada bab akar permasalahan di Dengan perencanaan yang matang sedemikian itu
atas. maka aparat penegak hukum tidak perlu lagi
dikejutkan oleh adanya masalah-masalah bam yang
Adapun eskalasi yang paling puncak, dalam konsep muncul akibat adanya kekeliruan kebijaksanaan,
penanggulangan keselamatan disebut sebagai misalnya: kejadian-kejadian unjuk rasa atau
Ancaman Faktual (AF), yaitu setiap bentuk pemogokan yang dilakukan olch para pcngemudi
gangguan yang tcrjadi, . berupa: kejahatan, angkutan umum karena menuntut sesuatu.
pelanggaran ataupun beneana alam. Yang termasuk Disamping itu berarti, aparat keamanan akan dapat
AF dalam bidang lalu lintas adalah masalah mengurangi upaya penindakan (represif) yang
kecelakaan lalu lintas ataupun setiap bentuk kadang-kadang malah dinilai oleh masyarakat
pelanggaran lalu lintas. sebagai suatu tindakan yang kurang manusiawi.

Terhadap ketiga faktor penyebab kecelakaan Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan
tersebut, maka metode penanggu-langannya seeara lalu lintas secara arbitrasi dapat diimplementasikan
.singkat adalah sebagai berikut: melalui tindakan terpadu di dalam:

a. Metodc pre-emptif, diarahkan untuk 1) Perencanaan pengembangan kota.


mengeliminir FKK agar tidak berkembang 2) Pereneanaan tata guna tanah,
menjadi PH atau bahkan AF. 3) Perencanaan pengcmbangan transportasi.
4) Perencanaan pengembangan angkutan umum,
b. Metode preventif, diarahkan untuk menga- yang rneliputi:
mankan kondisi PH (yang sudah sangat
rawanlpotensial terhadap terjadinya gangguan), • Perencanaan jenis, ukuran, kapasitas
kendaraan-kendaraan bermotor yang sesuai
c. Metode represif, berupa penindakan terhadap dan scrasi dengan tingkat kebutuhan
setiap bentuk yang terjadi. masyarakat, kondisi daerah-daerah yang
akan dilayani, janngan jalan, serta
2. MetodePre-eml,tif. perencanaan proyeksi kebutuhan trans-
portasi di masa mendatang.
Sebagaimana telah diulas di atas, bahwa masalah
kecelakaan lalu lintas akan bersumber dan berakar • Perencanaan pengembangan angkutan
dari faktor-faktor kehidupan masyarakat yang sangat umum yang berorientasi kepada pemakaian
kompleks dan saling terkait satu sama lainnya. Oleh mas jalan dengan mempertimbangkan
karenanya upaya di dalam menanggulanginya dampak sosial, darnpak lingkungan dan
mestinya hams diawali dengan penataan kehidupan tingkat keselamatannya.

21
!-
I 1 I:
- I-
I
I _ I·
'I:
I

I I-
• Perencanaan pengembangan industri ken- dim ia, (informatif), I.IIJ.pencrangan jalan
I- 1-

J
I
daraan bcrmotor yang laik untuk rucnun- yang baik, serta koefisien gesekan
jang pcrcncanaan angkutan umum sccara pcrmukaan jalan yang sesuai dcngan
I
lebih efisien dan cfcktif standar geomctrik, I - I •
I-

I - I·
5) Pcrencanaan yang menyangkut komponen- 2) Upaya pcngaturan faktor keridaraan , i
komponcn sistem lalu lintas lainnya. I ! -
I-
a) Faktor karaktctristik kel~daraan juga scring I-

3. Mctodc Prcvcntif. membawa dampak tingginya intcnsitas dan


kualitas kecelakaan 1~lu lintas, Untuk
l I'
i
Metode prcvcntif adalah upaya-upaya yang ditujukan mcnanggulangi kecelakaan lalu lintas, • I

untuk mencegah terjadinya kecclakaan lain lintas, kendaraan hams dirancang, dilengkapi dan l
- I_
yang dalam bcntuk konkretnya berupa kegiatan- dirawat sebaik-baiknya.1 Kccelakaan Ialu -
· I
I

kegiatan pengaturan lalu Iintas, pcnjagaan tempat- lin las dapat tcrhindar! apabila kondisi I
tempat rawan, patroli, pengawalan dan lain kcndaraan prima, stabjl, berfungsi balk
sistem stir dan remnya, I semua lampu dan
• !
sebagainya,
I . •
reflektor berfungsi dengan baik, bodi tidak • I
Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat keropos dan cukup I kuat melindungi I·
I-
terjadi karcna faktor jalan, Iaktor manusia dan faktor penumpangnya. I · i
- I -
lingkuugan secara simultan (dalam satu sistem, yaitu 'I.
'i:
sistem lain linta s) maka upaya-upaya b) Tipisnya tapak ban I yang dipakai, - I

pencegahannyapun dapat ditujukan kepada kepakcman rem (brake effisicncy) dan 'I',-
pengaturan komponen-komponen lain lintas ter- berfungsinya Iampu-lampu adalah sangat I-

sebut serta sistem lalu lintasnya sendiri. erat kaitannya dcngan I perawatan. Oleh
I:
I:
- I.
karcna itu pcmeriksaan rutin melalui
Secara garis besar, upaya-upaya terscbut diuraikau pengujian berkala harms dilaksanakan -I
- I
sebagai bcrikut: sebaik-baiknya tanpa ~danya toleransi, I'
I:
Tidak saja kcpada kc"daraan angkutan i

umum namun juga haPls untuk scluruh : !

1) Upaya pengaturan faktor jalan kendaraan yang berjalan di jalan umum, I

Untuk mclaksanakan I hal tersebut I-

l
a) Karakteristik prasarana jalan akan diperlukan fasilitas yatw memadai serta I·
rnempcngaruhi intesitas dan kualitas tennga inspektur I yang cukup !
I
kccclakaau lalu lintas, maka dalam
pembangunan setiap jaringan jalan hams
bcrpengalaman. I:
I

disesuaikan dcngan pola tingkah laku dan 3) Upaya pengaturan faktor ma usia. -, I-I-
kebiasaan pernakai jalannya, Dalam 1-

pcngertian, jalan hams dirancang, a) Faktor pemakai jalan [~empakan elemen ! -

dilcngkapi, dipelihara scrta diopara- yang paling kritis dalam sistcm lalu lintas,
'I-
sionalkan secara tcrcncana dan mengu- karena kcterampilan ~1Crcka sulit di-
tamakan pcmenuhan kebutuhan informasi tingkatkan dalam waktu yang singkat. . I-
pemakai jalan dalam rangka mengantisipasi Karakteristik dasar mcre~a_ yang suIit untuk I
I

ketrampilan I mereka
i
dan pengambilan kepu-tusan, Dengan dirubah, dalam - I

dcmikian jalan hams dibangun sesuai mengantisipasi jarak, ~alam mengambil I

dengan standar desain dan geometriknya. keputusan untuk menyalip, mcngcrcm, serta I:
I
kebiasaan-kebiasaan lainrya dalam menge- I

b) Lebar jalan yang cukup, pcrmukaan yang mudikan kcndaraanny~ hanya dapat· I

nyaman dan aman, rancangan yang tepal d.itingkatkan melalui latihan secara kon- l
- I -
untuk pcrsimpnngan dcngal1 jarak pandang slsten. I· I-
yang cukup anUlIl, dilcngkapi dcngan b) Metoda yang harus ~iterapkan dalam - I-
I

rambu-rambll, mmka jalan dan tanda jalan mcningkatkan unjuk kerja pengemudi - I
- I _

yang cukup banyak dan eukup jclas dapat adaIah dengan test kdehatan fisik dan-
I

I
i

I:

i
22 I.
I

· i
i'
: I

!'
psikis, dengan pcndidikan dan latihan serta promosikan sarana transportasi umum yang
ujian yang ketal, kampanye umum dan aman dan dengan meminimizekan titik
pcngawasan terhadap setiap pelanggaran konflik potensial pada persimpangan-
melalui hukum yang ketal pula. Test persimpangan sebidang.
kesehatan dan psikis hams diterapkan
untuk meyakinkan bahwa calon pengemudi c) Pembangunan daerah pemukiman, pem-
tersebut benar-bcnar memenuhi persyaratan bangunan daerah pemukiman secara kota
dasar yang menyangkut pcnglihatan, mandiri, misalnya dengan . melengkapi
pendengaran, serta kondisi psikis. fasilitas saran sekolah, pertokoan, pasar,
tempat ibadah dan lain sebagainya, akan
c) Pendidikan dan latihan hams mencakup dapat mengurangi perjalanan perorangan,
pula pelajaran ten tang sopan santun berlalu sehingga juga pada gilirannya juga berarti
hntas, Pendidikan dan latihan perlu akan dapat mengurangi kecelakaan lalu
dilaksanakan sedini mungkin semenjak lintas.
masih di TK diteruskan secara konsisten
pada tingkat SD, SMP, SMA serta melalui 5) Upaya pengaturan sistem lalu Iintas,
kelompok-kolompok kegaiatan ekstra
kurikuler. Sistem lalu lintas yang diatur didalam perturan
perundang-undangan lalu lintas yang disertai
d) Informasi tentang situasi lalu lintas serta dengan penegakan hukum, jelas dapat menekan
kampanye keselamatan la1u lintas melalui intensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas,
bentuk-bentuk kegiatan olah raga, eksibisi, Tujuan dibuatnya peraturan lalu lintas adalah
penerbitan brosur-brosur secara berkala untuk kepentingan pengendalian umum kepada
maupun melalui mass media. pemakai jalan, kendaraan dan prasarana jalan
serta interaksinya di dalam sistem lalu lintas.
e) Pengawasan, penegakan hukum dan Sebagaimana yang diatur di dalam UU No
pemberian sangsi hukuman hams terus 14/1992 antara lain adalah masalah prasarana,
diterapkan secfektif mungkin agar para kendaraan, pengemudi dan pejalan kaki serta
pemakai jalan selalu mentaati peraturan. tata cara berlalu lintas. Keseluruhan peraturan
tersebut hams rasional, dalam arti harus
4) Upaya pengaturan lingkungan dilengkapi dengan fasilitasnya terlcbih dahulu,
dikondisikan masyarakat pemakai jalan, baru
a) Komunikasi, Peningkatan sarana ko- diawasi dan ditegakkan melalui penegakan
munikasi, misalnya telepon, faksimail hukum bagi pelanggarnya.
mungkin akan dapat mengurangi kebutuhan
akan perjalanan dan transportasi secara 6) Upaya pengaturan pertolongan pertama pada
umum, karena orang dapat mengirirnkan gawat darurat.
data atau informasi melalui alat fasilitas
komunikasi tersebut sehingga dalam Masalah pelayan gawat darurat, misalnya
pembahasan suatu masalah tidak perlu keterlambatan datang ke tempat kejadian
harus bertatap muka langsung. Peningkatan kecelakaan lalu Iintas ataupun jeleknya
pajak kendaraan, restribusi parkir mungkin pelayanannya, seringkali membawa dampak
akan dapat mengurangi beroperasinya tingginya angka fatalitas. Peningkatan
kendaraan pribadi dan akan menggiring ke pelayanan gawat darurat melalui penataan
budaya memakai sarana transportasi umum. organisasi, penyediaan fasilitas, kemudahan
kontak serta tersedianya tenaga para medis
b) Pengembangan kota, Rancangan pe- sebagai awak ambulan, akan sangat berperan
ngembangan daerah kota akan menuntut dalam upaya penaggulangan kecelakaan lalu
kebutuhan transportasi. Kecelakaan lalu lintas.
lintas dapat ditekan apabiJa tala guna tanah
dikontrol dan dikedalikan dengan mem-
perpendek jarak perjalanan serta mern-

23
4. Mctodc Represlf,

Metode reprcsif dalam raugka mcnanggulangi


kecclakaan Ialu lintas pada hakekatnya merupakan
upaya terakhir yang biasanya discrtai dengan I
pcnerapan upaya paksa. Tindakan represif dilakukan
terhadap sctiap jcnis pelanggaran lalu lintas atau I
bentuk penanganan kasus kecelakaan lalu lintas
yang terjadi.

Penegakan hukum lalu lintas sebagai bentuk


kegaiatan mctode represif dilakukan terhadap setiap
pernakai jalan yang melanggar hukum lalu Iintas dan
angkutan jalan, apabila dcngan tindakan edukatif
yang dilakukan dalam mctode pre-empt if dan
prevent if tidak dapat mcnanggulangi masalahnya.

Pcncgakan hukum yang dilakukan secara efektif dan


intcnsif, pada hakekatuya bukan semata-mata
ditujukan untuk membcrikan pelajaran secara paksa
atau untuk menghukum kcpada sctiap pclanggar
yang tertindak, namun juga dimaksudkan untuk
menimbulkan kejeraan bagi yang bersangkutan agar
tidak mengulangi pcrbuatannya lagi; disarnping itu
dimaksudkan pula untuk mcnimbulkan efck dctcren
agar pemakai jalan lainnya melakukan pelanggaran
serupa. Dcngan dcmikian setiap peuindakan rcpresif
juga mengandung unsur preventif

Sehubungan dengan metoda rcprcsif nu, perlu


disadari bersama bahwa kebcrhasilan upaya
penanggulangan keselamatan lalu lintas melalui
pcnindakan hukum tidak dapat bertumpu hanya
kepada kcaktifan aparat pcnegak hukum saja.
Melainkan hams diperhatikan pula faktor-faktor.
lainnya yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pencgakan hukum, Karcna disamping
faktor kualitas para aparatnya, pencgakan hukurn
hanya akan efektif apabila didukung olch faktor-
faktor Iainnya, sepcrti kclcngkapan sarana untuk
mcncgakkan hukum, cfektifitas hukumnya sendiri,
scrta tingkat kcsadaran masyarakat,
..
-. !

24 I
I
I
IV. SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS

maka pendekatan yang digunakan dalam pengem-


P eningkatan kesejahteraan akan meningkatan
mobilitas masyarakat, yang pada gilirannya
akan menuntut pelayanan lalu lintas dan angkutan
bangan sistem informasi untuk penanggulangan
kecelakaan lalu Iintas dilakukan melalui
dengan tingkat keselamatan, keamanan, kecepatan, pendekatan Iegalitas yaitu berdasarkan
kelancaran, dan kenyamanan yang Iebih tinggi, ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam
ragam yang lebih banyak dan kapasitas yang lebih peraturan perundang-undangan yang berlaku,
besar. Disisl lain peningkatan mobilitas masyarakat Dengan demikian dapat diharapkan terdapat
tersebut ternyata juga membawa dampak yang kesesuaian antara dasar teorl dengan
negatif karena tidak siapnya tata nilai dan perilaku ketentuan-ketentuan dan kebijaksanaan yang telah
sosial yang dicerminkan dalam wujud disiplin ditetapkan dalam peraturan perunang-undangan
berlalu Iintas, sehingga kemajuan teknologi yang yang berlaku, baik terkait dengan substansi maupun
terlalu cepat khususnya teknologi kendaraan kewenangan.
bermotor, membawa darnpak pada meningkatnya
kecelakaan lalu lintas yang rnengancam
keselarnatan jiwa baik pelaku itu sendiri rnaupun LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
orang lain. SISTEM INFORMASI

Tujuan pengemoangan dan penataan sistem Penjabaran langkah-langkah yang diperlukan


informasi kecelakaan lalu lintas adalah sebagai dalam merumuskan langkah-Iangkah dalam
berikut: pengembangan sistem informasi sejak merumuskan
model data sampai dengan pengorganisasian
a. Menciptakan persepsi yang sama antar instansi penyelenggaraan sistem informasi untuk pe-
dan lembaga terkait dalarn penanggulangan nanggulangan kecelakaan lalu limas antara lain
kecelakaan lalu lintas; meliputi:

b. Memberikan informasi yang akurat mengenai a. Model Data;


perkembangan kinerja transportasi jalan b. Sumber Data;
terutama yang berkaitan kecelakaan lalu lintas c. Arus Data;
faktor penyebab, serta dampak . yan~ d. Pengolahan dan Analisis data:
ditimbulkan; e. Kebutuhan Piranti Lunak dan' Piranti Keras.

c. Memberikan informasi yang memadai dan


mempermudah serta mempercepat proses MANAJEMEN PENANGGULANGAN
pengambilan keputusan, baik sebagai KECELAKAAN LALU LlNTAS
keputusan bersama dari berbagai instansi
pengambilan keputusan internal Hal ihwal kcc.e.akaan Jain .iotas
masing-masing instansi dalam rangka
penanggulangan kecelakaan lalu lintas; Bertitik tolak pada pokok-pokok pikiran sebagai
benkut :
d. Memberikan gambaran sejelas mungkin
mengenai organisasi penyelenggara sistem a. Peristiwa kecelakaan lalu lintas merupakan
informasi; kejadian yang jarang dan acak, untuk
memahami phiIosofi dasar diatas perlu dilihat
e. Sebagai media untuk mengkoordinasikan pengertian dari masing-masing secara terpisah.
upaya penanggulangan kecelakaan lalu Hulas Kejadian yang Jarang dan Kejadian yang
berbagai instansi; Acakltidak menemu .

Mengingat bahwa kompleksnya perrnasalahan b. Kecelakaan lalu lintas merupakan serangkaian


kecelakaan lalu lintas serta rumitnya koordinasi kejadian, yang pada akhimya sesaat
antar instansi dalam rangka penanggulangannya, sebelumnya terjadi kecelakaan didahului oleh
gagalnya pemakai jalan dalam mengantisipasi

25
kcadaan sekelilingnya tcrmasuk dirinya Perhalkan Secara Optimal Si~tcm LLAJ
sendiri.
a. Sasaran
C. Kccelakaan lalu lintas mcngakibatkau I
terjadinya korban atau kerugian harta benda Upaya pcnanggulangan k~celakaan melalui
pcndekatan ini dilakukan dingan sasaran agar
d. Dalam peristiwa kecelakaan iidak ada unsur peluang tcrjadinya kecelaka~n dapat dikurangi
kesengajaan, sehingga apabila terdapat cukup dengan biay.a yang minimUr'l, yang dilakukaI.1
bukti ada unsur kesengajaan maka peristiwa dengan tindakan 'manajemen dan rekayasa Ialu
tersebut tidak dianggap sebagai kasus kecela- Iintas pada daerah-daerah yang rawan kecelakaan
kaan. serta titik/lokasi-lokasi yang berbahaya.

Untllk kepcntingan tersebJt, maka lingkup


Tille Kecelakaan penanganan dapat mcncakup : I

Kejadian kecelakaan lalu lintas sangat beragam 1) perbaikan jalan I jcmbatan dan pcrlcng-
baik dari proses kejadiannya maupun faktor kapannya, pada lokllsi-lbkasi yang rawan
penycbabnya. Untuk kepcntingan penanggu- terhadap kecelakaan; I '
langannya diperlukan adanya suatu pola yang dapat
menggambarkan karakteristik proses kejadian suatu 2) pcrbaikan tcrhadap peralu1ran lalu lintas yang
kccelakaan lalu lintas, agar dapat disimpulkan diberlakukan ruas-ruas jr1an tertentu yang
faktor penyebabnya sehingga dapat dirumuskan rawan terhadap kecelakaal11alu lintas;
pula upaya penanggulangannya.
3) pemberian arahan da~ bimbingan (pe-
Sehubungan dengan hal terscbut diatas, perlu nyuluhan) kepada masyartat; .
dilakukan pengelompokanllipologi kccelakaan lalu
lintas mcnurut proses kejadiannya, yang secara 4) pcncgakan hukum bag. pemakai jalan,
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : khususnya terhadap hal-ha! yang rawan
tcrhadap kecelakaan lalu lintas,
a. Kecelakaan kendaraan tunggal, yaitu
peristiwa kecelakaan yang terdiri hanya satu Semua upaya tersebut dia+s bertumpu pada
kendaraan; kcmampuan pcngumpulan dan analisis data dalam
menggambarkan kecelakaa~wkecelakaall serta
b. Kecelakaan pejalan kakl, yaitu peristiwa lokasinya untuk mengidentifikasi dimana
kccciakaan yang melibatkan pejalan kaki; kccelakaan tersebut tcrjadi jerla apa-apa yang
menjadi faktor penyebab erhadap tcrjadinya
c. Kecelakaan membelok lehih darl dua kecelakaan,
kendaraan, yaitu peristiwa kccelakaan yang
terjadi pada saat melakukan gerakan membclok b. Pendekatan I
dan meJibatkan lebih dari dua kendaraan; I
Pcnanggulangan kecelakaan [Ialu lintas melalui
d. Kecelakaan membelok dua kendaraan, yaitu perbaikan sistem, sesuai dengan 'kctcntuan-
peristiwa kecelakaan yang tcrjadi pada saat ketentuan terscbut, pada hakek~1lnya bert,um!>u pada
melakukan gcrakan membelok dan melibatkan manajemcn dan rekayasa I lu lintas. Namnn
demikian didalam pcnerapan iya perlu didukung

+'. .
hanya dua buah kendaraan;
dcngan upaya penyuluhan atau penycbar luasan
c. Kecelakaan IanI'D gerakan membelok, yaitu informasi, dan penegakan
peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat
berjalan lurus .atau kecelakaan yang terjadi Dalam menyelenggarakan manajemen dan rckayasa
tanpa ada gerakan membelok; lalu lintas dimaksud, dapat mellggunakan 4 strategi
dasar untuk mengurangi ke1clakaan lalu lin las
yaitu:

26
1) Single Sites (Black Spot Program) Langkah 1

Yaitu penaganananjenis kecelakaan tertentu di Dari laporan kecelakaan Ialu


suatu ruas jalan. lintas yang dibuat oleh petugas
POLRI,
r:.",,~,::r.o'"::::I$~.--~n'" termasuk laporan
2) Mass Action Plans -Q-O-I~LJJ._Q--Q__Y _ pelengkap dibuat oleh petugas
pembina LLAJ dan pembina jaJan
Penggunaan pole penanganan yang pernah kemudian dilakukan inventarisasi
dilakukan sebelurnnya untuk lokasi-lokasi yang tempat-tempat yang dianggap
mempunyai problem kecelakaan yang biasa. rawan kecelakaan dan
ditampilkan secara geografis;
3) Route Action Plans
Langkah 2
Penggunaan cara-cara yang pernah dilakukan
scbelumnya di sepanjang route yang Langkah berikutnya, adalah
mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi. melakukan seleksi awal terhadap
tempat-tempat yang .rawan
4) Area Wide Schemes , kecelakaan yang teJah
inventarisir, dengan maksud agar
Penggunaan pola pcnanganan yang bervariasi dapat dipilih lokasi-lokasi rawan
yang meliputi area yang luas (Kota). kecelakaan yang perlu diteliti
lebih lanjut.
Penanganan terhadap titik-titik rawan kecelakaan
!Black Spot di daerah-daerah yang sebelumnya Longkah 3
belurn memiliki pengalarnan dalam penanganan
kecelakaan, diharapkan merupakan cara yang
paling efektif dan paling masuk akal. ..-~------,I Q
Dari pilihan lokasi awal yang
dihasilkan pada Langkah 2,
J II~ »kemudian dilakukan penelitian
Meskipun perbaikan titik-titik rawan kece- awal terhadap lokasi dirnaksud;
lakaanlblack spot merupakan hal yang rnendesak
dan sangat membutuhkan perhatian, namun pada Langkah 4
kenyataannya hal itu belurn dapat diupayakan
dengan sungguh-sungguh karena berbagai r---~::::--_'
SITE
Selanjutnya
:.I
setelah penelitian
keterbatasan-keterbatasan sumber daya dan dana 1
t. ..,.....r" ..... '·W ..tIS'.#'"('"1
r""f'" tv.., ''''f'~' All'"
15
.lr
.awal dilakukan, maka kemudian
serta sumber daya manusia; J r'(Jfl$l 'IU,_.,SI. 1'0
disusun daftar urut lokasi rawan
kecelakaan , untuk diusulkan agar
dilakukan penelitian lebih
Tindaklln dan Langkah-Langkah Yang rnendalam;
Diperlukan
2. Diugnosa
Selanjutnya tindakan dan langkah-langkah, yang
perlu dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut : Setelah dilakukan identifikasi terhadap lokasi yang
rawan kecelakaan dengan mengbasilkan daftar urut
I}. Identiflkasl tersebut diatas, tindakan berikutnya adalah
melakukan diognosa dengan maksud untuk
Tindakan ini pada pnnsipnya, adalah mengetahui lebih mendalam faktor-faktor penyebab
untuk menentukan lokasi-lokasi yang dianggap kecelakaan serta hubungan dan interaksi berbagai
rawan terhadap kecelakaan lalu lintas sehingga faktor tersebut. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan penelitian lebih mendalam. Untuk itu, dilakukan dalam rnelakukan diognosa dapat
langkah-langkah yang perlu dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :
diuraikan sebagai berikut :
Lungkah 5

Berdasarkan daftar urut lokasi


rawan kecelakaan, yang

27
· I'
· [ ,

I I:
[
[
·i
I · I'
I
dihasilkan dari Langkah 4,' terhadap pakct-pakct yang cocok
kemudian dilakukan pengum- untuk diterapkan pada lokasi-

Ipulan data
kelokasi-lokasi
dan

melengkapi data laporan kccc-'


fakta
dimaksud untuk
lokasi dimaksl~d.

Langkah 9 1 '
lakaan lalu lintas.
Selanjutnya setelah' pilihan-
Langkah 6 pilihan upays penanggulangan
...---SIT-E--"" pada sctia~ lokasi tclah
Setelah data dan fakta yang, : :::::::::'~:"~:~.;:...
:: dilakukan, sclrnjutnya dilakukan
dibutuhkan terkumpul, langkah , _.J',"' "'.~...~" scleksi terh~dap lokasi-lokasi
,.--_.-----, berikutnya adalah melakukan yang perlu me idapat penanganan
analisis, untuk mcnghasilkan scgcra atau rioritas lain bcr-
Wl::~U_LJ informasi mcngenai pola kcce- dasarkan kendala-kcndala yang
lakaan lalu lintas, faktor-faktor dihadapi. I
pcnyebab, serta dampak yang
ditimbulkan, Implementasl 1
Langkah 7 Setelah dilakukan pcnilaian a s berbagai pilihan
tindakan yang diterapkan pa~a masing-masing
Informasi yang dihasilkan dad lokasi, langkah berikutnya fdalnh melakukan
analisis pada Langkah 7, masih implementasi pcnanggulanganl kecelakaan pacta
dianggap tidak cukup, karena lokasi-Iokasi sesuai dengan priOjil.aSnya; ,
masih dipcrlukan informasi lebih
lanjut mengcnai bagaimana Evaluasi .
[
""~='!;r~~~::!.~;:=-~-""~'~
kecc~demngan . pc~itaku dan.
_~~::_~_, ' reaksi pemakai jalan pada Tindakan evaluasi ini dilakukan agar, diketahui
~
DiI_a)..;..lo6:l __ ·l:Ilokasi-lokasi dimaksud scsuai seberapa jauh upaya pcnanggulangan kecelakaan
dengan keadaan medannya dapat memenuhi harapan Y3l~g diinginkan dan
masing-masing, Olch karcna itu apabila tidak sesuai dengan harapan dapat PUla,
pada langkah im dilakukan , diketahui apa sebabnya. Drngan mengctahui
penelitian perilaku manusia pada hal-hal tersebut diatas mak, dapat. dilakukan
sctiap lokasi yang dipilih dad penyempurnaan terhadap upara dimaksud balk
hasil analisis. untuk lokasi yang bersangkutan maupun
lokasi-Iokasi lain yang serupa, untuk itu perlu
3. Seleks! UpayaPenanggulangan dilakukan langkah-langkah sCb,gai berikut :
[

Setelah diketahui faktor-faktor penyebab Lmrgkuh 10 I


kecelakaan lalu lintas, yang dihasilkan dari
diagnosa tersebut diatas, kemudian dipilih berbagai Melakukan ,Jmantauan tcrhadap
upaya yang dianggap tepat untuk mcngatasi )1"-_~_,-- __~A-.~-'/';.r.::lI""-':-~---'lpcrila~u
pcn~~ai
[alan lel'hada~
masalah kecelakaan lalu lintas pada setiap lokasi I~~"l..__~ . perbaikan sl~tcm pada lokasi-
serta menyusun daftar urut prioritas lokasi-lokasi lokasi yang dirilih;
yang memerlukan upaya penanganan segera, untuk
Langkah 11
itu maka langkah-langkah yang perlu dilakukan,
dapat diuraikan sebagai bcrikut :
, I, ~I
I
I
Dari hasil ~pcmantauan dari I

Langkah 8 rr:;.=--:',;~~,~ . I
I
La,ngkah 10, e~nudian dilakllkahn !
~'<io...'.::a . evaluasi ba aimana pcngaru

>' --I
k!~...;::,,"~ Mcngumpulkan
nanggulangan
pakct-paket pc-
kecelakaan yang
perna.h ~ilakllkal~ pada loka~i-
perbaikan sist m dan interaksinya
dcngan peril, ku pemakai jalan
hubungannya idCngan kccelakaan
lalu lintas yang tcrjadi pada
. .. lokasi lam, menciptakan apabila
belum pcrnah dilakukan, dan lokasi dimakSrd.
tcrkahir melakukau pilihan

I
28 !
! .

II
I
b. POLRI
Lungkuh 12
Dalarn rangka koordinasi penanggulangan ke-
Langkah selanjutnya adalah celakaan lalu lintas, POLRI berkewajiban :
melakukan analisis biaya dan
'---="'I'!"":'!~ .......- manfaat terhadap paket upaya pe- I) Mengisi laporan kecelakaan lalu lintas dan
nanggulangan kccelakaan secara menghimpun Japoran kecelakaan laIu lintas
'--_..-.
....
='--' keseluruhan sebagai dasar per- yang diisi oleh instansi pembina LLAJ dan
timbangan dalam pengambilan instansi pembina jalan;
keputusan yang akan datang.
2) Merekam data laporan kecelakaan lalu lintas
dalam media yang disepakati dan
Tugas dan Kewajiban Instansi Tcrkait menyampaikan kepada instansi yang
bertanggung jawab dalam bidang LLAJ;
Dalam upaya penanggulangan kasus kecelakaan
lalu lintas, melalui perbaikan sistem yang ada, 3) Menyampaikan data pelanggaran lalu lintas
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan pelaksanaan. penegakan hukum kepada
yang berlaku dan tindakan-tindakan tersebut diatas instansi yang bertanggung jawab dalam bidang
maka seyogyanya koordinasi dilakukan oleh LLAJ;
instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan
LLAJ, sedangkan instansi lain berkewajiban Dalam kedudukan sebagai petugas kepolisian,
membantu kelancaran pelaksanaannya disamping POLRI berkewajiban melaksanakan program
melaksanakan tugasnya sendiri sesuai dengan penangguJangan kecelakaan lalu lintas yang telah
wewenang dan tanggung jawabnya. disepakati bersama;

Dengan demikian tugas dan kcwajiban c. Instansi Pembina Jalan


masing-masing instansi dapat diuraikan sebagai
berikut: Dalam rangka koordinasi penangguIangan
kecelakaan lalu lintas, instansi pembina jalan
a. Instansi Pembina LLAJ berkewajiban :

Sebagai koordinator, instansi ini berkewajiban 1) menyampaikan laporan hasil penelitian


untuk: kecelakaan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada POLRI;
1) Melakukan identifikasi, diagnosa, dan analisis;
2) menyampaikan data keadaan jaringan jalan
2) Menyampaikan hasil kegiatan ·butir I) terkait dan lingkungannya kepada Instansi pembina
yaitu kepada POLRI dan instansi yang LLAJ
bertanggung jawab dalam pembinaan jalan;
DaIam kedudukan sebagai instansi pembina jalan
3) Membahas alternatif-alternatif upaya berkewajiban melaksanakan program penang-
penanggulangan dengan POLRI dan Instansi gulangan kecelakaan lalu lintas yang telah
yang bertanggung jawab dalam bidang disepakati bersama, sesuai dengan tugas pokok dan
pembinaan jalan dan usulan program fungsinya.
penanggulangan terpadu;
Penataan sistem yang akan datang
4) Melakukan evaluasi bersama alas pelaksanaan
program penanggulangan kecelakaan lalu a. Pendekatan
lintas;
Upaya penanggulangan kecelakaan melalui
Sebagai instansi pembina LLAJ, berkewajiban pendekatan ini dilakukan untuk kepentinganjangka
membuat program penanggulangan kecelakaan lalu panjang, dengan maksud untuk mencegah
lintas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. timbulnya kecelakaan lalu lintas dan dampak yang
ditimbulkan secara maksimal. Dalam upaya

29
I
I
penataan sistem ini dapat dilakukan dcngan ketentuan peraturan pcrundlng-Undangan yang.
pendekatan sebagai berikut: berlaku agar terjamin kr'sclarnatan SCIllUR·
fihak,
1) Kebijaksanaan
4) Pendekatan Lingkllnganl (Environmental
Dilakukan dengan mengkaji ulang materi Approach) I
peraturan perundang-undangan dalam skala
nasional, untuk mempelajari seberapa jauh
ketentuan-ketentuan tersebut mampu dijadikan
Sebagaimana telah diuraik~n dimuka, bahwa
faktor penyebab tcrjadinya Ikccelakaan sangat
I.
I
I.

landasan hukum yang kukuh untuk kompleks, termasuk kca~aan Iingkungan !


mewujudkan tujuan penyelenggaraan lain disekitar jalan. Sehubun~an dcngan hal
lintas dan angkutan pada umumnya dan upaya tcrsebut, upaya pcnanggulrngan kecelakaan
penanggulangan kecelakaan lalu lintas pada lalu llntas melalui perCl1callaan sistcn.1 scperti
khususnya, yang telah diuraikan diatas tldak ada artinya
Pendekatan ini hanya dilakukan apabila apabila tidak : disertai icngan penataan
terdapat indikasi bahwa pcratnran per- lingkungan. I
undang-undangan yaIlg ada sudah tidak Iagi
effcktif b. Tindakan dan Lang)(alll

Dilakukan dengan merencanakan sistem lalu Bertitik tolak dari hal-hal tersrlbut dia.tas, maka
lintas dan angkutan jalan sccara keseluruhan tindakan dan langkah-langkah yang diperlukan
balk pada suatu wilayah tertentutwilayah pada dasarnya adalah samai dengan proses
perkotaan/pedesaan), maupun regional pcrencanaan sistem transportasi jrlan. .
(wilayah propinsi) dan nasional.dcngan
memperhatikan penataan ruang sesuai dengan Berdasarkan ketentuan pcnjela~an Pasal 4 UU
hierarhi pcrencanaannya. Dari tindakan ini Nomor 14 Tahun 1992, kegiatan percncanaan
diharapkan dapat dipilih suatu sistem merupakan salah satu aspck dari [pembinaan LLAJ,
transportasi jalan yang akan dikembangkan yang kemudian untuk percncana,n prasarana LLAJ
secara terpadu dengan moda transportasi lain diatur dalam Pasal 6 UU Nomar 14 Tahun 1992
yang mempunyai dampak yang minimal. dan dijabarkan dalam Pasal 2 s.id. 9 PP 43 Tahun
Disamping itu mengingat lalu lintas dan 1993. I
angkutan jalan menyatu dengan kehidupan
masyarakat sehari-hari, maka penanggulangan Berdasarkan ketentuan tersebtJt di alas dapat
kecclakaan lalu lintas disamping penanganan dijabarkan tentang tilldakalltlindakah dalam
melalui rekayasa teknikal juga perlu didukung percncanaan sistcm transportasi jhlau. .
dcngan rekayasa sosial.
KERANGKA DASAR SISTE~ INFORMASI
2) Pendekatan Pendidikan (Education Approach) YANG DIBUTUHKAN I
I
Mcngingat faktor yang paling dominan scbagai a. Umum I
pcnyebab tcrjadinya kccelakaan adalah faktor
pemakai jalan tcrutama pcngemudi, maka Scperti telah dijelaskan ldimuka, upaya
peranan pendidikan yang struktur terhadap penanggulangan khususnya untu~ upaya perbaikan
pengemudi dan pemakai jalan lainnya sangat sistem dan penataan sistem mcmerlukan data yang
diperlukan, terutama yang menyangkut tcntang sangat banyak dan bcrvariasil demikian pula
bagaimana tata cam .bcrlalu lintas di jalan dengan pengolahannya mcmerlukan perhitungan
sebagaimana mestinya. yang sangat rumit, 'schingga sudah mcmerlukan
bantuan pengolahan data secara elektronis
3) Pcndckatan Pengawasan (Enforcement (komputcr), Dcngan 1emikinll. maka
Approach) perkembangan sistern informa~i dalam upaya
pendukung dan pennnggulangan kecelakaan lalu
Disamping melalui pendekatan pendidikan lintas dilakukau dengan basis komputer, .
sebagaimana diuraikan diatas, masih
diperlukan upaya pcnegakan hukum yang
dititkberatkan agar masyarakat mcmatuhi

30
Suatu sistem informasi yang pengembangannya oleh suatu instansi akan dibutuhkan oleh instansi
berbasis pada komputer, secara umum unsur-unsur lainnya, Oleh karena itu diperlukan keseragaman
dasar sistem untuk aplikasi terdiri dari : pcngembangan sistem informasi pada
masing-masing instansi.
• Sistem pengolahan data, intinya ada pada
menajemen Pangkalan Data dengan didukung
oleh sistem komunikasi data; d. Sistem Pendukung Pengambilan
Kcputusan
• Sistem informasi untuk manajemen, antara lain
meliputi sistem informasi untuk cksekutif, Demikian pula dengan sistem pendukung
sistem informasi geografis, dan sebagainya; pengambilan keputusan juga dikembangkan oleh
masing-masing instansi sesuai dengan kebutuhan
• Sistem pendukung pengambilan keputusan, dalam pengambilan keputusan. Mengingat sistern
yaitu suatu aplikasi yang dikembangkan untuk ini merupakan aplikasi yang spesifik, maka
membantu proses pengambilan keputusan. kemungkinan yang diperJukan oleh instansi lain
adalah informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem
b. Pangkalan Data yang dibutuhkan dalam ini.
Upaya Penanggulangan Kccclakaan
Lalu Lintas. PENGEMBANGAN SISTEM INFQRMASI
PENANGGULANGAN KECELAKAAN LALU
Pangkatan Data yang dibutuhkan uantuk LINTAS
mendukung upaya penanggulangan kecelakaan lalu
lintas, dikelompokkan kepentingannya dalam upaya Arah Pengembangan
penanggulangan kecelakaan lalu lintas, yaitu
sebagai berikut : Pengembangan sistem informasi untuk pe-
nanggulangan kecelakaan lalu lintas diarahkan
1) Pangkalan Data Laporan Kecclakaan sesuai tujuan yang diharapkan sebagaimana
dijelaksan dalam Bagian I. Sedangkan orientasinya
Pangkalan Data ini menampung kebutuhan adalah ke arah integrasi informasi yang lehih baik
data untuk semua instansi seperti POLRI, dengan memperhatikan sumber-sumber dan
instansi pembina LLAJ, dan instansi pambina menyempurnakan proses standarisasi agar supaya
jalan, yang dibentuk berdasarkan laporan merangsang penyebaran informasi secara luas dan
kecelakaan yang dibuat oleh POLRI, instansi konsolidasi yang cepat tentang informasi yang
pembina LLAJ, dan instansi pembina jalan. mendesak dan berkesinambungan.

2) Pangkalan Data pendukung Model Data

Yang dimaksud denga Pangkalan Data Model data yang ditetapkan untuk mendukung
pendukung, adalah Pangkalan Data yang telah implementasi sistem informasi untuk
terbentuk untuk kepentingan tugas pokok pcnanggulangan kecelakaan dititik beratkan pada
masing-masing instansi akan tetapi diperlukan Pangkalan Data laporan kecelakaan lalu lintas.
dalam upaya penanggulangan kecelakaan lalu Data yang hams tercantum dalam Pangkalan Data
lintas; ini, dapat dikelompokkan sesuai dengan
kepentingan dalam upaya menanggulangi
terjadinya kecelakaan yaitu :
c. Sistem Informasi Manajcmcn
a. Saat kecelakaan tidak terdapat korban
Dengan berbekal pada Pangkalan Data laporan mati,
kecelakaan dan Pangkalan Data pendukung
tersebut di alas, masing-masing istansi akan Bila terjadi suatu kecelakaan tidak mengakibatkan
mengembangkan sistem informasi untuk korban mali maka petugas atau instansi yang
pimpinan/pejabat sesuai dengan kebutuhan menangani adalah POLRI, sedangkan model
tugasnya, Namun demikian tidak menutup Pangkalan Data yang dibutuhkan adalah sebagai
kemungkinan sistem informasi yang dikembangkan berikut:

31
I
I I!
I:

1)

2)
Kelompok data lokasi/dacrah
kejadian kccclakaan,
tempat Adapun
diperlukan adalah : i
model Pan lalall Oal8 yang

Kelompok Utarna, terdiri dari : a) Kondisi prasarana ya1g mcncakup :


II
a)Kelompok data waktu kcjadian • Fasilitas [alan dal~ jembatan il: .
b) Kelompok data kendaraan terlibat • Kondisi Iingkungrn dan sekitarnya 'III·
c) Informasi umum, terdiri dari :
il·
• Data tentang modus operandi
• Data tipe tabrakan
b) Data sarana : l. I, .

II
• Data lingkungan • Kondisi teknis ke daraan II"
• Data jalan, • Pemcriksaan buki uji
·11
Ii
3) Uraian singkat kejadian, terdiri dari : 2) Model Pangkalan Data u1tllk pembina jalan 'Ii
JI·

. l[
1! :
a) Data kendaraan-kendaraan yang a) Geomctrik [alan : I II.
Ii
terlibat. !I
b) data pemakai jalan yang terlibat : I II:1 f[
• Alinyemen horizontal : radius ,
c) Data pengemudi kendaraau-
kendaraan yang tertibat •
bel ok, super elcvasi, friksi,
Alinyemcn verti~al : gradien, dan
'II: f
r
d) Data penumpang kendaraan- jarak pandang I ill'
I ,
kendaraan yang terlibat Ii
c) Data pejalan kaki yang terlibat b) Kondisi jalan dan jenjbatan : lebar, daya II
II
f) I1ustrasi kejadian dukung I il
g) Keterangan saksi; I !I
h) Keterangan pengemudi !I
c) Pulau-pulau jalan. :ll
i) Kesimpulan seruentara dari petugas, 'il
tentang kecelakaan yang telah didata II
j) Uraian detail. c. Pangkalan Data untukl manajemen dan
Ii,I·
rekayasa lahl lintas I II
b. Pada saat kecelakaan terdapat korban II
mati
II'
Manajcmen dan rekayasa lain lihtas terutama yang II
berkaitan dengan pendanaan, I pengawasan dan II
Sesuai dengan PP No. 43 Pasal 94 ayat 2, pengendalian lalu lintas yang rberkaifan dengan
menyebutkan bahwa dalam hal tcrjadinya upaya penanggulangan kecela aan lain lintas, rII,
kecclakaan yang mengakibatkan korban mali, Guna mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan il
ditindaklanjuti dengan penelitian yang data pendukung yang bcrkorelas~ dengan pcnyebab IIII.
dilaksanakan sclambat-lambatnya 3 hari oleh terjadinya kecclakaan,
kepolisian negara Repub!ik Indonesia, instansi !I·
i! :

yang bertanggung jawab dibidang LLAJ, dan Data tambahan terscbut : ilII
instansi yang bertanggung jawab dibidang lalu :1i
!intas [alan. [! I
I) Data volume lalu lintas hari1n rata-rata II· - I
2) Data kecepatan II I
Model Pangkalan Data yang dikumpulkan oleh 3) Data tata guna tanah ,II
·jl
masing-masing instansi tersebut tentu berbeda 4) Data hambatan (delay)
sesuai dengan kepentingannya, 5) Data komposisi kendaraan II
6) Data sosial ekonomi I I!
1) Model Pangkalan Data untuk pembina LLAJ I
II
:11 :
Sumbcr Data I :1·
I'

II
Untuk menemukenali penyebab tcrjadinya
kecelakaan maka pembina teknis LLAJ Sumber data tidak hanya mCllcn!tukan sumber dari
wajib mengumpulkan data scsuai dengan mana dan siapa yang mengumpulkan data, tetapi
wewenang dan tanggung jawabnya.
II
tcrmasuk juga unit, dinas ata~ organisasi yang II
mengumpulkan data, I . il
II

II
32 r
!il

i:
'il
I

:11 .
.n
Ii
II
Ii

II
Pencatatan kejadian kecelakaan lalu lintas
Dalam hal pengumpuJan Pangkalan Data dengan menggunakan formulir dilaksanakan
Kecelakaan Lalu Lintas, Instansi yang terkait oleh Petugas POLRI dan atau POLRES
adalah: setempat

3. POLRI; 2) Hasil Pencatatan


h. Dines LLAJ Tk. I & Tk. II;
c. Kanwil Dephub; Hasil pencatatan kejadian kecelakaan lalu
d. Dinas PUlKanwil Pu; lintas dihimpun dalam bentuk laporan bulanan
e. Rumah Sakit. dan salinannya diteruskan kepada POLWIL
dan atau POLDA setempat.
Diagram Arus Data
3} PengirlmanSalinan Laporan Bulanan
Diagram arus data (Data Flow) menguraikan bagan
alir data kecclakaan secara makro yang meluputi : Pengiriman salinan laporan bulanan diterirna
oleh POLWIL dan atau POLDA 40 (empat
a. PengumpulanData. puluh) hari setelah had terakhir setiap bulan,
untuk diproses dalam pemasukan data dengan
Pengumpulan data merupakan prosedur yang cara komputerisasi.
dilakukan oleh unit pelaksana lapangan (pOLRI)
untuk mengumpulkan dan mencatat data sesuai 4} Hasil Pengumpulan Data Bulanan
dengan formulir data seperti diuraikan dalam point
1 sebagaimana lebih lengkap disajikan dalam Hasil pengumpulan data bulanan kecelakaan
Daftar Formulir 4.1 yang dikenal dengan Formulir lalu lintas di tingkat POLWIL dan atau
pengumpulan data kecelakaan "Tripel L" (Lahta POLDA tersebut diteruskan kepada Dinas
Laka Lantas) yang merupakan kepanjangan dari LLAJ Tk. I dan Kantor Wilayah Departemen
Pengolahan Data Kecelakaan Lalu Lintas, Perhubungan setempat dalam bentuk Copy
Disket dan diterima selambat-Iambatnya dalam
Kumpulan data dapat diambil dari berbagai media. jangka waktu 10 (sepuluh) had untuk
dilakukan proses rekapitulasi data laporan
Pertama, data kecelakaan tersebut dicatat sesuai bulanan ditingkat Propinsi.
dengan formulir data kecelakaan. Selanjutnya
pengumpuJan data dapat dilaksanakan dan 5) Kantor Wilayah Dep. Perhubungan
disimpan dalam Disket (dalam hal ini format data
yang disimpan hams standar). Kantor Wilayah Departemen Perhubungan
berkewajiban mengirimkan data laporan
Tahap akhir, data tersebut disampaikan sesuai bulanan yang telah diproses tersebut kepada
dengan kepentingan dan tanggung jawan instansi Menteri Perhubungan c.q. Direktorat Jenderal
pemakai. Perhubungan Darat dalam bentuk Copy Disket
dan diterima selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
h. Transfer Data hari untuk dilakukan proses rekapitulasi data
laporan bulan ditingkat Nasional.
Tranfer data merupakan prosedur transfer data dari .
Unit Pelaksana (POLRI) ke Dinas LLAJ Tk. II, 6} Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
dan Dinas LLAJ Tk. I atau Kanwil. Dephub, yang
selanjutnya dilaporkan ke Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Perhubungan Darat. berkewajiban mengelola serta memproses data
kecelakaan lalu lintas jalan dalam rangka
Urusan Sistem pelaporan dan trasfer data penyusunan kebijaksanaan dan atau
kecelakaan tersebut selcngkapnya seperti uraian keselamatan lalu lintas jalan, sehingga dapat
berikut: dimanfaatkan oleh berbagai instansi serta
lembaga-lembaga yang berkepentingan dengan
masalah keselamatan lalu Iintas jalan.
1) Pencatatan c. Pemberkasan data (data capture).

33
•. '( _.
.:11
IiIt
I
11
u, ."n ;1
, itI: .,1
II
n
Pemberkasan data merupakan prosedur pem- dipakai serta mode, tampilan d~ta yang dihasilkan.
berkasan data dari formulir, media komputcr dan Untuk mcncapai hal tersebut m;aka perlu dilaknkan
Ii "!I
:\\
J!
dimasukan Pangkalan Data. Pcmberkasan data pelatihan (work shop) terhadJP perangkat kcras I)
dilakukan oleh Hap unit pelaksana aiau instansi
yang berkaitan dcngan masalah kecelakaan latu
dan perangkat lunak yang dipa (i. \'
,I
it"
:,\l
Ii"
;
.,1
lintas. Dalam pemberkasan data, disamping proses . 1\
pcnyimpanan (storing) data juga dilakuakan Implcmentasl I Ii II
analisis datil sesuai dcngan kepentingan dan tujuan
instansi yang bersangkutan. Sebagai contoh : Uji Coba Penanggnlangan Kasul Kecelakaan
.
,
Ii ·11
·:1 .
]
].i
! n
!I
l .J\
• POLRI dalam analisis data kecelakaan Sebelum diadakan uji coba pen~nganan kccelakaan ,;
I.
"11
mungkin lebih ditekankan dalam idcntifikasi terscbut tentunya hams disepakati atau ditunjuk IiIi "'(
I'

terhadap pelaku kecelakaan, terlebih dahulu sesuatu lel~lbaga pcmerintah I!


. «, f
• Departemen PU, akan lebih memfokuskan maupun 110n pcmcrintah yang bcrtugas mcng- II1\ r\
Iii J, !.
terhadap penyebab kecelakaan dari segi teknik koordinir tcrhadap uji coba tdrsebut bertauggung I'
I' 'IIII I
I;.
jawab terhadap kelallgsunga1n pendataan ke-

I
geomctri jalan (geometric road design), I,· .11 •
semeruara , celakaan dimasa-masa yang akt datang. l!

• Dircktorat Jendea'at Perhubungan Darat, Ii


,I
: !I
"·Ii
scbagai instansi pembina teknis di bidang Tahapan-tahapan kegiatan dalnm melakukan uji Ii ii
II
,.
,
[

LLAJ akan lcbih menitik bcratkan tcrhadap coba tersebut dilakukan menurut urutan prloritas,
II
"\ .. " ;1 I.
j: 'II

analisis kinerja transportasi yang antara lain yailu: • i·· . , I' . ·'1

:1\ :
ditunjukkan oleh tinggi rendahnya tingkat :J!

11
kecelakaan lalu Iintas (accident rate), dari segi
kelaikan kendaraan, faktor-faktor penyebab
• menjamin orang yang tcrlu~1a s,;dah diurus .• IiII
"i\
.nu l
'.
II ·'1
.h
I
kecclakaan ditinjau secara keseluruhan dan • menjamin kcselamatan jal n dan. mengkoor- "
Ii ii
hal-hal lain yang tcrkait langsung di bidang ke . dinasikan pembukaan kem ali arus lalu lintas, "!i Ii
lalu lintasan dan angkutan jalan sccara UIHUIl1, tetapi tidak memindallkan kcndaraan- Ii.1
kendaraan yang tcrlibat [dalam kccclakaan , Ii n 1I
Kebutuhan Piranti KCI'as dan Piranti Lunak sampai petugas pcnyelidik kecelakaan , Ii :
:1
:\iiI I
:J[ i
mempunyai kcsempatan untuk mencapal lokasi i
I:r:
:li i
Kebutuhan terhadap perangkat keras dan perangkat dan membuat evaluasi pendrhllluan. i
ii :

lunak adalah mutlak dalam infort;l\\si keeelakaan. I:


I~
;1]1
"ll
Hal ini pcnting dalall1 mcndukung proses transfcr • membuat pcrincian kecela~aan tersebut; dari "
ii
data antar instansi tcrkait. Faktor yang paling pengamalan dan waw~ncara. (terutama I! '\I,1 .
i'
penting dalam pemakaian perangkat lunak tcrscbut terhadap pcngamat yang 11dak terlibat dalam Ii j!
\1
adalah kcseragaman dan tingkat compatibilitas· kecelakaan tersebut).
.
. .
. ii !I
perangkat lunak yang dipakai. Salah saltl contoh "
r ii ..

perangkat lunak yang dipakai dan cukup memadai • fficngcva!uasi dan mcminta bantuan yang periu IiI! )i
II
"
dalam memasukan (inputing) data kecelakaan yang dari amblllans, pClnadam \kCbakaran, t{antm 1\
I! ,
II
I,

antara Jain adalah bcmpa spreadsheet, database dan penyidik kcmaliall, dan ull[uk pengaturan lalu I! Ii .
·0
lain-lain. . lintas. t. . · It" ·'1
ii II
i I,
Pada tahap analisis data, dimana sl'll\gat • mcmberi pertoiongan pe 1ama bagi yang
J! 'I1I
.1
menentukan olch tillgkat kcpentingan masillg- tcrluka Ii
, I'· Ii
masing inslansi, mungkin dapat digunakan sebagai •
jenis pcrangkat (unak, salah satu contoh adalah : • melelakkan ramhu-rambu peringatan untuk
itI;
i'i "
·11
I'
,I
II
11 ,
Microcomputer Accident Am:lisys Package mcmbcritahukan bahwa lalu· Iinlas dalam· II ·11
(MAAP) yang dikcmbangkan oleh TRRL lnggris.
Dalam pcrangkat lunak jni mcncakup invcsligasi
kcadaan darurai. I· i
,
!, l'
1\
ii,
'\\
·11
11.
kecelakaan dan evaluasi terhadap upaya yang tdull • mcngumj)ulknn saksi-saksi mala· scheluffi !
II Ii
,I
dilakukan dalatn pcnanggulangan kecelakaan. mereka mcninggnlkan lcn!pat l<ejadian. dan
II 'I
i "
meminla mereka IIntuk nCl\\tIIggu hingga· II
Dalam kaitannya dcngall keseragaman dalam wawancara dapat dilakukan. ,
Ii
I',
Ii
Ii
Ii
"
proses transfer data, diperlukan cara pelaksanaan I:
11 Ii,\
(manual) terhadap jCllis pcrangkal Illnak yang • 'IL li
L ii
p
34 r il
Ii
:li
II
":1 ·l1
:i!
i\' ~n.
;
Ii,I! . ~I
ii
!,
\I
• mengumpulkan bukti-bukti. kepada orang lain mengenai daerah kecelakaan
tersebut.
• membersihkan dan mencuci pecahan-pecahan
dan membuka jalan kembali. Dari hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan
analisis sehingga data yang diperoleh dapat
• mencatat keterangan dari saksi mata dan para • dipergunakan sesuai dengan keutuhannya. Terdapat
pengemudi. dua pendekatan pada analisis kecelakaan yaitu
dengan menggunakan metoda statistik dan metoda
• penyusunan laporan. klinis.

Data yang dikumpulkan hendaknya mengikut- 1). Metoda Statistik


sertakan orang-orang yang terlibat dalam
kecelakaan, keadaan kendaraan, kondisi dari Metoda statistik meliputi pengumpulan dan
prasarana, dan arus lalu lintas. Selain itu data analisis sejumlah besar data historis standar.
lingkungan juga penting untuk diikut setakan tetapi Lokasi, karakteristik kendaraan, dan karakteristik
sejauh mana bagaimana Iingkungan tersebut pemakai jalan dikaji untuk faktor-faktor dan
berpengaruh seperti : kecendrungan umum. Lolasi yang berbahaya dapat
diidentifikasikan dan juga dapat dikelompokkan
• penarnpilan orang, misalnya kemampuan menurut frekwensi dan parahnya kecelakaan,
pandangan seperti:

• prasarana, misalnya pengaruh hujan tcrhadap • Black spot yang mempunyai resiko tinggi,
prasarana. sering dihubungkan dengan geometrik jalan
seperti persimpangan, lengkungan tajam atau
gradien.
• penampilan kendaraan misalnya angin
kencang yang dapat membuat kendaraan
terbaik. • Resiko antara, yaitu sejumlah kecelakaan yang
tidak saling berhubungan pada lokasi yang
serupa, tetapi terlalu sedikit untuk
• arus lalu Iintas, misalnya hujan yang bcsar
mengidentifikasikan tempat-tempat dengan
akan menyebabkan kendaraan-kendaraan
berjalan Jebih lambat. resiko tinggi tersendiri atau sebab-sebabnya
yangumum.
Data yang dikumpulkan harus dieatat pada formulir
laporan . kecelakaan yang telah distandarisasikan. Analisis statistik dibagi dalam analisis makro dan
Diagram tabrakan adalah yang paling penting, mikro, dimana analisis makro menginden-
dimana gambar dapat memperlihatkan suatu yang tifikasikan karakteristik yang sangat umum seperti
sulit dijelaskan dengan kata-kata. kecelakaan yang paling buruk. Sedangkan analisis
mikro mengindentifikasikan secara khusus seperti
Diagram tabrakan memperlihatkan posisi akhir sebab-sebab pokok, yang kemudian memberikan
dari kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dan pedoman tindakan perbaikan yang sesuai.
juga Jintasan pergerakannya sebelum kecelakaan
tersebut terjadi. Untuk analisis statistik yang paling praktis dan
cepat adalah analisis numerik sederhana yang
Hal yang juga penting adalah pengambilan foto memperlihatkan hal-hal seperti:
dari daerah kecelakaan, dimana foto dapat
mencatat informasi 'yang tidak mungkin • jumlah kecelakaan
dimasukkan dalam formulir laporan kecelakaan, • lokasi
mungkin karena kepentingannya belum dapat • tingkat kecelakaan dibandingkan dengan
diketahui pada saat ini. kepadatan penduduk, pemilikan kendaraan,
penggunaan kendaraan (kilometer kendaraan).
Foto juga mcmbantu untuk mengingatkan • kelaziman ciri-ciri desain.
dikemudian hari, apabila kejadian tersebut telah • keparahan luka-Juka.
dilupakan dan juga membantu memberitahukan • tipe kendaraan yang terlibat.
• karakteristik pemakai jalan, umur,

35
,
, Ii it

I : Ii Ii
II
!,
II
Ii Ii -

I: i:u I
r-

I
il
o gcrakan kcndaraan yang terlibat. Pcrsepsi pcngcmudi dan sias~t pcngemudi dapat Ii Ii!I
Itr:
• keadaan lingkungan, dsb diduga dcngan mcngh\lbun~kan posisi 'sctiap I; I!
·n
HII
Faktor yang paling mudah untnk menggambarkan
k~~d~r?an dan orang .d~ng~n yang. lain ser~a
em-em prasarana sepern tJku~gan, tanjakan, gans
Ii li'I
dan mempertunjukkan adalah lokasi, dimana dapat pandang dan alat-alat pcngaturllalu lintas. .
;
Ii II ,
digambarkan dipcta untuk menggambarkan black . I· I:Ii :11 ,
spot, lokasi yang bcresiko sedang dan faktor-faktor Rekonstruksi hams diusahakan, dengan menem- I: II
,'I
umum yang dibutuhkan. patkan rnendckati kejadian yang sebenarnya, yaitu : Ii -11
I!
u
~t:., Ii'I
Analisis numerik scbaiknya ditunjang dcngan • titik kemungkinan rscpsi, dimana IiI, ~
peninjauan lapangan, yang kemungkinan pengemudi pertama kali merasakan adanya 11
11 ji
!: II
didasarkan pada laporan dan analisis kecclakaan bahaya dari suatu kecelaka n. . I'i!
yang sesunggguhnya.
Ii ;i
• titik perscpsi sebcnarnya, dimaua pengemudi il ..,
1

mcrasakan bahaya yang sc narnya. . I:


p IIjl
Hasil analisis dapat diringkas dalarn bcntuk pcta, • committed point, yaitu titik tidak . dapat ; jj l
r:
grafik dan tabel, sedangkan analisis khusus dihindari. . H ;il
• r
sekurang-kurangnya harus mempcrlihatkan hal-hal I:
:I!'II

I
sebagai berikut : Juga terdapat kemungkinan untuk mcnctapkan
ij
tindakan tcrhadap p.elanggarau Indang-undang lalu 'ij
.\.
• pcrnbahan tingkat kecelakaan dan kcparahan '. 11
lintas sepcrti kecepatan yan? mclampui batas, , Ii
dari tahun kc tahun, .,11
ntcngemudi secara berbahaya d~n sebagainya. , I: '!
ll ~
• perbcdaan tingkat kccelakaan antara : I; if ji
lokasi-lokast yang bcrbeda. n j!
,!
• kcparahan kccclakaau. "I: ,Ii
.).

• jenis jalan yang terlibat. " ji

, Ii :1\
• jcnis kendaraan yang terhbat. "" '!I
" Ii
• manuvcr kendaraan yang dilakukan, Ii Iiu
• waktu dan hari.
Ii
r, Ii
2). Metoda KJinis I,~ " 11"
Ii !iu
Metoda ini meliputi penyelidikan suatu kccclakaan " II
terscndiri guna mcncnrukan bagaimaua dan Ii
, I: ,I,'I
mengapa terjadinya dan mcngambil kcsimpulan- u
kesimpulan mengenai kecclakaan yang serupa j I:Ii ·!I
·iI

, i'I:
'il
dapat dihindari. Metoda yang sangat scderhana :·ll"
dengan peninjauan ditempat untuk menghasilkan "I'
I: u',I
j I: il
data pengarnatan yang sedcrhana dan pertimbangau I:
I:
:1
ji
I' il
secara profesional. Metoda yang Icbill rumit I', 11
,:
I'
menyangkut rekonstruksi kecelakaan didasarkan I!
ii H
'if
pada laporan-laporan dari instansi penyidik dan ; j] 1\
"i!"
saksi mata dan pada pcugamatan, .'
"I:
\1
tindakan-tindakan dan analisis lokasi ; II
:l!
mempcrkirakan hingga kccclakaan lcrjadi. ,J!
Ii Ii .
Ii
, Ii
Mcrckonstruksi kccelakaan dimulai dcngal\
I , I: Ii
,/I;1
formulir Japoran kecclakaan dan kritcria saksi
mala, serta jenis dala. Data yang dipcrolch akan I'· 'd,i ,
I! n
menghasilkan pengclahllon tcnlang gerakan .'I"
kcndaraan sewaklu kccelakaan, schingga diagram " 'j!
waktu/mang dan kecepatanl pcrcepatan dapat Ii 'I'
!If
diperkirakan. ..
Ii
11
Ii ii
i'I' , Ii"
Ii
I
n j ·11Ii
, I'"
" 1 'il
i 'n "

36
, Ii ,I'
, Ii
, !i
,
Ii 'n ,ir
" h
,j;

n ,H , ;:,

, ,II
ill
Ii I ,!)
t. PIIOPIH81
KEPOUSIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2.POLOA

LAPORAN I(ECELAKAAN LALU .- LlNTAS

II. TANGlGAL ------.-~


1. BUKANHARI RAYA LAPORAN OIAMA
.-.----~--.-~
JUl.IlAH I<OROAN N£N1NGGAi. ll.O<A
7. BULAN 2. TAHUNBAIIV PENGoEUVDI 15.1 1 18.1 1
8. TAHUN
II. HARI 4. IDUI. Flml
t 2. JIA.. !<END.lERLIOAT
'3. All. !<END. RUSAl<
I
1 ,
1 PENVLCPAHQ
PEJALAN KAKI
17·1
Ie., ,
1 18.1 1
20J 1
to. JAIA IT] S. HAIII NATAl.
14. I<ERU!!~ UA~J-'-"-'-
11. HAR' RAYA Rp. 1 X 1.000 [it. KELAS !<E<!E1.AtW.N I U I 0 I R I f( I
INFORMASI OMOM
-.------.-----.---.-.----.~---~
22.PEFlKlflMN .i, KECEPATAN TINGGi- .~:. 'ToK'PATUH;PErUGAS OI\T" JALAN
PENYEOAD ,~DAHUl..UI TDK. AMAN ~~. nON< JAGA JARAK 3t:'LEuIU1~---' -=-~rT~-;~lE_F!_(OIBU\.AT~
Kf'CEtAI<MN 2,_ 110AK BERI PRlORITAS 11. TERLAlULAMBAT sz. PENYEI.4I'fTAN c-!:- TID A K ~, JEMBT.2 ARAtt
~ KVAANG ANTlSIPASI ,g TEKNIS I<ENOAFIAi'N ___j~ 2. JEMBATAN I AllAH 4. lAlN - lAlN
r!:-
KUAANG KONSEmAASI ...H, PHISIKJAlAN 33. l'eKEAJAAHJAl.AN r. T 10 A K A 0 A 2. A 0 A
..!!: lANGC'.ARTRAFFICLIGHT ~ ALAMIlING~U~~ 3-4. AUNEMEN JAL/IN 1, lURUS OATAR 4. nKUNGm NAIl<I
I""!'_ GAR- MMaU/MARKA ~ .~N-Lt!!d !:. tuRUS NJIlKI TURUN .__ l1JRUN
r- -;~8~·rl1~O~AK~=B~eR~I~T~A~N~0~A
__ _,·-·I----------~ , . ........,_~1_3"'._+TI-'-"-'KU"'N::.:GAN=-'-"-OA'-'-T:.:.A:;;n:.....-+-"'5.
LAlN_ - LAIN __
23. TIP E r..!.:.TABFW< ORANG t-~ TABIIAK OPN - OPN 35. KOOSlllUKSlI'ER - 1-1.:.. ASP A L _:!;_ JIltAN [)IPERKERAS
I(ECE~ ~ TABIlAK HEWAN ..!!:. TABRAI<OPN - BtKO I-._::U::.U,:;.KMH=:-..-J._,~=::......._+-=-~'_l.
~B:..:E"-T:-O~."N:.._
__ ._ ~ ~_ tc..;AI;.;.;N;___-l
3. TABIlAKBENDA TETA!' 7. TABRAI<OPN - SAMP :Ia. KUALIfAS PEA- 1...1:.. BAlK I HIltUS 1-_:I,_ KERITING
1_ DIBAOANJ.lltAN II. TABRAI<BERGANOA MUKMH ~JAL.AN l.~
l'-r-'
BERlUBANG .s. BERGElO_~
..1:. KERING
± ~:~
4. TABIW< BENDA TETAP ~ lAli'!.~,!:!'N: ,--~ 37. KF.Af)AAN 5. tlERMlNYAK
'- • L... _ _Q! LUAn BAOAN_J:.;_.IIt.::::._:#4_:__--L.. _ PEnM\Jl(MN 2. Oil S AH
'~~~LEH
----------,J JJlU.N ...!!:._ BE A PAS I R
li.!..I.ABAAK I.NlI IJTJLU- !< A ~ __ =rTJL-Y.:......:A,,-_____ 4. BE R L U M P U A
~~.!'P~ ~_r-!.:..~AK ADA ~E~2IAN .~2._AOAMEDIAN
DATA LINGKUNGAN 39. BAHU JALAN r-!.:.. TANPA BAHU JlN 4. A U fA PUT
25 LOKASI I. I>IOALAM I<OT... ~. DILUAA KOTA I~ ASPAL. 5. TROTOAR
~ lINGKUNGAAr-!.:.. PEMUKIMAN __!._ WISATA ~ TANAH .
~. P E RS EL ANJAAN .I: peR T"NIAN ~_ ~!-II BAHU ~~ 1 I METER 01WJ.TI<AN I
_~ PERKANTOAAN ~:~~ 41. POSIS! IIJ\HU -I.IItAN ...1.:. TANPAIlJIHU JALAN ~ lEBIH RENOAH
_~ SEKOlAH _._-_._-- 4~.-TrpE--·----T·. -'--:-IT
ruo BADAN JlN
~ -~_j 2. LEBIH nNGGI •. smA RA""T"'A;-_-l
5. INOUSTRI
27CuACA MN- _1..:. C'E-Ii 'A-H'"
-lj~liiUJ:;;:-N[II~[i"'l_N-~l!.::: PERSIMPANGAN OUKNl _J lL. ==-:: "-../
.!~BEROEBUI ASAP{..!i:.
::; -111-= --IIi' j L
]t..
KONDISI PANAS

Dim'~~
~,~~:
..
.__ U.QARA. __ ~. lill.!!_U.L______ _ .. _
2.8 KOOOISI _1.:.. SIANG - TERANQ A1.AMADA PENEIlANGAN
PENEIlANGAI'<...!:. SIANO - GElAP 5. MI\lMI - AOA/MAlI
JIIlAH
21' BATAS .i.
KECEPATAN ..!:.. IS0
40 'f'~C70 l2J-;,oo-~--- ._
3. SUBUH / SENJA

~'. a 0
e. MALAM - GELA!'

43. PENGAnmm 11. PERlmAHA.ARANGAN 5" AI AT PEN'GENDAUDAN


l--@.!fJM>9_ 2,_ ~ 1_~.O II. . !A.U LlNTAS ~~ RAMBUL.lltU-lINTAS __ f'1'NGAMANPEMA1<A1JlI
:w pov. AltUS ...1:.. LIltU-LINTAS SATU AMH .s, MIIRKA JALAN r-!- TANPAATURApN:""'__-i
lANTM ..!:.. LIltU-LINTAS OUA ARAH 4. IItATPEMBEAIISVAAA 7 LAIN-LAIN :1
3. KED U ANY A (01 PERSIMPANClAN) LALU-LlNTAS

UHAIAN tiINGKA' Kt:-.lA' 'IAN

---~-------------------------------------.--.----------------.----_---
----------------~------~~----.------------------
..--------

----------.---------------_----_.--------------~----.-----------
-----------------------.---------~--------------.--
HIltAMAN - I

37
DATA KENDAFIAAN YANG TERUBAT I
KEN 0 A R A " N K I: - :.". KENDAR"AN KE - "." ~!-I__ ~_I
44. JEHIS ,__!,_ Mill. PENUMPANG ~ SEPEDAMOTOR 44.JE N I S ~ Mill. PENUMPANCl ri'
SEPEDA ~TOR
KiONOARAAN f-&
MIll.BVS ~ RANsve KmDARAAN ~ Mill. BUS I~ RANSUp
~c--:-.,--::- __ I---------l-~. MOL.BAMNG
+3"-'fM~Ill""-,,.IIARAN==!:!G_~~II''-l~BU~KAN=!...!flAN=!.'!M~O~R!___-l II. !!y_I5AN I\A.NMon
oIS.TIPE ~9EOAN ~mUKBEMT 4S.TlPE ~SEDAN Ill'T11UKB~reT
KmOARAAN ~ STASIONWAGON f1!-
TRUK MnKULASI KmDARAAN ~ STASION WAGON c!_1. mUK M KLlASI
,_!,_ J E EO P IE GAtJDENGAN • ~ J E E P l! GANOE ClAN
I~ MINI B US ~ BAJAJ/HELlCN< f~ M I HI B US ~ IlAJAJ/HnllC.oK
~ B EM 0 ~~EPeDAMOTOIVSKurEn ~ BE M 0 H. EPIOOAMbTORlSKlIfEll
~MIKnO BUS l~SEPEOA ~MIKRO BUS' ~SEPp.bA
fL. II U S J!. B E C A I< 7. IJ U 5 I~ Il E C A f
~ PIC K - UP JL KERElA HEWAN ,_!,_ PIC K - U P ~ KEIIETA HEWAN
O. mUK RlNGAN la.lAIN - LAIN 1--. O. TRUK RINGAN lB. I.Al",N"'___-_:::t..L,::.
N::...._
__ --4
48. G E II A K AN.._!-. BELaK KANAN ._!~:MAJU MENOAOAK -«1_ G E II A K A N f__!'_ IlElOK KANAN 'iQ: MAJU ME~IOADAK
KENDAAAAN ~ BELaK KIAI ~ PMKlA 01BADANJAli\N KENDAAAAN 1_;' IlElOK KIAI .!.!.. PARKIII DIBAOANJAlAN
3. MEMUTAFlAlW;t ~. PAl\KlALUAnBD.JAlAN ~ MEMUTAIl ARAH ~!!: fW1KIfI lyAR BO.JAlAN
~ POTONG AnUS J-1!.
STOP SEMENTARA POTONG AnUS 0- ~. STOP SE'~ENTARA .
I..!:. MASUK MUS j..!i, STOP MENDADAl< ~ MASUK MUS 1.1!. STOP MENDADAK
I~ KELUAA ARUS ,~ NAlKJ<AN MUATAN ~ KelVAn ARUS ~ NAII(KAN MUATAN
f-LMliNVALIP j1!- TURUNKANMUATAN I.L. MENVAllP 16. TUAUNKANMUATAN
~ LU R U S L.!L lAIN - LAIN ~ l U R U S l..lL LAIN - LAlIN
O. M UNO URI--- L"II'!..J,:"M,-,UrNTo_'U'_"'R--.~ .,--,....-..---1
:,:O~AIlMN==·-!--'L..I.L_
~ME~n~K~KEN:,,:'
.,-:4:--7 I..J._I..J_1 _ ___:c~ _ _lI--lI. __ L. 47 JAEIIK KENDAFlMN·J I I I Lui-I I I
48 TAHUN PEMBUATAN I -I 48 Ti\/lUN PEMflUATAN I I I

r
-
40. TANOA NOMOR KfNDAAAAN : I I I I I I 4D. TANDA NOMOA KENDAAAAN: I I I I I I
SO. WARNA ~:WASTA. (llITAM) I~ TANOACOBAKENO. SO. WAR N" ~:WASTA (HITAM) ~ TANDAC9BAKEND.
PlAT-NOMOR 2. UMUM (KUN(NG)~ A B R I PlAT-NOMOR 2_ UMUM (KUNING).!!:. A B R I
KENDAAAAN 3. 0 I N A S L.!!:. CC-CDIlNTBINAnONAl KENDARM.N 3. 0 I N A S ..~ CC-CDIl NAnONAl
BERMOTOR BEIIMOWR
51. I<ERlISAKAN L!.,_ITIOAK RUSAl< 51. I<ERUSAKAN L!JnDN< RUSAK

C!:+~[~EaJ5JBw c.
KENOAllMN KENDAAAAN
0 0 w .
~
I
~~GJ. [~ .. lei

GJ [5J 1]QLw
-cb
r7.101 IlEBEMPA TEMPAT I8.lnOAK DAI'AT DIRlNCI L..__ l7. 01 BEBEIlAPA TEMPAT _ri]noN< OAPATDlfliNel

52. STU K ADA I SAIl WnDAK AOA 52. STU .._!-. ADA I SAH
K L:dnoAK II A
~2. 2. ADA ITIDAl< SAil
! OUKU UJI I ADAI TlDAK SAH ~l!~~L
53•.KONOlSI BAN
KENDAJIMN
~
~
BAlK
(JUNOUL
TERLEPAS
~
PATAH AS
~
II. LAIN -LAIN
53. KONDISI I1AN
KENDARMN
0,[l A I K

I_g,_ GUNDUL
I_!'_ ~E C A_H____
~
4. TERlEPAS
PATAH
~ ~c ~,N----
l
3. PECAH ----~ .s,
KEFlUSAKAN nON< ADA II. LAMPUBELOK/SEIN 54. f(EnUSAKAN I_!'_ nON< ADA lAMPU B~LOK/SEIN
64.
LAMPU
f-h LAMPUBESAn/OPN~ BE B E A APA LAMPU ~3;.LAMPUDESAR/OPN~ DEBF-RrPA
~ LAMPUBELAK»JQ KENDAIlMN 3. LAMPUBELAKNJG
KENDAIlMN
~
4. LAMPV A E M -4. LAMPUA EM
55. KEAUSAKAN u, nOM( ADA tfjSUSPENSI 55. Kr,nl.lSAKAN ~_!,_ ~A~- EESusPE~sr
REM 5. LA!N - Lr N
lAINNVA
~ A E M II. LAIN - LAIN LAINNV" ~

·
3. KEMUDI /
PANJANG BEKAS REIA
snn
1 I IMETER . 3. KEMUDI / STIA
PANJNlCl DEKAS flnl
~ KOSONG ~.
_I
I, I METEA
onAN9 .
SIl. MUATAtl u,
KOSONCl
~ ORAND 511. M U ATA N
2. IIA RAN 0 --I..!-. ~!ANG OAN OFlANQ
2. BARAN G 4. BAl\ANG DAN OI1ANG
~ l Ii Cl A L I..!-. LANGGA! KEAMANAN
57. r 0 SIS I u.
LEG A L 4. tANGGAA KEAMANAN 61. PO SIS I
~ MREBUII MUAT/IN ~ lANGGAI LAINNYA .
I.4UATAN
u
MELElJlllI MUATAN ~
3. lANClGAR PEMUATAN
lANGGAIl lAINNYA I.4UATAN
3. LANOGAR PEMUATAN

··
··
SlliNDE n I CC
NOMOR STNK
NO. "ANGKA
NO. M ESI N
I<ETEllANGAN: ., DIISI nGA IIUflUF AWN. DMllAmK I(EUlmAAN.
NOIAOIl : 53 BID 55 _ KDNO!SlI<EOOmAAN SEbauu
f--- f--

KEC~[AI(AA}l
~LPi_DEn
_·_NOIAOR~~ T N K
~
• NO. ME SIN

HALAMAN - 2
I CC

•.....!lANGKA
---'
~=."-'.'
-_._-
_--

T}...I ... HI
I
~"r._~nI
.

••IE~I"{I~
.
,- I
I

38.
[ DATA PEMAKAI JALAN YANG TERLIBAT
I'£HGO(UlI ICE - ••••• PENGE...uot KE - .....
NAWA : ....... , ............................................ NAMA ...... ........ ...... .. .. .... . . .. . - .. . ... .. . ..... .
IUoMAT ., .................................................. f'UlJAAT : .
.. ..... ............................. , ......... ...
51. JaAHGSAAN 1. WN' 12.lwNA ~. KEBANGSMN I. WNI 12. WNA
5e.UMUR I
T~ ~. lIMUA I
TAk....,
eo. -'EIoIIS ~N I. \.MI -I.MI Iz.IWAtlITA eo. JENIS KElAMIN I. lAIIJ-lAIIJ 12·IWANITA
o,.~ I~T ~IW<GAH NO 1) 01. PEND4DIKAN ( UKAT 1<El'EIWlGAN NO "
«I. f'aQ;fI..I.V.H IUl<Af _IW<GAH NO 2 ~. PEKERJAAN (uw,T I<ETEfWlGAN NO 2
e.1. COt.OH<OAH $IM T~PA SI".
~ AUMUM
~ B 2 UM.....
~ 63. GOlOHGAH SIM
~
TANPA SIM .s,
A lJMUM ....!:. B 2 UMUM
C
~ B I
~ ABRI
r!!: LC B I .s. ABRI
..!.!!: WTCR-
. HaMOR ~M
4. A
0
rl:-
I I
~
02..
B 1 UMlIM tI. IHT!R-
NA11Ow.L
I I . HaMOR $1M
3. D
4. A
I
2~B 1 UMUM 11.
a. B 2
I
NA11Ow.L
I I
04. ~SIM
e.s.
1. SAH 2. 110Al( $AH M. KEABS~ SIM 1. SA H .s. 110Al< SIIJi
1<ON0!Sl - IIAOAH
r+
SEHAT
lEl..AHl NGANruK
~ MABt.I< ~I<OHOt., 85. KONOISI - BAOAN u, SEHAT ...!:.
LElAHI NGANTUK ...!:.
WBUK (ALKOHOL)
WBUK (NARKOlllQ
~
3. SAKIT
~ MABt.I< (IWIKOlllQ
3. SAKIT
~:.

00. I<!OCEl..AKAAN LAlU -UIITAS I ... B! RI K M. KECEVJ<AANLAlU-L1NTAS I.'" B RI K


87. TEl(PAT LlJKA JUHAT ~1ImGAH NO 3) I 87. lEMPAT lllKA ( UHAT KETEAANGW NO 3) I
N. ~ PENGNAAH I U<iAT~RANGoIII NO 41 83. GUNAKANPENGAMAN I UKATICETEAANGo'NNO .) I

PENUMPANG KE - ..... PENUMPANG KE ..... -


NAMA : .........
................... .............. ................. NAMA .... ........ .......... ......................................
IUMAT : ............................ ....
_ ............................. f'UlJAAT ..... ..- ....- ..... .. ............ ...... ............ ......
~. DMI KENDAAMN I<E I ~g. DARI KENOARMN KE I
10. UMUR I TAl-iUN 70. UMUR TAHUN
71. JEN'S I<El..AI.GN I. lAIIJ-lAIIJ 12.lwANITA 71. JENlS KEJ.AMIN 1. l.AI<J- lAIIJ 12.1 WANITA
n. PENDlDI~ (uHAr f(ETERm3m NO 1) 12. PENOIOI~ (UHATI<ETERAt.<;AN NO I)
73 PfJ<EIUAAN IIUHAT I<ETEAAmAN NO 2) 73 PEKEIUAAN (UHAT I<ETERANGAN NO 21
74. lUi<AAIOBATKECEl..AKAl\N ....,LU-UNTAS: I MTlilhl 74. LUKA AIOBAT KECEl..AKAI\NLAlU-Ur-trAS: IMlalRI
75. TEMPAT LUKA .LlUHATI<ETEAAmAN NO 31 75. TEMP~T LUKA I I (UHAT ICETERANGANNO 3)
ze. POS,S. MOBILPEN u,
OUDUK 01DEPAN 71. POSIS' MOBILPEN ,... L OUDUK Ot OEPAN
PENUMPANG NUMPANG 2. OUOUK 01BEl..AKANG PEHlJI.IPANG NUMPANG 2. OUOUKOt BElAKANG
SEPEDA
f2:.. 0U0Ul(01OEPANPENGEMUO' SEPEDA ~
OUOUK01OEPANPENGEMlJO(
(PAOASMT MOTOR D.
4. OoK BLK PENGEMUDI (PAOASMT MOTOR 4. OOK01 BLK PENGEMlJO(
KEca.AKMN) M0611. .!:. OUOUK 01OAl..M1 KECEl..AKAI\N, MOBIL 5. OUOUKOt 0fU.M
BUS B. BEROIRI BUS e. BERDIRI
MOBil OUOUK 010fU.M MOBIL 7. OUDUK 01OfU.M
rL
BARANG ,_!:, B ERDIRI01BN< SARANG B. BEROIRI01BN<
V. OUOUK DlBAl< V. OUOUKOIBA!(
10. SEDANO NAlI</TlJRUNKENOAAAAN .is~_ANG NAJI</TlJRUNKENOAAMN
11. JATUH OARI KENOAAAAN 11. JA1\JH OMI KENOARAAN
77. GUNiIKAN PENGAMAN (UHATI'ETERANGMI NO.) 77. GUNAKANPENGNAAH (lIHAT I<ETEAAmAN NO.)

PEJ~ KAIO KE - •.•.• PEJ~ KAKI KE - .....


NAMA r--;.·A M A
IUMAT IUMAT .......•...•....... .• ';':"':':;".;,;'''':'''-l
":,,,,:-:-:';_:_:'cc' ·cc·."-'.. -'-'.. ...:. .:_:.'.:_:'':.:.'':..:.'.;.;_
13.' UMUR TAHUN I 1-'7",,8,-. -=U:.;;M:.:..U=R -l~ =r2AH
,..:·"'U:.;_N:......._-,---._-:--:-__ --l
78. JENIS KEl.AMIN I. l.AI<J-lAIIJ _l2.lwANITA 78. JENI!>__~~M!!'IN::..__f-'I'-'-. fl..AKl=~-__.,l.AI<J= --'1...:2O':' ..l.-"IW:..:A.:;N:.:..:..IT!..A:.:__---i
80. PENDlOIKAN (uHAr I<ETEFIIH:;MINO ') 80. PENOIOI~ I UHATI<ETEAAmAN NO .,
31. PEKEIUMN I (UHIIT I<ETERAI'I]AN
NO 2) II. PEKERJAAN I (UHAT f(ETERAt.<;AN NO~)
12. LUKAAIOBAT KECEl..AKAI\NLAlU-UNTAS: 12. LUKAAIOBATKECEl..AKAI\NLAlU-lINTAS: 11.11 B I R I
33. TEMPAT lUKA UHATI<ETEIlAt.<;mNO 3 63. TEMPAT lUKA ~~~T.!:I<E~TE~AAm="'m"-'iN"'0...:3'f-.,-:--,-==,.,....-::-I
&4. POBI9, rh
DAHV ~ ~ <50mdo.tlZEBRA-C &4. PO S, 9' ....!.:.
BAl-iU JAlAN ~ r:50m do.rlZEBflA-C
PEJALAN KAI<I ~ BAGAN JAlAN ~ 0' M E 0 1A N PEJALI.N KAI<I ~"- BAGAN JAlAN ~ 0 I M E 0 I AN
3. PENYEIlERANGAN B. lAlN-lAIN 3. PEN'm1EAANGAN II. lAlN-LAlN
85. QEAAKAN 1. BERJAlAN ~OUOUK lIS. GERAKAN I. BERJAlAN 5.0UOUK
f>E.IAl.m KAIO ~ MENYEBEAANG ..!!:. JIJ.PU.N 01 I<AKI- 5 f>E.IAl.m KAIO .-t MENYEBEAANG ~ JU.PU.N01 KA1<1-5
~aERMAIN .J.,. L.AlN - I..AJN ~ BERMAIN ...!..:..lAlN - LAIN
4. B ERo.nl '- .....L~4.c..6 E R 0' R I

KETERANGAN
..lJ f'E1>Klt)1!WI:
(NO.e •• 12.M)
,2jf'El<EruMN:
INO.02.73.81)
f2J TE....ATll.ll<A~OO9AN
lNO.87.75.831
~ f'¬ NGGUNMN
INO.M.m
AlATf'ENGAMAN:
3~2
I. so 1. SWASTA •• TOA~ l..,KA
((r- 5
1. TANPA
2.
3.
SlP
SlA
2. PF.GAWAI
3. "II R 1
NEGERr
4 j p... 6
2. TIOAK PAI<AI
3. PAKAI SA8lJ1(
_,
4. PT 4. PElAJMI 4. HELM
1--....6
5. lAIN-lAIN 5. PE NOEMUDI
e, lAIN - LAIN
g. llJ!<AIII BEBEfW'A
7<!~
TEt.f'AT '" )<!
HAI..M1AN - 3 tAJ:7II-JU....rlil.Of1m"r.'lUC4tf1 ..

39
DI JAI.»I tLIAA - KOT... I P...TOt<-kM I SKETS ... TABR ...KAN
NASIOfWJI>f\OP/TOt. KABUPATEN
I u
KOTA: KAMPUNa:
I I
KOTA
[ I I I
DATUM
I +
1 1 1 IKM.

I--
I--'-
r----
~
-
-
~
-
-
1 1 1 IKM.

I r-,-,---,- __ ::=:I
KOTA KAMPUNG • GJ.I.CAAKAN AIVJ( lIT AM.

TANlJ.AJLOKASI KECB..AKAAN DENGANTA


-
. '. GAIAlAAKAN NWI POS'SI "'WALl!. AJ(Iln KF.taJlIRMH GElIT" I<lJfUIAN va TEnuRAl
• GAU1N1KANP"TQKAN-I'MOKm (GEDUNG. lW¥l USmII(.I'OHON.IlAWU. W.IIKA. ~LL)

-~ I
LAKA 01 JAlAN D~ KOTA ~SAKSI-l KETE~~. 'SAX!iI=~~
NMIII : NAMA :
ALAMAT: ALJoMAT;
< .... 2
4 ............... ----

--
A
lor--
I
A c J..IJ.AN .
Be JNAA .
o ~ JAlAN .
KECAlAATAN1 KOTA 1 ..
.I.l.lIAK TKP KE 1 ~..... .. .. I<m
.I.l.lIAK 1KP KE 2 c...... .... Km
-- I
--------~---------.-----
KETEI1ANGAN PENGEMUOll : KElEflANGAN I'ENGEMUOI 2 :

I
I

KESIMPu.AN SEMENTAIIA : 1 OE:TAll lANJUfiVl: I OIISI OlEI! PETUGAS OIKAi iTOril -1


M. IWI/KOOYA/KOllP I 03. KOOnOINAT X-
87. I<lASlFIIWlI J.IU,N p
~ l..r ~. KOOI1DINAT V- I
U. NOMOR t<00E .1.N ~ D5. SlMf'Ul I(E - 1
eo. PATOKKlI.OMETEn (N.P,T) GG. SIMPUl. KE - 1.
NOIoIOR SEKSI nl.JA9 (I<) 117. MAll KENDAlIMN KE l-
I UllAr BUIClJ
I'",U~UK)
00 . .I.l.lIAK DAIU fA TO!< t<tA (x 100",
111.NOIoIO" SERI rETA
-- 118. DATA !<HUSUS I
- 1-
112. NOMOR I'ETA !MI. DATAll!t«l1<AP 1 rTlvI\ 21BEili
MENGETAHUI: ."................ .......... , .. .. ..... - ..."'~"",.-" 10 ......

J·,,······
, "

.......~...... ~
KA " . PUKUl : -.
YANG MEMBUATLAPORm E····.··················
: ....... ...".-.
PERATORKOMi"

HAlAMAN - 4
T...'..nL·'r··'' ' .....
I

40
v. PRINSIP DASAR PENGENDALIAN PERSIMPANGAN DAN
ARUS LALU LINTAS

P ersimpangan adalah simpul pada jaringan jalan


dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan
kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-
l. mengurangi maupun menghindari kemungkinan
terjadinya kecelakaan yang
adanya titik-titik konflik.
disebabkan oleh

masing kaki persimpangan menggunakan ruang 2. menjaga agar kapasitas persimpangan opera-
jalan pada persimpangan secara bersama-sama sinya dapat optimal sesuai dengan rencana .
dengan lalu lintas lainnya. persimpangan- 3. hams memberikan petunjuk yang jeJas dan pasti
persimpangan adalah merupakan faktor-faktor yang serta sederhana, dalam mengarahkan arus lalu
paling penting dalam menentukan kapasitas dan lintas yang menggunakan persimpangan.
waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan,
khususnya di daerah-daerah perkotaan. Rancangan persimpangan dilakukan untuk
mengendalikan kecepatan kendaraan yang melalui
Persimpangan mcrupakan tempat yang rawan persimpangan serta mengendalikan mengurangi,
terhadap kecelakaan karena terjadinya kanflik antara atau menghilangkan gerakan yang berpotongan.
kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun antara
kendaraan dengan pejalan kaki, oleh karena itu
merupakan aspek yang penting dalam pengendalian
lalu lintas. Masalah utama (yang saling kait
mengkait) pada pcrsimpangan adalah :

1. volume dan kapasitas, yang sccara langsung


mempengaruhi hambatan. DIVERGING MERGING
2. disain geometrik, dan kcbebasan pandang.
3. kecelakaan dan keselamatan jalan, kecepatan,
lampu jalan.

+
4. parkir, akses, dan pembangunan yang sifatnya
umum.
5. pejalan kaki.
6. jarak antar persimpangan. CROSSING WEAVING

ALIH GERAK (MANUVER) KENDARAAN gombar 5.1 .'Jents-jenis dasar pergerakan


DAN KONFLlK-KONFLIK

Terdapat 4 jenis dasar dari alih gerak kendaraan, Jumlah potensial titik konflik pada persimpangan
yaitu : berpencar (diverging); bergabung (merging); tergantung dari ;
berpotongan (crossing); dan bersilangan (weaving),
Seperti terlihat pada gambar 5.1. Alih gcrak yang l. 'jumlah arah pergerakan
berpotongan lebih berbahaya dari pada bersilangan, 2. jumlah kaki persimpangan
dan secara berurutan, lebih berbahaya dari pada alih 3. jumlah lajur dari setiap kaki persimpangan
gerak yang bergabung (merging) dan berpenear 4. pengaturan simpang
(diverging), hal ini disebabkan karena diikut serta-
kannya keeepatan-kecepatan relatif'yang lebih besar. Dalam menentukan sistim pengaturan persimpangan
dapat digunakan pedoman pada garnbar berikut yang
Sasaran yang harus dicapai pada pengendalian menentukan jenis pengaturan persimpangan yang
persimpangan antara lain adalah : harus digunakan berdasarkan volume lalu lintas
pada masing-masing kaki persimpangan.

41
I)
II
"!i
11 -

Ii
il
II!I
Aturan prlorltns yang sifatnya unum Ii
Ii·
Aturan prioritas umum yang adalah pembcrian II
ii'
kesernpatan bagi kendaraan ya g datang darl kiri II.'
untuk berjalan terlcbih dahulll,l prinsip ini cukup II·
II

cfisicn untuk lalu lintas vOhimeJ rendah yang kece- II·


patannya rcndah. . Akan Te~api hal ini akan
!I
III, ,
menimbulkan masalah apabilajVOlume lalu lintas il
'I
mcningkat, seperti misalnya ada daerah-daerah
·11
pcrkotaan, Selanjutnya di luar ota, pcrsimpangan !I:
yang demikian akan menimbul an masalah apabila II,
kcndaraan bergerak dari jalan I kecil bcrkecepatan Ii ...
rendah untuk rnasuk ke jalan llama berkccepatan
,I Ii

tinggi. i II
II
III,
o 10 20 30 40 50 Pcngcndalian secara manual u:
11
Major road flow [tlmusan d veh,/doYl
Volume lalu lintas yang mcning at tcrus dari tahun !I
Gambar 5.2 ..Kriteria penentuan pengaturan
kc tahun, mengakibatkan hambatan pada kaki
pcrsimpangan jalan keeil, persimpangan prioritas IIII'
I, .
persimpangan. akan mcningkat terus hinggp mcncapai suatu II,
kondisi yang tidak dapat dileritna (rata-rata 2 ~ J ·11

menit per kendaraan), Masalah timbul pada saat jam lII·


METODE PENGENDALIAN PERSIMPANGAN sibuk. Kapasitas persimpangan I dapat (tetapi tidak ·11
'I
selalu) ditingkatkan (dan hambrttan-hambatan dapat II! .
Metode pcngendalian pergerakan kendaraan pada diturunkan) dcngan memperkenalkan aturan II·
II
persimpangan diperlukan agar kendaraan-kendaraan prioritas sehingga pcrsimpangan dapat .digunakan
yang melakukan gerakan konflik tersebut tidak akan sccara bersama-sama serta ke~elamatan biasanya 1
I'
saling bertabrakan. Konsep yang utama pengen- juga akan dapat ditingkatkan] Untuk mengatasi II·
dalian persimpangan adalah sistim prioritas, yailu hambatan yang tinggi pada persimpangan prioritas II·
II
suatu aturan untuk menentukan kendaraan mana pengendatian dapat dibantu ol~h polisi lalu lintas 'I
yang dapat berjalan tcrlebih dahulu. Sistim sclama periode jam sibuk, dan bfla volume lalu lintas Ii
pengendalian ini didasarkan alas prinsip-prinsip tcrus mencrus meningkat, maka lsistim pengcndalian il:1·
tertentu, yaitu : sccara manual iui akan diper,ukan dalam pcriode il
yang . lebih panjang. Bila pengcndaliau sceara ii
il
1. Aturan prioritas hams secara jetas dimengerti manual diperlukan untuk waktul yang pan.Jang maka
oleh semua pengemudi; perlu dialihkan pada bentuk ~istim pengendalian il
:11
2. Prioritas hams terbagi dengan baik, sehingga uutuk seluruh waktu (full timejjyang bekerja secara II
setiap orang mempunyai kesempatan untuk otomatis, Pcngcndalian ini dap~l dilakukan dengan
bergerak; cara sebagai bcrikut : I·. ii' :
, ;

3. Prioritas hams terorganisasi, sehingga titik-titik Ii


konflik dapat diperkecil; Ii
4. Kcputusan-keputusan
pengemudi harus dijaga
yang hams dilakukan oleh
agar sesedcrhana
1. lampu-lampu pcngatur lalu lintas (time sharing
lpenggunaan waktu secara bcrsama-sama), Ii
I,
mungkin;
5. Jumlah hambatan total terhadap lain lintas hams
2. bundaran lalu lintas (space sharing/penggunaan
ruang sccara bersarna- santa . : I'
lii
sekeeil mungkin. I

, I:
j:.
"
II;
11

!I:
II
II·
r,I .
lII
Ii;
,1
42 II;
1! :
Ii
I'
: :1i _
[l :
Pada pengendalian persimpangan sccara manual LAMPU PENGATUR LALU LlNTAS
dibutuhkan petugas polisi yang dapat mengerti dan
dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar sistim Lampu pengatur lalu lintas merupakan suatu alat
prioritas untuk kepentingan keselamatan dan yang sederhana (manual, mekanis atau elektris)
efisiensi. alternatif melalui pemberian prioritas bagi
masing-masing pergerakan lalu lintas seeara
berurutan (untuk memerintahkan para pengemudi
PERSIMPANGAN PRIORITAS untuk berhenti atau berjalan. Alat ini memberikan
prioritas bergantian) dalam suatu periode waktu .
. Pada persimpangan priori las, kendaraan pada jalan Alat pengatur ini menggunakan indikasi lampu
utama (jalan mayor) selalu mempunyai prioritas hijau , amber dan merah . Tujuan dari pemisahan
yang lebih tinggi dari pada semua kendaraan- waktu pergerakan ini adalah untuk menghindarkan
kendaraan yang bergerak pada jalan-jalan ked I terjadinya pergerakan yang saling berpotongan
(minor) lainnya. Jalan-jalan keeil dan jalan utama melalui titik-titik konflik pada saat bersamaan .
hams jelas ditentukan dengan menggunakan
marka-marka jalan dan rambu-rambu lalu Iintas. Terdapat dua tipe dari konflik yaitu :

Jenis persimpangan ini dapat bekerja dengan baik 1. Konflik Primer, konflik antara arus lalu lintas
untuk lalu Iintas yang volumenya rendah, tetapi dari arah memotong.
dapat menyebabkan timbulnya hambatan yang 2. Konflik Sekunder, konflik antara arus lalu lintas
panjang bagi lalu lintas yang bergcrak pada jalan kanan dan arus lalu lintas arah lainnya atau
kecil apabila arus lalu Hulas pada jalan utama tinggi. antara arus Iau lintas belok kiri dengan pejalan
Apabila hal ini terjadi, maka para pengemudi mulal kaki.
dihadapkan kepada resiko dan kecelakaan.

Meskipun demikian persimpangan prioritas merupa-


kan persimpangan dengan bentuk pengendalian
yang paling sederhana dan paling murah, dan
sebagian besar dari persimpangan yang ada adalah
merupakan persimpangan prioritas.

Konflik Primer
Konflik Skunder
AnIS Kendaraan

.... ---- ... AnIS Pejalan Kaki

l
(1at 6'
Gombar 5.4,' Contoh konfllk primer dan sekunder
tZ7H9'l

1 pada persimpangan dengan lampu

Manfaat Lampu Lalu lintas


Gombar 5.3,' Contoh persimpangan prioritas yang
dilengkapi dengan marka huruf Penerapan Lampu lalu lintas dari persimpangan
(STOP). diharapkan dapat memberikan efek-efek sebagai
berikut:

43
ii
1\
,I

, Ii II
IiIi H

i
, Ii
'I
t: Ii
\: II
1. peningkatan keselamatan lalu lintas . BUNDARAN LALlJ LINTAS IiIi 'Ii
!i
2. pemberian fasilitas pada penyebrang pejalan j) :n'J!
kaki Bundaran Ialu lintas merupakan suatu alternatif dari l Ii~l
I. 'u ,.
3. peningkatan kapasitas simpang antara dua jalan . lampu pcngatur lalu Iillias,) dirnana hal ini . t:
Ii IIn
uta rna mengendalikan lalu Iintas dcngau cara : Ii r'
f
Ii rr-
. I di
4. pcngaturan distribusi dari kapasitas bcrbagai I
r

arah arus lalu lintas atau katagori arus lau lintas 1. mcmbelokkan kendaraan~k1ndaraan dati ...suatu Ii 'III!
(kendaraan umum, (Ill). lintasan yang lurus, schinpga akan mcmper- ji
ii ,II! f
·Pcngaturan Waktu Lampu Lalu Iintas
lambat kecepatannya, f
2. membatasi alih gerak (maneuver) kendaraan
Ii
Ii :1,
'jl
j
j\ i
menjadi pergerakan betpcncar (diverging), Ii :1
u
F,
Pengaturan waktu pada persimpangan dengan bergabung (merging), (scrta bersilaugan ji
Ii' \l t.
lampu lalu lintas yang utama adalah priode . (weaving), jadi memperkccil kecepatan- Ii o.
j:
i! II f
integrcen antara phase, waktu siklus dan waktu hijau kccepatan rclatif dad kendaraan.
masing-masing phase. Prinsip-prinsip dasar untuk
;
..
r!
:\
'I
II
t G
n .~I
,.
pcngaturan waktu dapat dinyatakan scbagai berikut : Cara ini mcmpunyai kcuntl\nga~1apabila : II
Iiu
I
I!
:11
1. tidak terdapat arus lalu lintas memmggu pada
lampu mcrah jika dapat melewati persimpangan
i. ruangannya tcrsedia. \
2. volume lalu lintas kira-kiJa mcndekati sama
Ii 'II I.
tanpa menunggu arus lalu lintas laiunya. bcsarnya pada bcbcrapa kaki!pcrsimpangan. il!I !
2, Pelcpasan arus lalu lintas pada selama waktu 3. terdapat pcrgcrakan mcmbelok yang tinggi atau ! Ii!~ [I
II
,~
hijau dilakukan scefektif mungkin dalam upaya bervariasi, khususnya ken~araan~kendaraan Ii I
menghasilkan tundaan yang sekecil-kecilnya yang membelok kc kanan. I I: I!
I'
rr I
yang mungkin untuk arus lalu lintas yang 4. terdapat lebih dad 4 kaki pc~sjmpangan. . . , Ii :ij
il I
l
t
terkcna lampu merah, :
Ii :11 1
Bundaran-bundaran juga diguna~an untuk mcrnpcr- Iir II
Ii
11
Suatu lampu pcngatur Ialu lintas yang sedcrnana lambat keccpatan kendaraan-kendaraan, tetapi tidak Ii
Ii II
tcrdiri atas 3 buah lampu, yaitu : merah, kuning dan akan menghambat . kcndaraan-tendaraan tcrsebllt. ·Ji
1\ Ii
hijau dengan waktu-waktu yang tetap adalah secara bcsar-besaran seperti halt ya ketika berhenti i"i
dialokasikan kepada masing-masing pergcrakan lalu disaat lampu mcnyala merah. T knik ini khususnya : Ii 11
:11
liutas. akan sangat bcrguna jika digunakan pada ujung
. jalau yang berkcccpatan tinggi. I .; Ii ..
11
I'

il
rtr
·11

I: ,'II
A""",,,,.,,"0' "~'' '
t~rhugh .hetJ)untJ~lflJu' I \\
\ \ WTlW nAD'US L!..!J Ii'Ii
·11

"
Ii
~tlTAY PATH CUAI/ATUne I'. \ \ ,\
~;'~~1I;~:~~':~:~~:',:,!~":~~~
~·s~~':~~~.~.\
liUfW""II.,~@
vt!/,klu
II. "'II,il~I.'1
j
\
11
·11
1I
II
'II
Ilam. GI....~W.V 11(11),hourd - • I E'XI,T nADIUS
Ii :1

J....'<':_:::;'"'"'m il
(IolelltUcll00m / I~ -'CD01bulflOI
"I:
,., \..,--::;\:- ..../0":0'
;-~--:--:-~::::.' .....-;:
"'"
" ...~...~ +---=:-:
.,
II
1[
Ii
il
L__ I:,'
---t.._~]
---- - ._.--..........
4tll~:IfI.'~/_i)__

'(JII"(/'b~::"'''' • l,~,,"~1D-:'~:-; ...==---


l~ -

Ii '!!
II'\\
Atcommend.t1"'JUllh01
(j,culllll"9'~I"D"O "'~v
,,1.2 "fTl,uimtlrnenr,y
~'7
'.5m '"
-rrl}'I.
\J/; I "",.'.....h'
~. t}(-'("
'tn.,., 10 ,ou,,,JaIHlul
1I.,td 10 prq ....tlp
; I'

I'
Ii
Ii
wl<1lll bu' nQ' "'Dr. ,h •.,
,S", I: "IIiI
m'" \ \ Ii
\i, ""11
~.~n)1 I Ii!I .1
:-
"
Gombar 5.4: COl1toh persilllpallgol1 dengan Lampu Gamba/' 5.6 : pengalul'on lalu linta...dengan H 'H"
1 I:
:1 ii11
lalll Iintas. b1111 daJ'an
I'
ji
i: II
"
\1 L!I
I: Ii
I'
!:
II
, Ii Ii
i:
I! 'II!!
I
ji

rI!,. i!

J!
T!
I: I!
44 I ,

,
I!
:'
I'
r
1!
q
;1
III' , li
!
I:
~IiI,
i'; : 'H
'il'I
l I It'I 1;
I
PERSIMPANGAN TIDAK SEBlDANG 2. didisaln sedemikian rupa, sehingga kendaraan
dapat mengikuti Iintasan-lintasannya secara
Yang dimaksud dengan tidak sebidang adalah alamiah, radius-radius yang kecil dan lengkung
apabila suatu lajur lalu Iintas atau jalan dinaikkan ke kurva-kurva yang berbalik hams dihindarkan.
atas jalan yang lain melalui penggunaan jembatan 3. menjamin bahwa para pengemudi dapat melihat
atau terowongan. Hal ini akan menghilangkan kon- .secara mudah dan cepat terhadap lintasan yang
flik dan mengurangi volume lain lintas yang harus diikutinya, dan dapat menganusipasi
menggunakan daerah yang digunakan secara secara dini kemungkinan gerakan yang ber-
bersama-sama (shared area), dan akan mengurangi potongan (crossing), bergabung (merging) dan
hambatan. Biayanya adalah tinggi' pemasangan berpencar (diverging), kaki persimpangan yang
lampu pengatur lalu lintas dapat mcmakan biaya jalannya menanjak harus dihindarkan.
Rp. 25 juta - Rp. 100juta, sedangkan suatujembatan
baru beserta perlengkapannya akau memakan biaya
sekitar Rp. 1 - 10 milyard. Biaya yang besar ini PERLENGKAPAN
dapat dibenarkan (diterima) karena akan PENGENDALIAN PERSIMPANGAN
diperolehnya penghematan waktu perjalanan,
manfaat ekonomis dan kecelakaan. Contoh sistim Perbaikan-perbaikan kecil tertentu yang dapat
pengaturan geometrik untuk pcrsiIangan tidak dilakukan untuk semua jenis persimpangan yang
sebidang ditunjukkan dalam gambar berikut : dapat meningkatkan unjuk kerja (keselarnatan dan
efisiensi).

1. Kanalisasl dan pulau-pulau : Unsur disain


',::-" .. { ,'t·... •.
persimpangan yang penting adalah meng-
'_"".

"'-
.,
..
"
_;'
.. '
- .. ~
','
kanalisasi (mcngarahkan) kendaraan-kendaraan
ke dalam lmtasan-Iintasan yang bertujuan untuk
rnengendalikan dan mengurangi titik-titik dan
daerah-daerah konflik. Hal ini dapat dicapai
dengan rnenggunakan marka-marka jalan,
paku-paku jalan (road studs); median-median,
dan pulau-pulau Ialu Iintas yang timbul, Seperti
ditunjukkan dalam gambar 5.8.
2. Pclcbaran lajur-Iajur masuk : Pelebaranjalan
yang dilakukan pada jalan yang masuk ke
persimpangan, akan memberi kemungkinan bagi
Gambar 5. 7: Contoh persimpangan ttdok sebidang kendaraan untuk mengambil ruang antara (gap)
pada arus lalu 1intas di suatu bundaran lalu
lintas, atau waktu prioritas pada persimpangan
GEOMETRIK PERSIMPANGAN berlampu pengatur lalu Iintas. Seperti
ditunjukkan dalam gambar 5.9.
Geometrik persimpangan harus dirancang 3. Lajur-Iajur Percepatan dan Pcrlambatan:
sedemikian sehingga dapat mengarahkan pergerakan Pada persimpangan-persirnpangan antara jalan
(manuver) lalu lintas ke dalam Iintasan yang paling minor (kecil) dengan jalan-jalan kecepatan
aman dan paling efisien, dan dapat memberikan tinggi, maka merupakan suatu hal yang penting
waktu yang cukup bagi para pengemudi untuk untuk menghindarkan adanya kecepatan relatif
membuat keputusan-keputusan yang diperlukan yang tinggi dari kendaraan-kendaraan. Cam
dalam mengendalikan kendaraannya, Rancangan yang termudah adalah dengan menyediakan
geometrik persimpangan harus dapat : lajur-Iajur tersendiri untuk keperluan mem-
percepat dan memperlambat kendaraan. Seperti
1. memberikan lintasan yang termudah bagi ditunjukkan dalam gambar 5.10.
pergerakan-pergcrakan lalu lintas yang terbesar.

45
'I:
I' .
u:
II'
':1
ii·
'ilu
4. Lajur-lajur belok kanan : Sama oaluya dengan :11
"1
:
.

di atas, rnaka Jain lintas yang membclok kc 'i!


kanan dapat menycbabkan timbulnya kccelakaan
atau hambatan bagi Ialu Iintas yang bergerak Ii:
lurus ketika kendaraan tersebut menunggu " .
adanya nlans yang kosong dari lalu lintas yang ll :
bergerak dad depan. Hal ini membutuhkan Ii'!! .
'll'
ruang tambahan yang kecil untuk memisahkan ,II
kendaraan . yang belok kanan dari lalu lintas 11
il
'Ii'
yang bergerak lurus kedalam suatu lajur yang ili l
khusus. Seperti ditunjukkan dalam gambar
5.11.
II
·11
II
5. Pengenrlallan terhadap IJcjalan kakl : Para II
i: . ~ !
pcjalan kaki akan berjalan dalam suatu garis Gamhar5.10 COllioh PaJ1genda)lolIpersimpangan. II.
i! :
lurus yang mengarah kepada tujuannya, kecuali denganlajur percepatan dan per- j1 t
apabila diminta untuk tidak mclakukannya. I
'I!t.
lambatan . 1r
Fasilitas penyebcrangan bagi /pejalan kaki hams I
dilctakkan pada tempat-tempat yang dibutuhkan, II; I

sehubungan dengan ke daerah mana mcreka


I iii.1
akan pergi. Digunakan pagar dari besi untuk I , I .
·11 ~
mengkanalisasi (mengarahkan) para pcjalan ;I ,Ii
kaki, dan penyeberangan bawah tanah (subway) , i
'i!i ~ ~

serta jembatan-jembatan penyeberangan untuk ;I n


;i
mernisahkan para pcjalan kaki dari arus lalu , I
lintas, :I
I.

II
~ 1-
Gambars. J J Contoh pengendarm pershnpangan
I
dengan lajur belok anon.

I
Gamba!' 5.8 Contoh pengenaolian persimpangan I
dengan kanalisasi dam pulou-pulau.
30m

146~1
I ::
ii
ii·
I "
11·
I !II'
I j'" 5
!I
II ---, 1
7.3:1 ~~_-_-_-_-_<_. L_.=_._._•• _._==_=_==_=_u t- ji
I!
11
I'
Gombar 5.9 Contoh pengenaatlan perstmpangan u
dengan pelebaran lojur masuk pada II:
I,
kaki persimpangan.
Ii
Ii
11
ii
jl
t i
il
II
ii'

~I
~1
li
46 "
j'
PRINSIP DASAR ARUS LALU LINTAS
Kepadatan : adalah rata-rata jumlah kendaraan per
Kendaraan yang berjalan sendirian dapat berjalan satuan panjang jalan.
dengan cepat atau lambat sesuai dengan
kehendaknya. Sebagian besar pengemudi ingin n
mencapai tujuan secepat mungkin sesuai dengan k=
keadaan jalan yang memungkinkan untuk
ditempuhnya dan sesuai dengan kemampuan dari
kendaraannya. Apabila terdapat beberapa dimana:
kendaraan Jain di jalan tersebut, maka kendaraan k = kepadatan lalu lintas (kend/krn)
Jain tersebut kadang-kadang akan menghalanginya n == jumlah kendaraan pada lintasan ] (kend)
dan memaksa dia untuk mengurangi kecepatannya I = panjang Iintasan (km)
sampai dia dapat menyiap kendaraan tersebut.
Kadang-kadang dia pula yang menghalangi dan Dalam arus lalu lintas, ketiga karakteristik ini akan
memperlambat jalannya kendaraan Jain yang terus bervariasi, karenajarak antara kendaraan yang
bergcrak lebih cepat dari dia. ApabiJa lebih banyak aeak. Untuk merangkum dan menganalisa arus lalu
lagi kendaraan yang memakai jalan, maka lintas, maka nilai rata-rata dari volume, kecepatan
gangguan-gangguan semacam ini akan terjadi lebih dan kepadatan harus dihitung dalarn suatu periode
sering lagi. waktu.

Kendaraan yang bergerak lebih cepat dapat menyiap


jika arus lalu lintas dari arah yang berlawanan
mempunyai jarak-antara .(headway) yang cukup
besar. Tetapi dengan meningkatnya arus dan Kecepalan
kepadatan arus lalu lintas yang bergerak pada arah
yang berlawanan, maka jarak-antara dan
kesempatan untuk menyiap akan berkurang, dan
kendaraan yang bergerak lebih lambat mempunyai
f ..._ :
:
··
···
·
_ _.:
.:
...
...
pengaruh yang lebih besar dalam menghambat arus ··· .
lalu lintas.
· ..

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINT AS


Arus LL ______..
Karakteristik prtmer

Tiga karakteristik primer dari arus lalu lintas adalah


volume, kecepatan dan kepadatan.
Arust
lalu
Volume : adalah jumlah kendaraan yang melalui linlas
satu titik yang tetap pada jalan dalam satuan waktu.
Volume biasanya dihitung dalam kendaraanlhari
atau kendaraan/jam. Volume dapat juga dinyatakan
dalam periode waktu yang lain.

Kecepatan : adalah perubahan jarak dibagi dengan


KEipadatan __...
waktu. Kecepatan dapat diukur sebagai kecepatan
titik, kecepatan perjalanan, kecepatan ruang dan
kecepatan gerak. Kelambatan merupakan waktu
yang hilang pada saat kendaraan berhenti, atau
tidak dapat berjalan sesuai dengan kecepatan yang Gambar 5.12. Hubungan antara volume,
diinginkan karena adanya sistim pcngendali atau kecepatan dan kepadatan lalu
kemacetan lalu lintas. lin las

47
II
I
Karakterlstlk sckunder Varlasl harlan : Arus lalu lintasl bcrvariasi sesuai
dengan had dalam seminggu. sclama enam hari, dan
Karakteristik sekunder yang terpentiug adalah jarak- di jalan antar-kota akan rncnjadi fibuk di had sabtu
antara. Ada dua parameter dari jarak-untara, yaitu : dan minggu sore. I
I

• Waktu-antara kcndaraan yaitu waktu


yang Val'illsi jam-an : Volume lalUllilltas umumnya
dipcrlukan antara satu kcndaraan dcngan rendah pada malam hari, tetapi 1 eningkat secara
kcndaraan bcrikutnya untuk mclalui satu titik cepat sewaktu orang mulai pcrgil ke tempat kcrja ..
tertentu yang tetap. Waktu aruara kendaraan Volume jam sibuk biasanya I terjadi di jalan
rata-rata = lIvolume. perkotaan pada saat orang melakll~an pcrjalanan ke .
dan dari tempat kerja atau sekolah, Volume jam
• Jarak-antara kendaraan yaitu jarak antara bagian sibuk pada [alan antar-kota iebih sulit untuk
depan satu kcndaraan dcngan bagian depan diperkirakan, 1
kcndaraan berikutnya. Jarak-antara kendaraan
rata-rata= l/kepadatan. Varlasl bulanan : Volume lalu lintas yang bcrbeda
disebabkan oleh karcna adanya I perbedaan musin
Bcsarnya jarak-autara mencruukan kapan seorang . atau budaya masyarakat seperti Iadasaat liburan,
pengemudi hams mengcrem dan kapan dia dapat lebaran dll. Sebab utama adanya varlasi lain lintas
mempercepat kcndaraan. Jarak-antara dimana bulanan adalah : adanya perbcd an musim seperti
kendaraan yang berada didepan mempcngaruhi pada saat liburan, misalnya mcnjclang lebaran,
[
pengemudi yang dibclakaugnya disebut jarak-antara
yang menggauggu (interference headway). Hasil Val'iasi arah : Volume arus lalullintas dalam satu
studi yang pcrnah dilakukan menunjukkan bahwa hari pada rnasing-masing arah bi~sanya sama bcsar,
besarnya nilai jarak-antara yang mengganggu tetapi kalau dilihat pada wak~u-waktu tcrtentu,
bcrkisar antara 6 - 9 detik: misalnya pada. jam sibuk ba~yak. orang ~~an,
melakukan perjalanan dalam satu arah, demikian :
juga pada daerah-dacrah wisat~ atau pada saat
KARAKTERISTlK VOLUME LALU L1NTAS upacara keagamaan juga terjadi hal sepertl ini dan
akan kernbali lagi pada akhir maJaI liburan tcrsebut. .
Volume lalu lintas pada suatu jalan akan bervariasi Jenis variasi ini mcrupakan suatu iasus yang khusus, .
tergantung pada volume total dua arah, arah lalu
lintas, volume harlan, bulanan dan tahunan dan Distl'ibusi lajur : Apabila 2 at~u Icbih lajur lalu .
pada komposisi kendaraan. Pada umumnya lintas disediakan pada arah yar,g sama, maka
kendaraan yang bergerak (sangat) lambat dan yang distribusi kendaraan pada mafing-masing lajur
bergerak (sangat lambat) akan merupakan terscbut akan tergantung dari yolume,. kccepatan
persoatan. Kendaraan yang besar, scperti bis dan dan proporsi dari kendaraan yan~ bergerak lambat, .
truk memerlukan : dsb. Pengemudi yang mcnggunakan lajur pinggir
cenderung untuk mengemudikan ~endaraannya Icbih
• Jalan yang lebih lebar, yaitu untuk kendaraan lambat. Standard jalan ~an aturan . dan,
lain dari arah yang berlawanan dapat perundangau lalu lintas mungkin akan dapat .
berpapasan mengatur pengcmudi untuk meng~unakali lajm kiri,
• Jari-jari kclengkungan di tikungan yang lcbih scdangkan lajur kanan hany~ untuk mcnyiap.
besar dan pelebaran di likungan Kendaraan lambat mungkin deng~n scnd!r~nya a~an.
• Kebcbasan ve1'tikal yang lcbih besar mcndapatkan hambatan dalarq mcmlhh JaJur.:
Scmua faktor ini dapat menyebabkan. variasi di
Untuk mcndesain jalan dengan kapasitas yang dalam pendislribusian lalu intas dan dapat
memadai, maka volume lalll lintas yang mengurangi kapasitas potcnsial ja an. ~.

diperkirakan akan mcnggunakan jalan harus


ditentllkan terlebih dahulu. Sebagai langkah awal" MERINGKAS DANMEMBAN INGKAN
maka volume lalu lintas yang ada (existing) hams VOLUME LALU LINTAS
ditcntukan dan dianalisa adalah: I
Ams lalu Iinlas hams dianal,sa dan disajikan
mcnllrut standard tcrten(u yang dapat

I
I
I
48 I
I.
i!
!
diperbandingkan dari tahun ke tahun. Di daerah • dimensi kendaraan untuk menentukan lebar
perkotaan, volume lalu lintas puncak per jam lajur dan radius belokan.
digunakan untuk keperluan desain, karcna volume • karakteristik kecepatan kendaraan,
ini jauh lebih besar dari pada volume pada waktu percepatan dan pengereman untuk
Jainnya dalam sehari, dan pada saat itu variasi arah menentukan kapasitas jalan. Pembagiannya
yang besar juga terjadi. Pada jalan antar-kota, berdasarkan atas kendaraan tidak
variasi lalu lintas dalam sejam cenderung untuk
jauh lebih kecil dan variasi menurut arahnya
biasanya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, untuk
.", . bermotor, bermotor kecil, sedang dan besar.
penggunaan kendaraan. Pengklasifikasian-
nya adalah angkutan pribadi (umumnya
jalan antar-kota arus lalu lintas harian digunakan mobil), angkutan umum (penumpang)
untuk keperluan desain. (umumnya bis) dan angkutan barang
(umumnya tmk).
Terminologi yang biasa digunakan adalah :

• Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan SATUAN MOBIL PENUMPANG (SMP)


(LHRT atau AADT) adalah volume lalu
lintas total pada suatu jalan sclama setahun Setiap jenis kendaraan mempunyai karakteristik
dibagi dengan 365. pergerakan . yang bcrbeda, karena dimensi,
• Volume Jam Perencanaan (VJP atau DHV) kecepatan, percepatan maupun kemampuan manuver
adalah volume lalu lintas per jam yang masing-masing type kendaraan berbeda disamping
digunakan untuk mendesain jalan. juga pengamh geometrik jalan, Oleh karena itu
• Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR atau untuk menyamakan satuan dari masing-masing jenis
ADT) adalah volume lalu lintas pada suatu kendaraan digunakan suatu satuan yang bisa dipakai
jalan selama periode tertentu yang dianggap dalam perencanaan lalu lintas yang disebut Satuan
mewakili lalu lintas dalam setahun dibagi Mobil Penumpang atau disingkat SMP. Besarnya
oleh jumlah hari pada periode tersebut. SMP yang direkomendasi sesesuai hasil penelitian
• Lalu Lintas Harian Rata-rata Bulanan dalam IHCM adalah sebagai berikut :
adalah volume lalu lintas total selama
sebulan tertentu, dibagi dengan jumlah hari
dalam bulan tersebut.
• Volume Jam Maksimum Tahunan adalah
volume per jam tertinggi selama satu tahun 1 Sedan/jeep LV 1,00 1,00
(sedangkan Volume Jam Tersibuk Ke Tiga Oplet
Puluh adalah volume jam tersibuk yang Mikrobus
ketiga puluh dalam satu tahun) Pick Up

2 Bus standard HV 1,20 1,30


KLASIFIKASI KENDARAAN Truk sedang
Truk berat
Jenis kendaraan adalah faktor penting di dalam
mendesain jalan, Pencacahan terklasifikasi biasanya 3 Sepeda motor MC 0,25 0,40 .
membedakan sampai 20 kelas kendaraan. 4 Becak 0,80 1,00
Tergantung dari tujuannya, maka hasil dari survei Sepeda
terklasifikasi ini dapat dikombinasikan kedalam Andong,dU
kategori kelas kendaraan yang lebih diinginkan.
Kombinasi tipikal adalah : Sumber :

• berat kendaraan, temtama beban sumbu. Keterangan :


Hal ini berhubungan dengan desain
konstruksi perkerasan dan penanganan LV Light vehicle (kendaraan ringan)
jalan yang merupakan perhatian utama dari HM ::: Heavy vehicle (kendaraan berat)
Bina Marga. Pembagiannya berdasarkan MC = Motorcycle (sejenis spd..motor)
alas kendaraan ringan, sedang dan berat. UM Unmotorised vehicle (tdk bermmotor)

49
"
II'i
,1
:/1 ,-
ilIi
PARAMETER PENILAIAN RUAS JALAN
"II :
11 !i
Untuk mengukur kwalitas pelayauan dari mas jalan I!
adalah dcngan menggunakan tingkat pelayanan, " \-:
dirnana parameter kwalitas mas jalan tcrscbut antara II

I
11
lain adalah : 'i!

if
II
I!
• Kcccpatan !I L

• VIC Ratio !I
;11
• Tingkat pelayanan ,j ~
1
Untuk mencruukan kwalitas jalan terscbut dapat i.
1
dijelaskan pada label bcrikut : ii "

\1 't
I,I

i
TobeI5.2.: Karakteristik Tin kat Pelavanan
'i
II
Ii
II l
''I f
f
[
\1 [
~
!
yang 0,20-0,44 IIIi
,I
gerak II
"

II
dibatnsi dalam memilih O,43..(},74 "I'
'n
if
Arus mendeknti tidak stabil, kecepatan
lIlasih dikendnlikan
dilolerir
VIC masih d~pat 0,7.5..(},84 II
'"1
Volume lalu lintas mendekati/berada
kapasitns .
pad a
O,85-l,OO
II
'u
arus tidak stabil, kecepatan tcrkadang II
terhenti
11
Arus yRllg dipaksskau atBIi mncet, .Ii
kecepatan rendah, volume dibawah l!
:
kapnsitas >1,00 it
"I
Antrian panjang dnn lerjndi hambatnn- ;l!
hRl\\ballln all besar II
!I
:1
Untuk dapat melihat kwalitas pclayan dapat dilihat 1\
[I
pada gambar dibawah ini : :'1
II
.,II
'1;
!Iii
:\l
ilI'
iu
" )1 :
'.

I: ;jil
liI,
Ii ilII
II'I
IiI' l[
il
\(
:
!
I"
~ !i
),
1.0
0, neue voJllfnc/kapaltUIl
Gombar 5.J3 : Tingkat Pelayanan
, I'

: Ii .~l
'I
II
! ii; Ii
II
.. 11
II :
of!
II
50
I iii
, I,
~
-n\ \
Ii
I , l.
iiiI! i!
:if

I i
)n
! Ii
ji
Ji
Ii
VI. PENGENDALIAN PERSIMPANGAN DENGAN ALAT
PEMBERIISYARAT LALU LINTAS

PRINSIP DASAR PENGENDALIAN


S ecara garis besar, pengendalian persimpangan
dengan alat pemberi isyarat mencakup: PERSIMPANGAN DENGAN ALAT PEMBERI
ISYARAT LALU LINTAS
a. dasar pengendalian persimpangan dengan alat Lalu lintas pada suatu persimpangan yang diatur
pemberi isyarat lalu lintas; dengan alat pemberi isyarat lalu lintas harus
.mematuhi aturan yang disampaikan oleh isyarat
b. Tata letak dari persimpangan yang dikendalikan
Iampu tersebut. Keberhasi1an dari pengaturan ini
dengan alat pemberi isyarat lalu lintas;
dengan a1at pemberi isyarat lain lintas ditentukan
c. Cara perhitungan waktu isyarat dari a1at pemberi
dengan berkurangnya penundaan waktu untuk
isyarat 1alu lintas;
melalui persimpangan (waktu antri yang minimal)
d. Penerapan alat pemberi isyarat lalu lintas pada
. dan berkurangnya angka kecelakaan pada
jalan dengan kecepatan tinggi.
persimpangan yang bersangkutan.

Pengertian Kriteria

Alat Pcmbcri Isyarat lalu lintas, adalah perangkat Kriteria bahwa suatu persimpangan sudah harus
peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu dipasang alat pemberi isyarat lalu lintas adalah :
untuk mengatur lalu lintas orang dan atau kendaraan
a. Arus minimal lalu lintas yang menggunakan
dipersimpangan atau pada ruas
persimpangan rata-rata diatas 750 kendaraan/
Tahap, adalah bagian dari siklus apabila suatu jam selama 8 jam dalam sehari.
kombinasi perintah sinyal tertentu adalah tetap, b. Atau bila waktu menunggulhambatan rata-rata
dimulai dari periode waktu kuning dan berakhir pada kendaraan dipersimpangan telah melampaui 30
akhir dan periode hijau yang berikutnya. detik.
c. Atau persimpangan digunakan oleh rata-rata
Phase, adalah jumlah rangkaian isyarat yang
lebih dari 175 pejalan kakiljam selama 8 jam
digunakan untuk mengatur arus yang diperbolehkan
dalam sehari.
untuk bergerakf berjalan, (bila dua atau lebih arus
d. Atau sering terjadi kecelakaan pada persim-
diatur dengan isyarat yang sarna maka kedua arus
pangan yang bersangkutan.
tersebut berada dalam phase yang sarna).
e. Atau merupakan kombinasi dari sebab- sebab
.j;ibl",,;, atdalnl> ~m~Uliflr Ltnrnp..LtOhqr uiimanr JmJ)f.d~"thJt1k.'lt' ..rlinw.
semua pergerakan lalu lintas dilakukan, atau f. Atau karena pada daerah yang bersangkutan
merupakan penjumlahan waktu dari keseluruhan dipasang suatu sistem pengendalian lalu Iintas
tahapan.tselang waktu antara dimulainya hijau terpadu (Area traffic control/A TC), sehingga
sampai kembali hijau). setiap persimpangan yang termasuk di dalam
daerah yang bersangkutan harus dikendalikan
Waktu hijau antara, adalah Waklu antara
dengan alat pemberi isyarat lalu lintas.
berakhirnya isyarat hijau pada salah satu tahap dan
dimulainya waktu hijau pada tahapan berikutnya,
Syarat-syarat yang disebutkan diatas tidaklah baku,
(terdiri dari waktu kuning ditambah dengan waktu
dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
merah bersama).
seternpat.

51
Penyampalan Isyarat dihilangkan dengau mclcpaskan I anya satu arus lalu :1
lintas , tetapi akau mengakibatkanI hambatan yang
a. TSYMatlampu. besar bagi arus-arus dad kaki-kaki persimpangan
lainnya dan sccara keseluruhan mcngakibatkan
b. Ukurau mengcnai isyarat alat pemberi isyarat penggunaan persimpangan tidak dfisicn. Oleh karcna
itu perlu dipertimbangkan untuk I mcngalirkan bcbe-
lalu lintas diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Pcrhubungan No.KM 62 tahun .1993 rapa arus bersamaan untuk me~pcrtinggi effisicnsi
tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Iintas. penggunaau persimpangan dcng~n tidak megurangi
perhatian pada aspck keselamatan.
c. Urutan Isyarat lampu yang berlaku di Indonesia I -I
adalah merah.hijau.kuning dan kembati merah
Menurunkan hambatan dan meniugkatkan kapasitas
dipersimpangan yang mcnggun~kan alat pcmberi
dan agar supaya tidak terjadi tumpang tindih
isyarat lalu lintas dapat 1ilakukan dcngan
antara waktu hijau antar phase, sebclum hijau
pada phase berikutnya diberi suatu waktu Iangkah-Iangkah sebagai berikut :I .
merah bersama (all-red) yang fungsinya untuk a. Menggunakan tahap sescdikif mungkin,
meningkatkan keselamatan di persimpangan, b. Arus yang mcmasuki persimpangan hams dapat
ditarnpung. I·
d. Rambu dan marka pclengkap. c. Waktu yang dialokasikan untuk masing-masing
tahap harus memenuhi kCbuttfhan. .
Rambu yang diguuakan dipersimpangan yang d. Bila memungkinkan sebaiktya koordinasikan
menggunakan alat pembcri isyarat lalu lintas antara pengendalian lalu lintas de igan alat pernbcri
lain: isyarat lalu lintas yang be dekatan, schingga
dapat menlngkatkan effisiensi (terbentuknya
1. Rambu NO.IS. tabcl Lampiran Sural
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 kclompok kcndaraan), I j I
~ I
· I
tahun 1993. tentang Rambu-rambu Lalu Lintas
di Jalan di Indonesia yang digunakan bila
Teknik-teknlk yang dapat dilctaPkan merupakan ,I
salah satu atau kombinasi berikut 1lini :
dipcrkirakan pcrlu untuk membcritahukan
kepada pemakai jalan bahwa dihadapan mercka
ada alat pemberi isyarat lalu Lintas.
a. Mengijinkan
.

pcrgerakan, l dimana derajal


tcrjadinya konflik masih dale III batas kewajarau
2. Rarnbu No.la,lb,lc,Id,le,3a,3b,3c label 2b (rendah), pergerakan dapat I dilakukan dcngan
untuk menunjukkan arah yang hams aman dan konflik pcrgerakan dapat ditcrirua
diCempullbila dipl:rluk,m d~mikiaJl. rmrsamya OCIOK •.Kanan oersllUaan aengau arus
3. Rambu No.5a,5b,5c tabel 2a untuk arah yang turus yang berlawanan). ..
dilarang, b. Membatasi pergcrakan, nisalnya melarang
belok kanan bila pergerakan]- pergcrakan yang
Rambu-rambu yang digunakan hams diterupatkan akan menyebabkan konflik dilarang. .
sedcmikian mpa sehingga jelas tcrlihat oleh pemakai c. Memisahkan pcrgcrakan, d~ngan memisahkan
[alan, Bila diperlukan dapat diulang untuk aliran arus lalu lintas yang iakan menycbabkan

I.
mempertegas dan mcmpermudah ditangkapnya konflik ke dalam beberapa tahap.
isyarat oleh para pemakai jalan,
Marka yang digunakan dipersimpangan yang diatur
Mcngijinlmn Pcrgerakan
dengan a1at pembcri isyarat lalu lintas berupa : garis
berhenti, panah penggunaan jalur serta garis utuh (Perslmpangan empat kald dcn 'all dua tahap
membujur mcnjclang persimpangan, diatur tebih
lanjut dalam Sural Keputusan Menteri Perhubungan
No.: KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan. Lain lintas yang datang dari a1 yang berlawanan
dilepas bcrsamaan, sedangkan ~edua arah lainnya
ditahan, Kcndaraan yang berjal.an lums mendapat
Prinsil) Dasar prioritas untuk bcrjalan lebih [dahulu, sedangkan
kendaraan yang akan belok kanan harus mcnunggu
Pada persimpangan yang mcnggunakan a1at pemberi kesempatan. I
isyarat lalu lintas, konflik antar ams lain lintas : II
dikendalikan dengan isyarat lampu, konflik dapal · I'
: ii
: I'
;I
· II
:· iII
I ii,

52
Bila jumlah lajur yang tersedia hanya satu maka Memisahkan Pergcrakan (persimpangan empat
kendaraan yang akan belok kanan dapat berjalan kaki dcngan tiga tahapan)
menuju pertengahan persimpangan untuk menunggu
kesempatan, dengan demikian kendaraan yang a.) Kaki yang berlawanan dengan waktu hijau yang
berada dibelakangnya yang berjalan Iurus tidak . tidak sama (Pemotongan cepat/early-cut-off).
terganggu. Pada Gambar 6.1 berikut dapat dilihat
bagaimana aliran lalu lintas diatur.
Bila arus belok kanan besar pada salah satu kaki,
tahap dapat dilakukan dengan cara pertama
sekali dilepas arus yang berlawanan bersama-
sarna, sedang yang belok kanan ditahan terlebih

_j lL_1 L dahulu, setelah itu pada tahap berikutnya arus


yang berlawanan dengan arus belok kanan

-lllj
I~-·. t!-_
ditahan dan dilanjutkan dengan melepas arus
belok kanan bcrsama-sarna dengan arus yang
terus dari kaki yang sarna.
Karena arus belok kanan ditahan maka dalam
persimpangan yang diatur dengan cara ini perlu
Gombar 6.1 Pengaturan a/iran /a/u lintas sederhana
disediakan suatu Jajur khusus untuk belok kanan.

Membatasi Pergerakan (bila lalu lintas bclok Dalam persimpangan yang seperti ini maka dari
kanan dilarang) satu kaki (yang arus belok kanannya besar) perlu
disediakan dua bentuk isyarat lampu yaitu bulat
penuh untuk yang bergerak lurus dan panah yang
Langkah ini sebaiknya diterapkan bila arus dan
menunjuk ke arah kanan untuk yang akan
antrian .kendaraan yang akan belok kanan dan
membelok ke kanan. Pengaturan arus lalu lintas
sedang menunggu kesempatan untuk membelok
dengan cara pemotongan cepat disajikan pada
besar, sehingga dapat mengganggu kelancaran /
Gambar 6.3 berikut.
kapasitas persimpangan.
Jaringan yang ada disekitar persimpangan tersebut
dapat mengakomodasikan pengaJihan lalu lintas
dengan cara seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
6.2

Gombar 6.3 Pengaturan aliran arus lalu lintas


dengan cara pemotongan cepat.

b). Kaki yang berlawanan dengan waktu hijau yang


tidak sarna (mulai terlambatILate-start).

Sebagai alternatif untuk memecahkan masalah


arus yang akan belok kanan yang besar adalah
dengan memberi kesempatan untuk belok kanan
untuk berjalan bersama-sama dengan arus yang
akan terus, sedangkan dari arah : yang
Gombar 6.2 Upaya pengalihan lalu lintas bila pada
berlawanan ditahan.
persimpangan P dilarang be/ok kanan

53
Ii,II· 1\,
il· I

II: .
Dengan pengaturan yang demikian ini Pcngcndalian
persimpangan dapat diopcrasikan tanpa
j!
I! ·1
menggunakan lajur khusus belok kanan, tetapi Pengendalian alat pemberi isyarat lalu tintas dapat
bila mcmungkinkan untuk menggunakan lajur dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
I,i\ :
'I
I
belok kanan persimpangan akan beroperasi lcbih
baik. a. Waktu tetap. I
b. Dipcngaruhi olch arus lalu lintas,
Setelah arus bclok kanan bersih, bam kemudian c. Koo.rdinaSi aurar alat pembcri ~arat lalu lintas.
ditahan dan dari arah yang berlawanan dibuka .. d. Pengendalian dacrah sccara tCrradu
Jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 6.4.
1I. Waktu tetap 1
'j
.1
Dengan cara ini alat pemberl syarat lalu lintas
dikendalikan berdasarkan yang telah
ditctapkan lebih dahulu,
Pembagian waktu didasarkan tas survey yang
dilakukan tcrlcbih dahulu 1 ntuk selanjntnya
ditetapkan pembagian waktu yang terbaik.
Dengan tambahan peralatan tertentu (micro. it:;
.r
processor) pcnctapan waktu isyarat dapat
Gombar 6.4 Pengo/limn lalu lin las dengan mula/ diketompokkan sarnpai 3 alan 4 ketompok waktu,
terlambat (late-start).
untuk digunakan pada w ktu-waktu yang
berbeda-beda sepanjang hari (pa i, siang, sore dan
c). Tahap terpisah khusus untuk pergerakan belok malam dan lain-lain). I .
kanan. Kelemahan cara ini pada pencta~an waktunya yang'
tetap tidak dapat mengikuti kondisi arus lalu lintas
Bila arus bclok kanan besar pada kedua arah,
maka sebaiknya arus yang belok kanan dilepas yang bembal~-l~bah. . I... .
sccara simultan dan diberi tahapan tersendiri dan Dalam kondisi lalu lintas yang rep)
scnug tC.IJadl
arus-arus lainnya ditahan. pengemudi yang tidak sabar untuk menunggu I

isyarat lampu hijau, dan masuk kcdalam l! .


Untuk arus yang belok kanan diberikan lajur persimpangan, sehingga dapat mengakibatkan
'ij :

khusus dengan menggunakan isyarat lampu yang II'


terjadinya kecelakaan lalu lintas. I ' II:1.
tersendirl. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam 11:·
Gambar 6.S berikut. [ . .
Lal"1 Lintas
· I

II-
.
h. Dlpenguruh!olehArus ;•,lI.j,
II
Alat pemberi isyarat lal~ Iintas yang lii·
pengendaliannya dipengaruhi oleh arus lain lintas,
pcnggunaan persimpangan menjadi Iebih cfektip 11.
11: . .-_
dan waktu menunggu menjadi ebih pendek. j i ~

ll
i! .
:; I'I! il
i!i.
·i
Ii
i i . -
n
·Ii ;j!ll :.
Ii ,II
II
Gombar 6.5 Pengendalian arus dengan
memberikan tahapan khusus
untuk lalu lin/as belok kanan,

54
Setelah itu data dimasukkan kedalam kotak
pengendali. Dikotak pengendali nanti akan ditentukan
waktu hijau minimal dan waktu hijau maksimal.
Kontroler selanjutnya dihubungkan dengan detektor
yang ditempatkan pada jarak 30 in dari muJut
persimpangan, detektor ini berfungsi untuk mendeteksi
kendaraan, bila ada kendaraan yang mencapai dctektor
sebelum lampu berubah menjadi merah, maka lampu
hijau diperpanjang sampai kendaraan yang
bersangkutan dapat melewati persimpangan, dengan
batasan bahwa waktu hijau maksimum tidak terlampaui.

c. Koonlillasi antar Alat pemberl lsyarat lalu Llnta s

Bila beberapa persimpangan yang berdekatan


menggunakan alat pemberi isyarat lalu Iintas maka
akan sangat bermanfaat bila alat pcmberi isyarat lalu
lintas pada persimpangan - persimpangan tersebut di Gambar 6.6(0). Koordinasi TL dengan [arak
koordinasikan sedemikian rupa sehingga hambatan persimpangan seragam
total pada semua persimpangan yang .dikoor-
dinasikan menjadi berkurang.

Koordinasi akan berjalan dengan baik bila variasi


kecepatan kendaraan dalam suatu kelompok adalah
keeil sehingga kclompok kendaraan yang terbentuk
pada awal persimpangan yang dikoordinasikan tidak
terlalu menyebar/terpisah.

Dan bila jarak antara persimpangan yang


dikoordinasikan kurang dari 700 m. (Tetapi sampai
dengan jarak 1200 m masih dapat diperoleh manfaat
koordinasi walaupun manfaatnya telah berkurang).

Koordinasi dapat berialan dengan lebih baik apabila


-,.jarak antara persimpangan yang menggunakan alat
pemberi isyarat lalu lintas seragam, sepcrti yang
·terlihat pada Gambar 6_6.a. sedang pada Gambar 6.6.h.
dapat dilihat koordinasi bila jarak antara persimpangan Gombar 6.6(b). Koordinasi TL dengan jarak antar
tidak sarna dan arus lalu Iintasnya dua arab. prsimpangan tidak seragam .

d. Pengendalian Daerah dengan Komputer (Area


Traffic Control)

Bila .alat pemberi isyarat lalu lintas ·yang


dikoordinasikan meliputi daerah yang luas maka
sebaiknya lampu-lampu tersebut dikendalikan
dengan komputer untuk menentukan waktu
hambatan yang minimal pada daerah yang
bersangkutan.

55
Pcngcndalian dengan komputer ini dapat • Lokasi oblck-objek ada disekitar'
dilakukan dengan dua cara, yaitu : persimpangan, teruta yang dapat
a. Dengan waktu tctap.
mengakibatkan ga terhadap pan-:
b. Dipengaruhi oleh arus lalu Iintas.
dangan,
• Lokasi tempat per-
PERHITUNGAN WAKTU PADA ALAT
simpangan.
PEMBERI ISY ARA T LALU LINT AS
• Kelandaian dari jalan
• Kelandaiari dari jala
Petunjuk ini merupakan pedoman untuk perhitungan
persimpangan.
dan pernbagian waktu pada pengendalian
persimpangan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas
Informasi ini digambarkan suatu peta
pada persimpangan yang terisolasi (tidak
inventarisasi pcrsimpangan,
dikoordinasikan dengan lampu-alat pcmbcri isyarat lalu
lintas Jainnya yang bcrdekatan).
Data 1I1'1lS lulu llntas
Sasaran perhitungan waktu ini adalah agar
persimpangan dapat beroperasi pada kondisi yang Data arus lalu lintas yang UIIJIIIUIII\(UI untuk per-'
optimal, dimana waktu mcnunggu dapat ditckan hitungan waktu alat pemberi I lalu lintas adalah
seminimal mungkin tanpa mengorbankan keselarnatan data arus untuk masing-masing pergerakan.Data
pemakai. rind pergerakan lalu Iintas yang meliputi
Volume dan arah pergerakan lalu yang diukur
selama 14, 16 alan 24 jam 1 minggu mcnurut
Informasi dan Data yang Dlperlukan klasifikasijenis kendaraan

Beberapa informasi dan data yang dipcrlukan Klasifikasi kendaraan untuk meng-
sebelum perhitungan waktu dapat dilakukan adalah: konversikan kendaraan satuan mobil
penumpang, Jangka waktu pclaksanaan survey tergan-
a. Geometri Persimpangan.dan lung kepada karaktcristik lalu lintas di
b. Data arus lalu lintas persimpangan yang bersangkutan.

Satuan mobil penumpang


Geometrl Perslmpangan. untuk kondisi dan situasi di
dalam label 6.1
Inforrnasi dasar yang diperlukan dari data geometri Tabel 6.1 : satuan mobiI
persimpangan mcliputi :
a. Radius tikungan
b. Sudut yang dibentuk antara jalan yang
berpotongan Sedan/jeep
c. Lebar masing-masing kaki Oplet
d. Data-data lainya yang terdiri dari: Mikrobus
PickUp
• Pembagian dan lebar dari masing-masing
lajur, . 2 1,20 1,30
• Tata guna lahan disekitar persimpangan, Truk sedang
• Lebar balm dan trotoar disekitar per- Truk berat
simpangan,
• Rambu-rarnbu dan tanda permukaan jalan 3 Sepeda motor Me 0,25 0,40
yang digunakan didaerah sekitar per- 4 Bccak UM 0,80 1,00
simpangan Sepeda
• Lokasi perabot jalan yang ada disckitar Andong,dll
pcrsimpangan.

56
Arus jenuh
Arus jenuh adalah jumlah maksimum kendaraan Sebagai pendekatan, arus jenuh dapat dihitung
yang dapat melalui mulut persimpangan per satuan berdasarkan rurnus:
waktu hijau.
Satuan yang biasa digunakan didalam penetapan S::: 540 w (S:MP/jam)
waktu adalah SMP/jam. Pada gambar 6.7 dapat
dilihat hubungan antara laju pelepasan arus lalu
lintas dad mulut persimpangan pada keadaan
dimana :
jenuh selarna waktu hijau pada satu siklus, pada
gambar juga akan terlihat bahwa pada saat lampu w adalah lebar kaki persimpangan yang
rnulai hijau ada bagian dari waktu yang tidak digunakan untuk mengalirkan arus
terpakai karena diperlukan suatu tenggang waktu (meter).
dad saat lampu mulai menunjukkan hijau dengan
reaksi yang timbul dari pengernudi, demikian juga
Faktor-faktor koreksi arus jenuh:
pada akhir (pada waktu lampu sedang kuning) ada a. Tanjakan atau penurunan, untuk setiap
waktu yang hilang. . presentase tarijakan dilakukan penurunan aros
jenuh sebesar 3% dan setiap presentase turunan
Sehingga waktu hijau yang efektipdigunakan untuk
dilakukan penambahan arus jenuh sebesar 3 %
mengalirkan arus lalu lintas tidaklah sarna dengan
b. Lalu tintas yang belok kanan, jumlah SMP lalu
waktu hijau pada lampu,
lintas belok kanan yang berpapasan dengan lalu
Hijau oktual = hijau efJektip ditambah dengan waktu lintas yang terus harus dikalikan dengan
kuning dikurangi waktu yang hilong. faktor 1,75.
c. Bila ada lokasi parkir dekat dengan garis henti,
maka lebar w hams dikurangi sebesar :
c

'"
::J
'":Jrr u· w = 1,68 - (0,9 (z - 7,62»1k (meter)
_.2
0"
~8.
;;; ~
.a:: .,
waktu hijau efektiv
~~ -----------'----~
dimana:
~~ I w = pengurangan lebar, meter
o fti ~_ kehilangan waktu mulai
z = jarak lokasi tcmpat parkir ke garis henti,
~ ~ (, kehilangan waktu akhir --l I
meter.
AI [l Time C 10 k = Waktu hijau dari kaki persimpangan yang
I :.I~'1I111 a·.p'~cts. r bersangkutan, detik.
ljUHH--'-'-- -- f---.>:L..~mlm d. lalu lintas, dikoreksi dengan mengkonversikan
merah hijau kuning merah kedalam satuan mobil penumpang (SMP)
Gambar 6. 7. Arus Jenuh dan waktu yang hilang pada menurut Tabel 6.1
alat pemberi isyarat. e. Radius tikungan, semakin kecil radius tikungan
. semakin kecil kapasitas dari jalur yang
n"1orn~olnl .....,#"1",..... '""ft_n~,,·.,tt _"'""'"",, a....o.... tl,....~••
Besarnya arus jenuh tidaidah sarna pada setiap .IU\,rUIV\wlVI\. )QJl6 Ul\".oIlOU\.ULI I UlIIU.;J V\,.rJ.J.AUl •

persimpangan, ada beberapa hal yang mempengaruhi


besarnya arus jenuh adalah:
a. Tanjakan ataupun penurunan pada kaki . S
persimpangan. St = (S:MP/jarn)
----------
.b. Komposisi laiu lintas . 1+ I,SIR
.c. Jarak lokasi tempat parkir dari garis henti.
d. Ada tidaknya lalu lintas yang akan membelok dimana:
kekanan yang berpapasan dengan lalu lintas St= arus jenuh membelok setelah dikoreksi,
yang datang dari arah yang berlawanan. SMP/jam.
e. Radius tikungan, S = arus jenuh menurut rumus, SMP/jam.

57
II
,I I
,
:I I .f
.i. I
R :::::Radius tikungan , meter. Waktu lIiju. untuk Muslng.Hru.fl"g tahap I: I

-I'
: ..
,I I
a. Waklu hijau efcktif
Diagram Phase. , I- I
Waktu hijau untuk masing-masiug
I
tahap dihitung I
Diagram phase yang akan digunakan tcrgantung dcngan menggunakan rumus berifut : I

pada bentuk pcrsimpangan dan besarnya arus tiap !

pergerakan yang akan mcngakibatkan konflik. \1


I
,i
Untuk lebih jelasnya, lihat butir 2.3 (prinsip dasar) I
I

Penetapan Waktu Siklus.

a. Waktu siklus minimal


Hi=

'----------+--1 -
Eyi,mak

y
I
----··-(Co - L) (Iclik
Ji I
. I
I
I

I
I
dimana: . 1
Waktu siklus minimal dapat diperolch dengan
menggunakan rumus pendekatan bcrikut : Hi = waktu hijau untuk tahap i'Jetik. il
Co == waktu siklus optimal, deti 1. :!
L
I-
C,min == --------- (detik) b. Waktu hijau aktual I . I-
1 - y I
dimana:

L
L
C,min = waktu siklus minimal, detik
:::::n*1+ sm, detik.atau
(Ewha - I), detik
~ngend,lian ,d81:ia = Gi + k J
Waktu hijau yang aktual diprogramkan pada kotak

l I
!

n jumlah phase
Ii waktu yang hilang pada phase i., dimana: 1

Hia == waktu hijau aktual, detik I


!
dctik
sm = waktu semua mcrah (all red), dctik k = waktu kuning, biasanya digynakan 3 dctik.
wah = waktu hijau antara, detik Ii = waktu yang hilaug pada taht I, detik,
y :::::yi,maksimum I
ryi,mak :::::yi yang dominan untuk tahap i i
yi :::::qi/si Kapasltas I

qi == besamya arus pada arah i, 1

SMP/jam I i
I
Kapasitas persimpangan yang dikcndalikan dcngan I
si arus jenuh untuk arah i, SMP/jam alat pemberi isyarat lalu lint s adalah jumlah
maksimum kendaraan yang dapat melalui I
b. Waktu Siklus Optimal ( Co ) pcrsimpangan.
Kapasitas persimpangan berhubt ngan dengan nilai
I
1,5L+ 5 I

Co ::::: A_A_A, (detik) Y. Secara teoritis persimpangan dapat dioperasikan i


r
1 • Y sampai 100 %, nilai yang bias~ digunakan adalah
kapasitas praktis yang besarnya %.:po
c. Batasan panjaug waktu siklus Dcngan demikian maka kapasitas praktis adalah :

Panjang siklus minimum 25 detik, Panjang siklus


maksimum adalah 120 dctik, tetapi masih bisa
sampai dengan 180 detik.
dioperasikan
~~ y_,p_ra_k_=_0'"9_(_1_._u+f_m_ak_)
~ :
I
I
I
I

i
•I
I

58 i
I
I
I
: !
,
i
!
Contoh sederhana perhitungan siklus alat pemberi 1,5 L + 5 1,5 (9) +5 18,5
isyarat : Co = -------- - ----------- ---- = 71 detik
1- Y 1-0,74 0,26
Misal terdapat simpang cmpat tertentu, dcngan lebar
kaki persimpangan seperti yang ditunjukkan dalam Pengaturan alat pemberi isyarat kemudian menjadi :
gambar 6.8. Dengan volume dan kapasitas masing-
masing kaki tercatat sebagaimana terlihat pada tabel
6.2, yang diperolch dari hasil survai lapangan. YUSmaks
H.US :=: ----------- x (Co - L) detik - 1
y

0,35
------ x (71 - 9) - 1. 28 detik
0,74

Y.TBmaks
H.TB x ( Co - L ) - 1
= -----------------
y
-----
1500

--
1400

) (--t
7.30",
1
i 0l
r 60

SELATA
0,39
---------- x (71 - 9 ) - 1
0.74
= 32 detik

36~m~365Im
.!. ...t~~
...', . pengaturan waktu ini diperlihatkan secara diagram
xz»
] seperti ditunjukkan pada gambar 6.9 berikut,

Gombar 6.8 Dimensl persimpangon wkt siklus lengkap = 71 detik

Tabel 6.2 Volume dan kapasitas masing-masingkaki

: : all red 2 dt
~~

keterangan :
Contoh lain yang lebih sederhana untuk menentukan
waktu pengaturan pada lampu pemberi isyarat lalu
q = Volume lalu lintas per jam (smp)
lintas (IL) adalah dengan menggunakan grafik
s = Kapasitasjalan (lebar jalan x 525)
penentuan waktu siklus sebagaimana ditunjukkan pada
Y = Volume per kapasitas
gambar 6.9. Dari Grafik tersebut, dapat dijelaskan
L = 2n + R = (2 x 2 ) + ( 2 + 3 ) = 9 detik
bahwa untuk menentukan pengaturan waktu pemberi
isyarat lalu lintas, langkah-langkah yang harus
Cara perhitungan :
dilakukan adalah :
1. Menghitung volume lalu lintas tiap kaki per-
Utara Selatan . Timur Barat sipangan per jam dalam satuan mobil penumpang
q (sml) 650 600 1400 1500 (smn)
'----r/'
s (smp) 1850 1900 3850 3850
2. Menentukan waktu siklus yang diinginkan
Y (q/s) 0,35 0,32 0,36 0,39
berdasarkan pilihan waktu yang ada dalam grafik
Ymaks 0,35 0,39
(40 sid 120 detik),
Y=1;Ymaks 0,74
3. Setelah itu dapat ditentukan waktu hijau sekaligus
jumlah kendaraan maksimal yang dapat melewati
persimpangan per siklus.

59
~~~M4~++++~~~~I~~44~++~~~~~~44~4+++~~~I4-~~~O
: g ~ ~ ~ I~ ~ g ~ 2 ~ 2 ~
SOl>1l$ t13d N"i>IdV\lV'Hla 9NV'A 1V'WIS>WWN'VWV'aN3>1 HV'lWnr· I
~ ~ ~ !2 !2 !!1 ~ ~ ==
N~~m.o~_~N~~m~ow-~~ro.m~owN~~ro.m~
Q Q m (7) m co. <0 "" ,... It)
VOIO_wNoo~mvolDo-~NroV(7)100WN~~~vmIOOIt)-,,"N
U) 101010 V V ~ ~ N N _. 1-
IOIO~V~~NN-~-O m~row~""~WIDIO~ •• ~~~NN--
-------------
(>l113a) NV'>lmmdlO 9N'<IAWflWINIWfl'<lflH (ll.)tVM
.

60 I
!:

II
I
\
VII. MANAJEMEN LALU LINTAS

M' anajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan


pengendalian arus lau lintas dengan
melakukan optimasi penggunaan prasarana yang
IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam melakukan identifikasi masalah sesuai


ada. Hal ini menyangkut kondisi arus lalu lintas dan dengan tujuan dan sasaran manajemen lalu Iintas
juga sarana penunjangnya baik pada saat sekarang adalah sebagai berikut :
maupun yang akan direncanakan, namun demikian
perlu juga dibentuk organisasi untuk mendapatkan Keluhan SUbjcktif, dimana masalah biasanya
unjukkcrja yang terbaik. diidentiflkasikan dari persepsi seseorang mengenai
apa yang terjadi, baik kejadian tersebut dapat
diterima atau tidak, Masalah tersebut biasanya
TUJUAN MANAJEMEN LALU L1NTAS berkaitan dengan kemacetan, keselamatan, biaya
maupun kenyamanan perjalanan yang dievaluasi
Tujuan dengan dilakukannya manajemen lalu lintas orang secara subjektif dan bersifat pribadi, hal ini
adalah : biasanya disampaikan melalui surat kabar dan media
elektronik lainnya serta yang disampaikan langsung
a, Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan ke instansi yang bertanggung jawab,
lalu lintas secara menyeluruh dengan tingkat
aksessibilitas yang tinggi dengan menye- Kriteria Objektif. dalam kriteria ini identifikasi
imbangkan permintaan , dengan sarana masalah dilakukan dengan kriteria dasar dengan
pcnunjang yang tersedia. melakukan evaluasi terhadap unjuk kerja yang
b. Meningkatkan tingkat keselamatan dari mempengarnhi sistim transportasi yang ada pada
pengguna yang dapat diterima oleh semua saat sekarang (existing). Kriteria-kriteria tersebut
pihak dan memperbaiki tingkat keselamatan adalah:
tersebut sebaik mungkin.
c. Melindungi dan memperbaiki keadaan kondisi a. Total waktu perjalanan, yang diperoleh dari
lingkungan dimana arus lalu lintas tersebut mobilitas (kecepatan pada jaringan jalan yang
berada, ditentukan oIeh kecepatan ruas jalan dan
d. Mempromosikan penggunaan energi secara keterlambatan di persimpangan), aksessibilitas
efisien ataupun penggunaan energi lain yang yang ditentukan oleh lokasi jaringan jalan dan
dampak negatifnya Iebih keeil dari pada energi ruasnya yang mempengaruhi rute yang akan
yang ada. dipakai dalam perjalanan,
b. Keselamatan, resiko kecelakaan yang diukur
berdasarkan tingkat kecelakaan.
SASARAN MANAJEMEN LALU LINTAS c. Biaya, biaya perjalanan adalah penting dan
berhubungan langsung dengan efisiensi dan
Sasaran dad manajemen lalu lintas sesuai dengan keselamatan operasi.
tujuan di alas adalah : d. Kenyamanan, dibutuhkan orang mau membeyar
lebih untuk mendapatkannya
a. Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas e. Lingkungan, melakukan evaluasi terhadap
dengan melakukan pemisahan terhadap tipe, dampak Iingkungan dari operasi yang dilakukan.
kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk f. Konservasi energi, penghematan terhadap
meminimumkan gangguan terhadap lalu lintas, penggunaan energi dengan dilakukannya
b. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan manajemen lalu lintas.
menaikkan kapasitas atau mengurangi volume
lalu lintas pada suatu jalan. Melakukan optimasi Skala Waktu, manajemen lalu lintas berdasarkan
ruas jalan dengan menentukan fungsi dari jalan skala waktu dengan skala implementasi yang
dan kontrol terhadap aktivitas-aktivitas yang berbeda pula, skala waktu tersebut diklasifikasikan
tidak cocok dengan fungsi jalan tersebut hams sebagai berikut :
dikontrol.

61
I

a. Seketika/mcndcsak, perbaikan yang dilakukan


I .
panjang yang direncanakan dalam pcrbaikan sistcm
adalah pcrbaikan kontrol yang ada . yang ada. . I
(pcsimpangan, parkir dll.).
b. Jangka pendek, dilakukaunya perubahan arus Strategi-srategi dan tcknik yang dapat dilakukan il·i
lalu lintas dengan manajemen lalu lintas dan dalarn manajerncn lalu lintas ada ah sebagi bcrikut : . '1
sarana penunjang lainnya.
c. Jangka menengah, mclakukau peningkatan Manajcmcn Ka]lllsitas, langk h pcrtama dalam
kapasitas jaringan jalan dan pcrubahan arah lalu manejemcn lalu lintas adalah III mbuat pcnggunaan
lintas, pelebaran jalan dan konstruksi jalan bam. kapasitas dan ruas jalan seefekti mungkin sehingga
d. Jangka panjang, melakukan perubahan arus lalu pcrgerakan lalu Iintas yang [lancar .rnerupakan
lintas berdasarkan pertumbuhan lain Iintas persyaratan utama. Teknik-teknik yang dapat
dengan mengontrol pengembangau rencana dilakukan dalam manajcmcn kapfsitas ini adalah :
perkotaan,
a. perbaikan persimpangan llntnk meyakinkari
Pendekatan Idcntiflkasi Masalah, dalam pel~ggunaan kontrol dan I geomctri secara
identifikasi masalah ada dua tahapan utama yang opttmum, I
harus dilakukan dalam melakukan manajemen lalu b. manajemcn mas jalan dengan mclakukan
lintas yaitu dengan melakukan studi awal tentang pemisahan tipc : kendaraan, I kontrol on-street
jaringan jalan untuk memperoleh karaktcristik parking (tempat.waktu ) dan delebaranjalan.
umum dalam mcngidenufikasi lokasi pcrmasalahan c. area traffic control, batasan Itcmpat mcmbelok,
dan mclakukan studi yang Icbih detail dari lokasi- sistim jalan satu arah dan kobrdinasi lampu lalu
·
lokasi yang berrnasalah tersebut untuk mengetahui Iintas. I
I
. !t
pcnyebab utama masalah yang ditimbulkan dan :r
dapat digunakan sebagai subjek proposal perbaikan, Manaicmcn Pl'ioritlls, terdapa{ beberapa pilihan
Berdasarkan hal terscbut di atas idcntifikasi yang dapat. dilakukan dalam ~anajemen prioritas
permasalahan dapat dilakuan adalah : terutama adalah prioritas I bagi kendaraan
penumpang umum yang mcnggunakan angkutan
a. Manajemen lain lintas massal karcna kendaraan tcrsebut bcrgerak dcngan
b. Opcrasi angkutan umum jumlah pcnumpang yang banyak dengan demikiau
c. Pengembangan jaringan jalan efisiensi penggunaan mas jalan dapat dicapai teknik
d, pengembangan jaringan transportasi urnum yang dapat dilakukan antara l~in adalah dcngan
pcnggunaan : I:
STRATEGI DAN TEKNIK jalur khusus bus I .
prioritas pcrslmpangan i
Menentukan strategi untuk ruas jalan dcngan • jalur bus . I.
performcnce yang tidak bagus analisis penyebab
keruacetan dimulai dari statemcn bcrikut :
jalur khusus sepeda
prioritas bagi angkutan baran
J
kemacctan lain llntas disebabkan kcrena volume
I .
Mallajcmcn Demand crminta'lln, dalam stratcgi
lain lintas melcbihi kapasitas yang ada. ini yang dapat dilakukan adalah :
solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
menaikkan kapasitas atau mengurangi volume
I
a. Merubah rute kendaraan pada jaringan dengan
lalu lintas. tujuan untuk Illcmindahkatt kendaraan dari
dacrah macet kc dacrah tidak inacct. .
Biasanya kapasitas dapat diperbaiki dengan jalan b. Merubah ll10da pcrjalanan dati angkutan prihadi.
mcngurangi penycbab gangguan, misalnya dcngan kc angklltan umum pada jaml sibuk yang berarli
memindahkan tcmpat parkir, mengontrol pcjalan penyediaan prioritas bagi ang~utan umUIll. .
kaki atau dellgan memindahkan lalu lintas ke mle c. kontrol tcrhadap pcnggunaan tat a guna lahan. .
lainnya alau mungkin dengan cam pengaturan yang I . 0

lain scperti membuat jalan satu arah, dalam hal inl Teknik yang dapat· dilakllkan idalan mallajcmen
jawaban dari skala waktu harus dipertimbangkan demand ini alltara lain adalah dengan mclakukan :
tctapi hams telap konsisten pada penanganan jangka I

62
• kebijaksanaan parkir lalu lintas berubah dimana jaringan jalan arteri
• penutupan jalan dapat diputuskan untuk dibangun, sirkulasi jaringan
• area dan cordon licensing yang sesuai harus diputuskan untuk membangun
• batasan fisik terutama di daerah CBD, hal ini bisa berupa
perubahan sistim jalan menjadi satu arah dan
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa perubahan kontrol parkir scrta perubahan kontrol
pemilihan strategi sangat dipengaruhi oleh skala persimpangan.
waktu maka strategi yang dapat dilakukan
berdasarkan skala waktu tcrsebet adalah sebagai
berikut: . Beberapa penerapan yang dapat diaplikan langsung
dilapangan dalam melakukan manajemen lalu lintas
Sekenka, strategi seketika dilakukan untuk ini antra lain adalah :
memperbaiki arus la1u lintas dengan mengontrol
adanya gangguan dengan melakukan hal-hal sebagai . Jalan Sat" Arah
berikut:
Dengan meningkatnya arus lalu lintas banyaknya
a. tentukan janngan jalan arteri dan tentukan titik-titik konflik antar kendaraan dengan kendaraan
kebijaksanaan untuk menghubungkan seluruh lain maupan dengan pejalan kaki, hal ini mendorong
arus lalu lintas dalam jaringan jalan tersebut. dilapakukannya penerapan jalan satu arah.

b. jalan artcri ambil seluruh parameter yang Jalan satu arah biasanya dilakukan dengan cara :
.diperlukan untuk menjamin adanya arus lalu
lintas yang lancar dengan memaksimumkan a. jalan satu arah yang permanen
kapasitas arus lalu lintas bisa didapat dengan b. jalan satu arah sementara, dimana pada saat
jam sibuk dibuat jalan satu arah tetapi pada jam
mengontrol parkir baik untuk kendaraan tidak sibuk merupakan jalan dua arah.
pribadi, penumpang dan barang dengan
menentukan tempat pemberhentian angkutan Manfaat jalan satu arah
umum,
• memisahkan tipe kendaraan yang berbeda Manfaatjalan satu arah adalah sebagai berikut :
dengan membatasi penggunaan jalan untuk
tipe kendaraan tertentu. a. Meningkatkan kapasitas
• kontrol pcnyiapan (overtaking)
mempertahankan kondisi jalan dan • mengurangi hambatan-hambatan pada
memastikan bahwa tidak ada objek yang persimpangan yang ditimbulkan olch
membahayakan di jalan. konflik kendaraan membelok dan konflik
• memastikan penggunaan marka jalan dan arus kendaraan dengan penyeberang jalan.
rambu secara benar dan efektif. • memungkinkan penyesuaian lebar lajur
lalu lintas yang dapat menambah kapasitas
c. ruas jalan lainnya ambit suatu parameter untuk ataupun menambah lajur baru.
menentukan akscs dengan mengontrol ruang • meningkatkan waktu tempuh.
parkir terutama di daerah CBD untuk angkutan • memungkinkan perbaikan pengoperasian
barang dan kendaraan komersil dimana hal ini angkutan umum dengan terhindarinya
akan menghasilkan kebijaksanaan parkir dan berangkat dan pulang melalui jalan yang
kebijaksanaan pembatasan lalu lintas. sarna.
• terjadinya penyebaran lalu Iintas guna
d. persimpangan yang macet, tinjau metoda menghindari kemacetan pada jalan-jalan
pengendalian, geometrik dan pengaturan yang berdekatan.
lampunya dan metoda-metoda yang mungkin • menyederhanakan pengaturan lampu
untuk meningkatkan kapasitas. pemberi isyarat lalu lintas terutama pada
kasus koordinasi.
Manajcmcn lalu lintas jangka pendek, skala waktu
jangka pendek memungkinkan rencana manajcmen

63
[:. :1

, i,
Ii 11 :

ii' ::
I
Ii ,I
,. IIi!
II:
b. Mcningkatkan kcsclamatan c. mcmpertimbangakan jaring:(n jalan yang ada
i
. I:
I,
ril:
II·
apakah dapat diperolch sePfflsang jalan searah
pcngurangan konflik antar MUS kendaraan untuk mendistribusikan aru yang scbclumnya
dan antara arus kendaraan dengan dna arah. II:
I, :
penyeberang jalan pada pcrsimpangan. d. pcngaruh yang timbul tcrhlldap pcngopcrasian il
u
• terhindarnya penycbcrangan jalan terjebak augkutan umum. .
Ii· III.
ditengah arus lalu lintas yang saling e. apakah perlu dilakukan pertllllbangan terhadap 1~
,[
berlawauan arah, larangan parkir untuk memFnuhi jumlah lajur II
:~I .
perbaikan pada pcngarnatan di persim- yang cukup, . . .
il'I'
pangan bagi pengemudi. f. perubahan apa saja yang pertu dilakukan dalam

c. Lain-lain
perambuan, marka, lampu pemberi isyarat lalu
lintas dan peralatan pengontrbllainnya.
Ii:
II:
·11
g. memperhitungkan pengamh dari angkutan 11
11 ....
• menambah kapasitas lalu lintas untuk barang, I : ~ il . !.

interval waktu tertcntu tanpa biaya yang h. memperhitungkan pcngaruh I terhadap daerah .. !I ~
daerah pembangkit lalu lintas sckitar jalan satu ii i'
mahal, II . - ,I
arah tersebut dan diPcrhitunJlkan pula pengaruh
• pengcmbangan master plan sccara ber-
tahap. . dari sistem perparkirannya,
il; :
• memperolch pembaharuan pola lau lintas
dalam waktu singkat dengan biaya yang
i. pertimbangan gcomctri [ala 1 satu arah harus
diperhatikan schingga pada pertemuannya
il· ..
rendah, . dengan lalu lintas dua arah }idak menirnbulkan
• mcnyediakan sarana bongkar muat kcmacctan maupun masalah rselamatan. II
kcndaraan angkutan barang dengan
II·I·
pcngaruh yang kecil pada ruas lalu lintas. Disain sistcm jRlan satu arnh I :1

• mempertahankan trotoar, pcpohonan dan


ilII
lain-lain yang mungkin bisa digusur pada Disain jalan satu arah dapat dilihat dari ; , :If'
I
kasus pclebaran jalau dua arnh, II:
I
a. Segi jalan raya ilII
Kerugian jalan satu arah II
Mcskipun sistem jalan satul arah secara detail
Disamping manfaat yang dapat dibcrikan dengan tidak berbcda, tcrdapat be lempa faktor dasar II
tertentu yang hams diper imbangkan dalarn II
pengaturan jalan sutu arah, maka dapat dimukan
pula keruglan dari pcngaturan jalan satu arah perancangan jaringan jalan atu arah yaitu : il
:11 '
:ji
tersebuat antara lain adalah ;
• Kapasitas [alan pada sa ah satu arah hams II
c. sejumlah pemakai jatan (kendaraan bcrrnotor) seimbang dcngan kapasitas pada jalan ]1 '

hams memutar untuk mcncapai suatu tujuau yang bcrlawanan arah. I II·
tertentu, hal ini akan menambah biaya
perjalanan.
• scpasang jalau searhh yang paling
disarankan adalah yanglsaling berdckatan. l
.111
d. bagi pcndatang bern mungkin pcngaturan ini il
membingungkan , khususnya apabila geometri b. Ujung .jalan satu arah I . il
'II
jaringan jalan tidak beraturan serta marka dan I . II
rambu tidak jclas. Pola jaringan jalan tcrtentu biasanya sangat !I
e. bagi kendaraan-kcndaraan untuk kebutuhan cocok unluk dioperasikan ~cbagai sisten jalan II
darurat seperti pcmadllm kebakaran dan satu arah misalnya jalan I yang berpotongan "

il
ambulance, dalam hal iui tcrpaksa mcmutar. damn menjadi satu berbcnt\~k "y" . Pada pola 'i I "
grid sistem jalan searah a~all bcmjullg pada !III·
Pcrcncanaan jalnn sntu arah persimpangan dcngan 4 kaf.i. jika suall! jalan I!
salll arah bernkhir pada s atll jatan arleri , il
Sebclllm mcnerapk:lI1 sistem jalan salu amh maka maka sebaiknya sistclll salll arab ini diteruskan
sampai satu blok di depaOl ya, schingga tidak
l II

beberapa pertimbangan bcrikut ini sebaiknya I

dipcrhatiakan antara lain; mcmpengaruhi operasi lalu intas eli jalan arteri
tcrsebut.

64
Lalur !)asang surut arus lalu lintas akan melampaui kapasitas aktual,
kemungkinan penerapan lajur pasang surut dapat
Pada jam-jam sibuk tertentu, volume lalu lintas dipikirkan.
masing-masing arah pada jalan-jalan arteri dua
arah sangat tidak seimbang. kondisi ini sangat Saat tcrjadinya kemacetan ; Dalam hal ini harus
tidak efisien karena kapasitas jalan tidak dapat dipastikan bahwa saat terjadinya kernacetan
dimanfaatkan secara penub, oleh karena itu lalu lintas adalah periodik dan dapat diperkirakan,
tajur pasang surut merupakan salah satu sehingga pengoperasian sistem tajur pasang surut
alternatif pemecahannya. dapat lebih mudah.

Pada sistem lajur pasang surut, satu atau Jebih Perbandingan arah volume laID Untas ; Sistem
lajur lalu lintas dikhususkan untuk arus lalu lajur pasang surut dicapai dengan pemanfaatan lajur
lintas arah tertentu pada jam sibuk dimana pada arah dengan volume lalau lintas yang Jebih
maksud dari tajur pasang surut ini adalah untuk rendah, Perhitungan volume lalu lintas perlajur akan
memberikan tambahan lajur untuk arah yang memastikan apakah beberap tajur pada arah minor
mempunyai arus laulu Iintas yang lebih besar. dapat dikurangi atau tidak, kalaupun bisa beberapa
Pada keadaan ekstrim bahkan pada jam-jam yang akan dialokasikan untuk masing-masing arah
sibuk tertentu jalan dua arah dapat diubah dan kapan lajur pasang surut diberJakukan.
mcnjadi satu arah.
Kapasitas pada lokasi-Iokllsi akses; kapasitas
Manfaat dan kerugian yang memadai harus terpenuhi pada ujung sistem
lajur pasang surut sehingga memudahkan bagi
Sistem lajur pasang surut secara logis pengendara yang masuk maupun keluar sistem
merupakan metode yang paling efisien dalam tersebut. Apabila hal tersebut diatas tidak. terpenuhi
meningkatkan kapasitas jaringan jalan pada maka penerapan sistem lajur pasang surut tidak lebih
jam-jam sibuk. Hal tersebut dilakukan dengan dari pada hanya memindahkan masalah lalu Iintas
cara memenfaatkan lajur lalu lintas pada arah dari satu tempat ke tempat lain saja.
yang menpunyai arus yang lebih kecil untuk
digunakan bagi lalu lintas yang arusnya lebih Mctode pengaturan
besar yang berarti merupakan langkah
pemanfaatan lajur semaksimal mungkin, Metode atau cara yang dapat dilakukan dalam
menerapkan sitem lajur pasang surut antara lain:
Disamping hal tersebut diatas perlu pula
diperhattkan hal-hal yang dapat dianggap a lampu pengatur lalu lintas dapat dHetakkan
merupakan kerugian dari lajur pasang surut ini diatas masing-masing lajur.
antara lain adalah : b sistem rambu yang memberi petunjuk adanya
pengaturanlajur pasang surut serta saat
a pada jam-jam sibuk tersebut kapasitas pada berlakunya.
arab arus yang kecil berkurang. c berbagai pembatas fisik seperti kerucut lalu
b menimbulkan sedikit masalah pada ujung lintas dan lain-lain.
jalan yang bersangkutan.
c memerlukan pengawasan yang ketal, untuk
mencegah pelanggaran terhadap Pcngaturan Keceoatan
pengaturan tersebut.
Peugaturan dan pembatasan kecepatan dimaksudkan
Pertimbangan lajur pasang surut untuk membantu pengendara dalam memilih
kecepatan yang sesuai dengan kondisi jalan dan
Ada beberapa halal yang harus dipertimbangkan cuaca serta Hngkungan yang ada sehingga akan
sebelurn suatu sistem lajur pasang surut diterapkan diperoleh kondisi arus lalu lintas yang lebih baik dan
yaitu: mengurangi angka kecelakaan.

Adanya kcmacetan ; jika tingkat pelayanan selam


periode tertcntu menumn sampai pada batas dimana

65
Faktor-faktor yang mempengaruhl kecepatan • rcgnIasi yang ditctJkan oleh badan
legislatif dan umumnya bcrlaku di seluruh
Sikap masyarakat ; instansi pengclola jalan daerah. I
biasanya menerima usulan untuk melakukan • regulasi kecepatan dala~\ suatu daerah atau
pernbatasan kecepatan yang berarti menunjukkan zona tcrtcntu yang ditc~tukan olch instansi
adanya suatu hal yang kurang benar pada suatu mas yang bcrwenang berdasarkan suatu studi
jalan. Masyarakat, baik sebagai individu maupun teknis, I
kelompok akan mcngusulkan batas kecepatan yang
lebih rendah untuk jalan-jalan disekitar tempat b. Kcecpatan maksimum Iyang disarankan
tinggalnya, (advisory maximum speed indication), yang
tidak mempunyai sangsi i hukum tcrhadap
Kecelakaan ; Tingkat frekuensi kccelakaan dalam kecepatan yang disarankan' pada suatu Ioknsi
kaitannya dcngan kecepatan, berbagai program pada kondisi tertentu. Di!e.lompokkan dalam
keselamatan lalu lintas dilakukan untuk mcyakinkan dua jenis yaitu : .
bahwa keccpatan adalah penyebab utama suatu
kecelakaan lalu lintas, . • batas : maksimum a solut. mcrnpakan
batas maksimum dimana I
bcrjalan diatas
Lingkungan ; pcngaruh lingkungan pada kecepatan, kecepatan tcrsebut I secara hukum i;_
penentuan batas kccepatan tidaklah sama pada merupakan pelanggaran, terlepas dari : [:
semua tempat tctapi sangat tenggantung sckali pada kondisi [alan, volume [alu liutas dan lain- i:
situasi kondisi daerah setcmpat, lain. i· l'I!
Jcnis dan kondis jalan ; kcpatan yang tinggi relatif
• batas maksimum Print! facie II"

aman pada jalan dengan disain yang tinggi seperti I


pada jalan arteri dimana lajur yang lebar, tidak ada Pcngkajian batas kecepatau nJksimum : II:'
tikungan yang tajam, jarak pandang yang eukup dan
adanya pembatasan jalan akses, Disarnping itu Pcnentuan batas-batas kcccpata~ maksimum hams ,I
· Ii
kondisi pcrmukaan jalan juga merupakan faktor didasarkan pada data tcknis dan data lalu lintas yang I,
yang mcnentukan kccepatan. arnan, khususnya memadai dalam kuantitas maupun kualitas, Hal-hal , ll
I
. karakteristik perrnukaan jalan yang menjadi Iicin yang hams dipcrtimbangkan tlalam menentukan ·
: 1" .
,
pada kondisi basah. batas-batas kccepatan adalah seblg'i bcrikut : ,, i:I
: i
Tata guna lahan ; kecepatan yang aman juga sangat a. Kecepatan aktual kendal'aanlsaat ini
dipengaruhi oleh adanya persimangan dan kegiatan [ . •i
sepanjang koridor [alan, kecepatan pada jalan-jalan • kecepatan dimana 85 % kendaraan
perkotaan umumnya lcbih rendah dibanding jalan berjalan pada atau kuf'ang dari kccepatan
luar kota , karena adanya kegiatan sepanjang jalan tersebut (85 peccruile speed),
tersebut. • kecepatan rata-rata dati hasil percobaan,

Kondisi cuaca cuaca merupakan faktor utama


• distribusi data keccpat n.

yang mempcngaruhi kcecpatan. b. Data fisik


~.
Jenls Pengaturan batas kecepatan • keccpatan rencana
Terdapat dua jenis pengaturan kecepatan yang dapat
• data yang dapat diu~ ir ; kecepatn yang
mas~h nyaman. ditik~lllgnn, jara~ anta~
dilakukan yaitu : persrmpangan, Jumlalr pusat kegiatan <it
kanan kiri jalan,
a. Balas kcccpatan peraturan (regulatory limits)
• karakteristik dan konJisi permukaan jalan
yang mempunyai kekuatan sangsi hukum
terhadap pclanggarnya, yang dapal
l
; angka kekcrasan pcrmukaan jalali,
adanya dips dan bun~p yang mclintang,
dikclompokkan menjadi : kondisi balm dan mcd'an jalan,
I
I
I· II'.
,, I·I.
I.
i'
66 I
I
i
!J

I I·
i
c. Data kecelakaan pada jalan-jalan dimana sangat dibatasi, batas
d. Volume serta pengaturan lalu Iintas kecepatan muumum diberlakukan untuk
menghindarkan adanya perbedaan kecepatan yang
• volume lalu lintas terlalu besar yang biasanya merupakan penyebab
• parkir dan bongkar muat kecelakaan.
• kendaraan umum
• pengaturan arus membelok Perambuan
• . lampu pengaturan lalu lintas dan rambu serta
marka yang mempengaruhi atau dipengaruhi Perambuan untuk batas kecepatan hendalcnya
oleh kecepatan. memakai perambuan yang telah distandardkan.
• konflik kendaraan dengan pcjalan kaki Dimana jarak pemasangan berfariasi sesuai dengan
tipe jalan dan Iingkungan.
Penentuan batas kecepatan pada tikungan

Untuk menentukan kecepatan yang disarankan pada Pcmbatasan La.u Lintas


suatu tikungan dapat dilakukan dengan cara :
Beberapa alternatif kebijaksanaan transportsi yang
a. Pengujian kendaraan di jalan yang dilengkapi ada pada dasarnya adalah untuk mencoba
dengan instrumen, pengujian ini dilakukan mengontrol tingginya tingkat arus lahi lintas pada
dengan menggunakan kendaraan yang daerah tertentu dalam usaha mencapai
dilengkapi demham "ball bank indikator " keseimbangan antara aksesibilitas, pergerakan
untuk menguji efek gabungan dari sudul kendaraan dan kondisi Iingkungan yang baik. oleh
kemiringan kendaraan, sudut gaya sentrifugal sebab itu pembatasan lalu Iintas dapat direncanakan
dan sudut superelevasi jalan, Kecepatan aman seeara efektif agar dapat mengatur atau mengontrol
pada tikungan ditunjukkan oleh sudut pada tingkat lalu lintas pada suatu daerah· secara
instrumen tersebut adalah sebesar : keseluruhan. Metoda nu diharapkan dapat
mengakibatkan para pemakai jalan akan
14° untuk kecepatan di bawah 32 kmljam memberikan respon terhadap suatu kondisi tertentu
12° untuk kecepatan antara 32 sid 56 kmljam yang timbul karena penerapan kebijaksanaan
10° untuk keeepatan diatas 56 km/jam. pembatasan lalu lintas yang diberlakukan.

(untuk kecepatn yang lebih tinggi, hendaknya Pcngaruh pembatasan lalu lintas
menggunakan sudut yang lebih keeil)
Pada kondisi macet, setiap penambahan jumlah
Perhitungan teoritis kendaraan dalam arus lalu lintas akan menambah
jumlah waktu yang diperlukan dan juga biaya yang
perhitungan ini disarankan menggunakan rumus : dibebankan pada setiap kendaraan yang berada
dalam arus lalu lintas tersebut. hal ini dapat
dijelaskan pada gambar dibawah yang
menggambarkan hubungan antara arus lalu lintas
y2 127 R (e + f)
dengan waktu perjalanan.
dimana:

y = kecepatan maksimum dalam kmljam


e = superelevasi (m/m)
f = faktor gesekan samping
R = jari-jari kelengkungan dalam m

Nilai-nilai kecepatan aman yang diperoleh


hendakriya disesuaikan dengan pertimbangan lain.

Batas keceparan minimum

67
I

I! .
Woklll perjalanen (menJllkm)
tersedia, rata guna lahan, kepadatan pcngembangan
termasuk juga kepentingan sosial ekonomi.
Efektifitas dari kebijaksanaan erkiraan seperti di
penambahon per satu alas merupakan salah satu met it pembatasan lalu
satuan WBktll
···l········································ lintas yang sangat tergantung pada beberapa hal
seperti :
.... .penambahan kelambatan
~.. , - - .
a. kendaran angkutan b rang mmungkin
mempunyai tempat parki~ scndiri sehingga II
dapat parkir tanpa dikenakan biaya. II
b. lalu lintas yang hallY" melalui daerah
pembatasan lalu lintas tanp~ berhenti tidak akan
tcrkena kebijaksanaan perparkiran ini.
c. biaya parkir yang dibayar olth perusahaan:
d. proporsi dari tempat parkir Ifribadi yang tinggi. .
n A c. jika pengaturan parkir ternyata berhasil dalam
AnlR (]rend/jal1\)
mengurangi kemacetan, maka biaya pcrjalanan
untuk kcndaraan yang tcrmasukI
dalam katagori
Gombar 7.1 Hubungan antara arus lalu lintas tersebut akan mcnjadi lebih rcndah sehingga
dengan waktu perjakman. mcrangsang pellumbuhal1lalu Iintas.

Biaya masuk
Keterangan gambar ; penambahan kendaraan pada
tingkat arus /inggi (AJ akan membangkitkan Tiga sistem pembayaran ya?g berbcda dapat
kelambatan pada setiap pemakai yang lebth besar diterapkan untuk biaya masuk ya,tu : .
dlbanding kan dengan penambahan kendaraan pada
tingkat arus lalu lin/as rendah (8) a. supplementary license (Sistit!l tanda izin) adalah
suatu tanda izin yang. memperbolchkan
penggunaan kendaraan didalam suatu daerah
Metoda pembatasan lalu llntas tcrtentu. tanda izin dapat Idibcli untuk suatu
periode tertentu dan dipdrHhatkan di kaca
Pembatasan lalau lintas yang biasa ditakukan adalah jendcIa pada waktu pcmcrjksaan . Tanda izin
dengan mcnggunakan pembatasan fisik antara lain: dapat dibeli dalam jumlah banyak dan dapat
dikembalikan jika tanda zin tcrsebut tidak
a. Mengurangi jumlah jalan akses mgunaxan. TJaera'l1 PCl'Kot'l~Jl «toag! mcn)affl
b.

c.
mengurangi waktu hijau lampu pemberi isyarat
lalu lintas.
mencadangkan bebcrapa jalan akses mcnjadi
jalan untuk angkutan umum atau tempat parkir.
seluruh daerah tcrscbut. r
bebcrapa zona dengan biaya berbcda-beda
ataupun dengan suatu harga yang sama untuk

b. sistim biaya tol, banyak di makan pada jalan


bebas hambatan, jembatar dan terowongan.
Tetapi di daerah perk9taan metoda inl
Pcngaturan parkir diperkirakan tidak cocok kprena menimbulkan ,.
biaya lain pada waktu pen~u.mpulan biaya tol
Pelaksanaan pengaturan parkir telah sering
terscbut. I
dilakukan antara lain:
c. sistim tanda nl.asllk adalal1 suatu tanda yang.
mcmperbolchkan suatu kerdaraan masuk ke
a. pembatasan parkir ditepi jalan dacrah tertentu melalui pintu-pintu masuk yang
b. mcrencanakan fasilitas tempat parkir di luar
terbatas jumlahnya pada pel!iode waktu tcrtentu
daerah pembatasan lalu lintas (pada jam sibuk pagi had).
c. pengaturan biaya parkir
d. denda yang tinggi terhadap pclanggar parkir Problem utama yang hams ?lendapat perhatian
dalam sistem biaya masuk ini I adalah : distribusi
Kebijaksanaan perparkiran dari suatu kota hams tiket, persoalan teknik lalu lint~s yang akan timbul
juga mempertimbangkan kapasitas jalan yang

I
68 I

I r-

I i
iii
pada pintu masuk , administrasi, deflnisi dan antara zona dan biaya hanya dikenakan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan tempar parkir. kendaraan yang melalui batas zona tersebut.

Sisitem dan Pengkajian Tanda Izin Sistem titik harga (point pricing system) ; sistem
ini dibagi alas 2 tipe yang tergantung lokasi dari
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada sistem alat pencatat inforrnasi biaya yaitu :
tanda izin adalah sebagai berikut :
a. pada kendaraan, alat ini terletak dalam
a. daerah dimana sistem ini akan diterapkan harus kendaraan dam mencatat infonnasi berapa
didefinisikan dengan jelas batas-batas jumlah titik yang telah dilalui.
daerahnya. b. tidak pada kendaraan, alat ini mencatat
b. pengemudi yang memasuki daerah tersebut identifikasi setiap kendaraan yang melalui titik
diharnskan untuk memperlihatkan tanda izin tertentu dan mengirimkan informasi tersebut ke
tersebut. Tidak terdapat adanya pintu masuk komputer pusat yang nantinya akan dibebankan
yang harus dilalui. kepada pemilik kendaraan tersebut melalui
c. . tanda izin tersebut pada dasarnya mempunyai tagihan bulanan.
harga yang seragam dengan periode waktu yang
tetap. Kedua sistem ini telah dikernbangkan terutama
d. sistem pemeriksaan pada dasarnya berupa sistem komunikasi antara jalan dan kendaraan yang
pemeriksaan dari kendaraan yang sedang dilakukan melalui kabel induktif yang ditanam
bergerak baik pada pintu-pintu masuk ataupun dalam permukaan jalan dengan penerima yang
di dalam daerah tersebut (tempat parkir). dipasang pada kendaraan.

Keuntungan utama yang diperoleh dari sistem ini


jika dibandingkan dengan sistem pengaturan parkir
yaitu mempunyai efek yang baik untuk kendaraan
yang tidak sedang parkir maupun untuk parkir
kendaraan pribadi. sedangkan kerugiannya adalah
bagi lalu lintas yang hanya ingin melalui daerah
tersebut tanpa mempunyai tujuan atau kepentingan
di dalam daerah tersebut.

Sistem Meter Elektronlk

Sistem meter elektronis ini terdiri dari :

Sistem tcknis ; meter elektronis dapat menentukan


pembebanan biaya sesuai dengan jarak yang
ditempuh dalam daerah tertentu dan mernpakan cara
yang terbaik untuk menghasilkan keuntungan
teoritis yang optimum. Dua tipe sistem yang berbeda
dapat diterapkan yaitu :

a. sistem menerus yaitu suatu sistem pernbiayaan


yang berdasarkan lama waktu atau jarak yang
. dipakai dalam daerah tertentu.
b. sistem seternpat yaitu sistem pembiayaan yang
mulai beroperasi jika kendaraan tersebut melalui
suatu instalasi tertentu . Biasanya sistem
setempat ini dianggap cukup baik kerena
membutuhkan peralatan yang lebih sederhana
dan biaya pengoperasian yang lebih fleksibel.
Sistem ini dapat di tempatkan pada batas-batas

69
VIII. FASILITAS PEJALAN KAKI

a.
P ejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi
yang penting di daerah perkotaan sebagai
contoh di DkI Jakarta 40 % dari seluruh perjalanan
Pergerakan menyusuri jalan

Sebagian besar dari jalan-jalan di daerah perkotaan


dilakukan dengan berjalan kaki. Oleh karena itu mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan
kebutuhan para pejalan kaki merupakan suatu hams mempunyai trotoar, kecuali apabila
bagian yang integral/terpadu dalam sistim alternatif-alternatif sistim pengaturan yang lain telah
transportasi jalan, dilakukan untuk mengalihkan pejalan kaki agar jauh
dari sisi jalan, seperti pada jalan-jalan tol.
Para pejalan kaki bcrada pada posisi yang lemah jika
mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka Pada beberapa daerah yang mempunyai aktivitas
akan memperlambat arus lalu Iintas, Oleh karena yang tinggi, seperti misalnya pada jalan-jalan pusat
itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu perkotaan dan pasar, maka suatu pertimbangan
lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan hams diberikan untuk melarang kendaraan-kenda-
kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa raan memasuki daerah tersebut dan membuat suatu
menimbulkan gangguan-gangguan yang besar daerah khusus pejalan kaki (pedestrian
terhadap aksesibilitas, precincts).

Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh :


FASILITAS PEJALAN KAKI
• volume para pejalan kaki yang berjalan dijalan,
Fasilitas pejalan kaki dibutuhkan di ; • tingkat kecelakaan
• pengaduan/permintaan masyarakat.
a, pada daerah-daerah perkotaan secara umum
yang jumlah penduduknya tinggi. Stan dar Disain Trotoar
b pada jalan-jalan yang memiliki rute angkutan
umum yang tetap. Lebar trotoar berdasarkan lokasi menurut Keputusan
c. pada daerah-daerah yang memiliki aktifitas Menteri Perhubungan No, KM 65 tahun 1993 adalah
kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-
jalan pasar dan perkotaan,
d. pada lokasi-Iokasi yang memiliki kebutuhan/
permintaan yang tinggi dengan periode yang
pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis
dan kereta api, sekolah, rumah sakit, lapangan
kaki lima
olah raga,
2. Di wilayah perkantoran utama 3 meter
e. pada lokasi yang mempunyai permintaan yang
3. Di wilayah industri
tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya
a, pada jalan primer 3 meter
Japangan/geJanggang olah raga, mesjid.
b. pada jalan akses 2 meter
4, Di wilayah pemukiman
Permasalahan pergerakan pejalan kaki dapat dibagi
a. pada jalan primer 2,75 meter
menjadi pergerakan- pergerakan : b, akses 2 meter
• menyusuri jalan ,
Bila jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan
• memotong jalan (pada ruas jalan),
tinggi, maka lebar trotoar yang dianjurkan adalah
• di persimpangan,
menurut Keputusan Menteri Perhubungan No, KM
65 tahun 1993 adalah :

71
, II,.,:
,
I
,
,
Ii.
I
I . I

agar mau menggunakan
menaiki dan menuruni tangga.
fasilitad pejalan kaki untuk
I . Ii.
i'
6 orang 2,3 - 5,0
3 orang 1,5 - 2,3 Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan, maka
2 orang 0,9 - 1,5 pertimbangkanlah hirarki dari : I
1
• pulau pelindung (refuge island), .
Ruang bebas di atasnya hams sekurang-kurangnya •

zebra cross.
penyebcrangan dcngan lampi pengatur (pelican
l'
2,5 meter.
crossing). I ..
Trotoar hams didesain sedemikian rupa sehingga • dan hanya jika hal-hal di atas tidak cukup i
memungkinkan bagi penderita cacat yang memakai memadai, maka dapat dipertimbangkan jembatan
kursi roda untuk dapat mcnggunakannya, yaitu dan penycberangan bawah tarah.
dengan memberikan kelandaian pada setiap akses
maupun dipersimpangan seperti ditunjukkan dalam Metodc umum untuk mcngtdcntifikasikan penna-
gambar berikut : salahan-pcnnasalahan yang mungkin tcrjadi adalah
melalui pengukuran .konflik ken1araan/pejalan kaki,
I
baik rv maupun py2, dimana : I ' ;I
"''''~~~:''~ i

T~
u
""'",...".,,,",-,,"",.
~~II " P == volume pejalan kaki yang I cnyeberangi jalan
pad a panjang 100 - }50 meter. , !
I~I:
'HOI~"
'l1~
y == volume kcndaraan setiap ja 2 arah pada jalan
OI!lAIt. 'IPoE A
't: id , ijWij
w
2 arah yang tidak dibagi (tidak a a median).

Survai-survai hams dilakukan minimal untuk selama


,
'-- 6 jam pada pcriode jam sib+. dihitung untuk
rnasing-masing jam, dan 4 ~ilai tcrtinggi py2
rata-rata. Gambar 8.2 memberikan kriteria untuk
Gombar 8.1 Kelandaian pada akses dan zebra cross, pelican, dan ~llyeber3ltgan tidak
persimpangan sebidang. I·
MUS u(K' JIJAM) I
b. Mcnycbcrang jalan 1500 -

Di tengah mas jalan


1000" .
Kriteria yang tcrpcnting dalam mcrcncanakan
fasilitas penyebcrangan adalah tingkat kccelakaan,
Mcnyebcrangi jalan keeil biasanya hanya merupa-
kan permasalahan yang kccil, dan para pejalan kaki soo ... ]"' ......
hanya perlu menunggu bcberapa detik saja untuk
mcmperoleh kcsempatan. 'M~i~'" ·r·······,,··········
··..········l;;;p~;MilITM
I I ....
Dari sudut pandang keselamatan saja, maka 1000 I 2M
~r)Jl.Il~W'NO
penyeberangan scbidang scbaiknya dihindari pada
jalan-jalan arteri primer kecepatan tinggi, yaitu bila
kecepatan pendekatan pada dacrah penyeberangan
Gombar 8.2: j
Kriteria penet 'Pan jenis fasilitas
penyeberangan ipejalan kaki
lehih dari 60 km/jam.
Zebra Cross ' I
Jembatan dan tcrowongan merupakan pemisahan
yang terbaik, tetapi biayanya juga tinggi. Masalah utama zebra cross adala~ bahwa fasilitas ini
Selanjutnya perlu untuk membiasakan rnasyarakat tidak cfektif melindungi pejalan kaki· karena
pcngemudi tidak mau memberi! jalan kcpada para
. I',
I

72
pejalan kaki. Mengingat hal ini, maka penggunaan
zebra cross perlu ditingkatkan dengan melakukan
pengawasan atas dioperasikannya dengan dibantu
petugas . seperti didepan sekolah oleh Patroli
Keamanan Sekolah. . Prototipe layout zebra cross
diperlihatkan pada Gambar 83.

Gombar 8.5: Lampu pengatur lalu lin/as untuk


pejalan kakl dengan pulau pemisah

"'.Nun Ltln 0.;111


• i Jembatan/Terowongan Penyeberangan
Gombar 8.3: Prototipe zebra cross
Terowongan direncanakan dengan kedalaman ku-
Penyeberangan dengan Alat Pember; lsyarat Lalu rang lebih separuh dari ketinggian jembatan, tetapi
Lintas (Pelican Crossing) jembatan:

Penyeberangan dengan alat pemberi isyarat akan • lebih mudah dibangun, dan oleh karenanya
menghentikan arus lalu lintas kendaraan. 01eh lebih murah (tetapi kira-kira 4 x biaya
kerena itu sistim ini akan mengurangi kapasitas lalu penyeberangan pelican).
lintas pada mas jalan, maka hams dievaluasi • lebih disenangi (orang tidak suka terhadap
pengaruhnya terhadap kapasitas ruas jalan pada ruang yang tertutup) ..
masa yang akan datang. Prototipe layout • lebih kecil kemungkinan untuk rusak.
penyeberangan pelican ini diperlihatkan pada • lebih aman dari kejahatan (copet, rampok).
gambar 8.4 dan 8.5. • lebih mudah untuk dibersihkan.
• lebih sedikit kemungkinan untuk banjir.

Tangga menimbulkan masalah akses terhadap


orang-orang tua, kendaraan beroda seperti kereta
bayi, sepeda, kereta doronglgerobak,dll. Untuk

.
:
mengatasi ini dapat dilakukan dengan membuat
jalan yang landai (ramps) dengan gradien
maksimum I : 10. Gambar 8.6 menunjukkan
standard yang direkomendasikan. Terowongan
penyeberangan harus sekurang-kurangnya memiliki
lebar 2 meter dcngan tinggi 3 meter dari lantai
I I tcrowongan serta harus dilengkapi dengan lampu
...... ..., +
I 2 3
1 penerangan .
+ +-
,
,
t
,
.ao_. t
~
Fasilitas penyeberangan dengan menggunakan
T t I--
jembatan penyeberangan sekurang-kurangnya
memiliki leber 2 meter dan tinggi sekurang-
Gombar 8.4: Lampu pengatur lalu lintas untuk kurangnya 5 meter dari alas permukaan jalan.
pejalon kaki

73
I

I
2. pada kemiringan ; 1,2 meter/detik, .
3. pada tangga : 0,2 mcter/~etik .

Pagar pengaman dapat digunalJn secara bersama-


I
sarna dengan fasilitas pejalan k~i, terutama pada
jembatan penyeberangan, untuk mengarahkan I

pejalan kaki agar menuju ketangga dan tidak II


i',[
menyeberang di bawah jemba~n. Menyeberang r-

pada jarak 50 meter dari temp t penyeberangan


yang resmi dilarang, .
I

I
Jarak pandang merupakan pe imbangan utama I

apabila bagi pejalan kaki m nyeberang secara I


I
.....

sebidang (melalui perrnukaan jalan). Hal ini

Gambar 8.6 : Ben/Ilkyang dtrekomendasikan


terutama pada malam hari, ote~ karena itu lampu
jalan perlu secara khusus dipasang pads tempat
penyeberangan sebidang ini. I .
I 'II
Disamping itu untuk memban~u jarak pandang,
I ~
c. Pad a perslmpangan parkir dilarang pada jarak SO Ieter dari tempat
penyeberangan.
Pada saat mendisain suatu sistim pengendalian
persimpangan, pejaJan kaki hams dlpertimbangkan Batu jalan dan trotoar yang ditu l.nkanldimiringkan
terutama kemudahan bagi para pejalan kaki di penting untuk membantu oranforang tua dan I:
· I .

daerah alat pemberi isyarat lalu lintas pada saat kereta bayi, sepeda dan kereta doring. i:
I
menycberangi jalan dengan suatu phase khusus, atau I.
isyarat pada menyebcrang [alan bila salah satu kaki I I

persimpangan menyala merah. Karcna kompJeksnya , I


· I .
interaksi dari sistim prloritas, volume yang · I
· I
membelok, kecepatan, penglihatan, dan tingkah laku
I
pengemudi, maka perhitungan konflik yang sifatnya · !

sederhana tidak cukup memadai untuk meng- I.


I
identifikasikan masalah pada persimpangan.
I
I
I
Suatu phase yang tcrpisah bagi pcjalan kaki dapat !

diterapkan pada alat pembcri isyarat lalu lintas :


J
a. Arus pejalan kaki yang mcnyeberangi sctiap
kaki persimpangan lebih bcsar dari 500/jam. 1
b. Lalu Iintas yang membelok ke setiap kaki · i

persimpangan mempunyai waktu antara .1


I
(headway) rata-rata kurang dari 5 detik, tepat i ,. t
pada saat lalu lintas terscbut bergerak dan
i " j
terjadi konflik dengan ants pejalan kaki yang '1 J
besarnya lcbih dari 150 orang/jam. I • r
I ~
· I'
Arus ini hams mcrupakan rata-rata dari 4 jam I.
tersibuk dalam I hari.
'1
I'
Pertlmbangan-pertlmbangan lalnnya
I

Kcccpatan berjalan kaki dapat diasumsikan sebesar : I

l. pada jalan datar : 1,5 meter/detik.


l I

I
I'
JI·
·i .
74 II
· j
I' ! .
i
jl
i1'.
i·I
!. ·I
I:
u ! :
IX. TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

D alam pencapaian pembangunan nasional


peranan transportasi memiliki posisi yang
penting dan strategi dalam pembangunan, maka
JENIS TERMINAL

Berdasarkan jenis angkutan terminal dibedakan


perencanaan dan pengembangannya perlu ditata menjadi:
dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk
terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda 1. Terminal Penurnpang, adalah prasarana trans-
secara lancar dan tertib maka ditempat-tempat portasi jalan untuk keperluan menaikkan dan
tertcntu perlu dibangun dan diselenggarakan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan
terminal. latau antar moda transportasi serta pengaturan
kedatangan dan pernberangkatan kendaraan
DEFINISI TERMINAL umum.

Terminal Transportasi rnerupakan : 2. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi


jalan untuk keperluan membongkar dan memuat
Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan barang serta perpindahan intra dan/atau antar
yang berfungsi sebagai pelayanan umum. moda transportasi.
Tempat pengendalian, pengawasan, pcngaturan
dan pengoperasian lalu lintas.
Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG
sistem transportasi untuk melancarkan arus
penumpang dan barang. Terminal penumpang berdasarkan fungsi
Unsur tata ruang yang mempunyai peranan pelayanannya dibagi menjadi :
penting bagi efisiensi kehidupan kola.
• Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi
rnelayani kendaraan umum untuk angkutan antar
FUNGSI TERMINAL kota antar propinsi, dan/atau angkutan lintas
batas negara, angkutan antar kota dalam
Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
3 unsur : • Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antar kota
Fungsi terminal bagi penumpang,adalah untuk dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan
kenyamanan menunggu, kenyamanan per- pedesaan.
pindahan dari satu moda atau kendaraan ke • Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani
moda atau kendaraan : lain, tempat fasilitas- kendaraan umu,m untuk angkutan pedesaan.
fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan
pribadi.
Fungsi terminal bagi pemerintah adalah dari segi PERSY ARATAN LOKASI TERMINAL
perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk
menata lalu llntas dan angkutan serta Penentuan lokasi terminal penumpang harus
menghindari dari kemacetan, sumber memperhatikan :
pemungutan retribusi dan sebagai pengendali
kendaraan umum. • rencana kebutuhan lokasi simpul yang
Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah merupakan bagian dari rencana umum jaringan
untuk pengaturan operasi bus, penyediaan transportasi jalan.
fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus
• rencana umum tata ruang
dan sebagi fasilitas pangkalan,
• kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di
sekitar terminal.

75
• . keterpaduan moda transportasi .baik intra • mcrnpunyai jalan akscs masu atau keluar ke dan
maupun antar moda dan terminal, sesuai kebutuh n untuk kelancaran
• kondisi topografi lokasi terminal lalu lintas di sckitar terminal.
• kelestarian lingkungan
KRITERJA PEMBANGUNAN TERMINAl •.
Persyaratan Lokasi Terminal Til)C A
Pembangunan terminal dilengka~i dengan :
• Terletak di Ibu kola Propinsi, Kotamadya atau
Kabupaten dalam jaringan trayek antar kola • Rancang bangun terminal II . .
antar propinsi dan/atau angkutan Iintas batas • Analisis dampak lalu Iintas
negara. • Analisis mengenai dampak I,ngkungan
• Terletak di jalan alteri dengan kelas jalan \
sekurang-kurangnya kelas lIIA. Dalam rancang bangun terrninal,numpallg harus
• Jarak antara dua terminal pcnumpang tipe A memperhatikan :
sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km
di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya, • Fasilitas penurnpang yang di syaratkan
Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 • Pembatasan yang jelas anta a lingkungan kcrja
ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, terminal dengan lokasi ptmntukan Iainnya,
dan 3 ha di pulau 1ainnya. misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan
• Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar scbagainya. ..j . . .
ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya • Pemisahan antara. 'atu Hn,as. kendaraan dan
berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan SO meter di pergerakan orang dl dalam terminal. . .
pulau lainnya.
• Pemisahan yang jelas anl~ra jalur angkutan
antar kota antar propinsi, argkutan antar kota
Persyaratnn Lokasl Terminal Til)C B
dalam propinsi, Angkutan fota dan angkutan
Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan pede~a". .. . I . .•
• Manaiemen lalu lintas di dalam terminal dan di
dalam jaringan trayek angkutan kota dalam daerah pengawaaan terminal.! • .
propinsi
Terletak dt jalan alteri atau kolektor dengan kelas • I .
KRlTERIA PERENCANAAN TERMINAL
jalan sekurang-kurangnya kelas IIlB.
Jarak antara dua terminal penumpang tipe B 1. Sirkulasi Lalu-lintas
atau dengan terminal tipe A, sekurang-
kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 di pulau • lalan masuk dan keluar kendaraan hams
lainnya,
lancar, dan dapat bergerak dengan mudall.
• Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 .ha Jalan masuk dan keluar calon penumpang,
untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan kendaraan umum harus terpisah dengan
2 Ita di pulau lainnya,
keluar masuk kcndaraan. I . .
Mcmpunyai jalan akses masuk atau jalan keluar Kendaraan di dalam terminal hams dapat
ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya bcrgerak tanpa halangan yAng tidak perlu. .
bcrjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di
pulau Iainnya, . I'
Sistim sirkulasi kcndaraan di dalam terminal .
ditentukan berdasarkan : I ...
Persyaratan Lokasi Terminal Tille C
• Jumlah arah perjalanan
• Terlctak di dalam wilayah Kabupatcn Daerah Frekuensi perjalanan
Tingkat II dan dalam jaringan trayek angkutall Waktu yang diperlukan untnk tumn/llaik
pedcsaall. penumpang
tcrlclak di jalan kolektor alau loka. dengan kelas
jalan paling tinggi IlIA. . Sistim sirklllasiint Juga ha IS ditata dcngan;
Tcrscdia lahan yang sesuai dcngan perminlaan memisahkan jalur buslkend~raan dalam. kola·
angkutan. denganjalur bus angkutan antar kota ...
I
I
Ii

76 .
MA$UM ADtS

~ ~
_!l_fLL .l..!e.L;_

TURUN

H.tlK SUlK.

...... SU<... K.E.LUI.R ~


SIf'IL

I-'=::t:==l-- A!COP-
'A.T.

E KLO'5
~~~~~""
AUNG
I 'lH....
(NUSKOlA lJ.Y) I

E:H ~!~~~~ ]~O~ .• A. )l.ON'ROL


PAAlI.rR
Em \~~j,~ PEAlU) [~IU
Ull

@ ~~~:~
t lE~K£NA RE TRlBUSl
,MUIJ,IJt
Io4,ASUK r.4J,SUX I- KE'LUAA
KEHO. PRtBAOI ICEHD_ PR1BAOI I TA~l

Gombar 9.1.a Gagasan pengendalian Gambar 9.1.c .' Gagasan pengendaJian sirkutasi
sirkulasi dalam terminal tipe A.' Sis; kiri dalam terminal tipe C. Sis; kendaraan
kendaraan menyinggung emplasemen. menyinggung empJasmen.

2. fasilitas utama terminal yang terdiri dari :

• jalur pemberangkatan kendaraan umum


J.4 ... SUK a MnU.lR
":£:5
• jalur kedatangan kendaraan umum
• tempat tunggu kendaraan umum
• tempat istirahat sementara kendaraan umum
• bangunan kantor terminal
"'ASUK. KELC'AR • tempat tunggu penumpang dan/atau
AK
pengantar
• menara pengawas
• loket penjualan karcis
• raumbu-rambu dan papan informasi, yang
memuat petunjuk jurusan, tarip dan jadwal
perjalanan.
~ ~~I~~~ I!O~ FI.1<OmROl
CCTY
• pelataran parkir kendaraan pengantar dan
DIU '~~'tJ IL~lll" p(RLU) taksi.
MA$:JK KELUAF;;
m ~!~~~~ ~fA~~I.A
3. Fasilitas penunjang sebagai fasiIitas pelengkap
KENO. PA19101
retdbJsi dalam pengoperasian terminal antara lain :

• kamar kecilltoilet
• musholla
• kioslkantin
Gombar 9. 1. b Gagasan pengendalian • ruang pengobatan
sirkulasi dalam terminal tipe B. Sis! kiri • ruang informasi dan pengaduan
kendaraan menyinggung emplasmen. • telpon umum

77
II
jl'
·'1·

1
II
·,1
• tcmpat penitipan barang !i;
" .

• taman ii
4. Turun naik penumpang dan parkir bus hams
tidak menggangu kelancaran sirkulasi bus dan
if'
!I'
dengan memperhatikan keamanan penumpang .. lj ~

5. Luas Bangunan, ditentukan menurut kebutuhan ii' :


:I,
j! ~

pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah: :il


Kegiatan sirkulasi penumpang, pcngantar, II:
'I
pcnjcmput, sirkulasi barang dan pengelola
lIB ~U:~~r~Noi~a.UII' .11
II
terminal. ·1!

Kacam tujuan dan jumlah trayek, motivasi 1m r.:l*~'1~l'tI II


"
~I :

perjalanan, kebiasaan penumpang dan ·1mI \:':'::II~'"POl'J


II lertlHI6I

fasilitas penunjang.
6. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal
hams mcmberikan kesan yang nyaman dan
akrab.

Luas pelataran
terminal tersebut di atas
ditentukan kebutuhan pada jam
berdasarkan
puncak bcrdasarkan :

Frekwcnsi keluar masuk kendaraan


Keccpatan waktu naiklturun penumpang
.ii
• Kecepatan waktu bongkar/muat barang "I
11
Banyaknya jurusan yang perlu di tarnpung ·ll
!I
dalam sistim jalur. . .~I
IiI,
I!
'<I
I!
II
Tj!
I
:il
I ji

§ • .".1..,
._.
'''''''
UUSI
I'
II!
.j~
ii
.',!i
II
1"1
:~I
i'
:11
11
.,
jl
1i
ii
~i
~ ~~I':"~In.u :]i i
• 1C'~'.o. It,. .11
, r
1

IIIDJ ~~~~~'1I "MI °jl"


l
I . "j!

il:1 - r
r
i f
~ !
~
,

Gombar 9.2.c' Contoh p,ng!tompot"m ruang II ,.


I

vertikal terminal tipe C, pen apaian fasilitas


umum mudah dan merata.
Oil
:i,
11

lJ
~ I
7. Sistim parkir kendaraan di data 1 terminal hams
II
1!,;
I'
"
!
~
ji fl
ditata sedemikian rupa sehin ga rasa aman, JI
Gambar 9.2.a: Contoh Pengelompokan ruang mudah dicapai.lancar dan terti . Ada beberapa f
:l!:jl : t
vertikal terminal tipe A, pencapaian fasllitas jenis sistim tipe dasar pcngatur,ln platform, teluk ·1'
jl :
!

umum mudah dan merata, dan parkir adalah : . oil


il
~I

i!
IIp
ii

78
• Membujur, Dengan platform yang membuiur 10. raumbu-rambu dan papan informasi, yang
bus memasuki tel uk pada ujung yang satu dan memuat petunjuk jurusan, tarip dan jadwal
berangkat pada ujung yang lain. ada tiga jenis . perjalanan.
yang dapat digunakan dalam pengaturan · 11. pelataran parkir kendaraan pengantar dan
membujur yaitu satu jalur, dua jalur dan taksi.
shallow saw tooth.
• Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus Areal pemberangkatan, yaitu pelataran yang
diparkir dengan muka menghadap ke disediakan bagi kendaraan angkutan penwnpang
platform, rnaju memasuki teluk dan berbalik umum untuk menaikkan dan memulai
keluar. Ada beberapa jenis teluk legak lurus perjaJanan. Untuk penentuan areal pelataran
ini yaitu tegak lurus terhdap platform dan pemberangkatan ini dapat dihitung sebagai
membentuk sudut dengan platform. berikut:

Untuk masing-masing jenis parkir kendaraan ini • Model parkir dengan posisi tegak lurus ( 90°
dapat dilihat pada gambar dibawah ini : ), dengan menggunakan rumus luas sebagai
berikut:

27 x ( 20,6 + [ 4 x ( n - 1)] )

D • Model parkir dengan posisi miring (60°),

o
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

22,6 x ( 25,6 + [ 4 x ( n -1)] )

o
• Model parkir dengan posisi mmng (45°),
dengan menggunakan rumus luas sebagai
berikut :

19,6 x ( 28 + [ 5 x ( n - 1)) )
Gambor 9.3: Jenis-jenis parkir kendaraan pada
terminal Areal kedatangan,. yaitu pelataran yang
disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang
FASILITAS DALAM TERMINAL umum untuk menurunkan penumpang yang
PENUMPANG dapat pula merupakan akhir perjalanan. Untuk
perhitungan kebutuan areal kedatangan ini dapat
dihitung sebagai berikut :
1. Fasilitas Utama, • Model parkir dengan bus sejajar, maka dapat
menggunakan rumus luas sebagai berikut :
Fasilitas Utama adalah fasilitas yang mutlak
dimiliki dalam terminal penumpang yaitu : 7 x (20 xn)
J . jalur pemberangkatan kendaraan umum
• Model parkir dengan posisi bus 90° rumus
2. jalur kedatangan kendaraan umum
yang digunakan adalah :
3. tempat tunggu kendaraan umum
4. tempat tunggu penumpang dan/atau
9,5 x ( 18 x n)
pengantar
5. jalur Iintasan
6. bangunan kantor terminal • Model parkir dengan posisi 90°, 60° dan 45°
7. tempat istirahat semen tara kendaraan umum luas dapat dihitung dengan menggunakan
8. menara pengawas rumus yang sarna seperti pada areal
9. loket penjualan karcis pemberangkatan.

79
• I
~I
I ;i
I
I "
Areal menunggu bus, yaitu pelataran yang Rambu-rambu dan petunjuk' inrormasi~ yang .
disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang berupa petunjuk :jurusan, "Ulrif dan jadual
umum untuk beristirahat dan siap menuju jalur perjatanan, hal ini harus terseiIia karena sangat
pemberangkatan. Perhitungan luas areal yang penting untuk memberikan informasi bagi para
dibutuhkan dapat menggunakan pendekatan penumpang baik yang akan menlnggalkan
yang sama dengan pendekatan areal maupun bam tiba di terminal yang bersangkutan
I
kcbcrangkatan. sehingga tidak tersesat dan terkesan semrawut,
" I
Areal tunggu penumpang, yaitu pelataran 2,' Fasilitas Penunjang I
tempat' menunggu yang disediakan bagi orang
yang akan melakukan perjalanan dengan Fasilitas penunjang berfungsi sebagi fasilitas
kendaraan angkutan penumpang umum. pelengkap• dalam pengoperasianI terminal, berupa
Pendekatan yang dapat digunakan untuk antara lam: I
menghitung luas areal ini adalah :
• Kamar kecil/toilet I
11,2 x (0,75 x 70% x n x 50 )1 • Musholla I
• Kios/kantin
• Ruang pengobatan I
Areal Llntas, yaitu pelataran yang disediakan • Ruang informasi dan pcng~duan
bagi kendaraan angkutan penumpang umum • Telepon Umum I
yang akan langsung melanjutkan perjalanan
• Taman
setelah mcnurunkan/menaikkan penumpang.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam
menentukan areal lintas ini adalah : ALTERNATIF STANDARD TERMINAL
113 x ( 5 x n) I Terminal penumpang berdasarkan ~ingkat pelayanan
yang dinyatakan dengan jumlah arus minimum
kendaraan per satu satuan waktu I rnempunyai ciri-
Dari rumus-rumus yang ada diatas lin" adalah ciri sebagai berikut : "
jumlah jalur yang dibutuhkan,
• Terminal tipe A : 50 - 100 ken100raan/jam
Bangunnn Kantor Terminal, yaitu berupa Terminal tipe B : 25 - 50 ken~araan/jam
sebuah bangunan yang biasanya berada di dalam Terminal tipe C : 25 ken~araanljam
wilayah terminal, yang biasanya digabung
dengan Mcnara Pcngawasan yang berfungsi
scbagai tempat untuk memantau pergerakan I
PERSYARATAN TEKN[S~ LUASt AKSES DAN
kendaraan dan penumpang dari atas menara. PEJABAT PENENTU LOKASI
PEMBANGUNAN TERMINAl,

Pes Pemerlksaan KPS, yaitu pos yang biasanya Luas tcrminalncnumnane I


berlokasi di pintu masuk dari terminal yang
berfungsi memeriksa tcrhadap maslng-masing Untuk ITlaSin_g-maSintgype termi1'al memiliki luas
kartu perjalanan yang dimiliki oleh masing- berbeda, tergantung wilayah dan typenya, dengan
masing bus yang memasuki terminal. ketentuan ukuran minimal:
Loket Penjualan Ticket, yaitu suatu ruangan • Untuk terminal type A di utau Jawa dan
yang dipergunakan oleh masing-masing Sumatera seluas 5 Ha, dan i pulau Jainnya
perusahaan untuk kcperluan penjualan ticket bus " seluas 3 Ha.
yang mclayani pcrjalanan dari terminal yang
bersangkutan, loket ini biasanya tersedia hanya
• Untuk terminal penumpang
Jawa dan Sumatera seluas 3
bagi terminal dcngan type A dan B. lainnya seluas 2 Ha.
• Untuk terminal type C tergantrg kebutuhan.

I
I"
I
80 i
i
I
Kebutuhan luas terminal penumpang berdasarkan Penentuan Lokasi
type dan fungsinya secara rinci sebagaimana
disajikan dalam tabel 9.1 berikut : Penentuan Iokasi dan letak terminal penumpang
dilaksanakan oleh :

• Direktur Jenderal setelah mendengar pendapat


Gubemur Kepala Daerah Tingkat I, untuk
terminal penumpang type A,
• Gubernur .Kepala Daerah Tingkat I setelah
mendapat persetujuan Direktur Jenderal, untuk
terminal penumpang type B,
• Bupati KepaIa DaerabIWaIikotamadya Daerah
Tingkat II setelah mendapat persetujuan dati
Gubemur KepaIa Daerah Tingkat I, untuk
terminal penumpang type C.

DAERAH KEWENANGAN I PENGELOLAAN


TERMINAL

Daerah Kewenangan I pengelolaan terminal terdiri


dad:

• Daerah lingkungan kerja terminal, merupakan


daerah yang dipemntukan untuk fasilitas utama
dan fasilitas penunjang terminal.

• Daerah Pengawasan terminal, adalah daerah


diluar daerah lingkungan kerja terminal yang
diawasi oleh petugas terminal untuk menjamin
kelancaran ams lalu lintas di sekitar terminal.

PENYELENGGARAAN TERMINAL
PENUMPANG

Penyelenggaan terminal penumpang meliputi


kegiatan pengeloIaan, pemeliharaan, dan penertiban
terminal. Kewenangan pengelolaan terminal berada
Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas
berjarak minimal: LLAJ sebagai penyelenggaranya, sedang
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai
• Untuk terminal type A di pulau Jawa 100 m dan pembinanya.
di pulau lainnya 50 m,

• Untuk terminal penumpang type B di pulau PENGELOLAAN TERMINAL


Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30 m,
Pengelolaan terminal penumpang yang hams
• Untuk terminal penumpang type. C sesuai dilakuakan adalah meliputi kegiatan perencanaan,
dengan kebutuhan. pelaksanaan, dan pengawasan pengoperasian
terminal.

81
I
[

II

±
Pcrencanaan 7. pemeriksaan kewajiban pe~gusaha angkutan
sesuai dengan peraturan pcrundang-undangan
Kcgiatan perencanaan terminal meliputi : yang berlaku,
8. pemantauan pemanfaatan ter inal serta fasilitas
1. penataan pelataran terminal menurut rute atau penunjang sesuai dengan pe ntukannya,
jnrusan, 9. pencatatan jumtah kendaraab dan penumpang
2. penataan fasilitas penumpang, yang datnng dan berangkat.l
3, penataan fasilitas pcnunjang terminal,
4. penataan arus lalu lintas di dacrah pengawasan PEMELIHARAAN TERMINA
terminal,
5. pcnyajian daftar rute perjalanan dan tarif Terminal penumpang harus sellI antiasa dipelihara
angkutan, sebaik-baiknya untuk menjamin gar terminal .tetap,
6. pcnyusunan jadual perjalanan berdasarkan kartu bersih, teratur, tcrtib, rapih serta berfungsi
pengawasan, scbagaimana mestinya, Peme iharaan terminal
7. pengaturan jadual pctugas di terminal,
S. evaluasi sistem pengoperasian terminal.
meliputi : j.
1. menjaga kebersihan b ngunan beserta
Pclaksanaan Pengoperaslan Tcrminal perbaikannya, I
2. mcnjaga kebersihan pelataran. terminal,
Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal perawatan tanda-tanda dan perkerasan
pcnumpang meliputi : pelataran, .
3. mcrawat saluran-saluran air ang ada,
1. pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan 4. merawa.t instalasai listrik idan lampu-lampu
umum di dalam terminal, penerangan,
2. pengaturan kedatangan dan pemberangkatan 5. menjaga dan merawat alat komunikasi, .
kendaraan menurut jadual yang telah di- 6. menyediakan dan merawat Jistem hydrant alan
tetapkan, alat pemadam kebakaran ~ainnya yang. siap
3. pemungutan jasa pelayanan terminal pe- pakai. . I·
1
numpang,
4. pemberitahuan tentang pemberangkatan dan Untuk keperluan pemeliharafln terminal SCM
kedatangan kendaraan umum kepada pe~ bagaimana dimaksud di atas, a.rus dialokasikan

numpang, anggaran pemeliharaan terminal.
5. pcngaturan arus lalu lintas di daerah pe~
ngawasan terminal. PENERTIBAN TEUMINAL I
Pengawasan Pengopcraslan Terminal Kegiatan pencrtiban di terminal, rcliPU'i :

Kegiatan pengawasan pengoperasian. terminal • penertiban calon pennmpang yang keluar dan
penumpang meliputi : atau masuk daerah kewenan~an terminal,
• penertiban penggunaan t:rsilitas penunjang
1. pcmantauan pelaksanaan tarif, sesuai penmtukannya,
2, pemeriksaan kartu pengawasan dan jadual • pencrtiban terminal dari gangguan pedagang
perjalanan, asongan, pengemis, calo dnnllain-lain, .
3. pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak • pcnertiban terminal dari ganrguan keamanan.
mcmcnuhi kclaikan jalan,
4. pemeriksaan batas kapasitas muatan yang
diijinkan, TUGAS DINAS LLAJ ~I TERMINAL
5. pemcriksaan pelayanan yang diberikan oleh SECARA UMUM I
pcnycdia jasa angkutan,
I
6. pencatatan dan pclaporan pelanggaran yang 1. Dinas LLAJ Dati II mcla'ui UPT Terminal
terjadi, melakukan penyelenggaraan terminal.

I
I
i
!
82 I
i
i
i
! . L
2. Kepala UPT Terminal melakukan evaluasi dan 8. Menjaga dan memelihara "Keindahan dan atau
optimasi terminal melalui : Kerapihan Terminal".

Pengaturan jalur-jalur pemberangkatan dan


kedatangan bus, termasuk pengaturan jumlah TATACARA PEMERIKSAAN DI TERMINAL
jalur untuk masing-masingtrayek serta
pembuatan daftar kedatangan dan pem- 1. Memeriksa kebenaran jam perjalanan dengan
berangkatan bus tiap jalur. cara memantau dan mencatat ketepatan waktu
• Pengaturan jalur lintas bus, yaitu untuk bus berangkat dan tiba.
yang bukan sebagai asal yang akan 2. Memetiksa kartu pengawasan yang menyangkut
melanjutkan perjalanannya sesuai yujuan masa berlaku, keaslian I keabsahan dan
trayeknya. rute/trayek,
• Pemisahan jalur bus untuk antar kota antar 3. Secara uji petik memeriksa kelaikan jalan pada
propinsi dengan bus antar kola dalam kendaraan yang terlihat atau diduga tidak
propinsi, angkutan kota ataupun angkutan memenuhi persyaratan laik jalan.
pedesaan.
• Penataan jam pemberangkatan pada masing-
masing jalur untuk mengetahui jumlah bus TATACARA MENINDAK
yang berada pada suatu terminal yang di
kaitkan dengan persiapan pemberangkatan. 1. Pelanggaran yang perlu ditindak adalah :
• Penataan lay-out terminal sedemikian rupa,
sehingga penggunaan daerah manfaat • Pelanggaran ketentuan jam perjalanan.
terminal dapat dilakukan seoptimal mungkin. • Pelanggaran ketentuan rute dalam izin trayek.
• Kendaraan yang masa berlaku izin trayek
3. Mengatur [alur pada pelataran menurut habis, tidak tercantum pada izin trayek atau
ruteljurusan dengan cara melakukan tidak mempunyai izin trayek.
inventarisasi luas pelataran terminal dan
penataan pelataran terminal dengan 2. Pemberian sanksi administratif :
memperhatikan :
• Pelanggaran pertama sampai ketiga diberi
• tempat parkir bus menunggu memasuki jalur teguran berupa surat peringatan.
pemberangkatan, • Pelanggaran keempat sampai kelima dicabut
• jalur-jalur pemberangkatan rnenurut masing- sementara izin trayek 3 bulan.
masing jurusan, • Pelanggaran keenam diusulkan izin trayek
• Masing-masing jalur perkerasan diberi tanda dicabut.
dengan huruf atau angka, • Pejabat yang berwenang memberi sanksi yaitu
• . pada masing-rnasing jalur dipasang "papan
petunjuk jurusan" yang ditempatkan a) Dirjen Perhubungan Darat untuk trayek
sedemikian agar mudah dilihat pengguna AKAP.
jasa. b) Kepala Dinas LLAJ Tk I untuk trayek
• Mengatur lokasi bus ekonomi dan non- AKDP.
.ekonomi secara terpisah. c) Kepala Dinas LLAJ Tk II untuk
angkutan Kota dan pedesaan.
4. Mengatur pcmberangkatan menurut jadwal
pemberangkatan.
5. Melakukan pencatatan jumlah penumpang dan SISTEM PELAPORAN
kendaraan yang keluar masuk dengan mengisi
buku pencatatan yang bensi nomor urut, nomor 1. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal
kendaraan, nama perusahaan jam keberangkatan setiap bulan secara berkala menyampaikan
dan kedatangan serta jumlah penumpang. laporan model A-4 kepada Kepala Dinas LLAJ
6. Menyajikan daftar trayek dan tarif Tk II atau Kepala Dinas LLAJ OKI Jakarta untuk
7. Memantau pelaksanaan tarif angkutan. wHayah DKl Jakarta.

83
I
2. Kepala Dinas LLAJ Tk II I Kepala Dinas DKI hams dipertimbangkan a~ar penggunaan
Jakarta setiap 3 bulan secara berkala menglrim kendaraan urnum khususnya angkutan barang
rekapitulasi laporan A-4 kepada Dirjen dapat diselenggarakan seeara cepat aman dan .
Pcrhubungan Darat dengan tcmbusan dikirim murah, i
kepada Kakanwil Departemen Perhubungan dan
Kepala Dinas LLAJ Tk I. PENENTUAN LOKASI TERMIrAL

Penentua.n lokasi terminal barang Idilakukan dengan .


TERMINAL ANGKUTAN BARANG mempertimbangkan rencana umum slmpul jaringan
transportasl jalan yang merupakan bagian dari :
Terminal Angkutan Barang berdasarkan fungsi jaringan transportasi jalan, Lokasi idan letak terminal .
pelayanannya berfungsi sebagai bongkar dan atau angkutan barang dltentukan Idengan memper-
muat barang, serta perpindahan intra dan atau antar timbangkan : !
moda transportasi .
.Re ncana .umum janngan
.. I ..ja Ian,
t ransportasi
KRITERIA PEMBANGUNAN TERMINAL Jaringan lintas dan kelaSjalan'l .
BARANG Rencana umum tata ruang, '
• Analisis dampak lalu lintas, I
Pertimbangan : • Kepadatan lalu lintas tidak jlelebihi kapasitas .
jalan,
• Terminal hams dapat menjamin kelancaran arus • Keterpaduan moda transpo tasi, baik intra
angkutan baik barang maupun kendaraan. . maupun antar moda, ~
• Terminal hendaknya sesuai dengan Reneana Analisis mcngenai dampak lin kungan,
Umum Tata Ruang, Luas terminal barang minimal 3 Ha untuk pulau
• Lokasi terminal hendaknya dapat menjamln Jawa dan 2 Ha untuk pulau laiTya.
penggunaan dan operasi kegiatan terminal yang.
I
efisien dan efektif
• Lokasi terminal hendaknya tidak mengakibatkan KRITERIA PERENCANAAN TtRMINAL
gangguan pada kelancaran arus kcndaraan lain:
dan kcamanan lalu lintas kota serta lingkungan 1. Sirkulasi Lalu-lintas 'II

hidup sekitarnya, • Jalan masuk dan kcluar kendaraan hams


lancar, dan dapat.
bergerak dengan
I
mudah,
Barang dapat dengan mud,h diturunkan dan .
FAKTOR-FAKTOR VANG MEMPENGARUHI dinaikkan kc alas ker.daraan dengan
LOKASI TERMINAL peralatan yang memadai,
• Kendaraan di dalam tern inal hams dapat
Aksessibilitas, adalah tingkat pencapaiau bergerak tanpa halangan yarg tidak perlu. .
kemudahan yang dapat dinyatakan dengan jarak, Sistim sirkulasi kendaraan ~arang di dalam·
waktu atau biaya angkutan. terminal ditentukan berdasarkan :
• Struktur Wilayah, dimaksudkan untuk meneapai • Arah perjalanan, ~ .
eflsiensi maupun cfektifitas pelayanan terminal • Frekwensi kcndaraan,
terhadap elemen-elemen perkotaan ,yang • ~aktu yang d.iperlukan u tuk me-nurunkan
mernpunyai fungsi pelayanan primer dan dan atau rnanaikkan barangl . .
skunder. Sistim sirkulasi ioi hams! ditata dengan
• Lalu-lintas, terminal merupakan pembangkit lalu rnernisahkan barang sesuai jeoifnya.
lintas, oleh karena itu penentuan lokasi terminal 2. Pem~ngutan retribusi termipal hams tidak
harus tidak lebih menimbulkan dampak lalu
lintas tetapi [ustru hams dapat mengurangi
dampak lalu lintas,
sirkulasi Ialu lintas.
. 3. Saat menurunkan atau
l
menimbulkan kemacetan atau menghalangi .

n enaikan barang
• Biaya, pcnentuan lokasi terminal perlu dan parkir kendaraan bar411g hams tidak
mcmperhatikan biaya yang dikeluarkan oleh menggangu kelancaran sir~ulasi kendaraan
pcmakai jasa, oleh sebab itu faktor biaya ini barang itu sendiri dengan flcngesampingkan
kearnanan dan kerusakan barang.
I .

84 I
I

II
I
I
!
4. Luas Bangunan, ditentukan menurut kebutuhan • Kantin dan kios,
pada jam puncak berdasarkan kegiatan sirkulasi • Musholla
barang • Ruang pengobatan
5. Tata ruang dalam dan luar bangunan terminal • Ruang informasi
harus memberikan kesan yang nyaman dan • Taman
aman. II TelponUmum
6. Pelataran terminal terdiri dari :
• Pelataran jalur tiba dan berangkat
• Pelataran persiapan berangkat ATERNATIF STANDARD TERMINAL
• Pelataran docking.
• Pelataran bongkar muat barang Terminal kendaraan barang berdasarkan tingkat
• Pelataran parkir kendaraan pelayanan yang, dinyatakan dengan jumlah arus
• pelataran bengkel sementara minimum kendaraan dan tonase per satu satuan
waktu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Luas pelataran terminal tersebut diatas
ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam • Terminal Utama : 6.900 - 12.000 ton/hari
puncak berdasarkan : • Terminal Cabang 4.250 - 6.900 ton/hart
• Frekwensi keluar masuk kendaraan • Terminal Ranting: 830 - 4.250 ton/han
• Kecepatan waktu bongkar muat barang
• Banyaknya jurusan yang perlu di tampung
dalam sistim jalur. PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN
TERMINAL
7. Sistim parkir kendaraan di dalam terminal harus
ditata sedemikian rupa sehingga terdapat rasa Penentuan lokasi dan letak terminal Angkutan
aman, mudah dicapai.lancar dan tertib. Barang dilaksanakan oleh :

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendapat


FASILITAS DALAM TERMINAL BARANG persetujuan Direktur Jenderal,

1. Fasilitas Utama, DAERAH KEWENANGAN I PENGELOLAAN


TERMINAL
Fasilitas utama adalah fasilitas yang mutlak
dimiliki dalam terminal barang yaitu : Daerah Kewenangan / pengelolaan terminal terdiri
dari :
1. Bangunan kantor terminal,
2. Tempat bongkar dan atau muat barang, • Daerah Iingkungan kerja terminal, merupakan
3. Tempat penampungan barang, daerah yang diperuntukan untuk fasilitas utama
4. Tempat istirahat awak kendaraan, dan fasilitas penunjang terminal.
5. Tempat parkir kendaraan,
6. Rambu-rambu dan papan informasi, • Daerah Pengawasan terminal, adalah daerah
7. Fasilitas / peralatan bongkar dan atau muat diluar daerah lingkungan kerja terminal yang
barang. diawasi oleh petugas terminal untuk menjarnin
kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal.
2. Fasilitas Pcnunjang

Fasilitas penunjang berfungsi sebagi fasilitas


PENYELENGGARAAN TERMINAL
pelengkap dalam pengoperasian terminal, antara
lain berupa:
Penyelenggaraan terminal angkutan barang meliputi
• Fasilitas Parkir Kendaraan, kegiatan pengelolaan, pemeliharaan, dan penertiban
terminal. Kewenangan pengelolaan terminal berada
• Kamar kecil/toilet,
pada Pernerintah Daerah Tingkat 11 dengan Dinas

85
I !I
ilI
il
. I 1i
ii
LLAJ scbagai penyelenggaranya, sedang I. pemantauan dan' pendataan lkendaraan barang il
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai yang keluar Imasuk terminal.] . '.
pembinanya. II!I
2. pemantauan jenis , jumlah Idan' berat barang ij
yang diangkut, I 'ii
3. pemeriksaan kendaraan yang' secara jelas tidak ii
PENGELOLAAN TERMINAL memenuhi kelaikan jalan, 1 .
I
I:
II
j!
II
4, pemeriksaan batas kapasit~s muatan yang ji II
I'
Pengelolaan terminal penumpang yang hams diijinkan, I .' I' II
1!
dilakukan adalah meliputi kegiatan pe-rencanaan, .5. pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang Iij. I:
pelaksanaan, dan pengawasan pengopcrasian tcrjadi, I' i !I
, ji li11
terminal. 6. pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan
.~

sesuai dengan peraturan periUndang~undangan


:
IiI' I'
II
p
Percncanaan yang berlaku,. I' i:
II
7, pemantauan pemanfaatan terrrinal serta fasllitas I'
I:Ii '"
Kegiatan perencanaan terminal meliputi : penunjang sesuai dengan peruntukannya, I!
I'
II
II . il ,[

1. penataan pelataran terminal,


i I
II
II
I'
II
. ;-;

2. penataan fasilitas penumpukan barang, PEMELIHARAAN TERM INA _I :l


:1'
·,i
'I
3. penataan fasilitas bongkar dan muat barang, JI
II
4. penataan fasilitas penunjang terminal, Terminal barang harus senanlia,lipellhara sebaik- ;1:
II

5. penataan arus lalu lintas di daerah pe-ngawasan baiknya untuk menjamin agar te~inal tetap berslh, .il
terminal, I: II:1 ,
teratur, tertib, rapih serta berfurgsi sebagaimana ,
I Ii
6. pcnyajian jadual dan lintas angkutan barang, meslinya. Pemeliharaan terminal ~eliputi : iII II
peti kemas, bahan berbahaya dan alat berat, :1
7. pcngaturanjadual petugas di terminal, 1. menjaga kebersihan bangunan beserta per-
. 11 I!;1
Ii
8. evaluasi sistem pengopcrasian terminal. baikannya,. I ·11
ii
2. menjaga kebersihan pelata~n terminal, pe- il
'.1,]1
Pelaksanaan Pengeperaslan Terminal rawatan tanda-tanda dan per erasan pelataran,
3. merawat saluran-saluran air y~ng ada, 'III
Kegiatan pelaksauaan pcngoperasian terminal 4. merawat instalas.i listrik r.n lam.pu-Iampu
"I
II

angkutan barang meliputi : penerangan,. '.


5. menjaga dan merawat alat ko unikasi, II!I
I. pengaturan tempat tunggu dan arus angkutan 6. menyediakan dan, merawat sistem- hydrant atau . 'I"
barang di dalam terminal, alat pemadam kcbakaran lainnya yang siap IIji
II
2. pengaturan kedatangan dan pem-berangkatan pakai. I :1!
il
kendaraan menurut jadual yang telah ii
ditetapkan, Untuk keperluan pemeliharaar terminal se- I!
II :
3. pemungutan jasa pelayanan terminal barang, bagaimana dimaksud di atas, hams dialokaslkan .n
i'
4. pengoperasian fasilitas I peralatan bongkar dan anggaran pemeliharaan terminal. I II :
II
atau muat barang, !I
I'
:

5. pcngaturan arus lalu lintas di daerah :1

pengawasan terminal. 'III


PENERTIBAN TERMINAL IIi, A

il
Pcngoperasian fasilitas/pcralatan bongkar dan atau Pelaksanaan penertiban di termina angkutan II II> !
muat barang sebagaimana dijelaskan dalam poin 4 11·
barang, meliputi : II; .,
diatas dapat dilaksanakan oleh badan hukum ii
Indonesia. 1. penertiban penggunaan fa ilitas penunjang .1 !I:I .

sesuai peruntukannya, II
II
Pengawasan Pengoperaslan Terminal 2. penertiban terminal dari ga gguan .pedagang III!
asongan, pengemis, calo dan I in-lain, Ji

Kcgiatan pengawasan pengoperasian terminal 3. penertiban terminal dari gangguan keamanan. Ii


1i
pcnumpang melipnti : !
II
.il -
'II
II'
j!

Ii
II
II
il'I
86
x. TEMPAT HENTI (SHELTER)

. Tempat henri diperlukan keberadaanya n = JumJah Pnp di tempat henti yg naik


disepanjang rute angkutan umum agar angkutan umum
gangguan terhadap lalu lintas dapat di- x = waktu untuk naik kendaraan per penumpang
minimalkan, oleh sebab itu tempat pem- (detik)
berhentian angkutan umum hams diatur A = a +b/a.b
penempatannya sesuai dengan kebutuhan. a = Perlambatan (meter/detik)
b = Percepatan (meter/detik)

JENIS TEMPAT HENTI Berdasarkan kepentingan pengusaha dengan


mengacu pada performansi kendaraan serta
Jenis tempat henti dapat dibagi menjadi 2 jenis : kepentingan pemakai jasa dengan mengacu
pada kenyamanan :
• Tempat henti tanpa perlindungan ( bus stop)
Tempat henti dengan Lindungan (Shelter) s = 1/2 V max2 ( 1/a + lib )
Penentuan yang digunakan untuk menentukan dimana :
jenis tempat henti yang akan digunakan, V max = Kecepatan jalam maksimum
berdasarkan kriteria : (meter/detik)
Tingkat pemakaian Berdasarkan kepentingan pemakai jasa dengan
• . Ketersediaan lahan memperhatikan jarak maksimum orang berjaJan
Kondisi lingkungan kaki :

JARAK TEMPAT BENTI S = 2D max=- Ill}


Jarak tempat henti yang di rekomendasikan dimana:
berdasarkan jarak berjalan penumpang, dimana D max = Jarak berjalan kaki maksimum
untuk daerah CBD antara 200 - 400 meter,
(meter)
daerah pinggiran antara 300 - 500 meter. Selain Kepadatan rute angkutan umum = kmrute/kmz
ditentukan oleh jarak berjalan tersebut juga area.
ditentukan oleh kapasitas tempat hemi dan
jumlah permintaan yang dipengaruhi oleh tata Berdasarkan faktor-faktor di atas, jarak tempat
guna lahan dan tingkat kepadatannya. henti dapat diatur penempatannya sebagai
berikut :
Perhitungan tempat henti dihitung berdasarkan
beberapa faktor yaitu : Jenis .:Iarak
Zona Kegiacan Lokasi Tempat Hent; Tempat Henti
yang utama ( m )
Berdasarkan kepentingan pengusaha dengan 1 .:Iasasangat padat : CBD • Kota Dengan 200 - 300·
mengacu pada akupansi kendaraan dengan 2
pasar. percokoan
Campuran padat : Kota
lindungan
Dengan 300 - 400
rumus : perkantoran. seko1ah lindung8n
jasa
3 Perumahan 90100gan Kota Tanpa 300 - 400
atas 1indungan
S == V ( nx + AV ) 4 Campuran padat : Pinggiran Dengan 300 500
perumahan. sekolah. Lt.ndunqan
jasa
5 ICampuran jarang : .Pinggiran Tanpa 1000
dimana : !perumahan. 1adang. lindungan
500

sawah. tanah k060n9

S == jarak tempat henti Sumber : Hllsil Analisis ( 1993 )


V = running speed (meter/detik) Tabel 10.1 " Jarak tempat henti berdasarkan
kegiatan

87
)1

II
'I
\....
11
II
11
PENENTUAN BUS LAY BY TEMPAT I Iiu
HENTI Tempat henti terletak pada tiotoar dengan .
ukuran sesuai dcngan kebutuhan.· .
!i
II
Tempat henti angkutan umum juga dilengkapi Tempat henti diletakkan dimuka pusat I 11
dcngan bus Jay by yang borguna untuk kegiatan yang banyak membangkitkan 'il
menaikkan dan menurunkan penumpang serta
menghindari terjadinya ganguan terhadap lalu
pernakai angkutan umum. I • ;!
1!
,
Tempat henti terletak di tempat terbuka dan II ·.1.1
lintas lain pada saat bus berhenti. Pendekatan
yang digunakan untuk menentukan bus lay by
tidak tersembunyi. ! . i!
q
~
in
Jar~~ maksimal tempat he~ti terhad,ap· Ii:i 'j
ini adalah sebagai berikut : fasilitas penyeberangan peJal n kaki adalah
50 meter, . IIji
P b"S+C • Agar tidak mengganggu elancaran arus ,11
[ N == M_MM.

S
__ " X M

3600
_

lalu Iintas, apabila kecep tan perjalanan


cukup tinggi maka sebaikny disediakan bus
:1I
Ii '
\1
I!
lay by.
·11
dimana : • Jarak minimal tempat hentij dad pertemuan
N == JumJah bis yang berhenti dalam waktu
yang sama (Perlunya single, double atau triple
bus lay by)
jelan adalah. 50 meter atau !Itergantung darl
panjang antnan.
• Jarak minimal tempat h~nti dari suatu
.. II'
'jj
·iI
:.1.

q
P == Jumlah penumpang maksimal (orang/jam). gedung yang membUlUhkrn ketenangan IiIi
S == kapasitas angkutan umum adalah 100 meter. '.1\

(orang/kendaraau) il
.1,
"
b == Boarding time (detik) Sesuai Peraturan Pemeriutah Republik
11
x Prosen P pada tcmpat henti tersibuk
> Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 tentang ;Ii
C == Clearance lime (detik) Angkutan Jalan, Pasal 8 menyeb itkan : ii
Ii
.J! '1:1

Pembuatan bus lay by ini diperlukan hanya Angkutan umum kota hams elalui tempat- 11 :\
li
pada tempat-ternpat yang san gat sibuk tempat yang telah ditetapkan u tuk menaikkan 'n~ 1
(headway < 1,5 menit ). dan menurunkan penumpang, maka tempat il
:I!
henti hams disediakan di ~panjang rute Iijj
angkutan kota agar perplndahan penumpang
KRITERJA PENENTUAN LOKASI lebih mudah, .' I., 11
ii
TEMPAT DENTI il

Berkaitan dengan hal tersebut dil atas, peletakan l\


!I
Persyaratan penentuan lokasi tempat henti tempat hcnti dipertcmuan jalan (pcrsimpangan) • ~ I
"
"l l
secara umum adalah sebagai berikut : menganut sistern campuran yait~ antara farside '11
dan nearside seperti ditunju kkan , dalam ,i
)1
• Terletak pada jalur pejaJan kaki (footway) gam bar:
• Dekat dengan pnsat kegiatan yang mem- ·11
bangkitkan pemakai angkutan umum, FOI' Iidl :11
• aman terhadap gangguan kriminal, sehingga
., t
'.
Ii
tempat hentl harus tidak tersembunyi. ~.,"' ,jl ~
Aman terhadap kecelakaan lalu lintas,
Immn rof\:~·n~.n
p' Y'
II '
+-)50"'-1-
._. ~!i "
sehingga harus ada pengatur pergerakan "<'1. ;\1
kendaraan, pemakai ternpat henti dan == 1.11.3~
liP' If f1 ~.:$-, 'il _.
""N )'
pejalan kaki,
• Tidak menggangu kelancaran arus lalu r ~..t\.,.,b" 7.
f'o. ...\~\CiTfI:ll'lqdn
,.... n-:-- r- -+
)10",
-
lintas, baik afllS lalu lintas di ruas jalan }lo4' .
maupun di pertemuan jalan. ! I
FOf tide

Berdasarkan hal tcrsebut di alas berikut 1m ..


disampaikan pedoman praktis penentuan lokasi
tempat henti : Gambar J 0, 2: Pel~takan tellrpat. hent. (II
perslIJlpangan elnpat
I .
88 I
t
• Tempat henti yang tidak terpadu dengan
trotoar dan tidak dilengkapi dengan
lindungan tetapi dilengkapi dengan lay by.
• Tempat henti yang tidak terpadu dengan
trotoar dan dilengkapi dengan lindungan
dan tidak diJengkapi bus lay by serta
mempunyai tlngkat pemakaian tinggi.
• Tempat henti yang tidak terpadu dengan
trotoar dan tidak dilengkapi dengan bus lay
by, mempunyai tingkat pemakaian rendah
tetapi tidak dilengkapi dengan lindungan.
• Tempat henti pada lebar jalan yang terbatas
( < 5,75 m ), akan tetapi mempunyai
tingkat permintaan tinggi maka perlu
lindungan.
Tempat henti pada lahan terbatas, bus lay
by tidak memungkinkan untuk dibuat maka
Gambar 10.3 Peletakon tempat henti dt hanya disediakan bus stop dan rambu
persimpangan liga larangan menyalip.

Perbedaan masing-masing ke1ompok diatas


Melihat berbagai kondisi yang ada diJapangan ditunjukkan dalam contoh gambar 10.5.
seperti :
KRITERIA FASILITAS TEMPAT BENTI
• Ketersediaan lahan untuk membuat bus lay
by. Fasilitas tempat henti terutama diperlukan untuk
• Ada tidaknya trotoar, menjamin pergerakan angkutan umum dan
• Tingkat permintaan penumpang yang penumpang dapat langsung dengan aman,
menentukan perlu atau tidaknya lindungan. efisien dan efektif. Fasilitas yang utarna pada
• Tingkat pelayanan jalan (kecepatan setiap tempat henti adalah :
perjalanan)
• Lebar jalan mencukupiltidak. • Tempat menunggu penumpang yang tidak
mengganggu peja1an kaki dan aman dati
Berdasarkan berbagai kondisi tersebut di atas lalu lintas.
maka tempat henti dapat dikelompokan kedalam • Tempat berteduh yang berupa lindungan
10 kelompok yaitu : buatan atau alam.
• Tempat henti kendaraan beserta rambu lebih
• Tempat henti yang terpadu dengan fasilitas aman dan melancarkan 1alu lintas dapat
pejalan kaki, dilengkapi dengan lindungan menggunakan bus lay by.
dan bus lay by. • Infonnasi tentang jadwal dan rute angkutan
• Tempat henti yang terpadu dengan fasilitas umum.
pejalan kaki, tidak dilengkapi dengan • Fasilitas penyeberangan bagi peialan kaki,
lindungan ( hanya bus stop) dan dilengkapi yang diletakkan sedemikian rupa sehingga
dengan bus lay by. pejalan kaki tidak tertutup oleh kendaraan
• Tempat henti yang sarna dengan poin yang lewat dan dapat menyeberang
pertama tetapi tidak dilengkapi dengan bus dengan aman.
by. o Pagar pengaman agar pejalan kaki tidak
• Tempat henti yang sarna dengan poin dua, menyeberang di sembarang tempat.
tetapi tidak dilengkapi dengan bus lay by.
• Tempat henti yang tidak terpadu dengan Fasilitas tempat henti atas dasar anal isis dan
trotoar dan dilengkapi dengan lindungan pengolahan data yang telah dilakukan serta
dan bus lay by. asumsi yang aman, tiap halte sebaiknya
memiliki ukuran standard berikut :

89
ruang gerak penumpang di tcmpat henti 90 x
60em2,
• jarak bebas antara penumpang dalam kota 30
em, jarak bebas antara penumpang antar
kola 60 em,
ukuran tempat henti kendaraan, panjang 12
m lebar 2,5 m. '

Standard ukuran lindungan ditunjukkan dalam :~


gambar berikut :
!_I

( R. ~erak l

30 30 .
-I+-H

Gombar 10.4 : Kapasitas lindungan

ii1\
ii
'i!

Ii
i!
·nI!
I'
li
i!
I
"ii
ii
.i[

I i!
'!j

I
I

;\i
j! •
I
I ;}

I! ."u
!(
!I
Ii

90 I! .
i

I
IrOloar\ I penyeberangan pejalan kaki.

.. ------ ___ ".:r-~~~~__.~~_=___~~~


. r
&I ~ _
:::?:?""~~ ___
_ ___
_""".....-;7- - - -

u- _.
_1.
- - - _ ...n--..!".•
10_
-.......:;:::.... _ ...
._____ - _ ... - - ---
~
20Il0l
-"';'"'
• 20.
r
.... ,1
T,: I, ....

Gamba,. 10.5a :Standard Tempat Hend Kelompok 2, Tunggal,

----
,
1,· ..!.'.~
111m ~ i ~•..___
r"iP! Ot:""'U~
s z ~----.--~~~-~~~--.-~
i 10_ 1'· ". 10_

It- ~t'" :2"" 12·


g
;;;;;
~~--i'~-:~
____ :,- I,· .........---
...~
Gambar JO.5h :Standard Tempat Hent; Kelompok 2, Berseberangan

.I lto::~h.
, J L=-- - II.-s.1t--==_
10_ .., U'" 10_

..
GambaI' 10.5e :Standard Tempat Henti Kelompok 2, Sesudah Jalan Akses

____._ ..... __ cz lIZ =z:::u::r DrJII:: DIJ::tJ11.Jl1llTJO1llD.T1llC.


..... r§..'!".a?~.I:'=-"'=:r.cr""llT£"= = :::;
a~ I'~-
1!3 I I )1,
i,•..,
..,
II.

Gambol' 10.5d :Standard Tempat Hend Kelompok 3, Tunggal

I I i'~81
I.. ~h
_____
==~mmc=m=m~cm~~~~ ~tDOIlIla01trc:ar=:z;-=
.;:::ar.:=nZl_ - ---.--

,. ~a "
,
IBt,)1. I
,ot •
-
GambaI' to.s« :Standard Tempat Hentl Kelompok 3,
Berseberangan

J~r_,~ 11)1'
.hfEl
I
I IS. • "~I. I

Gambol' 10.5/ : Standard Tempat H~nti Kelompok 3,


Sesudah Jolon Akses

91
. .
----~="==:nz..o;Z'7ZZ'l'ZP?'?2'a;;ruadv....y4: CCf?Z?;'"
$.ooooo--lh !t 1'. ---1u _J .
W .za:~
? 7' C
'I

Gambar 10.5g :8tm,dard Tempat Hentl Kelompok 4, Tllllgga/

Gombar IO.5h :StflIIdard Tempat Hentl Kelompok 4,


Berseberangan

Gombar 10.5; :Standard Tempat /limti Kelompok 4,


Sesudah Jalan Akses
I
r
!

I!
Gombar lO.5j : Standard Tempat Hentl Kelompok 5, Tunggal

iF
_l~= \
t"_t :>.. 'l· 14·
----=~..L22Z?7~W~?.2:Z2ZZ..i!~.../_J::20 --I

~r< 1)" \1.. 1~..

.-'
Ga:a:'10,5k "Wanda,dTempat He",1 Kelompok 5, :nmeb"a"f'.·

-~-~B~I :1. 11" ~ ..

Gambar 10.5/ : Standard Tempat Hentl Kelompok 5, \I<ses


Sesudah Jalan Akses t
I-

I
I-
I
-r--
,!-

I
92 f

I
I-
t
I
!
Gambar }0.5m : Standard Temp~ Henti Kelompok 6, Tunggal

Gambar 10.5n :Stantlard Tempat Henti Kelompok 6, Berseberangan

Gambar 10.50 rStandard Tempat Henti Kelompok 6, Sesudab


Jo/an Akses .

. ,"..... n·/z,arm'

Gombar 10.5p :Standard Tempat Henti Kelompok 7. Tunggal

.. ~--------~---------
Gombar 10.5q t Standard Tem;;~t Henti Kelompok. 7, Berseberangtm

Gombar iO.5r : Standard Tempat HentrKelon;pok 7, Sesudah


Jolon Akses .

93
I
II·

lC4 _,\

GambaI' 10.5t : Standard Tempo! Hentl Kelompok 81 Berseberangan

__ Jt-',.. $1)::.
I
Gambar 10.5u :Slam/urtl Tempat Hentl Kelompok 8 Sesudah JII/an Akses
1

e,

~~ I 015_ J

Gambar 10.5v i Standard Tempat Hentl Kelompok 9, Tlmggal

13"
I 'I'· frA_JL_

_.
, 1,~I.ar

I ,OOD
1
G(lIIthar 10.511': Standard Tempat Hentl Kelompok 9, Berseberangan

J l l ". I I'~·
- - - - - ---~-- ~_~~
__I _l:~~~ .
Gamhal' 10.5." :St(m<iarti Tempat Hentl Kelompok 9, Sesudul. Ju/cm Aks s

94
i,
I
\
I
i
\
\ !IS

.v. tNllOO'/
hpo perh, ... n

GambaI' 10.5y : Standard Tempat Hen~i Kelompok 10, Tunggal

,
1"'0., I,pi xrkorllilll
,T".p., f>On1oMtor>gon
j Pili'"
, I
/ / t= 10. )lion.

/ / I )a,n'';'

I -J-,"u ,.rk.... I.Pfi~1II


'.h... I".. <lit

. 100.
Gambar 10.5: : Standard Tempat Henti Kelompok 10; Berseberangan

" Fi ptrktll un

Gambar 10.5aa Standard Tempat Hentl Kelompok 10; .Sesudah Jalan.Akses

95
.$4. j"_'
120

r -( K
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
IL _

I
...----------
FI BRE
G t, ASS
I '(LAN

:--
. i
I I C
I .
-
Lindu:an Jenis I, Tal::_~ .
.I
I fibre Gloss
I C :J I t
2~ !

60 ALUMINIUM
..
.-
150 90 30
.:...:;_:;--,.....---..........-

POT. X~)(
!
Lindungan Jenis 1, Tampak Sampit g

96
. !

!
I
-.......-.--~--_..-:.....
.
I.. . .
r ------ - - -- ----- ---- --1 o
rn .
I
I
I
I
I
I
I
I
I I K r I K I I
I~·~--~·f ~Ij--~--~'I
30 120 570 120 30

Lindungan Jenis 2. 'Iampak Atas

I I

I I I I
Lindungan Jenis 2. Tampak Belakang

J 1 3o

fIBRE
GLASS·
240
IKlAN

ALUMUNIUM 50 r v
190 190 190 240 30

Lindungan Jcnis 2, Tampak Depan dan Tampak Samping

97
I
!
Ir

r - - - - -..- - - - - .-- - - - - - - - - - _.
- - ~- o
I M

I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
L.. I K I _I K I
11 3'1 120 120
_________ 5~I.~O · .__ r

'•• Lindungan Icnis 3, Tarnpak Alas l


t
i
tf
I

\',
n
\I
'Ii
·JI

:1 •
IF

, Lindungan Jenis 3, Tampak Belak

ALUMINIUM
.===========1 __, j\ ';
_-joo,-----------H
190
..---'-----.-~-.~\,---~--
190 190 30

Lindunga» Jenis 3, Tampnk Depan «Jan Tam Samping


. L,

!] .
~! :

98
99
100
I
!.

t
!
II,

!
!
!! ..
!
Ii· --:
XI. RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS

S ebagai alat untuk mengendalikan lalu lintas,


khususnya untuk meningkatkan keamanan dan
kelancaran pada sistim jalan maka marka dan rambu
Lokasi : alat-alat tersebut harus terletak di dalam
kerueut sudut penglihatan dari pemakai jalan,
ditempatkan sedernikian rupa agar para pengemudi
dan

lalu Iintas merupakan obyek fisik yang dapat mempunyai waktu yang cukup untuk memberikan
menyampaikan informasi (perintah, peringatan, dan reak:si terhadap pesan-pesan tersebut (syarat 2 & 6).
petunjuk) kepada pemakai jalan serta dapat Faktor- faktor yang utama adalah : arah muka,
mempengaruhinya penggunaan jalan. tinggi, kebebasan samping peringatan pendahuluan.
Keseragaman penggunaannya : para pemakai jalan
mendasarkan reaksinya terhadap rambu atas
JENIS INFORMASI YANG· DISAMPAIKAN
pengalaman sebelumnya terhadap rambu tersebut.
KEPADA PEMAKAI JALAN
Rambu-rambu yang standard hams digunakan,
Tiga jenis inforrnasi yang digunakan y.aitJ.l : dernikian pula untuk situasi-situasi la1u lintas yang
• ,', ._", '.~'. • I :;'.::,! -'r_, _ .)' .t~.-:._, _ ' sarna harus diberikan rambu-rambu yang sarna pula
1. Yang' bersifat peri ~t.ih dan huaJlgaq.· yang harus
dipahihi' '. _;" . ., . setiap saat, sehingga para pemakai jalan dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat
2. Peringatan terhadap suatu bahaya
mereka melihat rambu lalu lintas dan bereaksi
3. .Petunjuk, berupa arah, identifikasi tempat,
fasilitas-fasilitas. . .,' "',, dengan cepat berdasarkan pengalaman sebelumnya
terhadap rambu-rambu tersebut (syarat no. 4 & 6).
Rambu hanya digunakan apabila benar-benar
ALAT PENGENDALI LALU LINTAS YANG diperIukan saja; rambu-rambu yang tidak diperIukan
EFEKTIF (dipasang tidak pada tempatnya) akan
mengakibatkan para pengemudi kehilangan
Jika para pengemudi tidak dapat melihat informasi perhatiannya atau kepercayaannya terhadap
yang diberikan, atau tidak memberikan perhatian pentingnya pesan yang disampaikan oleh rambu
yang cukup terhadap sarana yang diberikan, maka tersebut (syarat 1 & 5). Rambu-rambu yang tidak
alat tersebut tidaklah efektif. Agar supaya alat dibutuhkan lagi hams dihapuskan.
tersebut .menjadi efektif, maka alat-alat pengendaJi Yang dimaksud dari keseragaman adalah :
lalu lintas tersebut harus :
1. bentuk, misalnya segiempat (pemberi-tahuan),
l. Memenuhi suatu kebutuhan tertentu. segiempat pada sumbu diagonal (peringatan),
2, Dapat terlihat denganjelas. bulat (wajib), segi delapan (stop).
3. Memaksakan perhatian, 2. warna, yang biasa digunakan adalah merah,
4. Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan hitam, putih, biru dan kuning.
sederhana. 3. dimensi (ukuran-ukuran),
5. Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara 4. pesan yang disampaikan, baik melalui penulisan
penuh oleh para pemakai jalan. kata-kata maupun dengan simbol (lambang).
6. Memberikan waktu yang, cukup -untuk 5. jenis huruf.
menanggapinyalbereaksi. 6. rnetode penerangan dan pemantulannya.
7. lokasi (lihat di atas)
Untuk menjamin keefektifannya , maka ada 4 8. tiang dan pemas~ngannya.
pertimbangan yang harus dilakukan :
Disain : termasuk ukuran, bentuk, warna, 'dan Perawatan: rambu-rambu harus bersih, terpasang
kemudahan mcmbaca rambu tersebut, ditambah dengan baik, dan kebebasan pandangannya dapat
penerangan dan pemantulannya (syarat- syarat 3 '& 4 dijaga (syarat 2, 3 & 5). Rambu- rambu dan lampu
diatas). elektris hams dipasang secara tepat dan secara rutin
dirawat.

103
, uI'
I ,
, ii
I .
;
:11
\ II
I; !I

li
I:
Ii I!
Standal'd, standard Internasional yang utama untuk pemakai jalan dan tldak ",~uai dengan kcadaan : ii
II
I!
alat-alat lalu lintas jalan dan pengendali 1.1111
lintas biasa. Rambu peringatan dppat dlulangi dengan It
adalah standard Konvcnsi PBB terhadap 'Ialu Untas ketenuian jarak antara rambu dengan awal
I,
I'
:!i
jalan', dan 'Rambu dan lampu pengatur lalu bagian jalan yang berbahay,a dinyatakan dengan iii~ .11"
·\1
n i!.
lintas jalan', dimana keduanya disusun di Wina papan tambahan. Waipa .dasar :rambu p
Ii\1,.
pada tahun 1968. peringatan benvarna kuning dengan lambang
atau tulisan berwarna hi'am .. Bentuk .rambu
j;
\.

I .n
'il11
[
Di Indonesia standardisasi terhadap alat-alat peringatan adalah bujursangkar dan empat I'; ul l
pengendali lalu lintas adalah merupakan tanggung I : I'

I
persegi panjang, I. ,
jawab dari Departemcn Perhubungan c.q, Direktorat rI'
Jenderal Pcrhubungan Darat yang dibuat J i
I
I',
.,'1\
II
berdasarkan Konvensi Wma. H

I
I
: j:
,',
I
I
I
,ji
!I .
ASI'EK DAN TANGGUNG JAWAB IIUKUM 1 I
11
""Oil ,.
,.
:
I il~ . ~~
Alat-alat pcngcndali lalu Iintas, khususnya I: -.
il
ii
\

perangkat-pcrangkat pengatur (dan tindakan- , I:I·


'I

tindakan yang diperlukan untuk mengamatinya): ••~ ..•~ .. ~ ..• rr ·11


1I !i

hams ditetapkan olch hukurn . diumumkan dalam


berila negara dan berita daerah, Jika tidak, maka .
rambu-rambu tersebut tidak dapat ditegakkan
(pelanggarnya tidak dapat ditindak).
. . ·1' .
...
..
Ii
L
I!
\:
j;
,I!" ,
.iI
:11
'il
;i

!i
'I
I.1

I, ii
" ,."
Setelah perangkat (alat-alat) tersebut telah dite- I: II
"
tapkan, maka 'Pengelola lalu Iintas dan angkutan Gombar J},} .' Con/oil 1'(111 bu peringatan , !: il
jalan' untuk mas-mas jalnn tertcntu kemudian hams i,. 'ii
bertangguug jawab untuk menjamin bahwa rambu- "\, q"
rambu lalu lintas dan marka-marka jalan tersebut 2, Rambu Larangan, qigunaknn untuk
I 'I
II;1
tetap dapat memenuhi standard yang tepat, menyatakan ~~bllatan yang dilarang .dilakukanl Iij, l\

oleh pemakai jalan yang ditempatkan scdekat


u II 'I
Tanggung jawab untuk penegakkan hukum di [alan
jl

Hj:
[!
raya berada pada polisi lalu lintas setempat, mungkin dengan titik larangan dimulai, Rambu ,
:li
:I

Iarangan dapat juga dilenglflapi dengan papan ij


tambahan , warna dasar rambu larangan I
I!r
I'
.j Ii I.

mempunyai warna pntih ber~uIiSkal\.hitam atau iiI, \\


!
RAMBU LALU LINTAS merah. Bentuk rambu larangan terdiri dari segl Ii Ii
11
!
. delapan sarna sis!, segi liga \58ma sis; larangan Iiji .!\
oil

Fungsi dim Bcntuk SCI'ta Warna Rambu silang dengan ujung-ujung yang mncing dan I r- ·n,I
II
li
Hngkaran,
I: i!
,lI!I
1, Rambu Pcringatan, Digunakan untuk
membcri peringatan kemungkinan . ada [I
bahaya atau temp at berbahaya .bagian jalan di \'!~ il.1
depannya, Rambu pcringnlan .ditempalkan l\

sckurang·kurangnya pada 50 meter alau pada


Iii:
,
I:
I,
II
Ii
i,\
.
jarak tcrtentll scbelum tempat bahaya 'deugan
mempcrhatikan kondisi lalll tinlas , cuaca dan
1
i:
I;
II
.11
j',
keadaan jalan yang disebabkan. oleh faktor 1I
gcografis, geoilletris, pcr.nukaan jalan, dan Ii

ii
II
kccepalan . rcncana jalan, rambu peringatan I'I~ jj

il
Ii
dapnt dilengkapi dengan papan tambahan, Jarak E .H !I
I Ii p
nntara rambll dan pennulaan bagian jalnn yang I . \.
I, ~i
berbaluiya tcrscblll tidak dnpat diduga olch Gombar J}, 2 .' Contoh ralllll.ula,.<illgal1 , II "Ii
:
ji \I
I .: I,
!I
1'1
i, III:
I
~I
I
I:
!
"
I
;!

Ii
II
Ji
1 "~,iJ
104 /
1,
.~I
,I
:

\ i! j!
!'
IIj, ii
. ( .,1 iI
.11

l !~
1
";1

:lil
3. Rambu Perintall, Digunakan untuk menyatakan
.: perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai
jalan yang ditempatkan sedekat mungkin dengan
.(
titik kewajiban dimulai. Rambu ini dapat
dilengkapi dengan papan tambahan dan
.;
dilengkapi dengan rambu petunjuk pada jarak i
\
yang Iayak sebclum titik kewajiban dimuJai.
Warna dasar rambu perintah berwarna biru \.,"'.,....,.c,,~,
-"c.-c.' :_,. c)
dengan Iambang atau tulisan berwarna putih
serta merah untuk garis serong sebagai batas
akhir perintah.
GambarI 1. 4: Contohrambupetunjuk.

Persyaratan Bentuk dan Warna

Bentuk dan warna digunakan untuk membedakan


antara katagori-katagori rambu yang bcrbeda,
dimana dapat :
• meningkatkan kemudahan pengenalan bagi
pengemudi
• membuat pengemudi dapat lebih cepat untuk
bereaksi
• menciptakan reaksi-reaksi standard (dan naluri)
terhadap situasi-situasi yang standard.
Gambarl l . 3 Contohrambuperintah
Secara khusus bentuk dan warna yang digunakan
pada perambuan lalu lintas :
4. Rambu Petunjuk, Digunakan untuk menyatakan
petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, -kota, 1. warn a :
tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi • merah menunjukkan bahaya,
pemakai jalan yang ditempatkan sedemikian rupa • kuning menunjukkan peringatan,
sehingga mempunyai daya guna sebesar-besarnya • biru menunjukkan amar (perintah),
dengan memperhatikan keadaan jalan dan • hijau menunjukkan informasi umum.
kondisi lalu Iintas, sedang untuk menyatakan
jarak dapat digunakan papan tambahan atau 1. bentuk:
dicantumkan pada rambu itu sendiri. Rambu • bulat menunjukkan larangan,
petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas • segiempat pada sumbu diagonal
umum, batas wilayah suatu daerah, situasi jatan, menunjukkan peringatan bahaya dan
dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus petunjuk
dinyatakan dengan warna dasar biro dan yang
menyatakan petunjuk jurusan dan rambu penegas Seeara umum rambu-rambu menggunakan 2 warna
jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk untuk menyampaikan pesan, satu warna terang dan
mencapai tujuan seperti kota, daerah atau yang lain warna gelap; kadang-kadang warna yang
wilayah serta nama jalan dinyatakan. dengan ketiga digunakan sebagai suatu lingkaran di
warna dasar hijau dengan lambang atau tulisan sekeliling rambu. Rambu yang paling mudah
warna putih, khusus rambu petunjuk jurusan terbaca adalah apabila pesan yang berwarna terang
objek wisata dinyatakan dengan warna dasar ditulis di atas warna yang gelap. Akan tetapi,
coklat dengan lambang atau tulisan warna putih. rambu-rambu yang keeil tergantung pada warna
latar belakang terang yang digunakan, dan biasanya

105
I
I
tulisan hitam di atas latar betakang tcrang yang
bcrhent.i' dan untuk .ilU jal·lk terse..but adalah.
digunakan, dan biasanya tulisan hitam di alas latar berupa jarak pandangan hen i), seperti sebagai
belakang putih atau kuning, bcrikut (lihat gambar 2). Kecepatan yang
digunakan dapat berupa kecc alan rencana, batas
Tiang penyangga rambu biasanya berwarna abu-abu. kecepatan, atau ~ jika sultu masalah yang
Tiang-tiang untuk lampu pengatur lalu lintas; sifatnya praktis t.Clah di ide~tifikaSikari maka.
penycberangan zebra dan tanda-tanda bahaya berdasarkan survai dapat di etapkan kcccpatan
lainnya adalah hitam dan putih, sctempat alas dasar pcrsent I ke 85. Secara
praktis hal inl berarti bahwa jarak pcnerupatai
rambu merupakan fungsi kccdpatan rcncana pada
.. ,'
Ukuran huruf jalan tersebut. I
"~." . .' ':.;. ~
Kemudahan membaea ditentukan oleh ukuran hurnf, 2. Penempatan : Rambu hams ~itempatlmn scsuai
dan lebar dari kctebalan hurnf. Ratio (per- dengan standard· kebc as3nr . samping,
bandingan) tinggi : lebar biasanya antara 1 : 1 dan 2 sekurang-kuraugnya 0,60 m dad tepi badanjalan
: 1. Ratio tinggi : lebar ketebalan huruf biasanya kota yang normal, dan meningkat. hingga 1,2 m
antara 9 : 1 dan 5 : 1. pada [alan ganda kecepatan' tinggi .serta 0,30
meter untuk rambu yang dipalsang pada pcmisah
Ukuran huruf dapat dihitung dari rumus: jalari (median). R.ambu dilePtpatkllll disebelah
kiri menurut arah lalu Iint~s, di luar jarak
tertentu dari tepi paling luar b~hu jalan ataujalur
lalu lintas kendaraan dan tidak merintangi lalu
L 2 tg VI + S/tan A
H= ......._ _ - -----_ _ _--_ _-_ ..- lintas ke~~~raall. ~an ~tau F.jalan ka~i .serta
20 I 20 I
mudah dilihat dengan jelas rleh pemaki jalan,
akan tetapi dalam keadaatl tcrtentu dengan
mempcrtimbangkan lokasi Idan. k()ndisi. lalu
dimana : lintas, rambu dap3. t ditcmpatk~n. di seb.e.1
ah kanan.
atau diatas daerah manf at jalan dcngan
H :::::
tinggi huruf kecil yang diperlukan (tinggi mcmperhatikan . faktor-fakt l' antara lain
huruf besar = 1,33 H) geografis, kcometri jalan, kondisi lalu lintas,
L jarak dad titik rambu mulai dibaca sampai jarak pandang dan kecepatan tencana.
ke rambu tersebut.
3, Tinggi: Bagian sisi rambu yrng paling rendah
1 = kemudahan membaea (legibility).
harus minimal I,75mcter, da~ tinggi maksimum
VI = kecepatan awal 2,65 meter dl atas titik pada sisi jalan yang tinggi
S = tinggi ramhu
A = sudut ketinggian rambu dari titik pem- . yang diukur dari pcrmukaan jf1lan sampai dengan •.
slsi daun rambu bagian b wah atau papan
baeaan rambu yang paling dekat. tambahan bagian bawah apabila rambu
dilengkapi dengan papan tambahan sedangkan
Kemudahan membaea 'I' diukur dalam meter untuk rambu yang dipasang pada falsilitas pejalan kaki
suatu jarak tertentu yang dapat membaca per 50 mm tinggi minimum 2,00 meter dfn maksimllnl2,65
tinggi huruf. Misalnya standard seorang pengemudi meter dari sisi daun rambu yang paling bawah
dapat membaca huruf setinggl 90 mm pada jarak 22 atau papan tambahan, Khusus untuk rambu
meter, atau sarna dengan I ::: 22 x 50/90'" 13 meter perlngatan, ditempatkan dengau ketinggian ·1,20
per 50 mm tinggi hurnf. meter dan rambu yang diiempatkar, di· atas
daerah manfaatjalan minimu¥5,OO meler,
Lokasi dan llcncmllatan 4, Oricntasi: Rambu-rambu 1
pada ' \lmumnya
berorientasi (mengarah) teg, k lurus terhadap
1. Dacrah: Daerah tempat dipasangnya rambu arah perjalanan (sumbu jalan) untuk jalan yang
dihitung dengan eara mengkaitkan jarak ke- metengkung/belok kc kanan. jAkan tClapi untuk
bebasan pandangan terhadap waktu' alih gerak jalan yang lurus atau meiengkunglbelok kc kiri
(manuver) kendaraan yang· diperlukan (biasanya pemasangan posisi rambu harps digcser minimal
[
Ii·
I[
[

i
106 II
iI
i
I
3 searah jarum jam dari pasisi tegak lurus
0 Kontruksi dan pemasangan rambu
sumbu jalan kecuali rambu petunjuk seperti
tempat penyeberangan orang, tempat Jika memungkinkan, maka rambu hams dipasang
pemberhemian bus/trent, tempat parkir dan pada tiang-tiang yang telah ada di jalan, misalnya
petunjuk fasilitas, pemasangan rambunya sejajar pada liang-liang Jampu jaIan dan tiang listrik
dengan batu (lepi) jalan, dan arah dari (dengan seijin pemiliknya), dengan maksud untuk
rambu-rambu hams mengarah kepada arah yang memperkecil jumlah perlengkapan jalan untuk
tepat. Posisi rambu tidak boleh terhalang oleh alasan-alasan estetika dan keselamatan. Jika tidak
bangunan, pepohonan dan atau benda-benda lain memungkinkan, maka hams digunakan tiang bulat
yang dapat berakibat mengurangi atau dari logam. Rambu-rambu yang besar akan
menghilangkan arti rambu tersebut. Pemasangan memerIukan disain yang khusus dengan material
daun rambu pada satu tiang maksimum 2 (dua) dan pondasi yang cukup kuat untuk menahan
buah daun rambu. tekanan (gaya) angin.

•• • + PENYELENGGARA RAMBU

Perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan rambu


dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat
atau pejabat yang ditunjuk untuk jalan nasional dan
jalan tol kecuali jalan nasionaI yang berada dalam
ibu kota kabupaten daerah tingkat II atau yang
berada dalam kotamadya daerah tingkat II, untuk
jalan propinsi kecuali jalan propinsi yang berada
dalam ibu kota kabupaten daerah tingkat II dan
• f • • kotamadya daerah tingkat II Oleh Pemerintah
Daerah Tingkat I, sedang untuk jalan Kabupaten
Gombar 11.5a : Posisi pemasangan rambu oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten, dan
dengan kemlringan 3° jalan Propinsi yang berada dalam ibukota Kabupaten
Daerah Tingkat II oleh Pemda Tingkat II Kabupaten
dengan persetujuan Gubernur Kepala Daerah
Material (pemantulan & penerangan)
Tingkat I serta jalan Nasional yang berada dalam
Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Oleh Pemda
Rambu-rambu dapat dibuat dad logam (lempengan Tingkat II Kabupaten dengan persetujuan Direktur
aluminium atau baja), plastik atau kayu; Jenderal, demikian halnya untuk Pemerintah Daerah
rambu-rambu yang melampaui suatu ukuran-ukuran Tingkat II Kotamadya.
tertentu akan memerlukan suatu perkuatan
konstruksi. Tiang rambu dapat dibuet dari logam,
beton atau kayu.
Permukaan rambu hams berupa : lapisan bahan KEKUATAN HUKUM RAMBU
reflektip yang tahan cuaea ditempetkan di atas plat
aluminium, cat email kering udara (air - drying Pengaturan laIu lintas yang bersifat perintah dan
enamel paint); cat selulosa; material plastik, yang atau larangan yang berupa rarnbu lalu lintas sebagai
memantulkan cahaya. hasil manajemen lalu lintas, ditetapkan dengan :
Rambu-rambu hams mudah terlihat baik pada siang 1. Keputusan Dirjen atau pejabat yang ditunjuk
maupun malam hari. Untuk meJihatnya pada malam untuk pcngaturan lalu lintas pada jalan nasional
hari akan membutuhkan sistim pemantulan dan jalan tol, keeuali jalan nasional yang
(reflektorisasi) atau lampu penerangan pada rambu terletak di Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II
tersebut. dan Kotamadya Daerah Tingkat II, serta
diumumkan dalam Berita Negara.

107
l:
"
i
:\
, r :1
IIt
1\ II
I' Ii
I'I' I'
t,

2. Peraturan Daerah Tingkat I, untuk pengaturan pada permukaan jalan terse lit di .alas dapat ,." 1\ r
I' 'Il

pada jalan propinsi keeuali jalan propinsi yang digantikan dengan paku jatan; atau kerucut lalu !: ii t
berada dalam Ibukota Kabupaten Daerah
Tingkat II dan jalan propinsi yang berada dalam
lintas, !.. "u
"
'iI
"
Ii
~
!,:-

!
Marka-marka ini hams diglln?kan bersama-sama I~
i!
r
j;
Kotamadya Daerah Tingkat II, serta diumumkan ru !I

I
dalam Berita Daerah.·
dengan rambu jalan-jalan (bukan salah satu saja);
kadang-kadang marka ini dapat terlihat apabila I:
lj
L
rambu-rambu jalan terhalang, d~n sebaliknya rambu i
3.· Peraturan Daerah Tingkat 11, untuk pengaturan ., j: ,. 11
'il r-
jalan kadang-kadang dapat terlihat apabila marka i: ~
lalu lintas pada jalan Kabupaten/Kotarnadya,
tidak dapat terlihat. Masalahi yang utama pada
,
liI· 'IIil
jalan nasional dan jalan propinsi serta I
ii!I
marka jalan adalah bahwa rna ka tersebut mudah ~
diumumkan dalarn Berita Dacrah. I- n
'
hilang dengan cepat. i
I. , 'I01
~.:

I' ~
Rambu dan marka atau pemberi isyarat lairmya ii' 'il
'I
I, , :."
tersebut mcmpunyai kekuatan hukum setelah 30 I,

I
i!i
(tiga pulun) hari sejak tanggal pemasangan yang
mana tanggal pcmasangan rambu sebagaimana
UKURAN MARKA JALAN I'i: 1i
dirnaksud harus diumumkan kepada pemakai jalan rr II , ~~
Ukuran marka jalan untuk L garis . melintang, r: "I
olch instansi yang berwenang menyelcnggarakan
membujur .dan serong dengan Illenggunakan garis rI! 'il f
rarnbu. I,
~.

utuh, put~IS-PUlUS mau~un gandlserta lambang dan j!


0'
f
marka lainnya dapat digunakan tandard yang telah I~
!:j 1\'I ..
PERAWATAN !I
ditetapkan sesuai dengan K putuasan Menteri II ~
Perhubungan KM 60 tahun 1 93 tentang Marka I'· il ;
~~.

·:1

!
Rambu yang rusak karena tertabrak atau karena Jalan, '. 11
pengrusakan, hilangnya warna, kotor hams segera II Ii
n
diperbaiki dan dibersihkan, Rambu dalam kondisi i 'I
~~
yang jelek akan mengurangi rasa hormat para \, 1\
FUNGSI UTAMA MARKA
u i,
pcngemudi terhadap rambu tersebut, dan juga 'I
tcrhadap instansi pengelola lalu liutas. Oleh karena \'
itu pemeriksaan yang rutin terhadap rambu
\
1. Marka mcmbujur garis ufuh , gads putus-
I: IIII
\:
dipcrlukan, dan rambu hams secara rutin diber-
sihkan.
putus dan gal'is ganda l .. . . !1
!I
Marka membujur garls u'u~ berfungsi sebagai il
MARKA DAN TANDA JALAN larangan bagi kendaraan yang' melintasi gads il
tcrsebut, disamping itu juga ~nluk menandakan II
tepi jalur lalu lintas dan un~uk pengaturan lalu ,
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada
dipermukaan jalan atau di alas pcrmllkaan jalan
lintas dalam keadaan darurat atau sementara
waktu dapat digunakan alat remisah lajur yang
IIi '11
II
jl
'1

yang berfungsi IIntuk mcngarahkan arns lalu HUlas berfungsi scbagi marka. I , . I. \1
!!
dan membatasi daerah kepentingan lalu Iinlns, i:I" ]!
Marka mcmbujur gllris PU~US-l)UtU8 berfungsi i'
iI
il
nlarka ini terdiri dari : mcngarahkan la1u lintas <fatl memperingatkan
Ii
i' il" -
• marka garis mcmbujllr pengendara akan ada marka! mcmbujur berupa "
• marka garis melintang garis utuh di dcpan serta seb~gai pembatasjaluJ' Ii
I;
ii
II .
• marka garis serong pada dua arah. I . II
J
I II
• marka lambang Marka mcmbujlu' garis gan~a tcrdiri.dari ulull "
I' .,II
I"
~
• marka.lainnya dan putus-putus maka fung~inya adalah lalu
lintas yang berada pada sisi: garis PU\us-putus I'.
Ii
il:i ,
Marka jalan di atas pcrmukaan perkerasan jalan dapat mclintasi garis gandal tersebut dan lalli' I~ :1
t:
r .il
terntama marka garis mempunyai pesan pcrin\ah,.
peringatan, maupull larangan. Marka garis-garis
lintas yang berada pada sisi $aris uluh dil~rang·
tnclintasi garis ganda tersebut.
!~
i:
il
,I
H
I: !I
, il
I:
Ii
1\
!I
il
i !.I
i',
I'
'I
iiII
i~ 1\
I! il
·11
108 i: i,1
11 11
ii
i'
i
'1
11
ii
!: Ii.,
r "
';1
3. Marka serong
Marka serong herupa garis utuh dilarang dilintasi
kendaraan dan untuk menyatakan pemheritahuan
Ii.OO I a.oo awal atau akhir pemisah jalari, pengarah lalu
lintas dan pulau lalu lintas, sedang marka serong
r~IO.16 . rsrs
yang dibatasi dengan rangka garis utuh
digunakan untuk menyatakan daerah yang tidak
JALUR LALU LINTAS boleh dimasuki kendaraan dim sebagai
pemheritahuan awal sudah mendekati pulau lalu
lintas. Tetapi marka serong yang dibatasi dengan
garis putus-putus digunakan untuk menyatakan
kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut
sampai mendapat kepastian selamat ..
Gombar 1I. 5 : Contoh morka membujur

2. Marka melintang garis utuh dan garis ganda


putus-putus r-- ,0.10

Marka melintang berupa garis utuh


menyatakan batas berhenti kendaraan yang
diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas
atau rambu larangan .
Marka melintang berupa garis ganda putus- a.Ii
putus menyatakan batas henti kendaraan ~'.
sewaktu mendahului kendaraan lain yang
diwajibkan oleh rambu larangan dan apabila
tidak dilengkapi dengan rambu larangan maka
hams didahului dengan marka lambang berupa
segitiga yang salah satu alasnya sejajar dengan
marka melintang tersebut. on -----.:7

-i> ARAH lAlU llmAS


• JARAJ( 9ATAS CHEVRON

Gombar 11.7 : Contoh marka serong

4. Marka lambang.
Marka lambang berupa panah, segitiga atau
tulisan digunakan untuk mengulangi rnaksud
dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberi
tahu pemakai jaJan yang tidak dinyatakan dengan
rambu lalu lintas. Marka lambang seperti
dinyatakan di atas digunakan khusus untuk
menyatakan tempat pemherhentian mobil bus,
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang,
Gombar 11.6: Contoh Marko melintang disampaing itu pula menyatakan pernisah aros

109
lalu lintas sebcluru mendekati persimpangan dimana dapat tcrlihat pada mr1am hari, dan juga
yang tanda lambangnya berbcntuk panah. berlawanan (kontras) denganl warna permukaan .
&.00 aspal yang hitarn, Bahan-bahan pcmantul cahaya
1r--=2.oo=-__ r- ~8~.OOL_
__ _+~· juga dapat digunakan, biasanya ~erwarna mcrah atau
. putih. Marka dan paku jalanl secara khusus juga
harus dapat bertahan lama, memantul, dan tidak
licin, . I ..
Material-material marka jalan yrng utama adalah :
I. cat: banyak digunakan untuk marka-marka
memanjang pada daerah !yang lalu lintasnya
tidak padat Manik-rnanik Ikaea blasanya dapat
2.60 ditambahkan gu. na membctikan kctahanan dan
pemantulannya. I .
2. material termoplastik (cai[an panas, tuangan
~~~~===::===J-t0.30 atau semprotan plastik yanF dibuat dari damar
Contoh I;wrka lambang termoplastik dengan campuran plastik, pewarna
dan agregat) : t.erutama di&u.nakan pada lokasi-
lokasi yang tingkat penggunaannya tinggi
5. Marka Lainnya seperti misalnya pada persirppangan.
Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk 3. materiallembaran: pita yang memiliki perekat
penyeberangan pejalan kaki yang dinyatakan dan material lembaran (~hcct) telah dikem-
dengan zebra cross yaitu marka berupa garis- bangkan, dimana khususnya berguna untuk
garis utuh yang mcmbujur tersusun melintang situasi-situai yang sifatnya sementara,
jalur lalu lin las dan marka berupa dun garis utuh 4. material konstruksi perk~rasan yang mem-
melintang jalur lain lintas sedang untuk punyai beragam warna seperti misalnya blok IIII
menyatakan tempat pcnyeberangan sepeda beton (stone block/corn lilock), atau pclapis
warna permukaanjalan I . 'il'
dipergunakan dua garis putus-putus berbcntuk il
bujur sangkar atau bclah ketupat dan paku jalan
. I :jil'
yang memantulkan cahaya dapat disebut dengan : I, II
marka lainnya, FASILITAS PENDUKUNG MrRKA JALAN -, Ii,. II·
II

1. Paku' [alan (ro.ad studs) I dapat dari logam,


; !i II
plastik atau kerarnik, Pa~u jalan terutama .Jj
digunakan sebagai tanda paris tcngah jalan,
chevron, karena dapat menggangu kestabilan.
il
I
pengendara sepeda motor jika dipasang pada 'ijll
lokasi-Iokasi yang lain makal paku jalan ini tidak
boleh rnenonjol 15 milimetlr diatas permukaan II
]1
jalan apabila diJengkapi dengan reflektor iii
maksimal tinggginya adalah 40 milimcter diatas :1
permukaan jalan, alat pemantul (reflektor) agar II11.

Gambar 11. 9 Contoh Marka lainnya


dapat tcrlihat pada rnalam 1jari. Paku [alan ini
biasanya digunakau pada mqrka garis membnjur
sebagai batas pemisah lajur ataupun sebagai
'!I,II
jI -
batas kiri dan kanan badan jJ'lan.
2. Delineator .
l!-
MATERIAL DAN WARNA MARKA ,ll
Semua marka dan tanda-tanda jalan harus Dibuat dari bahan p'astilf atau fiber glas, II
mcnggunakan warna yang memantul .. Putih dan digunakan sebagai tanda Tambatas tepi jalan 11 .~
kuning merupakan warua yang- umum digunakan, biasanya berbentuk lempcn Ian tiang-tiang dan !I
11·

ilII
Jj
:1
Ii
,!
"Ii'
110 I
I· -Il:
I
I P:
mempergunakan cat berwarna merah atau putih 2, Pcmerintah Daerah Tingkat I untuk jalan
yangmemantulkan cahaya saar terkena cahaya propinsi kecuali jalan propinsi yang berada
larnpu kendaraan di malam hari. dalam ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II
atau jalan propmsi yang berada dalam
a Traffic cones Kotamadya Daerah Tingkat II.
Merupakan alat pengendali lalu lintas yang 3. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II untuk
bersifat sementara yang berbentuk kerucut jalan kabupaten, jalan propinsi yang berada
berwarna merah dan dilengkapi dengan alat dalam ibu kota kabupaten daerah tingkat II
pemantul cahaya (reflcktor), dengan persetujuan Gubernur kepala daerah
tingkat I dan jalan nasional yang berada dalam
ibn kota kabupaten daerah tingkat II dengan
persetujuan Direktur Jenderal.
4. Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya untuk
jalan Kotamadya, jalan propinsi yang berada
dalam Kotamadya Daerah Tingkat II dengan
persetujuan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
dan jalan nasional yang berada dalam
Kotamadya Daerah Tingkat II dengan
persetujuan Direktur Jenderal.
5. Penyelenggara jalan tol dapat melakukan
perencanaan, pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan marka jalan di jalan tol setelah
Gambar 11,10: Contoh paku jalan dan mendengar pendapat Direktur Jenderal,
penempatannya 6. Instansi, badan usaha atau warga negara
indonesia dapat melakukan pengadaan,
pernasangan dan pcmeliharaan marka jalan
dcngan memenuhi standar teknis dan mendapat
persetujuan sesuai dengan poin 1 sid 5.

KEKUATANHUKUM MARKAJALAN

Marka jalan yang bersifat pengaruran lalu lintas


yang bersifat perintah dan alan larangan sebagai
basil dari manajemen lalu lintas ditetapkan dengan :

1. Keputusan Direktur Jenderal atau pejabat yang


Gambar 11,J 1 " Contoh Delineator dan ditunjuk untuk pengaturan lain lintas pada jalan
penempatannya nasional dan jalan tol kecuali jalan nasional
yang terletak di ibu kota Kabupaten Daerah
Tingkat II dan Kotarnadya Daerah Tingkat II,
PENYELENGGARA MARKA DAN TANDA serta diumumkan dalam berita negara
JALAN 2. Peraturan Daerah Tingkat I, untuk pengaturan
pacta jalan propinsi, kecuali jalan propinsi yang
berada dalam ibu kota Kabupaten Daerah
Prcncanaan ,pengadaan .pemasangan dan pemeli-
Tingkal II dan jalan propinsi yang berada dalam
haraan marka jalan dilakukan oJeh :
Kotamadya Daerah Tingkat II serta diumumkan
1. Dircktur lenderal atau pejabat yang ditunjuk dalam berita daerah.
untuk jalan nasional dan jalan tot kecualai jalan 3. Peraturan Daerah Tingkat II untuk pengaturan
nasional yang bcrada dalam ibukota Kabupaten lalu lintas pada jalan kabupaten atau kotamadya,
Daerah Tingkat II. atau yang berada dalam jalan nasional dan jalan propinsi , serta di-
Kotamadya Daerah Tingkat II. umumkan daiam berita daerah.

111
I

I
4. Marka yang bcrsifat perintah atau larangan
mempunyai kekuatan hukum setelah 30 hari
scjak tanggal pcmasangan dan diumumkan
kcpada pcmakai [alan oleh instansi yang
berwenang menyelenggarakan marka jalan I
melalui media massa cetak atau media massa i
elcktronik atau media lain yang dikcluarkan
pemerintah.
I

II
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS

Direktur Jcndcral Perhubungan Darat mclaksanakan


pcmbinaan dan pcngawasan teknis alas penyeleng-
garaan marka jalan yang meliputi : I
1
I. pcnctuan pcrsyaratan teknis marka jalan I
2. pcnentuan petunjuk teknis yang mencakup
penctapan pcdoman, prosedur dan tatacara I
pcnyclanggaraan marka jalan
3. pcmberian bimbingan teknis dalam rangka
II
peningkatan kemampuan dan keterampilan
teknis para pcnyclcnggara marka jalan.
4. pemantauau dan penilaian alas pcnyclenggaraan
I I
i
markajalan ~~
5. pcmberian saran tcknis dalam penyelenggaraan
marka jalan,
'I
;1
;i
:1

I-

112 I
I
I
XII. FASILITAS PARKIR KENDARAAN

T2""ebutuhan tempat parkir untuk kendaraan baik penggunaan kendaraan pribadi, kendaraan barang
.&kendaraan pribadi, angkutan penumpang ataupun angkutan umum, dan dibatasi hanya untuk
umu~, sepeda motor maupun truk adalah sangat katagori, tersebut saja (misalnya ruang bongkar-muat
penttng, Kebutuhan tersebut sangat berbeda dan barang tidak boleh digunakan oleh kendaraan
bervariasi tergantung dari bentuk dan karakteristik pribadi).
masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi
parkir. Penggunaan badan jalan untuk fasilitas parkir
kendaraan sebagaimana dimaksud di atas, hanya
dapat dilakukan pada jalan "kolektor" atau "Iokal"
JENIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR dengan memperhatikan :

Jenis-jenis kebutuhan ruang parkir antara lain untuk • kondisi jalan dan lingkungan
keperluan: • kondisi lalu lintas
• aspek keselamatan, ketertiban rum kelancaran
• Gedung perkantoran, Pusat perdagangan lalu lintas.
• Pusat Pemerintahan
Larangan Parkir
• Pusat perdagangan eceran atau pasar swatayan
• Tempat rekreasi
Parkir di jalan tidak diijinkan ;
• Hotel dan tempat penginapan
• Rumahsakit
1. pada daerah dimana kapasitas laiu lintas
• Sekolahatau Universitas
diperlukan, dimana lebar jalan secara
• Bioskop atau tempat pertunjukan
keseluruhan dibutuhkan untuk mengalirkan lalu
• Tempat pertandingan olah raga dan lain-lain
lintas.
2. pada daerah dimana akses jalan masuk ke laban
sekitamya diperlukan.
D1SAIN PARKIR DIPINGGIR JALAN
3. didalam daerah persimpangan dengan jarak
minimum absolut to meter. Jarak-jarak ini
Lajur disisi batu tepi jalan pada jalan setain
dikombinasikan dengan pertimbangan terhadap
digunakan untuk: arus lalu lintas; akses; juga parkir.
keselamatan (jarak pandangan), pembatasan
Menggunakan sisi jalan sebagai ruang parkir adalah
kapasitas {pengurangan lebar jalan), dan lintasan
murah, akan tetapi masalah-masalah keselamatan
membelok dari kendaraan-kendaraan yang besar
akan selalu timbul ; kendaraan-kendaraan yang
4. pa~ jalan yang sempit yang lebarnya kurang
diparkir disisi jalan merupakan salah satu faktor
dari 6 meter, dan mengijinkan parkir hanya pada
utam~ dari. SO% kecelakaan yang terjadi ditengah
1 sisi jalan saja untuk jalan-jalan dengan Iebar
ruas jalan didaerah perkotaan, hal ini terutama dise-
6-9 meter.
babkan karena berkurangnya kebebasan pandangan,
S. dalam jarak 6 meter dari suatu penyeberangan
kendaraan berhenti dan atau keluar dari tempat parkir
pejalan kaki.
di depan kendaraan-kendaraan yang lewat secara
6. padajembatan dan terowongan,
mendadak.
7. dalam jarak S meter dari sumber air (hydrant)
pemadam kebakaran.
Bila permintaan parkir melampaui penawaran akan
8. selanjutnya 'parkir ganda' atau parkir di alas
dapat mcnimbulkan gangguan terhadap kelancaran
trotoar tidak diperbolehkan.
lalu lintas. Dalam hal yang demikian diperlukan
suatu- s.istim pengendalian dan penindakan, agar
pernakaian ruang yang tersedia dapat dilakukan
secara bersama-sarna, dialokasikan baik untuk

113
!
Ruang Ilarkir Rilang parklr bersudut : t1engingat kendaraan
dapat langsung masuk dan keluat, maka ruang parkir
Suatu 'satuan ruang parkir (srp) , adalah tempat jenis ini dapat lebih pendek daii pada mango parkir
parkir untuk satu kendaraan. Pada tempat dimana sejajar. Sudut lnasuk ter4but menentukan
parkir dikendalikan maka ruang parkir harus diberi dimensi-dimensi dati ruang pa~kir, termasuk Jebar
marka pada permukaan jatan. dari daerah parkir, dan jalan~ yang diperlukan.
Ruang parkir standard yang dipcrlukan oleh suatu Contoh-contoh ruang parklr da \ celukan diberikan
mobil diasumsikan sebesar 4,8 x 2,3 atau 2,4 meter. dalam gambar no.12.3 dan 12. ,disamping tapak
Ruang tambahan adalah dipcrlukan bagi kendaraan lintasan diberikan dalam gambar ;00.12.5. :
untuk melakukan alih gerak, dimana hal ini
tergantung dari sudut parkirnya; sudut parkir dipih
atas dasar untuk dari pertimbangan sebagai berikut :

I. kcselamatan: pada jalan-jalan yang lebarnya


kurang hanya parkir sejajar ~a yang dapat
: Ii
; iL
digunakan, karena parkir bersudut kurang aman l\ , t.
dari pada parkir sejajar untuk suatu daerah , !: t
, i' r-
dengan keeepatan kendaraan yang tinggi. Parkir : 1~
\.

bersudut hanya diperbolehkan pada jalan- jalan · I' f


}
lokal yang lebar kapasitasnya mencukupi. \ \:. i.
Gombar 12.3 " Contoh ruang pa kir bersudut ·
2. lebar jalan yang tersedia : makin besar sudut •
· I'
I'·

masuknya, maka makin kecil luas daerah :n !i !I~


masing-rnasing ruang parkirnya, akan tetapi : I: 11
IIii'
makin besar pula lebar jalan yang diperlukan
untuk mernbuat lingkaran membelok bagi
j I,' iii :.
.I

kendaraan yang memasuki ruang parkir.

Ruang parklr sejajar:


kendaraan-kendaraan berjalan melampaui
Lebih diinginkan jika
ruang
parkir terscbut dan kemudian masuk mundur, Ukuran
standard adaiah 6,1 x 2,3 (atau 2,4) meter.
~44-1\
Gamhar12.4: Tapak ltntasan I kendaraan :yang
memasuki ruang 1ark.ir.:
!
, j:
Ii :il.II
"
'II,'
jj :
Ii;
11

:I! .
Ii
I .. I 11 :
l!
.n .
I
I \. . 11.
. I,
.. . I: i!

T I I I I
TROTOAR

Gombar 12.1 " Ruang Parkir Sejajar L&LuL.l TROTOAR f'

I
' ~.
; Ii
~ I!
.I
.u
'!!
Ii '.
;: .

11
;j

il
\\ '
'j!1 :
oCIl- ........... ::::::::~<.:.......... ."" ..... I . I: J'! .
gambol' 12. 5 Tapak lintasan ~endaraan yang . !: ,!!..
T .-,./I
" ..

ITT t.... keiuar ruang Pdrkir : I' ii,


11
II
II
."

TROTOAR Parkir perumahan : r! !! . ~.


:1
Gombar } 2.2,' Manuver kendaraan masuk dan Rumah (bangunan) yang ti~ak tinggi' pada : I.' Ii
keluar dar; dalam ruang parklr.
(ialan masuk) di luar jalan, i
. daerah-daerah pinggi,ran kota se~ing memiliki, gang
nllk,," bangunan
'Ii· Ii·
: Ii 'n
U:
jl

,.
! Ii, ii'jI
I. .j! .
I'
~! i, ii
Ii
rIi u:
" ~,
"q:
I'

• i
• I" J!I,
114 : i
;
I' "

"11
:
i:'~
\ It
~i
; j:
yang bertingkat tinggi biasanya di tengah kola. dan parkir, mengambil ruang yang kecil, berdiri sendiri,
khnsnsnya pada bagian-bagian kota yang Jebih tua dan dapat secara mudah dipindahkan (didorong) oleh
mungkin mempunyai suatn ruang parkir kendaraan pengendaranya. Ruang parkir harus 'disediakan'
untuk masyarakat atau secara sederhana hanya berupa untuk sepeda motor dengan cara melarang
parkir di jaJan. Dna hal utama yang berkenaan mobil-mobil untuk parkir pada lokasi tersebut.
dengan parkir di perumahan adatah : . Daerah parkir hams diatur secara berbaris menurut
panjang dati sepeda motor, dengan gang parkir yang
1. Disain geometrik parkir pada daerah perumahan. membujur diantara jalan masuk dan jalan keluar,
Hal .ini berkenaan dengan bagaimana mem- sebagaimana disajikan dalam gambar berikut.
pertemukan suatu permintaan (kebutuhan)
maksimum, yaitu dengan cara :

• menyediakan akses kerumah-rumah pen- TROTOAR


duduk yang diinginkan.
• menyediakan akses yang berkesinambungan
(kontinyu) pada daerah-daerah yang diper-
lukan, .bagi kendaraan-kendaraan pelayan
~II·IIII.I.II.I
masyarakat (pemadam kebakaran dll), ambu-
lans, dan angkutan umum.
• menyediakan fasilitas parkir bagi pengunjung
aman, khususnya bagi anak-anak dan para
pejalan kaki.
• memuaskan (menyenangkan) baik dalam hal Gambar J2.6,' Ruang parkir sepeda motor
Iingkungan maupun sosial.
• ekonomis. Sepeda
Penyediaan parkir di daerah perumahan adalah Di Negara seperti Inggris dan Bropa sepeda
berhubungan langsung terhadap arus dan merupakan suatu sarana perjalanan yang sangat
kecepatan lalu lintas, dimana arus dan kecepatan umum digunakan bagi orang dewasa untuk pulang -
tersebut hams rendah. pergi kerja atau pergi ketoko. ApabiJa sepeda yang
diparkir memerlukan suatu sandaran, maka roda dan
2. Penyediaan parkir yang cukup memadai bagi para rangkanya hams diamankan (digembok) guna mence-
pemukim (penduduk) di daerah pusat kota dalam gah agar tidak hilang (dicuri). Tak kalah pentingnya
persaingannya dengan para pemarkir lainnya. juga untuk melindungi sepeda terhadap cuaca tempat
Mungkin diperlukan agar dimilikinya suatu parkir perlu dibuatkan perlindungan dan ditata
daerah parkir 'khusus untuk penghuni' saja, baik sedemikian rupa sehingga terkesan rapih dan teratur.
di jalan maupun di luar jalan, Dalam rangka Contoh parkir sepeda diilustrasikan dalam gambar
membatasi parkir ini agar hanya digunakan.untuk no.12.7.
penghuni saja, maka biasanya diperlukan tanda
pengenal (identifikasi) dalam bentuk kartu peraga
ijin masuk yang ditempelkan di kaca mobil.
Untukrnendapatkan ijin tersebut maka biasanya
dipungut suatu biaya, khususnya untuk menutupi
biaya-biaya administrasi, dan khususnya sebagai TROTOAR
kebijaksanaan untuk membatasi permintaan.

Sepeda motor 111111111111111111111

Sepeda motor merupakan suatu moda angkutan yang


utama di Indonesia. Motor terscbut mudah untuk di Gombar 12.7: Contoh parkir sepeda

115
Taksi, becak dan ojek

Becak dan ojek merupakan kenyataan fenomena yang


tcrjadi di Asia, tetapi pada dasarnya . mereka
menyediakan jenis pelayanan yang sama seperti taksi, LAT> 5000 m2
mereka mcnunggu pada suatu lokasi untuk disewa, pup LAE> 4000 m2
atau mereka 'berjalan' di jolon untuk mencari PPK> Rp. J,4 juta
penyewa. Mereka cenderung untuk menunggu pacta
S%LAT
tempat dimana potensi penumpang dibangkltkan
(misalnya: di dekat pasar, di jalan-jalen kecil pacta
persimpangan-perslmpangan, gang-gang yang meng-
hubungkannya dengan rute-rute bus dengan daerah-
daerah perkampungan penduduk dsb).

Pada tempat dimana ada kebutuhan yang 'nyata'


terhadap pelayanan, rnaka suatu daerah parkir, tAT> 500Qm2
'pangkalan becak' hams didisain bagi mereka. LAE>4000 012
Pangkalan tersebut harus dirancang sedemikian rupa PPK> Rp, 1,4juta
untuk memisahkan becak-becak dad arus lalu lintas.
Pada pcrslmpangan-persimpangan, pangkalan-
pangkalan tersebut harus berjarak tidak terlalu jauh
dati persimpangan (misalnya : minimum absoltit
sebcsar 10 meter, dan suatu jarak yang diinginkan
sebesar 25 meter), dan pangkalan tersebut harus Tobel 12.3 : Kriteria kebutuhan
dihubungkan ke pcmberhentian bis dengan Rumah sakit.
mcnggunakan suatu trotoar yang baik, guna
menghlndarkan para pejalan kaki agar tidak berjalan
di atas permukaan jalan, Suatu sistim antrian becak LAT> 5000 m2
juga hSl1lS diusahakan dengan cara membuat rrr - 50buah
kanalisasl pada pangkalan tersebut. PPK > Rp. 1,4juta

Sepeda S%LAT·
Motor·
DISAIN GEOMETRIK PARKIR DI LUAR
JALAN (GEDUNG PARKIR)
Keterangan :
Standard Penentuan Luas Ruang Parklr LAT = Luas Areal Total
LAE = Luas Areal Efektif d! '
Dalam menentukan luas ruling parkir di suatu tempat PPK ee Pendapatan Perkapita °U:
:I
yang mcmillki kegiatan tertcntu seperti; tempat . JIT ""Jumlah Tempat Tidur
perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain dalam setiap I!
:i! .
luas areal yang tersedia berdasarkan hasil studi yang Tempat parklr dan bangunan
"if
;1',',
0

tclah dilakukan dibutuhkan ruang parkir yang


berbeda antara kegiatan yang satu dengan kegiatan iiH •.•
: Parkir di luar jalan dapat parkir tidak
lainnya, bertingkat (sebidang) atau Vill1115'I 'IlIU menggunakan
I l!
Ii
bcton bertulang atau baja, dan di atas atau di' ·j1
Standard-standard sebagaimana disebutkan di atas bawah tanah, Lokasi dan dad .parkir di
I!
:;1, :
..

dapat dilihat pada tabel berikut : luar ja\al.l hams dapat perhatian khusus ~U '
1i
bagi pemarkir yang akan dalam n
II !i
p
il
1] .
ii,
1!
!i
ii
:1
'; II:
116 u:
;I! .
j!
I
bent uk kemudahan akses, sirkulasi, parkir, jarak memberikan garis pandangan yang terbaik
berjalan dan kembali, serta jalan keluarnya. kepada pengemudi.
• sistim 1 arah memperkecil konflik dan
Selain menyediakan ruang parkir, tempat parklr di menghindarkan terjadinya kemacetan.
luar jalan akan menawarkan suatu keamanan dari • lebar gang parkir tergantung pada sudut
kerusakan dan pencurian, dan dapat pula parkir, dimana selanjutnya tergantung pada
menyediakan fasilitas-fasilitas yang lain, seperti ukuran daerah, topografi, dan lokasi jatan
misatnya pencucian dan perawatan (service). masuk dan keluar yang dihasilkan.
• gang parkir dua arah dapat disetujui, bila
Dalam rangka mengantisipasi dan untuk ruang parkir memiliki sudut masuk sebesar
menghindarkan timbulnya tempat-tempat parkir liar 90°; untuk sudut masuk kurang dari 90°,
di luar jalan, dalam setiap membangun gedung, baik maka gang parkir l-arah adalah lebih dipilih
berupa gedung pemerintahan maupun swasta celukan tidak boleh memiliki lebih dari 30
khususnya gedung bertingkat maka "diwajibkan" ruang parkir tanpa adanya suatu gang parkir
menyediakan ruang parkir yang memadai sesuai yang memotong .
standard yang tetah ditentukan berdasarkan luas dan • radius belokan harus keeil, tetap harus diingat
lebar lantai bangunan yang tersedia. . bahwa apabila ada 1 kendaraan saja yang
mogok, maka hal ini akan menimbulkan
Ukuran-ukuran yang baik dan kemudahan sirkulasi persoalan yang besar.
adalah lebih penting daripada mencoba untuk • ruang bebas atas biasanya dibatasi hingga
memaksa menyelipkan sedikit tambahan ruang parkir 2,25 meter. Rambu peringatan dan 'tiang'
ke dalamnya. Ukuran-ukuran dan topografi daerah harus diletakkan pada titik-titik masuk.
sering akan menentukan rancangan yang terbaik • Sistim elevator dapat digunakan, tetapi hanya
untuk tempat parkir tersebut, khususnya jalan masuk akan efektif bila keterbatasan ruang adalah
dan keluar yang disediakan. Petunjuk disain yang tinggi, dan larnanya parkir adalah cukup
utama adalah mengenai : panjang.

1. Ukuran ruang parklr, ukuran celukan dan 3. Pengaturan masuk &. keluar, karcis dan
lebar gang parkir: Prinsipnya adalah sama pemhayaran Pintu masuk dan keluar hams
seperti untuk parkir di jalan; pada prakteknya ditempatkan sejauh mungkin dari
ruang parkir sejajar adalah jarang digunakan persimpangan-persimpangan jalan, dan harus
mengingal hal ini akan menggunakan ruang yang memiliki jarak pandangan yang memadai.
lebih ·banyak dari pada parkir bersudut, tetapi Daerah masuk dan keluar membutuhkan disain
pemillhan terhadap pengaturan tersebut akan yang hati-hati untuk kapasitas dan geometrik,
tergantung pada dimensi-dimensi yang tersedia khususnya jika suatu parkir kendaraan cepat
pada daerah tersebut. menjadi penuh atau menjadi kosong. Jatan
masuk ke tempat parkir biasanya termasuk
2. Sistim slrkulasl, lebar jalan tandal, kelandaian, penyerahan karcis yang dicetak waktunya. Hal
radius belokan, ruang bebas atas : ruang ini dapat dikerjakan secara manual atau dengan
sirkulasi tidak boleh digunakan untuk parkir dan pintu penghalang otomatis. Pada saat
harus dipcrkecil. Kecepatan dan kapasitas dapat meninggalkan tempat parkir tersebut, .karcis
diperkirakan dari pertimbangan-pertimbangan tersebut diserahkan ke suatu gardu parkir (booth)
praktis; kapasitas rencana harus tergantung pada dan biaya parkirnya dibayarkan. Jika biaya
arus yang dihasilkan dari volume parkir dan tersebut tetap, tidak perduli berapa lamanya
lamanya parkir. Pctunjuk disain untuk sistim parkir, maka hal ini dapat dibayarkan pada gardu
sirkulasi adalah : parkir masuk, saja dan gardu keluar menjadi
tidak diperlukan. Gardu karcis hams ditempatkan
• Kendaraan-kendaraan harus berjalan menurut sedemikian rupa untuk menghindari kendaraan-
arah jarum jam, mengingat hal ini akan kendaraan agar tidak menunggu pada jalan
umum. Panjang antrian dapat diramalkan, dan

117
\

i
panjang dacrah antrian yang cukup mcmadai di l
t .

Iuar jalan hams discdiakan. Suatu jumlah gardu


masuk dan keluar yang memadai hams disediakan
untuk rncmpcrtcmukan kapasltas arus yang:
) 5
diperlukan. Prinsip dari disain gardu adalah
,
sangat rnirlp dcngan gardu yang diguuakan pada
.
jalan- jalan tal. Pintu masuk dan keluar harus
.
mcngikut sertakan perhitungan jumlah kendaraan,
schingga tidak ada kcndaraan lain diperbolehkan
masuk apabila ruang parkir terscbut Lelah penult I~~'~
,
.
,~ ..
,
4. AI(scs pejalan kald : Biasanya disediakan oleh ~
lift, dan hal ini merupakan faktor yang pcnung I
I
dalam hal waktu bcrjalan dan keinginan.

5, Penerangan : Pencrangan yang cukup memadai


adaiah pcntlng, baik untuk para pcngcmudi
maupun untuk alnsan-alasan keamanan yang
umum.

6. Ramhu dnn marka : Adalah dipcrlukan untuk


mcmperlihatkan :

o arah sirkulasi
II jalan keluar kcndaraau
• celukan parkir, dan daerah-dacrah dimana
parkir tidak diijinkan.
• lokasi parkir khusus, misalnya untuk
orang-orang yang cacat
• pintu masuk dan kcluar bagi pcjalan kaki;
i
tangga, lift, Rambu- rambu hams ditem- I
i
patkan dengan. mcmpcrhatikan garis I
pandangan dan pcncrangannya. Rarubu terse- I
bul hams mudah terlihat oleh para i
pengemudi. Gombar 12,8,' Contoh Ruang phrktr di luarjalan
I .
,
! ;
Parldr Untul{ Mnl{sud Khusus 1 l:
PENGENDALIAN PARKlR I r
I'
Hotel, stasiun kcreta api, pusat pertokoaan,
gclanggang olah raga, pusat pcrtemuan, bundar Pengendalian Ul~ma yang scjat~h ini telah dibahas iI. i·
adalah mengenai ruang atau lcn{patnya, Akan lel"pi t'
udara, pabrik industri, universitas, iumah sakit,
secara keseluruhan membutuhkan fasililas harga dan biaya adalah pcnlh~g juga. mcnginggat .!
bongkar-muat barang yang khusus, Akan tetapi pengendalian terse.but dapal \ digunakan sccar"a . j,
prinsip dasar yang sarna dapat diterapkan disini, bersama agar penawaran ruang parkir yang ter- I
i
dengan ketentuan bahwa perhatian dibcrlkan sedia dapat disesualkan dcnga~ permintaan.: Parkir \ . !

terhadap karaktcrisrik-karakteristik khusus sepcrti dikendalikan melalui suatu I kombinasi alas; i !

\
; ~

misalnya tingkat bangkitan perjalanan, pembatasan-pembatasan ruang, }"akin, dan biaya, .! I'
JCIIIS I
kendaraan, perrnintaan pada saat puncak (khususnya
gelangang olah raga), larnanya parkir, bagasi (bandar Parkir tidak dijjinkan pada te ipat-tcmpat dimana
udara), petugas parkir, dll, . merupakan dacrah berbahaya, apasitas [alan yang
lebih besar adalah diperlukan, ,engcndnlian dengan
I
i
I
~
i
I
i
I
i
!
118
waktu dan biaya berkaitan dengan usaha untuk Volume aNS
menyeimbangkan penawaran dan permintaan, dan kapasites tanpa parkir
pernbayaran kernbali atas investasi keuangan untuk
pembangunan prasarana dan perawatan.
kapasilas dengan parkir
Kombinasi-kombinasi pengendalian yang utama
adalah :

• Kebijaksanaan tarip parkir, diterapkan untuk


beberapa tujuan, antara lain untuk me-
maksimalkan retribusi parkir seperti di tunjukkan
dalam gambar 12.9 ataupun untuk mengurangi
kegiatan parkir suatu daerah dalam kaitannya .. ~ waktu
dengan pembatasan lalu lintas kendaraan pribadi. waktu larsngan parkir

Pendapatan dan Gambar 12. J 0 .' Pembatasan waktu parkir


Permlhtaan

• Pembatasan waktu lamanya parkir biasanya


pendapatan diwujudkan dengan penetapan tarip progresip
menurut lamanya waktu parkir.
• pembatasan-pembatasan pengeluaran ijin dan
jenis kendaraan.
• pembatasan waktu terhadap akses.

Alat Pengendali Parkir


tarip
Pembatasan-pernbatasan parkir khususnya di jalan
biasanya menurut lokasi dan waktunya, tetapi hal ini
Gombar J 2.9 .' Kaitan antara larip dengan memerJukan penegakan dan penindakan yang tegas,
pendapatan permintaan parkir Metode-metode pengendalian yang utama dan umum
dilakukan adalah dengan :
• Pembatasan lokasi/ruang parkir kendaraan,
terutama dimaksudkan untuk mengendalikan 1. Alat pengukur parkir (parking meter) ; Terdiri
arus lalu lintas kendaraan pribadi kesuatu daerah alas jam stop watch, dimana jam untuk
tertenlu atau untuk membebaskan suatu mengukur lamanya parkir tersebut berputar
daerah/koridor tertentu dari kendaraan yang sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan.
parkir dipinggir jalan karena alasan kelancaran Jadi seolah-olah anda (si pemarkir) membeli
lalu lintas. waktu pada ruang parkir tersebut. Alat pengukur
tersebut disamping memperlihatkan pembatasan
• Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor waktu, sekaligus mengumpulkan uang pula.
tertentu karena alasan kelancaran lalu lintas,
karena parkir dipinggir jalan dapat mengurangi 2. Sistim Kartu dan disk : Meminta suatu
kapasitas jalan seperti yang dijelaskan dalam kendaraan untuk memperagakan kartu atau disk
bentuk rambu pada garnbar 12.10 rnisalnya pada yang memperlihatkan waktu kedatangan
suatu koridor pada jam sibuk pagi harus bebas kendaraan pada ruang parkir. Peraturan
parkir karena ruang parkir tersebut digunakan setempat akan menentukan batas waktu
untuk mengalirkan arus lalu lintas. kendaraan tersebut diijinkan menunggu (parkir).
Kartu dan disk harus disediakan di toko-toko
setempat, dimana dapat dengan tanpa dipungut

119
:, \:,'
; ji
'I,·
I:
. . I'
biaya atau dcngan cara membclinya. Sistim Petunjuk umum yang daPft digunakan unluk: ii·
kartu tersebut mcminta kepada pengemudi untuk pembatasan waktu adalah : ...; : 11.
membolougl waktu, hari, bulan dan tahun; harga .
.
. ~ !!
' L·
setiap kartu adalah sekitar 300 rupiah atau • 1 (saiu) jam untuk daerah perkotaau, . •• Ij.
sesuai ketentuan pemerintah daerah, dan kartu
tersebut hanya dapat digunakan satu kaH.
• 2 (dua) jam
sckitarnya,·
untuk (~erah

pinggiran dan
..':
ii·
{.ll.
j
• 10-201 menit di daerah tertentu seperti misal ; [;
3. Sis,hn Karcis : Para pengemudi memarkir
kendaraannya dan membeli karcis untuk suatu
. Bank, kantor Pos dsb. I ..';. r'
lama parkir yang diperlukan, dimana mereka P~rkir ~i luar jalan (di gedung p~rkir) umumnya tidak ' I'.
memperlihatkan karcis tersebut dad dalam kaca
mobil. Pada saat mcsin karcis tersebut
dibatasi waktunya, oleh karena rt~
satu-satu nya cara . I:;
pengendaJiannya adalah dengan\bJaya. ;'. 1!
meageluarkan karcis, maka mesin tersebut juga
mencetak waktunya, Untuk keuntungan dan
kerugian dari masing-maslng sistim tersebut,
. ASI)ck Penlndakan, Pcngclola farkir dan Hukum. 'I,.
Parkir liar adalah merupakan s~atu }>cnyebabutama . I.
4. Surat ijin parklr perumahan : Surat izin ini terjadinya kemacetan kesemrawutan dan bahkan : Ii' 'il: H ",
umumnya berbentuk sticker yang ditcmpel pada kccelakaan, balk bagi kendaraap itu sendiri maupun ; 'I': ,.
n
bagian depan dan bclakang kaca kendaraan yang
menunjukkan identitas dari penghuni pemmanan
yang dihuni, hat ini disamping berguna untuk
bagi pejalan kaki. Hal ini juga akau merupakan
persoalan khusus .apabila tc~:a.di suatu keadaan
darn rat, sepcrti adanya k ndaraan pemadam
: .;.
:..11.•..
\ I"~
.IiI! •
:11 .
u.
l f
I.u
menghindarkan adanya parkir liar juga untuk kebakaran, ambulans atau. endaraan k~pcrluim' I:: H
11 ~ I;

,il
pcngendalian dan keperluan keamanan pcnghuni khusus lainnya. Pengendalia 1 dan. pcnindakan . i
,I'I
perumahan atau kompleks tertentu, umumnya adalah merupakan suatu masalah seternpat , i'
11· ,~
dan harus ditata administrasinya olen Pemerintah ' ~ I :

·i:
Batas Waktu Dacmh (WalikotaIB.upati) setempat melalui beberapa '. Ii, :1
l\
jenis organisasi pengelola parkir perkotaan. Adapun • Ii. i!
11
Batas waktu pada dasarnya ditentukan tergantung tanggung jawab d~ri orgauisa1i pengelola .parkir :. It. ul!
pada keseimbangan pcnawaran dan permintaan yang perkotaan antara lain :. ; I:
ada. Demi ketertiban dlusahakan supaya pemarkir :r . I'
yang lama agar parkir ditcmpat yang jauh (karena • mengumpulkan pungutan parkir, sekaJigus' Ii·
waktu berjalan menuju tempat parkir dapat ditolerir), 'merawat tempat parkir, I .• Ii
jika mungkin mereka hams parkir pada daerah parkir • memeriksa sistem pengendalian parkir sckaJigus : I:
di luar jalan (gedung parkir), sedangkan parkir di mencatat kchmr masuk kClldaraan parkir dan ; Ii
jalan hallya untuk pemarkir yang tidak lama mencalat kendaraan-kcn.dar~a~ pClangg~rpafkir, ; IL
(sebentar/jangka pendek). Kara~teristik-karakteristik • merencanakan lokasl-loKaSI parklf; dan;:
dasar yang mengindikasikan kondisi-kondisi tersebut . gun fasiiitas baik di : I'..·
mengendaJjkan~l.ya, n~embll~1
di atas adalah : jalan maupun dlluar Jalnn ( .edung);. ; Ii.
.• menetapkan besamya pungu an parkir, . i
• Tingginya angka pergantian dan tingkat .• koordinasi dengan instan~i kepoIisian guna '!i
pcmakaian ruang parkir pada batas waktu yang pcnegakan hukum termasuk penindakan terhadap ; 1
ada. setiap kendaraan yang parkir tidak terahtr ; I',
• Angka pcrgantian parkh rendah dan tingkat
pemakaian tinggi di sekitar daerah yang. tidak
(semb~ra~gan), ., .. Ii·
• koordmasl dan alas blmbt 19an tangsung oleh : Ii·
diterapkan batas waktu. . inslansi yang bcrgcrak dibi ang lalu Hntas dan :!,
• Banyak kendaraan berlalu lalang untuk meneari
mang parkir.
angkutan jalall. • Ii·
: Ii
• Parkir ganda. · Ii

~ !i.
· I·

· I:
i~
, Ii
: Ii
·: iI)
~ ,
I:
i:~i
; !
120 ;i
i'
11
: 1"1
"
: j> " .
1! :
Parkir kendaraan bermotor di jalan

Ttllud]2." : Lebar Minimal jill an Lokal Primer Sat" Arah untuk Parklr pada Badan Jatan

10,9
12,3
60 3 6 13,4
90 3 6 14,3

Tabel12.5 : Lebar Mlnimaljalan Lokal Sekunder Sat" Arah untuk Parklr pada Badan Jalan

0 2,5 5,3 5 7,8


30 2,5 7,4 5 9,9
45 2,5 8,8 5 11,3
60 2,5 9,9 5 13,4
90 2,5 10,8 5 13,3

Tabel12.6: Lebar Minimal jalan Lokal Kolektor Satu Arah untuk Parkir pad a Badan Jalan

..";.

0
30
45
60 3,5 7
90 3,5 7

121
XIII. SARANA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM

Indikator kualitas pelayanan angkutan umum


K ebutuhan angkutan
diperlukan khususnya
umum sangat
di wilayah
perkotaan, hal ini dikarenakan penduduk di
khususnya di wilayah kota berdasarkan
standard dari hasil penelitian sebagaimana
wilayah perkotaan umumnya sangat padat disajikan pada tabel berikut.
sehingga mempunyai mobilitas hidup yang
tinggi dalam kegiatannya sehari-hari, Tabel 13.1 " 1ndikator Kualitas Pelayanan
Padatnya pergerakan orang sebagaimana Angkutan Umum
tersebut di atas tentunya rnembutuhkan ang-
kutan yang memadai agar dapat memudahkan
dan atau membantu metnperlancar pergerakan t. Waktu Menunggu
orang di wilayah kota dari tempat asal ke tempat - rata-rata 5-lOmnt
tujuan tanpa adanya hambatan. Untuk itu -maksimum 10-20 mnt
sangatlah penting di wiJayah perkotaan untuk 1. Jarakjalan kaki ke shelter
dilayani oleh angkutan umum. - wilayahpadat 300-500m
500-IOOOm
Alasan Pokok Orang Melakukan Perjalanan 3. Jumlah Pergantlan moda
- rata-rata 0-1 kali
Alasan pokok mengapa orang melakukan -maksimum 2 kati
perjalanan antara lain: 4. Waktu Perjalanan Bus
• pergi untuk kerja - rata-rata 1-1,5jam
-rnaksimum 2-3 .
• keperluan berangkat kesekolah
• kepasar untuk berbelanja 5. Kecepatan perjalanan bus
- daerahpadat & mix traffic 10-12 km/j
• rekreasi 15,-18km/j
- denganlajur khusus bus
• alasan sosial - daerah 25 km/j
• dan lain sebagainya 6. Biaya
- dari 10 %
Ciri-ciri Angkutan Umum

Frekwensl, adalah jumlah perjalanan Aspek-aspek Angkutao Umum


kendaraan dalam satuan waktu tertentu, yang
dapat diidentifikasikan sebagai frekwensi tinggi Metode Pemberangkatan
atau frekwensi rendah. Frekwensi tinggi berarti
Terdapat 4 (empat) metode dasar pem-
banyak perjalan an dalam periode waktu berangkatan yang umum dan dapat dipakai
tertentu, secara relatif frekwensi rendah .berarti dalam pelayanan angkutan umum yaitu :
sedikit pcrjalanan selama waktu priode tertentu.
Frekwensi, diartikan juga sebagai suatu segi dari
• Pemberangkatan berjadwal
tiap moda angkutan umum yang penting untuk
• Pemberangkatan yang diatur
pcnumpang dan mempcngaruhi moda mana
• Pemberangkatan yang tidak diatur
yang ditetapkan untuk dipakai.
• Berdasarkan panggilan.
Headway adalah selang waktu yang diperlukan
Kemampuan Uotuk Mencapai Tujuao
antara kcndaraan yang satu dengan yang
(Accessibilitas)
lainnya yang menyusul dibelakangnya. '
Pelayanan angkutan umum yang baik adalah
pelayanan angkutan yang mampu masuk
Waktu Tunggu, adalah waktu yang diperlukan
Imenuju ke tempat tujuan dimana penumpang
bagi calon pcnumpang untuk rnenunggu
memulai dan mengakhiri pcrjalanan, dimana
kendaraan yang meicwati suatu jalan, dimana
hal ini tergantung dari kwalitas jalan dan
waktu tunggu ini dapat diartikan separuh (0,5)
kebutuhan penumpang.
dari frekwensi.

123
. I
. I;

Dal)at Diandalkan
I
Trayck Langsung.; mempunyai jadwal tetap
sesuai jam perjalanan pada ka u pengawasan
Dalam pcngcrtian ini angkutan umum yang dengan pelayanan secara teru -menerus yang
dapat diandalkan adalah yang dapat melayani bcrhenti pada tempat-tempat l ntuk menaikan
penumpang sewaktu-waktu / kapan saja dan menurunkan penumpan yang telah
angkutan umum tersebut dibutuhkan selalu ditetapkan untuk angkutan perk taan, trayek ini
tersedia. melayani angkutan antar kawasan utama dengan
kawasan pendukung dan kawasan pemukiman
Jenls Pelayanan Angkutan umum dengan mobil bus, baik mobil bus ekonomi
maupun 110nekonomi. I
pelayanan angkutan umum diperkotaan meliputi
Persyaratan Angkutan umullli I .' .
• Angkutan dalam trayek tetap dan teratur
• Angkutan tidak dalam trayek Setiap kendaraan angkutan umum dalam trayek
tetap dan teratur hams memel~uhi persyaratan
Clrl-clrl Pelayanan Angkutan umum Dalam sebagai berikut : I
Trayek Tetap dan Teratur • mcncantumkan nama I~rusahaan dan
nomor urut kendaraan padalsisi kiri, kanan
Pelayanan angkutan umum dalam trayek tetap dan belakang kendaraan, i '
dan teratur di wilayah perkotaan pada urnumnya • memasang papan trayek yang memuat asal
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : dan tujuan sertajalan yang 1ilalui .
• jenis trayek yang dilayarii yang ditulis
Trayck Utama; mempunyai jadwal tetap yang secara jelas dengan huruf I balok, seperti
melayani angkutan antar kawasan utama, antara contoh pada . angkutan rHUS KOTA",
kawasan utarna dan pendukung dengan untuk angkutan jenis ~us dan. "
melakukan pcrjalanan ulang alik secara tetap ANGKUTAN KOTA" ull~uk jenis mobil
dan dilayani hanya oleh mobil bus baik untuk
pelayanan ekonomi maupun non ekonomi serta
pclayananya secara terus-rnenerus dan berhenti
contoh pada gambar 13.1 j
angkutan penumpang upmm. Seperti

• jati diri pcngemudi yang di ernpatkan pada


.
pada tempat-tcmpat untuk mcnaikkan dan dashboard . Seperti contol pada gambar
menurunkan orang yang telah ditetapkan untuk 13.1
angkutan kota. • dilengkapi kotak obat lengkap dengan
isinya I
Trayck Cabang ; Mempunyai jadwal tetap yang
melayani kawasan pendukung dan antara
i
Untuk angkutan umum yang melayani trayek
kawasan pcndukung dan pemukiman yang . dalam kota dibolehkan mcmesang papan
dilayani hanya oleh mobil bus baik untuk reklame selama tidak mcngg~nggu identita.s
pelayanan ekonomi maupun pelayanan non kendaraan dan harus memen~hi persyaratan
ekonomi dengan pelayanan yang terus-menerus peraturan perundang undangan yang bcrlaku.
dan berhenti pada tempat-tempat untuk
menaikkan dan menurunkan orang yang telah
ditetapkan untuk angkutan kota.
Setlap pengemudi angkutan umum yang
melayani trayek dalam ko a diwajibkan
I
I

memakai pakaian seragam yqng dilengkapi


Trayck Ranting ; Tidak mempunyai jadwal dengan identitas perusahaan ~erta memakai
yang tetap yang melayani angkutan dalam kartu pengenal yang dikcluarkan olch
wilayah pemukiman yang dilayani oleh mobil perusahaan. I
bus atau mobil pcnumpang dcngan pelayanan
angkutan yang terus menerns, berhenti pada
tempat-tcmpat untuk menaikkan dan
. I
Jcnis Angkutun Tidak dalam ~rayek
menurunkan orang yang ditetapkan untuk
angkutan kota. Angkutan umum tidak dalam tratek meliputi
. .
[-

• pengangkutan dengan meng nakan taksi

124
• pengankutan dengan cara sewa • Melampaui Wilayah Administratif KOOya
• pengangkutan untuk keperJuan pariwisata Dati II atau DKI Jakarta dalam bal
kebutuhan jasa angkutan taksi makin
ANGKUTAN TAKSI meningkat, perkembangan wilayah per-
kotaan dan tersedianya prasarana jalan
Cirl~irl Pelayanan Angkutan Taksi sehingga wilayah operasi taksi dapat
rnelampaui wilayah Administratif KOOya
• tidak berjadwal Dati II dalam satu propinsi yang ditetapkan
• dilayani oleh mobil penomang yang oleh Gubemur Daerah Tingkat I dan
dUengkapi dengan argometer apabiJa lebih dari satu propinsi atau wilayah
• peJayanannya dari pintu ke pintu DKI Jakarta, ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat.
Persyaratan Pengangkutan dengan
menggunakan taksl ANGKUTAN SEWA

PenyeJenggaraan angkutan taksi dilakukan Penyelenggaraan angkutan dengan cara sewa,


dengan mobil' penumpang yang diberi tanda dilakukan dengan menggunakan· mobil
khusus serta dilengkapi dengan argometer, dan penumpang yang pengoperasiannya didasarkan
persyaratan yang hams dipenuhi oleh kendaraan atas perjanjian sewa atau borongan.
taksi adalah sebagai berikut :

.• tanda TAKSI ditempatkan di atas atap Ciri-ciri pelayanan angkutan orang dcngan
bagian luar kendaraan dan hams menyala cara sewa
apabiJa taksi dalam keadaan kosong dan
padam apabiJa argometer dihidupkan. • pelayanan dari pintu kepintu dalam wilayah
• tulisan AC pada kaca depan dan belakang operasi yang tidak terbatas.
sebelah kiri • dilayani dengan mobil penumpang yang
• logo dan nama perusahaan yang diJengkapi dengan tanda khusus
.ditempatkan pada pintu depan • penyewaan dilaksanakan baik dengan
• lampu bahaya berwarna kuning rnaupun tanpa pengemudi
• jati did pengemudi • tidak berjadwal
• radio komunikasi
• kotak obat lengkap dengan isinya
• keterangan tentang biaya awal Pcrsyaratan Angkutan Orang dengan Cara
• nomor urut taksi Sewa
• membawa daftar penyesuaian tarif apabila
terjadi perubahan tarif dan argometer belurn Kendaraan sewa hams memenuhi persyaratan
disesuaikan. sebagai berikut :

.Pada taksi dapat dipasang papan reklame yang • tanda nomor kendaraan khusus untuk sewa
dipasang membujur di alas atap kendaran • jati diri pengemudi apabila penyewaan
dengan tidak mengganggu identitas kendaraan dengan pengemudi
dengan ukuran tinggi 350 mm . dan panjang
kebelakang 500 mm dan tebal maksimum
bagian belakang 100 mm dan terlihat jelas pada Wilayah Operasi
malam hari. Seperti contoh pada gambar 13.1.
WiIayah operasi angkutan sewa tidak dibatasi
Wilayah Operasl dengan batas wilayah administratif.

wilayah operasi taksi meliputi

• Wilayah Administratif Kodya Dati II


atau WiJayah Administratif DKI Jakarta.

125
ANGKUTAN PARIWISATA • pakaian seragam yang dilengkani dengan
identitas perusahaan
Penyelenggaraan angkutan pariwisata dilakukan
dengan mcnggunakan mobil bus. Wilayah Operasl

Clrl-clrl PclayananAngkutan Parlwlsata Wilayah operasi angkutan


dari dan ke tcmpat tujuan
• khusus mengangkut wisatawan dibatasi oleh wilayah
• pelayanan pengangkutan dari dan ke daerah
tujuan wisata Kritcria Penetapan Jenls
• dilayani dengan mobil bus
• tidak diwajibkan memasuki terminal Hal-hal yang perlu di dalam
penetapan jenis angkutan yang digunakan ,
Persyaratan Angkutan Parlwlsara adalah:

• label dan stiker yang bertuliskan • tingkat permintaan


"PARIWISATA" yang diletakkan secara • kondisi fisik prasarana
pcrmanen • jenis trayek
• logo perusahaan, nama perusahaan dan • jenis pelayanan
nomor urut kendaraan
• tulisan "BUS PARlWISATA" diletakkan Untuk menentukan jenis berdasarkan
secara permancn pada dinding kiri dan ukuran kota dapat pada tabel 13.1
kanan mobil bus.
• tanda jati diri pengemudi

Tabel13.2 Penetapan Jenis Angkutan Berdasarkan Ukuran Kola

Cabang Bus Scdang Bus Sedang/Bus


Kecil
Ranting Bus Kccil

]26
KARTU PENGENAL PENGEMUDI
PT. ADITIA
JI : ." "., ~ , ,Kota, Kolle Pos" .

NAMA

NO. SIM

NIP

BERLAKUsid

Tanda Tangan Stempel dan


Tanda Tangan

Pengemudi Direkfur Operasi

Tanda Jati Diri Pengemudi .

"D~ 61u_· __II_u_


~
8~~~~A -I 0 00
~

I .t
I
"
Contoh Bus Kota

PAPAN REKL\ME

Contoh Taksi dengan iklan

Gambar 13.1: Tanda Jati diri Pengemudi, Bus kola dan Taksi

127
XIV. KELENGKAPAN, PERSYARATAN TEKNIS DAN
KELAIKAN JALAN SERTA PENGUJIAN
KENDARAAN BERMOTOR

n· alam setiap pengoperasian kendaraan


bermotor di jalan harus senantiasa dijaga
kelengkapan dan kelaikan kendaraan bermotor,
. 11.emisi gas buang,
12. kaca depan dan samping yang aman (safety
glass),
baik berupa kendaraan angkutan umum maupun 13.alat pengukur kecepatan (spedometer),
kendaraan pribadi. Kelaikan kendaraan 14.sabuk keselamatan dan perlengkapan serta
bermotor dalam hal ini berarti siap dioperasikan peralatan lain yang diperlukan.
di jalan raya dengan segala kelengkapannya,
baik kelengkapan administrasi maupun Setiap kendaraan bermotor kecuali sepeda
kelengkapan secara teknis (fisik kendaraan) motor tanpa kereta samping, dalam
tanpa ada gangguan ataupun hambatan. pengoperasiannya hams dilengkapi dengan :

Kelengkapan Administrasi • ban cadangan


• segitiga pengaman
Kelengkapan administrasi kendaraan bermotor • helm bagi kendaraan bermotor roda empat
meliputi : atau lebih yang tidak dilengkapi dengan
- surat izin mengemudi, rumah-rumah.
- surat tanda nomor kendaraan bermotor,
- sural tanda coba kendaraan bermotor, Khusus untuk sepeda motor baik dengan
- tanda nomor kendaraan bermotor dan, maupun tanpa kereta samping harus dilengkapi
- tanda coba kendaraan bermotor. dengan helm untuk Pengemudi· dan
- Buku uji kendaran bermotor. penumpangnya.

Kelengkapan Tcknis Helm

Kelengkapan teknis kenaraan bermotor Helm adalah bagian dari perlengkapan


meliputi: kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung
kepaJa yang berfungsi melindungi kepala
1. sistem rem, pemakainya apabiJa terjadi benturan. Helm
2. sistem kemudi, dimaksud terdiri dari bagian-bagian yang
3. posisi roda depan, meliputi; tempurung bagian luar, pelindung
4. badan dan kcrangka kendaraan yang kokoh, muka, lapisan pelindung bagian dalam, lapisan
5. alat muat penumpang yang senantiasa bersih pengaman, tali pemegang, tutup dagu,
bagi kendaraan penumpang dan alat muat pelindung mala, lubang ventilasi, lubang
barang bagi kendaraan angkutan barang pendengaran.
yang memenuhi syarat untuk mengangkut
barang, Bahan helm hams memenuhi ketentuan sebagai
6. klakson, berikut:
7. lampu-Iampu penerangan depan dan
belakang, 1. Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan
8. Penghapus kaca depan bagi kendaraan roda Iogam, tidak berubah jika ditempatkan
empat, diruang terbuka pada suhu 0 - 55 derajad
9. kaca spion, Celsius selama paling sedikit 4 jam dan
10. sistem roda dan ban hidup, tidak terpengaruh oleh radiasi ultraviolet,
serta harus tahan dari akibat pengaruh

129
bensin, minyak, sabun air, diterjen dan PERSYARATAN TEKNIS DA~
I
pembersih lainnya. KELAIKAN KENJ)ARAAN BJ£RMOTOR .
2. Bahan pelengkap helm hams tahan lapuk, I
tahan air dan tidak dapat terpengaruh oleh Kebcradaan kendaraan berrnotor di jala.n tida.k
pcrubahan tempcratur. hanya dilihat sebagai suatu hasll produksi dari
3. Bahan-bahan yang kontak dcngan tubuh industrl kcndaraan bcrmotor, tetapi hcndaknya
tidak bolch terbuat dari bahan yang dapat kendaraan bermotor terscbut difandang secara
menyebabkan iritasi atau penyakit pada Jebih luas dan lebih proporsional menurut
kulit, dan tidak mengurangi kekuatan fungsi, sehingga dengan demikian kendaraan
tcrhadap benturan maupun perubahan fisik bermotor dapat diPan.dang SCbagti hasil industri.
sebagai akibat dari kontak langsung dengan atau sebagai benda/barang yang kondisi
keringat, minyak dan lemak si pemakai. teknisnya harus dijaga sen ntiasa dalam
keadaan laikjalan dan lain sebagainya.
Scgitiga Pengaman . I
KELAIKAN JALAN KENDArtAAN
Segitiga pengaman sebagaimana dimaksud BERMOTOR !
dapat dipergunakan pada waktu kendaraan
berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di Persyaratan teknis kendaraan be~lllotor meliputi
jalan, untuk memberi peringatan pada pcrsyaratan tentang susunan, perrlatan, perleng-
kendaraan yang datang dari arah depan dan kapan , ukuran , bentuk, karo~~ri, pemuatan,
atau belakang. Segitiga pengaman sebagaimana rancangan teknis kendaraan sesuai dengan
dimaksud harus memenuhi persyaratan sebagai peruntukannya, emisi gas huang, penggunaan,
berikut: pcnggandengan dan penempelan kendaraan
bermotor. I
1. Berupa pelat segitiga sama sisi yang dibuat
dari bahan yang tidak mudah berkarat, Untuk mempertahankan kCbera~aan kendaraan
dengan panjang sisi sekurang-kurangnya bermotor agar senantiasa laik j~lan agar aman
0,40 meter dengan tepi berwarna merah dan dan nyaman untuk dioperasikan maka setiap
lebar tidak kurang dad 0,05 meier dengan . kendaran bermotor yang bcroIf.rasi di jalan
bagian dalam berlubang, wajib diperiksa, yang dimaksud dengan laik
2. Warna merah sebagaimana dimaksud di alas jalan adalah persyaratan minlimulll kondisi
dapat memantulkan cahaya pada waktu suatu kendaran yang hams dipeuuhi agar agar
terkena sinar lampu, terjaminnya keselamatan d~n mencegah
3. Pada waktu ditcmpatkan diatas permukaan terjadinya pcncemaran udara ~an kebisingan
jalan posisi melintang jalan dengan sudut lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan,
mcruncing mcnghadap kc alas dan warna Ada tiga hal pokok yang !mcmpengaruhi
menghadap arah lalu Iintas. kelaikan jalan kendaraan ~rmotor, . yaitu
manusia, prasarana dan. arana. Agar
Ban Cadangan penggunaan kendaraan bermot r dapat dapat
dipertahankan dalarn keadaan la k, maka ketiga
Ban cadangan yang dimaksudkan dalam hal ini faktor utama terscbut hams selalu : dalam
adalah digunakan untuk mengganti ban keadaan laik atau handal, art nya prasarana
terpasang bila sewaktu-waktu mengalami (jalan, jembatan dan kelengkapannY8) hams
kerusakan (bocor/mcletus mendadak). Ban lnik Iintas, sarana (kendaraan' bermotornya)
cadangan sekurang-kurangnya rnemiliki hams laik jalan serta I manusianya
persyaratan bcntuk ban dengan kedalaman alur (pengemudinya) harus laik operar.
1,00· milimeter, dengan ukuran tekanan ban
sarna atau hampir sama dengan ban terpasang
sebcJumnya.
I
i

I
i
I
I
130 I
i
i
I
f
i
PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR Uji Berkala

Pengujian kendaraan bermotor adalah Setiap kendaraan bermotor jenis mobil bus,
serangkaian kegiatan menguji atau memeriksa mobil barang, kendaraan khusus, kereta
bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan serta kendaraan
gandengan, kereta tempelan dan kendaraan umum yang dioperasikan di jalan mempunyai
khusus dalam rangka pemenuhan terhadap kewajiban untuk melakukan uji berkala, yang
persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan berlaku selama kurun waktu 6 (enam) bulan.
bermotor. Pengujian kendaraan bermotor Akan tetapi khusus ketcntuan mengenai mulai
dilaksanakan dalam rangka : berlakunya kewajiban uji berkala dan masa
berlakunya uji berkala bagi kendaraan bermotor
~ memberikan jaminan keselamatan secara jenis sepeda motor dan mobil penumpang akan
teknis terhadap penggunaan kendaraan dilaksanakan secara bertahap dan diatur iebih
bermotor di jalan. lanjut dalam peraturan pemerintah tersendiri.
• melestarikan Iingkungan dari kemungkinan Pengujian berkala sebagaimana dimaksud diatas
pencemaran yang di akibatkan oleh dilaksanakan oleh tenaga penguji yang memiliki
penggunaan kendaraan berrnotor di jalan. klasifikasi teknis tertentu, yang dikelompokkan
• memberikan pelayanan umum kepada berdasarkan tingkat keahlian, wewenang dan
masyarakat. tanggungjawab secara berjenjang.

Dalam pelaksanaannya pengujian kendaraan Persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh
bermotor terdiri dari dua jenis yaitu uji tipe dan tenaga penguji meliputi :
atau uji berkala dan pelaksanaannya merupakan
tanggungjawab Pemerintah. Pengujian 1. pegawai negri sipil dengan golongan
sebagaimana dimaksud di atas harus dilakukan minimum Illb.
oleh tenaga tenaga penguji yang memiliki 2. mempunyai ijazah sekolah teknik tingkat
kualifikasi teknis yang diperoleh setelah menengah (STM) jurusan mesin atau
mengikuti pendidikan dan pelatihan penguji pendidikan lain yang sederajat atau lebih
kcndaraan bermotor yang ditandai dengan tinggi dalam bidang kendaraan bermotor
pemberian sertifikat dan tanda kualifikasi teknis atau yang disamakan.
oleh Menteri yang senantiasa dikenakan tanda 3. usia minimum 21 tahun
kualifikasi teknis tersebut saat menjalankan 4. sehatjasmani dan rohani
tugas pengujian dan berlaku untuk seluruh 5. berkelakuan baik
Indonesia. 6. memiliki SIM B
7. mampu melaksanakan kegiatan
Uji Tipe administrasi PKB.
8. lulus diklat ·PKBatau yang disarnakan
Setiap kendaraan bermotor, kereta ganderigan, 9. disumpah sebagai penguji .
kereta tempelan dan kendaraan khusus, sebelum
diselujui untuk diimport atau diproduksi dan Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan
atau dirakit secara massal, wajib dilakukan uji dan kereta tempelan yang telah dinyatakan lulus
tipe, yang dapat berupa uji landasan kendaraan uji berkala, diberikan tanda bukti Iulus uji
bermotor maupun kendaraan bermotor dalam berupa buku clan tanda uji berkala yang berlaku
keadaan lengkap dan ditandai dengan diseluruh wiIayah Indonesia.
pemberian sertifikatlsurat tanda lulus uji tipe. Buku uji berkala sebagaimana dimaksud di atas
Kendaraan bermotor yang hanya dibuat atau sekurang-kurangnya berisi data mengenai :
dirakit dan atau diimport dalam jumlah
sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) unit untuk 1. nomor uji kendaraan,
setiap tipe, dibebaskan dari kewajiban uji tipe. 2. nama pemilik,
3. alamat pemilik,
4. merek/tipe,
5. jenis,
6. tahun pembuatan/perakitan,

131
I
7. isi silinder, 5. bangunan gedung administrasi I
8. daya motor penggerak, 6. pagar
9. nomor rangka landasan kendaraan bermotor,. 7. fasilitas penunjang untnk umUi
to. nomor motor penggerak/mesin, 8. fasilitas Iistrik
11.berat kosong kendaraan, 9. lampu penerangan
12.jumlah berat yang diperbolehkan/jumlah 10.pompa dan mcnara air
berat kombinasi yang diperboJehkan untuk
mobil barang dan mobil bus; I ..
Sedangkan untuk tempat pelaksanaan UJI
13.jumlah berat yang diijinkan dan atau jumlah berkala yang bersifat tidak itctap hanya
berat kombinasi yang diijinkan untuk mobil diperbolehkan apabila di dalam ~uatu Daerah
barangdan mobil bus, Tingkat IItertentu ternyata : I .
14.konfigurasi sumbu roda,
15.ukuran ban teringan, • jumlah kendaraan wajib uji tclalif sedikit
16. kelas jalan terendah yang boleh dilalui, dibandingkan dcngan luas daerah yang
17. daya angkut, harus dilayani. I
18. masa bcrlakunya, • kondisi gcografi yang tidak memungkinkan
19.bahan bakar yang digunakan, kendaraan dari tcmpaHcmbat tertentu
20. kode wiJayah pengujian .: mencapai lokasi tcmpat pelj&ksanaan uji
berkala.
Pelaksanaan uji berkala kcndaraan bermotor
dimaksudkan untuk memberikan jaminan Pembangunan fasilitas dan peralat n uji berkala
keselamatan secara teknis terhadap penggunaan . kendaraan bermotor menjadi tanggung jawab
kcndaraan bermotor di jalan dengan . pemerintah yang dilakasanakan Qleh Direktur
melestarikan Iingkungan dari kemungkinan Jcnderal atau pcjabat .yang ditunj6k dan tidak
penccmaran yang diakibatkan oleh penggunaan . menu.tup kemungkina.n apabila I. Pemerintah .
kendaraan bermotor dan mcmberikan pelayanan Daerah Tingkat I mempunyai kemampuan
umum kepada masyarakat, untuk mernbangunnya asalkan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh KM 71 tahun
1993 tentang Pengujian Bcrkal~ Kendaraan
, Pclaksanaan Uji herkala
Lokasl bermotor dan dibawah koordin~si I
Direktur
.
Jenderal Perhubungan Darat. Pembangunan
Lokasi tempat pelaksanaan uji berkala dapat dilakukan secara bertahap pada dfcrah tingkat
merupakan lokasi yang bersifat tetap ataupun II yang didasarkan pada skala prioritas yang
tidak tetap, untuk lokasi tetap harus memenuhi dikaitkan dengan kondisi daerah tillgkat II yang
persyaratan scbagai berikut : bersangkutan, Penctapan ska~a prioritas
pcmbangunan terscbut dcnlan mem-
1. terletak pada dacrah yang mudah dijangkau pertimbangkan :
oieh pemilik kendaraan .
2. sesuai dengan rcncana umum tata ruang 1. jumlah kendaraan wajib uji pada dacrah
daerah tingkat II yang bersangkutan, I .
3. luas areal yang tcrscdia sesuai dcngan 2. luas wilayah tingkat II yang dil~yani
kebutuhan 3. kondisi geografi I
4. tidak mengganggu kelcstarian lingkungan 4. tersediany.a tanah yang dileta~k.an sebagai
lokasi . tempat pelaksanaan I uji berkala
fasiJitas yang harus disediakan pada pengujian kendaraan bermotor oleh Gu~rnur Kepala
kendaraan bermotor dengan lokasi tetap terdiri daerah Tingkat I yang bersallfutall sesuai
dari dengan kebutuhan . .

1. bangunan load kerja PKB Setelah dilakukan pengnjian da kendaraan


2. bangunan gcdung untuk generator set, tersebut dinyatakan tidak lulus1 uji, maka
kompresor dan gudang petugas penguji wajib memberita~ukan secara
3. [alan keluar masuk tertulis mengcnai perbaikan-perbaikan yang
4. Iapangan parkir I
I
I
132 I
Ii
1

I
harus dilakukan, waktu dan tempat dilakukan 7. menerbitkan dan mencabut tanda kualifikasi
pengujian ulang dan tidak dipungut biaya uji teknis tenaga penguji seluruh Indonesia.
lagi, Dalam hal hasil dari uji ulang tersebut 8. menyelenggarakan kursus .pengujian
tetap tidak lulus uji, maka pemilik kendaraan . kendaraan bermotor.
tidak diberi kesempatan uji ulang kembaU dan 9. menyelenggarakan ujian kualifikasi tenaga
untuk pengujian berikutnya diperlakukan penguji
sebagai pemohon baru. Apabila pemilik atau 10.menetapkan jumlah dan persyaratan teknis
pemegang kendaraan tidak menyetujui fasilitas dan peralatan pengujian kendaran
keputusan penguji, maka dapat mengajukan bermotor.
permohonan keberatan secara tertulis kepada
pimpinan petugas penguji yang bersangkutan. Kepala Kantor Wilayah Departemen
Perhubungan melakukan kegiatan pengawasan
Peralatan Pcngujian Kendaraan Bermotor teknis terhadap pelaksanaan uji berkala
kendaraan bermotor pada daerah propinsi yang
Peralatan uji berkala kendaraan bermotor dapat bersangkutan dilakukan berdasarkan pedoman
berupa: teknis berdasarkan pedoman yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
I. peralatan pcngujian lengkap, yang dipasang Kegiatan pengawasan teknis yang dimaksud
dan digunakan pada lokasi tempat meliputi mengawasi, mengarahkan dan
pengujian bersifat tetap dengan jumlah mengambil tindakan korektif terhadap
kendaraan wajib uji pada suatu Dati II pelaksanaan uji berkala kendaraan bermotor
sebanyak 4.000 unit atau lebih. pada daerah propinsi yang bersangkutan.
2. peralatan pengujian dasar, yang dipasang
dan digunakan pada lokasi tempat
pengujian yang bersifat tetap dengan PEMERIKSAAN KENDARAAN
jumlah kendaraan wajib uji pada daerah BERMOTOR DI JALAN
Dati II kurang dari 4.000 unit.
3. peralatan pengujian keliling digunakan Dalam hal pemeriksaan dan penyidikan
pada lokasi pada lokasi tempat pengujian pelanggaran di bidang LLAJ, tidak disertai
yang bersifat tidak tetap pada suatu Dati II dengan penyitaan kendaraan bermotor atau
yang memenuhi ketentuan sebagaimana surat tanda nomor kendaraan bermotor kecuali :
disebutkan dalam lokasi pelaksanaan uji
berkala di alas. a. kendaraan bermotor diduga berasal dari
hasil tindak pidana atau digunakan untuk
Pembinaan dan Pengawasan Uji Berkala melaksanakan tindak pidana.
b. pelanggaran lalu lintas tersebut
Pembinaan dan pengawasan teknis terhadap mengakibatkan meninggalnya orang.
pelaksanaan uji berkala kendaraan bermotor c. pengemudi tidak dapat menunjukkan buku
dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan lulus uji.
Darat yang meliputi kegiatan sebagai berikut : d. pengemudi tidak dapat menunjukkan
STNK.
I. menetapkan kcbijaksanaan pelaksanaan e. pengemudi tidak dapat menunjukkan SIM.
2. menetapkan persyaratan teknis pelaksanaan
3. memberikan pctunjuk dan bimbingan Selain penyidik Polri, Penyidik. Pegawai
4. mengawasi, mengarahkan dan mengambil Nengeri Sipil (PPNS) dilingkungan Departemen
tindakan .koreksi terhadap pelaksanaan uji yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
berkala kendaraan bermotor . meliputi pembinaan dibidang lalu lintas dan
5. menyelenggarakan pertemuan penguji angkutan jalan, diberi wewenang khusus
seluruh Indonesia secara berkala sekali sebagai penyidik yaitu :
dalam setahun.
6. menetapkan jumlah dan kualifikasl teknis a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
tenaga penguji keterangan berkenaan dengan pemenuhan
persyaratan teknis dan laikjatan.

133
[; .\1,
I~:
u !!
.. ;ll ,
it.1 '\\
"I!
I'
'1
II
Ii i
""
b. melarang atau menunda pengoperasian I! "II
II
Ii :
J!
q
kcndaraan bermotor yang tidak memenuhi }\
:1
persyaratan teknis dan Jaikjalan. !i ,
Ii :ji
'n
c. meminta keterangan dan barang bukti dari IiI' :11 :
l!
pengemudi, pemilik kcndaraan atau l
" ii
jl
pengusaha angkutan umum sehubungan Ii i!
dengan tindak pidana yang menyangkut Ii1\
persyaratan teknis dan laik jalan. Wewenang Polisi Negara Repub ik Indonesia I'ii
d. melakukan penyitaan tanda uji kendaraan. datam melaksanaan pemeriksaan kendaraan "

, IiIi II f:r,
e. melakukan pemeriksaan terhadap perizinan bermotor di jalan adalah sebagai tkrikut : , . :l!

II :!\
angkutan umum di terminal,
f. melakukan pemeriksaan terhadap berat
kendaraan beserta muatannya.
g. membuat dan menandatangani berita acara
a. menghentikan kendaraan bermotor
b. meminta keterangan kepada Jiengemudi
c. melakukan ,pcmeriksaan I
adminstrasi ,
Ii'
1\'
1\,

.H
11
li"
j:

"
I
f

pemeriksaan. kendaraan dan pengemudi, .1 .


i:
II
II
:

,
: ,IIl\
Ruang Llngkup Pcmerlksaan Wewenang Pengawai Negeri Sipil dalam : r: I'! I,
melaksanakan perneriksaan kendaraan bermotor d
Pemcriksaan kendaraa bcrmotor dijalan diJengkapi 'dcngan peralaran I pemcriksaan
Ii IIiI i~
I"
dilakukan oleh : dijalan adalah sebagai berikut : I ;
, Ii:
fr;., ",\
II
H
"

I , ' 'il ~
a. Polisi Ncgara Repuplik Indonesia yang a. mclakukan pemerlksaan tcrhadap lamia , Ii, 'I!! ~
i'
melakukan pemeriksaan terhadap buku uji. I
;i
:j
.;1
'; r,
kelengakapan administmsi kendaraan dan b. melakukan perneriksaan t~rhadap fisik'
Ii,, !I
q
l~
pengemudi seperti: kendaraan. !i
, 1;-
!i
• Surat Izin Mengemudi I'
I' ,

• Surat Tanda Nomor Kendaraan Pelaksanann Pemeriksann ;


Ii , "11
Bermotor 11

• Sural Tanda Coba Kendaraan . Alasan dilakukan' pemcriksa~n terhadap' I:p ii


: "n
Bermotor pelaksanaan pemeriksaan kendaraan bcrmotor ,!
)"
'il II
I
0:

• Tanda Nomor Kendaran Bermotor di jalan adalah sebagai berikut : ~ , : ii , I!~


'a. angka pelanggaran dan k elakaan lalu I!II . \
~
• Tanda Coba Kendaraan Bermotor ,I il
b. Pegawai Negeri Sipil yang memiliki lintas dijalan dan' angka k ~ahatan .yang : I, 11
;1

klasifikasi tertentu dibidang lalu lintas dan menyangkut kendaraan bermotor cenderung . I: II i1
.uII
meningkat, ,' "
angkutan yang mclakukan pemeriksaan I: •
terhadap tanda lulus uji dan pemeriksaan . b. angka" kecelakaan lalu lintas dijalan
cenderung meningkat yang disebabkan Iii
II\I. :
fisik kendaraan bcrmotor. , n
kondisi kendaraan yang tidfk memenuhl 11 ilu
Persyara(an Pemcl'iksa persyaratan teknis dan laik j tan jumlah '. II u
r
I

kendaraan yang tidak memenuhi :!i ,


persyaratan teknis dan laik jalan cenderung
Ii '\
Persyaratan pemeriksa kendaraan bermotor ;!

men~~gkat dan tingkat. ikctidaktaatan Ii ji


dijalan adalah scbagai bcrikut : : 'ii
pemilik cenderung meningkat untuk Ii j!

a. setiap anggota Polri yang ditunjuk oleh' melakukan pengujian kendarh1an bennotor' , Ii !I ~
: ;i '\I
Kapolri dengan surat lugas. pada waktunya. : ; , jI
II -
b, pengawai negri sipil yang memiliki ' . I i
r
i I
!I
ii

persyaratan teknis yang sekurang- : II


"!i •
kurangnya bcrpangkat Pengatur Muda , Ketentuan pcmeriksaan, I ., , Ii:
I'
!i
II
;\

Tingkat I (golongan nib), mellleiliki , t', ~


~i
: Kctentuan-ketentuan pemerjks~an dalam,
kuaIifikasi penguji dan .mempunyaj
melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di
: rI! n'i
.
pengalaman kerja minimal 2 tahun , \\
jalan adalah scbagai bcrikut : t , Ii
dibidang lalu Iinlas dan angkulanjalan. dan I'
~i
;1
\ ',\
I; 1!
1
r °U
\
ii
'

I !:
ii
I
i',
',I

134
"

i 11
'1 ,
:i;l:

:li
ji
\ : ~t
i!
Ii
.1
";;
li

"
;[
a. jangka waktu pemeriksaan dilakukan 2. Peralatan pendukung
paling lama 21 hari, a. air compressor
b. pemeriksaan dijalan dilakukan dengan eara b. generator set
yang tidak mengganggu keselamatan,
ketertiban dan kelanearan lalu lintas. 3. Kendaraan pengangkut peralatan pemerik-
e. lokasi pemeriksaan harus dilengkapi saan
dengan tanda-tanda/rambu-rambu yang
berukuran panjang 70 em, lebar 50 em yang
dipasang pada liang penyangga dengan
tinggi secara keseluruhan 1,50 meter yang
ditempatkan pada jarak sekurang-
kurangnya 100 meter sebelum dan sesudah
lokasi pemeriksaan , menghadap arah lalu
lintas, dan apabila dilakukan pemeriksaan
pada matam hari harus diJengkapi pula
lampu isyarat bercahaya kuning terang,
d. pemeriksaan harus diJengkapi dengan surat
tugas dan wijib menggunakan peralatan
perneriksaan serta berpakaian seragan
beserta atribut yang jelas, tanda-tanda
khusus sebagai petugas pemeriksa dan
perlengkapan pemeriksaan.
e. pelaksanaan pemeriksaan dijalan harus
dilakukan secara gabungan yang terdiri dari
pemeriksa Polri dan PPNS.

Peralatan Pemeriksaan

Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan yang


dilakukan dalam rangka pemenuhan
persyaratan teknis dan laik jalan tersebut, wajib
menggunakan peralatan pemeriksaan sesuai
dengan objek yang akan dipriksa.

Jenis peralatan pemeriksaan kendaraan


bermotor dijalan, terdiri dari :

1. Pemeriksaan uji kendaran bermotor :


a. brake tester
b. axle load meter
c. side slip tester
d. CO-HC tester
e. diesel smoke tester
f. head light tester
g. noise tester
h. speedometer tester
i. peralatan uji Jainnya :
1) alat pengukur dimensi
2) lampu sinar ultra violet
3) polaroid
4) jangka sorong

135
xv. KONSEP PERENCANAAN JARINGAN
TRANSPORTASIJALAN

T ransportasi jalan diselenggarakan dengan


tujuan untuk mewujudkan lalu Iintas dan
angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat,


rencana kebutuhan lokasi simpul.
rencana kebutuhan mang lalu lintas,

lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, Rencana umum jaringan transportasi jalan
mampu memadukan moda transportasi lainnya mernpakan pedoman dalam penyusunan rencana
menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, umum dan perwujudan unsur-unsur jaringan
untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan transportasi jalan, meliputi ':
stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan nasional dengan biaya • simpul berupa terminal transportasi jalan,
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. terminal angkutan sungai dan danau,
stasiun kereta api, pelabuhan penyebe-
Atas dasar hal tersebut di atas, maka perlu rangan, pelabuhan laut dan bandar udara.
diwujudkan suatu sistim jaringan transportasi • mang kegiatan berupa kawasan
jaJan guna mewujudkan lalu lintas dan angkutan pemukiman, industri, pertambangan, per-
jalan yang terpadu dengan moda transportasi tanian, kehutanan, perkantoran, perdagang-
lain dengan memperhatikan seluruh aspek an, pariwisata dan sebagainya,
kehidupan masyarakat, yang didasarkan pada • , mang lalu lintas berupa jalan, jembatan
kebutuhan transportasi, fungsi, peranan, atau lintas penyeberangan.
kapasitas lain lintas dan kelas jalan,
.Rencana umum jaringan transporta:si jalan
PENGERTIAN JARINGAN primer maupun sekunder ditetapkan dengan
TRANSPORTASI JALAN Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat
Menteri terkait dan atau Gubemur Kepala
Jaringan tranportasi jalan adalah serangkaian Daerah Tingkat I yang bersangkutan.
simpul dan latau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga Kaitan antara jaringan jalan sangat erat dengan
membentuk satu kcsatuan sistem jaringan untuk tata guna laban. Oleh karena itu jaringan yang
keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan baik . sangat mempengaruhi mobilitas dan
angkutan jalan .. aksesibilitas pergerakan di dalam jaringan
tersebut.
Jaringan transportasi jalan diwujudkan dengan
menetapkan rencana umum jaringan Untuk mempermudah mengenal jaringan rnaka
transportasi jalan, meliputi : ruas-ruas ataupun simpul-simpul diberi nomor
atau nama tertentu. Penomoran /penamaan
• rencana umum jaringan transportasi primer ditakukan sedemikian rupa sehingga dapat
• rencana umum jaringan transportasi dengan mudah dikenal dalam bentuk model
sekundcr jaringan jalan.

rencana umum tersebut memuat hal-hak sebagai Pendekatan yang biasanya digunakan untuk
berikut: perencanaan janngan adalah pendekatan
ekonomis, sosial, budaya dan . pertahanan
• rencana lokasi ruang kegiatan yang hams keamanan nasional serta tidak boleh rnelupakan
dihubungkan oleh ruang lalu lintas. hambatan phisisk yang mungkin ditemui.
• prakiraan perpindahan orang dan atau
barang menurut asal dan tujuanperjalanan,
• arah dan kebijaksanaan peranan Model jaringan jalan merupakan penye-
transportasi di jalan dalam keseluruhan derhanaan dari model ekonis jaringan jalan
moda transportasi. yang ada. Model ini dapat disederhanakan

137
,
Ii II

I,
I- :11
II
i ,
iI
II
:

• Ii
berbentuk ruas-ruas yang lurus, ataupun
.il I
PROSES PERENCANAAN JARINGAN I: ':1
mengikuti keadaan sebenarnya. Pada gambar n Iii I
berikut dapat dilihat model suatu jaringan yang TRANSPORT~SI.JALAN! .. . :
ir : -'I
\I
[
sederhana, Perencanaan jarmgan transportasi . jalan :
p
I· .~I
il ~
?,
merupakan suatu proses yang l~lenga.komodasi ;
I! If
f
f
IJata.·batas <laGrnhIln9kun9~n
interaksi antara k~giatan-~cgiatan . yang ,\ ~
1\
dilakukan pada masing-masing Itata guna lahan
dikawasan pemukiman, pernirgaan, i~dustri
ataupun pertanian. \ _
l
,
I:
IiL
t.
n"
,j!

II i
Proses perencanaan. jaringan trt' nsportasi jalan
sebagai bagian dari proses perencanaan
transportasi, dimulai dari pengi mpulan data di
lapangan sampai mengnasi kan jaringan
"
i:
"I"
Ii
, .,I;"
-""
iii
j'
!!
u

.iI'Ii .
I
t"
Jelenektpro. transportasi. Langkah-langkah perencanaan ; rr 'i
II j.

I
It.~ H
jaringanjalan ditunjukkan dalan] gambar 15.2. I:
Ii 'Ii ,I
....
\ IIi i'
IIII
I
r

Ii
':I
F
f
r
I'
---r-r-r' - r-rr-r-r-r- 'IIli t:
{
1-1- -1-1- ,
Ii ~
I- -- -_. -H-- ._ -i-
J"en·fe.lett 'ollt. I
1
I,
I.
'11
l!
f
I-
I- ./ :
--i-r' _... -i-I--

-_ ---1'-
· I; 'n j

-_ .. -
h,lan'jelen'lurl
- !Iil ~~
- - 1--1-- --
I
I
--
ij
'- -1-1--1- -1--1-- - -. -1- • "
- -- '--~~ -'---'-r Ii, "II"

trrr
:j

i :
.J!
'ii
--I '"11- -J ,jl
JdJ-H+-H
In"rchl~'
b~
-1+- I'
II
-.1
11
u i:
i, Ii 'I
.ii
Gambol' J 5. J a. Peta jaringan [alan dan model ,
jaringan jalan do/alii kota ;
I, IIII
, I'
t: :1':\
, 1',
, Ii
I II ~I

Ii I!
il
-,-,
'il
.jj

'1.
q
11
i!
(i
jj
Peta jarillK(l1l jolm, ,Ii pukn: M(lilllrn
I~

\1 · II"1\ ..
r:
'ii

II"r:
;

, .11
'i. ,"
i
:
· Ii !I!
IfI :11
! I,I: II
Gambol' 15. J b. Peta Jaringon jalan dan model
I, I!
, i:,
;
11
Jarlngan jalan antar kola · -j'
II

I, · Ii
: ~!

I: 'li
!I
Ii ·jl
L ,ll
:Ii
138 \ l!
Il1: iH
j:
I :ii
1,- it(
i;
,.
"
tit
t~:: :U
:H
Garis-garis Besar Haluan
Negara
Tatanan
philosophis .

SISTRANAS )

Kebijaksanaan dan strategi

Pertumbuhan ekonoml

Angkutan
Barang

Sarana yang
optimal
angkutan
pribadl

Gombar 15.2 ..Konsep Dasarl'erencanaan Jaringan Transportasi Jolon

139
KONSEP HIERARKI JALAN 1. Sistem jaringan jalan primer
2. Sistem jaringan jalan sekunder
Jalan mempunyai peranan penting tcrutama
yang menyangkut perwujudan perkembangan SistCR1Jaringan Jalan Prime,:
antar daerah yang seimbang dalam pemerataanb
hasil pembangunan serta pemantapan . per- Sistem jaringan jalan primer] adalah sistem
tahanan dan keamanan nasional dalam rangka jaringan jalan yangberperan ser.agai pelayanan
mewujudkan pembangunan nasional, Untuk jasa distribusi untuk pengcnlbangan semua
terpenuhinya peranan jalan maka Pemerintah wilayah ditingkat Nasional dengan simpul jasa
mempunyai hak dan kewajiban untuk membina distribusi yang kernudian berwu~ud kota, .
jalan, .
Sistcm Jarinu:an Sckundcr I
MacamJalan
Sistem jaringan jalan sekundet adalah sistem
a. Jolon Umum jaringan jalan yang be~ran sebagai
pelayanan jasa distribusi untukl masyarakat di
Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukan dalam kota.
bagi Ialu lintas umum,
Pengelompokan Jalan Menuru Peranan
h. Jaltm Khusus
1. Jalan Arterl
Jalan khusus adalah jalan selain dati jahm
umum (jalan yang tidak diperuntukkan bagi Jalan Arteri jalan yang melayani angkutan f:
lalu lintas umum). Contohnya : jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan I;i
• Jalan inspeksi pengairan jumlah [alan masuk dibatasi [eeara
efisien. \

i
• Jalan inspeksi saluran minyak atau gas
• Jalan perkebunan 2. Jalan Kolcktor . .
• Jalan pertambangan
• Jalan kehutanan Jalan Kolektor adalah jhlan ya~g me- r
[.
• Jalan kompleks bukan untuk umum layani angkutan pengur,PUlanJ pem-
• JaIn untuk keperluan pcrtahanan
eamanan Negara,

Ruas jalan khusus yang berdasarkan peraturan


dan bagian dcngan ciri-ciri pe!jalanan jarak
sedarig, kecepatan rata-ralf sedang dan
jumlah jalan masuk. !. If
!
I
perundang-undangan yang bcrlaku dan oleh 3. Jalan Lokal
I
pemiliknya dinyatakan terbnka untuk lalu
lintas umum, maka terhadap ruas jalan dan lalu Jalan lokal ada.lah jalan rang melayan.i
lintas tersebut berlaku peraturan perundang- angkntan setempat del~gan ciri-ciri
undangan tentang jalan dan tentang lalu lintas perjalanan jarak dekat, kccepatan rata-rata
angkutanjalan raya. rendah dan jumlah jalan rna uk dibatasi.

SISTEM JARINGAN JALAN Kaltan Antara SistemJaringan Jalan Primer


dengan Peranannya
Jalan mempunyai suatu sistim jaringan jatan
yang mengikat dan menghubungkan pusat- Jalan arteri primer menghubungkan kota
pusat pertumbuhan dcngan wilayah yang berada jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau
dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu menghubungkn kota jenjang Jlcsatu dcngan
hubungan hirarki. kota jenjang kedua. . .

Macam Sistem Jaringan Jalan (Menu rut Jalan kolektor primer menglu bungkan kota
Peranan Pclajanan Jasa Distribusi) dapat jcnjang kedua dcngau kola jenj~ ng kedua atau
dibagi menumt : menghubungkan kola jeluang Redua dengan
kOla jcnjang kctiga. Jalan ~okal· primer
!
140

I
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan • kapasitas sama dengan atau lebih besar
persil atau kola jenjang kedua dcngan persil, daripada volume lalu lintas rata-rata
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga,
• jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di
tidak mengurangi kecepatan rencana , dan
bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil
kapasitas jalan
atau kota dibawah kola jenjang ketiga sampai
persil. • tidak terputus walaupun masuk kota

Kaitan Antara Sistem Jaringan Jalan Jalan LOkal Primer


Sckunder dcngan Peranan
• kecepatan rencana minimal 20 kmljam
Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan
primer dengan sekunder kesatu, atau kawasan • lebar minimal 6 meter
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder • tidak terputus walaupun melalui desa
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

Jalan kolektor sekunder menghubungkan Jalan Artcri Sekunder


kawasan sekunder dengan kawasan sekunder
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan • kecepatan reneana minimal 20 kmljam
kawasan sekunder ketiga.
• lebar badan jalan minimal 8 meter
Jalan lokal sekundcr menghubungkan kawasan • kapasitas sama atau lebih besar dari
sekunder kesatu dengan perumahan, atau volume lalu lintas rata-rata
kawasan sekunder kedua dengan perumahan • lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya lalu lintas lambat
dengan perumahan.
• persimpangan dengan pengaturan tertentu,
Persyaratan Jalan Menurut Peranannya tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas
jalan
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Sekunder
• kecepatan rencana minimal 60 kmljam
• kecepatan rencana minimal 20 kmfjam
• lebar badan jalan minimal 8 meter
• lebar jalan minimal 7 meter
• kapasitas lebih besar dari pada volume lalu
Iintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan
kegiatan lokal
Jalan Lokal Sekunder
• jalan masuk dibatasi secara efisien
• jalan persimpangan dengan pengaturan • kecepatan reneana minimal 10 kmljam
tertentu tidak mengurangi keeepatan
reneana dan kapasitas jalan • lebar badan jalan minimal 5 meter
• tidak terputus walaupun memasuki kota • persyaratan teknik diperuntukkan bagi
kendaraan beroda tiga atau lebih
• persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan
oleh Menteri • lebar badan jalan tidak diperntukkan bagi
kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal
3,5 meter
Jalan Kolektor Primer
Jaringan jalan harus dikelompokkan secara jelas
• kecepatan reneana minimal 40 kmljam yaitu jaringan yang fungsinya untuk
mengalirkan arus lalu lintas yang besar dan
• lebar badan jalan minimal 7 meter jaringan jalan yang fungsinya untuk
memberikan akses kepada kegiatan disekitar

141
, ,
. I'·
, ['.
II·
I
I
jalan tersebut. Didalam Undang-undang No. 13 kolektor dapat berupa kelas III A Idan III B dan
Tahun 1980 tentang Jalan, hierarkhi jalan
disusun atas dasar jalan Arteri yang fungsinya
, jalan lokal hanya berupa kelas mlc. Penentuan
kelas ini tergantung dad jenis kendaraan berat ,
1
untuk mengalirkan arus lalu lintas yang tinggi, yang melewatinya. Pergerakan kendaraan berat
jalan kolektor yang fungsinya mengumpulkan juga dibatasi pada jalan tertentu ~ia.
arus yang datang dari jalan lokal, Jalan lokal . 1

berfungsi untuk mcmberikan akses yang tinggi PEMBINAAN JALAN I


kepada daerah sekitarnya.
Berdasarkan wewenang pembinaarnya, jalan
Didalam Undang-undang No. 14 tahun 1992 dapat dikel~mpokkan seperti berikilit :
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang I
dijabarkan dalam Peraturan Pemcrintah No. 43. 1. Jalan Nasiollal, adalah jalan dibawah
Tahun 1993 telah dirurnuskan klasifikasi jalan pembinaan Mcnteri PU atalll pejabat yang
sebagai berikut : ditunjuk i .
2. Jalan Propinsi, adalah jelan dibawah
a. Jalan kelas I, yaitu jalan artcri yang dapat pembinaan Pemda Tk.I atau Irnstansi yang
dilalui kendaraan bermotor lermasuk muatan dltunjuk I
dengan ukuran tidak melebihi 2.500 3. Jalan Kabupaten adalah j~lan dibawah
milimcter, ukuran panjang tidak rnelebihi pemblnaan Pemda Tk.II Kabupaten atau
18.000 rnilimeter, dan muatan sumbu instansi yang ditunjuk I
terberat yang dizinkan lebih besar dari 10 4. Jalan Kotamadya adalah jalan dibawah
ton. pcmbinaan Pemda Tk.II Kotamadya atau
instansi yang ditunjuk .
b. Jalan kclas II, yaitu [alan artcri yang dapat 5. Jalan Desa adalah jalan dibaJah pembinaan
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan Pemcrintah Desa/Kelurahan I
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 6, Jalan Khusus 'adalah jalan dibawah
milimeter, ukuran panjang tidak melcbihi pembinaan Pejabat atau orang yang
II

18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat ditunjuk,


yang diizinkan 10 ton.
I
i
c. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau Pcnetapan Ruas-ruas Jalan Menurut
kolektor yang dapat dilalui kendaraan Peranannya
bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebartidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, Sistemjaringan primer danjalan ~rteri sekunder
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ditetapkan peranannya oleh Menteri P,U atas
ton. saran dari Mcntcri Perhubungan, rara bcrkala.

d. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang Sistem jaringan jalan sekunder,1 kecuali jalan
dilalui kendaraan bermotor tcrmasuk rnuatan arteri sekunder . dltetapkan oleh
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 GubernurlKepala Daerah Tk.I, atas usul
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi Bupati/Walikotamadya, sesuai petunjuk Menteri
12,000 milimeter, dan muatan sumbu P.u. dati Menteri Perhubungan. i
terberat yang diizinkan 8 ton.
PELIMPAHAN DAN PENYERAHAN
e. Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat WEWENANG PEMIJINAAN J~LAN
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak mclebihi 2.100 wcwcnang peuyusunan rencana
milimeter, ukuran panjang tidak melcblhi
9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat Wewenan penyusunan rencana umum jangka
yang diizinkan 8 ton. panjangjangka menengah dan program peru
wujudan jaringan jalan bcrada pac a :
Dari pembagian kelas terlihat bahwa jalan artcri
dapat berupa kelas I, Il, dan III A dan [alan
Ii
I
142 I·
i
Ii
!
i
• jaringanjalan primer ada pada Menteri wilayah semula. mas jaJan tersebut makin
P.U. dibutuhkan masyarakat dalam rangka
pengembangan sistem transportasi.
• jaringan jalan sekunder ada pada
Pemerintah Daerah. • peralihan status diusulkan oleh pembina
status yang lebih tinggi kepada pembina
wewenang perencanaan tcknis status yang lebih rendah.

Wewenang perencanaan teknis dan pem- Penurunan status, dilakukan jika


bangunan jalan untuk masing-masing klasifikasi
jalan adalah sebagai berikut : • peranan mas jalan rnenjadi kurang penting
• ruas jalan tersebut lebih banyak rnelayani
• jalan arteri pada jaringan primer ada pada masyarakat dalam wilayah wewenang
Menteri P.U. atau diserahkan kepada pembina jalan yang baru
Badan Usaha Milik Negara Jalan Tol
• peraIihan status diusulkan oleh pembina
• jalan kolektor pada jaringan jalan primer status yang lebih tinggi kepada pembina
ada pada Menteri P.U. atau diserahkan status yang lebih rendah.
kepada Pemda Tk.I atau Pemda Tk.1I
• jalan lokal pada jaringan jalan primer
diserahkan kepada Pemda Tk.II PENENTUANSASARAN
• jalan pada jaringan jalan sekunder ada pada
Pemda Tk.II Rencana umumjangka panjang jaringan
jalan
• jalan khusus ada pada pejabatlinstansi di
pusatldacrah atau badan hukum atau
perorangan yang bersangkutan. • berisi gambaran wujud jaringan jalan yang
ingin dicapai untuk sekurang-kurangnya
Wewenang pemellharaan jalan mencakup tahap 10 tahun mendatang
• disusun berdasarkan ketentuan rencana
Pelaksanaan pemeliharaan jalan untuk masing- pembangunan nasional jangka panjang,
masing klasifikasi jaJan adalah sebagai berikut : rencana umum tata ruang, rencana tata guna
tanah dan rencana umum transportasi.
• jalan arteri pada jaringan jaJan primer ada
pada Menteri P.U atau dilimpahkan kepada Rencana jangka menengah jaringan jalan
Pemda Tk.I atau kepada Badan Usaha
Milik Negara Jalan Tol • berisi kumpulan rencana individual
• jalan kolektor pada jaringan jalan primer ada • merupakan kuantifikasi dari sasaran
pada Menteri P.U. atau dilimpahkan fungsional yang ingin dicapai dalam bentuk
kepada pejabatlinstansi di daerah atau .jumlah satuan fisik
Pemda Tk.I atau Pemda Tk.II • untuk jangka waktu 5 tahun rnendatang
• jalan lokal pada jaringan jalan primer • rencana menengah jaringan jalan sekunder
diserahkan kepada Pemda Tk.II disusun dengan memperhatikan GBlIN dan
• jalan pada jaringan sekunder ada pada petunjuk pembinaan jalan nasional.
Pemda Tk.II.

Program perwujudan jaringan jalan


PERUBAHANSTATUSJALAN
merupakan gabungan susunan jadwal waktu
Peningkatan status jalan dilakukan jika : pelaksanaan untuk masing-masing rencana
individual disertai dengan perkiraan biaya yang
diperlukan setiap tahun sebagai pedoman
• peranan ruas jalan tersebut meningkat
. terhadap wilayah yang lebih luas dari pada

143
evaluasi dana dan kegiatan pelaksanaan
tahunan I
I
program perwujudan jaringan skunder
disusun dengan mempcrhatikan REPELlTA,
peraturan perundang-undangan yang bcrlaku I
dan pedoman yang ditctapkan olch Mcnteri I
Pekerjaan Umum. I
I, .
Rcncana tcknlk jalan

merupakan suatu kumpulan dokumen teknik


yang memberikan gambaran produk yang ingin
diwujudkan terdiri dari gambar tcknik, syarat- I
syarat dan spesifikasi pekerjaan rencana teknlk
[alan, sekurang-kurangnya hams memenuhi II
ketentuan teknik, mengenai

• DAMAJA
• DAMIJA
• DAWASJA I
• dimensi jalan
• beban rencana, volume lalu lintas dan II
kapasitas
• persyaratan geometrik jalan
• konstruksi jalan
• kclestarian lingkungan I
I
rencana teknik jalan dari jaringan sekunder di !
wilayah DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur I
DKI Jakarta atau pejabat yang ditunjuk
olehnya.

Pemellharaan jalan

Pemeliharaan jalan meliputi : perawatan,


rehabilitasi, penun-jang dan peningkatan jalan
yang dilaksanakan menurut rencana teknik pe-
meliharaan jalan yang sekurang-kurangnya
terdiri dari gambar rencana serta syarat-
syarat dan spesifikasi pekerjaan.

Pclaksanaan pemcliharaan jalan di DAMAJA


tidak boleh mcnimbulkan gangguan terhadap
kelancaran, keamanan dan ketertiban [alan
pelaksanaan pemcliharaan jalan di DAMIJA
yang terletak di luar DAMAJA tetap hams
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu peranan DAMAJA.

144
Tabel J 5.1 : Fungsi Dan Peranan Jalan Yang Dikaitkan Dengan Penanggung Jawab Pembinaan
Dan Pendanaan

CATATAN:
AP = Arteri Primer
KP 1 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kola Propinsi
KP 2 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kola Propinsi ke - Kola KabupatenIKotaadya.
KP 3 = Kolektor Primer yang rnengbubungkan Kota KabupatenIKota -madya,
AS = Arteri Sekunder
KS = Kolektor Sekunder
LS = LokaL Sekunder
LP = Lokal Primer

Tabel 15. 2 : Klasiftkasi Fungsional Dan Kelas Teknis Jalan Kota


Tipei
.. FlINGSI
..'. t''..s.I··n~~II:".·m·.:>)"
'I"J'" 1),.''''
:,.,.:
...
,.....
,.:...•.......
...:...
:.~
.••.
K
.••.......
E•.....
·;l.Dl'U'U
:ts..•.•.
"..•.,.PAS
. .:t:.·
•.•. •·.•,.·
...
•....•...
··.·• :.: :~9~R4t&~t\
...·,·.·., ...,i::: ·.:::~~V~r:.}·::·
• ::,0.: :.:}:V:)liliViifui'·:( ;c- ; -; ; ;.•.. .•• )/ •• :::::;:;••;.••.'.... . • -c: , :
-r ;:
..
Primer Arteri T.A.K. I 80 - 100 - Standar tertinggi
antar wilayahlkota
Kolektor T.A.K. II 60 - 80 - Standar tertinggi antar
wilayah atau dalam
metropolitan
Arteri T.A.K. II 60- 80 - Idem untuk kelas II

Tipe II
FUNOSI·

Primer Arteri T.A.K. I 60 - Standar tertinggi 4 lajur


antar I dalam kota
Kolektor > 10.000 I 60 - Idem untuk kelas I
< 10.000 II 50 -60 - Standar tertinggi, 2 lajur antar
I dalam kota I distrik
Sekunder Arteri > 20.000 I 60 - Idem untuk kelas I
> 20.000 II 50'- 60 - Idem untuk kelas II
Kolektor > 6.000 I 50 -60 - Idem untuk kelas m
< 8.000 ill 30 -40 - Standar sedang 2
lajur antar distrik
Lokal > 500 ill 30 -40 - Idem untuk kelas ill .
<500 IV 20 _30 - Standar rendah, I lajur, akses
kepemilikan tanah di sisi Jalan
Catatan: TAK = Tidak Ada Keterangan (Sumber: Oil. Binkot,1990)

145
I

I I.
1
i

Pengendallan Akses
• Tata guna lahan hams III direncanakan

sedemikian dengan sasaran agar perjalanan
Salah satu unsur yang pcnting dalam jaringan minimal dan aksesibilitas terhadap ang-
jalan adalah upaya untuk mengendalikan akses, kutan umum maksimal. .
yaitu dengan :
• Kawasan pernukiman hamd dipisah dad
kawasan industri ataupun kawasan nlaga
• Akses langsung kejalan hams dibatasi pad a utama. ~I
jalan-jalan utama yang baru, hanya dapat • Aktivitas yang membangkit an peIjatanan
diijinkan bila mcmang akses tersebut tidak dalam jumlah cukup bes I r hams di-
bisa dihindari tempalka~ dekat ?engan jal~1l yang sesuai
• Akses jalan kolektor masuk kejalan arteri untuk ttu, ruisalnya sekolah yang
I
arus dibatasi dan lebih diarahkan pada membangkitkan banyak pelja~nan dari dan
, simpang tiga. . ke sekolah yang muridnya berjalan kaki
• Akses tidak diperkcnankan pada daerah atau naik sepeda harus dite patkan pada
yang rawan terhadap kecelakaan sepcrti [alan yang scsuai.untuk mena~npung pejalan
lokasi yang jarak pandangnya terganggu kaki dan pescpcda, ~
atau diperslmpangan.
• Sedapat mungkin jalan hams berpotongan
• Industri ringan atau kawasan layanan dapat
ditempatkan dekat deng n kawasan
pada jalan dari kelas yang sama saja, atau .. pemukiman asal saja akSf.s kcndaraan
hanya sekelas lebih tinggi atau Icbih rendah mcnuju daerah tersebut tidak molalui
saja. kawasan pemukiman terscbllt~
TATA GUNA LAHAN DAN
PENGELOMPOKAN DAERAH/ZONING
I
Pola lalu lintas sangat dipengaruhi olch lokasi I
kegiatan antara pemukiman dengan tempat
ker]a, tempat belanja, tempat sekolah, tempat I
rekreasi ataupun tempat-tempat kegiatan
lainnya, juga dipengaruh] otch besarnya po-
pulasi yang tinggal dikawasan tersebut serta
keberadaan angkutan.: .

Tata guna lahan berubah secara terus menerus.: :I


oleh karena itu perlu dikendalikan secara ketal : I'

agar dapat diikuti dcngan percncanaan lalu


lintasnya. Untuk itu perlu diadakan penge- I
. I'
J

lompokkan jenis pengguraan lahan yang sama . IiI'


!.
dalam satu kawasau yang sama /zone yang , I:
sama,

Prinsip yang dikembangkan dalam perencanaan


tata guna lahan yang hams diikuti adalah : "!
• Mengembangkan dan menerapkan rencana
zoning untuk mcmisahkan penggunaan I
lahan yang bertcntangan dan i[
mengendalikan lalu lintas yang dibang-
kitkan,
• Peraturan perencanaaan yang kuat untuk I
mempengaruhi lokasi pembangunan ka-
wasan bam dan pcngendalian akscs serta
parkirnya,
r .
I

!

146 i
i
i[
,\
'\ !I
I
POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN BERDASARKAN FUNGSI KOTA

KOTA
JENJANGI

KOTA
JENJANGII

KOTA
JENJANG III

KOTA
DlBAWAH
JENJANG III

Jal

Primer

SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER

Fl
KAWASAN
PRIMER

Jalan Arteri Sekunder (JAS)


F 12
F12 Jalan Arteri Sekunder (JAS) KAWASAN
KAWASAN SEKUNDER
SEKUNDER

Jalan Arteri Sekunder (JAS)


F22
KAWASAN Jalan Kolektor Sekunder (JKS) F22
SEKUNDERII KAWASAN
SEKUNDERII

KOTA
JENJANGI
Jalan Lokal JENJANG II
~eKunaer \Yi$) \.._ .J

147
SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER

Tahel 15.3 : Hubungan Antar Hirarki Kota Dengan Peranan Ruas Jalan Dalam Slstem
Jarlngan Jalan Primer :
1
I
'

•...•
.' 4ENJANOI,. Arterl Arterl Lokal I
';JENJANG to Arterl Kolcktor Kolektor Lokal
•.,.·'.::/fflNJANGl: :0'. Kolektor
Lokal Loklll
Lokal
Lokal
Loknl
Loknl I
I
i,.
Tabel 15.4 : Hubungan Antar Kawasan Kota Dengan Peranan Ruas Jalan Dalam I

Sistcm Jaringan Jalan Sekunder


I
I

•., •.':'"':'PlUMER'
t . :.1 ".,',' Arteri
(Fl) :>, <
" S,BKVNDER
.'..:. I :
Arteri Artcri Arteri Lokal
. '."" .'.:':" .I'-ll_F' 2'1'1t_--}_"
~ .. __' :", ,....
. .:SeKUNPEK··'-
• II ' .: Arteri Kolektor Kolektor Lokal
:: {P2~L;( -: ._
.':.'. SEkliNDER. "'/ .- I
tit·. : . I ;,Iii:'
:. ';'::.,.(F23) ':" ..
F-':"'-"::<Po:-'1'B~R"?'tJ~"M
~AHAN~'
"~",~.,,.•"•.'I----:-+-...,.L-ok:-a-,-I-..-1--...,.Lo-,k:-a-1
Kolektor .
--+--LO-k-at,..---+--------H
Lokal
i 'Ii'
:,
TabellS. 5 : Fungsi Jalan Dan Trotoar Bagi Penggun. Jal.n Berdasarkan Aktifit•• ny.1 . ::

Aktlvltas Utama Jalan Jalan Pergerakan blu lintas


bertemu Kendaraan yang kendaraan dakat ~~:~:~ j~:~UjU jarakjauh
dagsng memotong . awal etau akhlr •jaringan 1al91utama, kecepatan
Antar barang perjalansn, Pelayanan u gkutan tinggl, tidak
Kendaraan kecepatan Tempat perhentlan umum, Lalu Intaa ada pejalan :
rendah Bus menerus [ kakl atau
akse&
I lanfJsung
Pergerakan Pejalan Kebebasan Bebas berJalandan Dikendalikan Aktivitas pej~lan kakl Tidak ada,
Kakl . mutlak bagi menyeberang pada Mis.: Zebra cross . minimal. diperlengkapl pemlsahan
pajalan kaki sernbarang ternpat. pangarnanan! . tlduk sebidang
I sntara pejalan
kakl dengsn .
I kendaraan
Kendaraan yang Tidak ada kscuall, Dibatasi, dipengaruhi Cukup banyak blla Diperkenank n bila Tidak ada
berhentl kendaraan darurat ,keselamatan fasilitas diluar jalan . kondisi Islu Ii tas
tidak disediakan memungkink n
Aktlvltas Angkutan kendarsan barang Untuk keperluan Lalu lintas terusan lalu IintaBte lusan Cocokun~
Barang yang memasok penghuni saJa minimal minimal [ pergerakan i
keglatan mobil barang ,

I
,I
148
I
I
I
I:
i
perdagangan berst,
khususnya
, perjalanan
melintas
AkBes kendaraan Tldak ada kecuali Aktivitas utama Beberapamenuju Tidak ada kecuali Tidak ada,
ke bangunan kendaraan darurat pusat kegiatan menuju pusat kecuati untuk
distribusi seperti arus kepentingan
lalu lintas yang setara lalu lintas .
dengan tingkat nasional
distribusi Iokal
Pergerakan Lalu Tidak ada kecuali Tidakada Aktivitas utama Beberapa. hanya Sangat
Llntas Lokal bila angkutan beberapa Iokasi yang sedikit, karena
umum dapat dilayani, jarak dibatasi oIeh
diperkenankan persimpangan penting jarak
masuk persimpangan
vangjauh
Lalu lIntas Teruaan Tidak ada Tidakada Tidakada Didominasi oleh lalu Didominasi
lintas jarak menengah oleh lalu lintas
[arak Iauh
Batas Kecepatan < 10 km/jam < 3Okmljam, Dibatasi 50 Dibatasi 50 atau 60 Diatas60
Kendaran diperlengkapi dengan kmljam, dengan kmljam di kawasan kmljam,
fasilitas pembatas beberapa terbangun tergantung
kecepatan pengecualian kepada
batasan
aeometrik

149
i
I
PERUMUSAN
JALAN
JARINGAN TRANSPORTASI Contoh dinmiukkan data," garbar berikut :
Karakteritik jaringan didalam kola dan jaringan
jalan regional berbeda, karena perbedaan yang I
sangat mcnyolok pad a tata guna lahan, Karena
kepadatan penggunaan lahan yang sangat tinggi
didaerah perkotaan, diperlukan aksesibiJitas yang
I
lebih tinggi didaerah perkotaan daripada diluar kota
Dengan tingkat kepadatan ruang jalan yang lebih I
padat didaerah perkotaan dapat disusun pola
jaringan jalan yang mempunyai kcterhubungan dan I

akscsibilitas yang tinggi sepcrti pola ring radial dan r~8eta=1'4=O,75 t~a=414= 1
pola kisi-kisi. Jaringan merupakan konsep matcmatis
yang digunakan untuk menyatakan prasarana jalan. Gambar J5.3, Contoh perhit 'g n" .Indeks Beta
Jaringan mempunyai 2 elemcn utama yaitu ; ruas (link) terhadapjal'ing1n yang sederhona
dan slmpul (noda). Didaerah perkotaan mas mewakili
jalan dan simpul mewakili simpang sedang didaerah h. Angk« cyc[omal;c .' .
regional simpul dapat berupa kota. Pada pelayanan
angkutan umum dalarn jaringan trayek simpul Ukuran lain yang dapat digUnakln untuk mengukur
dinyatakan sebagai tempat perhentian ataupun terminal. kinerja jalan adalah Angka LCyclomatic, . yang
menunjukkan sirkuit yang bil dibentuk untuk
Jaringan merupakan alat dasar untuk pengumpulan data rnenghubungkan simpul dari ruas-ruas jalan yang ada,
yang sistcmatis mengcnai hirarki jalan dan arus lalu Angka Cyclornatic diukur dcngan rumus berikut :
lintas yang melaluinya.

Angka cyclomatic =
UKURAN UNJUK KERJA JARINGAN

Tingliat Hubungan Jaringan I


Contoh ditunjukkan dalam gambar1berikut :
Tingkat hubungan jaringan adalah derajat hubungan
antara noda dengan simpul, dalam suam jaringan
semakin banyak mas yang mcnghubungkan simpul
semakin baik tingkat hubungan jaringan tersebut.
Ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat
hubungan ini adalah :
angka cyclomatic angka cyclomatic angka eyclornafic
a. IndeksBela
4·S, 5·5+1=1 I 7·5+1=3

Gombar 15,4. Contoh pe~'hJtungatl. Angka


Semakin banyak simpul/nodc yang dihubungkan
Cyclomatik pado jaringan sederhana
deugan mas ja1an maka semakin baik tingkat hubungan ! . '
jaringannya yang dinyatakan sebagai indeks beta,
dinyatakan dengan rumus sedcrhana scbagai berikut :
c. Indeks Alpha
Indcks Alpha adalah salah satu indikator yang paling ..,:
r
balk untuk mengukur tingkat I hubungan jOringc'lll.,
Indeks Beta =
s
j bcsarnya Indeks Alpha ini 1ihitung atas dasar
persentase kemungkinan hubunpm yang mungkiu
dilakukan antar simpul didalam ~aringan, atau nisbah
dimana : s = jumlah simpul
dari angka cyclomatik dengal1 angka cyclomatic
r = jumlah ruas
I "1
. ,
I.:
: I,.

150
maksimum. Rumus yang digunakan untuk menghitung Untuk mengukur aksesesibilitas dapat dilakukan
Indeks Alpha adaJah : dengan beberapa pendekatan, seperti dijelaskan sebagai
berikut: .

I Indcks Alpha = (3) 0. Matriks Lintasan TeI'JH!1'dek

Pada metode ini diukur lintasan yang terpendek. yang


bisa dilalui untuk mencapai simpul-simpul lairutya.
Perhitungan aksesibilitas dilakukan dengan bantuan
matriks seperti yang ditunjukkan dalam tabellS.2. yang
dibuat atas dasar jaringan sebagaimanan gambar 15.7.

Gombar 15.5. Contoh perhitungan Indeks Alpha


terhadap jarlngan yang sederhana

AKSESmILITAS PADA JARINGAN

Suatu simpul dikatakan mempunyai aksesibilitas yang Gombar J5.7. Contoh jaringan sederhana
tinggi bila dapat dihubungkan dengan mudah ke
simpul-simpul lainya. sebagai contoh simpuI A pada Tabel 1...7 Matrik lintasan terpendek
gambar 15.4. mempunyai aksesibilitas yang paling baik
ke semua simpuI tainnya dan simpuI E mempunyai
aksesibilitas yang paling buruk, seperti dijelaskan dalam
matriks aksesibititas.

h. Angka KeterkaiJan
Gambar J 5.6 Aksesibilitas, simpul B memtitk!nilat
Angka keterkaitan adaIah jarak terjauh yang harus
yang terbaik dan E yang terburuk
dicapai ke simpul-simpul lainnya dalam jaringan
melalui lintasan terpendek untuk mecapai simpul
Tabe. 15.6 Matrik aksessibtlitas tersebut. Sebagai contoh dari gambar 15.7 bahwa
simpul yang terjauh dari simpul A adalah simpul G
yaitu 4 satuan.
' ..:.4." 1 2 2 3 8
1 125 Dengan menggunakan rnatriks pada tabel 15.2 dapat
238 disusun angka keterkaitan untuk seluruh jaringan pada
2 1 6 gambar 15.7. .adalah sebagai berikut: .
:. E.:: 3 2 3 1 9

151
I
I
Tabel 15.8 Angka keterkaitan
i
I
akGo'sibilltas rendah
SirrlPUI .".. Angka Keterkaitan _i ..·........
··....·l·..·····
..
A 4
B 4 ". 4
C 3 \
D 3

---IV
E 2
F 3
G 4

Angka keterkaitan yang tinggi menunjukkan


aksesibilitas yang rcndah mcnuju simpul-simpul Iainnya
aksesalbllltas Iinggl····.... ·..·
2 t i _ . I
r
yang rendah. 1./ .' [
t
Untuk mcndapatkan gambaran akscsibilitas jaringan . I . .. 'c
t
dapat dilakukan dengan mcnyusuu distribusi frckuensi r
Gombar 15,9. Kontour angka krtel'kaitan !
dati nilai angka keterkaitan. Distribusi untuk contoh
pada Tabel 15.8. adalah sebagaimanaTabcl 15.9. dan e. Indeks Shimhel . I
ditunjukkan dalam diagram batang pada gambar 15.8.
Ukuran lain yang bisa digunakan untuk mcngukur
Tabel 15.9 Distribusifrekuensi angka aksesibllitas dapat dipcroleh da~ matriks lintasan
keterkaitan
terpendck, . yaitu total yang d~~~1kan scbaga~ inde~s
::ANGKAKETERKAITAN .". ".FREKUENSI .. shlmbel. Simpul dengan aksesibilitasyang pahng balk
1 0 adalah simpul yang mcmpunyai ii1(/eksshimbel yang
2 1 paling rendah. I
3 3
4 3 Tabel 1.5.10 Matrik lin/Clsrl n terpendek set/a
6 0 indeks simbel .

3 I· . A H~:)8. ~p, •• :e: !~~


:·90' ::$'~MC:i,i!
A 1 1 2 2 1 3 4 ,_1_3
--\I

2 +- t----- B 1 2 1 2 3 4 13 :r
:
raANGKA C 1 2 2 1 2 3 11 . j:
FREK i:i . KETERKAITAN ::~·2~...:...:1=--t-2::--1--=:..-I--:-1-t-t:::2--t-"'""::3:-+--.:1
II-'::::::'D~' ~1.,--11 ; I
1 - - ..1:....•• 2 2 1 1 1 2 9
F 3 3 2 2 1 ! 1 12
o G: 4 4 3 3 2 1 11
1 2 346 !
Dengan cara yang sama dengan I angka keterkaitan r
!
Gombar 15.8. Distribusi frekuensi angka keter- .dapat disusun lndeks Shimbel rata-Ilam, diagram batang: ... }

kaitan Indeks shimbel dan kontour fndfks shtmbel seperti


ditunjukkan dalarn gambar 15.10 dan 15.11,
Dengan mcmperbandingkan angka keterkaitan masing-
masing simpul dcngan angka ketcrkaitan rata-rata dapat I
dilihat simpul-simpul mana yang barada diatas rata-rata
(akscsibilitasnya rcndah) dan mana yang berada
dibawah rata-rata (aksesibilitasnya tinggi). Untuk I
jclasnya dapat dipcrhatikan pada kontour angka
keterkattan pada gambar 15.9. I

I!

152
Nisbah jalan - luas wilayah dihitung dengan
2.-----,111""""_---- menggunakan rumuSsebagai berikut :

FREK1 +- --;lII-IIrlIII----,g-
I ~Iw= :
(5)

dimana:
lj = luas lahan yang diperuntukkan untuk
jalan, km2 .
8' 10 12 14 18 18· ·lw = luas wilayah • km2 .

Gombar 15.10. Diagram batang Indeks Shill/bel

Gombar 15.J 1. Kontour Indeks Shimbel

.d /ndeks Penyebaran .

Indeks Penyebaran adalah penjumlahan dari indeks


shimbel. Untuk contoh pada tabel 15.5. adalah : 13 + 13
+ 11 + 11+9+ 12+ 17=86

e. Keroputon Jalan

Kerapatan jalan adaJah panjang jalan per satuan luas


wilayah yang diberikan dengan rumus sebagai berikut

I~= pj

lw
(4)

dimana : pj = panjangjalan, km
lw= luas wilayah , km2

f. Nifhah jalan -Iuas lIIialayah

Nisbah luas jalan dcngan luas wilayati menunjukkan


gambaran luas lahan yang digunakan untuk jalan.

153
i
I

I
\
I

JARINGAN TRA YEK Data perjaIanan


lI
Pcrkembangan angkutan pcnumpang muncul karena Setelah distribusi perjalanan cmJctahui maka dapat
perkembangan penyebaran penduduk, industri; dilakukan pengamatan lcbih lal\jU~lmUlk peheta. pan rute
pertanian dan pertambangan yang memerlukan pelayanan angkutan umum, rute angkutan terutarna
angkutan penumpang keberbagal penjuru. . ditentukan oleh permlntaan an tan serta struktur
pelayanan angkutan yang akan dlberikan, apakah secara
Agar lalu lintas, khususnya lalu Iintas angkutan bertingkat ataukah pelayanan langsung, Pada gambar
penumpang tidak menimbulkan peningkatan berikut dapat dilihat zone serta permmtaan antar . zone
kemacetan yang tidak terkendali dan investasi untuk yang diidentifikasikan memcrlukan !pelayanan angkutan
pembangunan jalan sangat terbatas maka diperlukan untuk kasus Jakarta. I .

= lI
strategl pengelolaan angkutan penumpang yang
dirumuskan dalam Jaringan Trayek dalam hierarkhi Penduduk dan pcnyeharannya
yang jelas.
Semakin besar suatu kota luas jaringan
Perencanaanjaringan trayck pelayanan angkutan umum pelayanan yang harus disediakan karena pennintaan
dan tingkat pelayanan dipengaruhi oleh beberapa hal angkutan semakin meluas. . .
seperti ditunjukkan dengan hagan alir sebagaimana I

ditampilkan pada gambar 15.12 Lintasan trayek I


STRUKTURJARINGAN TRAYEK Untuk mengisi keoutuhan terlftdap permintaan
angkutan dengan pelayanan angkutan umum maka
Struktur trayck pelayanan angkutan dipengaruhi oleh dibentuk disusun rnte-rute scbagai~nana dapat dilihat
data perjalanan, penduduk dan pcnyebarannya, serta pada gambar berikut, yang J1lcru~kan rate-nne yang
kondisi phisik daerah yang akan dilayani dengan sudah ada, perpanjangan, modifikasi mte serta rete-rete .
angkutan umum. bam· !.
Ir

I
Al.INVEMEN RUAS TRAVfK

SASARAN

DATA PERJALANAN

DATA
( ~EPENDUDUKAN

OATA TATA GUNA


LAHAN, JAAINGAN
TRANSPORTASI
JALAN

Gombar 15.12 : Bagan A IiI'perumusan jaringan Trayek

. !:
I
i
[.

154 i\
~i
Jenis Trayek • peJayanan cepat dan atau lambat.
• jarak pendek.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Pasal 7 • melayani tempat-tempat yang telah
Tahun 1993, Jaringan Trayek terdiri dari : ditetapkan untuk menaikan dan menurunkan
penumpang.
1. Trayek Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) yaitu :
trayck yang melalui lebih dari satu wilayah propinsi 3. Trayek Ranting, dengan ciri-ciri pelayanan sebagai
daerah tingkat 1. berikut:
2. Trayck Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) yaitu
trayck yang melalui antar Daerah Tingkat IIdalam • meJayani angkutan dalam kawasan
satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat L pemukiman
3. Trayek Kota yaitu : Trayek yang seluruhnya berada • dilayani dengan mobil bus umum dan atau
dalam satu wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II mobil penumpang.
atau Trayek Dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta. • pelayanan lambat.
4. Trayek Pcdesaan yaitu : Trayek yang seluruhnya • jarak pendek. »<
berada dalam satu wilayah Kabupaten Daerah • melaIui tempat-tempat yang telah ditetapkan
Tingkat 11. untuk menaikan dan atau .menurunkan
5. Trayek Lintas Batas Negara yaitu : Tmyek yang penumpang,
melalui batas negara,
4. Trayek Langsung, dengan ciri-ciri pelayanan
sebagai berikut :
Ctri-clri Pelayanan
• mempunyai jadual tetap,
Khusus Trayck Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah
• melayani angkutan antar. kawasan secara
Nomor 41 Pasal 8 terdiri dari : tetap yang bersifat massa1 dan langsung.
• dilayani oIeh mobil bus umum.
1. Trayek Utama dengan ciri-ciri pelayanan sebagai
• pelayanan cepat.
berikut:
• jarak pendek.
• melalui tempat-tempat yang ditetapkan
• mempunyai jadual tetap
hanya untuk menaikan dan atau menurunkan
• melayani angkutan antar kawasan utama,
penumpang.
antara kawasan ulama dan kawasan
pendukung dengan em melakukan
Wewenang dan Dasar Penetapan Jaringan T rayek
perjalanan ulang alik secara tetap dengan
pengangkutan yang bersifat massal.
Jaringan trayek ditetapkan oleh :
• dilayani oleh mobil bus umum.
• pelayanan cepat dan atau lambat. a. Direktur Jenderal Perhubungan Darat, untuk
• jarak pendek. ajaringan trayek yang melaIui lebih dari satu
• melalui tempat-tempat yang hanya untuk Propinsi Dati I. .
mcnaikan dan menurunkan penumpang. b. Gubernur/Kepala Dati I, untuk jaringan trayek yang
melaIui antar Dati II daIam satu wilayah Propinsi
2. Trayek Cabang, dcngan ciri-ciri pelayanan sebagai Dati I.
berikut: e. Gubernur/Kepala Dati I, Untuk jaringan trayek
yang seluruhnya berada dalam Kabupaten Dati, II,
• mcmpunyai jadual tetap, atas usul Bupati/KepaIa Dati II. .
• melayani angkutan antar kawasan d. Gubernur/Kepala Dati I, untukjaringan trayek yang
pendukung, antar kawasan pendukung dan seluruhnya berada dalam wilayah Kotamadya Dati
kawasan pemukiman. II, atas usul WaIikotamadya Kepaia Dati II.
• diJayani dengan mobil bus umum.

155
c. Gubemur Kopala Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
untuk jaringan trayck yang seluruhnya berada
dalam wilayah OKI Jakarta.

Dasar penetapanjaringan trayek :

a. Kebutuhan angkutan,
b. Kelas jalan yang sarna dan atau yang lebih tinggi,
c. Tipe terminal yang sama dan atau yang lebih
tinggi,
d. Tingkat pelayanan jalan,
e. Jenispelayanan angkutan, I
f. Rencana umum tala ruang,
g. Kelestarian lingkungan, I

I
I
I

156
JARINGAN LINTAS c. Memahami kaitan antara JTJ dengan
jaringan lintas.
Perkembangan angkutan barang muncul d. Mengetahui cara-cara untuk memberikan
karena perkembangan industri, pertanian dan kemudahan kepada angkutan· barang
pertambangan yang memerJukan pasokan dalam berJalu lintas
bahan baku dan peralatan dan distribusi e. Memahami cara-cara untuk memberikan
produknya kepusat-pusat pemasaran yang akses angkutan barang dari dan ke
memerlukan jasa transportasi barang. daerah Industri I pertambangan dan
pertanian
Agar lalu lintas angkutan barang tidak
menimbulkan peningkatan kemacetan yang
tidak terkendali, maka diperlukan strategi Langkah-Langkah Dalam Perumusan
pengelolaan angkutan barang yang Jaringan Lintas
dirumuskan dalam Jaringan Lintas dalam
hierarkhi yang jelas. Penentuan jaringan angkutan barang
dilakukan dengan menganalisis beberapa
skenario rute angkutan barang melalui
MAKSUD DAN TUJUAN tahapan yang ditunjukkan dalam bagan alir
15.13. Evaluasi dilakukan dengan mengkaji
a. Memahami langkah-Iangkah yang kinerja perjalanan angkutan barang dengan
dilakukan dalam perumusan jaringan melakukan perhitungan aksesibilitas tingkat
lintas. keterhubungan untuk setiap skenario yang
b. Memahami fungsi dan peranan simpull disusun.
tempat pindah alat angkut secara
terpadu.
ALiNYEMEN
LINTAS

JARINGAN LINTAS

DATA
·PERJALANAN

DATA INDUSlRI.
PERTANIAN.
PERlAMBANGAN,
PUSAT
AlA TATA GUNA:
LAHAN, JARINGAN
TRANSPORTASI
JALAN

Gombar 15, J 3. Bagan alir perumusan jaringan lintas

157
I
Fungsi Dan Peranan Slmpul
I .
Petimbangan utama dalam menentukan pusat
pelayanan angkutan baraug ata1ah sebagai
Pusat Pelayan Angkutan Barang berikut : ..

Pusat kegiatan angkutan barang bervariasi dari a. Tersedia akses yang baik ejalan artcri,
petayanan tunggal sampai pelayanan majemuk, idealnya terdapat cukup ba~yak akses ke
dari ukuran kecit sampai ukuran besar. Bentuk berbagai jalan arteri. I
pelayanan yang ada dapat diklasifikasikan b. Tersedia akses yang baik (~Ickat) dengan
sebagai berikut : jalan kcreta api, I
c. Sedckat mungkin dcngan pusat industri
• Kegiatan parkir kendaraan barang untuk memperpendek jarak pelayanan pada
• pemindahan barang antar kendaraan pergantian moda yang melay1ani konsumen
barang, dalam kola. I.
• pergudangan, d. Pembebasan lahan yang mudah dan biaya
• konsolidasi pengiriman barang, pembangunan yang murah, I .
• penjualan barang (groslr) e. Lokasi yang mengakibatkan dampak lalu
• pengcpakan barang lintas yang minimal. r • •

• pcngolahan barang f. Sesuai dengan reneana induklkota sehingga


tidak menimbulkan konflik I'lIitar kegiatan.
Dalam pusat pelayanan kegiatan angkutan dapat g. Mudah untuk dikemban&kan dimasa
juga dilcngkapi dengan fasilitas penunjang mendatang baik untuk pengembangan
lainnya sepcrti : akomodasi untuk istirahat horizontal maupun vertikal, I
pcngemudi, bcngkel, SPBU (pompa bahan
bakar). '.oka,i Istirahat/parklr I
Pcrpindahan barang antara kcndaraan yang satu Menurut Peraturan Pemerintah No. 41. Tatum
dengan kendaraan lainnya dapat dilakukan 1993 pcngemudi hams istirahat I setiap 4 jam
dengan cara : pcrjalanan selarna sekurang-kurangnya setengah
jam, untuk itu sepanjang lintas harus disediakan
a. Pelayanan pemindahan barang langsung tcmpat istirahat yang ditcmpatkan sedemikian
dari satu kendaraan kc kendaraan lain. schingga pcngemudi dapat beristirahat.
b. Pelayanan pemindahan barang dan !
pelayanan pergudangan dengan pembong- Strategl Perumusan Jarlngan Lirtas
karan barang langsung ke gudang,
kemudian dari gudang masuk kembali ke Latar belakang utama pcrumusan Jaringan lintas
kcndaraan barang lainnya. adalah pendekatan ckonomis disamping
c. Pelayan pcmindahan barang, pergudangan pendekatan sosial budaya dat\ pendekatan
dan konsolidasi pelayanan dengan barang keperintisan. Dalam pendekatan I ekonomis ini
dari bcrbagai asal pengiriman digudangkan demand yang kecil dilayani dengan jalan kelas
lebih dahulu untuk kemudian diatur ke yang rendah dan demand yang Ibcsaf dengan
dalam pengemasan yang sesuai dengan jalan kclas yang tinggi.
ukuran dan kapasitas kcndaraan. I
Pendekatan lain yang digunakan untuk
Lokasl Pusat Pelayanan Angkutan Barang melengkapi pcndckatan ekonomts adalah
pendekatan tingkat keterhu?u~gan dan
Pusat peJayanan angkutan barang akan menjadi aksesibilitas, I
pusat pembangkit lalu Iintas, Jenis dan besaran
pusat pclayanan angkutan barang akan Atas dasar pendekatan ekonomis bari
perk;raan
mempengaruhi jenis moda angkutan barang arus barang dalam perumusan jrtringan lintas,
yang digunakan. Bcrkaitan deugan klasifikai maka jaringan dapat dikelornpokkan alas:
jalan maka moda yang diizinkan mclalui jalan
tersebut sesuai dcngan kelas jalannya, a. Jaringan Iintas peti kemas I .
b. Jaringan lintas untuk mobil barangberat
c. Jaringan lintas untuk mobilbtng «dang

158 I
i
I

Ii
i
d. Jaringan lintas untuk mobil barang ringan,

Untuk merumuskan jaringan tersebut jaringan


dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas yang
mengarahkan pemakai jalan serta diterbitkan
buku jalan yang akan menjadi pegangan
pengcmudi.

159
, Ii · I
, I
, · i'
. I.
I
I
,I
l
[ :I I
, , · ~.
i
I-

SIMPUL TRANSPORTASI TERMINAL I srxsrun BUS I i I: l


I

Scmua perjalanan melibatkan asal dan tnjuan, dan Simpul-simpul yang tcrdapat
Imda rute-rute bis
I
I-
I

banyak pcrjalanan melibatkan pergantian dad satu


moda kc moda yang lainnya; ini dikcnal sebagai
berganti moda (intcrrnodal transfer). Untuk
terdiri dari pemberhcntian his (haltc/sheltcr), di
mana Iokasinya akau sangat ditc itukan oleh daerah-
daerah jangkauan orang bcijala 1 kaki, dan stasiun
l I-
pengelolaan armada transportasi, titik-titik asal dan bis dimana simpul-sirnpul untuk sejumlah rutc yang I:
tujuan dari perjalanan scring terjadi di terminal. berbeda terlctak pad.a sail! titik jyang sama. .suatu I
Titik asal, titik tujuan dan terminal dikenal sebagai jaringan transportasi bis yang b nk di suatu daerah · I'
!

simpul-simpul (nodes) transportasi. Jalur-jalur pcrkotaan mcrupakan jaringan dimana pcnyebaran I


I
komunikasi hams sclalu dapat menghubungkan dad simpul-simpulnya adalahl sedcmikian rupa i:
simpul-simpul transportasi yang berupa titik asal, schingga seluruh bagian-bagian dacrah kota berada ! 4,

titik tujuan, pergantian antar moda, simpul dalam jangkauan jarak bCljalalllkaki 1111111k menuju
pcrgantian satu jenis moda dan simpul- simpul kc suatu simpul bis. Bcrtentangan dcngan yang , I

pcrsinggahan. Oleh karena itu suatu jaringan disebut di atas, adalah kCny~tann bahwa .suatu I

transportasi tcrdiri dari jalur-jalur komunikasi dan


simpul-simpul transportasi, pcmbahasan yang
tingkat pelayanan yang tinggi. (baik) mungkiu
tidaklah ckonomis (tidak lllCrllgUntungkan) jika
l I

diklakukan mengenai simpul-simpul dan konsep dipandaug dari sudut pengusr ha bis (operator), I

dari suatu daerah tangkapan (catchment area) atau karena tidak semua rule his allan mcmb.angkltkan I

..
·1
.1
daerah pcndukung sekitarnya (hinterland). tingkat pcrmintaan yang cukup tinggi . agar layak
sccara ekonomis. apabila ingkat pemilikan
TRANSFER PENUMPANG kendaraannya tinggi, biasanya Imcmilild . fasilitas 1

pelayanan bis yang kurang baik I


1 :
Tempat perhentlan I • I
· ,-

Pcncmpatan tempat pcrhcntian angkutan umum


Di pusat-pusat kola dimana sangat sulit tcmpat
parkir kendaraan dan kcpadatanl tata guna lahannya :j
~ i
dipcngamhi olch konsentrasi penumpang, jarak bctjalan saugat tinggi, dcngan scndirinya jumlah
yang wajar bagi pejalan kaki, jarak antara tempat pcmberhentian bisnya juea bl~nynk,. scdcmikian I
.1 '
perhentian berkisar antara 400 sampai 600 meter banyaknya sehingga jangkauan ~al'flk berjalan kaki I·
dipusat kola dan anta 1000 sampai 1500 meter didaerah yang memadai tidak lagi mcnjadi suatu faktor untuk
"1
pinggiran kota dengan demikian mcmbentuk kawasan menentukan pcnempatannya (Io~asillya).
, Melaiukan I.
yang terlayanl dcngan angkutan umum seperti yang pemberhentian-pcmberhcntian bfs ccndcrung untuk i

tcrlihat dalam gambar berikut ini : dltempatkan di dckat tala ~una lahan yang Ii:i'
membangldtkan alau . mcnarik scjumlah besar
"
'.
,l
f":./"'" -/~
/1./
fff/
,~~ /
-
.
pCljalanan, sepcrti rilisalnya di dCkat stasiun bawah J
,-./~ j., ! '. j. tanah, setasiun kcrcta api, pusa~-Pllsat pcrbcla1~aan ·1

\Wf1:(-,~'L ';h1\1 ~f~'


~\.-4':./>:rIj' - utama dan pusat-pll~l pcrkantorr' · I-

v: ~'" i

~,.C5~~~-'
-.",\%>~~)"~~~?~':, 1

I
-

)} .' '~' -, \~(~

_~/~~2J
TF.MPAT PERGANTIAN M1J~TI MOnA 'i'
I _

~~(I\~"~
~

~.~.,
..~~, ,
i ",~.

'd~~l\(.'-,t~.~\_{ ~\\
I ,._J ..
~"\

',W' 1~

r~((/':"-·----~.
Seperli dikctahui bahwa stbsiun
mcntpakan pcmbangkit pc~jal:anan yang cukup
kcrcta api

bcrarli unluk angkutnn bis. Alas;:ltlilya adalah karcna


kercta alli merupalmn sarana tang paling efisicn
J

I
1
I

l-' 1 f./il ''. l


,~~....,
I
__ .
I AreBV.lII._,llilajlllfli
Zl._. ~
.-.-~.-o",:o
.
__ ' . '_'-,
/~,.
/_/~-vJ~.
,
'
untuk mengangkul para pcmunpanB ulang alik I

... -"','..:1 '- r.! dcngan volume yang besar antaf'a dacrah pinggiran I
~~A'Uy.!lngtit.Jalt,(1iI5Vani _~ ~f.llm ../-~ "'L,..,J !
kola dimnna orang-orang banyalc bcrtelilpal tinggal I
i
GambaI' 15. J 4. Daerah tal1gkapanpe/ayaiwn angkutan dengan pusat-pllsat kota dilllana orang-orang I
, i
Will/III. tersebut bekcl:ja. Pergcraknlll~ya dilalmlmn di
: !
, i

I -
· i -
, i
I

· I
I

·1'
I
I
160 i
I
I .! -
1--

i
I
I : {
sepat\iang jalur-jalur koridor transportasi dengan bennanfaat bagi penumpang angkutan umum yang
hubungan bis yang baik (dan kemungkinan juga akan belbelanja maupun bagi pemilik toko. Oleh karena
dengan kendaraan-kendaraan pribadi) ke daerah- itu pengembangan terminal merupakan upaya
daerah pcndukung setasiun-setasiun kereta api yang maksirnal dalam efisiensi penggunaan laban.
berlokasi pada jalur tersebut. Oleh karena itu
setasiun- setasiun kereta api kemudian menjadi
tempat perpindahan multi moda (multi modal
interchanges).

Perlu dieatat bahwa tempat pergantian antar moda


melayani berbagai moda-moda potensial yang
berbeda dan mengkombinasikan moda-moda tersebut
guna menghasilkan suatu jaringan yang efisiensinya
lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang bisa
dicapai jika hanya dengan kereta api saja atau hanya
dengan angkutan bis saja.
@ : \,t Gr.d. t.r •• "nJ

Pengcmbangan lahan secara intensip di kedua sisi o; 1.y Tc-r.lnel·

koridor utama dikembangkan atas dasar konsep .. :;Other Ter"ln .. 1 SlOlLlvll.

pengembangan berikut :

a. Hlrarki Pengembangan terminal

Secara wnum simpul jaringan transportasi yang utama Gambar 15.15. Pengembangan sentra-sentra kegiatan
dapat dikembangkan mcnjadi inti pengembangan di sekitar koridor ongkutan massal
daerah regional, dalam hal ini sctiap titik perpotongan
rute angkutan dengan koridor angkutan utamanya c.. Rancang bangun sistem transportasl dari rumah
menjadi pusat pengembangan yang penting. ke tempat kerja

Pengembangan lahan disekitar koridor studi dapat Pada saat ini pengembangan pembangunan kawasan
dipusatkan ke inti daerah yang potensial untuk pemukiman yang dilakukan di pinggir kota bertumpu
dikembangkan sebagai terminal angkutan. Oleh karena pada jaringan jalan raya yang ada. Semakin luas
itu konsentrasi investasi dapat dilakukan pada inti pembangunan kawasan pemukiman pada suatu koridor
daerah yang dikembangkan itu. Dengan demikian maka inaka semakin padat arus lalu lintas yang menggunakan
pusat-pusat pengcmbangan akan tersebar disekitar koridor jalan raya tersebut, karena umumnya
koridor utama seperti terlihat dalam gambar 15.15. masyarakat yang bersangkutan berupaya unmk
dimana satu diantara setiap 3 ataa 4 terminal menyediakan angkutan sendiri ataupun menggunakan
dikembangkan menjadi terminal kunci, diterminal ini angkutan nmum yang melayani daerah tersebut, hal ini
dilakukan integrasi angkutan pengumpan bis, mengakibatkan semakin sulit bagi peulang alik untuk
pergi dan pulang dari tempat kerja. Keadaan ini akan
b. Pengembangan terminal terpadu pada ujung semakin .parah tanpa pengembangan suatu sistem
korldor utama angkutan massal, karena kemacetan Ialu lintas kan
semakin~. .
Pada kedua UjWlg terminal dikembangkan terminal
terpadu, dimana berbagai moda angkutan Pengembangan suatu daerah pinggir kota untuk
diintcgrasikan terutama dipusat kota, oleh karena itu kawasan pemukiman oleh karena itu harus dirancang
kegiatan perpindahan penumpang akan menjadi sangat untuk bertumpu pada sistem angkutan massal. Karena
sibuk pada tempat tcrsebut, oleh karena akan menjadi bila angkutan umum massal dimattfaatkan untuk
sangat sesuai untuk dikembangkan mcnjadi daerah pengemhangan daerah pemukiman barn maka dapat
kegiatan komersil dan niaga. Daerah ini sangat diharapkan masyarakat yang tinggal eli daerah tersebut

161
:I : [

! . I'
I'

I , I: i
: i -
I : II··
[
: i.
i:
akan lebih senang untuk menggunakan angkutan • Hirarki Pcngcmbangan I : ,.I
.
massal yang ada dari pada mcnggunakan angkutan , ji.

pribadi. . I..
Pcngembangan dacrah denw,n earn 1111 sepenu hrlYa
tergantung kepada angkutan massal. Kawasan
Gambar 15.16. menunjukkan beberapa earn yang dapat pemukiman dihubungkan I dengan jaringan
.dilakukan untuk mcrancang daerah pemukiman yang pengumpan ke suatu sister angkutan massal,
dipinggiran kota yang dihubungkan dengan sistem Kawasan pemukiman . rti ini biasanya
angkutan massal, yaitu : dilengkapi dengan fasilitas eperluan rnasyarakat
sepertl ternpat belanja, rekr si, sekolah, kesehatan
• Pengcmbangan terlsolasl dan lain scbagainya.

Pengcmbangan daerah disini dilakukan secara


tcrisolasi, masing-masing daerah yang
dikcmbangkan kemudian dihubungkan ke kota
induk. Penghuni derah ini sepenuhnya tergantung
• Pcngcmbangan mcnycbar
kepada angkutan umum bis ataupun angkutan Pengcmbangan dilakukan di sekitar koridor utatll.3,
pribadi. dimana penduduk mempunyai akses langsnng
mcnuju koridor,untuk itu PCflu disediakan ·tc1111).;1t
perhentian (station spacing) ~ngkutan massa yang
melayani koridor tersebut P<ldajarak yang relatip
pendek, antara 5.00 sarnpai soo meter, olch karena

I
itu kegiatan pendukung tidak dapat disediakan
dengan baik di sini, .
Dari ketiga cam pengembangan Yi ng disebutkan di atas
ruaka cam yang paling baik ~mtuk diterapkan di
Indonesia adalah kombinasi dari ~etiga sistem tersebut
hal ini terutama karena karakteli~tik masyarakat yang
enggan untuk melakukan perpindahan alat angkut,
enggan untuk berjalan kaki karef' cuaca yang relatip
panas serta berbagai faktor lainnyr '. .

. I

I
Dispersed Development
I

Gombar 15.16. Ststem pengembangon wilayah


dengan mengkaitkannya dengan angkutan
UIIIUIII. I
I
I
r
[

162
XVI .. PENDIDIKAN DAN LATIHAN DIBIDANG
LALU.LINTAS ANGKUTAN JALAN

D alam usaha mempersiapkan serta meningkatkan


kemampuan tenaga kerja (kruyawan) di
lingkungan Perhubungan Darat khUSUSny8bidang Lalu
c. Menciptakan aparat yang tangguh, tanggap, dapat
membina dan mengembangkan diri untuk sesama
aparat, serta berkemampuan :
Lintas Angkutan Jalan yang cakap, terampil, ahli serta
dengan pola poor yang sama dalam melaksanakan 1. Mengatasi masalah, harnbatan dan tantangan,
tugas-mgas pokok yang lebih baik, perlu adanya
pendidikan dan latihan secara terarah dan 2. Mengembangkan kreativitas dan meningkatkan
berkesinambungan dibidang lalu lintas angkutan jalan. dinamika pembangunan.
Untuk itu Pusdildat Perhubungan Darat telah
merumuskan Pola Diklat Penataran/Teknis Fungsional 3. Meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja.
pada bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
4. Menciptakan kebijaksanaan yang berdaya guna
Tujuan Pelatihan dan berhasil gW18.

Pendidikan dan Latihan Penataran Teknis Fungsional 5. Mewujudkan disiplin nasional serta
bidang LLAJ selanjutnya disingkat Diklat Penataran pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Teknis Fungsional mempunyai sasaran untuk
memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan terampil di sub d. Menciptakan aparat yang memiliki kemampuan
sektor Perhubungan Darat yang dapat menunjang teknis dalam penataan Lalu Lintas Angkutan Jalan,
penyediaan jasa Perhubungan Darat sesuai dengan yang meliputi :
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri.
1. Sistem Jaringan Transportasi Jalan.
Pendidikan dan Latihan Penataran Teknis Fungsional 2. Sistem Jaringan Jalan.
mempunyai tujuan : 3. Sistem ArusIManajemen Lalu Lintas.
4. Sistem Moda Angkutan.
a. Membentuk manusia yang : 5. Sistem Perlengkapan Fasilitas Pendukung Jalan,
6. Sistem Parkir.
1. Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 7. Sistem Terminal.
8. Sistem Dampak Lingkungan dan Keselamatan.
2. Dapat memelihara hubungan yang baik antara 9. Sistem Pengujian Kendaraan,
scsama manusia dan Iingkungan.

3. Mempunyai kesadaran kebangsaan yang tinggi. DEFINISI KELOMPOK DIKLA T

4. Dapat membanggakan/menyuburkan sikap Kelompok Diklat pada dasamya dibagi atas 4 (empat)
demokratis. kelompok, yaitu :

5. Berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian 1. Kelompok Diklat Orientasi yang selanjutnya disebut.
yang kuat dan berilmu pengetahuan. dengan Kelompok Orientasi.

b. Menyiapkan tenaga-tenaga ahli, terampil, cakap dan 2. Kelompok Diklat Penyegaran yang selanjutnya
bermutu, yang berkemampuan untuk melaksanakan disebut dengan Kelompok Penyegaran .
Lima Citra Manusia Perhubungan.
3. Kelompok Diklat Ketemmpilan yang selanjutnya
disebut dengan Kelompok Keterampilan

163
\i
IiIi
:
Ii
·:1
t

I
:
I!
Iiji
,! :
"
.:1
'!I
'ilII
: ,I
" ~
4. Kelompok Diklat Keahlian yang sclanjutnya disebut yang terampil dalam menangani berbagal bldang tugas : I! f
f
dengan Kelompok Kcahlian LLAJ. I· : Ii.. :11 '\

=
, I' ;!I
1. KelomltOk Ortentasl
. Tujwumya I· . , I: :

1
I)
I.
I,
i\
!i
:j

I
I'
r:
~
I'
t
Lulusan Diklat keterampilan ini dapat lebih I "I' ~!
II
Kelompok Diklat Orientasi adalah diklat dasar lalu
lintas dan angkutan jalan yang bersifat teknis bagi
pegawai/calon pegawai atau akan ditugaskan pada sub
sektor Pcrhubungan Darat, Pada Diklat Ini akan
terampil dalam melaksanakan tl gasnya disalab satu Ii
. kelompok bidang studi tertentu

4. Kelompek Keahllan .\
•. .' , I'

. , ,.
1\
'Ii
,II
";11\ :
11
I
I.
f~

i
diberikan pandangan mengenai pengetahuan yang 11
sifatnya umum eli bidang LLAJ sebagai bekal dasar Kelompok Diklat Keahlian merupakan diklat-diklat : Iij! iii
ll
:
"

~, ~
untuk menialankan tugas dilingkungan Pcrhubungan puncak dari pada diklat-dlklat sebelumnya. Diktat ini ~!

Daral. merupakan bcntuk .pelatihan ':tntuk menghasilkan , i;: '!\ . .'I' !'
Materi dikJat hanya berupa pengenalan ilmu-ilmu Iulusan yang mampu menganalisis masalah di bidang " H

mengenai transportasi darat baik prasarana, sarana LLAJ. \: .


'(I
ilI, ~
maupun latu lintasnya, demikian juga dengan i n~I
peraturan-pcraturan dan Undang-undang mengenai T'
. uJllannya ' :.
II .,: t-
'Ii
~
r
LLAl Ii :
ii t-I:
" 'Ii
.11 f

Tujuannya
Setclah selesai mengikuti pclatihan Lulusan diklat inl
diharapkan akan mempunyai kemampuan anal isis di j
! H r~
,
bidang LLAJ. I !
Lulusan Diktat ini diharapkan dapat secara umum I i !
II ~
r
mengenal Lalu Limas dan angkutan jalan sebagai bekal I I il R

I
JENJANGDIKLAT; I·
melaksanakan tegas-tugas yang akan dihadapi. IL :,\
II
"j

Penjenjangan yang dimaksudkan adalah semacam i ':1


2. Kelompok Penyegaran. tingkatan dlklat yang terdapat :dan berlaku untuk
i !II, : ~
jj
seluruh Kelompok Diklat seperti tfrscbut di atas, yang IiI :li
~
i~
w~ri~: .
Kelompok Diklat Pcnycgaran adalah diklat bagi
pegawai-pegawai dilingkungan Perhubungan Darat \1, Ii!I rr
r: 11
yang pernah mcngikuti salah satu kelompok pendidikan 1. Diklat Orientasl. • i . :

ii .Iiu
dan latihan lain di bidang LLAJ dalam bidang stndi , Ii
, I;
. tcrtentu yang tclah dilaksanakan oleh Pusdiklat DiktatOrienta'; diOOW kedalam 2Jnjang, yaitu : .
Perhubungan Darat, dengan waktu minimal 2 tahun ,: 1\
setelah mengikuti diklat. a. DlkJat Orientasi tingkat I. I·I . · \! :
."
'Ii
! 'I
;
Selain itu diklat ini juga dapat diselenggarakan pada Adalah Diktat Oricntasl yang ~iperunt\\kkan bagi \1 f!
suatu kondisi tertentu dimana terjadi suatu kebjjakan Pegawai Negeri Sipil golongan J dan II. i ii
1!
oj]::
bam yang sangat mendasar. I . Ii
Ii 'Iii
·!I
b. Diklat Orientasi Tingkat II. ,. ii1i ·H
'\1'I
TujuRnl)ya , il ~
Adalah Diklat Oricntasi y~ng diperuntukkan :
., 1'1 \1,
Tujuannya untuk menyegarkan kembali para pegawai pegawai Negcri Sipil golongan IIII. ,I!I
il :j

, I:II
Perhubungan Daral. mcngeruli penget.1huan 1I
oil
transportasi darat scrta m~nyatukan PCr8CI.si dengan Z. Diktat Pcnycgllran. : 1I >.,
Ii
adanya perkembangan kebijaksanaan di lingkungan i \i
, :1
Perhubungan Daral. .Mengingat sifat dik1at ini hanya isebagai penyegaran : ~ I
:,1
dan bersifat insidentll, maka UIllukI
diklat ini tidak i !: Ii I. .11
!lII
3. Kclom).ok Kctcrnml.ilan diberijcnjang secara khusus scperti 'diktat lainnya. "I :

. 1: i
Ii 11
Kelompok Dlklat KetcrampiJan adalah suatu benluk Iiji '\\
:;1
petatihan yang diharapkan akan menghasilkan Iulllsan
!i
, Ii,
I,
'I il
II
I;
'.i
, II
, ij
H:;
,

164
II :\
:i
.:1
~
ilII
·d :
Ii .. : ·ji

':/i!l
I,

!:
,. :
\ .
ii :
I, ;
I'i ·1\
3. Dlklat Keterampilan. Bidang-bidang studi tersebnt dibagi untuk' kelompok
dik1at keterampilan dan keah1ian serta penyegaran.
Diklat Keterampilan dibagi kedalam 2 jenjang, yaitu Tidak demikian haInya dengan .. kelompok diktat
orientasi,sebab pada diktat· ini justru diberikan
a. Dik1at Keterampilan tingkat I. pengetahuan lalu lintas angkutan jalan yang bersifat
umum.
Adalah Diktat Keterampilan yang diperuntukkan
bagi Pegawai Negeri Sipil golongan I dan II serta ALURDIKLAT
telah mengikuti Dik1at Orientasi Tingkat I.
AIur Pendidikan dan Latihan TetUus Fungsional
b. Dik1at Keterampilan Tingkat II. Bidang LLAJ disusun menurut pengelompokan bidang
studi dan jenjang yang terbagi dalam beberapa kelas
Adalah Diktat Keterampilan yang diperuntukkan kemampuan seperti teIah diuraikan di atas.
bagi pegawai Negeri Sipil golongan Ill yang telah
mengikuti Diklat Orientasi Tingkat II atau yang Dalam mengikuti jenjang pendidikan tehnis fungsional
telah mengikuti Diklat Keterampilan Tingkat I. di bidang lalu lintas angkutan jalan setiap Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Perhnbungan Darat dan
4 Diklat :Keahlian. Dinas LLAJ, dalam mengikuti pendidikan dan latihan
di Pusdiklat Perhubungan Darnt dimulai dari Diktat
Diktat Keahlian dibagi kedalam 2jenjang, yaitu : Orientasi Tingkat I atau Diktat Orientasi Tingkat II,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (lihat daftar
a. Diktat Keahlian tingkat I. persyaratan peserta). ..
Dalam mengikuti jenjang pendidikan tehnis fungsional
Adalah Diktat Keahlian yang diperuntukkan bagi di bidang Ialu lintas angkutan jalan Ini, peningkatan
Pegawai Negeri Sipil golongan IiI dan IV yang telah jenjang berlaku untuk bidang studi yang sarna.
mengikuti Dik1at Keterampilan Tingkat II atau
DikJat Orientasi Tingkat II. Sebagai contoh Pegawai yang ingin mengikuti
pendidikan keterampilan tingkat II untuk bidang studi
b Diktat Kcahlian tingkat II. perencanaan angkutan, wajib mengikuti dikJat
keterampilan tingkat I pada bidang studi yang sama,
Adalah Diktat Keahlian yang diperuntukkan yaitu bidang studi perencanaan angkutan juga.
pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV yang telah Demikian juga misalnya seseorang yang meniti
mengikuti DikJat Keahlian Tingkat I. pendidikan dati keIompok diktat orientasi tingkat I
ingin mengikuti pendidikan puncak, yaitu diklat
KEWMPOK BIDANG STUDI keah1ian tingkat II untuk suatu bidang studi
perekayasaanlrekayasa lalu lintas, maka jenjang yang
Untuk lebih menyederhanakan bidang-bidang yang hams diikuti adalah sebagai berikut :
akan dikaji, maka pcngetahuan LaIu Lintas Angkutan
Jalan yang sangat bervariasi tersebut diperinci kedalam Dari diktat orientasi tingkat I, meIanjutkan ke diktat
bidang I kelompok studi yang lebih kecil, seperti berikut keterampilan tingkat I bidang studi rekayasa lalu lintas,
ini : kemudian kejenjang keterampilan tingkat II untuk
bidang studi yang sarna. Selanjutnya dapat mengikuti
1. Kelompok Bidang Studi Perencanaan Transportasi. . pada jenjang yang lebih tinggi yaitu kedalam diklat
(Transport Planning disingkat TP.) keahlian tingkat I bidang studi rekayasa lalu lintas, bam
kemudian dapat mengikuti pendidikan puncak, diktat
2. Kelompok Bidang Studi Rekayasa Lalu Lintas. keah1ian tingkat II bidang studi rekayasa lalu lintas,
(Traffic Engineering disingkat TE.)
Dalam . hal seseorang ingin mengikuti pendidikan
3. Kelompok Bidang Studi Angkutan Umum. (Public jenjang yang lebih tinggi namun jenjang diktat yang
Transport disingkat PT.) pernah diikuti terakhir sudah melebihi minimal 2
tahun, maka pegawai tersebut dapat mengikuti Diklat
4. Kelompok Bidang Studi Rekayasa Kendaraan Penyegaran.
Bermotor. (Vehicle Engineering disingkat VE. )

165
I

JENIS DIKLAT
.
I
I
Jenis-jenis diklat yang ada pada pola diklat teknis fungsional bidang lalu Iintas dan angkutan jalap adalah sebagaimana
tercantum pada tabel 16.1. Jenis Diklat. . i .
. I.
Tabel 16.1. Jenis Qiklat
II
.. ..
NO KELOMPOK DIKLAT JEN" KeLOMrOK
',:' BibANG
..... ..... ..
---.- - .... .. ..STUDI
.,.
,. "',' ,',
:NAMAIJ~Nr$ blKLAT 1 .• ··········· \ • ·>:L :\:
t. ... :
, , , ,

JANel' : ... ' : •• ' :.:::....... .. .• ··:· •.••• 1 " .... )/.
ORIENTASI U M UM 1. PEMBINAAN LLA~TINGKAT I

2. PEMBINAAN LLAJ TINGKATII


KETERAMPILAN PERENCANAAN ANGKUTAN
I .
3. SURVAI DAN iEHNIK OASAR
PEt-/GUMPULAN DATA PEREN-
CANAAN ANGKUTAN

4. OASAR OASARI PERENCANAAN


ANGKUTAN

5. ANGKUTAN PER~OTAAN j'

;i
KEAHLIAN 6, TEHNIK TARIP I ANGKUTAN PE- I'
· i
· I:
NUMPANG DAN BARANG · I
, i,
f
7. PERENCANAAN IANOKUTAN LAN- I·

JUTAN . L

8, APLII<ASI I<OMf'UTER PEREN-


CANAAN ANGKUTAN
9, MANAJEMEN tNGKUTAN PE·
NUMPANG
:

10. MANAJEMEN ANt,KUTAN WISATA

11. PERENCANAAN iNGKUTAN TER-


PADU .
, i I
12. MANAJEMEN ANGKUTAN BARANG
DAN PENUMPANG

13. MANAJEMEN TEbMINAL BARANG I


DAN PETI KEMASi
14. PERENCANAAN I JARINGAN
TRANSPORTASlioTA·. • I
15. PERENCANAAN J('.RINGAN JALAN

16. PERENCANAAN JARINGAN TRA·


YEK
I
17. PERENCANAAN JfRINGAN LlNTAS I

L
I

166
NO . KElOMPOKDIKLA't. .... JEj\J· .•., KEt6M~6k~iBAN.G.$toDr••
- jANG-- ,',-,----,-,-.-.-,-.'-,--

16. PERENCANAAN JARINGAN TRANS-


PORTASI JALAN

19. SISTIM INFORMASI MANAJEMEN


PERENCAAN ANGKUTAN
REKAYASA LALU LlNTAS 20. SURVAI DAN TEHNIK DASAR
KETERAMPILAN PENGUMPULAN DATA LALU
LlNTAS ANGKUTAN JALAN

21. OPERATOR UNIT PENIMBANGAN

22. OPERATOR TRAFFIC LIGHT

23. OPERATOR AlCS

24. TEHNIK PERAMBUAN DAN MARKA


JALAN

25. TEHNIK PENANGGULANGAN


KECELAKAAN

26. TEHNIK DESIGN FASILITAS PARKIR


KEAHLIAN

27. DASAR REKAYASA LALU LlNTAS

28. MANAJEMEN LALU LlNTAS

29. KESELAMATAN LALU LINTAS


JALAN

30. APLIKASI KOMPUTER REKAYASA


LALU LlNTAS

31. PENGATURAN LALU LlNTAS KOTA

32. ANALISIS KECELAKAAN LALU


LlNTAS

33. KEBIJAKSANAAN PENINDAKAN


HUKUM KESELAMATAN JALAN

34. SISTIM INFORMASI MANAJEMEN


REKAYASA LALU LlNTAS

KElERANGAN : AlCS = AREA TRAFFIC CONTROL SYSTEM ;; DAERAH PENGENDALIAN LALU LlNTAS DENGAN
LAMPU PENGATUR LALU LlNTAS.

167
-, .:.:-:':.:.;.:.:.::.;:.;.:.....-.'.

·.·JE;N~•.•.· :K~t;qMp:¢K:~IPJ\~9:$TI):Pi"f{NiIl,MA.tJENI.6DI
};t>.Nl:r ...' t:.: : .:.' .. ':'::.'.
KETERAMPILAN ANGKUTAN UMUM ISIPLIN KON-

36.PENINGKATAND'
PENGEMUDI I
~'PLIN CAlON
37. SURVEY DAN ~EHNIK CASAR
PENGUMPULAN D.tIATA ANGKUTAN
UMUM

38. PENGAWASAN TE~MINAL

39. PENINGKATAN D~.SIPLIN


MUDI· I
40. PENGAWAS TEKNlf LAPANGAN

41. PERAWATANARM1DA
KEAHLIAN

: ::::A::R::::1:~ TERMINAL
UMUM I
44. MANEJEMEN DAN IpENGOPERASIAN
ANGKUTAN UMUM I
45. PERENCANAAN pAN PENGEN-
CAllAN ANGKUTAN UMUM

46, APLIKASI KOMPJER ANGKUTAN


UMUM I
47. MANEJEMEN tpENGOPERASIAN
DEPO I
48. TINDAKAN-TINDAKAN PRIORITAS
ANGKUTANUMUM I

49, MANAJEMEN BARANG BERBAHAYA


DAN KHUSUS I

50, SISTIM INFORMAbl MANAJEMEN


ANGKUTANUM~ I _

168
KETERAMPILAN TEHNIK KENDARAAN 51. TEKNIK PERAWATAN KENDARA-
BERMOTOR AN

52. TEKNIK KAROSERI KENDARAAN


BERMOTOR

53. PENGENALAN PERALATAN PKB

54. TEKNI K KENDARAAN BERMOTOR

55. PEMBANTU PENGUJI KENDARAAN


BERMOTOR

KEAHLIAN 56. PENGUJIAN KENDARAAN BER·


MOTOR

57. APLIKASI KOMPUTER REKAYASA


KENDARAAN BERMOTOR

58. TEKNIK PENENTUAN KELAIKAN

59. PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

60. PENINGKATAN KEMAMPUAN PE·


NGUJI KENDARAAN BERMOTOR

61. INSTRUKTUR PENGUJIAN KEN-


DARAAN BERMOTOR

62. PENEGAKAN PERATURAN BERAT


DAN DIMENSI KENDARAAN
BERMOTOR

63. SISTIM INFORMASI MANAJEMEN


REKAYASA KENDARAAN

169
PUSTAKA

I. Box P.C. and Joseph C. OppenJander, Manual of 11. Homburger W.S., James H.Kell and David
Troffic Engineering Studies, 4th edition, Institute of D.Perkins, Fundamentals of Traffic Engineering,
Transportation Engineers, Washington, DC.,1976 13th edition" Institute of Transportation Studies,
University of California at Berkeley, 1992.
2. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat
Pembinaan Jalan Kota, Indonesian Highway 12. Institute of Transportation Engineers,
Capacity Manual, Part I tUrban and Semi-urban Trrmsportation and Traffic Engineering Handbook.
Traffic Fasilities, Jakarta, 1993 2nd edition, Prentice hall, 1982

3. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat 13. Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun
Pembinaan Jalan Kota, Indec and Associates LTD, 1993 tentang Marka Jalan
BIEC Int.,Inc, Indah Karya dan Rennie Park
(GmbH), Proyek Transportasi Perkotaan-I (RCUlP 14. Keputusan Menteri Perhubungan No. 61 Tahun
- I, Phase 2), Jakarta , 1990. 1993 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas di lalan

4. Direktorat Jenderal Perhubungan Damt, Lembaga ] 5. Keputusan Menteri Perhubungan No. 62 Tahun
Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Gajab 1993 tentang Alat Pernberi Isyarat Lalu Lintas
Mada, Pusat Pengembangan Tehnologi Tepat, Studi
Kriteria Perancangan dan Kebutuhan Ruang 16. Keputusan Menteri Perhubungan No. 63 Tahun
Parkir pada Pusat-pusat Kegiatan (Off Street 1993 tentang Persyaratan Ambang Batas Laik Jalan
Parking), Yogyakarta, 1992 Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta
Tempelan, Karoseri dan Bak Muatan Serta
S. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Wilbur Komponen-komponennya
Smith Associates in assosiation with PT Hasfarm
Dian Konsultan, Advisory services for Vehicle 17. Keputusan Menteri Perhubungan No. 64 Tahun
Wejglhs and Dimentions Regulation and 1993 tentang Persyaratan Teknis Pemakaian Bahan
Enforoement, Jakarta 1992. Bakar Gas Pada Kendaraan Bennotor

6. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, DeLeuw, 18. Keputusan Menteri Perhubungan No. 65 TahWl
Cather International, Ltd, PT. Cakra Manggilingan, 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu
Technical Report, Traffic Management and Parking lintas dan Angkutan Jalan
Policy Implementation Project, Jakarta 1991.
19. Keputusan Menteri Perhubungan No. 66 Tahun
7. Direktorat lenderal Perhubungan Darat, Lernbaga 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk Umum
Pengabdian pada Masyarakat Universitas Gajah
Mada, Puasat Pengembangan Teknologi Tepat, 20. Keputusan Menteri Perbubungan No. 67 Tahun
Stud; Kriteria Perancangan dan Kebutuhan Ruang 1993 tentang Tata Cara Perneriksaan Persyaratan
Parkir Pada Pusat-Pusat Kegiatan (Off Street Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor
Parking), Tahun 1992
21. Keputusan Menteri Perhubungan No. 68 Tahun
8. Direktorat lenderal Perhubungan Darat, Lembage 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di
Pengabdian pada Masyarakat Universitas Gajah Jalan Dengan Kendaraan Umum
Mada, Puasat Pengembangan Teknologi Tepat,
Stud; Standarisasi Perencanaan Kebutuhan 22. Keputusan Menteri Perhubungan No. 69Tahun
Fasilitas Perpindahan Angkukln Umum di Wilayah 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di
Perkotaan, Jakarta, Tahun 1994 Jalan

9. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Japan 23. Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 TahWl
Railway Technical Service, PCI, PT. Intermatrix 1993 tentang Tarif Angkutan Penumpang dan
Barang di Jalan
Bina Indonesia, PT. Winapa Consultant, Land and
Public Transport Development Study in -Jabotabek
24. Keputusan Menteri Perhubungan No.71 Tabun
Area, Volume I, Jakarta 1991
1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan
Bermotor
10. Hobbs,F.D. Traffic Planning & Engineering, 2nd
Edition, Pergamon International Library, Oxford,
25. Keputusan Menteri Perbubungan No. 72 Tahun
1979 1993 tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor

26. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 6lTahun


1993 tentang Pedoman Organisasi dan Tats Kerja
t
J.

Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah


Tingkat I dan Dinas Lalu Lintas Dan Angktitan
.43. TRRL, Towards Safer ROfds in Developing
j
Countries, A Guide for Planner and Engineers, flsrt'
Jalan Daerah Tingkat n. Edition 1991 . ).' . ; :
27. Keputusan Meuteri Perhubungan No. 4 Tatum 44. Undang-Undang No. 14 Talluh 1992 tentang Lalu
1994 t~ntang Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor Lintas dan Angkutan Jalan j
di Jalan .
45. Wells G., TrqJJic Engineering : An Introduction,
28. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Charles Griffith, London,1979/
No.AJ 401lln Tahun 199} tentang Pedoman
Sistem Pengendalian Lalu Lintas Terpusat
)
29. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darst
No.AI 401/118 Tahun 1991 tentang Pedoman
Teknis Pengaturan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan

30. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darst


No.A] 401/116 Tahun 1991 tentang Prinsip DOAAT
Pcmbatasan Lalu Lintas Kendaraan Pribadi

31. Kimber;R.M., M Me Donald and N B Hounsell,


The Prediction of Saturation Flows For Road
Junctions Controlled by Traffic Signala, Research
Report 67, Transport and Road Research !.

Laboratory, Crowthome, Berkshire, 1986.

32. Matson, Smith & Hurd, Traffic Engineering,


McGraw·HilI Book Company, New York, 1955

33. Ministry of Transport/Scottish Devetopment


Department, AdvisOlY Memorandum 011 Urban
TrojJic Englneertng Techniques, Her Majes\y's :L:::

Stationery Office, London 1965

34. Morlok Edward, Yani Sianipar dan Johan Katana


putra Hninim, Pengmltar Teknik dan Perencanaan
Transportasi, Cetakan ke tiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta 1991

35. National Association on Australian State


Authorities (NMSRA), Guides to Traj)ic
Engineering Practice, Sydney, 1988 I
36. Pcraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang
Angkutan Penumpang Jalan I.
37. Pereturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 tentang
Pemeriksaan Kendaraan Bennotor di Jalan
I
38, Peraturan Pemerintah No. 43' Tahun 1993 tentang
.Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
I
39. Peraturan Pcmerintah No. 44 Tahun 1993 tentang
Kendaraan dan Pengemudi

40. Pignataro L. 1., Trofftc Enjineering Theory and


·Pal'ctice, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey Ii
4 I. Rospa,. ROad Safety Eng;"eering Manual,

Binningham,1992
!

42. Salter P., Highway Traffic Analysis and Design,


Mc MiIIRll, London 1981 .

Anda mungkin juga menyukai