Makalah Pancasila Sila Ke 2 Fix
Makalah Pancasila Sila Ke 2 Fix
Disusun Oleh:
1. David Aditya Kusuma (311310006)
2. Mahendra Wirosantoso (311310014)
3. Marid Candra Saputro (311310015)
4. Vaan Jupii (311310024)
5. Olivia Cellinda Lubin (311310027)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada gambaran yang
jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses penyusunan Undang-undang
Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas tentang
negara dan tujuannya. Dengan kata lain realisasi pembentukan negara beserta
konstitusinya harus berlandaskan pada ideologi negara, yaitu Pancasila.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta tujuan hidup
bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai
yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai
Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa lain dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun
secara kemasyarakatan.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada
hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila bersumber pada
hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung
pokok negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari tidak
lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar kepada
kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain
itu, dalam sila ke-dua juga terdapat nilai keadilan di mana menuntut kita sebagai manusia
yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan
menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa yang
ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua
tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam
mengamalkan apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia
senantiasa berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kehidupan
bermasyarakat.
BAB II
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat
dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan dalam
menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai
dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal
tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi :
Dengan demikian kedudukan Pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis
konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum dan
norma hukum yang menguasai hukum dasar negara Republik Indonesia dan
dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan.
Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan
pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapinya
sehingga dapat memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki pandangan hidup, suatu
bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul,
baik persoalan masyarakatnya sendiri maupun persoalan dunia.
Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan hidup,
pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada banyak istilah
mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang
sama. Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai
petunjuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap
maupun perilaku haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila.
Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan yang harmonis di antara masyarakat
Indonesia dapat terwujud. Untuk dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat
Indonesia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan
masyarakat lain. Dengan begitu masing-masing pandangan hidup dapat beradaptasi,
artinya pandangan hidup perorangan atau individu dapat beradaptasi dengan
pandangan hidup kelompok karena pada dasarnya Pancasila mengakui adanya
kehidupan individu maupun kehidupan kelompok.
Selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi
dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung
gagasan dan pikiran tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa
Indonesia yang bersifat majemuk.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari
nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan
kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh,
dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik
bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum
nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-
agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup
mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan
penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan
demikian, ia menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk
semua pihak. Secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai-
nilai yang tersusun secara sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu
masyarakat dan diwujudkan di dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di
dalam pandangan hidup ditempatkan secara sistematis kedalam seluruh aspek
kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi
berisi pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan bangsa.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup. Dengan
pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan
budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup sebagai ideologi, sebuah bangsa akan membangun diri dan
negerinya.
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi
pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia yang merupakan
esensi dan identitas manusia karena martabat kemanusiaannya (human dignity).
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang objektif; jadi, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang.
Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi, beradab berarti berbudaya. Ini
mmengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan nila-
nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung
pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan demikian, bearadab dapat
ditafsirkan sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya dan
kebudayaan umumnya.
Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia,
maupun terhadap alam dan hewan.
Pada prinsipnya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan
manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai, dan
berbudaya.
Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” didasari dan dijiwai oleh sila ke-1
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, serta mendasari dan menjiwai sila ke-3, ke-4 dan ke-5.
Nilai-nilai sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah sebagai dasar dalam
kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Di dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-cita
kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakikat mahkluk manusia.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia
(Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka setiap warga Negara
mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama terhadap Undang-Undang Negara,
mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga Negara dijamin haknya serta
kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang seorang,
dengan Negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan
pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.
Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat manusia
(yang terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk sosial
dan individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan
makhluk Tuhan).
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan sejati yang menghormati serta
mengembangkan kemerdekaan, martabat dan hak sesama manusia, memperlakukannya
secara adil dan beradab. Ikut berusaha mencerdaskan masyarakat agar masing-masing
warga yang berusaha secara halal dapat hidup layak sebagai manusia dan
mengembangkan pribadinya. Unsur kemanusiaan yang hakiki dalam keadilan sosial
dalam suatu masyarakat dan Negara. Yang diatur menurut hukum yang adil dan bermoral
(Ketuhanan) sehingga keadilan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua
tanpa diskriminasi apapun. Sikap seperti itu diperluas terhadap semua orang dari segala
bangsa.
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya
manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan
derajat yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta,
rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan
hewan.
Jadi sila ke-dua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap
manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati
harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini
diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup
bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk penjajahan
di muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.
UUD ‟45 berbunyi: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Undang-undang tersebut sangat berkaitan erat
dengan Pancasila sila ke – 2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Alm Bung Karno
membuat Pancasila sila ke -2 tersebut karena beliau tidak menginginkan lagi adanya
penjajahan atau kekerasan di dalam Negara kita Republik Indonesia.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila.
BAB III
Analisis Kritis
Refleksi
Berdasarkan pemikiran kami dalam Bab II dan Bab III, kami menemukan beberapa
nilai yang bisa kami terapkan dan teladani sebagai bagian dari mengamalkan sila Pancasila,
khususnya tentang sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Berikut adalah nilai-nilai yang dapat kami ambil sebagai pembelajaran:
1. Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak dan kewajiban asasi
warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidakadilan dari muka
bumi.
2. Harkat dan martabat manusia sebagai makhluk sosial.
3. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian.
Gemar melakukan kegiatan kemanusian. Berani membela kebenaran dan keadilan
hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia,
5. Pengertian manusia yang beradab, yang memiliki daya cipta, rasa, dan karsa, dan
keyakinan, sehingga ada perbedaan jelas antara manusia dan binatang,
6. Relasi yang setara dan adil antara perempuan dan laki-laki,
7. Saling terkait dengan sila-sila lain.
Kemanusiaan atau peri kemanusiaan adalah sifat yang dimiliki oleh setiap manusia.
Manusia pada dasarnya adalah sama dan mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang
bersifat universal. Segala perbedaan yang tampak tidaklah boleh dijadikan alasan untuk
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tersebut, termasuk perbedaan agama, karena
agama pada dasarnya justru menjunjung tinggi persamaan derajat manusia.
Salah satu faktor utama dari peri kemanusiaan adalah sikap toleransi. Toleransi di sini
adalah toleransi yang positif, yaitu toleransi dalam hal kebaikan, bukan sebaliknya yaitu
toleransi dalam halkeburukan. Toleransi adalah hal yang sangat krusial di negara ini,
mengingat keanekaragaman yang sangat luar biasa mulai dari suku, bahasa, budaya,
agama/kepercayaan, adat istiadat, dan seterusnya. Toleransi yang positif akan
menyuburkan sikap berperikemanusiaan, seperti menjunjung tinggi persamaan
derajat/hak/kewajiban asasi setiap manusia tanpa melihat apapun perbedaannya,
mengembangkan sikap tenggan rasa, empati, dst.
Adil adalah salah satu faktor terpenting dalam hubungan antar manusia. Tidak ada satu
manusia pun yang mau diperlakukan tidak adil. Di dalam hubungan antar manusia seering
terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan permasalahan. Dan nilai keadilan inilah poin
utama yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Dengan memegang teguh prinsip adil, maka hubungan antar manusia akan harmonis
sesuai dengan yang seharusnya. Dan dengan dasar prinsip keadilan, maka dapat
dikembangkan prinsip-prinsip lain sebagai turunannya, antara lain: tidak melakukan
perbuatan yang merugikan orang lain, menghargai hak orang lain, menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, tidak semena-
mena kepada orang lain, tidak menggunakan fasilitas umum/fasilitas negara untuk
kepentingan pribadi, dsb.
Semua aturan di atas bertujuan untuk menjaga agar manusia tetap beradab, tetap
menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia, dan menghindari kezaliman
(menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya yang sesuai). Adab diperlukan agar manusia
bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai, agar nyaman dan bisa berkembang sesuai
dengan harkatnya masing-masing. Sesuatu yang tidak pada tempatnya akan cenderung
menyebabkan ketidaksadaran, kebodohan, kejahilan, dan kerusakan pada sistem
kemasyarakatan.
Manusia adalah makhluk paling luhur, akan tetapi manusia juga dapat jatuh menjadi
makhluk yang paling rendah, yang tega menzalimi sesama dengan beribu alasan. Oleh
karena itu adab harus terus dilestarikan untuk menjaga keluhuran budi manusia. Adab
sangatlah dibutuhkan manusia agar tidak bertingkah laku seperti hewan, yaitu semena-
mena mengandalkan kekuatan, kekuasaan, kepandaian, dan semua kelebihannya, tanpa
disertai budi pekerti dan hati nurani.
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan di atas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan
manusia. Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain
itu peri kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya
dengan naluri manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan
lain-lain. Oleh karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia
menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk
masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-
anggotanya.
Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak
bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling
mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan
yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu
pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan perasaan cinta pula manusia dapat
mempergiat hubungan sosial seperti kerjasama, gotong royong, dan solidaritas.
Dengan rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati,
saling berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan
orang lain. Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada
orang lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri; bilamana kita tidak senang
disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa juga
dapat kita wujudkan dalam toleransi dalam beragama.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-wenang,
berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku
setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung
tinggi hak dan kewajiban.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi
dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan dengan baik, seperti:
ii. Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk menerima
kompromi.
vi. Melakukan kerja sama dengan iktikad baik dan tidak curang.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan. Butir ini menghendaki manusia Indonesia
untuk mempunyai hati yang mantap dan percaya diri dalam menegakkan kebenaran
dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu di kembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Butir ini menganjurkan untuk saling menghormati, sikap saling menghormati ini
dapat di lakukan dengan menghormati kedaulatan suatu bangsa dan menjalin kerja
sama yang menguntungkan.
Selain itu penjelmaan Pancasila ke dalam hukum Negara kita tertuang dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 27 tentang Warga Negara dan Penduduk, pasal 28 A-J tentang
HAM, dan pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan.
Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang pernah terjadi di Indonesia adalah
pada masa kepemimpinan Soeharto, pada saat itu setiap orang atau kelompok yang tidak
sependapat dengan Soeharto akan dibunuh secara diam-diam. Tindakan ini sangat tidak
manusiawi, karena sampai sekarang jasad mereka tidak pernah diketahui dimana dan
alasan mereka dihilangkan nyawanya sangat tidak jelas. Hal yang sangat terlihat jelas
adalah pelanggaran dalam kebebasan berpendapat juga masalah hak hidup yang notaben-
nya adalah hak dasar seorang manusia untuk hidup. Dan pada saat itu Indonesia sudah
menganut ideologi Pancasila, itu berarti pada masa kepemimpinan Soeharto terjadi
penyimpangan pada sila kedua Pancasila.
Seperti ditarik dari pengalaman bangsa yang dijajah, pelanggaran nilai-nilai HAM paling
sering terjadi antara yang dijajah dengan yang menjajah, yang dikuasai dengan sang
penguasa, rakyat dengan dominasi kekuasaan, rakyat dengan dominasi pemerintahnya. Ini
yang dinamakan pelanggaran HAM yang bersifat vertikal. Dikarenakan pemerintah
dilengkapi dengan sarana pengamanan seperti militer lengkap dengan senjatanya ataupun
penegak hukum lainnya seperti polisi, kejaksaan, kehakiman dll. Sangat mudah terjadi
penyimpangan yang di satu sisi pemerintah dengan kekuasaan seharusnya mengayomi
atau memberi rasa aman kepada masyarakat justru sebaliknya menjalankan pemerintahan
yang represif dan menghantui rakyatnya dengan rasa takut apabila berhadapan dengan
penegak hukum yang berlaku sewenang-wenang dalam melakukan penegakan hukum.
Hal ini terjadi sejak jaman kemerdekaan sampai dengan saat ini, sehingga kemerdekaan
yang seharusnya memberikan kemerdekaan sepenuhnya untuk rakyat tidak tercapai tetapi
yang terjadi justru penjajahan yang masa lalu dilakukan oleh Belanda, setelah
kemerdekaan bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa sendiri yang kebetulan dipercaya oleh
rakyat untuk duduk dalam posisi sebagai pengelola Negara.
Dalam banyak kasus yang menyangkut pihak aparat keamanan (terutama militer),
penegakan HAM menjadi tumpul di Indonesia yang merupakan suatu indikasi bahwa
kekuatan militer masih punya pengaruh yang cukup dominan dalam pemerintahan
Republik Indonesia yang katanya demokratis saat ini, sebagai contoh:
a. Tidak tuntasnya siapa sebenarnya penembak mati 4 mahasiswa Trisakti pada tanggal
12 Mei 1998.
b. Tidak pernah terungkapnya siapa sebenarnya yang berada di balik kerusuhan 13-14
Mei 1998.
c. Berbelit-belitnya penyelesaian masalah siapa di balik skenario pembunuhan Munir.
Rakyat bisa juga mencoba melakukan intimidasi, pemaksaan kehendak terhadap rakyat
yang lain sehingga menimbulkan keterpaksaan lain pihak dalam melakukan sesuatu atau
pada banyak hal memberikan sesuatu secara terpaksa kepada pihak lain, apakah itu secara
organisasi maupun secara individu. Yang paling menonjol saat ini di Indonesia adalah
praktek premanisme dan mafia pengadilan.
Beberapa contoh premanisme yang dibiarkan secara berlarut-larut oleh oknum penegak
hukum karena membawa manfaat secara pribadi terhadap oknum penegak hukum tersebut
adalah:
Praktek pungutan keamanan untuk para pedagang kaki lima, pasar ataupun toko-toko
kecil. Biasanya ini dilakukan jutru oleh organisasi massa yang berafiliasi dengan partai
politik.
Pembiaran oleh pemerintah, organisasi preman berkedok agama yang merusak tempat-
tempat usaha hiburan bahkan yang terakhir peristiwa Monas yang target kekerasan adalah
organisasi massa lainnya.
Pada hakekatnya praktek premanisme merupakan bisnis yang empuk bagi sebagian rakyat
kepada rakyat yang lain berupa pemaksaan kehendak dengan tindak kekerasan yang tidak
jarang berujung dengan penganiayan bahkan pembunuhan. Penegak hukum menutup
mata bahkan oleh oknum-oknum di tubuh militer dan kepolisian dijadikan objek
penambahan penghasilan dengan cara memberikan backing.
Praktek mafia pengadilan bisa juga dikatakan pelanggaran HAM horizontal karena ada
unsur pemerasan kelompok mafia pengadilan apabila oleh sesuatu hal kita berhubungan
dengan penegak hukum karena terkena kasus hukum baik yang ringan ataupun yang
berat, selalu akan ada makelar pengadilan atau kelompok mafia pengadilan yang akan
mengurus masalah pembebasan atau paling tidak peringanan hukuman melalui kelompok
ini yang mengenal baik para pejabat penegak hukum. Bukannya proses hukum yang
dilakukan untuk menegakkan hukum secara adil dan beradab tapi proses mediasi dengan
motif uang gratifikasi yang menjadi fokusnya.
Sangat banyak hal yang terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan intimidasi kelompok
masyarakat yang satu terhadap kelompok masyarakat lainnya. Pada banyak kasus
pembebasan tanah sangat sering terjadi intimidasi terhadap pemilik tanah agar menjual
tanahnya dengan harga yang dipaksakan oleh pembeli melalui intimidasi. Kemungkinan
besar masyarakat Indonesia banyak yang tidak mengetahui bahwa setiap tindak
pemerasan dan pemaksaan kehendak terhadap pihak lain adalah salah satu pelanggaran
hak asasi manusia.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saran
Pancasila bukan hanya sekedar bahan hafalan saja, tetapi juga perlu diterapkan.
Sebagaimana melakukan pekerjaan lain, ketika kita tidak bisa melakukannya kita akan
mencoba hingga berhasil. Demikian juga dengan penerapan pancasila, jika setiap orang mau
mencoba untuk mengamalkan butir butir pancasila maka tujuan Negara juga bisa tercapai.
Dengan adanya pendidikan pancasila ini diharapkan kita bisa mengamalkan apa yang ada
dalam pancasila, minimal di tempat kita tinggal. Sehingga apa yang telah kita pelajari selama
ini mengenai pancasila dapat dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bolo, Andreas Doweng dkk. 2000. Pendidikan Nilai Pancasila. Bandung: Unpar Press.
2014, Latif, Y, Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan, Jakarta: Mizan.
1969, Purbopranoto, K, Hak-hak Azasi Manusia dan Pantjasila, Cet. Ke-3 Revisi, Djakarta:
Pradnja Paramita