Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


DAN RPP K13
Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dosen :

Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP.

OLEH :

ANDYA AGISA
[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 1


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh
ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester matakuliah Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang berjudul “Makalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dan RPP
Kurikulum 2013”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan
ini, khususnya kepada bapak Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya memperoleh banyak manfaat
setelah menulis makalah ini.
Akhirul kalam, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Karena itu saya mengharapkan
saran dan kritik konstruktif demi perbaikan laporan di masa mendatang. Harapan saya semoga laporan
ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Demikian laporan ini saya tulis, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, Januari 2018

Penulis

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 2


DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................................................9
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................................9
BAB 2 PEMBELAJARAN IPS
A. Hakikat Pembelajaran IPS .........................................................................................................10
B. Perbedaan Makna Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial
(Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ................................................................12
C. Hubungan Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial
(Social Studies)/ Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .......................................................................15
D. Gambaran dan Contoh Pembelajaran IPS Menurut Kurikulum 2013 .......................................19
BAB 3 KARAKTERISTIK ILMU-ILMU SOSIAL
A. Karakteristik Ilmu Politih, Ilmu Hukum, Ilmu Geografi,
Ilmu Sejarah, Ilmu Sosantro, dan Ilmu Ekonomi Menurut IPS .................................................25
B. Perbedaan, Persamaan, dan Analisis Ilmu-Ilmu Sosial .............................................................33
BAB 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Pengertian dan Tujuan RPP .......................................................................................................52
B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan RPP .........................................................52
C. Kurikulum 2013 .........................................................................................................................53
D. RPP IPS Kurikulum 2013 ..........................................................................................................53

LAMPIRAN................................................................................................................................................54

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................................61
B. Saran ..........................................................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................63

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 3


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby
(Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai
dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukannya social studies
(IPS) ke dalam kurikulum sekolah karena berbagai ekses akibat industrialisasi di berbagai negara di belahan
dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai kemajuan dan ketercukupan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa
semakin maju dan modern, tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu
sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan ekses negatif yang mungkin timbul di
masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial di
lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan pengetahuan secara disipliner, tetapi
juga dapat dilakukan melalui pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah.
Program pendidikan antar disiplin (interdiscipline) di tingkat sekolah merupakan salah satu pendekatan
yang dianggap lebih efektif dalam rangka membentuk perilaku sosial siswa ke arah yang diharapkan.
Bahkan program pendidikan ini di samping sebagai bentuk internalisasi dan transformasi pengetahuan juga
dapat digunakan sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi berbagai
tantangan dan problematika yang makin komplek di masa datang.
Oleh karenanya latar belakang perlu dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di beberapa
negara lain juga memiliki sejarah dan alasan yang berbeda-beda. Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris
karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari
berbagai macam ras di antaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari
Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara
tersebut.
Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi terhadap social
studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara, terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai
negara di Eropa, dan baru berkembang ke berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir
sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi
keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat
konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan
berbagai masalah nasional lainnya di pandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda
dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 4


Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai
program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional
tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut,
muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu :
1. Pengetahuan Sosial
2. Studi Sosial
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada tahun 1972-1973
yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung.
Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak
cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di
tingkat SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata
pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies) dalam kurikulum 1975 tersebut,
dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.
Sejak pemerintahan Orde Baru keadaan tenang, pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan
menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan
nasional.
Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor pendidikan oleh pemerintah menjadi prioritas. Program
pembangunan pendidikan bidang sosial semakin ditingkatkan untuk mengatasi dan menanamkan
kewarganegaraan serta cinta tanah air Indonesia. Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora
ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat
dan kuat. Kurikulum pendidikan 1975 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut :
a. Berorientasi pada tujuan.
b. Menganut pendekatan integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 5
d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).
e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan latihan.
Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap kurikulum 1975 yang menampilkan
empat profil, yaitu :
1) Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai bentuk pendidikan IPS khusus.
2) Pendidikan IPS terpadu untuk SD.
3) Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep peyung untuk sejarah,
geografi dan ekonomi koperasi.
4) Pendidikan IPS terisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan geografi untuk SMA,
atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan sejarah) untuk SMEA /SMK.
Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang secara konseptual
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 khususnya dalam aktualisasi materi, seperti masuknya
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) sebagai materi pokok PMP. DalamKurikulum 1984,
PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti semua siswa di SD, SMP dan SMU.
Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
1) Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.
2) Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.
3) Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di kelas I-II;
Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah Budaya di kelas III program IPS.
Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam rangkaian pertemuan
ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di
Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua
di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda pembahasan ialah mengenai konsep
PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang, M. Numan Soemantri, pakar dan ketua HISPISI menegaskan
adanya dua versi PIPS sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu :
a) Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin
Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang duorganisir dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
b) Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP. PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan.
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS (eks IKIP, FKIP, STKIP),
direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi Pendidikan Disiplin Ilmu
Pengetahuan Sosial, seperti pendidikan Geografi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan sosiologi, Pendidikan Sejarah dsb).
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 6
Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang memiliki komitmen
terhadap social studies atau pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka
berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu sosial ke dalam kurikulum sekolah lebih jelas lagi. Namun karena
tidak mungkin semua disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulum ilmu sosial itu
disajikan secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (social studies). Jadi untuk program
pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai di ajarkan.
Program pendidikan dasar di SD dan SMP penyajiannya secara terpadu penuh, sementara itu untuk
pembelajaran IPS di tingkat SMA/MA dan SMEA penyajiannya bisa dilakukan secara terpisah antar cabang
ilmu-ilmu sosial, tetapi tetap memperhatikan keterhubungannya antara ilmu sosial yang satu dengan ilmu
sosial lainnya, terutama dalam rumpun jurusan IPS di SMA dan juga di SMEA. Sementara itu, pada tingkat
perguruan tinggi pendidikan ilmu-ilmu sosial disajikan secara terpisah atau fakultatif, seperti FE, FH, FISIP
dsb. Namun untuk pendidikan IPS di FKIP/IKIP/STKIP yang mempersiapkan calon guru atau mendidik
calon guru di tingkat sekolah, maka pendidikan IPS di berikan secara interdisipliner dan juga secara
disipliner. Secara interdisipliner karena ilmu yang diperoleh nantinya untuk program pembelajaran untuk
usia anak sekolah, dan secara disipliner karena sebagai guru juga harus menguasai ilmu yang diajarkan.
Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual Pendidikan IPS, dapat diidentifikasi
sekolah objek telaah dari sistem pendidikan IPS, yaitu :
1) Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP dan SMU.
2) Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP/FKIP.
3) Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SLTP dan SMU.
4) Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin lain yang relevan.
5) Teori, prinsip, strategi, media serta evaluasi pembelajaran IPS.
6) Masalah-masalah sosial, ilmu pengetahuan dan teknilogi yang berdampak sosial.
7) Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan pembenahan atas
pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan perkembangan dan keadaan masyarakat saat
itu, khususnya yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan
pembangunan dan gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri. Upaya
pembaharuan kurikulum pendidikan nampak saat diadakannya serangkaian Rapat Kerja Nasional
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1986 sampai 1989.
Pembenahan kurikulum ini juga didorong oleh amanat GBHN 1988 yang intinya; 1) perlunya diteruskan
upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, 2) perlunya persiapan
perluasan wajib belajar pendidikan dasar dari enam tahun menjadi sembilan tahun, dan 3) perlunya segera
dilahirkan undang-undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 7
untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Di samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan digabung dengan
Pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan dan pengetahuan sosial (PKnPS),
namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun
2006, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli
pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan
kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu
membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara
terpisah dengan IPS. Jadi wajarlah kalau mata pelajaran PKn hanya ada di Indonesia, sementara di negara
lain disebut Civic education. IPS (social studies) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di Indonesia
terus melakukan beberapa tinjauan dan kritik terutama untuk perbaikan IPS sebagai program pendidikan
ilmu sosial di tingkat sekolah melalui seminar dan lokakarya serta pertemuan ilmiah bidang IPS lainnya,
terutama oleh kelompok pakar HISPISI (Himpunan sarjana pendidikan ilmu sosial Indonesia) dalam
kongresnya di beberapa tempat di Indonesia.
Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan
mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang
berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan kreatif. Pembahasan
materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web).
Sebagai guru/calon guru hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk
membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan pembahasan hal-hal
pokok dan latihan sebagai berikut :
1. konsep pendidikan IPS
2. hakikat pendidikan IPS
3. karakteristik pendidikan IPS

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu hakikat pembelajaran IPS?
2. Apa perbedaan makna pembelajaran IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social
science)?
3. Bagaimana hubungan diantara dua kelimuan tersebut IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu
Sosial/IIS (social science)?
4. Apa gambaran dan contoh dari pembelajaran IPS menurut Kurikulum 2013?
5. Apa karakteristik dan perbedaan dari suatu Ilmu Politik, Hukum, Geografi, Sejarah, Sosantro, dan

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 8


Ekonomi menurut Ilmu Pengetahuan Sosial?
6. Bagaimana RPP IPS K13 berdasarkan ilmu-ilmu tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah
- Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran
- Tujuan Khusus :
 Agar mahasiswa mengetahui hakikat pembelajaran IPS.
 Agar mahasiswa mengetahui perbedaan makna pembelajaran IPS (social studies) dengan Ilmu
Ilmu Sosial/IIS (social science).
 Agar mahasiswa mengetahui hubungan diantara dua kelimuan tersebut IPS (social studies)
dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social science).
 Agar mahasiswa mengetahui gambaran dan contoh dari pembelajaran IPS menurut Kurikulum
2013.
 Agar mahasiswa mengetahui karakteristik dan perbedaan dari suatu Ilmu Politik, Hukum,
Geografi, Sejarah, Sosantro, dan Ekonomi menurut Ilmu Pengetahuan Sosial.
 Agar mahasiswa mengetahui RPP IPS K13 berdasarkan ilmu-ilmu tersebut.

D. MANFAAT PENULISAN
- Sarana membaca dan Media pembelajaran.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 9


BAB 2
PEMBELAJARAN IPS

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS


Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah
dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies”
Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai
integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial
kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu
karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir
peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).
IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi
diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi,
dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui
pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran
terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-
masalah sosial tersebut.
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada transfer konsep karena dalam
pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat
dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai
permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar
yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar
berlangsung secara optimal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak
menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji
gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan
masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas,
yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 10


negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi
yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau
umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari
berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang
dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi.
Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah
laku dan kebutuhannya. IPS berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk
memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memamfaatkan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan
manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala
aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan
sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana
manusia bergerak dan memenuhi kebutuhanhidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan
kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya akibat tuntutan
perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia
dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.
Sebutan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di
negara kita IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin
ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional. Karakteristik ini
terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang cakupan materinya semakin meluas.
Dinamika cakupan semacam itu dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan
sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam,
teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan. Dengan cara demikian pula diharapkan
pendidikan IPS terhindar dari sifat ketinggalan zaman, di samping keberadaannya yang diharapkan tetap
koheren dengan perkembangan sosial yang terjadi.
Pusat Kurikulum mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-
ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan
Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan
interdisipliner dariaspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5).
IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku
dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 11
pengalaman masalalu yang bisa dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang. Peristiwa fakta,
konsep dan generalisasiyang berkaitan dengan isu sosial merupakan beberapa hal yang menjadi kajian IPS.
Urutan kajian itu menunjukan urutan dari bentuk yang paling kongkrit, yaitu dari peristiwa menuju
ketingkatan yang abstrak, yaitu konsep peranan peristiwa dan fakta dalam membangun konsep dan
generalisasi. Senada dengan hal itu menurut Sapriya pengetahuan IPS hendaknya mencakup fakta, konsep,
dan generalisasi. Fakta yang digunakan a terjadi dalam kehidupan siswa, sesuai usia siswa, dan tahapan
berfikir siswa. Untuk konsep dasar IPS terutama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang terkait dengan
isu-isu sosial dan tema-tema yang diambil secara multidisiplin. Contoh konsep, multikultural, lingkungan,
urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi. Sedangkan generalisasi yang merupakan ungkapan pernyataan dari
dua atau lebih konsep yang saling terkait digunakan proses pengorganisir dan memaknai fakta dan cara
hidup bermasyarakat.

B. PERBEDAAN MAKNA PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES),


STUDI SOSIAL (SOCIAL STUDIES), DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Sampai saat ini, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan subdisiplin ilmu tersendiri,
sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social
science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan
National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social
Studies”.
Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul bersamaan dengan
diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini, maka IPS sebagai bidang
studi masih “baru“. Disebut demikian karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru,
walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang
bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran
tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia.
Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadang-kadang dapat
mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social
Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk memperjelas penggunaan istilah tersebut secara tepat,
berikut ini akan dijelaskan dari masing-masing istilah.
1) Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai
berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplindisiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan
biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Sedangkan menurut
Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 12


sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada Manusia sebagai anggota masyarakat dan pada
kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Selanjutnya Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh
karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia
sebagai anggota masyarakat.
Tingkah laku manusia dalam masyarakat itu banyak sekali aspeknya seperti aspek ekonomi, aspek
sikap, aspek mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan sebagainya. Studi khusus tentang aspek-
aspek tingkah laku manusia inilah yang menghasilkan Ilmu Sosial seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu
politik, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
Jadi setiap bidang keilmuan itu mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota
masyarakat, ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek budaya,
sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari aspek kejiwaan, demikian pula
bidang keilmuan yang lain. Sedangkan yang menjadi obyek materialnya sama yaitu manusia sebagai
anggota masyarakat.
2) Studi Sosial (Social Studies)
Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam
kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk Ilmu
Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial
tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar. Selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan atau jenjang berikutnya
kepada disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-
masalah tertentu berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil
mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Kerangka kerja Studi Sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di
masyarakat tidak menekankan pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis, tidak terlalu
bersifat akademis-teoritis, melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai
bidang keilmuan. Hal tersebut mengandung arti bahwa Studi Sosial dalam meninjau suatu gejala sosial
atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi (sudut, segi, aspek) kehidupan. Sedangkan Ilmu Sosial
pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.
Jadi dapat dikatakan bahwa Studi Sosial itu lebih memperlihatkan bentuknya sebagai gabungan Ilmu
Sosial. Tugas Studi Sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 13
pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan
kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial serta mampu memecahkan masalah-
masalah sosial yang dihadapinya. Jadi materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang
diembannya.
3) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Bagi sekelompok kecil ahli pendidikan di Indonesia, istilah IPS telah digunakan dalam kurikulum
1975. Bagi kelompok ini, nama tersebut telah diungkapkan dalam berbagai pertemuan ilmiah. Nama-
nama yang dipergunakan dalam kesempatan itu bermacam-macam antara lain ada yang memakai istilah
Studi Sosial yang dekat dengan istilah aslinya, ada pula yang menyebutnya dengan Ilmu-ilmu Sosial dan
ada yang menamakannya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun sejak tahun 1976 nama IPS menjadi
nama baku.
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari
pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-
ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Nama komite
itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun demikian
nama “Social Studies” menjadi semakin terkenal pada tahun l960-an, ketika pemerintah mulai
memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama
dengan social studies yang ada di Amerika Serikat. Harus diingat bahwa kondisi masyarakat Indonesia
berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan adanya penyesuaian-
penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini sangat baik, karena setiap ide yang datang dari luar, dapat
kita terima bila sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut:
social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin
the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines
as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion,
and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.
The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and
reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan
interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi
dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4)
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 14
bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang
studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplin-
disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang
tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi
mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut
diajarkan secara terpadu. Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan
pendekatan “broadfielt”. Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi
sintesis antara beberapa disiplin ilmu.
Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa
teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku
pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah perbedaan Social Science dengan Social Studies.
Perbedaan penting antara Social Science dengan Social Studies terletak pada tujuan masing-masing. Ilmu
social bertujuan memajukan dan megembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah,
dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Sementara itu, tujuan ilmu
pengetahuan social bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu social. Orientasi utama study ini
adalah keberhasilannya mendidik dsn membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan social,
berupa terciptanya tujuan instruksional. Dari uraian tersebut ilmu pengetahuan social menggunakan
bagian-bagian ilmu-ilmu social guna kepentingan pengajaran. Untuk itu, berbagi konsep dan generalisasi
ilmu social harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami murid-murid yang umumnya belum
matang untuk membelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metedologis
dan keilmuan dapat dikatakan belum setara dengan ilmu social.

C. HUBUNGAN ANTARA ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES) DENGAN STUDI


SOSIAL (SOCIAL STUDIES)/ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Antara Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies) dengan Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences) mempunyai
hubungan yang sangat erat, karena keduanya sama-sama mempelajari dan mengkaji hubungan timbal balik
antar manusia (human relationships). IPS merupakan pengetahuan terapan yang dilaksanakan dalam
kegiatan instuksional di sekolah-sekolah guna mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran tertentu, antara
lain untuk mengembangkan kepekaan peserta didik terhadap kehidupan sosial di sekitarnya, kemudian
kedua-duanya juga merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan atau pengajaran dan
keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan pengetahuan sosial.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 15


Menurut Edgar B Wesley (Mukminan dkk. 2002: 17), hubungan antara social studies dengan social
sciences terletak pada sasarannya yakni sama menjadikan manusia sebagai sasaran atau obyek kajiannya,
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya membahas masalah yang timbul akibat
hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain, keduanya mempelajari masyarakat manusia.
Adapun perbedaan antara ilmu-ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial terletak pada tujuan masing-
masing. Ilmu sosial bertujuan memajukan dan mengembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian
ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Sementara itu, tujuan
ilmu pengetahuan sosial bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Orientasi utama studi ini
adalah keberhasilannya mendidik dan membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan sosial, berupa
tercapainya tujuan intruksional. Dari uraian tersebut, ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian
ilmu sosial guna kepentingan pengajaran. Untuk itu, berbagai konsep dan generalisasi ilmu sosial harus
disederhanakan agar lebih mudah dipahami peserta didik-peserta didik yang umumnya belum matang untuk
mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metodologis dan keilmuan
dapat dikatakan belum setara dengan ilmu-ilmu sosial.
Adapun hubungan Studi Sosial dengan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya ialah, 1) IPS mengambil bahan-bahan
dari ilmu sosial. 2) Tidak ada keharusan bahwa semua ilmu sosial perlu diturunkan dalam setiap pokok
bahasan IPS, tapi disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan perkembangan peserta didik. 3) Jenjang
pendidikan juga ikut menentukan jumlah dan bagian isi ilmu sosial yang akan diramu menjadi program IPS.
4) Kesamaannya IPS dapat disusun dengan mengaitkan atau menggabungkan berbagai unsur ilmu sosial
sehingga menjadi menarik. Kemudian dapat dicontohkan sebagai berikut.
- Keterkaitan IPS dengan Sosiologi Ilmu sosial dinamakan demikian karena ilmu tersebut mengambil
masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. ilmu sosial belum mempunyai
kaedah-kaedah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena ilmu tersebut
belum lama berkembang, sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu
berubah-ubah. Karena sifat masyarakat yang selalu berubah-ubah karena hingga kini belum dapat
diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih
mendalam. IPS di sini banyak mengambil sumber atau dalil-dalil dari Sosiologi.
- Keterkaitan IPS dengan Politik Ilmu politik merupakan salah satu dari kelompok besar ilmu sosial dan
erat sekali hubungannya dengan disiplin ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, antropologi, ilmu hukum,
ekonomi, dan geografi. Semua ilmu sosial mempunyai objek yang sama, yaitu manusia sebagai individu
maupun anggota kelompok (group). Dengan hal tersebut sangat membuktikan bahwa politik juga
mempunyai hubungan erat dengan IPS yang sasaran yang diselidiki manusia dalam kehidupan
masyarakat.·
Perbedaan IPS dengan ilmu sosial:Terletak pada tujuannya yaitu IPS ini tujuannya lebih cenderung
mengarah ke pendidikan (bersifat pendidikan) dan IPS di sini bukan untuk mencari sebuah teori namun
mengambil teori dari ilmu sosial dan IPS ini juga merupakangeneralisasi dari ilmu sosial yang lain.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 16
Persamaan IPS dengan ilmu sosial: Persamaannya yakni mengenai objek yang dikaji, yakni manusia
didalam lingkungan sosialnya. Kaitan antara IPS dan Ilmu-ilmu Sosial. Di atas telah disinggung mengenai
definisi IPS dan ilmu sosial dari situ dapat kita simpulkan bahwa IPS sebenarnya adalah ilmu-ilmu sosial
yang disiapkan untuk keperluan pendidikan disekolah dasar dan menengah, dengan kata lain ilmu-ilmu
sosial adalah induk atau dasar dari Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Hubungan IPS dan ilmu-ilmu sosial dapat
dipahami dengan lebih jelas berdasarkan konsep dasar dan generalisasi IPS yang dikembangkan oleh
Mulyono T.J. yang telah dimodifikasi dan diperluas dalam Mukminan dkk. (2002: 62-77) sebagai berikut:
1) Antropologi
Antropas sendiri itu berarti manusia. Secara singkat antopologi berarti suatu studi tentang manusia
dengan pekerjaannya (Anthropology is the study of man and his works). Pekerjaan manusia disini
termasuk segala hasil pemikiannya atau hasil akal budinya, secara singkat diangkum dalam istilah
kebudayaan. Adapun hubungannya dengan IPS ialah IPS mengambil materi antropologi yang terkait
dengan kajian hasil budidaya manusia dalam menjaga eksistensinya dan usaha meningkatkan kehidupan,
baik aspek lahiriah maupun batiniah.
2) Ekonomi
Ekonomi adalah tindakan manusia yang ditunjukan untuk mencari kemakmurannya. Tindakan
manusia yang ditunjukan untuk mencapai kemakmuannya disebut tindakan ekonomi. Alasan yang
mendorong manusia melakukan tindakan ekonomi disebut motif ekonomi yaitu berusaha mencapai hasil
yang sebenar-benarnya. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi ilmu ekonomi
terkait dengan usaha manusia untuk mencapai kemakmuran, dan gejala-gejala serta hubungan yang
timbul dari usaha tersebut.
3) Geogafi
Manusia baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok, tidak hanya melakukan intereaksi dengan
sesamanya, melainkan juga melakukan intereraksi dengan alam lingkungannya. Hartshorne R. (1960)
mengatakan bahwa geografi diartikan sebagai studi yang mencoba mengemukakan deskipsi ilmiah
tentang bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Geografi diartikan pula sebagai ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan deskripsi dan penjelasan tentang pola-pola lokasi gejala yang statis atau yang
bergerak di permukaan bumi. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi dari
geografi yang terkait dengan ruang bumi, garis lintang, bujur, arah, jarak, lokasi ruang, kondisi alam, tata
lingkungan, sumber daya alam, serta interaksi antar bangsa dan manusia dengan lingkungan.
4) Sejarah
Istilah sejarah berasal dari kata Arab “sujaratun” yang artinya pohon. Pengertian pohon disini semula
dimaksud sebagai “pohon silsilah”. Sebenarnya “silsilah” hanya salah satu aspek kecil saja dari
pengertian sejaah yang sebenarnya. Dalam pengertian dasar, istilah sejarah adalah tejemahan dari bahasa
Inggris “history” yang asal mulanya dari kata Yunani “Historia” yang artinya “suatu inkuiri” (suatu hasil
penelitian). Sejarah termasuk salah satu dari ilmu-ilmu sosial. Sejarah menempati kedudukan yang khas,
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 17
fokus kajian sejarah adalah manusia (individu atau kelompok masyarakat) yang hidup disuatu tempat
(spasiai) tetentu pada suatu waktu (temporal) tertentu. Faktor waktu inilah yang paling membedakan
sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5) Ilmu Politik
Definisi ilmu politik menurut Roger F. Soltau mengatakan bahwa ilmu politik mempelajari negara,
tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan tersebut ; hubungan antara
negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain. Kan W. Deutseh menyebutkan bahwa
politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. David Easton mengemukakan bahwa ilmu
politik adalah kajian mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum. Selanjutnya Harold Laswell
mengatakan bahwa politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan dimana. Adapun hubungannya
dengan IPS adalah IPS mengambil materi ilmu politik yang membahas usaha manusia
mengorganisasikan kekuasaan dalam mengatur manusia dalam mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan rakyat dan bangsa.
6) Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk sosial.
Objek studi psikologi sosial adalah tingkah-laku manusia di masyarakat sebagai ungkapan proses
mental, kejiwaan yang meliputi kemauan, minat, eaksi emosional, kecerdasan dan seterusnya, termasuk
pembentukan kepibadiannya. Kalau sosiologi lebih memperhatikan peranan seseorang dalam
kehidupannya di masyarakat sebagai hasil adanya interaksi sosial, sedangkan perhatian psikologi sosial
lebih terarah pada tingkahlakunya yang merupakan ungkapan perpaduan proses kejiwaan dengan
rangsangan dari lingkunganya sebagai makhluk sosial. Hubungan IPS dan psikologi sosial IPS
mengambil materi dari psikologi sosial yang mempelajari perilaku individu, kelompok, dan masyarakat
yang dipengaruhi oleh situasi sosial, pengetahuan, pemikiran, tanggapan, dan spekulasi.
7) Sosiologi
Sosiologi berasal dari kata Latin “socius” dan kata Yunani “Logos”. Socius berarti teman dan logos
berarti kata atau berbicara. Jadi sosiologi berarti berbicara mengenai teman, yang dalam
perkembangannya berarti ilmu mengenai masyarakat. Sebagai ilmu sosial, keterkaitan IPS dengan ilmu
sosial adalah IPS mengambil materi sosiologi yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan
hubungan antara individu dan masyarakat tersebut.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 18


D. GAMBARAN DAN CONTOH PEMBELAJARAN IPS MENURUT KURIKULUM
2013
1) Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan pedoman yang cukup mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia
pendidikan. Disadari atau tidak bahwa berhasil tidaknya suatu pendidikan, sukses tidaknya dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan sedikit banyak bergantung pada kurikulumnya. Kurikulum adalah
seperangkat rencana pengaturan mengenai isi dan bahan pelalajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011:18) Kurikulum sebagai
salah satu komponen dalam proses belajar mengajar menjadi instrument penting untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Kurikulum dikembangkan secara dinamis untuk menjawab tantangan
dan mengikuti perkembangan yang ada. Wamendik memaparkan pengembangan kurikulum harus
dilakukan dengan alasan adanya tantangan masa depan, kompetensi masa depan, presepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan padagogik dan fenomena negatif yang mengemuka
(Kemendikbud 2013).
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini dan masa
depan. Apabila kurikulumnya didesain dengan baik, sistematis, komprehensif, dan integral dengan
semua kebutuhan pengembangan dan pembelajaran peserta didik untuk mempersiapkan dirinya
dalam menghadapi kehidupannya di masa datang, maka tujuan yang diharapkan tentu akan terwujud.
Pada realitasnya penyelenggaraan pendidikan cenderung kognitif, mengutamakan kecerdasan
intelektual, dan kurangnya pendidikan karakter dan kepribadian.
Kurikulum 2013 di susun dengan maksud antara lain untuk mengembangkan potensi peserta
didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif dalam penyelesaian masalah sosial di masyarakat.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir dari pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran kritis. Pola pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, yang semula satu arah, menjadi pembelajaran interaktif.
Dalam kurikulum 2013terdapat empat perubahan penting dibanding kurikulum sebelumnya.
Perubahan tersebut meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan
Standar penilaian.
- Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan dalam kurikulum 2013 menghendaki lulusan yang memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhalak mulia, berilmu, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalm berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Ada tiga dimensi di dalam Standar Kompetensi
Lulusan, meliputi:

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 19


1) Dimensi sikap
Pembentukan sikap yang demikian tentu saja tidak mungkin hanya dilakukan oleh
seorang guru di sekolah, kerena peserta didik justru mempunyai waktu lebih banyak di luar
sekolah.
2) Dimensi pengetahuan
Untuk dimensi pengetahuan lulusan diharapkanmemiliki pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang
tampak mata.
3) Dimensi Ketrampilan
Permasalah akan muncul ketika input yang diperoleh sekolah adalah peserta didik yang
kemampuannya dibawah rata-rata serta lingkungan sosial masyarakat sekitarnya yang sama
sekali tidak mendukung. Mereka akan lebuh senang bermain dari pada harus berfikirtentang
maslah yang seharusnya mereka pecahkan. Tugas-tugas yang diberikan guru kepada mereka
bisa jadi tidak akan tersentuh, apalagi diselesaikan.
- Standar Proses
Kurikulum 2013 menuntut guru agar memiliki kreativitas dalam melakukan proses
pembelajaran, kerena perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh kurikulum 2013 terutama
menyangkut penyempurnaan pola pikir (mindset), yang semula berpusat pada guru menjadi
berpusat pada siswadan melibatkan mereka dengan menghubungkan kurikulum dengan
kehidupan nyata para siswa. Pola pikir yang semula masih pasif menjadi aktif-menyelidiki, yang
semula menggunakan alat tunggal (papan tulis), menjadi menggunakan alat multimedia.
- Standar Isi
Untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), standar isi mata pelajaran dirasa lebih
cocok apabila menggunakan tema yang terpadu dari berbagai disiplin ilmu dalam rumpun IPS
(Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi), tidak seperti sebelumnya yang terpisah-terpisah
sesuai disiplin ilmu yang ada.
- Standar Penilaian
Standar Penilaian dalam kurikulum 2013 lebih baik dibanding standar penilaian sebelumnya,
nilai dari rintangan skore 1 hingga 100 menjadi rintangan skore nilai 1 hingga 4.
Kemudian karakteristik Kurikulum 2013 ialah sebagai berikut.
a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI)
satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 20
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah
sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.

2) Pembelajaran IPS Terpadu


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pembelajaran terintegrasi terhadap ilmu-
ilmu sosial dan hiumanitas dalam pendidik kompetensi warga negara. Sejalan dengan program
sekolah (pendidikan), IPS berkoordinasi serta secara sistematik ditarik dari berbagai disiplin ilmu
sosial, seperti antropologi, sosiologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, psikologi, ilmu
politik, filsafat, agama, dan sosiologi, dan juga memperhatikan humaniora, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam (Kasmadi, 2007:1).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial
seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, antropologi, filsafat, dan psikologi social.

3) Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013


UU No. 20 Tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional, di jelaskan bahwa IPS merupakn
bahan kajian yg wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menegah yang antara lain
mencangkup ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi
sosial masyarakat.
Perubahan pada struktur pembelajaran IPS pada kurikulum 2013 membutuhka penyesuaian dan
berbagai kendala bagi guru mata pelajaran IPS. Penilitian yang dilakukan oleh Pujatama (2014)
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 21
menunjukan bahwa secara umum implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di SMP-
SMP di wilayah Kota Semarang masih mengalami beberapa kendala dan menyesuaikan dengan
kondisi riil di lapangan. Kendala lain yang dihadapi guru IPS dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013 adalah terbatasnya waktu dan kurangnya sosiaisasi dan pelatihan kurikulum 2013.
Perubahan dalam struktur pembelajaran IPS pada kurikulum 2013 juga menjadi tantangan
tersendiri bagi guru mata pelajaran IPS. Proses pada pembelajaran IPS pada kurikulum 2013
menuntut adanya keterpaduan antara disiplin ilmu yaitu geografi, sosiologi, ekonomi dan sejarah.
Hilangnya mata pelajaran TIK pada struktur pelajaran di SMP yang diintegrasikan disemua mata
pelajaran meyebabkan guru harus mampu menguasai menguasai teknologi untuk di impementasikan
dalam pembelajaran. Guru harus mampu meyesuaikan segala perubahan yang ada.
Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum 2013 untuk
SD/MI dan SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang
terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok
Ilmu-ilmu Sosial. Manfaat IPS bagi peserta didik dapat dilihat dalam empat hal yaitu:
a. Tujuan IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah “untuk menghasilkan warga negara yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratif,
kreatif, kritis, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli
dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan
budaya, serta berkomunikasi serta produktif.”
Pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat adalah pengetahuan penting yang
memberikan wawasan kepada peserta didik mengenai siapa dirinya, masyarakatnya, bangsanya,
dan perkembangan kehidupan kebangsaan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang.
Sikap religius, jujur, demokratis adalah sikap yang diperlukan oleh seorang warganegara di
masa kini maupun masa depan. Kebiasaan senang membaca, kemampuan belajar, rasa ingin tahu
merupakan kualitas yang diperlukan untuk belajar seumur hidup.
Kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik memberikan kesempatan kepada siswa mata
pelajaran IPS untuk selalu sadar dan berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Kualitas
lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan berkontribusi terhadap pengembangan
kehidupan sosial dan budaya.
Komunikasi adalah kemempuan penting untuk kehidupan abad ke-21 (Dyer, 2006).
Kemampuan komunikasi mendasariinteraksi sosial yang tak dapat dihindari, semakin baik
kemampuan berkomunikasisemakin baik interaksi yang terjadi.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 22


b. Konten Pendidikan IPS
Konten Pendidikan merupakan aspek penting untuk memberikan kemampuan yang
diinginkan dalam tujuan pendidikan IPS. Konten pendidikan IPS dalam Kurikulum 2013
meliputi :
(1) Pengetahuan : tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam
berbagai aspek kehidupan dan lingkunganya.
(2) Keterampilan : berfikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry),
meecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-
berbangsa.
(3) Nilai : nilai- nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan
kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
(4) Sikap : rasa ingin tahu, mandiri,menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif, dan
bertanggungjawab. Konten tersebut dikemas dlam bentuk Kompetensi Dasar. Kompetensi
Dasar IPS SMP dikemas secara integratif dengan menggunakan aspek geografis sebagai
elemen pengikat.

c. Pembelajaran IPS
Ketercapaian tujuan mata pelajaran IPS didukung oleh proses pembelajaran yang dirancang
dalam Kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal dalam pembelajaran IPS yaitu
pendekatan pengembangan materi ajar yang selau dikaitkan dengan lingkungan masyarakat di
satuan pendidikan dan model pembelajaran yang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik.
Dalam pendidikan saintifik dikenal ada lima langkah peristiwa pembelajaran, keliam langkah
tersebut adalah:
- Mengamati (observasing)
- Menanya (questioning/asking)
- Mengumpulkan informasi (eksperimenting/exploring)
- Mengasosiasikan/mengolah informasi (analyzing/associating)
- Mengkomunikasikan (communicating)
Untuk pembelajaran IPS, kelima langkah pembelajaran ini terkait dengan sumber utama
(primary sources) IPS yaitu masyarakat dan lingkungan hidupnya. Dengan proses pembelajaran
yang demikian maka penerapan apa yang mereka pelajari di masyarakat dan menjadikan
masyarakat sebagai sumber belajar.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 23


d. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar untuk IPS adalah penilaian hasil belajar otentik dan mengurangi tes
dengan jawaban yang bersifat discreate (hanya memiliki satu jawaban benar). Hakiki IPS adalah
penggunaan data, pengorganisasian data, pemaknaan data, dan mengkomunikasikan hasil
menjadi primadona untuk penilaian hasil belajar otentik. Dengan penilaian hasil belajar otentik
ini maka kemampuan berpikir, nilai dan sikap serta penerapannya dalam kehidupan nyata
menyebabkan kualitas peserta didik yang belajar IPS berbeda secara signifikan dari apa yang
telah menjadi praktek pembelajaran IPS yang banyak dilakukan di masa kini dan masa lalu

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk
Mewujudkan Generasi Emas”, Sardiman, AM., M.Pd menyampaikan tentang mengapa perlu
pembaharuan dan apa urgensi pengembangan kurikulum 2013, yaitu bahwa kurikulum Indonesia
belum pernah berubah. Artinya ending-nya tetap rapot. Hal ini berarti bahwa perilaku guru dari
mulai adanya kurikulum tahun 1947 hingga kurikulum 2006 sama. Itulah yang menjadi salah satu
alasan adanya pengembangan kurikulum. Sardiman menambahkan, adanya persepsi masyarakat
bahwa kurikulum pendidikan saat ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, selain itu beban
siswa untuk mata pelajaran terlalu berat namun kurang bermuatan karakter. Sardiman menyampaikan
tentang tema pengembangan kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan
pengetahuan yang terintegrasi. Dalam kurikulum 2013 posisi guru tidak hanya sebagai pengajar dan
pendidik seperti yang telah kita kenal bersama, namun di kurikulum ini posisi guru juga sebagai
fasilitator, leader, motivator, dan sebagai ‘pelayan dan diver-nya’ peserta didik.
Pada kesempatan yang sama, Hamid Hasan menyatakan bahwa konten pendidikan IPS dalam
kurikulum 2013, meliputi:
(a) Pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam
berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya.
(b) Ketrampilan berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan
masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa.
(c) Nilai-nilai kejujuran, kerja keras. Sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta
kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
(d) Sikap: Rasa ingin tahu, manidri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta
bertanggung jawab.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 24


BAB 3
KARAKTERISTIK ILMU-ILMU SOSIAL

A. KARAKTERISTIK ILMU POLITIK, ILMU HUKUM, ILMU GEOGRAFI, ILMU


SEJARAH, ILMU SOSIOLOGI ANTROPOLOGI, DAN ILMU EKONOMI
MENURUT ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
1) Karakteristik Ilmu Politik
Hakikat politik adalah Power atau kekuasaan. dan dengan begitu politik adalah serangkaian
peristiwa yang hubungannya satu sama lain didasarkan atas kekuasaan. Politik adalah “Perjuangan
untuk memperoleh kekuasaan” atau “teknik menjalankan kekuasaan-kekuasaan” atau “masalah-
masalah pelaksanaan dan pengawasan kekuasaan”, atau “pembentukan dan penggunaan
kekuasaan”.Tetapi tidak semua kekuasaan adalah kekuasaan politik. Hakikat ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari mengenai proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi
dan analisis sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori,
dan riset.Ilmu politik sering dikaitkan dengan berbagai kegiatan kenegaraan dan hubungan-hubungan
Negara dengan warga negaranya serta dengan Negara lain. Oleh karna itu dalam makalah ini kami
akan membahas tentang sifat dan arti politik menurut para ahli ilmu politik, sejarah lahir dan
berkembangnya ilmu politik, serta tujuan dan fungsi dari ilmu politik itu sendiri.
Menurut Brendan O’Leary (2000), Ilmu politik merupakan disiplin akademis, yang dikhususkan
pada penggambaran, penjelasan, analisis, dan penelitian yang sistematis mengenai politik dan
kekuasaan. Sebetulnya ilmu politik tergantung dari dimensi mana ia melihatnya. Bagi kaum
institusionalis atau institusional approach seperti Roger F.Soltau (1961:4), yang mengatakan bahwa
ilmu politik adalah kajian tentang Negara, tujuan-tujuan Negara, dan Lembaga-lembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Hubungan antar Negara dengan warga negaranya serta dengan
Negara-negara lain. Kelompok ahli ilmu politik yang menggunakan pendekatan.
Pembagian (distribution approach) yang dikemukakan Harold Laswel maupun David Easton.
Laswel (1950:128) mengemukakan bahwa “politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan
bagaimana”. Menurut Easton (1965) “sistem politik adalah keseluruhan dari interaksi yang
mengatur pembagian nilai secara autoritatif (berdasar wewenang) untuk dan atas nama masyarkat”.
Menurut Robert Dhal (1970:4) bahwa ilmu politik membahas tentang hubungan manusia yang kokoh
dan melibatkan secara cukup mencolok, kendali, pengaruh, kekuasaan, dan kewenangan.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 25


2) Karakteristik Ilmu Hukum
Ilmu Hukum memiliki karakter yang khas (sui generis) yang sifatnya normatif, praktis dan
preskriptif, menjadikan metode kajian ilmu hukum akan berkaitan dengan apa yang seyogianya atau apa
yang seharusnya, sehingga metode dan prosedur penelitian dalam ilmu-ilmu alamiah dan ilmu sosial
tidak dapat diterapkan untuk ilmu hukum. Hal ini menjadikan Ilmuan hukum harus menegaskan: dengan
cara apa ia membangun teorinya, menyajikan langkah-langkahnya agar pihak lain dapat mengontrol
teorinya dan mempertanggungjawabkan mengapa memilih cara yang demikian.
Ilmu hukum menempati kedudukan istimewa dalam klasifikasi ilmu karena mempunyai sifat yang
normatif dan mempunyai pengaruh langsung terhadap kehidupan manusia dan masyarakat yang terbawa
oleh sifat dan problematikanya. Keadaan yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan manusia dan
masyarakat mengakibatkan sebagian ahli hukum Indonesia berupaya mengempiriskan ilmu hukum
melalui kajian-kajian sosiologik, bahkan upaya tersebut sampai kepada menerapkan metode-metode
penelitian sosial ke dalam kajian hukum (normatif).
Menerapkan (memaksakan) metode penelitian sosial terhadap penelitian hukum, menimbulkan
kejanggalan-kejanggalan (dalam arti telah terjadi kekeliruan), misalnya: menggunakan kata bagaimana,
seberapa jauh, seberapa efektif (dan lain-lain yang menggambarkan pada kajian ilmu sosial/gejala
sosial) dalam perumusan masalah; menggunakan kata: sumber data, teknik pengumpulan data, analisis
data, populasi dan sampling. Penggunaan kata-kata tersebut menunjukkan kepada studi-studi sosial
tentang hukum, hukum sebagai gejala sosial, dan induk ilmunya yaitu ilmu sosial bukan ilmu hukum.
Seharusnya, pengkajian ilmu hukum tersebut beranjak dari hakikat keilmuan ilmu hukum.
Mempelajari hukum bertitik anjak dari memahami kondisi instrinsik aturan-aturan hukum. Kondisi
intrinsik aturan-aturan hukum tersebut dipelajari tentang gagasan-gagasan hukum yang bersifat
mendasar, universal umum, dan teoritis serta landasan pemikiran yang mendasarinya. Landasan
pemikiran tersebut terkait dengan berbagai konsep mengenai kebenaran, pemahaman dan makna, serta
nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Dengan demikian, tugas ilmu hukum (jurisprudence) yaitu
menemukan prinsip-prinsip umum yang menjelaskan bangunan dunia hukum.
Ilmu hukum tidak dapat di klassifikasikan ke dalam ilmu sosial yang bidang kajiannya kebenaran
empiris, sebab ilmu sosial tidak memberi ruang bagi menciptakan konsep hukum, ia (ilmu sosial) hanya
berkaitan dengan implementasi konsep hukum dan selalu hanya memberikan perhatiaannya kepada
kepatuhan individu terhadap atauran hukum. Demikian juga dengan ilmu hukum tidak dapat
diklassifikasikan ke dalam ilmu humaniora, sebab ilmu humaniora tidak memberikan tempat untuk
mempelajari hukum sebagai aturan tingkah laku sosial, hukum hanya dipelajari dalam kaitannya dengan
etika dan moralitas.
Tugas ilmu hukum membahas hukum dari semua aspek. Ilmu sosial maupun ilmu humaniora hanya
memandang hukum dari sudut pandang keilmuannya, sehingga tidak tepat untuk mengkalssifikasikan
ilmu hukum sebagi ilmu sosial atau ilmu humaniora. Ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat sui
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 26
generis yakni tidak ada bentuk ilmu lain yang dapat dibandingkan dengan ilmu hukum. Ilmu hukum
hanya satu untuk jenisnya sendiri.
Ilmu hukum hukum tidak mencari fakta historis dan hubungan-hubungan sosial sebagaimana yang
terdapat dalam penelitian sosial. Ilmu hukum berurusan dengan preskripsi-preskripsi hukum, putusan-
putusan yang bersifat hukum, dan materi-materi yang diolah dari kebiasaan-kebiasaan. Oleh Paul
Scholten, ilmu hukum bagi legislator terkait dengan hukum in abstracto, dan bagi hakim memberikan
pedoman dalam menangani perkara dan menetapkan fakta-fakta yang kabur. Dengan demikian, ilmu
hukum mempunyai karakter preskriptif dan sekaligus sebagai ilmu terapan.

3) Karakteristik Ilmu Sejarah


Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon. Menurut bahasa Arab,
sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sangat sederhana ke
tingkat yang lebih maju atau kompleks. Itulah sebabnya sejarah diumpamakan sebagai pohon yang terus
berkembang dari akar sampai ranting yang terkecil.
Dalam bahasa Inggris, kata "sejarah" adalah History yang berarti masa lampau umat manusia, dari
bahasa Yunani Historia yang artinya orang pandai. Dalam bahasa Belanda, kata "sejarah"
adalah Geschiedenis yang berarti terjadi. Adapun dalam bahasa Jerman, kata "sejarah"
adalah geschicte yang berarti sesuatu yang telah terjadi. Kedua kata itu dapat memberikan arti yang
sesungguhnya tentang sejarah, yaitu sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan
umat manusia. Dengan demikian, sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bahkan
kehidupan manusia sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke
tingkat yang lebihh maju atau modern.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajarisegala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan
manusia.
Adapun karakteristik dari ilmu sejarah ialah Unik, artinya peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, dan
tidak mungkin terulang peristiwa yang sama untuk kedua kalinya. Penting, artinya peristiwa sejarah
yang ditulis adalah peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang mempengaruhi perubahan dan
perkembangan manusia Abadi, artinya peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan akan selalu dikenang
sepanjang masa.
- PERIODISASI
Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa. Periodisasi yang
dibuat para ahli tentang suatu peristiwa yang sama dapat berbeda-beda bentuknya dikarenakan alasan
pribadi atau subyektif.
- KRONOLOGI

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 27


Kronologi adalah penentuan urutan waktu terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kronologi
berdasarkan hari kejadian atau tahun terjadinya peristiwa sejarah.
Manfaat kronologi adalah:
a. dapat membantu menghindarkan terjadinya kerancuan dalam pembabakan waktu sejarah.
b. dapat merekonstruksi peristiwa sejarah dimasa lalu berdasarkan urutan waktu dengan tepat.
c. dapat menghubungkan dan membandingkan kejadian sejarah di tempat lain dalam waktu yang
sama.
- KRONIK
Kronik adalah catatan tentang waktu terjadinya suatu peristiwa sejarah.
- HISTORIOGRAFY (Penulisan Sejarah)
Historiogray adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data
yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya,
tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa
penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-
pokok pemikiran yang diajukan.

4) Karakteristik Ilmu Geografi


Ilmu geografi selama ini lebih dikenal sebagai ilmu pengetahuan untuk mengidentifikasi suatu obyek
yang ada di permukaan bumi. Obyek bisa berupa: kota,gunung,laut,danau dlsb. Tentu hal itu tidak salah,
hanya tidak mencerminkan seluruh cakupan imu geografi. Apalagi kalau berbicara mengenai obyek
terebut ada cabang ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya: kota dengan perencanaannya termasuk dalam
planologi, mengenai gunung ilmu vulkanogi,oseanografi tentang laut, limnologi tentang danau dan lain
sebagainaya.
Lalu dimana letak ilmu geografi? Ilmu geografi pada dasarnya mempelajari obyek material yang
berkaitan dengan unsur pembentuk bumi yaitu: atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer.
Disamping 4 unsur tersebut interaksi manusia dan 4 unsur pembentuk bumi yang disebut
antrophosfer juga menjadi obyek material ilmu geografi. Kelima unsur tersebut
dinamakangeosfer. Kekhasan yang menjadi jatidiri ilmu geografi terletak pada pendekatan dalam
mempelajari, menganalisis dan mensitesis interaksi 5 unsur tersebut secara utuh menyeluruh dalam
ruang di umi ini. Oleh karena itu ciri utama pendekatan ilmu geografi adalah: kewilayahan(region
complexs), kelingkungan(environmental) dalam relasinya yang bersifat keruangan (spatial).
Alat atau media untuk menunjang pendekatan tersebut pada umumnya peta dan berbagai analisis
kualitatif dan kuantitaf. Peta yang memenuhi persyaratan teknis dapat memvisualisasikan suatu unit
wilayah geografi mendekati kenyataan sebagaimana adanya di lapangan (real world). Sesuai

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 28


perkembangan IPTEK pendekatan ilmu geografi tersebut saat ini banyak dibantu dengan penginderaan
jauh (INDERAJA), sistem informasi geografi (SIG), kartografi digital dan lain sebagainaya.
Posisi satuan wilayah geografi seperti: kota,negara,benua tidak terlepas dalam berinteraksi dengan
satuan wilayah geografi di sekitarnya. Interaksi antar unsur pembentuk baik di dalam satuan wilayah
geografi maupun antar wilayah geografi selalu terjadi, atau bersifat dinamis. Oleh karena itu tidaklah
betul kalau ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa faktor geografis bersifat statis.
Kedinamisan itulah yang menyebabkan suatu wlayah geografis berdasarkan tinjauan
geopolitik,geoekonomi dan geostrategi mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hasil interaksi
membentuk unit-unit wilayah geografi yang khas atau dengan kata lain mempunyaikarakteristik
geografi tertentu. Karakteristik geografi inilah yang sebetulnya perlu dimanfaatkan sebagai keunggulan
kompetitif masing-masing satuan wilayah geografi. Jika kita mengadakan pemetaan karakteristk
geografi masing-masing wilayah Indonesia pada hakekatnya juga mengidentifikasi keunggulan
kompetitif masing-masing wilayah. Kesesuaian pemilihan kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan dengan karakteristik geografinya akan memaximalkan hasil pembangunan karena sesuai
dengan daya dukung lingkungan dan kecocokan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut serta
sekaligus meminimalisir kerusakan lingkungan hidup.
Pembangunan di berbagai wilayah Indonesia selama ini belum mempertimbangkan karakteristik
geografi secara komprehensif. Akibatnya banyak program dan kegiatan pembangunan wilayah gagal
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan disisi lainnya faktanya tidak sesuai aspirasi masyarakat
setempat. Sudah saatnya pendekatan geografi dengan mengidentifikasi karakteristik geografi masing-
masing wilayah menjadi prasyarat dalam merencanakan serta menentukan program pembangunan
wilayah, agar keterpurukan bangsa Indonesia selama ini tidak berlarut-larut.

5) Karakteristik Ilmu Sosiologi


Sosiologi tidak memiliki konsep maupun teori yang tetap dan pasti karena objek kajiannya adalah
masyarakat yang bersifat dinamis dan majemuk. Pada dasarnya ilmuilmu sosial memang tidak memiliki
konsep dan teori yang tetap dan pasti. Hal ini berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang memiliki rumus,
dalil, konsep, dan teori yang relatif lebih pasti. Misalnya, dalam mengkaji masalah perilaku menyimpang
atau kenakalan remaja akan terdapat beberapa pendapat sesuai dengan sudut pandang yang dipergunakan
oleh sosiolog yang bersangkutan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kategoris, yakni terbatas dalam hal mengkaji
sesuatu yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian sosiologi tidak memiliki
kemampuan untuk membuat suatu prediksi terhadap sesuatu yang belum terjadi. Sosiologi bukan
merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang segala sesuatu yang seharusnya terjadi. Misalnya,
keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memang merupakan suatu
yang secara turun temurun diwarisi dari nenek moyang bangsa Indonesia.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 29
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, yakni memusatkan perhatiannya
terhadap gejala-gejala sosial yang bersifat universal.
Sebagai konsekuensi dari poin (3) di atas, maka sosiologi merupakan ilmu murni (pure science) yang
bersifat teoritis. Sebagai ilmu murni (pure science), sosiologi membatasi diri dari percoalan-persoalan
yang bersifat penilaian. Artinya, teori-teori sosiologi tidak dipergunakan untuk menilai atau menjelaskan
segi-segi moral dari suatu fenomena sosial. Sosiologi sebatas mendeskripsikan fenokena sosial
berdasarkan hukum sebab akibat (kausalitas). Sosiologi berasifat teoritis, bahwa fenomena kehidupan
masyarakat sebagai objek sosiologi dikaji secara ilmiah, konseptual, dan teoritis.

6) Karakteristik Ilmu Antropologi


Sejak lama manusia, terutama para ahli ilmu sosial dan para filsuf, mempertanyakan ”sebenarnya
siapa manusia itu, dari mana manusia itu berasal, dan mengapa berperilaku seperti yang mereka
lakukan”. Pertanyaan tersebut terus berkumandang sampai metode ilmiah ditemukan dan menjadi salah
satu cara dalam menemukan sesuatu. Antropologi yang menjadi salah satu ilmu yang terkait dengan itu
berusaha juga untuk menjawab pertanyaan di atas.
Sebelumnya, masyarakat memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas dari mite (myth) dan cerita
rakyat (folklore) yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mite atau legenda merupakan unsur sastra
yang masih dipercayai kebenarannya oleh para pendukung sastra tersebut. Mereka percaya saja pada apa
yang diceritakan secara turun-temurun oleh orang tua atau nenek kakek mereka. Setiap suku bangsa
memiliki kepercayaan sendiri atas siapa sebenarnya manusia itu, dari mana mereka berasal, dan
mengapa mereka berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Orang yang tinggal di pegunungan biasanya beranggapan bahwa nenek moyang mereka berasal dari
puncak gunung (bagian atas) yang memang sulit dijangkau oleh manusia biasa. Sedangkan bagi orang-
orang yang tinggal di sekitar laut seperti para nelayan biasanya beranggapan bahwa nenek moyang
mereka berasal dari laut yang paling dalam.
Antropologi sebagai sebuah ilmu, sudah sekitar 200 tahun yang lalu berupaya mencari jawaban atas
pertanyaan di atas. Antropologi kemudian dikenal sebagai ilmu yang mempelajari makhluk manusia
(humankind) di mana pun dan kapan pun. Para antropolog mempelajari homo sapiens, sebagai spesies
paling awal, sebagai nenek moyang, dan sesuatu (makhluk) yang memiliki hubungan terdekat dengan
makhluk manusia, untuk mengetahui kemungkinan siapa nenek moyang manusia itu, dan bagaimana
mereka hidup (Haviland, 1991).
Perhatian utama dari para antropolog adalah merupakan upaya mereka mempelajari manusia secara
hati-hati dan sistematis. Beberapa orang menempatkan antropologi sebagai ilmu sosial atau ilmu
perilaku. Akan tetapi di lain pihak beberapa orang mempertanyakan sejauh mana kajian antropologi
dapat diakui sebagai ilmu pengetahuan (science).

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 30


Apa sesungguhnya arti di balik kata ilmu pengetahuan atauscience itu? Ilmu pengetahuan adalah
suatu metode atau cara yang bersifat berpengaruh dan tepercaya guna memahami fenomena di dunia ini.
Ilmu pengetahuan berupaya mencari penjelasan mengenai berbagai fenomena yang dapat teramati
(observed) untuk menemukan prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang berlaku universal atas fenomena
tersebut (Haviland, 1999). Ada dua ciri mendasar dari ilmu pengetahuan, yaitu imajinasi (imagination)
dan skeptisisme (skepticism). Imajinasi berhubungan dengan kemampuan berpikir untuk mengarahkan
kita keluar dari ketidakbenaran, yaitu dengan cara mengusulkan hal-hal baru untuk menggantikan hal-hal
yang lama atau ketidakbenaran itu.
Skeptisisme adalah pemikiran yang membimbing kita untuk dapat membedakan antara sebuah fakta
(fact) dan khayalan (fancy). Sebuah kebenaran yang dihasilkan melalui sebuah khayalan bukanlah ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan membangun kebenaran berdasarkan pengkajian empiris melalui uji
hipotesis, yang kemudian menghasilkan sebuah teori.
Sebuah kebenaran atau teori dalam ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran absolut tetapi hanya
sebagai sebuah pilihan kebenaran yang paling diakui tentang sebuah fenomena. Tanpa metode ilmiah
suatu ilmu pengetahuan bukanlah ilmu, melainkan hanya suatu himpunan pengetahuan saja tentang
berbagai fenomena baik alam ataupun masyarakat karena tidak berusaha untuk mencari kaidah hubungan
antara satu gejala dengan gejala lainnya.
Keseluruhan pengetahuan dapat diperoleh oleh para ahli di bidangnya masing-masing melalui tiga
tahap yaitu, (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap penentuan ciri-ciri umum dan sistem, serta (3) tahap
verifikasi. Untuk bidang antropologi sosial atau budaya, tahap pengumpulan data merupakan peristiwa
penting dalam upaya memperoleh informasi tentang peristiwa atau gejala masyarakat dan kebudayaan.
Sebagai ilmu sosial yang relatif baru, antropologi juga mengikuti kaidah-kaidah ilmu pengetahuan
yang telah berkembang, terutama pendekatan yang berkembang dalam ilmu sosial. Berawal dari filsafat,
beberapa kajian yang lebih spesifik akhirnya memisahkan diri dan memproklamirkan diri sebagai ilmu
baru.
Bahkan spesifikasi kajian dari masing-masing ilmu tadi dianggap telah membelenggu diri untuk
tidak menerima hasil pengkajian dari ilmu lain. Kondisi ini kemudian disadari merupakan gejala yang
tidak baik, karena sangat tidak bermanfaat untuk memahami hakikat objek (masyarakat) yang
sesungguhnya. Hakikat objek, perilaku sosial atau masyarakat hanya dapat dipahami secara menyeluruh
dengan kajian berbagai bidang ilmu.
J. Gillin mencoba menyatukan kembali beberapa pendekatan melalui beberapa ahli seperti ahli
antropologi, sosiologi dan psikologi untuk membicarakan kemungkinan kerja sama antara ketiga bidang
ilmu tersebut. Hasil pembicaraan tersebut menghasilkan sebuah buku yang cukup penting berjudul “For
A Secience of Social Man” yang terbit pada tahun 1955 yang di redaksi oleh Gillin sendiri.
Pertemuan lain juga diprakarsai oleh beberapa ahli psikologi yang berhasil mengumpulkan para ahli
psikologi, psikiatri, biologi, sosiologi, antropologi, anatomi, dan zoologi untuk mengembangkan metode-
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 31
metode yang mampu mengintegrasikan hasil kajian dari masing-masing ilmu tersebut. Hasil
pembicaraan tersebut juga berhasil dibukukan dan diterbitkan pada tahun 1956 dalam judul “Toward A
Unified Theory of Human Behavior”.

7) Karakteristik Ilmu Ekonomi


Keberadaan ilmu ekonomi sebagai suatu disiplin ilmu sangat diperlukan karena manusia selalu
dihadapkan untuk membuat pilihan dalam kehidupannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran ilmu
ekonomi harus memudahkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional dan membuat
siswa dapat menggunakan konsep-konsep dalam ilmu ekonomi untuk menganalisis persoalan-persoalan
ekonomi personal dan kemasyarakatan.
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam pembelajaran ekonomi diturunkan dari metode
dari metode ilmiah, yang menekankan pada analisis atas dasar logika dapat diterapkan dalam
pembelajaran ilmu ekonomi. Lima langkah pendekatan pemecahan masalah terdiri dari:
1. Mendifinisikan masalah
2. Menginventarisasi pilihan kebijakan atau keputusan yang mungkin dapat dilakukan.
3. Menetapkan kriteria atau tujuan dari alternatif yang harus dicapai.
4. Menganalisis konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan atau keputusan, dengan menggunakan
konsep-konsep ekonomi yang relevan dan menilai tiap pilihan sesuai dengan tujuan.
5. Memutuskan alternatif yang terbaik dan relatif penting sesuai dengan hasil evaluasi mengenaian
tujuan-tujuan yang berbeda.
Adapun isi atau konsep dasar ilmu ekonomi dapat dikelompokkan menjadi konsep-konsep pokok
sebagai berikut:
1. Konsep-konsep ekonomi fundamental
2. Konsep-konsep mikro ekonomi
3. Konsep-konsep makro ekonomi
4. Konsep-konsep ekonomi internasional
5. Konsep-konsep metode pengukuran dan
6. Tujuan-tujuan sosial yang luas.
Sesuai dengan isi ilmu ekonomi tersebut, dapat dikemukakan karakteristik ilmu ekonomi sebagai
berikut:
1. Ilmu ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata
Kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas sedangkan sumber-sumber
ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya terbatas/langkah. Tidak terbatasnya
kebutuhan manusia dan kelangkaan sumber ekonomi tersebut dapat dijumpai dimana-mana. Ilmu
ekonomi mampu menjelaskan gejala-gejala tersebut sebab ilmu ekonomi dibangun dari dunia nyata.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 32


2. Ilmu ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta secara rasional.
Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala ekonomi secara sistematis, maka
disusunlah konsep dan teori ekonomi menjadi bangunan ilmu ekonomi. Selain mempunyai
persyaratan sistematis, ilmu ekonomi juga memenuhi persyaratan keilmuan yang lain yaitu obyektif
dan mempunyai tujuan yang jelas.
3. Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah cocok digunakan dalam analisis ekonomi sebab obyek dalam ilmu
ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi. Permasalahan dasar tersebut yaitu barang apa yang
harus diproduksi, bagaimana cara memproduksi dan untuk siapa barang diproduksi. Ketiga
permasalahn dasar tersebut pada intinya berangkat dari adanya kelangkaan sumber-sumber ekonomi.
4. Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik.
Untuk mencapai kemakmuran manusia mempunyai banyak pilihan kegiatan. Namun, dari sekian
banyak pilihan kegiatan tersebut dapat dianalisis secara ekonomi sehingga dapat ditentukan alternatif
pilihan mana yang paling optimal baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ilmu ekonomi dapat
digunakan untuk menentukan alternatif pilihan kegiatan ekonomi yang terbaik.
5. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia
Apabila sumber ekonomi keberadaannya melimpah (tidak langkah), maka ilmu ekonomi tidak
diperlukan lagi bagi kehidupan manusia. Demikian juga kalau penggunaan sumber ekonomi sudah
tertentu (tidak dapat digunakan secara alternatif), ilmu ekonomi juga tidak diperlukan lagi.

B. PERBEDAAN, PERSAMAAN DAN ANALISIS ILMU-ILMU SOSIAL


1. Perbedaan Ilmu-Ilmu Sosial
(a) Ilmu Politik
1) Pendekatan Ilmu Politik
Dalam kajian ini pendekatran terbagi menjadi dua :
a. Pendekatan kualitatif
Pendekatan yang menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung,
yang bersifat deskriptif,analtik, menekankan proses, bersifat induktif, dan menurut W.R.
Torbert sering disebut sebagai Collaborative Inquiri(Torbert,1981).
b. Pendekatan kuantitatif
Pendekatan ini melalui tes, menguji, dan menstandarisasi daftar observasi maupun
wawancara terbuka dan tertutup, menggunakan metode statistic untuk meneliti data dan
meyimpulkan sebagai hasil penelitian. Dengan kata laian penelitian kuantitatif mencoba
hal-hal yang objektif yang artinya mereka ingin kembangkan suatu pemahaman dunia
sebagaimna adanya diluar sana.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 33


2) Metode Ilmu Politik
Semakin tepat kita menggunakan metode maka akan semakin baik dalam
mengahampiri kenyataan politik. Hal ini sependapat dengan Iswara (1974) yang
mengemukakan bahwa metode dan teknik menjernihkan substansi memisahkan khayalan dari
kenyataan. Semakin intensif metode yang digunakan semakin dekat ilmu itu dengan
kebenaran, semakin diperkecil peranan khayalan dan harapan yang tidak berlandaskan
dengan kenyataan. Metode ilmu politik terbagi menjadi dua :
a. Metode induksi
Serangkaian strategi ataupun prosedur penarikan kesimpulan umum yang didasarkan
pada proses pemikiran yang bersifat khusus atas dasar fakta teoritis yang khusus ke yang
umum. Biasanya metode ini digunkan dalam penelitian kualitatif. Menurut Iswara (1974)
yang termasuk ke dalam metode induksi adalah metode deskriptif, yang memberikan
gambaran-gambaran terhadapa kenyataan yang akurat.
Hal ini berbeda dengan metode analisis, yang menekankan pada penelaahan secara
mendalam terhadap masalah-masalah politik yang disusun secara sistematis dengan
memperlihatkan hubungan fakta yang satu dengan yang lainnya.
Metode evaluative, merupakan serangkaian penentuan terhadap fakta-fakta yang
dikumpulkan dengan dasar pada norma-norma ataupun ide-ide yang abstrak.
Kemudian yang dimaksud dengan metode klasifikasi, adalah metode yang
menggolongkan atau mengelompokkan objek-objeknya secar teratur yang menunjukkan
hubungan timbalbalik.
Sedangkan metode perbandingan adalah membandingkan antara persamaan dan
perbedaan atas dua objek dengan maksud untuk memperdalam pengetahuan tentang
objek-objek kajian politik tersebut.
b. Metode deduksi
Adalah serangkaian strategi prosedur khusus dengan menggunakan penarikan
kesimpulan dari keadaan yang bersifat umum ke yang khusus, dan biasanya metode ini
digunakan dalam pendektan kuantitaif.
Menurut Iswara (1974) banyak metode-metode lain yang digunakan dlam kajian ilmu
politik ialah sebagai berikut.
Metode filosofi, metode ini digunakan untuk meneliti masalah politik langsung yang
berhubungan dengan kehidupan politik yang diteliti secara abstrak, akademis, dan teoritis.
Metode yuridis atau legalistis, merupakan penekanan prosedur penelitiannya terhadap
azas-azas legal secara yuridis. Sebagai contoh penelitisn terhadap negar yang memandang
bawa Negara sebgai sebuah korporasi dalam hokum public atau bisa juga dalam

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 34


penelitian ini bertolak pada kesadaran hokum bahwa pada dasarnya Negara merupakan
pribadi hukum, maupun badan hokum.
Metode historis, penelitian ilmu politik didasarkan pada kenyataan-kenyataan sejarah
yang artinya peneltian ini memmberikan penekanan terhadap segi-segi latarbelakang,
pertumbuhan dan perkembangan, hukum-hukum, sebab akibat, yang merupakan ciri khas
dalam ilmu sejarah.
Metode ekonomis, dalam penelitian ini ilmu politik disangkutpautkan secara melekat
dengan aspek ekonomi baik melalui pendekatan marxime maupun non marxime.
Metode sosiologis, yang memandang bahwa lembaga-lembaga politik dianalogikan
sebagai fenomena-fenomena social maupun organisme social.
Metode psikologis, yang dalam kajian nya menggunkan banyak dalil-dalil psikologi
sebagai acuan. Aspek politik yang sering dilihat berdasarkan perspektif motif-motif,
kepribadian pemimpin maupun pihak-pihak yang menentangnya, termasuk factor-faktor
yang menyebabkan terjadinya peristiwa politik.
Metode observasi, pengamatan disini diartikan dengan sistematis, teratur, terencana,
berdasarkan pedoman-pedoman tertentu, serta tidak cukup dilakukan sekaali atau duakali
saja melainkan secara continue atau berulang-ulang kemudian ditarik kesimpulan.
Metode analisis, metode yang menggunakan serangkaian tindakan untuk menelaah
sesuatu hal secara mendalam dan terperinci untuk mengetahui cirri dari masing-masing
bagian, hubungan satu sama lain serta peranannya dalam totalitas yang dimaksud.
Metode deskripsi, metode yang memberikan gambaran politik terhadap kondisi
realitasnya secara akurat dengan pencatatan-pencatatan terhadap berbagai masalah yang
sedang dikaji.
Metode klasifikasi, metode yang mengelompokkan ataupun menggolongkan ubjek
kajian secara teratur yang memiliki hubungan timbalbalik. Oleh karena itu,
opengelompokkan ini biasanya didasarkan pada persamaan dan perbedaan terhadap
jenis/bentuk maupun kualitasnya.
Terdapat aturan-aturan pokok yang menmudahkan untuk mengkelompokkannya
menurut Ciarke(Isaak 1975) yaitu :
- Penggolongan harus masuk akal
- Harus ada pengelompokkan yang cukup untuk semua data
- Harus tidak ada pengelompokkan yang overlapping
- Harus hanya ada satu basis penggolongan
Metode pengukuran, metode yang mengidentifikasi besar kecilnya objek yang diteliti
baik menggunakan alat khusus ataupun tidak. Metode ini digunakan terhadap isi surat
kabar, siaran radio, ataupun menghitung secara cermat perkataan-perkataan yang sering
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 35
diucapkan oleh pemimpin [politik yang diteliti. Melalui perhitungan yang cermat dapat
diketahui kecenderungan politik dalam masyarakat, pergeseran ideology, strategi
propaganda yang dilakukan oleh suatu kelompok ekstrim.
Metode perbandingan, metode yang dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan dan
persamaan dari dua peristiwa politik, Negara, kelompok, atau lebih. Metode ini banyak
digunakan khususnya untuk membandingkan diantara berbagai macam pemerintahan dan
Negara. Oleh karena itu, dewasa ini muncul istilah “Comparative Politics” yang
menujukkan adanya perbndingan serangkaian proses dan system politik antar Negara.
3) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Politik
Ada tiga tujuan dalam mempelajari ilmu poltik :
Pertama, perspektif intelektual : sebenarnya tujuan politik adalah tindakan politik. Untuk
mencapai itu diperlukan pembelajaran untuk memperbesar kepekaan sehingga ia dapat
bertindak. Agar dapat bertindak dengan baik secara politik, orang perlu mempelajari azas dan
seni politik, nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat.
Dengan demikian orang belajar, bagaimana kekuasaan dapat dijinakkan dan diabadikan
kepada tujuan manusi yang positif. Metode pembelajaran nya pun sudah mengenal metode
yag bersifat kritis. Tujuannya untuk menelaah kesalah-kesalahan dan berusaha untuk
mengurangi ketidaktahuan. Walapun ajaran kritis tersebut pada prinsipnya bersifat
intelektual, tetapi dapat menimbulkan hal-hal yang bersifat praktis. Jadi perspektif intelektual
dalam politik adalah perspektif yang mempergunakan diri sendiri sebagai titik tolak. Sebab
perspektif itu bertolak dan dibangun berdasarkan apa yang dianggap salah oleh individu,
maka pemikiran individu itu yang akan memperbaikinya.
Kedua, perspektif politik : pandangan intelektual mengenai politik tidak banyak berbeda
dengan pandangan politisi. Bedanya terletak jika politisi bersifat segera, sedangkan
intelektual dapat menjadi politisi jika ia mampu memasukkan masalah politik dalam
pelayanan suatu kepentingan ataupun tujuan. Sebagai contoh sebuah kasus dengan adanya
system pemiliha langsung di Indonesia, banyak intelektual yang bersedia menjadi calon
legislative dan eksekutif pusat dan daerah. Dengan kampanye yang bergaya orator mendadak,
dalam waktu singkat mereka mempersiapkan dan menggunakan strategi dari yang teoritik
menjadi suatu kerangka kerja yang bersifat praktik. Sedangkan kaum intelektual menaruh
perhatian dalam tiga dimensi yaitu, hari kemarin, hari ini, dan hari esok.
Ketiga, perspektif ilmu politik : dalam hal ini politik dipandang sebagai ilmu. Jika para
politisi memandang politik sebagai pusat kekuasaan public, maka kaum intelektual
memandang politik sebagai perluasan pusat moral dari diri.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 36


Tentu saja ilmuwan politik professional memandang politik sebagai suatu system, sebagai
perubahan-perubahan terorganisir yang saling berinteraksi yang meliputi pemerintah, partai
politik, kelompok kepentingan, kebijaksanaan termasuk individu-individu.
Menurut Leo Straus (1959) dan Sheldon Wolin (1960) mengemukakan bahwa tugas
untuk ilmu politik adalah untuk mendapat kearifan tentang sifat-sifat manusia dan politik.
Kemudian muncul pendapat serupa yang lebih mutakhir, adalah Robert Flower dan
Jeprey Orenstein (1985) yang mengemukakan bahwa ilmu politik terutama teori-teori politik
melibatkan refleksi konsep-konsep politik dasar, analisis pandangan-pandangan alternative
tentang manusia dan politik serta pengejaran kebenaran normative tentang sifat-sifat rezim
terbaik. Ditinjau dari sisi ini maka filosofi politik adalah kegiatan yang kreatif dan kritis
dimana setiap generasi bisa berpartisipasi dalam tradisi berkelanjutan yang menyatukan masa
kini dan masa lalu (Losco dan Williams, 2003 :2).
Politik tetap merupakan sesuatu yang manusia lakukan. Bukannya sesuatu yang mereka
miliki. Atau lihat, atau bicarakan, atau pikirkan. Mereka yang akan melakukan sesuatu
dengan nya harus lebih dari sekedar berfilosofi dan filosofi yang secara politik mudah
dipahami harus mengambil tindakan politik sepenuhnya dari politik sebagai sebuah sikap.
(Liberal Philosophy in Democratic Times: 1988).

(b) Ilmu Hukum


1) Pendekatan Ilmu Hukum
Max weber memberikan tipologi tiga pendekatan umum yang telah digunakan untuk studi
hukum dan masyarakat. Tipologi ini berguna untuk menganalisis studi hukum yang
memungkinkan kita untuk melihat bagaimana perhatian yang berbeda tentang peran hukum
dalam masyarakat menghasilkan kerangka kerja yang berbeda yang mengangkat isu-isu yang
berbeda dan pertanyaan. Kerangka kerja ini mengkonstruksi hukum dan pranata hukum
berbeda-beda bagi tujuan studi hukum mereka.
Adapun ketiga pendekatan itu adalah: (1) pendekatan moral hukum. (2) pendekatan dari
sudut ilmu hukum, dan (3) pendekatan sosiologis hukum. Masing-masing dari tiga
pendekatan ini memiliki fokus yang berbeda pada hubungan antara hukum dan masyarakat
dan juga berbeda cara yang digunakan dala, mempelajari hukum). Juga dapat dikatakan
bahwa secara garis besar ada 3 pendekatan ilmu hukum, yaitu:
a. Ius constituendum: the law as what ougt to be, atau filsafat hukum.
b. Ius constitutum: the law as what it is in the book(s) atau hukum positif.
c. ius operatum: the law as what it is in society atau sosiologi hukum dan kajian empiris
lainnya.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 37


Menghadapi era globalisasi dunia, pakar hukum modern telah meninggalkan tiga
pedekatan hukum klasik yang cenderung ekstrem sempit hanya menggunakan salah satu jenis
pendekatan, apakah itu Normatif (Positivistik), Empiris (Sosiolagis, Antropologis, psikologis,
dan seterusnya), dan atau pendekatan nilai dan moral (Filsufis). Berikut ini penjelasan tentang
pendekatan-pendekatan tersebut.
a. Pendekatan Normatif (Positivistik)
Pendekatan Normatif atau pendekatan ‘ Jurisprudntial ‘ memfokuskan kajiannya
dengan memandang hukum sebagai suatu sistem yang utuh mencakupi seperangkat asas-
asas hukum, norma-norma hukum, dan aturan-aturan hukum baik itu tertulis maupun
tidak tertulis.
Sebagaimana telah diketahui bahwa unsur-unsur hukum adalah asas-asas hukum,
norma-norma hukum, dan aturan-aturan hukum. Dimana dari sebuah asas akan
melahirkan norma-norma hukum, dan dari norma tersebut kemudian melahirkan aturan-
aturan. Contohnya : asas pengakuan hak milik individu, melahirkan norma dilarang
mengganggu hak milik seseorang, yang kemudian melahirkan aturan – aturan hukum
antara lain Pasal 362 KUH Pidana.
Penting juga diketahui bahwa satu asas bisa saja melahirkan beberapa norma, dan dari
satu norma bisa melahirkan beberapa aturan – aturan hukum.
b. Pendekatan Empiris (Legal Empirical)
Pendekatan empiris atau legal empirical memfokuskan kajiannya dengan memandang
hukum sebagai seperangkat perilaku (behavior), seperangkan tindakan (action), dan
seperangkat realitas (reality). Pendekatan ini masih dibedakan ke dalam beberapa kajian-
kajian. Berikut kajian-kajian pendekan ini. Sosiologi hukum; Antropologi hukum;
Psikologi hukum; Hukum dan ekonomi; Hukum dan pembangunan; Hukum dan struktur
social; Kajian hukum kritis.
c. Pendekatan Filsufis
Pendekatan ini memfekuskan kajiannya dengan memandang hukum sebagai
seperangkat nilai-nilai moral serta ide-ide yang abstrak, diantaranya kajian tentang moral
keadilan. Pendekatan filsufis ini dipelajari dalam mata kuliah Filsafat hukum, logika
hukum, dan teori hukum.
2) Metode Ilmu Hukum
a. Metode Idealis; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari
nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
b. Metode Normatif Analitis; metode yang melihat hukum sebagai aturan yang abstrak.
Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek
tersendiri terlepas dari hal-hal lain yang berkaitan dengan peraturan-peraturan. Bersifat
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 38
abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami
dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan.
Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka
sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
c. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat
untuk mengatur masyarakat.
d. Metode Historis; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
e. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
f. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata
hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.
3) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Hukum
Keadaan hukum suatu masyarakat akan dipengaruhi oleh perkembangan dan perubahan
secara terus-menrus di semua bidang kehidupan. Soerjono Soekamto berkata bahwa proses
hukum berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat,
artinya hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami sistem sosial terlebih dahulu
Menurut Sarjoni Soekanto, terdapat dua bidang kajian yang meletakkan fungsi ilmu hukum di
dalamnya yaitu pertama terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya netral,
hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan perubahan masyarakat. Kedua terhadap
bidang masyarakat yang bersifat peka atau sensitive, ilmu hukum berfungsi sebagai sarana
untuk melakukan pengendalian sosial.
Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud
tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut
dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami
bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

(c) Ilmu Sejarah


1) Pendekatan Ilmu Sejarah
Pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak dilakukan, dimensi
mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkannya, dan lain sebagainya.
Deskripsi dan rekonstruksi yang diperoleh akan banyak ditentukan oleh jenis pendekatan
yang dipergunakan. Oleh sebab itu ilmu sejarah tidak segan-segan melintasi serta
menggunakan berbagai bidang disiplin atau ilmu untuk menunjang studi dan penelitiannya,
yang di dalam ilmu sejarah sudah sejak awal telah dikenalnya dan disebut sebagai Ilmu-ilmu
Bantu Sejarah (sciences auxiliary to history).
a. Pendekatan Manusia

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 39


Penelitian sejarah selalu berarti penelitian tentang sejarah manusia. Fungsi dan tugas
penelitian sejarah ialah untuk merekonstruksi sejarah masa lampau manusia (the human
past) sebagaimana adanya (as it was).Harus disadari sepenuhnya bahwa betapapun
cermatnya suatu penelitian sejarah, dengan tugas rekonstruksi semacam itu seorang
sejarawan akan masih tetap menghadapi sejumlah problem yang tidak mudah. Dengan
memberikan aksentuasi "sejarah manusia" untuk mengingatkan bahwa penelitian dan
rekonstruksi sejarah hendaknya lebih berperspektif pada konsep manusia seutuhnya.
Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani. Rohani dengan manifestasinya dalam
bentuk akal, rasa, dan kehendak, yang menjadi sumber eksistensi kemanusiaannya,
namun eksistensi hanya nyata dalam realitas di dalam alam jasmani. Perkembangan
rohani manusia menjadi nampak dalam wadah agama, kebudayaan, peradaban, ilmu
pengetahuan, seni dan teknologi. Manusia juga beraspek individu sekaligus sosial, unik
(partikular) sekaligus umum (general). Keduanya sekaligus merupakan keutuhan
(integritas), kesatuan (entitas), dan keseluruhan (totalitas). Rekonstruksi sejarah pun
hendaknya utuh dan menyeluruh.
b. Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial
Melalui pendekatan ilmu-ilmu sosial dimungkinkan ilmu sejarah memperoleh
pemahaman yang lebih utuh mengenai makna-makna peristiwa sejarah. Thomas C.
Cochran, misalnya, telah menerapkan konsep peranan sosial (social role) dalam
melaksanakan eksplorasi dan eksplanasi mengenai berbagai sikap, motivasi serta peranan
toko.
c. Pendekatan Psikologi dan Psikoanalisis
Dengan menggunakan pendekatan psikologi dan psikoanalis studi sejarah tidak saja
sekedar mampu mengungkap gejala-gejala di permukaan saja, namun lebih jauh mampu
menembus memasuki ke dalam kehidupan kejiwaan, sehingga dapat dengan lebih baik
untuk memahami perilaku manusia dan masyarakatnya di masa lampau.
Terobosan pertama yang paling terkenal dalam menerapkan psikologi dalam (depth
psychology) pada studi ilmu sejarah dilakukan oleh Erik H. Erikson. Ternyata konsep-
konsep mengenai krisis identitas di masa remaja dapat digunakan untuk mengeksplanasi
perilaku tokoh-tokoh sejarah terkemuka. Mengenai mengapa Martin Luther tampil
sebagai reformator, Mahatma Gandhi menjadi seorang pemimpin gerakan anti kekerasan
(non violence) di India, dan Adolf Hitler tanmpil sebagai seorang yang anti Semitis, serta
Sukarno sebagai orang anti kolonialisme dan imperialisme, dapat dilacak kembali melalui
analisis kehidupan tokoh-tokoh tersebut di masa remaja mereka. Dengan demikian
pendekatan psycho history yang dirintis oleh Erik H Erikson telah membuka suatu
dimensi baru dalam studi sejarah.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 40
Pendekatan psycho history juga dapat dikembangkan menjadi konsep psikologi sosial
(sociopsychological) untuk menjelaskan perilaku sekelompok anggota masyarakat. Tentu
saja permasalahannya menjadi semakin kompleks. Richard Hostadter, misalnya, dalam
karya tulisannya The Age of Reform (1955) berupaya menjelaskan bangkitnya gerakan-
gerakan sosial pada Abad XIX dan XX di Amerika. Menurunnya status dan prestise
masyarakat kelas menengah di Amerika pada peralihan menuju Abad XX mendorong
tampilnya pemimpin-pemimpin gerakan progresif. Mereka bergerak dan melakukan
perlawanan terhadap orang-orang industrialis kaya baru dan boss-boss mereka yang
cenderung korup (Allan J.Lichtman, 1978 : 138).
d. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah upaya untuk mendeskripsikan gejala-gejala alam dan
sosial dengan menggunakan angka-angka. Quantum, quantitas dalam bahasa Latin berarti
jumlah. Oleh sebab menggunakan angka-angka, maka pendekatan kuantitatif
mempersyaratkan adanya pengukuran (measurement) terhadap tingkatan ciri-ciri tertentu
dari suatu gejala yang diamati. Pengamatan kuantitatif berupaya menemukan cirri-ciri
tersebut, untuk kemudian diukur berdasarkan kriteria-kriteria pengukuran yang telah
ditentukan. Hasil pengukuran itu berupa angka-angka yang menggambarkan kuantitas
atau derajat kualitas dari kenyataan dan eksistensi gejala alam yang diukurnya. Data-data
angka hasil pengukuran dari gejala-gejala alam yang diamati itulah yang kemudian
dianalisis, dicari derajat kuantitas, atau kualitasnya, dipelajari hubungannya antara gejala
yang satu dengan lainnya, dikaji pengaruhnya terhadap suatu gejala, hubungan seba-
akibatnya, pendek kata dianalisis sesuai dengan tujuan penelti.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian dan penulisan sejarah menghasilkan apa yang
disebut sejarah kuantitatif (quantitative history). Sejarah kuantitatif pertama-tama dikenal
di Perancis sekitar tahun 1930-an, yang mulai berkembang pada tahun 1949 dan 1950-an.
Studi Crane Brinton (1930) mengenai keanggotaan partai Yakobin dalam revolusi
Prancis, analisis Donald Greer (1935) tentang korban-korban masa Pemerintahan Teror
pada dasarnya merupakan usaha-usaha kuantifikasi penulisan sejarah sosial (Harry Ritter,
1986 : 351-0352).
Menjelang tahun 1960-an sejarah kuantitatif mulai merembes ke Amerika Serikat
dengan pertama-tama mengambil bentuk sejarah ekonometrik (econometric history) yang
dirintis oleh sejarawan Lee Benson (1957, 1961) yang penulisannya diilhami dan didasari
pada penerapan orientasi statistic dari-dari teori behaviorisme dsalam ilmu-ilmu sosial-
politik. Beberapa penelitian mulai memperluas penggunaan analisis statistic, tidak saja
dalam sejarah-sejarah ekonomu, politik dan sosial, melainkan juga dalam sejarash-sejarah
cultural dan intelektual dengan menggunakan metode seperti halnya content analysis.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 41
Sejak saat itu karya-karya sejarah mulai dihiasi dengan gambar-gambar grafik, chart,
table, persentase, bahkan kadang-kadang memasukkan komputasi statistic Kai-Kuadrat
dan regresi.
Metode sejarah hingga sekarang lebih cenderung menggunakan pendekatan kualitatif.
Harus diakui pendekatan kualitatif mengandung banyak kelemahan. Kelemahan-
kelemahan itu adalah bersumber pada tiadanya kriteria yang jelas dalam penyusunan
instrumentasi yang digunakan untuk mengukur kebenaran data dan fakta, serta tiadanya
kaidah-kaidah umum, apalagi khusus, dalam metode dan teknik menganalisis hubungan
antar berbagai peristiwa sejarah, hingga dengan demikian dalam menganlisis
hubungannya, lebih banyak ditentukan oleh intuisi dan imaginasi peneliti yang kadar
kebenarannya tidak dapat diuji secarsa empirik. Generalisasi sejarah tak pernah
mendasarkan diri pada infeerensi dari hubungan antara besarnya sampel dengan jumlah
populasi.
Penggunaan pendekatan kuantitatif dalam metode sejarah dapat memperkecil
kelemahan-kelemahan tersebut di satu pihak, dan dapat memperbesar bobot ilmiahnya
dalam analisis peristiwa-peristiwa sejsarah di lain pihak. Penalaran berdasarkan tata-fikir
dan prosedur statistik setidak-tidaknya dapat mengendalikan (mengontrol) analisis dan
interpretasi berdasarkan pada pendapat-pendapat pribadi. Lebih jauh tata-fikir dan
prosedur statistik dalam metode sejarah dapat membantu metodologi sejarah dalam
mengefektifkan tugas-tugas ilmiahnya, ialah untuk memberikan penjelasan (eksplanasi),
meramalkan (prediksi), dan mengendalikan (kontrol) terhadap gejala-gejala atau
peristiwa-peristiwa sejarah. Dalam melakukan generalisasi, dengan demikian, sejarawan
harus menjadi lebih berhati-hati dan dalam menganalisis hubungan kausal yang kompleks
dan rumit dari berbagai peristiwa kiranya tidak mungkin lagi dapat diselesaikan dengan
baik tanpa bantuan pendekatan kuantitatif. Pendek kata penggunaan pendekatan
kuantitatif dapat mempertajam wawasan metode sejarah.
2) Metode Ilmu Sejarah
Metode sejarah dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang sistematis dalam
merekonstruksi masa lampau.Terdapat empat langkah metode sejarah yang wajib hukumnya
dilaksanakan oleh sejarawan dalam menulis karya sejarah. Empat langkah tersebut ialah :
a. Heuristik
Heuristik artinya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang terkait
dengan topik penelitian. Atau juga dapat di artikan sebagai kegiatan berupa
penghimpunan jejak-jejak masa lampau, yakni peninggalan sejarah atau sumber apa saja
yang dapat dijadikan informasi dalam pengeritian studi sejarah.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 42


b. Kritik
Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis memerlukan fakta-fakta yang
telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih
dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif
mungkin. Kritik tersebut berupa kritik tentang otentitasnya (kritik ekstern) maupun kre-
dibilitas isinya (kritik intern), dilakukan ketika dan sesudah pengumpulan data
berlangsung.Sumber sejarah yang telah dikritik menjadi data sejarah.
c. Interpretasi
Interpretasi adalah proses pemaknaan fakta sejarah. Dalam interpretasi, terdapat dua
poin penting, yaitu sintesis (menyatukan) dan analisis (menguraikan). Fakta-fakta sejarah
dapat diuraikan dan disatukan sehingga mempunyai makna yang berkaitan satu dengan
lainnya.
d. Historiografi
Tahap kelima ini adalah tahap terakhir metode sejarah. Setelah sumber dikumpulkan
kemudian dikritik (seleksi) menjadi data dan kemudian dimaknai menjadi fakta, langkah
terakhir adalah menyusun semuanya menjadi satu tulisan utuh berbentuk narasi
kronologis. Imajinasi sejarawan bermain disini, tetapi tetap terbatas pada fakta-fakta
sejarah yang ada. Semuanya ditulis berdasarkan urut-urutan waktu.
3) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Sejarah
a. Fungsi Rekreatif
Sejarah dituliskan sesuai fakta yang tersaji dan disusun dengan menggunakan
kronologi serta gaya bahasa yang membuatnya dapat dinikmati sebagai sebuah karya seni.
Peristiwa sejarah yang disusun secara naratif serta mengandung hal-hal yang memiliki
karakteristik romantis serta nilai-nilai keindahan akan menimbulkan perasaan senang bagi
siapapun yang membacanya. Oleh sebab itu, sejarah dapat dikategorikan sebagai sarana
‘rekreasi’ bagi manusia untuk kembali menjelajah masa lalu.
b. Fungsi Inspiratif
Fungsi inspiratif yang terkandung dalam sebuah sejarah dapat terwujud melalui
peristiwa tertentu yang memberikan dampak bagi siapapun yang terlibat di dalamnya,
baik pelaku, maupun orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut. Sejarah juga
dapat menjadi sarana pendidikan moral bagi manusia yang hidup di masa kini sebab ada
banyak hal dan pelajaran yang dapat dipetik dari berbagai peristiwa yang terjadi di masa
lampau.
c. Fungsi Instruktif
Sejarah juga dapat berperan sebagai media penyampaian pengetahuan pada subjek
pembelajar. Siapapun yang menyaksikan atau membaca sebuah peristiwa sejarah akan
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 43
mendapatkan gambaran mengenai kehidupan masa lalu dan dapat menarik pelajaran dari
peristiwa tersebut untuk diaplikasikan ke dalam kehidupannya.
d. Fungsi Edukatif
Sejarah dapat menjadi pelajaran bagi setiap orang agar dapat mengambil hikmah dari
setiap peristiwa yang terjadi. Seseorang yang mengerti dan menghargai sejarah akan
mampu untuk bertindak dengan bijak dan berpikir secara rasional.

(d) Ilmu Geografi


1) Pendekatan Ilmu Geografi
Secara umum, pendekatan geografi adalah cara pandang atau metode analisa yang
digunakan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi di sekitar lapisan bumi (fenomena
geosfer), baik itu yang berupa interaksi antar komponen abiotik, antar komponen abiotik,
maupun antara komponen biotik dan abiotik. Pendekatan geografi sendiri dilakukan terhadap
3 hal utama, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan studi wilayah.
a. Pendekatan Keruangan (Spacial Analysis)
Pendekatan keruangan atau spacial analysis adalah pendekatan yang dilakukan untuk
mengkaji kesamaan atau perbedaan suatu fenomena geosfer melalui cara pandang
keruangan. Pada pendekatan ini, yang menjadi fokus pengamatan adalah persebaran
kegunaan ruang dan manfaat yang akan didapatkan dari ruang yang disediakan.
Dalam prakteknya, pendekatan keruangan sering digunakan untuk perencanaan
pembukaan daerah pemukiman baru. Manfaat yang diharapkan dari daerah pemukiman
baru harus benar-benar dioptimalkan dengan memperhatikan segala aspek geosfer yang
berkorelasi terhadap ruang tersebut, baik itu dari aspek hidrologi (ketersediaan air tanah),
pedologi (kondisi dan sifat tanah), maupun dari aspek klimatologi (iklim dan cuacanya).
Korelasi ini dibutuhkan agar manusia yang bermukim di daerah tersebut dapat
beradaptasi dengan baik dan bisa memperoleh lebih banyak manfaat daripada dampak
dan mudorotnya.
b. Pendekatan Ekologi (Ecological Analysis)
Pendekatan ekologi atau ecological analysis adalah pendekatan yang dilakukan untuk
mengkaji suatu fenomena geosfer dengan memperhatikan interaksi antara organisme
dengan lingkungan yang ditinggalinya. Selain itu, pendekatan geografi ini juga berfokus
pada perilaku organisme dan perubahan fenomena lingkungan yang terjadi secara mandiri
tanpa keterkaitan. Pendekatan ekologi dapat dianalisis melalui penerapan konsep 5W +
1H. Contoh sederhananya adalah fenomena banjir yang terjadi di Bandung. Fenomena ini
dapat diidentifikasi melalui beberapa tahapan pendekatan ekologi yang hasilnya
kemudian dapat dianalisa untuk menemukan solusi dan alternatif pemecahan masalah.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 44
Identifikasi kondisi fisik. Identifikasi ini dilakukan untuk menemukan berbagai
kondisi fisik lingkungan yang mendorong terjadinya fenomena banjir, seperti topografi,
jenis tanah, curah hujan tahunan, dan vegetasi di lokasi itu.
Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat. Identifkasi ini dilakukan untu menemukan
berbagai sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi tersebut,
misalnya alih fungsi lahan pertanian, penggundulan hutan, kebiasaan membuang sampah
sembarangan, mendirikan pemukiman di bantaran sungai, dan lain-lain. Analisa Interaksi.
Dari identifikasi fisik dan sikap, selanjutnya hubungan antara keduanya dianalisa untuk
menemukan alternatif pemecahan masalah.
c. Pendekatan Studi Wilayah (Regional Complex Analysis)
Pendekatan studi wilayah atau regional complex analysis adalah pendekatan yang
dilakukan dengan mengkaji perbedaan dan kesamaan satu wilayah dengan wilayah
lainnya dari segi ekologi maupun keruangannya. Bisa dikatakan bahwa jenis pendekatan
geografi ini merupakan gabungan dari pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi.
Hasil pendekatan studi wilayah kemudian tertuang menjadi peta dan dipelajari melalui
disiplin ilmu kartografi.
2) Metode Ilmu Geografi
a. Studi lapangan
Pengamatan secara langsung di lapangan berguna untuk mengetahui dan memahami
permukaan bumi serta kegiatan manusia. Metode ini dilakukan dengan terjun langsung
mengamati objek dilapangan. Dengan melakukan studi lapangan ini akan mengetahui
karakteristik khusus permukaan bumi.
b. Wawancara (interview)
Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden tentang hal-
hal yang perlu diketahui harus menjawab dengan jelas atas semua pertanyaan. Metode ini
dipilih bila hal-hal yang ingin diketahui tidak dapat diperoleh dengan metode
pengamatan. Contohnya : alasan penduduk tetap tinggal dalam wilayah rawan bencana
banjir.
c. Pemataan
Metode ini dilakukan dengan menyeleksi berbagai informasi di daerah yang akan
dipetakan. Seleksi menghasilkan informasi objek terpilih yang diperlukan saja sehingga
dapat menggambarkan tempat, pola, dan karakteristik unsur geografi dalam peta.
d. Kuantitatif
Metode ini merupakan metode penelitian geografi yang menggunakan perhitungan
matematika dan statistika. Pengujian hasil penelitian yang berupa angka-angka dilakukan
dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 45
menyederhanakan informasi yang rumit dan hasil penelitian disajikan dalam bentuk yang
sederhana.
e. Penggunaan sarana ilmiah
Metode penggunaan sarana ilmiah dalam penelitian geografi, misalnya dalam
penginderaan jauh. Penginderaan jauh dapat membantu untuk mengidentifikasi dan
mempelajari permukaan bumi yang sulit dijangkau dengan studi lapangan.
3) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Geografi
Adapun tujuan dan fungsi geografi yang menjadi dasar pembelajaran geografi ada tiga
macam, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Sebagai pengetahuan, geografi bertujuan mengembangkan konsep dasar geografi yang
berkaitan dengan pola keruangan dan prosesnya; mengembangkan pengetahuan, peluang dan
keterbatasan sumber daya alam untuk dimanfaatkan; mengembangkan konsep dasar geografi
yang terkait dengan lingkungan sekitar dan wilayah negara atau dunia.
Sebagai keterampilan, geografi bertujuan mengembangkan keterampilan mengamati
lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan binaan; mengembangkan keterampilan
mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan;
mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan, dan hasil-hasil dari interaksi
berbagai gejala geografis.
Sebagai sikap, geografi bertujuan menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan
fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar; mengembangkan sikap melindungi dan
tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup; mengembangkan kepekaan terhadap
permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya; mengembangkan sikap toleransi terhadap
perbedaan sosial dan budaya; mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.

(e) Ilmu Sosiologi


1) Pendekatan Ilmu Sosiologi
a. Pendekatan Komparatif
Pendekatan komparatif, yaitu pendekatan yang melihat manusia
dengan pandangan yang luas, tidak hanya masyarakat yang terisolasi
atau hanya dalam tradisi sosial tertentu saja.
b. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik, yaitu suatu pendekatan berdasar pendapat
bahwa masyarakat itu dapat diselidiki sebagai keseluruhan, sebagai
unit-unit yang bersifat fungsional, atau sebagai sistem-sistem tertentu.
Sosiologi mencoba mencakup keseluruhan ruang lingkup dari segala

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 46


sesuatu yang berhubungan dengan kemanusiaan sampai kepada
generalisasi-generalisasi.
2) Metode Ilmu Sosiologi
a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif penelitian yang analisis datanya mengutamakan tentang penjabaran
data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur
dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak. Istilah penelitian kualitatif
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
b. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif penelitian yang analisis datanya mengutamakan keterangan
berdasarkan angka-angka. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ini
adalah survei dan eksperimen. Gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks, tabel, atau
formula-formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik.
3) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Sosiologi
Tujuan dan fungsi sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Jadi, objek formalnya tersebut berfungsi
sebagai penuntun adaptasi di masyarakat. Mengembangkan pengetahuan yang objektif
mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat di manfaat kan secara efektif untuk
memecahkan masalah-masalah sosial (problem solving). Contohnya, jika seseorang ingin
menjalin hubungan dengan masyarakat lain, selayaknya ia harus mempelajari dahulu sifat dan
karakter masyarakat tersebut. Dengan mengetahui sifat dan karakter individu lain, serta
kebiasaan di masyarakat, akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
Bisa digambarkan bahwa objek sosiologi ibarat seseorang yang memancing. Ikan, pancing
dan cara-cara memancing sudah diberitahukan sebelumnya. Orang tersebut tinggal
menggunakan caracara dan pancing untuk mendapatkan ikannya. Jadi objek sosiologi terdiri
atas masyarakat dan nilai-nilai aturan yang sudah ada.

(f) Ilmu Antropologi


1) Pendekatan Ilmu Antropologi
Studi kebudayaan adalh sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama antropologi
adalah kebudayaan dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3 macam pendekat utama yang
biasa dipergunakan oleh para ilmuwan antropologi.
a. Pendekatan holistic
Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh para
pakar antropologi apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 47
Kebudayaan di pandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin
dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut. Para pakar antropologi
mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, teknologi, dan bahasa.
Untuk memperoleh generalisasi (simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti
perkawinan dalam suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus
memahami dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang
bersangkutan.
b. Pendekatan komparatif
Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan komparatif juga merupakan
pendekatan yang unik dalam antropologi untuk mempelajari kebudayaan masyarakat
yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para ilmuwan antropologi paling sering
mempelajari masyarakat pra-aksara karena 2 alasan utama. Pertama, mereka yakin bahwa
setiap generalisasi dan teori harus diuji pada populasi-populasi di sebanyak mungkin
daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari
keseluruhan kebudayaan masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari pada
masyarakat-masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat pra-aksara yang
hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi para ilmuwan antropologi.
c. Pendekatan historic
Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan. Pendekatan dan unsur-unsur historik
mempunyai arti yang sangat penting dalam antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain
dalam kelompok ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-
tama pada asal-usul historik dari unsur-unsur kebudayaan, dan setelah itu tertarik pada
unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus.
2) Metode Ilmu Antropologi
a. Kelangkaan Metode Yang Baku
Antropologi adalah ilmu yang relatif masih muda, sehingga belum berhasil
mengembangkan metode-metode penelitian yang jelas dan sistematik. Dalam tulisan-
tulisan etnografis dapat dilihat terlalu sedikitnya perhatian para penulis pada metode
penelitian.
b. Participant observation
Jika seorang ilmuwan antropologi sedang melakukan penelitian tentang suatu
kebudayaan, maka ia hidup bersama orang-orang pemilik kebudayaan tersebut,
memelajari bahasa mereka, ikut aktif ambil bagian dalam kegiatan sehari-hari masyarakat
(komunitas) tersebut.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 48


c. Indepth interview (wawancara mendalam)
Wawancara mendalam (indepth interview) biasanya dipergunakan bersama-sama
(kombinasi) dengan observasi mendalam berperanserta. Wawancara dilakukan secara
informal dan non-sistematik. Jika ilmuwan sosiologi memilih secara acak (random)
subyek yang diwawancarai, maka ilmuwan antropologi mewawancarai orang-orang yang
telah kenal baik dan mempercayainya, atau oran-orang yang ia pandang dapat
memberikan informasi yang akurat dan rinci tentang berbagai aspek kebudayaan yang
diteliti.
d. Upaya memperkecil kesalahan
Informasi yang ia peroleh dari berbagai subyek seringkali berbeda-beda atau bahkan
saling bertentangan. Para ilmuwan antropologi berusaha meminimalkan kesalahan pada
data mereka dengan jalan mengulang-ulang observasi atau wawancara, dan dengan
melakukan ’cross-check’ dengan informan lain apabila mereka menemukan informasi
yang bertentangan.
e. Kecendrungan menggunakan metode tradisional
Para ilmuwan antropologi hanya sedikit menggunakan kuesioner tertulis, terutama
karena sebagian besar subjek mereka buta aksara. Walaupun para ilmuwan antropologi
semakin banyak mempelajari kelompok-kelompok masyarakat modern, tetapi mereka
cenderung tetap menggunakan metode-metode antropologi tradisional.
3) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Antropologi
a. Mendeskripsikan selengkap mungkin tata cara kehidupan kelompok manusia dari
berbagai sudut belahan bumi pada setiap periode dan karakter fisik manusia yang hidup
pada kelompok itu.
b. Memahami manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.
c. Untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana
gaya hidup itu terbentuk.

(g) Ilmu Ekonomi


1) Pendekatan dan Metode Ilmu Ekonomi
Sering disebut sebagai The queen of social sciences, ilmu ekonomi telah mengembangkan
serangkaian metode kuantitatif untuk menganalisis fenomena ekonomi. Jan Tinbergenpada
masa setelah Perang Dunia II merupakan salah satu pelopor utama ilmu ekonometri, yang
mengkombinasikan matematika, statistik, dan teori ekonomi. Kubu lain dari metode
kuantitatif dalam ilmu ekonomi adalah model General equilibrium (keseimbangan umum),
yang menggunakan konsep aliran uang dalam masyarakat, dari satu agen ekonomi ke agen
yang lain. Dua metode kuantitatif ini kemudian berkembang pesat hingga hampir semua
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 49
makalah ekonomi sekarang menggunakan salah satu dari keduanya dalam analisisnya. Di lain
pihak, metode kualitatif juga sama berkembangnya terutama didorong oleh keterbatasan
metode kuantitatif dalam menjelaskan perilaku agen yang berubah-ubah.
2) Tujuan Dan Fungsi Ilmu Ekonomi
a. Mencari pengertian tentang hubungan peristiwa-peristiwa ekonomi baik yang berupa
hubungan kausal maupun fungsional;
b. Untuk dapat menguasai masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat
misalnya :
- Masalah pengangguran di Indonesia masih belum bisa diatasi;
- Kondisi infrastruktur ekonomi Indonesia seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi yang sudah tidak lagi memadai;
- Terbatasnya lahan pekerjaan sehingga menaikkan tingkat pengangguran.

2. Persamaan Ilmu-Ilmu Sosial


Persamaan dari cabang Ilmu-Ilmu Sosial tersebut ialah, 1) masing-masing cabang ilmu sosial
mengambil bahan-bahan dari ilmu sosial. 2) Tidak ada keharusan bahwa semua ilmu sosial perlu
diturunkan dalam setiap pokok bahasan IPS, tapi disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan
perkembangan peserta didik. 3) Jenjang pendidikan juga ikut menentukan jumlah dan bagian isi ilmu
sosial yang akan diramu menjadi program IPS. 4) Kesamaannya cabang ilmu-ilmu sosial dapat
disusun dengan mengaitkan atau menggabungkan berbagai unsur ilmu sosial sehingga menjadi
menarik. Kemudian dapat dicontohkan sebagai berikut.
Adapun persamaan IPS dengan cabang-cabang ilmu sosial tersebut: Persamaannya yakni
mengenai objek yang dikaji, yakni manusia didalam lingkungan sosialnya. Kaitan antara IPS dan
Ilmu-ilmu Sosial. Di atas telah disinggung mengenai definisi IPS dan ilmu sosial dari situ dapat kita
simpulkan bahwa IPS sebenarnya adalah ilmu-ilmu sosial yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan disekolah dasar dan menengah, dengan kata lain ilmu-ilmu sosial adalah induk atau dasar
dari Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Hubungan IPS dan ilmu-ilmu sosial dapat dipahami dengan lebih
jelas berdasarkan konsep dasar dan generalisasi IPS yang dikembangkan oleh Mulyono T.J. yang
telah dimodifikasi dan diperluas dalam Mukminan dkk. (2002: 62-77) sebagai berikut:

3. Analisis Ilmu-Ilmu Sosial


a. Ilmu Politik
IPS mengambil ilmu politik yang membahas usaha manusia mengorganisasikan kekuasaan
dalam mengatur manusia serta menyelenggarakan kepentingan rakyat dan bangsa.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 50


b. Ilmu Hukum
IPS mengambil materi ilmu hukum yang berkaitan dengan peraturan-peraturan tingkah laku
dalam masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah.
c. Ilmu Geografi
IPS mengambil materi dari geografi yang terkait dengan bumi, garis lintang, garis bujur, arah,
jarak, lokasi ruang, kondisi ruang serta lingkungan, sumber daya alam serta interaksi antar
bangsa dan manusia dengan lingkungan.
d. Ilmu Sejarah
IPS mengambil materi ilmu sejarah yang terkait dengan cara hidup manusia dilihat dari kurun
waktu masa lalu.
e. Ilmu Sosiologi
IPS mengambil materi sosiologi yang mempelajari masyarakat secara umum dan hubungan
antar individu serta masyarakat tersebut.
f. Ilmu Antropologi
IPS mengambil materi antropologi yang terkait dengan kajian hasil budidaya manusia dalam
menjaga eksistensinya dan usaha meningkatkan kehidupan baik aspek lahiriyah maupun
batiniyah.
g. Ilmu Ekonomi
IPS mengambil materi ekonomi terkait dengan usaha manusia untuk mencapai kemakmuran
dan gejala-gejala serta hubungan yang timbul dari usaha tersebut.
Hubungan antara IPS dengan ilmu-ilmu social saling berkaitan. Keduanya berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia, kemudian kebutuhan dasar tersebut dapat dicapai dengan kegiatan dasar
manusia. Kegiatan dasar menusia meliputi produksi dan konsumsi, pemeliharaan dan perlindungan,
konsumsi dan transport, estetika, pemerintahan dan organisasi, dan pendidikan dan rekreasi.
Keseluruhannya membentuk ilmu-ilmu social. Dalam ilmu-ilmu social, terurai disiplin ilmu yang
meliputi, antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, ilmu politik, psikologi social dan hokum. Dan di
dalamnya terdapat fakta, konsep, generalisasi yang dikembangkan membentuk ilmu Pengetahuan
Sosial(IPS). Jadi IPS merupakan penjabaran dari ilmu-ilmu social yang didalamnya terdapat fakta,
konsep dan generalisasi.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 51


BAB 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN RPP


Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar
yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP merupakan
persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis
maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif,
termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.
Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 tertanggal 23 November tahun 2007 tentang standar
proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa pengembangan RPP dijabarkan dari Silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kopetensi Dasar (KD).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru
merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan pelajaran di
satuan pendidikan. Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk:
a) Mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar.
b) Memberi kesempatan bagi pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai denga kebutuhan peserta
didik, kemampuan pendidik dan fasilitas yang dimiliki sekolah.
c) dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru
akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai
kerangka kerja yang logis dan terencana.

B. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN RPP


Prinsip-prinsip rencana pembelajaran menurut Permendinas no 41 tahun 2007 tentang standar proses
terdiri dari:
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
b) Bersifat fleksibel
c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
d) Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
e) Disusun untuk setiap kompetensi dasar.
f) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP.
g) Keterkaitan dan keterpaduan.
h) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 52


C. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan berbasia sains yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan dengan tujuan untuk mempersiapkan lahirnya
generasi emas bangsa indonesia, dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Titik beratnya, kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa agar lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah meneerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 lebih menekankan pada ketiga aspek, yaitu
menghasilkan peserta didik berakhlak mulia (afektif), berketerampilan (psikomotorik), dan berpengetahuan
(kognitif) yang berkesinambungan. Sehingga diharapkan agar siswa lebih kreatif, inovatif dan lebih
produktif.
Dalam kurikulum 2013 juga ada strategi pengembangan pendidikan, salah satunya adalah penambahan
jam pelajaran. Rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan bahwa perubahan proses
pembelajaran (dari siswa diberitahu menjadi mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output
menjadi berbasis proses dan output) memerlukan tambahan jam pelajaran. Dengan alokasi waktu per jam
pelajaran, SD 35 menit, SMP 40 menit, SMA 45 menit.

D. RPP IPS KURIKULUM 2013


TERLAMPIR.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 53


LAMPIRAN
RPP KURIKULUM 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N/S


Mata Pelajaran : IPS
Tema : Manusia, Tempat dan Lingkungan
Sub Tema : Pengertian Ruang dan Interaksi
Antarruang
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 4 JP (2 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.1 Memahami konsep ruang (lokasi, 3.1.1 Menjelaskan pengertian konsep ruang dan
distribusi, potensi, iklim, bentuk muka interaksi antar ruang
bumi, geologis, flora dan fauna) dan 3.1.2 Menunjukkan lokasi Indonesia pada peta untuk
interaksi antarruang di Indonesia serta memahami letak dan luas melalui peta
pengaruhnya terhadap kehidupan 3.1.3 Menjelaskan persebaran sumber daya alam dan
manusia dalam aspek ekonomi, sosial, kemaritiman di Indonesia.
budaya dan pendidikan. 3.1.4 Menjelaskan jumlah, kepadatan, dan
persebaran penduduk Indonesia.
3.1.5 Menjelaskan kondisi geologis dan bentuk
muka bumi
3.1.6 Menemukan ciri flora dan fauna Asiatis,
peralihan, dan Australis
3.1.7 Menjelaskan pengaruh interaksi antar ruang
terhadap kehidupan dalam aspek ekonomi,
sosial, budaya, dan pendidikan.

4.1 Menyajikan hasil telaah konsep ruang 4.1.1 Menggambar peta persebaran fauna di
konsep ruang (lokasi, distribusi, potensi, Indonesia
iklim, bentuk muka bumi, geologis, flora 4.1.2 Mempresentasikan hasil diskusi tentang bentuk
dan fauna) dan interaksi antarruang di muka bumi Indonesia.
Indonesia serta pengaruhnya terhadap 4.1.3 Membuat laporan hasil telaah pengaruh kondisi

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 54


kehidupan manusia dalam aspek geologis terhadap kehidupan manusia dalam
ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. aspek ekonomi, sosial dan budaya.
4.1.4 Membuat laporan hasil observasi jumlah
penduduk di daerahnya masing-masing

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat:
1. menjelaskan pengertian konsep ruang;
2. menjelaskan pengertian interaksi antar ruang;
Pertemuan Kedua
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat:
1. menyebutkan contoh interaksi keruangan antar wilayah di Indonesia
2. menyebutkan contoh interaksi keruangan yang terjadi di wilayahnya;

Fokus nilai-nilai sikap


1. Peduli
2. Jujur berkarya
3. Tanggung jawab
4. Toleran
5. Kerjasama
6. Proaktif
7. kreatif

D. Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran regular
a. Fakta
 Indonesia terletak antara 950 BT – 1410 BT dan 60 LU - 110 LS. Karena letaknya
tersebut, Indonesia termasuk ke dalam wilayah tropis. Wilayah tropis dibatasi oleh
lintang 23,50 LU dan 23,50 LS.
b. Konsep
 Kondisi geografis Indonesia (letak dan luas, iklim, geologi, rupa bumi, tata air, tanah,
flora dan fauna) melalui peta rupa bumi
 Potensi Sumber Daya Alam (jenis sumber daya, penyebaran di darat dan laut)
c. Prinsip
 Sumber Daya Manusia
- jumlah, sebaran, dan komposisi;
- pertumbuhan;
- kualitas (pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
- keragaman etnik (aspek-aspek budaya Interaksi antarruang (distribusi potensi
wilayah Indonesia)
 Dampak interaksi antarruang (perdagangan, mobilitas penduduk)
d. Prosedur
 Menggambarpetapersebaran fauna di Indonesia
 Mempresentasikanhasil diskusi tentang bentuk mukabumi Indonesia.
 Membuat laporanhasil telaah pengaruh kondisi geologis terhadap kehidupan manusia
dalam pekekonomi, social dan budaya.
 Membuat laporan hasil observasi jumlah penduduk di daerahnya masing-masing
2. Materi pembelajaran remedial
 Dinamika Kependudukan Indonesia
 Kondisi Alam Indonesia
3. Materi pembelajaran pengayaan
 Membuat data statistic penduduk yang ada di lingkungan kalian yang mencakup Nama, usia,
jenis kelamin, dan jenis pekerjaan?
 Buatlah perbandingan antara Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia
dengan yang ada di dunia ? Potensi sumber daya alam apakah yang mendominasi di
Indonesia ?
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 55
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
3. Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi

F. Media Pembelajaran
1. Media LCD projector,
2. Laptop,
3. Bahan Tayang

G. Sumber Belajar
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Siswa Mata Pelajaran IPS. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Mata Pelajaran IPS. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
c. Modul/bahan ajar,
d. Internet,
e. Sumber lain yang relevan

H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 40 menit ) Waktu
Kegiatan Pendahuluan 10
Guru : menit
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran
(PPK: Religius)
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, pada kelas VI
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.
 Apabila materi/tema/ projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka peserta
didik diharapkan dapat menjelaskan tentang:
 Pengertian Ruang dan Interaksi Antarruang
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.

Kegiatan Inti 60
Sintak menit
Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajara
n
Stimulation Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
(stimullasi/ memusatkan perhatian pada topic
pemberian  Pengertian Ruang dan Interaksi Antarruang dengan
rangsangan) cara :
 Melihat (tanpa atau dengan alat)/

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 56


Menayangkan gambar/foto tentang
 Peserta didik diminta untuk mengamati
penayangan gambar yang disajikan oleh guru
maupun mengamati gambar yang terdapat pada
buku siswa seperti gambar dibawah (Literasi)
 Mengamati
 Peserta didik diminta mengamati gambar /foto
yang yang terdapat pada buku maupun melalui
penayangan video yang disajikan oleh guru seperti
gambar dibawah ini

 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap gambar,


peserta didik diminta untuk mendiskusikan tentang
hal-hal yang ingin diketahui.
 Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung),
 Peserta didik diminta membaca materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan
 Pengertian Ruang dan Interaksi Antarruang
 Mendengar
 Peserta didik diminta mendengarkan pemberian
materi oleh guruyang berkaitan dengan
 Pengertian Ruang dan Interaksi Antarruang
 Menyimak,
 Peserta didik diminta menyimak penjelasan
pengantar kegiatan secara garis besar/global
tentang materi pelajaran mengenai :
 Pengertian Ruang dan Interaksi Antarruang
Problem Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
statemen mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
(pertanyaan/ berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab
identifikasi melalui kegiatan belajar, contohnya :
masalah)  Mengajukan pertanyaan tentang :
 Pengertian Ruang dan Interaksi Antarruang
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat. Misalnya :
 Apa yang dimaksud dengan ruang?
 Mengapa terjadi perbedaan karakteristik
antaruang ?
 Mengapa terjadi perbedaan karakteristik
antarruang?
 Seperti apa bentuk interaksi antarruang di
Indonesia ?
Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
collection menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 57
(pengumpulan kegiatan:
data)  Mengamati obyek/kejadian,
 Wawancara dengan nara sumber
 Mengumpulkan informasi
 Peserta didik diminta mengumpulkan data yang
diperoleh dari berbagai sumber tentang
 Ruang dan Interaksi Antarruang
 Membaca sumber lain selain buku teks,
 Peserta didik diminta mengeksplor
pengetahuannya dengan membaca buku referensi
tentang (Literasi)
 Ruang dan Interaksi antarruang
 Mempresentasikan ulang
 Aktivitas :
 Peserta didik melakukan aktivitas sesuai sesuai
buku siswa seperti berikut ini:

 Mendiskusikan
 Mengulang
 Saling tukar informasi tentang :
 Ruang dan Interaksi antarruang
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari
kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan
dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
Data Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
processing hasil pengamatan dengan cara :
(pengolahan  Berdiskusi tentang data :
Data)  Ruang dan Interaksi antarruang
yang sudah dikumpulkan / terangkum dalam kegiatan
sebelumnya.
 Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari
hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 58


informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
 Ruang dan Interaksi antarruang
Verification Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
(pembuktian) memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
membuktikan :
 Ruang dan Interaksi antarruang
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalizatio Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
(menarik  Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
kesimpulan) berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal tentang :
 Ruang dan Interaksi antarruang
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta
didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara
tertulis tentang
 Ruang dan Interaksi antarruang
 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa.
 Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau pada lembar lerja
yang telah disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang
meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)
Kegiatan Penutup 10
Peserta didik : menit
 Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
 Mengagendakan pekerjaan rumah.
 Mengagendakan projek yang harus mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam
sekolah atau dirumah.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 59


Guru :
 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik yang selesai
mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian projek.
 Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik

I. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


1. Teknik Penilaian
a. Sikap (Spiritual dan Sosial)
1. Observasi (jurnal)
2. Penilaian diri
3. Penilaian antarteman
b. Pengetahuan
1. Ter tertulis
c. Keterampilan
1. Kinerja

2. Instrumen Penilaian
a. Pertemuan Pertama (Terlampir)
b. Pertemuan Kedua (Terlampir)

3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Remedial
 Remidial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM maupun
kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas dua bagian :
remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum mencapai
Kompetensi Dasar
 Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal), misalnya sebagai berikut.
 Dinamika Kependudukan Indonesia
 Kondisi Alam Indonesia

b. Pengayaan
 Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai
KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
 Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan peserta
didik.
 Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas misalnya
 Membuat data statistic penduduk yang ada di lingkungan kalian yang mencakup
Nama, usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan?
 Buatlah perbandingan antara Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman
Indonesia dengan yang ada di dunia ? Potensi sumber daya alam apakah yang
mendominasi di Indonesia ?

……………, Januari 2018

Mengetahui
Kepala SMPN/S Guru Mata Pelajaran

…………………………………… …………………………………….
NIP/NRK. NIP/NRK.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 60


BAB 5
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial
seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya, yang mana di dalamnya berisi
tentang kajian manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS adalah tentang hubungan
antar manusia. Latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia.
Dari pengertian IPS dapat dilihat bahwa, materi yang dikaji dalam pembelajarannya adalah tentang
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya yang mencakup segala aspek kehidupan.
Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian
melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik pemerintahan, dan aspek
psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang
bercanda dengan sesama teman di kelas, merupakan masalah yang dihadapi khususnya untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Damak buruknya adalah, penguasaan materi dan ketuntasan kurang
memuaskan. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Permasalahan lain, pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) misalnya : ketidaksiapan
dari guru-guru yang ada disekolahnya untuk membelajarkan IPS secara terpadu, mengingat terbatasnya
tenaga guru yang ada; tidak tersedianya fasilita pendukung pembelajaran IPS yang sesuai dengan kebutuhan;
dan masih rendahnya hasil pembelajaran IPS di sekolah.
Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif, diantaranya :
pengamatan objek langsung, diskusi kelompok, mengerjakan LKS, menggunakan media yang ada di
sekolah, dan menggunakan metode tanya jawab. Namun, hasilnya belum memuaskan dan aktivitas siswa
belum maksimal. Apabila kondisi yang seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, maka
guru akan tetap saja sebagai sumber informasi satu-satunya di kelas, tidak ada tukar informasi, penguasaan
konsep dan hasil belajar IPS siswa tetap rendah, dan pembelajaran IPS jadi membosankan. Menurut
Nasution (2000:94), pelajaran akan lebih menarik dan berhsil apabila dihubungkan dengan pengalaman-
pengalaman dimana anak dapat melihat, meraba, mengucap, berbuat, mencoba, berfikir, dan sebagainya.
Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual, melainkan juga bersifat emosional. Kegembiraan belajar dapat
mempertinggi hasil pelajaran.
Berkaitan dengan materi IPS, bahwa kajian yang dibahas di dalamnya tidak terlepas dari kehidupan
manusia sehari-hari, maka pengetahuan sosial ini secara alamiah sudah melekat pada diri setiap orang. Akan
tetapi IPS ini harus tetap dipelajari dan diajarkan kepada anak didik, mengingat kehidupan masyarakat

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 61


dengan segala permasalahannya makin berkembang. Untuk menghadapi keadaan demikian, pengetahuan
sosial yang diperoleh secara alamiah saja tidak cukup.
Maka disinilah perlunya pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS. Adapun fungsi IPS sebagai
pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya,
keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai sumber
daya manusia yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

B. SARAN
IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia (global society). IPS harus dilihat
sebagai suatu komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang
signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-nilai dan perilaku yang demokratis,
memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari
masyarakat global yang interdependen.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 62


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Daldjoeni, N. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.
Majid, A. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung:
Rosdakarya.
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (Primary School Teacher Development Project)
Rusdi, Muhammad dkk. 1983. Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Tim IPS FPIS IKIP
Surabaya.
Samlawi, Fakih dan Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Departemen Winataputra,
Udin S. 2005. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dendi Tri Suarno dan Sukirno. 2015. Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta. “Pengembangan Media Pembelajaran IPS Dengan Tema Pemanfaatan Dan
Pelestarian Sungai Untuk Siswa Kelas VII SMP.” Jurnal Pendidikan IPS, Volume 2, Nomor
2, September 2015.

Elfira Miftakhul Jannah. 2017. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta. “Implementasi Kurikurum 2013 Pada Pembelajaran IPS di
SMPN 1 Muntilan.” Jurnal, Volume 1, Nomor 1, 2017.

Enok Maryani, dan Helius Syamsudin. 2009. “Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk
Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial.” Jurnal Penelitian, Volume 9, Nomor 1,
April 2009.

Fulana Mardina Asih. 2014. Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang. “Implementasi Kurikulum
2013 Pada Mata Pelajaran IPS di SMPN 1 BLADO.”. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP
Veteran Semarang, Volume 2, Nomor 1, 2014.

Leo Agung S. 2012. Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan PIPS FKIP UNS Surakarta. “Implenetasi
Model Pembelajaran IPS Terpadu (Suatu Studi Evaluatif Di SMPN Kota Surakarta) .” Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 18, Nomor 2, Juni 2012.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 63


Puput Pujatama. 2014. Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang, Indonesia. “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran IPS Di
Sekolah Menengah Pertama (Studi Pada Sekolah-sekolah di Kota Semarang)”. Jurnal of
Educational Social Studies, volume 3, Nomor 2, ISSN 2252-6390 November 2014.

Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, S.H. 2012. Guru Besar Kriminologi Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Semarang “Pendekatan Kajian Ilmu Hukum”. Jurnal Hukum, volume 1, Nomor
2, 2012.

Titik Triwulan Tutik. 2012. Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
“Hakikat Keilmuan Ilmu Hukum Ditinjau Dari Sudut Filsafat Ilmu Dan Teori Ilmu Hukum.”
Jurnal Mimbar Hukum, Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012. Halaman 377-569.

Team Dosen. 2013. Universitas Negeri Medan. “Bahan Perkuliahan Konsep Dasar IPS.” Modul
Perkuliahan.

https://www.kompasiana.com/www.ilhamakbar.com/definisi-tujuan-dan-ruang-lingkup
antropologi_54f79c24a333119d1c8b458a- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://www.ngelmu.id/pengertian-antropologi-bidang-pendekatan-metodologi-konsep-dan-teori
antropologi/ - Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://www.guruips.com/2017/02/fungsi-dan-tujuan-sosiologi-manfaat.html - Diakses pada tanggal 12
Januari 2018.
https://www.kompasiana.com/lisnaifahsyaghina/2-metode-dalam
sosiologi_54f9774da33311a13d8b545f- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018
http://www.materi-pelajaran.xyz/2016/08/5-metode-penelitian-geografi.html - Diakses pada tanggal 12
Januari 2018.
http://www.ipsmudah.com/2017/04/3-pendekatan-geografi-keruangan-ekologi-wilayah-contohnya.html
Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
https://www.sayanda.com/pengertian-sejarah/- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://www.sejarawan.id/2012/02/pendekatan-penelitian-sejarah.html- Diakses pada tanggal 12 Januari
2018.
http://artikel-az.com/ilmu-hukum/- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://chikal-adhityah.blogspot.co.id/- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://nartocalonlegislator.blogspot.co.id/2013/10/pendekatanhukum-oleh-andi-sunarto.html- Diakses
pada tanggal 12 Januari 2018.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 64


https://customslawyer.wordpress.com/2014/01/31/tiga-pendekatan-metoda-ilmu-hukum/- Diakses pada
tanggal 12 Januari 2018.
http://alviprofdr.blogspot.co.id/2013/07/karakteristikilmu-hukum-oleh-alvi.html- Diakses pada tanggal
12 Januari 2018.
https://dewirosdyana.wordpress.com/2013/11/10/sifat-dan-arti-politik/- Diakses pada tanggal 12 Januari
2018.
https://belajarbersamayulia.weebly.com/karakteristik-sejarah.html- Diakses pada tanggal 12 Januari
2018.
https://ekowati52.wordpress.com/- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
https://agroedupolitan.blogspot.co.id/2017/03/karakteristik-kajian-antropologi.html- Diakses pada
tanggal 12 Januari 2018.
http://www.guruips.com/2017/02/ciri-ciri-sosiologi-hakikat-dan.html- Diakses pada tanggal 12 Januari
2018.
https://www.kompasiana.com/widihastuti.ratna/model-pembelajaran-ips-yang-dikembangkan-
kurikulum-2013_54f6d94aa333114c5c8b4ba6- Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://mademoisellezeina.blogspot.co.id/2014/05/pelaksanaan-pembelajaran-ips-pada.html- Diakses
pada tanggal 12 Januari 2018.
http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/330-pembelajaran-ips-dalam-kurikulum-2013- Diakses pada
tanggal 12 Januari 2018.
http://sucianitaeconomiceducation12.blogspot.co.id/2013/06/hubungan-ilmu-sosial-dan-ips.html-
Diakses pada tanggal 12 Januari 2018.
http://gudangartikels.blogspot.co.id/2013/01/hakikat-pembelajaran-ips.html- Diakses pada tanggal 12
Januari 2018.
http://haslindafadillah.blogspot.co.id/2010/11/makalah-pendidikan-ips.html- Diakses pada tanggal 12
Januari 2018.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial 65

Anda mungkin juga menyukai