Terapi Endoskopi
Early vasoactive therapy Blood volume resusitation: Antibiotik (quinolones or ceftriaxone) for
7 days Ex Norfloxacin 400 mg X 2 iv day 1
1. Terlipresin Transfusion PRBC to maitain hgb at around 8 g/dl following 6 days peroral
plasma expanders to maintain
Endoscopy withinsys
12 BP > 80(24)
hours mmHG
2. Somatostatin or
analogues
Esophageal varices Gastric varices
Continuous rebleeding
Contious bleeding
Emergency TIPS
PROGNOSIS
2.10 Penatalaksanaan
Panduan tatalaksana pasien dengan varises gastroesofageal meliputi:
pencegahan episode perdarahan awal (profilaksis primer),
pengendalian perdarahan aktif, dan
pencegahan ulang setelah perdarahan awal (profilaksis sekunder)
Profilaksis Primer
Panduan utama penggunaan obat farmakologi sebagai profilaksis primer
perdarahan varises masih tetap propanol menurunkan gradient tekanan portal,
menurunkan aliran darah vena azigos dan juga tekanan varises vasokontriksi
splanknik dan penurunan volume semenit.
Penggunaan vasodilator Isosorbid mononitrat dapat menekan tekanan portal sama
efektifnya dengan propranolol.
Terapi kombinasi nadolol dan isosorbid mononitrat dapat menekan frekuensi
perdarahan secara bermakna.
Endoskopi salah satu teknik mencegah perdarahan varises.
Ligasi Varises Endoskopi (LVE) bermanfaat untuk perdarahan varises akut.
Pengobatan definitif
Pipa Sengstaken-Blakemore (SB tube) dengan modifikasi Minnesota (dengan
penambahan lubang aspirator diatas balon esophagus) dapat dipakai untuk
mengatasi perdarahan varises esophagus atau varises lambung didaerah proksimal.
Pada umumnya dianjurkan untuk melakukan inflasi balon esophagus maupun
lambung pada awalnya, dan segera dilakukan deflasi dalam waktu 12-24 jam,
untuk menghindari kerusakan mukosa.
Sekali balon dikempeskan, dianjurkan untuk segera dilakukan pengobatan
lanjutan untuk mencegah perdarahan ulang, karena perdarahan ulang setelah
pengempesan SB tube terjadi sekitar 80% atau lebih.
Ligasi Varises
Pasien yang memiliki varises esofagus dengan risiko tinggi perdarahan harus
diidentifikasi untuk memulai pencegahan perdarahan primer. Prediktor independen risiko
perdarahan terdiri dari : derajat disfungsi hepar, ukuran varises esofagus, dan kehadiran
red wale pada varises esofagus. Petunjuk terkini menganjurkan pencegahan primer untuk
semua pasien dengan varises medium dan besar dan pasien dengan varises kecil dengan
tanda red wale atau pada pasien Child C. pasien dengan varises kecil tanpa tanda red wale
dan child A atau B mungkin dapat diterapi dengan beta-blocker untuk mencegah
progresivitas varises dan perdarahan, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.20,21
a Terapi farmakologi
Tujuan utama terapi farmakologi pada varises esofagus adalah untuk
menurunkan tekanan portal dan sebagai konsekuensinya, tekanan intravarises.
Terapi farmakologi untuk pencegahan primer, perdarahan akut dan pencegahan
sekunder adalah sama. Varises jarang mengalami perdarahan jika gradien tekanan
kurang dari 12 mmHg, penurunan gradien pada level ini ideal pada pengobatan
varises esofagus.5
Terdapat tiga jenis utama obat yang digunakan dalam pengobatan varises
esofagus, yaitu vasokonstriktor splanchnic, venodilator dan vasodilator. Obat yang
merupakan vasokonstriktor splanchnic adalah golongan vasopressin (analog),
somatostatin (analog) dan non-selektif beta-blocker. Vasopressin dan somatostatin (dan
analognya, octreotide dan vapreotide) diberikan secara parenteral dan efektif dalam
menghentikan perdarahan untuk sementara pada lebih dari 80% pasien. Somatostatin
mungkin lebih baik dari analognya octreotide.9,10
Nitrat
Venodilator yang digunakan pada pengobatan varises esofagus adalah nitrat.
Long acting nitrat – isosorbid dinitrat (ISDN) atau isosorbid-5-mononitrat (ISMN) –
menurunkan tekanan portal dengan menurunkan resistensi intrahepatik dan portal-
collateral. Isosorbid 5-mononitrat menurunkan tekanan portal, namun penggunaannya
pada pasien sirrosis hepatitis terbatas karena pengaruh vasodilatasi sistemiknya, yang
sering menyebabkan penurunan tekanan darah dan berpotensi menyebabkan gagal ginjal
pre-renal.18 Pemberian ISMN dimulai dari dosis 10 mg dua kali perhari dan dinaikkan
perhari hingga tercapai dosis 40 mg dua kali perhari. Efek samping nitrat tergantung pada
dosisnya, yaitu cephalgia (20%) dan hipotensi. Nitrat organik dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan sebaiknya tidak diberikan sebagai terapi tunggal.21
b Terapi endoskopi
Selama 20 tahun terakhir, terapi endoskopi telah menunjukkan peran penting
pada penatalaksanaan varises esofagus. Skleroterapi endoskopik, paling sering dengan
etanol, morrhuate sodium, polidocanol, or sodium tetradecyl sulfate, telah sering
digunakan, dan ligasi varises esofagus, baru-baru ini difasilitasi alat ligasi multiband, yang
telah sering digunakan beberapa dekade terakhir.5
EVL telah menjadi pilihan terapi untuk mengontrol perdarahan varises esovagus
dan untuk obliterasi varises pada pencegahan sekunder. Hasil dari 6 penelitian
prospektifrandom telah membandingkan secara langsung EVL dan EST melaporkan bahwa
EVL lebih baik daripada EST dalam mengeradikasi varises lebih cepat dengan lebih sedikit
perdarahan ulangan. Meta analisis telah mengkonfirmasi keunggulan EVL daripada EST
untuk semua outcome mayor (perdarahan ulang, komplikasi lokal termasuk
pembentukan ulcer dan striktur, waktu dari obliterasi varises dan peluang hidup).
Dibandingkan dengan EST, EVL lebih jarang mengakibatkan bakteremia. Walaupun
antibiotik profilaksis diindikasikan untuk semua pasien yang dirawat dengan perdarahan
varises, keputusan untuk menggunakan antibiotik profilaksis pada pasien risiko tinggi
yang semata-mata untuk mencegah komplikasi infeksi EVL harus diberikan secara
individu. Rekurensi varises esofagus lebih sering pada yang diterapi dengan EVL. EVL lebih
sulit dilakukan daripada EST pada perdarahan aktif karena lapang pandang yang buruk
atau operator yang kurang berpengalaman. Penambahan terapi dengan beta-blocker
harus dipertimbangkan sebagaimana telah dilaporkan menurunkan dengan cepat angka
perdarahan ulang dari 38% menjadi 14%. Kombinasi EST dan EVL tidak lebih baik dari EVL
sendiri.22
Endoscopic sclerotherapy
EST telah berhasil mengkontrol perdarahan aktif lebih dari 90% pasien dan
mampu menurunkan frekuensi dan keparahan perdarahan varises ulang. Varises gaster
sebagai lanjutan varises esofagus dapat diterapi dengan EST di bawah esophagogastric
junction. Skleroterapi dilakukan dengan injeksi sklerosan intravariseal atau paravariseal.
Berbagai agen (sodium tetradecyl sulfate, sodium morrhuate, ethanolamine oleate,
polidocanol dan ethanol) telah digunakan pada berbagai konsentrasi, volume dan interval
pengobatan. Semakin sering terapi didapat semakin cepat obliterasi varises dibandingkan
dengan terapi yang lebih jarang, tetapi lebih besar berkaitan dengan ulserasi mukosa.
Komplikasi EST termasuk demam, retrosternal discomfort atau nyeri, disfagia, perdarahan
karena injeksi, ulkus esophagus dengan perdarahan lambat, perforasi esophagus,
mediastinitis, efusi pleura, bronkhoesofageal fistel, adult respiratory distress syndrome
dan infeksi.22
Sekitar separuh dari semua perdarahan varises berhenti tanpa intervensi, walaupun risiko
perdarahan ulangan sangat tinggi. Penatalaksanaan medis perdarahan varises akut
mencakup pemberian vasokonstriktor (vasopresin atau somatotastin), tamponade balon
dan sklerosis endoskopik varises (skleroterapi) atau ligasi endoskopik varises. Pada pasien
dengan perdarahan varises pada fundus gaster, endoscopic variceal obturation
menggunakan adhesi jaringan (seperti cyanoacrylate) banyak dipilih, pilihan kedua adalah
EVL. TIPSS harus dipertimbangkan jika perdarahan fundus varises tidak terkontrol atau
perdarahan ulangan disamping terapi kombinasi farmakologi dan endoskopi. Emergensi
skleroterapi tidak lebih baik daripada terapi farmakologi pada perdarahan varises akut
pada sirrosis.9,10,16
Terapi Farmakologi
Vasopressin
Terlipressin
Terlipressin (triglycyl-lysine vasopressin) adalah derivat long-acing vasopressin
yang perlahan berubah menjadi vasopressin melalui pemecahan enzim residu triglisil oleh
peptidase jaringan. Agen aktif terlipressin dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga efek
sampingnya lebih ringan daripada vasopressin. Efek samping terlipressin cukup ringan,
berupa kram abdomen, diare, bradikardi dan hipertens. Efek samping yang lebih berat
seperti aritmia, angina, iskemia ekstrimitas jarang terjadi. Guideline terkini
merekomendasikan dosis inisiasi terlipressin 2 mg/4-6 jam untuk 48 jam pertama, dan
setelah periode ini pengobatan dapat dipertahankan untuk selama 5 hari pada dosis 1
mg/4-6 jam untuk mencegah perdarahan ulang dini.21
Somatostatin
Terapi Antibiotik
Lebih dari 20% pasien sirrosis hepatis yang dirawat inap karena perdarahan
gastrointestinal mengalami infeksi bakteri dan 50% lainnya mendapat infeksi selama
perawatan. Infeksi yang paling sering pada pasien sirrosis hepatis adalah peritonitis
bakterial spontan dan bakteremia spontan, infeksi saluran kencing dan pneumonia.
Bakteri gram negatif adalah yang paling sering ditemukan. Guideline merekomendasikan
antibiotik profilaksis dengan pemberian quinolon oral (contohnya norfloxacin 400 mg/12
jam) atau sefalosporin intravena, dan dipertahankan selama 7 hari. Penelitian
menunjukkan ceftriaxon intravena lebih efektif daripada norfloxacin oral untuk profilaksis
infeksi pada pasien sirrosis dengan perdarahan varises. Aminoglikosida harus dihindari
karena toksik untuk ginjal pada pasien sirrosis.10,21
Tamponade balon
Terapi Endoskopi
Skleroterapi
Ligasi
Tehnik ini merupakan modifikasi yang digunakan pada ligasi hemorrhoid interna.
Penelitian acak pada pasien dengan perdarahan varises akut telah menunjukkan bahwa
ligasi endoskopi sama efektifnya dengan skleroterapi pada hemostasis dini. Komplikasi
yang berkaitan dengan ligasi seperti ulkus dan striktur jarang terjadi.5,11
Terapi Operatif
Operasi shunting harus dilakukan pada kasus perdarahan lanjut atau perdarahan
ulangan yang tidak dapat dikontrol dengan endoskopi dan terapi farmakologi – dan jika
TIPSS tidak dapat dilakukan. Terapi operatif termasuk portosystemic shunting atau
sophageal staple transaction dengan atau tanpa esofagogastrik devaskularisasi. Terlepas
dari pilihan tehnik operasi, morbidity cukup tinggi pada pasien dengan penyakit liver
lanjut.5
1.5.3 Pencegahan Perdarahan Ulang
Pada umumnya terapi untuk pencegahan perdarahan ulang adalah sama dengan terapi
pencegahan perdarahan pertama. Kontrol endoskopi jangka panjang dan banding atau skleroterapi
untuk perdarahan ulangan setiap 3-6 bulan. Jika ligasi endoskopi tidak dapat dilakukan atau
kontraindikasi, dapat diberikan nonkardioselektif β-blocker (propanolol atau nadolol) dimulai dari
dosis rendah dan jika perlu meningkatkan dosis sedikit demi sedikit sampai penurunan denyut jantung
sampai 25%, tetapi tidak lebih rendah dari 55 kali/menit. Pada pasien yang lebih muda dengan sirrosis
yang lebih ringan (Child–Pugh A), penambahan isosorbide 5-mononitrat (dimulai 2x20 mg per hari dan
ditingkatkan sampai 2x40 mg per hari) dapat dipertimbangkan jika skleroterapi atau farmakoterapi
gagal. TIPS harus dipertimbangkan, terutama pada kandidat transplantasi hepar. Portosistemik shunt
berkaitan dengan tingkat perdarahan ulang yang lebih rendah dibandingkan dengan
skleroterapi/banding, tetapi meningkatkan insidens ensefalopati hepatik. Transplantasi hepar harus
selalu dipertimbangkan pada pasien dengan Child–Pugh grade B atau C.10
BAB III
KESIMPULAN