Anda di halaman 1dari 47

1

PENENTUAN KADAR BORON DALAM TANAH

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

DENGAN PEREAKSI AZOMETHINE-H

KARYA ILMIAH

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
PENENTUAN KADAR BORON DALAM TANAH

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

DENGAN PEREAKSI AZOMETHINE-H

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Program Studi Kimia Analis

HAFIZI TOLANDA EL HADIDHY

062401057

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR BORON DALAM TANAH

SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN

PEREAKSI AZOMETHINE-H

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : HAFIZI TOLANDA EL HADIDHY

Nim : 062401057

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2009

Diketahui / Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,MS. Drs. Usman Rasyid

NIP : 131 459 466 NIP : 130 422 446


Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR BORON DALAM TANAH

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

DENGAN PEREAKSI AZOMETHINE-H

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali

beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

Hafizi Tolanda El H

062401057

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan,

keselamatan, kesempatan dan keterbukaan fikiran bagi penulis. serta shalawat dan

salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan para

sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang diberi judul

“PENENTUAN KADAR BORON DALAM TANAH SECARA

SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI AZOMETHINE-H”. Tugas akhir ini

disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan

pendidikan di program studi Diploma 3 Kimia Analis FMIPA USU.

Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan secara

langsung yang dilaksanakan di PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

MEDAN.

Selanjutnya dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada teristimewa Ayahanda Drs.Syahrul AR El Hadidhy,

SH, M.Si dan Ibunda Zildanty Djalil, BA yang telah memberikan kasih sayang dan

do’a restunya serta tanpa pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan penulis, kepada

Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia, Bapak Drs.Usman

Rasyid selaku dosen pembimbing, Bapak Drs.Eka Nuryanto, M.Si selaku pembimbing

di PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT, kepada saudara-saudara penulis yaitu

Syahrozi El Hadidhy, S.Pd, Habibi El Hadidhy dan Ade Syambudi El Hadidhy, juga

kepada yang terkasih Yulia Rostanti yang telah memberikan dukungan serta kasih

sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, sahabat

dan rekan-rekan mahasiswa/i Kimia Analis stambuk 2006 yang telah memberikan

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
bantuan serta semangat kepada penulis. Terima kasih juga kepada staf pegawai di

laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah banyak

membantu penulis. Semoga amal baik kita mendapat Ridho dari Allah SWT, Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya

memperbaiki dan membangun penulisan karya ilmiah ini sangat diharapkan untuk

kesempurnaan. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2009

Penulis

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar boron yang terdapat dalam tanah perkebunan

kelapa sawit Buana Estate di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Penentuan boron dilakukan dimulai dengan mengeringkan contoh tanah dan

menghaluskannya, kemudian diayak dengan mata ayakan 2mm, setelah itu ditambah

dengan larutan penyangga dan pereaksi azomethine – H hingga dilakukan penetapan

kadar boron dengan alat spektrofotometer uv – visible pada panjang gelombang 430

nm. Dari hasil penentuan kadar boron diperoleh kadar rata-rata yaitu 7,214 ppm.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
DETERMINATION OF BORON CONTENT IN SOIL

ACCORDING TO SPECTROPHOTOMETRY

WITH AZOMETHINE-H REAGENT

ABSTRACT

Determination of boron in palm plantation land Buana Estate at Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Medan. The analysis of Boron begin with dried up to land

sample and blended, and then sifted to land with sifter 2mm, after that mixed with

buffer solution, and azomethine-H and latest concentration of boron determined by

spectrophotometer uv – visible in wave length 430 nm. Based on analysis result,

concentration of boron about 7,214 ppm.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
DAFTAR ISI

Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
DaftarIsi vi
DaftarTabel viii
DaftarGambar ix

BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 3
BAB II
TINJAUANPUSTAKA 5
2.1.AnalisisContohTanah 5
2.1.1.PengambilanSampel(sampling) 6
2.1.2.PersiapanContoh(handling) 10
2.1.3.Pemisahan 11
2.1.4.Pengukuran 11
2.1.5.Perhitungan 13
2.2.Unsur-UnsurHaraYangdiButuhkanKelapaSawit 13
2.3.UnsurHaraBoron 14
2.3.1.PerananUnsurHaraBoron 15
2.3.2.GejalaDifesiensiUnsurHaraBoron 17
2.4.PrinsipTanah 21
2.5.LarutanAzomethine-H 21
2.6.LarutanPenyangga(Buffer) 22
BAB III
BAHANDANMETODE 23

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
3.1.Alat 23
3.2.Bahan 23
3.3.PersiapanContohTanah 24
3.3.1.MengeringkanContohTanah 24
3.4.PenetapanKadarAirUntukKoreksiBeratTimbang 25
3.5.ProsedurPenetapanKadarBoronTanah 25
BAB IV
HASILDANPEMBAHASAN 26
4.1.Hasil 26
4.2.Perhitungan 27
4.2.1.PenentuanPersamaanGarisRegresi 27
4.2.2.MenghitungSampel 29
4.2.3.MenghitungKadarBoronTanah 29
4.3.Pembahasan 31
BAB V
KESIMPULANDANSARAN 33
5.1.Kesimpulan 33
5.2.Saran 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Absorbansi Seri Larutan Srandar Boron 26

Tabel 4.2. Kadar Boron Tanah 26

Tabel 4.3. Penentuan Persamaan Garis Regresi 27

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Struktur Molekul Azomethine-H 21

Gambar 2.2. Reaksi Azomethine-H dengan Boron 22

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya yakni

kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan

fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang banyak kaitannya

dengan penyediaan air dan udara tanah, maka kesuburan kimia yang

menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi

pertumbuhan tanaman.

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan

sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat

tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan

penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang

dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik ataupun anorganik sederhana

dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl,

dan lain-lain, secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang

berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu

tumbuh, proteksi) bagi tanaman.

Dari unsur hara yang banyak diserap oleh tanaman, Boronlah yang

jumlahnya paling sedikit dibutuhkah bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi kalau

unsur ini tidak tersedia bagi tanaman akan menimbulkan gejala yang cukup

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
serius, seperti pada bagian daun terutama daun-daun yang masih muda terjadi

klorosis di permukaan daun bagian bawah yang selanjutnya menjalar ke bagian

tepi-tepinya dan jaringan daun akan mati.

Boron pada tanaman berperan dalam metabolsime asam nukleat,

karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Disamping itu boron juga berperan

dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran,

dan perkecambahan serbuk sari. Kekurangan unsur boron pada tanaman kelapa

sawit dapat menyebabkan pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok,

ujung pelepah melingkar dan membuka, daun yang baru muncul bentuknya

kerdil dan berkerut, kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat.

Kelebihan unsur ini pun dapat menyebabkan racun pada tanaman.

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya

berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat

hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari

kadar total Boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke

akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, Boron sering

terdapat dalam bentuk senyawa organik. Mineral dalam tanah yang

mengandung Boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(Bo)2Si4O2)O20 yang

mengandung 3% - 4% Boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan

sedimen yang telah mengalami metamorfosis.

Dari penjelasan diatas maka penulis akan membuat judul ”Penentuan

Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi

Azomethine-H” yang merupakan salah satu parameter dalam pengujian kimia

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah perkebunan kelapa sawit di

PPKS Medan.

1.2. Permasalahan

Apakah kandungan boron pada tanah perkebunan kelapa sawit Buana Estate

yang diperoleh sesuai dengan nilai optimum kadar boron yang telah ditetapkan

untuk tanah perkebunan kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Medan.

1.3. Tujuan

Tujuan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk menganalisa kadar boron dalam tanah perkebunan kelapa sawit

dengan menggunakan Spektrofotometer uv - visible.

2. Untuk mengetahui apakah kadar boron dalam tanah perkebunan kelapa

sawit Buana Estate memenuhi nilai optimum yang telah ditetapkan

perusahaan.

1.4. Manfaat

Manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kualitas kelapa sawit di Indonesia dengan

mengoptimumkan kadar boron didalam tanah.

2. Untuk memberikan informasi pada pembaca bahwa unsur hara Boron

merupakan salah satu bahan pertimbangan untuk menyusun rekomendasi

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
dan rencana pemilihan lokasi tanah (land plantation) untuk penanaman

kelapa sawit pada masa berikutnya.

3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa terdapat hubungan

antara kandungan hara di dalam tanah dengan pertumbuhan tanaman kelapa

sawit.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Contoh Tanah

Tanah merupakan campuran kompleks dari udara, air, padatan anorganik dan

padatan organik. Pengkajian tanah secara ilmiah dikenal dua konsep dasar

yang umumnya diterima. Pertama berkaitan dengan tanah sebagai habitat alam

untuk tanaman. Konsep ini dikenal sebagai edapologi yang mengfokuskan

tanah pada sifat yang berhubungan dengan kesuburan tanah dan produksi

pertanian. Analisis tanah untuk tujuan ini dikenal sebagai uji tanah. Konsep

ilmu tanah lainnya adalah tanah dikaji sebagai hancuran iklim (weathering)

biokimia dan sintesa produk dalam alam.

Sebagai analisis kuantitatif, analisis tanah melalui beberapa tahapan

atau langkah-langkah untuk dapat menetapkan jumlah suatu analit. Agar

diperoleh hasil analisis yang tepat, maka setiap tahapan kerja harus dipahami

betul, karena tidak jarang kesalahan kecil di satu tahapan kerja akan

mengakibatkan kesalahan yang fatal pada hasil analisis atau terhadap

kebijaksanaan yang diambil.

Secara garis besar analisis tanah terdiri dari 5 tahap yaitu:

1. Pengambilan contoh (sampling)

2. Persiapan contoh (handling)

3. Pemisahan
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
4. Pengukuran

5. Perhitungan

2.1.1. Pengambilan sampel (sampling)

Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam

program uji tanah di laboratorium. Analisis contoh tanah bertujuan untuk (1)

menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah), (2)

mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun di dalam tanah, (3) sebagai

dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien, dan

rasional (4) memperoleh data base untuk program perencanaan dan

pengelolaan tanah tanaman.

Contoh tanah dapat diambil setiap saat dan langsung dilakukan analisis

di laboratorium. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada

kondisi kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah sedang yaitu keadaan

tanah kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan tanah). Pengambilan contoh

tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan

perencanaan pengelolaan tanam-tanaman.

Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem

pertanaman di lapangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk

budidaya pertanian, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun.

Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan

diambil setiap 5 tahun sekali.

Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu

(distrub soil samples) dan contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undistrub

soil samples). Contoh tanah itu biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
tanah (bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah

terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah

lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF). Pengambilan contoh tanah utuh

(undsitrub soil samples) harus menggunakan ”ring samples”, sedangkan

contoh tanah terganggu dapat diambil dengan menggunakan alat cangkul,

sekop, atau auger (bor tanah).

Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, perlu diperhatikan

keseragaman area/hamparan. Areal yang akan diambil contohnya diamati lebih

dahulu keadaan topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman,

penggunaan tanah, input (pupuk, kapur, bahan organik, dsb.), dan rencana

pertanaman yang akan ditanam kemudian. Dari pengamatan ini, dapat

ditentukan satu hamparan yang sama (homogen/mendekati sama) untuk titik

sampling. Berikut ini hanya dikemukakan cara pengambilan contoh profil dan

contoh kesuburan (komposit) disuatu kebun atau areal yang akan dipakai

secara umum.

Kandungan unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran status

kesuburan tanah dapat dinilai dengan beberapa metode pendekatan yaitu : (1)

Analisa contoh tanah, (2) Mengamati gejala-gejala (symptom) pertumbuhan

tanaman, (3) Analisa contoh tanaman, (4) Percobaan pot dirumah kaca, dan (5)

Percobaan di lapangan.

Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di

lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah

di laboratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah:

pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, Kalium, Fosfor, Kalsium, Magnesium

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
(hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah

dan sebagainya.

Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila

dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis

tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah

tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai

dengan kriteria tertentu.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode

analisa tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang

tersedia saja, secara tepat. Jadi sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi

bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa yang

dipakai laboratorium harus sederhana, cepat, mudah dilaksanakan dan

memiliki ketepatan dan ketilitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat

direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat harus didasarkan

pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur hara di

dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan mekanisme pelarutan bentuk-

bentuk kimia oleh akar tanaman.

Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan

hara oleh tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan

lapangan (uji kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan untuk mendapatkan metode

yang tepat untuk suatu unsur tanaman tertentu. Sedangkan uji kalibrasi

dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu unsur

hara atau nilai kritisnya dengan respon tanaman di lapangan terhadap unsur

tersebut. Dengan demikian memberikan nilai agronomik bagi angka uji tanah

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka angka-angka uji tanah tidak berarti sama

sekali (Yan Fauzi, 2007)

Berdasarkan tujuan analisis, maka teknik pengambilan contoh tanah

dibedakan atas contoh tanah profil dan contoh tanah kesuburan.

Contoh tanah profil

Pengambilan contoh tanah ini dilakukan pada kegiatan klasifikasi tanah atau

evaluasi lahan. Hasil analisis berguna untuk memberikan informasi tentang

proses kimia dan fisika perkembangan tanah, sifat dan kenampakan lainnya.

Pengambilan contoh akan dilakukan setelah selesai pengamatan profil tanah.

Dalam satu profil, contoh yang diambil harus berasal dari setiap lapisan atau

horizon.

Contoh tanah kesuburan

Pengambilan contoh tanah ini biasanya dilakukan untuk kegiatan evaluasi

kesuburan tanah. Bila contoh tanah profil menjelaskan sifat-sifat tanah dari

suatu profil, maka contoh tanah kesuburan akan dapat menjelaskan sifat-sifat

kesuburan tanah dari suatu areal yang cukup luas. Oleh karena luasnya areal

yang akan dicakup maka, sebelum pengambilan contoh tanah perlu diketahui

dahulu stratifikasi areal. Stratifikasi areal dapat berupa perbedaan jenis tanah,

perbedaan tinggi tempat, atau perbedaan jenis atau umur tanaman (untuk areal

perkebunan). Bila stratifikasi areal telah dilakukan, maka dari setiap strata

dapat diambil beberapa contoh secara representatif.

Agar contoh representatif, maka contoh tanah dari suatu strata dapat

diambil dengan beberapa metode, yang biasa dilakukan adalah secara zigzag

dengan lima belas titik, dimana di setiap titik diambil contoh kira-kira 1-2 kg.
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
Kemudian contoh dari masing-masing titik di suatu areal strata dicampurkan

secara merata, lalu diambil kurang lebih 1,5kg dan ditempatkan pada

kantongan plastik dan diberi label lapangan. Lapisan tanah yang diambil untuk

contoh umumnya lapisan atas (top soil) yaitu lapisan 0-20cm dan 21-40cm,

tetapi untuk tujuan tertentu ada juga diambil lapisan 41-60cm.

2.1.2. Persiapan contoh (handling)

Persiapan contoh atau handling merupakan kerja pertama yang dilakukan oleh

analis laboratorium. Contoh yang diterima di laboratorium harus benar-benar

lengkap jumlahnya, kode lapangan dan masing-masing contoh dan parameter

apa saja yang akan dianalisis, serta telah disepakati metode analisis dari

masing-masing parameter.

a. Administrasi contoh

Pekerjaan selanjutnya adalah mengagendakan contoh, yaitu pencatatan kode

contoh lapangan ke sebuah buku/catatan laboratorium beserta semua informasi

tentang contoh tanah tersebut. Pada saat yang bersamaan pada masing-masing

contoh diberikan nomor-lab dan biasanya dibuat berurutan dengan angka arab

dan biasanya diiukuti tahun tanah tersebut dianalisis, seperti 001/01/2006.

b. Pengeringan contoh

Pengeringan dilakukan dengan menganginkan contoh tanah diruang yang

berfentilasi dan tidak langsung terkena sinar matahari. Bila dikeringkan secara

langsung di panas matahari maka dikhawatirkan akan terjadi penguapan

beberapa unsur dari tanah seperti nitrogen, kalium, boron dll. Oleh sebab itu

tempat pengeringan ini dibuat khusus, yang tidak terkena sinar matahari

langsung dan terpisah dari ruang laboratorium lainnya.


Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
Pengeringan contoh tanah ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh air tanah,

disamping itu juga agar contoh tanah tetap berada dalam keadaan homogen

dan dapat disimpan dalam waktu lama.

c. Pengayakan contoh

Apabila contoh tanah telah kering udara, pekerjaan selanjutnya adalah

pengayakan contoh (sieve). Pengayakan ini bertujuan untuk memisahkan

contoh dari bahan-bahan lain seperti akar, tanaman, daun atau batuan,

disamping itu juga bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel tanah.

Untuk analisis secara umum, ukuran partikel tanah yang disiapkan biasanya

berdiameter ≤ 2mm. Hal ini berkenaan bahwa yang digolongkan kepada tanah

≤ 2mm (pasir:0,05
adalah partikel yang berdiameter -2,0mm), (debu:0,002-

0,05mm), (liat: < 0,002mm), sedangkan yang berdiameter > 2mm bukanlah

dikategorikan sebagai tanah melainkan kerikil. Oleh sebab itu digunakanlah

ayakan yang mampu meloloskan partikel yang berdiameter≤ 2mm.

2.1.3. Pemisahan

Pemisahan secara fisik dilakukan terhadap analit yang dianalis secara fisik dan

sangat mudah berubah oleh kondisi fisika. Ada beberapa metode pemisahan

secara fisika, namun dalam analisis tanah yang dikenal adalah penguapan,

pemanasan, pembakaran dan pengendapan.

2.1.4. Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu tindakan untuk menentukan jumlah analit dari

suatu pemisahan. Dalam analisis tanah dan tanaman dikenal beberapa jenis

pengukuran, antara lain :

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
1. Pengukuran Gravimetri

2. Pengukuran Titrimetri

3. Pengukuran Instrumentasi

Dalam analisis boron pengukuran dilakukan dengan instrumentasi.

Pengukuran instrumentasi merupakan pengukuran yang dilakukan dengan

menggunakan alat instrumentasi analisis. Untuk menganalisa boron dalam

tanah digunakan spectrophotometri. Pengukuran dengan alat

spectrophotometer atau spectronic dilakukan terhadap bahan analit yang dapat

berwarna. Beberapa unsur atau senyawa analit dapat menimbulkan warna bila

direaksikan dengan bahan tertentu. Dalam hal ini digunakan pereaksi

azomethine-H. Agar konsetrasi analit dapat diukur maka kepekatan warna

yang ditimbulkannya yang selanjutnya akan diukur dengan menggunakan alat

spektrofotometer.

Spektrofotometer pada hakikatnya mengukur besarnya absorbsi radiasi

dari sinar yang melalui medium warna. Oleh hukum Lambert-Beer dinyatakan

bahwa besarnya absorbsi radiasi berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang

dilalui oleh radiasi.

Jika suatu larutan analit ingin diukur, maka sebelumnya harus

direaksikan dengan bahan tertentu sehingga menimbulkan warna yang

spesifik, yang kepekatannya sebanding dengan konsentrasinya. Namun yang

diperoleh adalah nilai absorbennya saja. Untuk mengetahui konsentrasi

analitnya maka digunakan larutan standart, yaitu larutan yang telah ditetapkan

konsentrasinya dan diberi bahan yang dapat memberikan warna yang sama.

Kemudian diukur absorbennya di spektrofotometer. Bila konsentrasi larutan


Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
standart bertingkat maka dapat dibuat grafik hubungan antara absorben dengan

konsentrasi. Besarnya konsentrasi analit dari bahan yang diukur dapat

diketahui dengan menginterpolasikan nilai absorbennya ke grafik larutan

standart.

2.1.5. Perhitungan

Perhitungan dengan spektrofotometer dilakukan dengan menginterpolasikan

hasil pengukuran absorben larutan sampel ke kurva larutan standart atau kurva

kalibrasi. Biasanya kurva kalibrasi dibuat pada kertas milimeter dan

penginterpolasiannya dilakukan secara manual, tetapi sekarang dapat

dilakukan dengan kalkulator atau komputer berdasarkan prinsip regresi linear

(Mukhlis,2007)

2.2. Unsur – Unsur Hara Yang di Butuhkan Kelapa Sawit

Unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman biasanya dibagi atas dua

kelompok, yaitu unsur – unsur makro dan mikro. Alasan pembagian ini

sederhana, yaitu : unsur makro adalah yang dibutuhkan dalam jumlah besar,

dan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Tetapi dalam praktek di

makro, dalam pertanian modern ditambahkan dalam bentuk pupuk, sedangkan

unsur – unsur mikro umumnya dicukupi oleh tanah sendiri. Unsur mikro hanya

diberikan dalam bentuk pupuk bila analisis tanah menunjukkan adanya

kekurangan (defisiensi), atau bila tanaman menunjukkan gejala – gejala

defisiensi.

Unsur – unsur yang tergolong unsur makro adalah nitrogen (N), Fosfor

(P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang (S), dan Natrium
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
(Na), sedangkan unsur mikro adalah klor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Seng

(Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), dan Boron (B).

2.3. Unsur hara Boron

Tanaman terdiri dari dua unsur yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur

makro terbagi atas makro primer dan makro sekunder. Makro primer

mengandung satu jenis unsur saja yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,

contohnya N, P, dan K. Dimana boron digolongkan pada unsur hara mikro.

Boron adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang B dan nomor atom 5. Elemen metalloid trivalent, boron banyak

terdapat di batu borax. Ada dua alotrop boron; boron amorfus adalah serbuk

coklat, tetapi boron metalik berwarna hitam. Bentuk metaliknya keras (9,3

dalam skala Moh) dan konduktor yang buruk dalam suhu ruangan. Tidak

pernah ditemukan bebas dalam alam.

Boron merupakan unsur yang kurang elektron, dan mempunyai p-

orbital yang kosong. Ia bersifat elektrofilik, sebagian boron sering bersifat

asam lewis, yaitu dapat terikat dengan bahan kaya elektron untuk memenuhi

kecenderungan boron untuk mendapatkan elektron. Ciri – ciri optik unsur ini

termasuk penghantaran cahaya inframerah. Pada suhu rendah boron adalah

penghantar listrik yang tidak baik tetapi merupakan penghantar listrik yang

baik pada suhu yang tinggi. Boron nitrat dapat digunakan untuk menghasilkan

bahan sekeras berlian. Boron juga sama seperti karbon yaitu kemampuannya

untuk membentuk rangkaian molekul ikatan kovalen yang stabil

(http://ms.wikipedia.org/wiki/boron)
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
2.3.1. Peranan Unsur Hara Boron

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borax (H2BO3) dan kadarnya

berkisar antara 7 – 80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat

hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5 % dari

kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke

akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering

terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terserap dalam
3+
kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al dan

Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin

(H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3% - 4% boron. Mineral

tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami

metamorphosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit

(Na2B4O7.4H2), kolamit mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).

Walaupun unsur boron hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman

bagi pertumbuhannya,tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman

gejalanya cukup serius, seperti pada bagian daun, terutama daun – daun yang

masih muda terjadi klorosis, secara setempat – setempat pada permukaan daun

bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi – tepinya. Jaringan –

jaringan daun mati. Daun – daun yang baru yang masih kecil dapat

berkembang, sehingga pertumbuhan selanjutnya kerdil. Kuncup – kuncup yang

mati berwarna hitam atau coklat.

Fungsi boron dalam tanaman antara lain, berperan dalam metabolisme

asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Disamping itu boron

juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel,

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejala defisiensi hara

mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik

(pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, dan biasanya akan

sangat mudah terserang penyakit

(http://ambardhi.com/aglaonema/aglaonema_unsur_hara.html).

Selain itu peranan unsur hara boron ialah merismatik tanaman, sintesa

gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein. Kekurangan

boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau

gelap,daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman

terlihat merata. Penyebab defisiensi boron : rendahnya B tanah, tingginya

aplikasi N, K dan Ca. upaya : Aplikasi 0,1 – 0,2 kg/pohon /tahun pada pangkal

batang. Pelepah memendek, malformasi anak daun, daun mengkerut

(sawitsumatera.blogspot.com/2008/08/peranan_unsurhara_Pada_tanah.html).

Boron dibutuhkan oleh tanaman, tetapi belum ditujukan adanya

kebutuhan pada hewan. Suatu pengaruh mutu nutrisi dari penggunaan pupuk

B, atau dari variasi tingkat B tersedia dalam tanah,bersifat tidak langsung.

Boron yang ditambahkan pada tanah dengan kandungan B rendah

memungkinkan tanaman tumbuh dengan normal dan mensintesis senyawa –

senyawa organik yang penting bagi nutrisi manusia atau hewan. Meningkatnya

konsentrasi karotena dalam akar dianggap disebabkan oleh meningkatnya

translikasi karotena dari bagian atas dalam tanaman dengan kandungan B

cukup. Pengaruh lain dari B pada konsentrasi karotena telah dicatat dalam

hijauan makanan ternak dimana penggunaan pupuk B memperbaiki klorosis

pada daun.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
Natrium tetraborat merupakan sumber pupuk boron utama. Tingkat

hidrasi diantara bahan – bahan yang tersedia menghasilkan konsentrasi B yang

berkisar dari 11 sampai 20%. Bentuk yang paling pekat terutama dirancang

untuk semprotan daun. Boron dapat diberikan pada tanah maupun pada daun

untuk mengoreksi kekahatan. Beberapa aplikasi daun dengan takaran rendah

lebih efektif daripada suatu aplikasi tunggal dengan takaran yang lebih tinggi.

Hal ini telah ditunjukkan dengan tanaman – tanaman lainnya dan tampaknya

disebabkan oleh ketidakmobilan boron dalam jaringan daun (Engelstad,1997).

Boron diperlukan untuk pembelahan sel, perkecambahan tepung sari,

pembentukkan bunga, akar dan pengangkutan zat dalam tanah. Kekurangan

boron mulai tampak dari pucuk. Daun pucuk menjadi kecil-kecil, tebal dan

diikuti oleh mati pucuk. Kekurangan boron ini dapat diatasi dengan

pemupukkan boraks. Sedangkan kelebihan boron akan tampak pada daun tua

yang ditandai dengan bercak-bercak nekrosis pada daun berupa klorosis yang

kemudian menjalar kearah tulang daun utama. Pada ujung dan tepi daun

kemudian timbul nekrosis, akhirnya seluruh daun gugur sebelum waktunya.

Akar-akar menjadi rusak dan mati. Keracunan boron dapat terjadi karena

kemasaman tanah netral atau alkali, tanah yang diari irigasi berkadar boron

tinggi, atau dikarenakan oleh pemupukkan boron yang terlalu berlebihan

(http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view

&id=1267ltemid=129&limitsart=3)

2.3.2. Gejala Defisiensi Unsur Hara Boron

Bila tanaman kekurangan unsur hara boron maka, dinding sel yang

terbentuk sangat tipis, sel menjadi besar yang diikuti dengan penebalan suberin

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
atau terbentuk ruang – ruang reksigen karena sel menjadi retak dan pecah

akibat tidak terbentuk selulosa untuk mempertebal dinding sel. Pertumbuhan

vegetatif akan terhambat karena Boron berfungsi sebagai aktifator maupun

inaktifator hormone auksin dalam pembelahan dan pembesaran sel. Laju

proses fotosintesis akan menurun. Hal ini disebabkan karena gula yang

terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan tertumpuk didaun.

(http;//www.tanindo.com/hal2701.html).

Kekurangan unsur ini dapat berpengaruh pada kuncup – kuncup

dipucuk – pucuk yang tumbuh dan akibatnya dapat mematikan. Juga

pertumbuhan dalam meristem akan terganggu, dapat menyebabkan terjadinya

kelainan – kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh. Pengangkutan

makanan pun akan terganggu pula. Selain itu pembentukan tepung sarinya

akan jelek.

Menurut Tim Penulis PS (2007), gejala defisiensi unsur hara boron pada

tanaman kelapa sawit adalah :

1. Pertumbuhan tajuk mengeriting atau membelok

2. Ujung pelepah melingkar dan membuka

3. Daun yang baru muncul bentuknya kerdil dan berkerut

4. Kuncup daun muda sulit membuka dan pelayuannya cepat

(Mulyani dan Kartasapoetra, 1987).

Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain adalah

turmalin. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah

mengalami metamorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit,

kolamit, uleksit, dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3). Air untuk pengairan sering dijumpai

mengandung boron dalam kadar di atas ambang batas, sehingga tanaman

mengalami keracunan boron. Boron oleh tanaman diserap dalam bentuk H2BO-

3 dan HBO-3. Boron di dalam tanaman tidak dapat berpindah tempat dari

jaringan tua ke jaringan muda yang kekurangan.

Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam

metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Disamping

itu, boron juga berperanan dalam pembelahan sel, pemanjangan sel,

diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari.

Boron dalam tanah ada tiga bentuk, yaitu (1)senyawa silikat, (2)terikat

mineral lempung dan seskuioksida, dan (3)senyawa organik. Dalam silikat,

boron memasuki struktur inti melalui substitusi isomorfik terhadap ion Al3+

dan Si4+. Mula-mula boron dalam bentuk ini relatif resisten. Tanah yang kadar

bahan organiknya tinggi umumnya kadar boronnya juga tinggi

(Rosmarkam.A.,2002).

Boron diserap tanaman dalam bentuk ion BO32-. Unsur mikro ini sangat

dibutuhkan dalam proses diferensiasi (pembentukan) sel yang sedang tumbuh.

Jika terjadi kekurangan boron, sel-sel tanaman tetap membelah, tetapi organ-

organ struktural, seperti daun, cabang, atau bunga, gagal terbentuk. Peran

boron di dalam tanaman adalah membantu sintesis protein, membantu

metabolisme karbohidrat, mengatur kebutuhan air di dalam tanaman,

membentuk serat dan biji, dan merangsang proses penuaan tanaman sehingga

jumlah bunga dan hasil panen meningkat.

Boron yang larut di dalam larutan tanah mudah hilang karena tercuci.

Kondisi ini terjadi pada tanah masam (pH di bawah 5). Ketersediaan boron
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
paling tinggi pada pH tanah 6-7 dan menurun pada tanah bertekstur liat yang

ber-pH 7,5-8,5. Boron tidak dapat dipindahkan dari satu jaringan ke jaringan

laing sehingga gejala awal akan terlihat pada jaringan muda, misalnya

kematian pucuk.

Kekurangan boron pada beberapa komoditas menunjukkan gejala yang

jelas, misalnya warna buah yang pucat, kulit buahnya retak dan rasanya seperti

gabus. Sangat disarankan aplikasi pupuk boron melalui tanah, kecuali untuk

tanaman yang telah mendapatkan program penyemprotan secara rutin.

Keracunan dapat menjadi masalah yang sangat serius jika jumlah boron terlalu

berlebih (Novizan, 2005).

Walaupun unsur boron hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman

bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman

gejalanya cukup serius, seperti antara lain :

a. pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis

secara setempat-setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang

selanjutnya menjalar ke bagian tepi-tepinya. Jaringan-jaringan daun mati.

Daun-daun baru yang masih kecil-kecil tidak dapat berkembang, sehingga

pertumbuhan selanjutnya kerdil. Kuncup-kuncup yang mati berwarna

hitam atau coklat.

b. pada bagian buah terjadi penggabusan, sedang pada tanaman yang

menghasilkan umbi, umbi-umbinya kecil-kecil yang terkadang penuh

dengan lubang-lubang kecil berwarna hitam, demikian pula dengan bagian

akar-akarnya (Sutejo,M.M., 1987)

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
2.4. Prinsip Penetapan Boron Tanah

Boron dalam contoh tanah dapat diekstrak dengan air panas. Penambahan

CaCl2 berfungsi untuk lebih menjernihkan filtrat yang diperoleh. Penambahan

larutan azomethine-H dengan boron akan membentuk warna yang

intensitasnya diukur secara kolormetri (Baharuddin, 2005)

2.5. Larutan Azomethine-H

NaO3S

N=CH

OH OH

NaO3S

Gambar 2.1. Struktur Molekul

Azomethine-H (C17H11NO8S2Na2)

Larutan Azomethine-H boron dalam asam dengan menggunakan reduktor

memiliki sifat cepat, mutu yang bagus dan sensitif dalam penentuan boron

secara kolorimetri. Keuntungan dari Azomethine-H dalam beberapa metode:

- Sederhana dan hanya membutuhkan sedikit langkah dalam metode analisis

sistem non asam dan metode pembawa air tanah

- Dapat memperoleh akurasi yang baik pada analisis tanaman dan

perbandingan ditunjukkan secara grafik sepktro

- Pada umumnya dapat terbebas dari gangguan nitrat yang ada dalam contoh

tanah dengan tingkat nitrat yang tinggi

- Dapat digunakan untuk penentuan elemen penting lainnya

(http://www.piercenet.com/Products/Browse.cfm?fIdID=03010603)
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
Azomethine-H adalah larutan berwarna untuk memeriksa boron.

Azomethine-H merupakan senyawa kompleks berwarna orange dengan asam

askorbat di dalam boron. Panjang gelombang dari boron adalah 415 nm. Untuk

analisa boron dalam tanaman dan tanah, EDTA digunakan untuk menopeng

ion Cu, Fe, dan Al. Larutan buffer digunakan untuk mempertahankan pH 6,0-

8,0 dengan amonium asetat. Azomethine-H digunakan untuk analisa tingkat

mikrogram boron dalam sampel.

NaO3S NaO3S

N=CH N=CH
B(OH)
OH OH O O

NaO3S NaO3S B

Azomethine-H KompleksOrange OH

Gambar 2.2. Reaksi Azomethine-H dalam Boron

2.6. Larutan Penyangga (Buffer)

Bila suatu larutan mengandung asam lemah dan basa lemah, larutan tersebut

dapat menyerap penambahan sedikit asam atau basa kuat. Penambahan asam

kuat akan dinetralkan oleh basa lemah, sedangkan penambahan basa kuat akan

dinetralkan oleh asam lemah. Larutan seperti ini disebut sebagai larutan

penyangga atau larutan buffer. Pada umumnya, larutan penyangga merupakan

pasangan asam-basa konjugasi yang dibuat dari asam atau basa lemah dan

garamnya. Dalam hal ini digunakan asam asetat dengan amoniak.

(amaliasholehah.files.wordpress.com/2008/11/kesetimbangan-elektrolit.doc-)

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1.Alat

1. Timbangan analitik Mettler Toledo

2. Tampah bambu

3. Lumpang porselin

4. Ayakan 2 mm

5. Spatula

6. Cawan alumunium

7. Oven pengering Gallenhamp

8. Desikator

9. Kertas saring whatman No. 42

10. Alat-alat gelas

11. Mikropipet

12. Hot plate 6 tungku yang bertiang

13. Spektrofotometer uv – visible Perkin Elmer

3.2. Bahan

1) CaCl2 1N

Pembuatannya :

Ditimbang 55g CaCl2 kedalam labu ukur 1 liter dan dilarutkan dengan akuades

hingga tanda garis. Kocok hingga merata.


Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
` 2) Larutan penyangga (Buffer)

Pembuatannya :

Larutkan 100g NH4-asetat dan 2,68g EDTA dengan 160ml akuades dalam

botol plastik. Ditambahkan perlahan 50ml asam asetat glasial, 0,5ml asam

thioglikolat dan diaduk hingga homogen.

5) Azomethine – H

Pembuatannya :

Larutkan 0,9g Azomethine – H dan 2g asam askorbat kedalam labu ukr 100ml

dan dilarutkan dengan akuades lalu dikocok. Larutan azomethine – H ini

dibuat sesaat akan melakukan pengukuran boron dengan menggunakan

spektrofotometer uv – visible.

6) Larutan seri standart 0; 1; 2; 3; 4 ppm

Pembuatannya :

Dipipet larutan standart 100 ppm kedalam labu ukur 100ml masing-masing 0;

1; 2; 3; 4 ml, diencerkan dengan air destilasi sampai tanda garis. Kocok hingga

merata.

3.3. Persiapan Contoh Tanah

3.3.1. Mengeringkan dan Menghaluskan Contoh Tanah

Contoh tanah yang akan dianalisa dibersihkan dari sisa-sisa akar dan daun,

diremas-remas dan diserakkan diatas tampah bambu dan dibiarkan kering pada

temperatur kamar. Setelah kering, tanah dihaluskan lagi dengan lumpang

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
porselin dan diayak dengan mata ayakan 2mm. Hasi ayakan disimpan untuk

selanjutnya dianalisa.

3.4. Penetapan Kadar Air Untuk Koreksi Berat Timbang

Contoh tanah kering yang sudah dihaluskan ditimbang 2 g, masing-masing

dimasukkan kedalam cawan alumunium dan dikeringkan kedalam oven

pengering 105oC selama kurang lebih 4 jam. Cawan diangkat dan dimasukkan

kedalam desikator selama 45 menit. Cawan dan contoh ditimbang kemudian

contoh dibuang, cawan kosong ditimbang kembali maka akan diperoleh berat

contoh kering 105oC.

3.5. Prosedur Penetapan Kadar Boron Pada Tanah

1. Ditimbang 20 g contoh tanah 2mm, ditambahkan 80 ml akuades.

2. Lalu dididihkan hingga setengah volume awal dan ditambahkan 3 tetes

CaCl2 1N, didinginkan lalu disaring.

3. Dipipet masing-masing 2 ml larutan seri standard 0; 1; 2; 3; 4 ppm, larutan

blanko dan filtrat contoh. Masukkan kedalam botol plastik 20 ml.

Tambahkan 4 ml buffer dan 2 ml azomethine-H, kemudian ditunggu 30

menit.

4. Kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer uv-visible pada

panjang gelombang 430 nm. Warna akan bertahan selama ± 90 menit.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Data pengukuran absorbansi dari larutan seri standar boron (B) dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1. Absorbansi Seri Larutan

Standar Boron

Larutan Seri
Standar Absorbansi (A)
Boron (ppm)
0 0
2 0.137
4 0.243
6 0.408
8 0.532

maks : 430 nm

Tabel 4.2. Kadar Boron Tanah

No. Lab Berat kering Absorbansi Konsentrasi


contoh daun Boron dalam
105oC (gram) sampel (ppm)
01/0109 19,1229 0,228 7,244
02/0109 18,5974 0,222 7,255
03/0109 18,9698 0,223 7,144

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
4.2.Perhitungan

4.2.1.Penentuan Persamaan Garis Regresi

Hasil perhitungan absorbansi dari suatu larutan seri standard boron

diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar diperoleh suatu kurva kalibrasi

berupa garis linear (lampiran 1, kurva 1). Persamaan garis regresi untuk kurva

kalibrasi ini dapat diturunkan dengan menggunakan metode least square

sebagai berikut :

Tabel 4.3. Penentuan persamaan Garis Regreasi

No. Xi (C) Yi (A) (Xi - X) (Xi – X)2 (Yi – Y) (Yi – Y)2 (Xi – X)(Yi – Y)

1. 0 0 -4 16 -0,264 0,069696 1,056

2. 2 0,137 -2 4 -0,127 0,016129 0,254

3. 4 0,243 0 0 0,021 0,000441 0

4. 6 0,408 2 4 0,144 0,020736 0,288

5 8 0,532 4 16 0,268 0,071824 1,072

∑ 20 1,320 0 40 0,042 0,178826 2,670

Dimana,

Harga X rata – rata ialah :

X =

20
=
5

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
= 4

Harga Y rata – rata ialah :

Y=

1,320
=
5

= 0,264

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis Y = aX + b, dimana a = slope, b = intercept.

Selanjutnya harga (a) = slope dapat ditentukan dengan metode Least Square

sebagai berikut :

a=

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel

sebelumnya kepada persamaan ini, akan diperoleh :

2,670
a=
40

= 0,067

maka harga yang diperoleh melalui :

Y = aX + b

b = Y – aX
Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
= 0,264 – 0,067 (4)

= -0,004

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh ialah :

Y = 0,067X - 0,004

4.2.2. Menghitung Konsentrasi Sampel

Untuk No lab 01/0109

Y = aX + b

0,228 = 0,067X + (-0,004)

X = 3,463 ppm

Untuk No lab 02/0109

Y = aX + b

0,222 = 0,067X + (-0,004)

X = 3,373 ppm

Untuk No lab 03/0109

Y = aX + b

0,223 = 0,067X + (-0,004)

X = 3,388 ppm

4.2.3. Menghitung Kadar Boron Tanah

Untuk No Lab 01/0109

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
Konsentrasi x 40
Berat contoh kering 105°C
Kadar Boron (ppm) =

3,463 x 40
=
19,1229

= 7,244 ppm

Untuk No Lab 02/0109

Konsentrasi x 40
Berat contoh kering 105°C
Kadar Boron (ppm) =

3,373 x 40
=
18,5974

= 7,255 ppm

Untuk No Lab 03/0109

Konsentrasi x 40
Berat contoh kering 105°C
Kadar Boron (ppm) =

3,388 x 40
=
18,9698

= 7,144 ppm

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
4.3. Pembahasan

Dalam analisis boron pengukuran dilakukan dengan instrumentasi.

Pengukuran instrumentasi merupakan pengukuran yang dilakukan dengan

menggunakan alat instrumentasi analisis. Untuk menganalisa boron dalam

tanah digunakan spectrophotometerUV-Visibe. Pengukuran dengan alat

spectrophotometer atau spectronic dilakukan terhadap bahan analit yang dapat

berwarna. Beberapa unsur atau senyawa analit dapat menimbulkan warna bila

direaksikan dengan bahan tertentu. Dalam hal ini digunakan pereaksi

azomethine-H. Agar konsetrasi analit dapat diukur maka kepekatan warna

yang ditimbulkannya yang selanjutnya akan diukur dengan menggunakan alat

spektrofotometer.

Jika suatu larutan analit ingin diukur, maka sebelumnya harus

direaksikan dengan bahan tertentu sehingga menimbulkan warna yang

spesifik, yang kepekatannya sebanding dengan konsentrasinya. Namun yang

diperoleh adalah nilai absorbennya saja. Untuk mengetahui konsentrasi

analitnya maka digunakan larutan standart, yaitu larutan yang telah ditetapkan

konsentrasinya dan diberi bahan yang dapat memberikan warna yang sama.

Kemudian diukur absorbennya di spektrofotometer. Bila konsentrasi larutan

standart bertingkat maka dapat dibuat grafik hubungan antara absorben dengan

konsentrasi. Besarnya konsentrasi analit dari bahan yang diukur dapat

diketahui dengan menginterpolasikan nilai absorbennya ke grafik larutan

standart.

Perhitungan dengan menggunakan spektrofotometer dilakukan dengan

menginterpolasikan hasil pengukuran absorben larutan sampel ke kurva larutan

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
standart atau kurva kalibrasi. Biasanya kurva kalibrasi dibuat pada kertas

milimeter dan penginterpolasiannya dilakukan secara manual, tetapi sekarang

dapat dilakukan dengan kalkulator atau komputer berdasarkan prinsip regresi

linear.

Dari hasil analisa tanah perkebunan kelapa sawit dengan

spektrofotometer uv – visible di laboratorium diperoleh kadar Boron dalam

contoh tanah untuk No Lab 01/0109 sebesar 7,244; untuk No Lab 02/0109

sebesar 7,255; dan untuk No Lab 03/0109 sebesar 7,144. Jadi, kadar Boron

rata-rata yang diperoleh yaitu 7,214 ppm. Mengingat kisaran unsur hara Boron

dalam tanah antara 2-270 ppm, maka akan dapat disimpulkan bahwa tanah

tersebut memiliki kandungan unsur hara boron yang masih kurang. Sehingga

perlu dilakukan pemupukan atau pemilihan lokasi tanah baru yang

memungkinkan adanya unsur hara Boron yang cukup pada tanah tersebut

untuk masa berikutnya.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• Kadar boron rata-rata dalam tanah perkebunan kelapa sawit Buana Estate

yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium dengan spektrofotometri

uv – visible adalah 7,214 ppm.

• Kadar boron pada tanah perkebunan kelapa sawit dari hasil analisa di

laboratorium kurang memenuhi nilai optimum yang ditetapkan yaitu

antara 2 - 270 ppm.

5.2. Saran

Diharapkan agar melakukan analisa terhadap unsur hara lainnya seperti

K, Ca, Na, Mg, N, P, Al, dan C-organik agar kualitas tanah perkebunan kelapa

sawit dapat ditentukan secara menyeluruh. Sehingga defisiensi pada tanaman

kelapa sawit dapat dihindarkan, dan pengaruh yang di hasilkan nantinya juga

baik terhadap tandan buah segar kelapa sawit.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, 2005, Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah Laboratorium

Tanah Dan Daun, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Engelstad, O.P., 1997, Teknologi Dan Penggunaan pupuk, Edisi Ke – 3,


UGM- Press, Yogyakarta.

Fauzi, Y., 2007, Kelapa Sawit, Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
AnalisisUsaha dan Pemasaran, Edisi Revisi, Penerbit Swadaya, Jakarta.

http://sawitsumatera.blogspot.com/2008/08/Peranan_UnsurHara_pada_tanah
.html.

http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=vie&i

=126&ltemid=129&limitstart=.3

http://ms.wikipedia.org/wiki/Boron.

http://ambardhi.com/aglaonema/aglaonema_unsur_hara.html.

http://www.piercent.com/Products/Browse.cfm?fIdID=03010603.

http://www.tanindo.com/abdi4/hal2701.html.

Mukhlis, 2007, Analisis Tanah Tanaman, USU Press, Medan.

.Mulyani, M, dan Kartasapoetra, A.G., 1987, Pupuk Dan Cara Pemupukan,

Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Novizan, 2005, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agromedia Pustaka,


Jakarta.

Rosmarkam, A., 2002, Ilmu Kesuburan Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sutejo, M.M., 1987, Pupuk dan Cara Pemupukan, Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.
Table Data Hasil Pengukuran

Absorbansi Larutan Seri Standar

Unsur Boron (B)

Larutan Seri
Standar Absorbansi (A)
Boron (ppm)
0 0
2 0.137
4 0.243
6 0.408
8 0.532

0,6
R2 = 0,9966
0,5

0,4
Absorbansi

0,3 Series1
0,2 Linear (Series1)

0,1

0
0 2 4 6 8 10
-0,1
Konsentrasi

Y = 0,067X + (-0,004)

a = 0,067

b = -0,004

Hafizi Tolanda El Hadidhy : Penentuan Kadar Boron Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Dengan Pereaksi
Azomethine-H, 2009.

Anda mungkin juga menyukai