Anda di halaman 1dari 19

JIHAD DAN TERORISME DALAM PANDANGAN ISLAM

DISUSUN

OLEH :

HERDIYANA DIAH. P (180320198)

MASDAYANTI (180320206)

NUR ANISA SELPIANI (180310215)

SABRINA (180330224)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGUURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah


memberikan hidayah dan taufikNya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “JIHAD DAN TERORISME
DALAM PANDANGAN ISLAM” ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyebarkan risalah
islam dan senantiasa kita berharap syafaat beliau di hari kiamat
kelak.
Tentu kami pahami bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak sekali kekurangan dan kesalahan, kami sangat
mengharapkan bimbingan dari rekan-rekan pembaca yang
budiman kiranya sudi memberikan masukan yang membangun.
Akhirnya kepada Allah lah kami mengharap ridho semoga
kita mendapat petunjuk dan rahmatNya. Dan kami berharap
semoga makalah sederhana ini memberi manfaat kepada para
pembaca. Atas segala perhatian kami ucapkan terima kasih.

Kolaka, Maret 2019

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw
diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan batin, Petunjuk-petunjuk agama mengenai
berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam
sumber ajaranya, alqur’an dan hadist tampak ideal dan agung, Di
dalam Al-qur’an dan Hadist Allah memerintahkan berjihad untuk
menegakkan syariat islam sebagaimana yang telah di lakukan
oleh Nabi Muhammad SAW.

Namun Allah juga memerintahkan untuk saling mengasihi dan


menghormati antar umat beragama, jihad dilaksanakan untuk
menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama
Allah atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang
sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad
yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia
meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah,
mensucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan
mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka
yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian jihad dan terorisme
2. Pengaruh jihad terhadap perkembangan islam di Indonesia
3. Pengaruh terorisme terhadap perkembangan islam
4. Pandangan islam terhadap jihad dan terorisme

C. Tujuan

1. Memahami pengertian jihad dan terorisme


2. Mengetahui pengaruh jihad terhadap perkembangan islam di Indonesia
3. Mengetahui pengaruh terorisme dalam perkembangan islam
4. Mengetahui pandangan islam terhadap jihad dan terorisme

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JIHAD DAN TERORISME

1. Pengertian Terorisme
Kata “teroris” (pelaku) dan terorisme (aksi) berasal dari kata latin terrereyang
kurang lebih berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Kata Teror juga
mengandung arti kengerian.Tentu saja, kengerian dihati dan pikiran
korbannya.Akan tetapi, hingga kini tidak ada definisi terorisme yang bisa diterima
secara universal.Pada dasarnya istilah “terorisme” merupakan sebuah konsep yang
memiliki konotasi yang sangat sensitif karena terorisme menyebabkan terjadinya
pembunuhan dan penyengsaraan terhadap orang-orang yang tidak berdosa.Tidak
ada negara yang ingin dituduh mendukung terorisme atau menjadi tempat
perlindungan bagi kelompok-kelompok terorisme.tidak ada pula negara yang
dianggap melakukan tindak terorisme karena menggunakan kekuatan
(militer).Ada yang mengatakan, seseorang bisa disebut sebagai pelaku teroris
sekaligus juga sebagai pejuang kebebasan.Hal itu tergantung dari sisi mana
memandangnya.Itulah sebabnya, hingga saat ini tidak ada definisi terorisme
menurut kepentingan dan keyakinan mereka sendiri untuk mendukung
kepentingan nasionalnya (kompas).dapat disimpulkan bahwa terorisme adalah
mengacu pada permasalahan sosial-politik, yang mana kekacauan yang
ditimbulkan oleh teroris disebabkan terjadinya adanya gap antara pemerintahan
dengan penguasa oposisi yang tidak setuju dengan kebijakan yang ada, dan
kemudian mereka para oposisi mengambil tindakan tidak sehat. meskipun tidak
semua kekacauan yang ditimbulkan teroris adalah mengacu pada permasalahan
politik, namun sebagaian besar adalah politik penyebabnya. Wacana tentang
terorisme telah muncul sejak ribuan tahun silam dan menjadi legenda dunia,
namun sampai kini belum ada satu kesepakatan mengenai makna terorisme,
karena adanya perbedaan persepsi, visi dan kepentingan dalam memandang
masalah terorisme ini.Bahkan PBB pun tidak berhasil merumuskan satu definisi
yang bisa diterima oleh semua anggota PBB.

2. Pengertian Jihad
Secara etimologi kata jihad berasal dari bahasa Arab, kata jihad diambil dari
kata dasar “ ‫ ”جـهـد‬.Secara bahasa kata “al-jihaad” berasal dari kata “jaahada”,
yang bermakna “al-juhd” (kesulitan) atau “al-jahd” (tenaga atau kemampuan).
Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya
baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti
seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk
memperjuangkan dan menegakkan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh
karena itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan
bahwa jihad yang dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar
mendapat keridhaan Allah SWT.Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, “Yang
saya maksud dengan jihad adalah suatu kewajiban sampai hari kiamat dan apa
yang dikandung dari sabda Rasulullah saw,” Siapa yang mati, sedangkan ia tidak
berjuang atau belum berniat berjuang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.
Di tengah gemerlapnya kehidupan duniawi begitu banyak godaan dan tipuan
yang dapat melepaskan seorang muslim dariagamanya secara sadar atau tidak.
Mengapa, karena pada dasarnya agama sendiri bermakna kepatuhan dan ibadah
mengandung arti penghambaan kepada Allah SWT. Kecintaan manusia kepada
materi mengalahkan cintanya kepada Allah SWT. Sesungguhnya setiap agama
akan menguasai setiap penghambaannya. Disinilah pentingnya jihad bukan hanya
menyadarkan kembali hakikat penghambaan namun juga menjadi tiang tegaknya
peradaban manusia sesuai kaidah-kaidah yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Dengan
jihad akan ada semangat perubahan menuju perbaikkan.
Namun, banyak persepsi-persepsi orang yang keliru bahwa terorisme itu
adalah bagian dari jihad. Padahal jihad dan terorisme itu memiliki makna yang
berbeda. Terorisme timbul karena permasalahan kekuasaan yang bersifat duniawi,
sedangkan jihad lebih mengarah pada misi suci yaitu demi menegakkan agama
islam dalam jalan Allah SWT.
Dalam permasalahan tersebut, bahwa sangat dibutuhkan sekali bagaimana
solusi mencegah aksi terorisme yang mengatasnamakan Agama Islam (jihad)
karena jihad identik dengan aksi teroris. Maka dari itu kami mencoba
memaparkan teori atau materi tenang “ Jihad dan terorisme menurut hukum
pandangan islam dan solusinya”.
Untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang arti sebenarnya dari jihad
dan terorisme yang sesuai dengan ajaran Islam atau Hadits agar kedepannya tidak
akan salah tangkap bahwa terorisme bukan termasuk dari jihad.

B. PENGARUH JIHAD TEHADAP PERKEMBANGAN ISLAM

Kita berbicara tentang gerakan jihad kontemporer , terutama setelah serangan


11 September dan seandainya kami disuruh menjelaskan pendapat kami tentang
sisi positif dan negatifnya maka dapat kami sebutkan bahwa sisi positif yang
dihasilkan adalah: Disini terjadi pergeseran kearah yang lebih baik terutama untuk
kepentingan Islam dan kaum muslimin dalam hal hubungan yang mengatur
kehidupan masyarakat dalam artian hubungan yang mengatur antara islam dan
kafir serta kaum muslimin dan orang-orang kafir, dimana hubungan ini berjalan
dengan baik dan dibangun diatas prinsip wala’ dan baro’ dengan sebab keimanan
sehingga kecintaan dan permusuhan yang terjadi semata karena Allah dan karena
sebab agama sehingga penilaian segala sesuatu baik berkenaan dengan
manusianya atau yang lainnya selalu berdasarkan kepada agama, hal ini berarti
mengembalikan agama sebagai tolok ukur dalam mengatur hubungan antar
sesama manusia.

Keadaan seperti ini paling tidak telah seabad ini hilang dan digantikan
(didominasi) dengan teori-teori yang mengatur hubungan antar manusia dengan
cara-cara kafir dan sesat seperti nasionalisme, patriotisme dan isme-isme yang lain
yangg semisal itu, dan hal ini juga terjadi karena gencarnya serangan barat melalui
Ghozwul fikrinya (perang pemikiran) terhadap dunia islam serta pemutarbalikan
fakta sejarah dari ummat islam.
Akan tetapi, hari ini ummat telah bangkit dan terus beranjak maju dan gerakan
jihad mempunyai peran yang besar dalam pencapaian hal ini (dengan karunia
Allah Ta’ala), yakni dalam mengembalikan segala urusan sesuai dengan yang
seharusnya (berdasar agama) dan peristiwa 11 September tidak diragukan lagi
merupakan titik awal yang sangat penting yang berpengaruh dalam berubahnya
kecenderungan ummat kepada aturan islam. Dan dari sisi lain gerakan jihad justru
bisa mengambil manfaat yang besar dengan adanya perubahan ini, dan perubahan
ini sekaligus menjadi penolong bagi manhaj dan dakwahnya (gerakan jihad) dan
ini sangat jelas!! Kiranya hal inilah yang menurut saya sebagai sisi positif yang
paling penting.
Sebagian hasil lain dari adanya perubahan ini adalah berbondong-
bondongnya manusia masuk kedalam agama Allah (ber-Islam) sebagaimana
dibuktikan oleh data statistik yang telah banyak dipublikasikan, dan juga yang
menunjukkan hasil dari perubahan ini adalah semakin banyaknya manusia yang
membahas tentang islam, mengenalnya, mempelajarinya dan kemudian
memahaminya. Dan orang-orang juga melihat bahwa mereka yang masuk ke
dalam islam dari orang-orang kafir, orang-orang yang bersimpati dengan ajaran
islam serta para pemuda yang kembali kepada ajaran Allah banyak terjadi setelah
peristiwa serangan 11 September, dan semoga ini akan terus meningkat dimasa
yang akan datang, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hal positif lainnya adalah semakin naiknya harga diri ummat,
berdenyutnya nadi kekuatan, kebanggaan, kemuliaan, keagungan dan keberanian
ummat, termasuk didalamnya munculnya generasi pemikul bendera (islam), dan
kami hari ini dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah mencemaskan
tentang bendera kami, bahkan kami yakin bahwa bendera kami tidak akan pernah
hilang, tidak akan pernah jatuh karena ketika gugur satu pemikulnya akan
digantikan posisinya oleh pemikul bendera yang lain, dan Allah Subhanahu wa
Ta’ala menguatkan agama ini dengan kekuatan yang menakjubkan!! Suatu hal
yang benar bahwa Allah akan menolong agama ini, dan meninggikan kalimatnya
meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya serta jihad akan terus berlangsung
sampai hari kiamat dan agama islam ini akan pasti akan menemuinya
sebagaimana ditemuinya siang dan malam,baik dengan kemuliaan orang-orang
mulia atau dengan kerendahan orang-orang rendah.. akan tetapi untuk itu semua
ada sebab/alasannya dan kita disini membicarakan tentang sebab/alasan yang tepat
guna mencapainya. Diantara sebab itu adalah tersedianya biaya yang besar untuk
melakukan jihad, dimana ketika dibuka arena jihad dan tersedianya kesempatan
untuk itu maka anda akan melihat jumlah yang tak terbayangkan dari kalangan
pemuda islam yang menyambutnya sehingga kami tidak merasakan adanya
kekurangan untuk hal tersebut, alhamdulillah.akan tetapi kekhawatiran kami
adalah mengarahkan, meluruskan dan membenarkan jihad ini dengan bantuan
daya dan upaya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan ini, meski semua upaya yang dilakukan guna menghalangi dan
menjauhkan (dari jihad) yang justru banyak dilakukan oleh kaum kita (muslimin
sendiri) semoga Allah Jalla wa ‘Ala menunjuki mereka, dan secara umum juga
kurang fahamnya kebanyakan ulama dalam masalah ini (atau bahkan ikut serta
dalam menghalangi) sebagaimana nanti akan kita bahas pada tempatnya, insyaa
Allah. Dan meskipun gencarnya gelombang fitnah dari musuh, semoga Allah
Ta’ala membinasakan mereka. Ini semua merupakan hal yang menakjubkan jika
kita mau memperhatikannya… wallahu muwaafiq. Sisi positif lainnya yang
didapatkan adalah adanya pembersihan besar-besaran dan ujian yang dengannya
Allah memisahkan/menyisihkan manusia, dan alhamdulillah..sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala;
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam
keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari
yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada
kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya
di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya;
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (Ali
Imron 179 ).
Yakni dari keadaan kaum mukminin yang selalu mendapatkan ampunan (bisa juga
yang selalu lari/terkalahkan) dan bercampurnya kaum mukminin dengan kaum
munafikin dan orang-orang sholeh dengan para perusak dan pengkhianat, dan
yang lebih dari semua itu adalah tersingkapnya keadaan kaum munafik dan kaum
zindik dari para thoghut pengkhianat yang berwali kepada musuh-musuh Allah,
Allah bongkar keadaan mereka dan menjelaskan kekafiran mereka dan
pemerangan (permusuhan) mereka pada Allah dan RasulNya serta agama Allah
dengan bentuk yang sangat nyata/jelas. Dan Gerakan Jihad islam masa kini –
Alhamdulillah – menjadi semakin matang, semakin lurus dan semakin sempurna
dan juga menjadikanya lebih punya pengalaman baru yang bermanfaat, serta
terakumulasi pada gerakan jihad ini berita2 ilmiyah, amaliyah dan sejarah serta
mempersembahkan para syauhada’. Dan ini merupakan model serta panutan yang
sangat baik, dan semua ini dengan izin Allah menjadi pertanda kebaikan dan
kemenangan.. wallahu muwaafiq. Dan masih banyak lagi segi positif yang
terdapat pada gerakan jihad masa kini, terlebih setelah peristiwa 11 September,
dan kami mencukupkan dengan ini karena ini sebagian hal yang dianggap paling
penting.

C. PENGARUH TERORISME DALAM PERKEMBANGAN ISLAM

Dampak yang ditimbulkan dari terorisme antara lain adalah,

1. Tindakan Terorisme merupakan bentuk penentangan terhadap Allah dan


Rasulullah . Segala bentuk perbuatan kerusakan, peledakan, dan aksi-aksi
terorisme adalah terlarang dalam agama ini. Demikian pula menumpahkan
darah orang-orang yang tidak bersalah dari kalangan kaum muslimin, kafir
dzimmi, mu’ahad dan musta’man adalah haram menurut dalil Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Perlu kita jelaskan, bahwa ada pembagian orang-orang kafir
menurut syari’at Islam yang mulia ini.

Pertama: Kafir Dzimmy, yaitu orang kafir yang membayar jizyah (upeti) yang
dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum
muslimin. Kafir seperti ini tidak boleh dibunuh selama ia masih mentaati
peraturan-peraturan yang dikenakan kepada mereka.

Kedua: Kafir Mu’ahad, yaitu orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan
antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang
telah disepakati.

Ketiga: Kafir Musta’man, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan keamanan
dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir jenis ini tidak boleh
dibunuh sepanjang masih berada dalam jaminan keamanan (termasuk di dalam
kategori ini adalah turis asing yang datang ke negara muslim, pedagang, utusan &
orang yang mau masuk Islam)

Keempat: Kafir harby, yaitu kafir selain tiga di atas. Kafir jenis inilah yang
disyari’atkan untuk diperangi dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam
syari’at Islam.
Tentang larangan membunuh orang yang dilarang diperangi, itu berdasarkan
firman Allah , “Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan
perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi
perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi
kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah : 4)

Maka siapa yang melanggar hal tersebut dengan membunuh jiwa yang haram
untuk dibunuh, maka bersiaplah untuk menuai ancaman Allah sebagaimana
dalam firman-Nya, “(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal :
13)

Dan Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan


RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.” (QS. Al-Mujadilah :
20)

2. Keluar dari jalan kaum muslimin dan tidak mengikuti jalan mereka. Aksi-aksi
terorisme serta menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah dari
kalangan muslim, kafir dzimmi, mu’ahad, dan musta’man adalah haram
menurut kesepakatan ulama dari semenjak jaman shahabat hingga ulama
sekarang. Maka melanggar hal tersebut berarti telah keluar dari jalan kaum
muslimin. Allah menegaskan, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’ : 115)

3. Pembangkangan dan penghinaan terhadap para penguasa. Terjadinya aksi-


aksi terorisme di negeri Islam terhitung sebagai penentangan dan penghinaan
terhadap penguasa. Dan cukuplah ia dikatakan berdosa karena telah
menyelisihi firman Allah , “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa : 59)

Dan Nabi juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ,
Rasulullah bersabda, “Siapa yang membenci sesuatu dari pemimpinnya, maka
hendaknya ia bersabar. Karena siapa yang keluar dari kekuasaan sejengkal
kemudian ia mati, maka matinya adalah mati jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 7053)

Dan dalam hadits Abu Bakrah , Rasulullah menegaskan,“Siapa yang


menghinakan penguasa maka Allah akan menghinakannya.” (HR. Ahmad 5/42)
4. Membuat bid’ah dalam agama. Seluruh aksi terorisme yang terjadi di masa
ini, walaupun dinisbatkan kepada Islam, namun pada hakekatnya ia adalah
perkara baru dalam agama yang sama sekali tidak dicontohkan oleh Nabi dan
oleh para shahabatnya.

Dari ‘Aisyah bahwasannya Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang


mengadakan sesuatu yang baru dalam agama kami, padahal ia tidak ada asalnya
(dalam agama) maka sesuatu itu tertolak.”

Dan dalam riwayat lain Nabi menyatakan, “Barang siapa yang mengamalkan
suatu amalan yang tidak termasuk dalam urusan agama kami (yang tidak ada
tuntunannya), maka hal itu tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718)

5. Melanggar perjanjian kaum muslimin. Kebanyakan dari aksi terorisme yang


terjadi di negeri-negeri kaum muslimin adalah bentuk pembatalan perjanjian
yang telah dijalin oleh penguasa atau bagian dari Negara, baik itu berupa
jaminan keamanan, perdamaian dan sebagainya. Rasulullah mengancam
perbuatan melanggar janji semacam itu, sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwasannya Rasulullah bersabda,
“Dzimmah (perjanjian/tanggung jawab) kaum muslimin adalah satu. Barang
siapa yang membatalkan perjanjian seorang muslim, maka laknat Allah,
para malaikat dan seluruh manusia atasnya (orang yang membatalkan
perjanjian itu). Tidak diterima darinya sedikitpun.” (HR. Bukhari no. 3179)

6. Terorisme merupakan perbuatan dzalim dan melampaui batas. Seorang


muslim yang baik dan memahami agamanya dengan benar, tidak akan ragu
bahwa aksi-aksi terorisme dan yang semisalnya adalah perbuatan kedzaliman
dan melampaui batas. Berkata Masruq bin Al-Ajda’ Al-Wadi’ie –
rahimahullah-, “Saya tidak pernah mendzalimi seorang muslim pun dan tidak
pula kafir mu’ahad.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab Ath-Thabaqat
6/83)

7. Menghambat jalan tersebarnya agama Allah . Betapa banyak kegiatan-


kegiatan dakwah Islam yang terhenti karena tindakan terorisme yang nampak
belakangan ini. Penyebaran Islam, ajakan masuk islam, berusaha mendidik
kaum muslimin, pengadaan studi ilmiah islamiah, penyebaran buku-buku
Islam, bantuan dan santunan untuk kaum muslimin, pembangunan masjid dan
sekolah-sekolah islami, dan aktifitas dakwah lainnya, terhambat karena
adanya perbuatan tersebut. Maka bagi mereka yang menghambat jalan Allah
ini, sungguh akan merugi di kemudian hari, karena Allah berfirman,
“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu
mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang mereka kerjakan itu.” (QS. At-Taubah : 9)

8. Membuat takut kaum muslimin. Aksi-aksi terorisme telah meruntuhkan suatu


dasar pokok dalam agama kita, yaitu penegakan keamanan yang merupakan
ciri syari’at Islam. Namun para teroris yang menganggap dirinya berada di
atas tuntunan Islam, tidak pernah sadar betapa banyak musibah dan
malapetaka yang menimpa kaum muslimin akibat perbuatan mereka. Dan
mereka sama sekali tidak ingin mengerti betapa kaum muslimin dihinakan
diberbagai negara, baik oleh pemerintahnya ataupun sesama rakyat. Betapa
banyak pemerintah di negara-negara muslim ditekan oleh musuh-musuh
Islam dengan alasan adanya kelompok teroris di negeri mereka. Dan betapa
banyak kaum muslimin disiksa dan dipenjara, dst, karena ulah mereka.

9. Berkuasanya orang-orang kafir terhadap kaum muslimin. Harus diketahui


bahwa apa yang menimpa kaum muslimin pada hari-hari ini dengan
berkuasanya para musuh Islam terhadap mereka disejumlah negeri kaum
muslimin adalah tidak lepas dari pengaruh negatif perbuatan terorisme yang
sedang melanda manusia yang sama sekali tidak memperhitungkan aturan-
aturan syari’at, menjaga keamanan dan perjanjian, dst. Hal ini telah dijelaskan
oleh Rasulullah dari hadits Abdullah bin Umar , “Wahai sekalian kaum
muhajirin, ada lima perkara yang kalian akan diuji dengannya… (beliau
sebut diantaranya) …dan tidaklah mereka membatalkan janji Allah dan janji
Rasul-Nya kecuali Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka
berkuasa atas kaum muslimin, kemudian mengambil bagian apa yang ada di
tangan mereka. Dan kapan para penguasa tidak berhukum dengan kitab
Allah, dan mereka memilih selain dari apa yang diturunkan oleh Allah
kecuali Allah akan menjadikan kehancuran mereka di antara mereka
sendiri.” (HR. Ibnu Majah no. 4019) Hadits ini menunjukkan bahwa
membatalkan perjanjian adalah sebab berkuasanya musuh terhadap kaum
muslimin. Jika membatalkan sehari saja sedemikian rupa akibatnya, maka
tentunya sikap aksi terorisme dengan bobot pelanggaran yang lebih besar dari
membatalkan janji, tentu akan lebih berbahaya dan lebih menyebabkan orang-
orang kafir berkuasa terhadap kaum muslimin.

10. Pembunuhan terhadap jiwa yang tidak bersalah. Berkata Syaikh Muhammad
bin Sholih al-‘Utsaimin -rahimahullah-, “Dan jiwa yang diharamkan oleh
Allah adalah jiwa yang terjaga, yaitu jiwa seorang muslim, (kafir) dzimmi,
mu’ahad, dan musta’man”. Dan tentunya sangat banyak dalil yang
menjelaskan tentang bahayanya menumpahkan darah orang yang tidak
bersalah. Diantarnya adalah firman Allah , “Oleh karena itu Kami tetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”(QS. Al-Maidah :
32) Dan sengaja membunuh jiwa seseorang yang dilarang untuk dibunuh
tentu dosanya lebih besar, sebagaimana firman-Nya, “Dan barangsiapa yang
membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-
Nisaa’ : 93) Dan Nabi juga menegaskan larangan membunuh jiwa yang
dilarang dengan sabda beliau yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr ,
“Sungguh sirnanya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada (jiwa) seorang
muslim.” (HR. At-Tirmidzi no. 1399) Dan pembunuhan terhadap jiwa yang
tidak bersalah ini semakin besar dosanya, ditinjau dari sisi lain, dimana para
pelakunya telah melakukan pembunuhan kepada orang yang sama sekali tidak
mempunyai andil dalam peperangan. Sedangkan Allah telah menegaskan,
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah : 190) Dan
juga pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak adalah dilarang. Ibnu
‘Umar menerangkan, “Seorang wanita ditemukan terbunuh pada sebagian
peperangan Rasulullah , maka Rasulullah (kemudian) menetapkan larangan
membunuh wanita dan anak kecil.” (Riwayat Bukhari no. 3014, Muslim no.
1744)

11. Menyakiti kaum muslimin yang tidak berdosa. Tidaklah terhingga berbagai
kepedihan dan duka yang menimpa kaum muslimin akibat perbuatan
terorisme yang dilakukan oleh segelintir pihak ini (khususnya di negeri-negeri
yang kaum muslimin menjadi minoritas). Sekali mereka meledakkan bom
atau membuat teror, beberapa tentara/aparat negara yang dia jadikan “target
sasaran” terluka atau bahkan tewas. Akan tetapi dalam waktu yang singkat,
serangan balasan dilakukan oleh tentara itu. Akibatnya bisa diduga, ratusan
bahkan ribuan kaum muslimin terluka atau bahkan tewas karena serangan
balasan yang lebih besar itu, sedangkan “teroris-teroris” itu melarikan
diri/bersembunyi. Lalu apakah ini dinamakan tindakan yang rasional? Mereka
tidak menambah kemuliaan kaum muslimin, tetapi justru menjerumuskan
kaum muslimin dalam kesengsaraan. Ini adalah bentuk “menyakiti” kaum
muslimin dengan tidak langsung. Cukuplah bagi pembuat kerusakan tersebut
ancaman dari Allah , “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang
mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
(QS. Al-Ahzab: 58)Dan dari hadits Mu’adz bin Anas , Rasulullah
bersabda,“Siapa yang mempersempit rumah orang, atau memutus jalan,
atau mengganggu seorang mukmin, maka tidak ada jihad baginya.” (HR.
Ahmad 3/440)

12. Menjadikan orang-orang yang komitmen terhadap agamanya sebagai bahan


cercaan dan celaan. Kerena perbuatan sebagian orang, akhirnya sejumlah
tuntunan syari’at dihinakan. Dan juga, orang-orang yang menerapkan syari’at
Islam atas diri dan keluarganya juga dihinakan banyak pihak. Orang yang
berjenggot, laki-laki yang memakai celana di atas mata kaki, wanita yang
berjilbab dengan jilbab yang syar’i, berpakaian islami, dst, dicap sebagai
“teroris” atau orang “ekstrim”. Padahal mau tidak mau, kita harus menyadari
bahwa ungkapan-ungkapan demikian itu adalah diusung oleh musuh-musuh
Islam guna menjatuhkan kewibawaan Islam dan kaum muslimin. Kita sendiri
bisa melihat, tidak semua orang yang berjenggot, berjilbab syar’i, dst, adalah
satu pemikiran dengan teroris ini. Bahkan jika melihat kedaan teroris-teroris
itu, terkadang syari’at Islam mereka anggap remeh. Misalnya, ketika mereka
butuh untuk melakukan “penyamaran” supaya lolos dari kejaran polisi,
syari’at berpakaian mereka abaikan. Mereka berpakaian layaknya preman,
jenggot dicukur, memakai pakain ketat, dst, yang sejatinya ini merupakan
pelanggaran syari’at. Jadi, singkatnya kita katakan “Mereka berteriak-teriak
supaya syari’at Islam ditegakkan, tetapi mereka melanggar syari’at Islam itu
sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan mereka”. Maka dari mana cita-cita
mereka itu akan tercapai? Dalam Al-Qur’an, Alllah mengancam orang-orang
yang mengundang fitnah bagi kaum muslimin apapun bentuknya,
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah kepada orang-orang
yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat,
maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar.” (QS. Al-Buruj : 10)

D. PANDANGAN ISLAM TERHADAP JIHAAD DAN TERORISME

1. Pandangan Islam Terhadap Jihad

Jihad merupakan amal kebaikan yang disyari’atkan Allah. Ia menjadi sebab


kokoh dan mulianya umat Islam. Sebaliknya, jika kaum Muslimin meninggalkan
jihad di jalan Allah, maka mereka akan mendapatkan kehinaan. Dijelaskan dalam
hadits yang shahih :

‫ب املبرقرضر رورر ض‬
‫ضيِتتمم‬ ‫ات رعلرميِضه رورسللرم يرتقوُتل إضرذا تررباَيرمعتتمم ضباَملضعيِنرضة روأررخمذتتمم أرمذرناَ ر‬
‫صللىَّ ل‬
‫اض ر‬ ‫ت ررتسوُرل ل‬
‫رعمن امبضن تعرمرر رقاَرل رسضممع ت‬
‫ات رعلرميِتكمم تذلل رل يرمنضزتعهت رحلتىَّ ترمرضجتعوُا إضرلىَّ ضدينضكممت‬ ‫ع روترررمكتتمم املضجرهاَرد رسللطر ل‬ ‫ل‬
‫ضباَلزمر ض‬
“Dari Ibnu Umar, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Apabila
kalian telah berjual-beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridha dengan pertanian
serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan
(kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada
agama kalian” [HR Abu Dawud].

Ibnu Taimiyah menyatakan : “Tidak diragukan lagi, jihad dan melawan


orang yang menyelisihi para rasul, dan mengarahkan pedang syari’at kepada
mereka, serta melaksanakan kewajiban-kewajiban disebabkan pernyataan mereka,
untuk menolong para nabi dan rasul dan untuk menjadi pelajaran berharga bagi
yang mengambilnya, sehingga orang-orang yang menyimpang menjadi jera; yang
demikian ini termasuk amalan paling utama yang Allah perintahkan kepada kita
sebagai wujud ibadah mendekatkan diri kepadaNya” Namun, amal kebaikan ini
harus memenuhi syarat ikhlas dan sesuai dengan syariat Islam. Karena keduanya
meru[akan syarat diterimanya suatu amalan. Disamping itu juga, jihad bukanlah
perkara mudah bagi jiwa. Sangat erat kaitannya dengan pertumpahan darah, jiwa
dan harta, yang menjadi perkara agung dalam Islam, sebagaimana disampaikan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :

‫ضتكمم روأرممروُالرتكمم رعلرميِتكمم رحررامم ركتحمررمضة يرموُضمتكمم هررذا ضفيِ رشمهضرتكمم هررذا ضفيِ برلرضدتكمم هررذا إضرلىَّ يرموُضم ترملقرموُرن‬
‫فرإ ضلن ضدرماَرءتكمم رو أرمعررا ر‬
ِ‫ب تمبرلعغ أمورعىَّ ضممن رساَضمعع فررل ترمرضجتعوُا برمعضدي‬‫ر‬ ‫ل‬ ‫ب فرتر ل‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫رربلتكمم أررل هرمل برللمغ ت‬
‫ت رقاَتلوُا نررعمم رقاَرل اللهتلم اشهرمد فرليِتبرلغ الشاَضهتد الرغاَئض ر‬
‫ل‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫م‬
‫ب برمع ع‬
‫ض‬ ‫ضتكمم ضررقاَ ر‬ ‫ب برمع ت‬ ‫ضضر ت‬ ‫تكلفاَلرا ير م‬

“Sesungguhnya, darah, kehormatan dan harta kalian, diharamkan atas kalian


(saling menzhalimi), seperti kesucian hari ini, pada bulan ini dan di negeri kalian
ini, sampai kalian menjumpai Rabb kalian. Ketahuilah, apakah aku telah
menyampaikan?” Mereka menjawab,”Ya.” Maka beliaupun berkata: “Ya Allah,
persaksikanlah. Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang
tidak hadir, karena terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang
mendengar langsung. Janganlah kalian kembali kufur sepeninggalanku, sebagian
kalian saling membunuh sebagaian lainnya”.[Muttafaqun ‘alaihi]. Demikian
agungnya perkara jihad ini, sehingga menuntut setiap Muslim untuk ikut berperan
dalam menggapai cinta dan keridhaan Allah. Tentu saja, hal ini menuntut
pelakunya untuk komitmen dengan ketentuan dan batasan syari’at, sesuai dengan
hukum al Qur`an dan Sunnah Rasulullah, tanpa meninggalkan satu ketentuan pun,
agar selamat dari sikap ekstrim, dan jihadnya menjadi jihad syar’i di atas jalan
yang lurus, dan mendapatkan pahala yang besar di akhirat nanti. Hal itu, karena ia
berjalan di atas cahaya Ilahi, petunjuk dan ilmu dari al Qur`an dan Sunnah
NabiNya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, agar belajar
mengenai konsep Islam tentang jihad secara benar, dan bertanya kepada para
ulama pewaris Nabi tentang hal-hal yang belum ia ketahui. Telebih lagi dalam
permasalahan yang sangat penting ini.

2. Pandangan Islam Terhadap Terorisme


Definisi teror secara etimologi berasal dari kata “terrour” (Inggris Tengah),
“terreur” (Perancis lama), “terror” (Latin) dan “terre” (Latin) yang artinya adalah
untuk menakuti, menurut terminologi definisi teroris adalah satu atau lebih orang
yang melakukan teror; sedangkan terorisme adalah suatu paham yang dianut
seseorang atau lebih, atau organisasi untuk menggunakan teror.

Definisi terorisme sendiri sampai saat ini masih menimbulkan silang pendapat.
Kompleksitas masalah yang terkait dengan tindakan terorisme, mengakibatkan
pengertian terorisme itu sendiri masih di interpretasikan dan dipahami secara
berbeda-beda. Walter Laqueur (1999), mengkaji setidaknya lebih dari seratus
definisi terorisme. Kajian Lequeur menyimpulkan ada unsure-unsur yang
signifikan dari definisi terorisme yang dirumuskan berbagai kalangan, yaitu
terorisme memiliki cirri utama digunakannya ancaman kekerasan dan tindak
kekerasan. Selain itu, terorisme umumnya didorong oleh motivasi politik, dan
dapat juga karena adanya fanatisme keagamaan.

Pandangan Islam terhadap Terorisme Islam sebagai agama, pandangan hidup,


dan sebagai “way of life” atau jalan hidup bagi penganutnya, tentu saja tidak
mengijinkan dan bahkan mengutuk terorisme. Islam dengan kitab sucinya Al
Quran yang mengajarkan tentang moral-moral yang berdasarkan konsep-konsep
seperti cinta, kasih sayang, toleransi dan kemurahan hati. Nilai-nilai yang ada di
dalam Al Quran membuat seorang muslim bertanggung jawab untuk
memperlakukan semua orang, apakah itu muslim atau non-muslim, dengan rasa
kasih sayang dan rasa keadilan, melindungi yang lemah dan yang tidak bersalah
dan mencegah kemungkaran. Membunuh seseorang tanpa alasan adalah salah
contoh yang jelas dari kemungkaran.

Kekerasan yang mengatasnamakan agama islam terus dilakukan oleh pihak-


pihak yang benci terhadap islam. Seringkali mereka mengahalalkan segala cara
untuk menyerang islam dan pemikirannya. Isu terorisme merupakan isu
dipandang paling memiliki nilai strategis diangkat suatu saat untuk menyudutkan
umat islam beserta ajaran jihadnya. Dituduhkan bahwa ajaran jihad-menurut versi
mereka- adalah tindakan amoral sekaligus menjadi akar kekerasan yang terjadi
dimasayarakat seperti beberapa peristiwa pengeboman yang kian marak terjadi
ditanah air. Hasilnya umat-yang mengalami kemunduran taraf berfikirnya-
termakan oleh isu murahan tersebut. Mengapa mereka memainkan isu ini
kemudian dituduhkan kepada islam dan umatnya? musuh islam (peradaban
kapitalisme) memahami bahwa islam memiliki pilar-pilar yang menjadi rahasia
kebangkitannya, yaitu Aqidah, Khilafah dan Jihad. Ketiga pilar ini dipandang
sebagai penghalang utama bagi peradaban kapitalisme untuk melanggengkan
hegemoninya didunia islam.

Peristiwa terorisme telah dijadikan dalih untuk mencuatkan kembali


permasalahan teror dan terorisme hingga menjadi isu internasional, dan agama
Islam menjadi terget sasaran media-media barat. Sejak saat itu, tuduhan terorisme
diarahkan ke dunia Islam sehingga munculah rasa kecurigaan terhadap ajaran-
ajaran Islam. Setelah mengkaji definisi terorisme, Dimana berdasarkan ayat-ayat
al-Qur’an, hadis-hadis dapat disimpulkan bahwa meskipun dalam teks-teks
agama Islam tidak disebutkan kata atau istilah yang benar-benar sepadan dengan
istilah terorisme, akan tetapi dari naskah yang ada kita mendapatkan bahwa sejak
awal kemunculannya, Islam telah melarang setiap orang muslim untuk melakukan
aksi teror, bahkan tidak cukup hanya itu, Islam pun telah memberikan solusi dan
strategi guna menghadapi dan memerangi gerakan terorisme.

‫ع أرمن لضتممسلضعم يرضحلِل لر‬


‫تممسلضلماَ يتررلو ر‬

“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu
Daud no. 5004 dan Ahmad 5: 362. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini hasan).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jihad adalah kesungguhan dalam mencurahkan


segala kemampuan untuk mencapai tujuan. Terorisme dan
jihad tidak bisa disandingkan bersama karena memiliki
makna yang berbeda. Terorisme dalam bahasan Arab
disebut irhab, akar katanya adalah rahiba-yarhabu rahiba-
yarhabu yang berarti khaafa (takut, menakuti, atau
mengintimidasi).

Sementara jihad berasal dari kata al-jahdu atau al-


juhdu yang berarti al-thaqah (mampu, berusaha, dan kuat).
Dari segi bahasa sangat jelas perbedaannya, yang satu
menyebarkan katakutan (irhab) dan satunya lagi berusaha.
Jihad memiliki cakupan sangat luas, tidak hanya perang.
Jihad harus dibangun atas dasar yang jelas. Tidak semua
kejahatan harus dibalas dengan kejahatan yang serupa.
Karena jiad ada batas dan syaratnya: pertama,
mempertahankan agama, kesucian, jiwa, tanah air,
persediaan (kebutuhan sehari-hari), harta benda, dan
segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk
mempertahankannya. Kedua, untuk menolong orang yang
didzalimi.

Ada banyak sekali faktor terjadinya terorisme, namun


dalam Islam hampir semua kajian terorisme
mengungkapkan bahwa memahami agama secara tekstual
menjadi salah satu sebab lahirnya radikalisme. Maka perlu
jika memberikan pemahaman islam yan gniversial, tidak
parsial. Jika ingin memelajari Al-Qur’an maka pelajarilah
seluruhnya, tidak sepotong-sepotong, apalagi hanya
memelajari kajian jihad saja. Itu tidak adil dan salah. Islam
dan Al-Qur’an tidak hanya menjelaskan permasalahan jihad
saja. Pun memahami agama secara kontekstual saja akan
mengalami kebuntuan dan salah arah yang mengakibatkan
pemahaman yang menyimpang. Pahamilah agama secara
tekstual dan kontekstual sesuai guru yang memiliki silsilah
keilmuan yang dapat dipercaya agar dapat memahami
agama dengan penuh kesadaran, kebebasan beragama,
kecintaan terhadap sesama, dan menyayangi manusia
untuk saling mengenal bagaimanapun suku, ras, dan warna
kulitnya.

B. Kritik dan Saran

Demikian pembahasan kami dalam makalah yang


sederhana ini. Pepatah mengatakan, “Tak ada gading yang tak
retak”, maka tentulah makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dari para
pembaca sekalian. semoga makalah yang ringkas ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/ahmadfauzi12222/56517834d693734511565de3/jihad-
dan-terorisme-dalam-pandangan-islam

https://kavkazclothing.wordpress.com/2016/06/04/sisi-positif-perjalanan-jihad/

http://alkarimah.or.id/dampak-negative-terorisme/

https://almanhaj.or.id/2736-jihad-dalam-perspektif-hukum-islam.html

https://www.kompasiana.com/rufichamahmuda/56524a99717e611e048b457c/pandang
an-islam-terhadap-terorisme

Anda mungkin juga menyukai